Anda di halaman 1dari 234

RANTAI PASOK

PEKERJAAN JALAN
MENGGUNAKAN ASPAL BUTON

SUB DIREKTORAT MATERIAL DAN PERALATAN KONSTRUKSI


DIREKTORAT BINA KELEMBAGAAN DAN SUMBER DAYA JASA KONSTRUKSI
DIREKTORAT JENDERAL BINA KONSTRUKSI
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
KATA
SAMBUTAN

PANDUAN
PENYELENGGARAAN

MATERI
BIMBINGAN TEKNIS
Kata Sambutan 3

Assalamu ‘Alaikum Wr. Wb.

Sehubungan dengan telah diberlakukannya Undang-Undang Jasa Konstruksi Nomor 2 Tahun 2017 tentang
Jasa Konstruksi khususnya dalam Pasal 5 ayat (5) huruf g: Membangun Sistem Rantai Pasok Material,
Peralatan, dan Teknologi Konstruksi, dan juga dalam Pasal 5 ayat (5) huruf e: Menetapkan dan
Meningkatkan Penggunaan Standar Mutu Material dan Peralatan Konstruksi serta Teknologi Konstruksi
Hasil Penelitian dan Pengembangan Dalam Negeri. Selaras dengan hal tersebut, para pelaksana proyek-
proyek konstruksi saat ini diharuskan untuk memperhatikan rantai pasok konstruksi dan penggunaan
produk material, peralatan, serta teknologi dari dalam negeri. Salah satu material dalam negeri yang
dimiliki oleh Indonesia dan dapat digunakan sebagai material infrastruktur jalan adalah Aspal Buton
(Asbuton).

Penggunaan Asbuton untuk pekerjaan jalan sampai dengan saat ini masih belum optimal. Hal ini
disebabkan penggunaan Asbuton masih menghadapi beberapa permasalahan baik teknis maupun non
teknis, antara lain: (i) inkonsistensi kualitas produk Asbuton; (ii) penerapan teknologi Asbuton yang tidak
sesuai dengan kondisi/kelas jalan; (iii) perencanaan pelaksanaan pekerjaan jalan yang kurang; (iv) rantai
pasok Asbuton; dan (v) pembinaan teknis tentang Asbuton terhadap penyedia jasa masih kurang.

Menindaklanjuti permasalahan tersebut, peningkatan pengetahuan/kompetensi tentang Asbuton perlu


dilakukan baik dari jenis produk dan teknologi, spesifikasi dan standar, rantai pasok, serta teknik
pelaksanaan yang saat ini belum banyak dimiliki/dikuasai oleh para pemilik proyek, perencana, pengawas,
dan pelaksana di lapangan. Dalam rangka mencapai outcome tersebut, Direktorat Bina Kelembagaan dan
Sumber Daya Jasa Konstruksi, Direktorat Jenderal Bina Konstruksi akan menyelenggarakan kegiatan
Bimbingan Teknis Rantai Pasok Pekerjaan Jalan Menggunakan Aspal Buton.
Kata Sambutan 4

Maksud dilaksanakannya kegiatan ini adalah terselenggaranya bimbingan teknis rantai pasok pelaksanaan
jalan yang menggunakan Asbuton kepada para General Superintendant (GS), Site Engineer (SE) dan/atau
Quality Engineer (QE) yang telah dan/atau akan melaksanakan paket pekerjaan jalan dengan menggunakan
Asbuton. Sedangkan tujuan kegiatan ini adalah untuk memberikan informasi, pengetahuan, dan berbagi
pengalaman dalam pelaksanaan pembangunan dan preservasi jalan yang menggunakan Asbuton, sehingga
dapat mempersiapkan dan mampu mengatasi permasalahan penggunaan Asbuton baik teknis maupun non
teknis.

Kegiatan ini diharapkan dapat dilaksanakan dan diikuti dengan sungguh-sungguh sehingga dapat
membawa hasil yang optimal. Kepada semua pihak yang berperan serta dalam penyelenggaraan
Bimbingan Teknis Rantai Pasok Pekerjaan Jalan Menggunakan Aspal Buton ini kami ucapkan terima kasih.

Wassalamu ‘Alaikum Wr. Wb.

Jakarta, Juli 2018


Direktur Bina Kelembagaan
dan Sumber Daya Jasa Konstruksi

BASTIAN S. SIHOMBING
PANDUAN PENYELENGGAAN
BIMBINGAN TEKNIS RANTAI PASOK
PEKERJAAN JALAN MENGGUNAKAN ASPAL BUTON
I. Pendahuluan
A. Latar Belakang

Pemerintah telah menetapkan pembangunan infrastruktur sebagai salah satu program strategis guna mendorong
pertumbuhan ekonomi nasional dengan indikasi kebutuhan investasi infrastruktur Tahun 2015-2019 sebesar Rp 4796,2 Triliun.
Program pembangunan infrastruktur tersebut difokuskan untuk menciptakan konektivitas nasional dan pertumbuhan
ekonomi melalui berbagai perbaikan kebijakan, kelembagaan, pembiayaan, dan penyiapan proyek-proyek strategis nasional.

Dalam hal tersebut, program pembangunan infrastruktur jalan menjadi tulang punggung pembangunan nasional, karena
merupakan salah satu prasarana transportasi yang memegang peranan penting dalam mendukung pengembangan wilayah,
pembangunan ekonomi, mobilitas manusia, serta barang dan jasa. Penguatan infrastruktur yang diagendakan oleh
Pemerintahan saat ini salah satunya adalah pembangunan infrastruktur jalan dengan target pembangunan jalan baru yang
akan sepanjang 2.350 km, pembangunan jalan tol ditargetkan dapat mencapai panjang 1000 km, dan pemeliharaan jalan
sebesar 46.770 km.

Sementara itu, Kementerian PUPR pada Tahun 2018 memperoleh alokasi anggaran sebesar ± Rp 107,386 Triliun dimana dari
anggaran tersebut dialokasikan sebesar + Rp 75,473 Triliun (70,28%) untuk belanja modal. Khusus untuk penyelenggaraan
jalan yang disalurkan melalui Direktorat Jenderal Bina Marga dialokasikan belanja modal sebesar + Rp 34,169 Triliun (31,81%).

Besarnya program pembangunan jalan secara nasional tentu saja membutuhkan dukungan ketersediaan aspal minyak yang
andal. Berdasarkan estimasi perhitungan kebutuhan aspal minyak nasional Tahun 2017 diperkirakan sudah mencapai ± 1,5
juta ton/tahun. Sementara itu, pasokan aspal minyak nasional dari refinery plant PT. Pertamina (Persero) rata-rata hanya
mampu sebesar 344 ribu ton/tahun (diluar import). Pada satu sisi, untuk memenuhi gap permintaan aspal minyak nasional
selama ini dilakukan import aspal minyak. Sementara di sisi lainnya, Indonesia memiliki potensi aspal alam di Pulau Buton
dengan deposit mencapai ± 630 juta ton, sehingga seharusnya dapat menjadi solusi defisit aspal minyak nasional.

Panduan Bimbingan Teknis 6


I. Pendahuluan
Saat ini, dengan telah diberlakukannya Undang-Undang Jasa Konstruksi Nomor 2 Tahun 2017 dimana pengaturan khususnya
terkait dengan rantai pasok kontruksi, material dan peralatan konstruksi telah diatur dalam beberapa Pasal. Dalam hal
material dan peralatan konstruksi, terdapat substansi pengaturan yaitu dalam Pasal 5 ayat (5) huruf e: Menetapkan dan
Meningkatkan Penggunaan Standar Mutu Material dan Peralatan Konstruksi serta Teknologi Konstruksi Hasil Penelitian dan
Pengembangan Dalam Negeri. Tentu saja, program percepatan pembangunan infrastruktur nasional diharapkan juga dapat
melibatkan industri pendukung dalam negeri, sehingga berdampak pada pertumbuhan nilai industri di dalam negeri.

Selaras dengan hal tersebut, penggunaan produk dan material dalam negeri merupakan suatu keharusan bagi para pelaksana
proyek infrastruktur. Salah satu material dalam negeri yang dimiliki oleh Indonesia yang dapat dimanfaatkan sebagai material
infrastruktur jalan adalah Aspal Buton (Asbuton). Akan tetapi pemanfaatan Asbuton selama ini masih menghadapi beberapa
permasalahan di lapangan antara lain: (1) inkonsistensi kualitas produk Asbuton dari masing-masing produsen, (2)
keterlambatan waktu pengiriman produk Asbuton ke lokasi proyek (rantai pasok), (3) keterbatasan teknologi peralatan
pendukung AMP yang menggunakan Asbuton, serta (4) keterbatasan pengetahuan dan keterampilan pelaksana di lapangan
baik perencana hingga SDM operator AMP yang menggunakan Asbuton.

Dengan adanya beberapa permasalahan yang terjadi di lapangan tersebut di atas, maka Direktorat Jenderal Bina Konstruksi
bersama Direktorat Jenderal Bina Marga dan Balitbang Kementerian PUPR telah menyusun Draft Revisi Peraturan Menteri
PUPR tentang Penggunaan Aspal Buton untuk Pembangunan dan Preservasi Jalan, dimana merupakan revisi terhadap Pemen
PU No.35/PRT/M/2006, sehingga diharapkan dapat mengakomodir substansi pengaturan guna menjawab permasalahan-
permasalahan yang terjadi.

Sementara itu, Direktorat Jenderal Bina Marga Tahun 2018 telah merencanakan penggunaan Asbuton untuk pekerjaan
pembangunan dan preservasi jalan sebesar + 60.961 Ton yang tersebar pada 18 Balai Pelaksanaan Jalan Nasional. Untuk
mengantisipasi terulangnya permasalahan teknis dan non-teknis, maka salah satu upaya yang akan dilakukan adalah melalui
kegiatan Bimbingan Teknis (Bimtek) yang dimaksudkan untuk memberikan informasi dan edukasi terkait produk dan teknologi
Asbuton yang telah terbukti dapat diaplikasikan di lapangan.

Panduan Bimbingan Teknis 7


I. Pendahuluan
Peningkatan pengetahuan/kompetensi tentang Asbuton perlu dilakukan baik dari jenis produk dan teknologi, spesifikasi dan
standar, rantai pasok, serta teknik pelaksanaan yang belum banyak dimiliki dikuasai oleh para pemilik proyek, perencana,
pengawas, dan pelaksana di lapangan.

Dalam rangka mencapai outcome tersebut, Direktorat Bina Kelembagaan dan Sumber Daya Jasa Konstruksi Direktorat
Jenderal Bina Konstruksi akan menyelenggarakan kegiatan Bimbingan Teknis Rantai Pasok Pelaksanaan Pekerjaan Jalan
Menggunakan Aspal Buton.

B. Maksud dan Tujuan

Maksud dilaksanakannya kegiatan ini adalah terselenggaranya bimbingan teknis rantai pasok pelaksanaan jalan yang
menggunakan Aspal Buton kepada para General Superintendant (GS), Site Engineer (SE) dan atau Quality Engineer (QE) yang
telah dan/atau akan melaksanakan paket pekerjaan jalan dengan menggunakan Asbuton.

Tujuan kegiatan ini adalah untuk memberikan informasi, pengetahuan, dan berbagi pengalaman dalam pelaksanaan
pembangunan dan preservasi jalan yang menggunakan Asbuton, sehingga dapat mempersiapkan dan mampu mengatasi
permasalahan penggunaan Asbuton baik teknis maupun non-teknis.

C. Sasaran
Sasaran yang ingin dicapai dalam pelaksanaan kegiatan ini adalah meningkatnya pengetahuan (knowledge) dan kompetensi
tentang Asbuton secara keseluruhan terhadap para GS, SE, dan atau Asisten GS/SE dari aspek rantai pasok, jenis produk dan
teknologi, spesifikasi dan standar, serta metode pelaksanaan dan teknis pelaksanaannya di lapangan.

Panduan Bimbingan Teknis 8


II. Narasumber dan Peserta
A. Narasumber
Narasumber yang bertugas sebagai fasilitator adalah tenaga profesional yang ahli dalam bidangnya yang
berasal dari unsur Pemerintah dan Praktisi, dimana masing-masing memilki pengetahuan dan pengalaman
yang terkait dengan tema/judul bimbingan teknis.

B. Persyaratan Umum Peserta


Calon peserta bimbingan teknis berasal dari para pelaksana/kontraktor yang pernah/sedang dan/atau akan
melaksanakan pekerjaan pembangunan/preservasi jalan menggunakan Asbuton, serta Produsen Asbuton
dengan memenuhi syarat sebagai berikut :
a. Menduduki posisi sebagai Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) yang terlibat dalam pelaksanaan
pekerjaan jalan dengan menggunakan Asbuton;
b. Menduduki posisi sebagai General Superintendant (GS), Site Engineer (SE), dan/atau Asisten GS/SE,
serta Bagian Teknik Produsen Asbuton;
c. Berpengalaman dan/atau akan melaksanakan pekerjaan jalan dengan menggunakan Asbuton;
d. Mendapat persetujuan tertulis dari Perusahaan pengutus (surat tugas).

C. Jumlah Peserta
Jumlah peserta bimbingan teknis sebanyak 40 (empat puluh) sampai dengan 50 (lima puluh) orang peserta.

Panduan Bimbingan Teknis 9


II. Narasumber dan Peserta
D. Tata Cara Pendaftaran Peserta

Calon peserta bimbingan teknis dapat mendaftarkan diri dengan mengisi formulir usulan peserta yang
selanjutnya dapat disampaikan pada Sekretariat Bimtek dengan alamat:

Sub Direktorat Material dan Peralatan Konstruksi


Direktorat Bina Kelembagaan dan Sumber Daya Jasa Konstruksi
Direktorat Jenderal Bina Konstruksi
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
Jln. Pattimura No. 20 Kebayoran Baru Jakarta Selatan 12110
Telp. dan Fax 021 – 7395375
Email: mpk.djbk@gmail.com

Dengan menyerahkan persyaratan administrasi sebagai berikut:


a. Surat tugas dari instansi/perusahaan pengutus;
b. Fotocopy KTP sebanyak 1 lembar;
c. Pas foto ukuran 4 x 6 sebanyak 2 lembar; dan
d. Formulir biodata yang telah disediakan oleh Panitia.

Panduan Bimbingan Teknis 10


III. Metode, Sarana, dan Prasarana
A. Metode

Metode bimbingan teknis menggunakan proses belajar orang dewasa (andragogi) dimana peserta berperan
aktif dalam proses pembelajaran yang meliputi penyampaian materi oleh narasumber, diskusi, tanya jawab,
dan berbagi pengalaman.

B. Sarana dan Prasarana

Sarana bimbingan teknis meliputi:


a. Modul Bimbingan Teknis dan Alat Tulis;
b. Ruang meeting dan fasilitasnya.

Prasarana bimbingan teknis meliputi:


a. Ruang kelas dan fasilitasnya;
b. Ruang makan dan fasilitasnya.

Fasilitas yang disediakan untuk Peserta:


a. Akomodasi berupa kamar hotel @ 1 kamar untuk 2 orang peserta;
b. Konsumsi selama kegiatan berlangsung (termasuk makan malam);
c. Surat Keterangan telah mengikuti Bimbingan Teknis Asbuton.

Panduan Bimbingan Teknis 11


IV. Kurikulum Bimbingan Teknis
Kegiatan bimbingan teknis terdiri dari 14 (empat belas) Orang/Jam (OJ). Untuk dapat melaksanakan bimbingan teknis dengan baik
dan sesuai dengan maksud dan tujuan, maka disusunlah kurikulum yang telah disesuaikan dengan kebutuhan di lapangan
sebagaimana tabel berikut ini:
WAKTU PELAKSANAAN
NO. MATERI (OJ) NARASUMBER MODERATOR
JUMLAH
Sesi Pertama
Ir. Rusli, MT
(Kasubdit Material dan Peralatan Konstruksi,
1. Rantai Pasok Aspal Buton 2
Dit. Bina Kelembagaan dan SDJK,
Ditjen Bina Konstruksi)
Dr. Ir. Nyoman Suaryana, M.Sc.
Kondisi Terkini dan Strategi
2. 2 (Kepala Balai Bahan dan Perkerasan Jalan,
Pemanfaatan Asbuton Andias Mintoharjo, ST.
Pusjatan Balitbang)
Rina Kumalasari, ST, MT.
Program Penggunaan dan Spesifikasi (Kasie Perkerasan Jalan dan Drainase, Subdit
3. 2
Teknis Asbuton Geometrik, Perkerasan, dan Drainase,
Dit. Pembangunan Jalan, Ditjen Bina Marga)
Sesi Kedua
Ilman Farid, ST, MT.
Aplikasi Jenis Produk dan Teknologi
4. 2 (Peneliti Loka Litbang Asbuton,
Asbuton
Pusjatan Balitbang)
Dr. Drs. Madi Hermadi, S.Si, MM. Andias Mintoharjo, ST.
Perencanaan Campuran Beraspal Panas
5. 2 (Kepala Loka Litbang Asbuton, Pusjatan
dengan Asbuton
Balitbang)
Sesi Ketiga
Dr. Drs. Madi Hermadi, S.Si, MM.
Perencanaan Campuran Panas Asbuton
6. 2 (Kepala Loka Litbang Asbuton,
Dihampar Dingin (CPHMA)
Pusjatan Balitbang) Andias Mintoharjo, ST.
Ir. Arifin Fahmi, MM.
7. Material dan Produksi Aspal Buton 2
(ASPABI)
Total = 14
Keterangan : OJ = Orang/Jam @ 60 menit

Panduan Bimbingan Teknis 12


V. Tata Tertib
Kepada peserta bimbingan teknis diwajibkan mengikuti tata tertib yang berlaku selama pelaksanaan pelatihan
berlangsung, antara lain sebagai berikut:
a. Peserta Bimbingan Teknis wajib mengikuti seluruh kegiatan dan peraturan yang akan berlangsung selama
1 (satu) hari;
b. Peserta harus sudah hadir di dalam ruangan meeting dan siap untuk mengikuti materi 15 (lima belas)
menit sebelum waktu dimulai sesuai jadwal yang diberikan;
c. Bila akan meninggalkan pelajaran selama 1 (satu) jam (OJ) atau lebih harus mendapat izin dari instruktur
yang mengajar dan ketua pelaksana pelatihan;
d. Pada saat di ruangan meeting peserta diwajibkan berpakaian rapi dan sopan, serta tidak menggunakan
celana berbahan jeans dan kaos / T-shirt;
e. Peserta diwajibkan mengenakan tanda pengenal (name tag) yang telah disiapkan oleh panitia;
f. Peserta diwajibkan menjaga kebersihan dan keamanan, serta keutuhan fasilitas yang digunakan selama
kegiatan berlangsung; dan
g. Peserta dilarang melakukan hal-hal yang tercela/melanggar norma baik di area hotel maupun di luar hotel
selama kegiatan berlangsung.

Panduan Bimbingan Teknis 13


MATERI
BIMBINGAN TEKNIS
15
RANTAI PASOK ASPAL BUTON
1 (ASBUTON)
Lay Out
1.1 Latar Belakang
1.2 Konseptual Rantai Pasok Konstruksi
1.3 Pola Umum Rantai Pasok
1.4 Rantai Pasok Material dan Peralatan Konstruksi
1.5 Rantai Pasok Sumber Daya Jasa Konstruksi
1.6 Pembinaan Rantai Pasok Sumber Daya MPK
1.7 Estimasi Keseimbangan Supply-Demand MPK Tahun 2017
1.8 Estimasi Kebutuhan MPK Tahun 2018
1.9 Estimasi Kebutuhan MPK Tiap Provinsi Kementerian PUPR Tahun Anggaran 2018
1.10 Estimasi Keseimbangan Supply-Demand MPK Utama Tiap Pulau Kementerian PUPR Tahun
Anggaran 2018
1.11 Substansi Pengaturan Rantai Pasok dan MPK dalam UU 2/2017 tentang Jasa Konstruksi
1.12 Isu-Isu Asbuton dan Usulan Rencana Tindak Lanjut
1.13 Peraturan Menteri PUPR tentang Aspal Buton untuk Pembangunan dan Reservasi Jalan
1.14 Kesimpulan

Rantai Pasok Aspal Buton 17


Latar Belakang

1. Ditetapkannya Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2017 tentang Jasa Konstruksi


dimana terdapat beberapa Bab dan Pasal yang secara khusus mengatur tentang
Rantai Pasok dan Pengaturan terhadap Material dan Peralatan Konstruksi.
2. Direktorat Jenderal Bina Konstruksi telah memfasilitasi dilakukannya Revisi
Peraturan Menteri PU No: 35/PRT/M/2006 sebagai upaya mengatasi
permasalahan penggunaan Asbuton (saat ini telah tersusun Draft Final Permen).
3. Pada Tahun 2017, realisasi penggunaan Asbuton hanya mencapai 80,88% dari
target penggunaan sebesar 65.059 Ton. Hal ini dikarenakan pelaksanaan pekerjaan
jalan yang menggunakan Asbuton masih menghadapi persoalan, antara lain: (i)
perencanaan yang kurang, sehingga banyak paket Asbuton menjadi Aspal Minyak;
dan (ii) rantai pasok.
4. Sementara itu untuk Tahun 2018, rencana penggunaan Asbuton Direktorat
Jenderal Bina Marga ditetapkan sebesar 58.879 Ton yang yang tersebar melalui 18
Balai Pelaksana Jalan Nasional (BPJN). Kondisi ini menjadi tantangan bersama,
sehingga permasalahan di lapangan tidak berulang kembali.

Rantai Pasok Aspal Buton 18


Konseptual Rantai Pasok Konstruksi

• Rantai Pasok (supply chain) adalah sistem


supply manufacture, transportasi,
distribusi, serta trade yang diciptakan
untuk mengubah bahan dasar menjadi
suatu produk dan memasok produk
tersebut kepada pengguna sesuai nilai yang
diminta.
• Seluruh pihak yang terlibat dalam
mensuplai sumber daya mulai dari hulu
hingga hilir kegiatan.
• Supply Chain Management (SCM) atau
Pengelolaan Rantai Pasok adalah usaha
koordinasi dan memadukan aktivitas
penciptaan produk di antara pihak-pihak
dalam suatu rantai pasok untuk
meningkatkan efisiensi operasi, kualitas,
dan layanan kepada pelanggan untuk
mendapatkan sustainable competitive
advantage bagi semua pihak yang terkait
dalam kolaborasi ini.

Rantai Pasok Aspal Buton 19


Rantai Pasok – Logistik – Distribusi

Pemasok
Bahan
Baku
Intermedier
Pemasok Pemasok PRODUSEN KONSUMEN
Bahan
Baku DISTRIBUSI
Pemasok
LOGISTIK
RANTAI PASOK

RANTAI PASOK LOGISTIK DISTRIBUSI

Bahan Baku Bahan Baku


Obyek Barang ;⁄₂ Jadi Barang ;⁄₂ Jadi Barang Jadi
Barang Jadi Barang Jadi
Bahan Baku-
Pemasok-
Pemasok- Produsen-
Keterkaitan Produsen-
Produsen- Konsumen
Konsumen
Konsumen Sumber:
Prof. Senator Nur Bahagia,
Aliran Aliran Penghantaran Buku Konstruksi Indonesia
Fokus
Barang Barang Barang 2012

Rantai Pasok Aspal Buton 20


Pola Umum Rantai Pasok Konstruksi

Rantai Pasok Aspal Buton 21


Pola Umum Rantai Pasok Alat Berat

HULU HILIR

Pemasok Pabrikan Distributor Pemilik Pelayanan Pengguna

Konstruksi
Penyewaan
Infrastruktur
Pemasok Produsen Agen Pemilik
Komponen Domestik Tunggal Alat Berat
Jasa Konstruksi Non-
Pelaksana Infrastruktur

Impor Impor Penyedia Suku Sektor Lainnya


Komponen Alat Berat Cadang dan Perkebunan,
Perawatan Kehutanan, dll

Penjualan
dan Lelang

Impor
Rekondisi
Alat Bekas

Rantai Pasok Aspal Buton 22


Rantai Pasok Material dan Peralatan Konstruksi

Supply Organisation Demand Organisation


Contractors:
construction managers,
Sub contractors: Financier
developers
Supplier’s specialist,
Client:
suppliers: supply and install,
building owners
agents, equipment hire etc
developers
OEM
Materials and product Users:
manufactures etc Consultants:
suppliers tenants, owners, public
architectural,
agents, distributors, engineering, cost
secondary project management
manufactures

Pemasok RAW Production & Services Flow


Masyarakat
Material, Importir
Cash Flow

Information Flow

Produsen/Pemasok
Supply dan Infrastruktur
MPK
Demand MPK

Rantai Pasok Aspal Buton 23


Posisi Kewenangan dan Produk Regulasi Penyelenggaraan
Material dan Peralatan Konstruksi
(Regulator Industri Konstruksi)
Kementerian PUPR

• UU No.2 Tahun 2017 (Jasa


Konstruksi)
• UU No.38 Tahun 2004 (Jalan)

• Asosiasi Profesi
• Asosiasi Perusahaan (APPAKSI,
AABI, AKI, AP3I, AMBI)

Rantai Pasok Aspal Buton 24


Organizational
Structure

Rantai Pasok Aspal Buton 25


Rantai Pasok Sumber Daya Jasa Konstruksi

• Kontraktor Umum • BIM


• Kontraktor Spesialis • Teknologi berbasis
• Konsultan Umum GPS dan Digital
• Konsultan Spesialis TEKNOLOGI • Teknologi LITBANG
BADAN
USAHA JASA
KONSTRUKSI
• AMP
• Alat Berat
Konstruksi
PERALATAN • Batching Plant
• Ahli
• Teknisi/Analis
• Operator

TENAGA
KERJA INDUSTRI
KOMPETEN KONSTRUKSI • Semen
• Baja Konstruksi
• Aspal
• Beton Pracetak
dan Prategang
MATERIAL

Rantai Pasok Aspal Buton 26


Pembinaan Rantai Pasok Sumber Daya
Material dan Peralatan Konstruksi

TUJUAN/GOALS

• Terjaminnya
Pasokan Material
ISU STRATEGIS UTAMA PRASYARAT dan Peralatan
• Mengembangkan kapasitas sistem rantai Konstruksi dalam
• Belum Tersedianya pasok MPK. Mendukung
Informasi Demand • Meningkatkan kualitas analisis pasokan Penyelenggaraan
MPK. dan kebutuhan (supply-demand) sumber Infrastruktur
• Belum Terbentuk daya MPK. Nasional.
Jejaring Rantai • Meningkatkan kualitas informasi sistem • Meningkatnya
Pasok MPK. rantai pasok MPK. Efisiensi
• Belum • Mengharmonisasikan penerapan Penyelenggaraan
Terlaksananya kebijakan pengelolaan dan pemantauan Infrastruktur
Evaluasi dan MPK diantara Pemangku Kepentingan. Nasional.
Kinerja Rantai • Mendorong Kemandirian Industri MPK • Terwujudnya
Pasok MPK. Nasional. Kemandirian
Industri Material
dan Peralatan
Konstruksi
Nasional.

Rantai Pasok Aspal Buton 27


Estimasi Keseimbangan Suplay-Demand
Material dan Peralatan Konstruksi Tahun 2017

Kapasitas Produksi Kebutuhan (Demand)


Utilitas Gap
No. Jenis MPK Satuan Terpasang (Supply) Infrastruktur Non Infrastrukutr Total
a b c d e = c+d f = b/a g = e-b
1 Semen juta Ton 107,97 66,35 16,59 49,76 66,35 61% 0,00
Beton Pracetak
2 juta Ton 34,42 34,42 32,70 1,72 34,42 100% 0,00
dan Prategang
3 Aspal Minyak ribu Ton 350,00 350,00 1320,50 69,50 1390,00 100% 1040,00
4 Aspal Buton* ribu Ton 878,00 28,30 64,02 0,00 64,02 3% 35,72
5 Baja Konstruksi juta Ton 13,49 7,00 5,44 8,16 13,60 52% 6,60
6 Alat Berat ribu unit 10,00 6,33 4,67 7,01 11,68 63% 5.35

Catatan: Data Supply Diluar Import;


*untuk produksi Aspal Buton (made by order)

Rantai Pasok Aspal Buton 28


Estimasi Kebutuhan
Material dan Peralatan Konstruksi Tahun 2018

Kebutuhan MPK Kementerian PUPR


Anggaran Belanja
Anggaran DIPA
Satminkal Modal Beton Alat
(Rp) Aspal Semen Baja
(Rp) Pracetak Berat
(Ton) (Ton) (Ton)
(Ton) (unit)

Ditjen SDA 37.309.551.551.000 30.204.264.952.000 14.044,98 1.300.461,41 753.540,77 1.456.516,78 3.990,99

Ditjen BM 41.673.066.930.000 34.169.389.766.000 727.031,42 1.278.979,24 240.124,36 1.432.456,75 4.118,55

Ditjen CK 16.109.202.581.000 11.090.976.141.000 14.377,94 729.385,72 227.293,88 816.912,01 448,81

Ditjen PnP 9.633.756.042.000 8.768.900.000 11,37 576,68 179,71 645,88 0,35

Total 104.725.577.104.000 75.473.399.759.000 755.465,71 3.309.403,05 1.221.138,72 3.706.531,42 8.558,71

Sumber : DIPA TA 2018 Kementerian PUPR (data e-monitoring, 29 Januari 2018)

note: Total Anggaran Kementerian PUPR TA 2018 sebesar Rp 107,386 Triliun

Rantai Pasok Aspal Buton 29


Estimasi Kebutuhan MPK Tiap Provinsi
Kementerian PUPR Tahun Anggaran 2018
Estimasi Kebutuhan MPK Utama
Kode Lokasi Pagu Belanja Modal* Semen Baja Aspal Beton Pracetak Alat Berat
(Ton) (Ton) (Ton) (Ton) (Unit)
1 DKI Jakarta 21,153,435,703,000 14,923,748,888,466.50 667,423.21 214,719.21 174,329.74 961,089.43 1,598.83
2 Jawa Barat 7,707,440,467,000 5,437,599,249,468.50 243,181.52 78,234.83 63,518.57 350,181.39 582.55
3 Jawa Tengah 7,838,779,533,000 5,530,258,960,531.50 247,325.47 79,568.00 64,600.97 356,148.68 592.48
4 DI Yogyakarta 2,514,485,434,000 1,773,969,473,687.00 79,335.86 25,523.43 20,722.38 114,243.63 190.05
5 Jawa Timur 4,749,327,900,000 3,350,650,833,450.00 149,848.55 48,208.33 39,140.17 215,781.91 358.97
6 Aceh 2,545,603,897,000 1,795,923,549,333.50 80,317.69 25,839.30 20,978.84 115,657.48 192.40
7 Sumatera Utara 4,232,385,831,000 2,985,948,203,770.50 133,538.24 42,961.08 34,879.95 192,295.06 319.89
8 Sumatera Barat 2,203,909,293,000 1,554,858,006,211.50 69,536.71 22,370.91 18,162.86 100,132.86 166.58
9 Riau 1,598,912,249,000 1,128,032,591,669.50 50,448.12 16,229.85 13,176.96 72,645.30 120.85
10 Jambi 1,664,214,597,000 1,174,103,398,183.50 52,508.51 16,892.71 13,715.13 75,612.26 125.79
11 Sumatera Selatan 3,435,372,188,000 2,423,655,078,634.00 108,391.24 34,870.95 28,311.60 156,083.39 259.65
12 Lampung 2,217,893,212,000 1,564,723,661,066.00 69,977.92 22,512.86 18,278.11 100,768.20 167.63
13 Kalimantan Barat 2,987,307,476,000 2,107,545,424,318.00 94,254.11 30,322.84 24,619.00 135,725.93 225.79
14 Kalimantan Tengah 1,430,789,845,000 1,009,422,235,647.50 45,143.61 14,523.32 11,791.43 65,006.79 108.14
15 Kalimantan Selatan 2,081,158,207,000 1,468,257,115,038.50 65,663.72 21,124.92 17,151.25 94,555.76 157.30
16 Kalimantan Timur 2,128,482,215,000 1,501,644,202,682.50 67,156.87 21,605.29 17,541.25 96,705.89 160.88
17 Sulawesi Utara 3,320,197,985,000 2,342,399,678,417.50 104,757.32 33,701.87 27,362.42 150,850.54 250.95
18 Sulawesi Tengah 2,127,698,409,000 1,501,091,227,549.50 67,132.14 21,597.33 17,534.79 96,670.28 160.82
19 Sulawesi Selatan 4,405,650,004,000 3,108,186,077,822.00 139,004.99 44,719.81 36,307.85 200,167.18 332.99
20 Sulawesi Tenggara 1,870,852,995,000 1,319,886,787,972.50 59,028.27 18,990.20 15,418.08 85,000.71 141.40
21 Maluku 1,651,996,648,000 1,165,483,635,164.00 52,123.02 16,768.69 13,614.44 75,057.15 124.86
22 Bali 1,628,876,512,000 1,149,172,379,216.00 51,393.54 16,534.01 13,423.90 74,006.70 123.11
23 Nusa Tenggara Barat 2,065,534,378,000 1,457,234,503,679.00 65,170.77 20,966.33 17,022.49 93,845.90 156.12
24 Nusa Tenggara Timur 3,121,448,372,000 2,202,181,826,446.00 98,486.47 31,684.45 25,724.49 141,820.51 235.93
25 Papua 4,531,142,507,000 3,196,721,038,688.50 142,964.47 45,993.63 37,342.06 205,868.83 342.48
26 Bengkulu 875,681,039,000 617,792,973,014.50 27,629.07 8,888.65 7,216.66 39,785.87 66.19
27 Maluku Utara 1,740,235,537,000 1,227,736,171,353.50 54,907.09 17,664.36 14,341.63 79,066.21 131.53
28 Banten 1,702,905,943,000 1,201,400,142,786.50 53,729.28 17,285.45 14,033.99 77,370.17 128.71
29 Bangka Belitung 540,855,728,000 381,573,716,104.00 17,064.82 5,489.99 4,457.30 24,573.35 40.88
30 Gorontalo 1,445,450,174,000 1,019,765,097,757.00 45,606.16 14,672.13 11,912.25 65,672.87 109.25
31 Kepulauan Riau 972,982,856,000 686,439,404,908.00 30,699.10 9,876.32 8,018.55 44,206.70 73.54
32 Papua Barat 2,295,327,998,000 1,619,353,902,589.00 72,421.11 23,298.86 18,916.26 104,286.39 173.49
33 Sulawesi Barat 898,200,174,000 633,680,222,757.00 28,339.59 9,117.23 7,402.25 40,809.01 67.89
34 Kalimantan Utara 1,701,681,995,000 1,200,536,647,472.50 53,690.67 17,273.02 14,023.91 77,314.56 128.62
Total 107,386,217,301,000 75,760,976,305,855.50 3,388,199.23 1,090,030.16 884,991.53 4,879,006.89 8,116.54

Note:
*) Asumsi Belanja Modal rata-rata per Provinsi sebesar 70,55% berdasarkan data
Belanja Modal keseluruhan Rantai Pasok Aspal Buton 30
Estimasi Keseimbangan Supply-Demand MPK Utama Tiap Pulau
Kementerian PUPR Tahun Anggaran 2018
PULAU TOTAL
NO KOMPONEN PRODUKTIVITAS SATUAN MALUKU
SUMATERA JAWA BALINUSTRA KALIMANTAN SULAWESI NASIONAL
DAN PAPUA
PASOKAN (SUPPLY) TON 16,124,480.00 72,347,000.00 400,000.00 5,800,000.00 11,800,000.00 1,500,000.00 107,971,480.00
1 SEMEN KEBUTUHAN PUPR (DEMAND) TON 640,111.43 1,440,843.90 215,050.77 325,908.97 443,868.46 322,415.68 3,388,199.22
KESEIMBANGAN SUPPLY-DEMEND TON 15,484,368.57 70,906,156.10 184,949.23 5,474,091.03 11,356,131.54 1,177,584.32 104,583,280.78
PASOKAN (SUPPLY) TON 1,090,000.00 17,709,250.00 - - 20,000.00 - 18,819,250.00
2 BAJA KEBUTUHAN PUPR (DEMAND) TON 205,932.63 463,539.28 69,184.78 104,849.39 142,798.57 103,725.55 1,090,030.18
KESEIMBANGAN SUPPLY-DEMEND TON 884,067.37 17,245,710.75 (69,184.78) (104,849.39) (122,798.57) (103,725.55) 17,729,219.82
PASOKAN (SUPPLY)** TON 248,140.00 121,590.00 90,900.00 86,500.00 142,490.00 25,330.00 714,950.00
KEBUTUHAN PUPR (DEMAND) TON 167,195.95 376,345.82 56,170.87 85,126.84 115,937.64 84,214.39 884,991.51
3 ASPAL KEBUTUHAN PUPR (DEMAND)* TON 475,817.95 104,034.92 133,200.39 266,445.41 150,250.80 20,540.89 1,150,290.36
KESEIMBANGAN SUPPLY-DEMEND TON 80,944.05 -254,755.82 34,729.13 1,373.16 26,552.36 -58884.39 -170.041,51
KESEIMBANGAN SUPPLY-DEMEND* TON (227,677.95) 17,555.08 (42,300.39) (179,945.41) (7,760.80) 4,789.11 (435,340.36)
PASOKAN (SUPPLY)** TON 30,000.00 438,000.00 - - 410,000.00 - 878,000.00
4 ASPAL BUTON KEBUTUHAN PUPR (DEMAND) TON 18,644.69 10,170.95 1,203.67 1,629.57 23,335.07 3,895.34 58,879.29
KESEIMBANGAN SUPPLY-DEMEND TON 11,355.31 427,829.05 (1,203.67) (1,629.57) 386,664.93 (3,895.34)
BETON PASOKAN (SUPPLY) TON 4,329,376.00 29,423,329.00 66,488.00 48,000.00 555,263.00 - 34,422,455.00
5 PRACETAK KEBUTUHAN PUPR (DEMAND) TON 1,365,571.05 3,073,800.32 458,774.98 695,272.48 946,919.39 687,820.12 7,228,158.33
PARATEGANG KESEIMBANGAN SUPPLY-DEMEND TON 2,963,804.95 26,349,527.68 (392,286.98) (647,272.48) (391,656.39) (687,820.12) 27,194,296.67
PASOKAN (SUPPLY)*** UNIT 1,642.00 13,205.00 417.00 1,059.00 272.00 177.00 16,772.00
6 ALAT BERAT KEBUTUHAN PUPR (DEMAND)**** UNIT 4,600.21 10,354.75 1,545.48 2,342.17 3,189.90 2,317.07 24,349,58
KESEIMBANGAN SUPPLY-DEMEND UNIT (2,958.21) 2,850.25 (1,128.48) (1,283.17) (2,917.90) (2,140.07) (7,577.58)

Defisit/Minus
*) Perhitungan demand aspal oleh Ditjen Bina Marga ***) Supply alat berat baru dan hasil registrasi
Kebutuhan alat berbagai jenis (baru dan lama). Untuk
**) Supply PT Pertamina (Persero) ****) Pulau Jawa sudah termasuk kapasitas terpasang
HINABI sebesar 10.000 unti/tahun

Rantai Pasok Aspal Buton 31


Substansi Pengaturan Rantai Pasok Konstruksi dalam
Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2017 tentang Jasa Konstruksi

No. BAB PASAL SUBSTANSI PENGATURAN RANTAI PASOK


Menyelenggarakan akreditasi bagi asosiasi perusahaan Jasa
III, Tanggung Jawab
1 5, ayat (1) huruf d Konstruksi dan asosiasi yang terkait dengan rantai pasok Jasa
dan Kewenangan
Konstruksi;
III, Tanggung Jawab
2 5, ayat (1) huruf f Mengembangkan sistem rantai pasok Jasa Konstruksi;
dan Kewenangan
III, Tanggung Jawab Membangun sistem rantai pasok material, peralatan, dan teknologi
3 5, ayat (5) huruf g
dan Kewenangan konstruksi.
III, Tanggung Jawab Menyelenggarakan pengawasan sistem rantai pasok konstruksi di
4 6, ayat (1) huruf d
dan Kewenangan provinsi;
IV, Usaha Jasa Kegiatan usaha Jasa Konstruksi didukung dengan usaha rantai
5 17, ayat (1)
Konstruksi pasok sumber daya konstruksi.
Ketentuan lebih lanjut mengenai jenis, sifat, klasifikasi, layanan
usaha, perubahan atas klasifikasi dan layanan usaha, dan usaha
IV, Usaha Jasa
6 18 rantai pasok sumber daya konstruksi sebagaimana dimaksud dalam
Konstruksi
Pasal 11 sampai dengan Pasal 17 diatur dalam Peraturan
Pemerintah.
Selain unsur sebagaimana dimaksud pada ayat (3), pengurus
X, Partisipasi
7 84, ayat (4) lembaga dapat diusulkan dari asosiasi terkait rantai pasok
Masyarakat
konstruksi yang terakreditasi.

Rantai Pasok Aspal Buton 32


Substansi Pengaturan Material dan Peralatan Konstruksi dalam
Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2017 tentang Jasa Konstruksi
No. BAB PASAL SUBSTANSI PENGATURAN RANTAI PASOK
III, Tanggung Jawab Meningkatnya kualitas penggunaan material dan peralatan konstruksi serta
1 4, ayat (1) huruf e
dan Kewenangan teknologi konstruksi dalam negeri;
III, Tanggung Jawab Mengembangkan standar material dan peralatan konstruksi, serta inovasi
2 5, ayat (5) huruf a
dan Kewenangan teknologi konstruksi;
Memublikasikan material dan perlatan konstruksi serta teknologi konstruksi
III, Tanggung Jawab
3 5, ayat (5) huruf d dalam negeri kepada seluruh pemangku kepentingan, baik nasional maupun
dan Kewenangan
internasional;
III, Tanggung Jawab Menetapkan dan meningkatkan penggunaan standar mutu material dan
4 5, ayat (5) huruf e
dan Kewenangan peralatan sesuai dengan Standar Nasional Indonesia;
III, Tanggung Jawab Melindungi kekayaan intelektual atas material dan peralatan konstruksi serta
5 5, ayat (5) huruf f
dan Kewenangan teknologi konstruksi hasil penelitian dan pengembangan dalam negeri;
III, Tanggung Jawab
6 5, ayat (5) huruf g Membangun sistem rantai pasok material, peralatan, dan teknologi konstruksi.
dan Kewenangan
III, Tanggung Jawab Menyelenggarakan pengawasan penggunaan material, peralatan, dan teknologi
7 6, ayat (5) huruf a
dan Kewenangan konstruksi;
III, Tanggung Jawab Menyelenggarakan pengawasan pengelolaan dan pemanfaatan sumber material
8 6, ayat (5) huruf d
dan Kewenangan konstruksi;
III, Tanggung Jawab Meningkatkan penggunaan standar mutu material dan peralatan sesuai dengan
9 6, ayat (5) huruf e
dan Kewenangan Standar Nasional Indonesia.

Rantai Pasok Aspal Buton 33


Substansi Pengaturan Material dan Peralatan Konstruksi dalam
Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2017 tentang Jasa Konstruksi
No. BAB PASAL SUBSTANSI PENGATURAN RANTAI PASOK
IV, Usaha Jasa
10 14, ayat (3) huruf e Penyewaan Peralatan;
Konstruksi
IV, Usaha Jasa
11 20, ayat (2) huruf d Kemampuan dalam penyediaan peralatan konstruksi.
Konstruksi
IV, Usaha Jasa
12 33, ayat (1) huruf f Mengutamakan penggunaan material dan teknologi konstruksi dalam negeri.
Konstruksi
Untuk kegiatan pelaksanaan layanan Jasa Konstruksi, dapat memuat ketentuan
V, Penyelenggaraan
13 48, huruf b tentang Subpenyedia Jasa serta pemasok bahan, komponen bangunan, dan/atau
Jasa Konstruksi
peralatan yang harus memenuhi standar yang berlaku;
VI, Keamanan,
Keselamatan,
14 Kesehatan dan 59, ayat (2) huruf d Penggunaan material, peralatan dan/atau teknologi;
Keberlanjutan
Konstruksi
VI, Keamanan,
Keselamatan,
15 Kesehatan dan 59, ayat (3) huruf 1 Standar mutu bahan;
Keberlanjutan
Konstruksi
VI, Keamanan,
Keselamatan,
16 Kesehatan dan 59, ayat (3) huruf b Standar mutu peralatan;
Keberlanjutan
Konstruksi

Rantai Pasok Aspal Buton 34


Isu-Isu Asbuton dan Usulan Rencana Tindak Lanjut
Isu-Isu Usulan Rencana Tindak Lanjut

• Melakukan pemetaan jenis/ tipe dan teknologi Aspal Buton (Asbuton)


sesuai dengan kondisi jalan tiap daerah;
Utilitas penggunaan Asbuton • Pembinaan penggunaan Asbuton oleh lembaga teknis;
masih sangat rendah, sementara • Peningkatan penggunaan Asbuton yang lebih banyak oleh Pemerintah;
kapasitas terpasang produsen • Pengembangan produk kombinasi aspal alam/ Asbuton dan aspal
berlebih (over supply). minyak;
• Optimasi Anggaran DAK  Penggunaan Asbuton pada jalan-jalan
Provinsi/ Kab/ Kota
Permintaan sering menumpuk • Perkiraan permintaan sebaiknya dilakukan per bulan;
pada akhir tahun. • Menyiapkan buffer stock Asbuton tiap wilayah;
• Perlunya pengujian mutu oleh pihak independen  SERTIFIKASI
PRODUK DAN PRODUSEN ASBUTON oleh ASPABI.
Mutu Asbuton yang belum
• Optimalisasi fasilitas Loka Teknologi Asbuton Balitbang PUPR dan
menyakinkan/ berfluktuatif
Asbuton Centre Balai MPK.
karena bahan alam
• Perbaikan proses aplikasi atau metode pelaksanaan dan teknologi di
lapangan.
Belum banyak ketersedian jalur
regular kapal pengangkut antar
• Perlu volume pemesanan ekonomis/ skala ekonomi dan pembenahan
wilayah/ pulau sehingga ongkos/
tata niaga Asbuton.
biaya pengiriman masih tinggi
(logistik).

Rantai Pasok Aspal Buton 35


Peraturan Menteri PUPR tentang Asbuton
untuk Pembangunan dan Preservasi Jalan
BAB I
KETENTUAN UMUM

Pasal 2
1) Peraturan Menteri ini dimaksudkan sebagai pedoman bagi institusi terkait di lingkungan
Pemerintah Pusat dan Daerah serta mitra usaha dalam mengupayakan peningkatan
penggunaan asbuton untuk pembangunan dan preservasi jalan secara efektif, efisien,
transparan, akuntabel, dan berkelanjutan.

2) Peraturan Menteri ini bertujuan untuk:


a. Meningkatkan penggunaan asbuton sebagai bahan jalan yang berkualitas, konsisten,
berkelanjutan, dan tepat guna;
b. Meningkatkan kemampuan pasokan asbuton sebagai bahan tambah, bahan substitusi,
ataupun bahan pengganti aspal minyak; dan
c. Meningkatkan manfaat ekonomi dan kemandirian industri asbuton bagi masyarakat dan
lingkungan setempat.

Rantai Pasok Aspal Buton 36


Peraturan Menteri PUPR tentang Asbuton
untuk Pembangunan dan Preservasi Jalan
BAB I
KETENTUAN UMUM

Pasal 3
Lingkup Pengaturan dalam Peraturan Menteri ini meliputi:
a. Penggunaan Aspal Buton;
b. Pembinaan Teknis;
c. Pengadaan Aspal Buton; dan
d. Pemantauan, Evaluasi, dan Pelaporan.

Rantai Pasok Aspal Buton 37


Peraturan Menteri PUPR tentang Asbuton
untuk Pembangunan dan Preservasi Jalan
BAB II
PENGGUNAAN ASPAL BUTON

Bagian Kedua
Tata Cara Penggunaan Aspal Buton

Pasal 5
1) Penggunaan Asbuton untuk pembangunan dan preservasi jalan harus menggunakan asbuton
olahan yang sudah tersertifikasi melalui pengujian oleh Badan Penelitian dan Pengembangan
atau lembaga pengujian yang telah terakreditasi.
2) Spesifikasi teknik campuran beraspal yang menggunakan asbuton secara rinci mengikuti
standar, petunjuk, dan pedoman teknis yang berlaku.
3) Dalam hal diperoleh teknologi baru perkerasan jalan yang menggunakan asbuton dan telah
diuji oleh Badan Penelitian dan Pengembangan, dapat diusulkan penggunaannya kepada
Direktorat Jenderal Bina Marga.
4) Rincian mengenai penggunaan teknologi dan jenis asbuton tercantum dalam lampiran yang
merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.

Rantai Pasok Aspal Buton 38


Peraturan Menteri PUPR tentang Asbuton
untuk Pembangunan dan Preservasi Jalan
BAB II
PENGGUNAAN ASBUTON

Bagian Kedua
Tata Cara Penggunaan Aspal Buton

Pasal 6
5) Setiap produk asbuton yang digunakan untuk pembangunan dan preservasi jalan harus dari
produsen yang sudah memperoleh sertifikat dari lembaga yang terakreditasi sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
6) Dalam hal produk asbuton diperoleh dari produsen yang belum bersertifikat sebagaimana
dimaksud pada ayat (5), harus mendapatkan rekomendasi dari tim yang ditetapkan oleh
Direktorat Jenderal Bina Konstruksi yang beranggotakan Direktorat Jenderal Bina Marga dan
Badan Penelitian dan Pengembangan.

Rantai Pasok Aspal Buton 39


Peraturan Menteri PUPR tentang Asbuton
untuk Pembangunan dan Preservasi Jalan
BAB IV
PENGADAAN ASBUTON

Bagian Kesatu
Umum

Pasal 8
Tata cara pengadaan asbuton untuk pembangunan dan/atau preservasi jalan mengikuti ketentuan pengadaan
barang/jasa sesuai ketentuan peraturan perundang undangan.

Bagian Kedua
Sistem Penyangga (Buffer Stock) Aspal Buton

Pasal 9
1) Dalam hal mencegah terjadinya ketidakstabilan harga dan tidak tersedianya pasokan asbuton dalam suatu
periode tertentu, serta untuk menjaga pemenuhan kebutuhan asbuton secara berkelanjutan, Direktorat
Jenderal Bina Marga menetapkan sistem penyangga (buffer stock) asbuton, sesuai dengan kewenangannya.
2) Untuk mendukung kestabilan harga sebagaimana dimaksud pada ayat (1) di atas, diperlukan adanya
dukungan jalur pelayaran regular menuju lokasi Sistem Penyangga (Buffer Stock) melalui
Kementerian/Lembaga yang membidangi.

Rantai Pasok Aspal Buton 40


Peraturan Menteri PUPR tentang Asbuton
untuk Pembangunan dan Preservasi Jalan
BAB VI
KETENTUAN PERALIHAN

Pasal 12
Setiap produsen asbuton harus sudah memiliki sertifikat manajemen mutu sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 6 Ayat (1) dalam jangka waktu paling lambat 3 (tiga) tahun sejak diundangkannya
Peraturan Menteri ini.

Rantai Pasok Aspal Buton 41


Kesimpulan
1. Ditjen Bina Konstruksi Tahun 2015 telah memulai untuk memfasilitasi dilakukannya Revisi
Permen Menteri PU No.: 35/PRT/M/2006 tentang Peningkatan Pemanfaatan Aspal Buton
untuk Pemeliharaan dan Pembangunan Jalan (saat ini telah tersusun Draft Final Permen).
2. Selaras dengan penyusunan Draft Permen tersebut, Ditjen Bina Konstruksi melakukan
beberapa inisiasi antara lain: (i) Pembentukan Asbuton Promotion Centre di Balai Material
dan Peralatan Konstruksi Jakarta, (ii) Penyelenggaraan Pelatihan Penerapan Teknologi AMP
Menggunakan Aspal Buton bagi Penyedia Jasa, (iii) Fasilitasi penyiapan Teknologi Feeder
System sebagai Peralatan Pendukung AMP yang menggunakan Asbuton yang bekerja sama
dengan Produsen AMP, dan (iv) Kajian Pendayagunaan Industrialisasi Aspal Buton.
3. Ditjen Bina Konstruksi turut serta melakukan pengendalian pemanfaatan Asbuton bersama
dengan Ditjen Bina Marga melalui Surat Keputusan Dirjen Bina Marga Tahun 2016 tentang
Tim Pengendali Pemanfaatan Asbuton TA 2016 (perlu dioptimalkan).
4. Asosiasi Pengembang Aspal Buton Indonesia (ASPABI) akan merealisasikan pelaksanakan
bersama anggotanya terkait rencana sertifikasi produsen Asbuton bekerja sama dengan PT.
SUCOFINDO.
5. Ditetapkannya UU Nomor 2 Tahun 2017 tentang Jasa Konstruksi dimana terdapat beberapa
Bab dan Pasal yang secara khusus mengatur tentang Material Konstruksi  Mengutamakan
Penggunaan Material Dalam Negeri (pasal 33, ayat 1, huruf f).

Rantai Pasok Aspal Buton 42


KONDISI TERKINI DAN STRATEGI
2 PEMANFAATAN ASBUTON
Lay Out
2.1 Latar Belakang
2.2 Sejarah Terbentuknya Pulau Buton
• Stratigrafi Regional Pulau Buton
• Stratigrafi Undak Laut Pulau Buton
• Perubahan Muka Air Laut di Pulau Buton
2.3 Potensi dan Validasi Deposit Asbuton
2.4 Teknologi Perkerasan Jalan Asbuton
2.5 Success Story Teknologi Asbuton
2.6 Foto Pelaksanaan Lapis Tipis Butur Seal
2.7 Rekomendasi Penggunaan Asbuton Berdasarkan Kelas Jalan Nasional
2.8 Kendala dan Penanggulangannya dalam Pemanfaatan Asbuton
2.9 Saran Wilayah Cluster Pendistribusian Asbuton di Indonesia

Kondisi Terkini dan Strategi Pemanfaatan Asbuton 44


Latar Belakang
• Pengertian dan Lokasi Deposit Asbuton
Asbuton adalah singkatan dari Aspal Buton atau Aspal Batu Buton. Asbuton digunakan untuk menyebut
aspal alam yang depositnya berada di Pulau Buton, Provinsi Sulawesi Tenggara, Indonesia.
• Manfaat Asbuton
a. Aditif Aspal;
b. Substitusi Aspal;
c. Bahan lokal;
d. Dapat memenuhi lebih dari 100 tahun kebutuhan Aspal Nasional;
e. Membuka lapangan kerja; dan
f. Meningkatkan APBN dan APBD.

Sejarah Terbentuknya Pulau Buton


1. Potensi deposit asbuton erat kaitannya dengan peristiwa geologi terbentuknya Pulau Buton.
2. Pergerakan vertikal dan horizontal lempeng tektonik memunculkan berbagai potensi mineral dan minyak
bumi di Pulau Buton.
3. Pad awalnya Pulau Buton merupakan bagian dari Pulau Austrlia, namun terlepas dan bergeser hingga
berbenturan dengan Pulau Muna mengangkat berbagai potensi geologi.

Kondisi Terkini dan Strategi Pemanfaatan Asbuton 45


Stratigrafi Regional Pulau Buton
• Pulau Buton memiliki panjang
sekitar 130 km dan lebar sekitar 50
km.
• Berdasrkan patahan tektonik, Pulau
Buton terdiri dari 9 formasi, yaitu:
1. Formasi Mukito;
2. Formasi Doole;
3. Formasi Winto;
4. Formasi Ogena;
5. Formasi Rumu;
6. Formasi Tobelo;
7. Formasi Tondo;
8. Formasi Sampolakosa; dan
9. Formasi Wapulaka.
• Rembesan minyak dan aspal
terdapat pada Formasi Tondo,
Sampolakosa, dan Wapulaka.
Ketiga formasi tersebut pada peta
tam[ak sangat luas.
• Aspal mengisi pori-pori batuan dan Gambar: Peta Geologi
dapat keluar melalui rekahan. Regional Pulau Buton

Kondisi Terkini dan Strategi Pemanfaatan Asbuton 46


Stratigrafi Regional Pulau Buton
• Formasi Tondo terendapkan dalam lingkungan
heritik hingga bathial bawah. Tebal formasi lebih
dari 1300 m.
• Formasi Sampolakosa disusun oleh batuan napal,
berlapis tebal sampai massif, berumur N16/N17-N21
dengan lingkungan perendapan neritik hingga
abisal, dengan puncak genang laut terjadi pada
N19/N20.
• Formasi Wapulaka berumur kuarter disusun oleh
batu gamping bioklastika wackstone. Formasi itu
terbentuk pada lingkaran laguna-litorial dengan
tebal sekitar 700 m.
Gambar: Formasi Tondo

Gambar: Formasi Sampolakosa


Gambar: Formasi Wapulaka

Kondisi Terkini dan Strategi Pemanfaatan Asbuton 47


Stratigrafi Undak Laut Pulau Buton
• Undak laut mengindikasikanaktifitas vertikal
lempeng tektonik.
• Undak laut di Pulau Buton terdiri dari batu
gamping terumbu yang terangkat.
• Ketinggian undak laut di atas muka laut mencapai
±400 m di puncak Tanjung Labokeh Baubau,
± 100 m di Desa Kondawa Pasarwajo, dan ± 110
m di Tanjung Lombe Baubau.
• Adanya empat undak laut utama dan lebih dari
lima sub-undak laut menggambarkan Pulau
Buton terbentuk dari proses pengangkatan
tektonik.
• Berdasarkan ketinggian undak laut dan umur
batuan terumbu dapat diketahui kecepatan
pengangkatan Pulau Buton dapat mencapai
0,7 – 0,8 mm/tahun.
• Undak laut tersebut ada yang berumur Holosen
dan ada pula Interglasial.

Gambar: Undak Laut Batuan Gamping Terumbu di Pulau Buton

Kondisi Terkini dan Strategi Pemanfaatan Asbuton 48


Perubahan Muka Air Laut di Pulau Buton
Perubahan Muka Air Laut Kuarter

• Kecepatan pengangkatan Pulau Buton 0,7 – 0,8 mm/tahun ini dengan anggapan ketinggian
muka air laut saat ini sama dengan 7.000 tahun lalu.
• Muka air laut dapat berubah akibat:
o adanya tektonik-eustatik yaitu pengangkatan atau penurunan kerak bumi akibat
epirogenesis atau orogenesis;
o adanya sedimento-eustatik yaitu pengangkatan atau penurunan kerak bumi akibat
perubahan jumlah beban sedimentasi yang mempengaruhi dimensi cekungan;
o adanya glasial-isostasi yaitu perubahan volume air laut yang diakibatkan oleh
pengglasian yang menyebabkan pembekuan, serta penambahan volume es dikedua
kutub bumi;
o adanya erosi-tektonik yaitu perubahan atau pergerakan lantai samudera, karena
sejumlah besar sedimen dasar laut dari cekungan lantai samudera menunjam
disebabkan oleh proses subdikasi.

Kondisi Terkini dan Strategi Pemanfaatan Asbuton 49


Perubahan Muka Air Laut di Pulau Buton

Perubahan Muka Air Laut Kuarter

Kondisi Terkini dan Strategi Pemanfaatan Asbuton 50


Potensi Deposit Asbuton

Kondisi Terkini dan Strategi Pemanfaatan Asbuton 51


Validasi Deposit Asbuton

Kondisi Terkini dan Strategi Pemanfaatan Asbuton 52


Deposit Asbuton Tervalidasi
Besarnya deposit Asbuton di Pulau Buton sudah
divalidasi oleh Puslitbang Jalan dan Jembatan pada
Tahun 2012 dengan hasil sebagai berikut:

Tabel 1. Deposit Asbuton

Area Ketebalan Jumlah Deposit


No. Lokasi
(m²) (m) (Ton)
1 Rongi 57.755.000 78 226.165.670
2 Kabungka 181.004.200 78 312.718.460
3 Lawele 130.906.500 78 99.786.080
4 Epe 1.720.000 78 2.011.157
5 Rota 4.530.000 78 19.596.780
6 Madullah 620.000 78 2.682.120
Total 376.537.850 78 662.960.267

Gambar: Peta Deposit Asbuton

Kondisi Terkini dan Strategi Pemanfaatan Asbuton 53


Deposit Asbuton Tervalidasi
 Deposit Asbuton di Kabungka

 Deposit Asbuton di Lawele

Kondisi Terkini dan Strategi Pemanfaatan Asbuton 54


Teknologi Perkerasan Jalan Asbuton
Jenis Teknologi Persen Substitusi

Butur Seal 100%

LPMA 100%
Asbuton
B 50/30 (Lawele)
CPHMA Max. 75%

Granular
Hot Mix Max. 75%
Asbuton

Hot Mix Max. 10%


Asbuton
B 5/20 (Kabungka)
Type of Asbuton Warm Mix Max. 25%

Pre-blend
Hot Mix Max. 10%
Asbuton

Full Extraction
100%
Asbuton

Kondisi Terkini dan Strategi Pemanfaatan Asbuton 55


Success Story Teknologi Asbuton
Hotmix Asphalt dengan Asbuton Butir B 5/20

Gorontalo (2006) Southaest Sulawesi (2006) Riau (2009)

3 years old

1 years old
Nort Java Corridor in Brebes (228) Palembang (2009)

Kondisi Terkini dan Strategi Pemanfaatan Asbuton 56


Success Story Teknologi Asbuton
Hotmix Asphalt dengan Asbuton Butir B 5/20

Jalan Tol China (2009) Proyek Persiapan Jembatar Antar Pulau dengan
ACWC-asb di Provnsi Jiangsu China (2010)

Proyek Jalan di Provinsi Proyek Jalan di Provinsi Anhui, China (2012)


Shanghai, China (2010)
Kondisi Terkini dan Strategi Pemanfaatan Asbuton 57
Success Story Teknologi Asbuton
Hotmix Asphalt dengan Asbuton Butir B 50/30

Takalar (2007) Konawe (2008)

Buton (2015) Buton (2015)


Kondisi Terkini dan Strategi Pemanfaatan Asbuton 58
Success Story Teknologi Asbuton
Hotmix Asphalt dengan Asbuton Pracampur

Pelet - Rajapolah
Pre-Blend Yogyakarta Pre-Blend Sentolo – Tasikmalaya (2013)
(2010) Kulonprogo (2011)

Pre-Blend Milir – Pelet - Rajapolah Pelet - Rajapolah


Kulonprogo (2012) Tasikmalaya (2013) Tasikmalaya (2013)

Kondisi Terkini dan Strategi Pemanfaatan Asbuton 59


Success Story Teknologi Asbuton
Hotmix Asphalt dengan Asbuton Pracampur

Peningkatan Batas
Kab. Ngawi - Batas Kota Caruban,
Jawa Timur (2013)

Peningkatan Struktur Jalan


Caruban – Nganjuk – Kertosono (2013)

Kondisi Terkini dan Strategi Pemanfaatan Asbuton 60


Success Story Teknologi Asbuton
Uji Coba Gussasphalt Asbuton di Jepang

Kondisi Terkini dan Strategi Pemanfaatan Asbuton 61


Success Story Teknologi Asbuton
Cold Paving Hot Mix Asbuton (CPHMA)

Buton (2013) Wakatobi (2012) Kolaka(2011)

Kolaka (2010) Konawe (2010) Sulawesi Selatan (2011)

Kondisi Terkini dan Strategi Pemanfaatan Asbuton 62


Success Story Teknologi Asbuton
Cold Paving Hot Mix Asbuton (CPHMA)

Kondisi Terkini dan Strategi Pemanfaatan Asbuton 63


Success Story Teknologi Asbuton
Lapis Penetrasi Makadam Asbuton (LPMA)

Muna 2008 Muna 2008 Buton 2008

Buton 2008 Buton 2008 Buton 2008

Kondisi Terkini dan Strategi Pemanfaatan Asbuton 64


Foto Pelaksanaan Lapis Tipis Butur Seal

Kondisi Terkini dan Strategi Pemanfaatan Asbuton 65


Foto Pelaksanaan Lapis Tipis Butur Seal
Butur Seal

Buton Utara
Buton Utara (2010) Buton Utara (2013) Jln. Lingkungan

Buton Utara Buton Utara Buton Utara


Jln. Lingkungan Jalan keluar kota Jalan keluar kota

Kondisi Terkini dan Strategi Pemanfaatan Asbuton 66


Foto Pelaksanaan Lapis Tipis Butur Seal
Butur Seal

Buton Utara Buton Utara


Jalan ke Pelabuhan Jalan ke Pelabuhan

Kondisi Terkini dan Strategi Pemanfaatan Asbuton 67


Rekomendasi Penggunaan Asbuton
Berdasarkan Kelas Jalan Nasional

1. Butur Seal, LPMA (warna hijau):


• panjang : 6.185.641 m
• kebutuhan asbuton : 494.851 Ton

2. Hot Mix LGA, CPHMA (warna biru):


• panjang : 22.543.255 m
• kebutuhan asbuton : 1.036.990 Ton

3. Campuran Beraspal Panas dengan Asbuton (warna merah):


• panjang : 14.446.368 m
• kebutuhan asbuton : 199.360 Ton

Total Kebutuhan Asbuton = 1.731.201 Ton

Kondisi Terkini dan Strategi Pemanfaatan Asbuton 68


Rekomendasi Penggunaan Asbuton
Berdasarkan Kelas Jalan Nasional

Gambar: Simulasi Pemilihan Teknologi Asbuton

Kondisi Terkini dan Strategi Pemanfaatan Asbuton 69


Kendala dan Penanggulangannya dalam Pemanfaatan Asbuton
Terkendalanya Tidak Konsistennya Belum Dipahaminya Teknologi Asbuton
Rantai Pasok Asbuton Kualitas Produk Asbuton oleh Pihak Terkait
• Transportasi Asbuton antar pulau • Bentuk produk yang seharusnya • Kendala pelaksanaan perkerasan jalan
biasanya dilakukan dengan menggunakan butiran lolos saringan ASTM No. Asbuton juga terjadi karena masih
angkutan laut. 4 (4,75 mm) ternyata terjadi belum dikuasainya teknologi Asbuton
• Kondisi saat ini, penggunaan transportasi penggumpalan, sehingga oleh para pihak terkait, khususnya para
laut dari satu pulau ke pulau lain menyulitkan saat pelaksanaan. pelaksana di lapangan. Hal ini dapat
Permasalahan

dibanding sebaliknya banyak yang belum • Kadar dan nilai penetrasi menyebabkan perencanaan campuran
seimbang, sehingga seringkali saat bitumen dalam Asbuton tidak tidak maksimal dan pelaksanaan
kembali angkutan dalam keadaan kosong. sesuai persyaratan sebagai pekerjaan tidak sesuai ketentuan.
• Tranportasi tidak terjadwal baik serta akibat dari variatifnya kondisi
biaya angkutan relatif mahal. bahan baku alam.
• Sebagai contoh, biaya pengiriman • Kurangnya kontrol produk di
Asbuton dari Surabaya ke Aceh biayanya pabrik maupun saat penerimaan
dua kali biaya pengiriman dari Surabaya ke di lapangan.
Cina, Korea, dan Jepang.
• Buffer stock. • Meningkatkan peran Asosiasi. • Melakukan pembinaan pada semua
• Tol laut. • Peningkatan komitmen produsen pihak terkait (termasuk para pelaksana
Rekomendasi Penanggulangan

• Zonasi produk/teknologi Asbuton. Asbuton. di lapangan). Sinergi antara Balitbang,


• Prioritasisasi penerapan teknologi • Sertifikasi produk Asbuton. Ditjen Bina Marga, dan Ditjen Bina
Asbuton. • Sertifikasi produksi/produsen Konstruksi, BPSDM, serta Asosiasi.
• Penggunaan Asbuton di jalan daerah Asbuton. • Melanjutkan kegiatan diseminsasi.
sekitar Buton. • Peningkatan pelaksanaan kontrol • Melanjutkan kegiatan pendampingan
• Pemberian subsidi Asbuton. di lapangan. teknis.
• Memperluas keterlibatan instansi lain • Mendorong pembinaan industri • Melanjutkan kegiatan advis teknis.
(Menkoekuin, Menperin, Mendag, dan oleh pihak terkait. • Mendukung penggunaan Balai di
Menhub). Suratmo milik Ditjen Bina Konstruksi
• Mendorong kajian Rantai Pasok oleh sebagai tempat pelatihan dan
pihak terkait. percontohan AMP khusus Asbuton.

Kondisi Terkini dan Strategi Pemanfaatan Asbuton 70


Saran Wilayah Cluster Pendistribusian Asbuton di Indonesia

Kondisi Terkini dan Strategi Pemanfaatan Asbuton 71


PROGRAM PENGGUNAAN DAN
3 SPESIFIKASI TEKNIS ASBUTON
Lay Out
3.1 Dasar Hukum Pemanfaatan Asbuton
3.2 Program Penggunaan Asbuton Tahun 2007-2018
3.3 Grafik Pemanfaatan Asbuton Tahun 2007-2018
3.4 Realisasi Penggunaan Tipe Asbuton Tahun 2017
3.5 Program Terencana Asbuton Tahun 2018
3.6 Grafik Rencana Penggunaan Asbuton Tahun 2018 Berdasarkan Balai Besar dan BPJN I-XVIII
3.7 Rencana Penggunaan Tipe Asbuton Tahun 2018
3.8 Program Terencana Asbuton tahun 2018 Berdasarkan BPJN masing-masing Wilayah
3.9 Spesifikasi Teknis Asbuton
3.10 Persyaratan Tipe Asbuton
• Asbuton Kabungka Tipe B 5/20 dan Asbuton Lawele Tipe B 50/30
• Asbuton Semi Ekstraksi dan Asbuton CPHMA
3.11 Rencana Ketentuan Spesifikasi Umum Asbuton Tahun 2017
• Ketentuan Asbuton Butir Tipe B 5/20 dan B 50/30
• Ketentuan Asbuton Murni dan Pracampur
3.12 Evaluasi Pekerjaan Asbuton
3.13 Contoh Penggunaan Asbuton Butir
3.14 Permasalahan Bleeding dan Ampas Aspal
3.15 Permasalahan Pemanfaatan Asbuton di Lapangan
3.16 Strategi Direktorat Jenderal Bina Marga
3.17 Penutup
Program Penggunaan dan Spesifikasi Teknis Asbuton 73
Dasar Hukum Pemanfaatan Asbuton

• Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan


Perumahan Rakyat Nomor 35/PRT/M/2006
Tanggal 27 Desember 2006 tentang Peningkatan
Pemanfaatan Aspal Buton untuk Pemeliharaan
dan Pembangunan Jalan.

• Faktor-faktor yang melandasi dikeluarkannya


Permen PU:
o Indonesia masih mengimpor ±50%
kebutuhan aspal minyak;
o Deposit Asbuton sangat besar (±660 juta
Ton); dan
o Potensi Asbuton yang merupakan Sumber
Daya Alam Indonesia.

Program Penggunaan dan Spesifikasi Teknis Asbuton 74


Program Penggunaan Asbuton Tahun 2007-2018
Program Negara Kesatuan Republik Indonesia (dalam Ton)

Target Awal 2007

Revisi Target 2016

105846
Rencana Awal

Realisasi

78223
70449
68391
61576
55868
60214
+
51192
54046 61107
43521

25097 25553
21265
13824

4031

Tahun 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018

Program Penggunaan dan Spesifikasi Teknis Asbuton 75


Grafik Pemanfaatan Asbuton Tahun 2007-2018

90,000

80,000

70,000

60,000
Volume (Ton)

50,000

40,000

30,000

20,000

10,000

0
2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018
Rencana 78,22 25,19 32,17 33,47 42,39 37,67 56,12 64,31 86,76 70,44 68,39 61,10
Realisasi 4,031 13,82 21,26 25,09 51,19 56,04 43,52 25,55 55,86 60,21 61,57

Program Penggunaan dan Spesifikasi Teknis Asbuton 76


Realisasi Penggunaan Tipe Asbuton Tahun 2017

• 68.391 Ton Semi


Butir
RENCANA Ekstraksi
(Usulan dari Balai) 31.733 Ton
29.843 Ton
51,54%
48,34 %

REALISASI
• 61.576 Ton
(Status Januari 2018)

Program Penggunaan dan Spesifikasi Teknis Asbuton 77


Program Terencana Asbuton Tahun 2018
PANJANG TARGET PANJANG TARGET PANJANG TARGET
BALAI BESAR / BALAI BESAR / BALAI BESAR /
NO. EFEKTIF ASBUTON NO. EFEKTIF ASBUTON NO. EFEKTIF ASBUTON
BALAI BALAI BALAI
(KM) (TON) (KM) (TON) (KM) (TON)
I. BBPJN I 22,04 1.293,87 VII. BBPJN VII 53,63 3.229,70 XIII. BBPJN XIII 30,60 8.902,16
1 Provinsi Aceh 22,04 1.293,87 14 Provinsi Jawa Tengah 43,15 2.420,80 Provinsi Sulawesi
25 30,60 8.902,16
II. BBPJN II 70,36 5.700,00 15 Provinsi DI 10,48 808,90
Selatan
Yogyakarta Provinsi Sulawesi
Provinsi Sumatera
2
Utara
60,36 5.000,00 VIII. BPJN VIII 44,72 4.035,49 26 Barat 0,00 0,00
16 Provinsi Jawa Timur 44,12 4.031,82 XIV. BPJN XIV 67,44 13.337,67
3 Provinsi Riau 10,00 700,00
17 Provinsi Bali 0,60 3,67
III. BPJN III 28,40 3.657,54 Provinsi Sulawesi
IX. BPJN IX 6,00 400,00 27 Tengah 11,00 3.690,18
Provinsi Sumatera
4 12,30 962,54 Provinsi Nusa
Barat 18 6,00 400,00 Provinsi Sulawesi
Tenggara Barat 28 56,44 9.647,49
5 Provinsi Bengkulu 16,10 2.695,00 X. BPJN X Tenggara
0,00 800,00
IV. BPJN IV 52,50 3.401,81 XV. BPJN XV 37,95 1.095,24
Provinsi Nusa
19 800,00 Provinsi Sulawesi
6 Provinsi Jambi 40,50 2.362,43 Tenggara Timur 29 30,85 979,49
Utara
7 Provinsi Kep. Riau 12,00 1.039,38 XI. BBPJN XI 14,60 1.149,88
V. BBPJN V 107,11 6.818,72 20 Provinsi Kalimantan 30 Provinsi Gorontalo 7,10 115,75
3,60 252,88
Provinsi Sumatera Selatan XVI. BPJN XVI 116,78 3.217,24
8 43,16 3.001,09 Provinsi Kalimantan 31 Provinsi Maluku 84,78 2.237,28
Selatan 21 5,00 450,00
Tengah Provinsi Maluku
9 Provinsi Lampung 62,15 3.289,51 32 32,00 979,96
Provinsi Kalimantan Utara
Provinsi Bangka 22 6,00 447,00
10 1,80 528,12 Barat XVII. BPJN XVII 35,41 586,39
Belitung
XII. BPJN XII 7,70 479,69
VI. BBPJN VI 25,42 2.909,43 33 Provinsi Papua Barat 35,41 586,39
Provinsi Kalimantan
11 Provinsi Banten 13,07 454,71 23 Timur 4,00 179,69 XVIII. BBPJN XVIII 5,60 91,71
12 Provinsi DKI Jakarta 3,50 2.254,00 Provinsi Kalimantan 34 Provinsi Papua 5,60 91,71
24 3,70 300,00
13 Provinsi Jawa Barat 8,85 200,72 Utara TOTAL 726,26 61.106,54

Program Penggunaan dan Spesifikasi Teknis Asbuton 78


Grafik Rencana Penggunaan Asbuton Tahun 2018
Berdasarkan Balai Besar/BPJN I-XVIII

14,000

12,000

10,000
Volume (Ton)

8,000

6,000

4,000

2,000

-
BPJN BPJN BPJN BPJN BPJN BPJN BPJN BPJN BPJN BPJN BPJN BPJN BPJN BPJN BPJN BPJN BPJN BPJN
I II III IV V VI VII VIII IX X XI XII XIII IV XV XVI XVII XVIII
Rencana 1,29 5,70 3,65 3,40 6,81 2,90 3,23 4,03 400 800 1,15 480 8,90 13,3 1,09 3,21 586 92

Program Penggunaan dan Spesifikasi Teknis Asbuton 79


Rencana Penggunaan Tipe Asbuton Tahun 2018

Semi Butir
Ekstraksi 27.726 Ton
33.380 Ton
• 61.106,54 Ton 45,37 %
RENCANA 54,63 %
(Usulan dari Balai)

Program Penggunaan dan Spesifikasi Teknis Asbuton 80


Program Terencana Asbuton Tahun 2018
BPJN I ACEH

DAFTAR PAKET/RUAS JALAN YANG MENGGUNAKAN ASPAL BUTON TA 2018


BALAI PELAKSANAAN JALAN NASIONAL I

TIPE PANJANG ESTIMASI


SATUAN KERJA
NO. PROVINSI ASPAL EFEKTIF VOLUME KETERANGAN
PAKET / RUAS JALAN
BUTON (KM) (TON)
1 2 4 5 6 7
Nangroe Aceh
I. Satuan Kerja Pelaksanaan Jalan Nasional Wilayah 1 Prov Aceh
Darussalam
PPK 04 (Panton Labu/ Simpang - Langsa - Bts. Sumut)
1. 2.4 % dari berat
Preservasi Rekonstruksi Jalan Bts. Aceh Utara/Aceh Timur (Panton
Butir 7.12 495.13 total campuran
Labu)-Kota Langsa
aspal
Satuan Kerja Pelaksanaan Jalan Nasional Wilayah II Prov Aceh

PPK 01 (Kota Banda Aceh - Bts Pidie dan Pulau Weh)


2.4 % dari berat
1. Preservasi Rekonstruksi Jalan Lambaro - Bts. Pidie (MYC 2018-2019) Butir 6.50 454.07 total campuran
aspal
PPK 09 (Kota Banda Aceh - Calang)
2.4 % dari berat
1. Preservasi Rekonstruksi Jalan Bts. Kota Banda Aceh - Bts. Aceh Jaya Butir 4.20 171.08 total campuran
aspal
2.4 % dari berat
2. Preservasi Rekonstruksi Jalan Bts. Aceh Besar-Calang (MYC) Butir 4.22 173.59 total campuran
aspal
TOTAL 22.04 1,293.87

Program Penggunaan dan Spesifikasi Teknis Asbuton 81


Program Terencana Asbuton Tahun 2018
BPJN II MEDAN

DAFTAR PAKET/RUAS JALAN YANG MENGGUNAKAN ASPAL BUTON TA 2018


BALAI BESAR PELAKSANAAN JALAN NASIONAL II

TIPE PANJANG ESTIMASI


SATUAN KERJA
NO. PROVINSI ASPAL EFEKTIF VOLUME KETERANGAN
PAKET / RUAS JALAN
BUTON (KM) (TON)
1 2 3 4 5 6 7
I. Sumatera Utara Satuan Kerja Pelaksanaan Jalan Nasional Wil I Prov Sumatera Utara
1. Preservasi dan Rehabilitasi Jalan Tanjung Kasau - Indrapura - Lima Puluh - Sei
Bejangkar - Bts Kota Kisaran dan Lima Puluh - Sei Mangke - Sp. Kuala Tanjung Semi Ekstraksi 19.00 1,600.00

2. Preservasi Rehabilitasi dan Rekonstruksi Jalan Bts. Kota Kisaran - Sp. Kawat - Bts.
Kota Rantau Prapat - Jl.WR. Supratman- Jn Lingkar Rantau Prapat Semi Ekstraksi 15.40 1,350.00

3. Preservasi Rehabilitasi dan Rekonstruksi Jalan Lingkar R. Parapat - Sp. Kota


Semi Ekstraksi 6.60 750.00
Pinang - Bts Prov Riau
4. Preservasi dan Pelebaran Jalan Tebing Tinggi - Pematang Siantar - Parapat
Semi Ekstraksi 19.36 1,300.00
(Lingkar Luar Parapat) (MYC)
SUB TOTAL 60.36 5,000.00
II. Riau Satuan Kerja Pelaksanaan Jalan Nasional Wil I Prov Riau
1. Preservasi Rehabilitasi Jalan Bts. Prov Sumut - Bagan Batu - Simpang Balam -
Semi Ekstraksi 2.00 140.00
Simpang Batang
Satuan Kerja Pelaksanaan Jalan Nasional Wil II Prov Riau
1. Preservasi Pelebaran Jalan Sorek I - Bts Kab Inhu - Simpang Japura - Pematang
Semi Ekstraksi 3.50 245.00
Reba
2. Preservasi Rehabilitasi Pematang Reba - Siberida - Bts Prov Jambi
Semi Ekstraksi 4.50 315.00
SUB TOTAL 10.00 700.00
TOTAL 70.36 5,700.00

Program Penggunaan dan Spesifikasi Teknis Asbuton 82


Program Terencana Asbuton Tahun 2018
BPJN III PADANG
DAFTAR PAKET/RUAS JALAN YANG MENGGUNAKAN ASPAL BUTON TA 2018
BALAI PELAKSANAAN JALAN NASIONAL III

TIPE PANJANG ESTIMASI


SATUAN KERJA
NO. PROVINSI ASPAL EFEKTIF VOLUME KETERANGAN
PAKET / RUAS JALAN
BUTON (KM) (TON)
1 2 3 4 5 6 7
I. Sumatera Barat Satuan Kerja Pelaksanaan Jalan Nasional Wil II Sumbar
PPK 2.4 Filino Kalani, St., MT.
1. Rekonstruksi Jalan Tapan - Bts. Bengkulu BGA/ Butir 12.30 962.54
SUB TOTAL 12.30 962.54
II. Bengkulu Satuan Kerja Pelaksanaan Jalan Nasional Wil I Bengkulu
PPK 1.2 Sebelat-Bintunan dan sekitarnya
1. Preservasi Rekonstruksi Jalan Nakau - Ketahun + Box Culvert dan Abrasi Semi
1.50 288.27
Ekstraksi
PPK 1.3 (Bintuan - Bts. Kota Bengkulu dan sekitarnya)
1. Preservasi Rekonstruksi Jalan Nakau - Bts. Kota Kepahiang Semi
4.50 955.47
Ekstraksi
Satuan Kerja Pelaksanaan Jalan Nasional Wil II Bengkulu
PPK 2.1 Air Sebakul - Betungan - Tais dan sekitarnya
Semi
1. Preservasi Rekonstruksi Jalan Betungan - Tais 2.20 346.90
Ekstraksi
PPK 2.2 Tais - Manna - Bts. Sumsel dan sekitarnya
Semi
1. Preservasi Rekonstruksi Jalan Tais - Maras 3.70 578.11
Ekstraksi
PPK 2.3 Manna - Tj. Kemuning - Linau - Bts. Lampung
Semi
1. Preservasi Pelebaran Jalan Iskandar Baksir (Manna) 1.20 246.23
Ekstraksi

SKPD Dinas PU Provinsi Bengkulu


PPK S.1 Nakau - A. Sebakul - Pg Dewa - Betungan - Pd. Serai
Semi
1. Preservasi Rehabilitasi Minor Jalan Curup - Sp. Nangka (Curup) 1.50 172.37
Ekstraksi
PPK S.2 Sp. Taba Mulan - Sp. Nakau Bts. Sumsel
Semi
1. Preservasi Rehabilitasi Minor Jalan Sp. Nangka (Curup) - Bts. Prov. Sumsel 1.50 107.65
Ekstraksi
SUB TOTAL 16.10 2,695.00
TOTAL 28.40 3,657.54

Program Penggunaan dan Spesifikasi Teknis Asbuton 83


Program Terencana Asbuton Tahun 2018
BPJN IV JAMBI

DAFTAR PAKET/RUAS JALAN YANG MENGGUNAKAN ASPAL BUTON TA 2018


BALAI PELAKSANAAN JALAN NASIONAL IV

TIPE PANJANG ESTIMASI


SATUAN KERJA
NO. PROVINSI ASPAL EFEKTIF VOLUME KETERANGAN
PAKET / RUAS JALAN
BUTON (KM) (TON)
1 2 3 4 5 6 7
I. Jambi Satuan Kerja Pelaksanaan Jalan Nasional Wil I Jambi
PPK 01
1. Rehabilitasi Mayor Bts Prov Riau - Merlung Semi Ekstraksi 14.50 851.63
2. Rekonstruksi Bts Prov Riau - Merlung Semi Ekstraksi 2.00 170.46
3. Rehabilitasi Mayor Merlung - Bts Kab Tanjab Semi Ekstraksi 5.00 293.66
4. Rehabilitasi Mayor Bts Kab Tanjab - Sp. Tuan Semi Ekstraksi 5.00 293.66
PPK 03
1. Rehabilitasi Mayor Sp. Tuan - Bts Kota Jambi Semi Ekstraksi 4.00 234.93
2. Rehabilitasi Mayor Jl Lingkar Barat V (Jambi) Semi Ekstraksi 3.00 176.20
3. Rehabilitasi Mayor Bts Kota Jambi Km 15.9 - Mendalo Barat (Sp. Tiga) Semi Ekstraksi 1.45 85.16
PPK 04
1. Rehabilitasi Minor Bts Kota Jambi/Sp. Rimbo - Sp. Kenali Atas (Jambi) Semi Ekstraksi 1.75 58.73
Satuan Kerja SKPD Prov Jambi
PPK 11
1. Rehabilitasi Minor Tempino - Bts Prov Sumsel Semi Ekstraksi 1.00 33.56
2. Rehabilitasi Mayor Jalan Surya Darma (Jambi) Semi Ekstraksi 1.30 76.35
3. Rehabilitasi Mayor Bts Kota Jambi - Tempino Semi Ekstraksi 1.50 88.09
SUB TOTAL 40.50 2,362.43

Program Penggunaan dan Spesifikasi Teknis Asbuton 84


Program Terencana Asbuton Tahun 2018
BPJN IV JAMBI

TIPE PANJANG ESTIMASI


SATUAN KERJA
NO. PROVINSI ASPAL EFEKTIF VOLUME KETERANGAN
PAKET / RUAS JALAN
BUTON (KM) (TON)
1 2 3 4 5 6 7
II. Kepulauan Riau Satuan Kerja Pelaksanaan Jalan Nasional Wilayah I Prov Kep. Riau
PPK 01
1. Pembangunan Akses Jalan Pelabuhan Tanjung Moco Semi Ekstraksi 4.30 475.00
PPK 02
1. Preservasi Rehabilitasi Jalan Tg. Uncang-SP
2. Kabil - Nongsa - Tembesi - P. Galang Batam Semi Ekstraksi 3.00 119.78
PPK 04
1. Paket Pembangunan Teluk Buton - Kelarik Semi Ekstraksi 1.00 444.60
SUB TOTAL 12.00 1,039.38
TOTAL 52.50 3,401.81

Program Penggunaan dan Spesifikasi Teknis Asbuton 85


Program Terencana Asbuton Tahun 2018
BPJN V PALEMBANG
DAFTAR PAKET/RUAS JALAN YANG MENGGUNAKAN ASPAL BUTON TA 2018
BALAI BESAR/BALAI PELAKSANAAN JALAN NASIONAL V

TIPE PANJANG ESTIMASI


SATUAN KERJA
NO. PROVINSI ASPAL EFEKTIF VOLUME KETERANGAN
PAKET / RUAS JALAN
BUTON (KM) (TON)
1 2 3 4 5 6 7
I. Sumateral Selatan Satuan Kerja Pelaksanaan Jalan Nasional Wilayah I
PPK 03
Semi
1. Preservasi Rehabilitasi Jalan Betung - Bts. Kota Sekayu - Mangunjaya 4.3 169.48
Ekstraksi
Satuan Kerja Pelaksanaan Jalan Nasional Wilayah II
PPK 07
Semi
1. Preservasi Ruas Jalan Prabumulih - Beringin - Bts. Kota Kab. OKU - Baturaja 21.23 1,445.01
Ekstraksi
PPK 11
1. Preservasi Rehabilitasi Jalan Muara Beliti - Bts. Kab. Musi Rawas - Tb. Tinggi Semi
8.33 328.31
- Bts. Kota Lahat Ekstraksi
SKPD
PPK 18
1. Preservasi Rehabilitasi Ruas Jalan Mangunjaya - Bts. Kab. Mura - Bts. Kab Semi
9.30 1,058.29
Mura - Muara Beliti Ekstraksi
SUB TOTAL 43.16 3,001.09
II. Lampung Satuan Kerja Pelaksanaan Jalan Nasional Wilayah I
PPK 04
Semi
1. Perservasi Rekonstruksi Tegineneng - Sp.Tj.Karang-Km 10 6.5 449.57
Ekstraksi
PPK 05
Semi
1. Preservasi Rehabilitasi Mayor Km 10 - Bakahueni 7.00 479.81
Ekstraksi
PPK 02
1. Semi
Preservasi Rehabilitasi Mayor Sp. Bujung Tenuk - Terbanggi Besar 5.50 376.99
Ekstraksi
PPK 04
1. Semi
Perservasi Rekonstruksi Terbanggi Besar - Tegineneng - Sukadana 6.00 310.46
Ekstraksi
PPK 05
1. Semi
Preservasi Rekonstruksi Ir Sutami - Sribawono 7.45 519.93
Ekstraksi
Program Penggunaan dan Spesifikasi Teknis Asbuton 86
Program Terencana Asbuton Tahun 2018
BPJN V PALEMBANG

TIPE PANJANG ESTIMASI


SATUAN KERJA
NO. PROVINSI ASPAL EFEKTIF VOLUME KETERANGAN
PAKET / RUAS JALAN
BUTON (KM) (TON)
1 2 3 4 5 6 7
Satuan Kerja Pelaksanaan Jalan Nasional Wilayah II
PPK 06
Semi
1. Preservasi Rehabilitasi Mayor Sanggi - Jl Monginsidi 7.7 321.15
Ekstraksi
PPK 07
Semi
1. Preservasi Rehabilitasi Mayor Dan Pelebaran Sp Gunung Kemala - Sanggi 6.50 450.58
Ekstraksi
PPK 08
1. Preservasi Rehabilitasi Mayor Bts Prov Bengkulu - Sp Gunung Kemala - Semi
6.50 235.87
Padang Tambak Ekstraksi
PPK 09
1. Semi
Preservasi Rehabilitasi Minor Bukit Kemuning - Terbanggi Besar 4.00 64.51
Ekstraksi
Satuan Kerja Perangkat Daerah
PPK SKPD
1. Preservasi Rehabilitasi Minor Bts.Prov.Sumsel-Bukit Kemuning
Semi
5.00 80.64
Ekstraksi
SUB TOTAL 67.15 3,295.51
III. Bangka Belitung Satuan Kerja Pelaksanaan Jalan Nasional Wilayah I
PPK 04
PELEBARAN JALAN MENAMBAH JALUR
Semi
1. Pelebaran Jalan Sudirman (Tj. Pandan - Perawas) 1.8 528.12
Ekstraksi
SUB TOTAL 1.80 528.12
TOTAL 112.11 6,824.72

Program Penggunaan dan Spesifikasi Teknis Asbuton 87


Program Terencana Asbuton Tahun 2018
BPJN VI JAKARTA
DAFTAR PAKET/RUAS JALAN YANG MENGGUNAKAN ASPAL BUTON TA 2018
BALAI BESAR PELAKSANAAN JALAN NASIONAL VI

PANJANG ESTIMASI
SATUAN KERJA TIPE
NO. PROVINSI EFEKTIF VOLUME KETERANGAN
PAKET / RUAS JALAN ASPAL BUTON
(KM) (TON)
1 2 3 4 5 6 7
I. Banten SKPD Dinas Bina Marga dan Tata Ruang Prov Banten
PPK 1 SKPD Banten
1. Preservasi Rehab Bts. Kota Serang - Saketi - Simp Labuhan Semi Ekstraksi 1.67 106.98
PPK 2 SKPD Banten
1. Preservasi Rehab Bts Kota Pandeglang - Rangkasbitung - Cigelung Semi Ekstraksi 1.60 37.51
Satuan Kerja Pelaksanaan Jalan Nasional Wil II Prov Banten
PPK 1 PJN II Banten
1. Preservasi Rekonstruksi Jalan Bts. Kota Cilegon - Pasauran Semi Ekstraksi 2.70 111.78
PPK 2 PJN II Banten
1. Preservasi Rehab Jalan Sumur - Cibaliung - Muara Binuangeun Semi Ekstraksi 7.10 198.44
SUB TOTAL 13.07 454.71
II. DKI JAKARTA Satuan Kerja Pelaksanaan Jalan Nasional Metropolitan II Jakarta
PPK 1 Metropolitan II Jakarta
1. Preservasi Rehabilitasi Jl Daan Mogot - Bts Kota Serang - Bts Kota Tangerang Semi Ekstraksi 1.00 644.00
Satuan Kerja Pelaksanaan Jalan Nasional Metropolitan III Jakarta
PPK 1 Metropolitan III Jakarta
1. Preservasi Rehabilitasi Jln Ciawi - Puncak - Bts Kota Cianjur - Benda Semi Ekstraksi 0.50 322.00
PPK 2 Metropolitan III Jakarta
1. Preservasi Rehabilitasi Jln Raya Kedunghalang - Bts Depok/ Bogor - Jl.
Semi Ekstraksi 1.00 644.00
Muchtar Raya (Depok)
PPK 3 Metropolitan III Jakarta
Preservasi Rehabilitasi Jl Cigelung (Bts. Prov Banten) - Kemang -
1. Semi Ekstraksi 1.00 644.00
Kedunghalang
SUB TOTAL 3.50 2,254.00
II. DKI JAKARTA Satuan Kerja Pelaksanaan Jalan Nasional Metropolitan II Jakarta
PPK 7 Pelaksanaan Jalan Nasional II Jawa Barat
Permukaan badan jalan 3
1. Preservasi Rehabilitasi Nagrek - Tasikmalaya - Ciamis Semi Ekstraksi 8.85 200.72 lapis

SUB TOTAL Program Penggunaan dan Spesifikasi Teknis Asbuton


8.85 200.72
TOTAL 25.42 2,909.43
Program Terencana Asbuton Tahun 2018
BPJN VII SEMARANG
DAFTAR PAKET/RUAS JALAN YANG MENGGUNAKAN ASPAL BUTON TA 2018
BALAI BESAR PELAKSANAAN JALAN NASIONAL VII

PANJANG ESTIMASI
SATUAN KERJA TIPE
NO. PROVINSI EFEKTIF VOLUME KETERANGAN
PAKET / RUAS JALAN ASPAL BUTON
(KM) (TON)
1 2 3 4 5 6 7
I. Jawa Tengah Satuan Kerja Pelaksanaan Jalan Nasional Wilayah I Provinsi Jawa Tengah
PPK Batas Jawa Barat - Kr Pucung - Manganti
1. Paket Preservasi Pelebaran Jalan Batas Jawa Barat - Karang Pucung - Wangon Semi Ekstraksi 3.60 181.50
PPK Batas Jawa Barat - Sidareja - Wangon
1. Paket Pelebaran Jalan Batas Jabar - Sidareja - SP.3 Jeruk legi - Wangon Semi Ekstraksi 4.00 213.19
2. Paket Pembangunan Jalan Batas Jabar - Patimuan - Tambakreja - Bantarsari Semi Ekstraksi 1.00 99.22
PPK Slarang - Tambakmulyo - Congot
1 Paket Pembangunan Jalan Tambakmulyo - Jladri - Karangbolong Semi Ekstraksi 0.50 49.61
Satuan Kerja Pelaksanaan Jalan Nasional Wil II Prov Jawa Tengah
PPK Batas Kota Rembang - Bts Jawa Timur
1. Preservasi Batas Kota Rembang - Bts Kab Blora / Rembang Semi Ekstraksi 9.90 549.52
2. Preservasi Bts Kota Blora - Cepu Semi Ekstraksi 6.40 344.95
PPK Parakan - Secang - Bts Yogyakarta
1. Preservasi Pelebaran Jalan Pringsurat - Secang- Temanggung- Parakan Semi Ekstraksi 2.90 155.46
PPK Boyolali - Kartosuro - Prambanan
1. Preservasi Rehabilitasi Jalan Sruwen - Boyolali - Kartosuro - Bts Kota Klaten Semi Ekstraksi 3.00 146.39
PPK Kartosuro - Surakarta
1. Preservasi Rehabilitasi Jalan Kartosuro - Surakarta Semi Ekstraksi 4.90 309.44
Satuan Kerja PJN Metropolitan Semarang
PPK Semarang - Demak - Trengguli
1. Paket Preservasi Pelebaran Jalan Menuju Standar Margoyoso - Bts Kota Jepara Semi Ekstraksi 1.85 99.71
SKPD TP Dinas PU Bina Marga dan Cipta Karya Provinsi Jawa Tengah
PPK Bts Kab Banjarnegara - Bts Kab Banyumas
1. Preservasi Jalan Klampok - Bts Kota Banjarnegara Semi Ekstraksi 5.10 271.81
SUB TOTAL 43.15 2,420.80

Program Penggunaan dan Spesifikasi Teknis Asbuton 89


Program Terencana Asbuton Tahun 2018
BPJN VII SEMARANG

PANJANG ESTIMASI
SATUAN KERJA TIPE
NO. PROVINSI EFEKTIF VOLUME KETERANGAN
PAKET / RUAS JALAN ASPAL BUTON
(KM) (TON)
1 2 3 4 5 6 7
II. D.I Yogyakarta Satuan Kerja Pelaksanaan Jalan Nasional Wil Provinsi D.I Yogyakarta
PPK Tempel - Yogyakarta - Prambanan
1. Rehabilitasi Mayor Jalan Arteri Utara Barat (Yogyakarta) Semi Ekstraksi 2.53 211.31

2. Rehabilitasi Mayor Jalan Arteri Utara (Yogyakarta) Semi Ekstraksi 2.00 167.04
PPK Yogyakarta - Bantul - Parangtritis
1. Rehabilitasi Mayor Jalan Arteri Selatan (Yogyakarta) Semi Ekstraksi 2.80 233.86

2. Rehabilitasi Mayor Jalan Kretek - Parangtritis Semi Ekstraksi 0.55 22.97


PPK Tempel - Yogyakarta - Prambanan
1. Rehabilitasi Mayor Jalan Pakem - Prambanan Semi Ekstraksi 2.60 173.72

SUB TOTAL 10.48 808.90


TOTAL 53.63 3,229.70

Program Penggunaan dan Spesifikasi Teknis Asbuton 90


Program Terencana Asbuton Tahun 2018
DAFTAR PAKET/RUAS JALAN YANG MENGGUNAKAN ASPAL BUTON TA 2018
BALAI BESAR PELAKSANAAN JALAN NASIONAL VIII
BPJN VIII SURABAYA
PANJANG ESTIMASI
SATUAN KERJA TIPE
NO. PROVINSI EFEKTIF VOLUME KETERANGAN
PAKET / RUAS JALAN ASPAL BUTON
(KM) (TON)
1 2 3 4 5 6 7
I. Jawa Timur Satuan Kerja Pelaksanaan Jalan Nasional Metropolitan I Surabaya
1. Rekontruksi Sadang Bts Kab Lamongan - Bts Kota Gresik Semi Ekstraksi 2.39 140.93
2. Rehabilitasi Mayor Jalan Gresik (Surabaya) Semi Ekstraksi 3.30 389.19
3. Rekonstruksi Bts. Kota Jombang - Bts Kab Mojokerto Semi Ekstraksi 1.00 92.66
4. Rehabilitasi Mayor Mlirip - Kriyan Semi Ekstraksi 2.00 185.33
5. Rekonstruksi Kriyan Taman (By Pass Kriyan - Taman) Semi Ekstraksi 2.60 306.63
6. Rekonstruksi Taman - Waru Semi Ekstraksi 0.50 58.97
Satuan Kerja Pelaksanaan Jalan Nasional Metropolitan II Surabaya
1. Rehabilitasi Mayor Bts. Kota Tuban - Pakah Semi Ekstraksi 4.00 370.66
2. Rehabilitasi Mayor Widang/Bedahan - Bts Kota Lamongan Semi Ekstraksi 2.00 235.87
3. Rehabilitasi Mayor Bts. Kota Lamongan - Bts Kab Gresik Semi Ekstraksi 2.53 298.39
4. Rehabilitasi Mayor Lohgung (km 93.175-Sadang (Bts. Kab Lamongan) Semi Ekstraksi 6.70 395.09
5. Rekonstruksi Bulu (Bts. Prov Jateng) Bts. Kota Tuban Semi Ekstraksi 2.00 185.33
Satuan Kerja Pelaksanaan Jalan Nasional Wil I Prov Jawa Timur
1. Rehabilitasi Mayor Gempol - Pandaan Semi Ekstraksi 4.50 530.71
2. Rehabilitasi Mayor Pandaan - Purwosari Semi Ekstraksi 2.00 235.87
3. Rehabilitasi Mayor Bts Kota Malang - Kepanjen Semi Ekstraksi 2.53 149.19
4. Rehabilitasi Minor Bts Kab Pasuruan - Karanglo Semi Ekstraksi 1.00 117.94
5. Rehabilitasi Mayor Gempol - Bts Kota Bangil Semi Ekstraksi 1.19 110.27
6. Rehabilitasi Mayor Jalan Pattimura (Bangil) Semi Ekstraksi 1.23 72.53
7. Rehabilitasi Mayor Jalan A Yani (Bangil) Semi Ekstraksi 0.50 29.48
8. Rehabilitasi Mayor Jalan Untung Suropati (Bangil) Semi Ekstraksi 0.50 29.48
9. Rehabilitasi Mayor Jalan Gadjah Mada (Bangil) Semi Ekstraksi 0.30 17.69
10. Jalan Diponegoro (Bangil) Semi Ekstraksi 0.35 20.64
11. Rehabilitasi Mayor Bajulmati (Bts. Kab Situbondo) - Ketapang Semi Ekstraksi 1.00 58.97
SUB TOTAL 44.12 4,031.82
II. Bali SKPD TP Dinas PUPR Prov Bali
1. Rehabilitasi Minor Jalan Untung Suropati, flamboyan (Semarapura) Semi Ekstraksi 0.60 3.67
SUB TOTAL Program Penggunaan dan Spesifikasi Teknis Asbuton
0.60 3.67
TOTAL 44.72 4,035.49
Program Terencana Asbuton Tahun 2018
BPJN IX MATARAM

DAFTAR PAKET/RUAS JALAN YANG MENGGUNAKAN ASPAL BUTON TA 2018


BALAI PELAKSANAAN JALAN NASIONAL IX

PANJANG ESTIMASI
SATUAN KERJA TIPE
NO. PROVINSI EFEKTIF VOLUME KETERANGAN
PAKET / RUAS JALAN ASPAL BUTON
(KM) (TON)
1 2 3 4 5 6 7
I. Nusa Tenggara Barat Satuan Kerja Pelaksanaan Jalan Nasional Wil III
PPK 09
1. Preservasi Rekonstruksi Jalan SP. Banggo - Kempo - Kesi - Hodo -
Doropati - Lb Kenanga Semi Ekstraksi 6.00 400.00

TOTAL 6.00 400.00

Program Penggunaan dan Spesifikasi Teknis Asbuton 92


Program Terencana Asbuton Tahun 2018
BPJN X KUPANG

DAFTAR PAKET/RUAS JALAN YANG MENGGUNAKAN ASPAL BUTON TA 2018


BALAI PELAKSANAAN JALAN NASIONAL X

PANJANG ESTIMASI
SATUAN KERJA TIPE
NO. PROVINSI EFEKTIF VOLUME KETERANGAN
PAKET / RUAS JALAN ASPAL BUTON
(KM) (TON)
1 2 3 4 5 6 7
I. Nusa Tenggara Timur 1. Pembangunan Jalan Waetabula - Keroso - Kahale Butir / Semi Ekstraksi 300.00
2. Preservasi Rehabilitasi Jalan Dalam Kota Kupang - Bolok - Tenau Butir / Semi Ekstraksi 100.00
3. Pembangunan Jalan Ruteng - Reo - Kedindi Butir / Semi Ekstraksi 200.00
4. Pembangunan Jalan Akses Pariwisata Pantai Nihiwatu (PN) Butir / Semi Ekstraksi 100.00
5. Rehabilitasi Jalan Aegela - Danga (Mbay) Butir / Semi Ekstraksi 50.00
6. Rehabilitasi Jalan Danga (Mbay) - Nila - Marapokot Butir / Semi Ekstraksi 50.00
TOTAL 800.00

Program Penggunaan dan Spesifikasi Teknis Asbuton 93


Program Terencana Asbuton Tahun 2018
BPJN XI BANJARMASIN

DAFTAR PAKET/RUAS JALAN YANG MENGGUNAKAN ASPAL BUTON TA 2018


BALAI BESAR/BALAI PELAKSANAAN JALAN NASIONAL XI

TIPE PANJANG ESTIMASI


SATUAN KERJA
NO. PROVINSI ASPAL EFEKTIF VOLUME KETERANGAN
PAKET / RUAS JALAN
BUTON (KM) (TON)
I. Kalimantan Barat 1. Preservasi Rehabilitasi Minor Jalan dan Rutin Jembatan Ruas Pontianak - Sei
Butir 6.00 447.00
Pinyuh dan Jalan Dalam Kota Pontianak - Sp Ampar Tayan
SUBTOTAL 6.00 447.00
II Kalimantan Tengah 1. Preservasi Rekonstruksi dan Pemeliharaan Rutin Jalan Dalam Kota Sampit -
Butir 3.00 250.00
Palantaran - Kasongan
2. Preservasi Rekonstruksi dan Pemeliharaan Rutin Jalan Tumbang Jutuh -
Butir 2.00 200.00
Tewah - Kuala Kurun
SUB TOTAL 5.00 450.00
III Kalimantan Selatan 1. Preservasi Rekonstruksi Jalan dan Pemeliharaan Rutin Jembatan Batas
Butir 3.60 252.88
Kabupaten Tanah Bumbu - Batulicin
SUB TOTAL 3.60 252.88
TOTAL 14.60 1,149.88

Program Penggunaan dan Spesifikasi Teknis Asbuton 94


Program Terencana Asbuton Tahun 2018
BPJN XII BALIKPAPAN

DAFTAR PAKET/RUAS JALAN YANG MENGGUNAKAN ASPAL BUTON TA 2018


BALAI PELAKSANAAN JALAN NASIONAL XII

PANJANG ESTIMASI
SATUAN KERJA TIPE
NO. PROVINSI EFEKTIF VOLUME KETERANGAN
PAKET / RUAS JALAN ASPAL BUTON
(KM) (TON)

1 2 3 4 5 6 7

I. Kalimantan Timur 1. Preservasi Rehabilitasi Mayor Gunung Tabur - Usiran Tanjung Batu Butir / Semi Ekstraksi 4.00 179.69

SUB TOTAL 4.00 179.69

II. Kalimantan Tenggara 1. Preservasi Rehabilitasi Malinau - Mensalang - Sp3 Apas - Simanggaris Butir / Semi Ekstraksi 3.70 300.00

SUB TOTAL 3.70 300.00


TOTAL 7.70 479.69

Program Penggunaan dan Spesifikasi Teknis Asbuton 95


Program Terencana Asbuton Tahun 2018
BPJN XIII MAKASSAR

DAFTAR PAKET/RUAS JALAN YANG MENGGUNAKAN ASPAL BUTON TA 2018


BALAI BESAR/BALAI PELAKSANAAN JALAN NASIONAL XIII

TIPE PANJANG ESTIMASI


SATUAN KERJA
NO. PROVINSI ASPAL EFEKTIF VOLUME KETERANGAN
PAKET / RUAS JALAN
BUTON (KM) (TON)
1 2 3 4 5 6 7
I. Sulawesi Selatan Satuan Kerja Pelaksanaan Jalan Nasional I
1. Jalan Dato Tiro (Bulukumba) Butir 2,20 328,90
2. Bts. Prov. Sulbar - Bts Kota Pinrang I Butir 10,00 3.018,75
3. Bts. Prov Sulbar - Bts Kota Pinrang II Butir 5,00 1.509,38
Satuan Kerja Pelaksanaan Jalan Nasional II
1. Tarumpakkae - Bts Kab Lawu/ Bts Kab Wajo Butir 6,60 1.992,38
2. Kalalo (Bts Kab Pangkajene S) - Anabanua Butir 4,00 1.207,50
3. Kayulangi (KM 550) - Bts Prov Sulteng Butir 0,30 90,56
4. Bts. Kab Tator - Enrekang Butir 2,50 754,69
TOTAL 30,60 8.902,16

Program Penggunaan dan Spesifikasi Teknis Asbuton 96


Program Terencana Asbuton Tahun 2018
BPJN XIV PALU
DAFTAR PAKET/RUAS JALAN YANG MENGGUNAKAN ASPAL BUTON TA 2018
BALAI PELAKSANAAN JALAN NASIONAL XIV

TIPE PANJANG ESTIMASI


SATUAN KERJA
NO. PROVINSI ASPAL EFEKTIF VOLUME KETERANGAN
PAKET / RUAS JALAN
BUTON (KM) (TON)
Sulawesi
I. Satuan Kerja SKPD TP Provinsi Sulawesi Tenggara
Tenggara
1. Rekonstruksi Jln. Bumi Praja (Boulevard) (Kendari ) Butir 1,45 400,48
Satuan Kerja Pelaksanaan Jalan Nasional Wilayah I Barat Provinsi Sulawesi
Tenggara
1. Pelebaran Bts. Prov. Sulsel - Tolala - Lelewawo Butir 11,00 1.771,00
2. Pelebaran Sp. Kampung Baru - Pomalaa Butir 5,00 805,00
3. Penggantian Jembatan S. Kartini Butir 0,02 207,35
4. Penggantian Jembatan S. Lapakobu Butir 0,009 118,12
Satuan Kerja Pelaksanaan Jalan Nasional Wilayah II (Timur) Provinsi Sulawesi
Tenggara
1. Pelebaran Wawotobi (Bts. Unahaa) - Pohara Butir 0,005 805,00
Pelebaran Jalan Tinanggea - Simpang 3 Torobulu - Ambesea (Lanjut
2. Butir 9,50 1.311,00
MYC)
3. Pembangunan Lingkar Kota Kendari Butir 7,00 1.127,00
Rekons. Wanci - Tapamanda - Jalan Masuk Bandara
1. Rekonstruksi Lasalimu - Kamaru (Dermaga Ferry) Butir 9,90 1.024,65
2. Rekonstruksi Bts. Kota Raha - Tondasi Butir 7,50 776,25
3. Rekonstruksi Wanci Tapamanda - Jalan masuk Bandara Butir 5,00 517,50
4. Penggantian Jembatan S. Watu Pute I Butir 0,007 107,44
5. Penggantian Jembatan S. Langku II Butir 0,006 105,02
6. Penggantian Jembatan S. Soni Butir 0,007 107,93
7. Penggantian Jembatan S. Gola I Butir 0,007 107,93
8. Penggantian Jembatan S. Gola II Butir 0,007 107,93
9. Penggantian Jembatan S. Moji II Butir 0,013 138,02
10. Penggantian Jembatan S. Wulu Butir 0,007 109,87
SUB TOTAL Program Penggunaan dan Spesifikasi Teknis Asbuton
56,44 9.647,49
Program Terencana Asbuton Tahun 2018
BPJN XIV PALU
TIPE PANJANG ESTIMASI
SATUAN KERJA
NO. PROVINSI ASPAL EFEKTIF VOLUME KETERANGAN
PAKET / RUAS JALAN
BUTON (KM) (TON)

II. Sulawesi Tengah Satuan Kerja SKPD Provinsi Sulawesi Tengah


PPK 02
1. Penggantian Jembatan Pantoloan Butir 0.30 49.14
Satuan Kerja Pelaksanaan Jalan Nasional Wilayah I Sulawesi Tengah
PPK 04

1. Rekonstruksi dan Penanganan Bencana Jalan Lakuan - dalam Kota Toli Toli Malala Butir 0.50 70.20

Satuan Kerja Pelaksanaan Jalan Nasional Wilayah II Sulawesi Tengah


PPK 07
1. Penggantian Jembatan Buranga I CS Butir 0.60 98.28
PPK 08
1. Penggantian Jembatan Lebo II Butir 0.30 49.14
2. Rekonstruksi dan Penanganan Lereng Jalan Nupabomba - Kebon Kopi - Toboli - 1 (PN) (PSN)
Butir 1.40 229.32
(MYC)
3.
Rekonstruksi dan Penanganan Lereng Jalan Tawaeli - Nupabomba - Kebon Kopi - Toboli 1 (PN) Butir 2.00 327.60
4.
Rekonstruksi dan Penanganan Lereng Jalan Tawaeli - Nupabomba - Kebon Kopi - Toboli II (PN) Butir 1.20 196.56
5.
Rekonstruksi dan Penanganan Lereng Jalan Tawaeli - Nupabomba - Kebon Kopi - Toboli III (PN) Butir 1.00 163.80
PPK 11
1. Penggantian Jembatan Tonipa Besar Butir 0.30 49.14
Satuan Kerja Pelaksanaan Jalan Nasional Wilayah III Sulawesi Tengah
PPK 09
1. Penggantian Jembatan Kasimbuncu CS Butir 2.40 393.12
PPK 10
1. Penggantian Jembatan Nuhon CS Butir 0.60 98.28
PPK 15
1. Penggantian Kilo/ Siliti CS Butir 1.20 196.56
PPK 12
1. Rekonstruksi Jalan Tomata - Betelembe 4 Butir 3.90 638.82
2. Penggantian Jembatan Amiferei CS Butir 0.60 98.28
PPK 13
1. Penggantian Jembatan Korompudu 1 CS Butir 1.50 245.70
2. Rekonstruksi Jalan Akses Bandara Morowali Butir 3.00 491.40
PPK 14
1. Penggantian Jembatan Bahomoahi II CS Butir 1.80 294.84
SUB TOTAL 11.00 3,690.18
TOTAL
Program Penggunaan dan Spesifikasi Teknis Asbuton
67.44 13,337.67
Program Terencana Asbuton Tahun 2018
BPJN XV MANADO
DAFTAR PAKET/RUAS JALAN YANG MENGGUNAKAN ASPAL BUTON TA 2018
BALAI PELAKSANAAN JALAN NASIONAL XV

TIPE PANJANG ESTIMASI


SATUAN KERJA
NO. PROVINSI ASPAL EFEKTIF VOLUME KETERANGAN
PAKET / RUAS JALAN
BUTON (KM) (TON)
1 2 3 4 5 6 7
I. Gorontalo Satuan Kerja Jalan Nasional Provinsi Sulawesi Tengah
PPK 03 (Tolango - Bulontlo - Tolinggua (Bts. Prov Sulteng)
1. Pelebaran Jalan Ruas Bulontio - Tolinggula Semi Ekstraksi 7.10 115.75
SUB TOTAL 7.10 115.75
II. Sulawesi Utara Satuan Kerja Pelaksanaan Jalan Nasional Wilayah I
PPK 6
1. Jalan Yos Sudarso (Bitung) Semi Ekstraksi 0.20 6.34
2. Jalan Wolter Monginsidi (Bitung) Semi Ekstraksi 3.00 97.20
PPK 5
1. Tumpaan - Bts. Kota Manado Semi Ekstraksi 4.30 136.22
2. Worotican - Poopo Semi Ekstraksi 3.00 95.04
3. Tumpaan - Worotican Semi Ekstraksi 1.00 31.68
PPK 4
1. Bts. Kota Manado - Tomohon Semi Ekstraksi 7.60 240.77
2. Tondano - Wasian - Kokas - Langowan - Kawangkoan Semi Ekstraksi 1.50 47.52
PPK 7
1. Langowan - Ratahan - Belong Semi Ekstraksi 1.00 31.68
PPK 8
1. Poigar - Kaiya Semi Ekstraksi 0.50 15.84
Satuan Kerja Pelaksanaan Jalan Nasional Wilayah II
PPK 11
1. Bts. Kab Bolmong/Bolmut - Biontong Semi Ekstraksi 1.00 31.68
Satuan Kerja Pelaksanaan Jalan Nasional SKPD
PPK 11
1. Girian(Bitung) - Cikupang Semi Ekstraksi 2.00 63.36
PPK 2
1. Likupang - Wori Semi Ekstraksi 3.80 120.38
PPK 3
1. Jalan Monginsidi (Manado) Semi Ekstraksi 1.95 61.78
SUB TOTAL Program Penggunaan dan Spesifikasi Teknis Asbuton
30.85 979.49
TOTAL 37.95 1,095.24
Program Terencana Asbuton Tahun 2018
BPJN XVI AMBON
DAFTAR PAKET/RUAS JALAN YANG MENGGUNAKAN ASPAL BUTON TA 2018
BALAI PELAKSANAAN JALAN NASIONAL XVI

TIPE PANJANG ESTIMASI


SATUAN KERJA
NO. PROVINSI ASPAL EFEKTIF VOLUME KETERANGAN
PAKET / RUAS JALAN
BUTON (KM) (TON)
I. Maluku Satker Pelaksanaan Jalan Nasional Wilayah I - Maluku
PPK Pelaksana Jalan Pulau Buru 1
1. Rekonstruksi Jalan Modanmohe - Namrole Semi Ekstrasi 1.00 32.90
PPK Pelaksana Jalan Pulau Buru 2
1. Rehabilitasi Minor Teluk Bara - Samalagi - Sp. Tugu Namlea Semi Ekstrasi 2.00 26.15
PPK Pelaksana Jalan Pulau Seram 1
1. Rekonstruksi Jalan Piru - Waisala Semi Ekstrasi 11.00 361.95
2. Rekonstruksi Jalan Piru - Waisala Semi Ekstrasi 12.00 394.86
Satker Pelaksanaan Jalan Nasional Wilayah Ii Maluku
PPK Pelaksana Jalan Pulau Seram 2
1. Rehabilitasi Minor Tamilouw - Haya - Tehoru - Laimu - Werinama (Aspal
Semi Ekstrasi 0.78 11.87
Oprit) 4 Jembatan
2. Rekonstruksi Jalan Tehoru - Laimu Semi Ekstrasi 1.20 39.49
3. Rekonstruksi Jalan Laimu - Werinama Semi Ekstrasi 5.00 164.52
PPK Pelaksana Jalan Pulau Seram 5
1. Rehabilitasi Minor Sp, Waipia - Saleman Semi Ekstrasi 1.70 16.67
2. Rekonstruksi Jalan Sp, Waipia - Saleman Semi Ekstrasi 0.60 19.74
3. Rekonstruksi Jalan Taniwel - Saleman Semi Ekstrasi 11.00 361.95
PPK Pelaksana Jalan Pulau Seram 6
1. Rehabilitasi Minor Jalan Saleman - Besi Semi Ekstrasi 1.10 10.79
2. Rekonstruksi Jalan Besi (Km, 50) - Wahai Semi Ekstrasi 0.60 30.75
PPK Pelaksana Jalan Pulau Seram 7
1. Rehabilitasi Minor Pasahari - Kobisonta Semi Ekstrasi 0.80 7.85
2. Rehabilitasi Mayor Pasahari - Kobisonta Semi Ekstrasi 0.20 5.38
3. Rekonstruksi Jalan Pasahari - Kobisonta Semi Ekstrasi 0.80 26.32
Satker Pelaksanaan Jalan Nasional Wilayah III Maluku
PPK Pelaksana Jalan Pulau Yamdena Dan Pulau Larat
1. Rehabilitasi Minor Arma - Aruidas Semi Ekstrasi 1.00 13.08
2. Rehabilitasi Jalan Larat - Lamdesar Timur Semi Ekstrasi 6.40 76.71 CPHMA

Program Penggunaan dan Spesifikasi Teknis Asbuton 100


Program Terencana Asbuton Tahun 2018
BPJN XVI AMBON

PANJANG ESTIMASI
SATUAN KERJA TIPE
NO. PROVINSI EFEKTIF VOLUME KETERANGAN
PAKET / RUAS JALAN ASPAL BUTON
(KM) (TON)
PPK Pelaksana Jalan Pulau Kei Dan Kep. Aru
1. Pemeliharaan Rutin Preventif (Slarry Seal) Ibra - Danar Semi Ekstrasi 8.90 87.28
2. Rehabilitasi Minor Tual - Ngadi - Tamedan Semi Ekstrasi 0.50 4.90
3. Rehabilitasi Minor Ibra - Danar Semi Ekstrasi 2.00 19.61
4. Rehabilitasi Mayor Tual - Ngadi - Tamedan Semi Ekstrasi 1.30 34.22
5. Rekonstruksi Jalan Tual - Ngadi - Tamedan Semi Ekstrasi 2.30 75.68
PPK Pelaksana Jalan Pulau Babar Dan Pulau Selaru
1. Rekonstruksi Jalan Adaut - Kandar Semi Ekstrasi 6.60 217.17
PPK Pelaksana Jalan Pulau Wetar, Kisar, Lirang, Moa, Lety
1. Rekonstruksi Jalan Tiakur - Weet Semi Ekstrasi 6.00 197.43
SUBTOTAL 84.78 2,237.28
II. Maluku Utara Satker Pelaksanaan Jalan Wilayah II Maluku Utara
PPK Pulau Halmahera 4
1. Rekonstruksi Jalan Weda - Sagea Butir 8.00 244.99
2. Rekonstruksi Jalan Sagea - Patani 1 Butir 8.00 244.99
3. Rekonstruksi Jalan Sagea - Patani 2 Butir 8.00 244.99
4. Rekonstruksi Jalan Sagea - Patani 3 Butir 8.00 244.99
SUB TOTAL 32.00 979.96
TOTAL 116.78 3,217.24

Program Penggunaan dan Spesifikasi Teknis Asbuton 101


Program Terencana Asbuton Tahun 2018
BPJN XVII MANOKWARI

DAFTAR PAKET/RUAS JALAN YANG MENGGUNAKAN ASPAL BUTON TA 2018


BALAI PELAKSANAAN JALAN NASIONAL XVII

PANJANG ESTIMASI
SATUAN KERJA TIPE
NO. PROVINSI EFEKTIF VOLUME KETERANGAN
PAKET / RUAS JALAN ASPAL BUTON
(KM) (TON)
I. Papua Barat Satuan Kerja SKPD
PPK SKPD
1 Preverensi Rekonstruksi Jalan Dalam Kota Manokwari (Rehabilitasi ) Semi Ekstraksi 10.86 179.84
Satuan Kerja Pelaksanaan Jalan Nasional Wilayah I Manokwari
PPK I.01
1. Rehabilitasi Mayor Ruas Jalan Bts. Kota Manokwari - Maruni - Oransbari Semi Ekstraksi 2.00 33.12
Satuan Kerja Pelaksanaan Jalan Nasional Wilayah II Sorong
PPK II.01
Butir / Semi
1. Peningkatan Struktur Jalan Makbon - Mega 2.55 42.228
Ekstraksi
PPK V.01
Butir / Semi
1. Preservasi rekonstruksi jalan dalam Fakfak - Bomberai (Rehabilitasi) 4.00 66.240
Ekstraksi
Butir / Semi
2. Preservasi rekonstruksi jalan dalam Fakfak - Bomberai (Rekonstruksi) 2.00 33.12
Ekstraksi
PPK V.02
Butir / Semi
1. Peningkatan Struktur Jalan Bomberai - Aroba 3.00 49.68
Ekstraksi
Butir / Semi
2. Peningkatan Struktur Jalan Bomberai - Aroba - Furwata 5.00 82.80
Ekstraksi
PPK V.03
Butir / Semi
1. Rehabilitasi Mayor Jalan Kaimana -Tanggaromi 3.00 49.68
Ekstraksi
Butir / Semi
2. Rekonstruksi Jalan Wonama - Tanggaromi 3.00 49.68
Ekstraksi
TOTAL 35.41 586.39

Program Penggunaan dan Spesifikasi Teknis Asbuton 102


Program Terencana Asbuton Tahun 2018
BPJN XVIII JAYAPURA

DAFTAR PAKET/RUAS JALAN YANG MENGGUNAKAN ASPAL BUTON TA 2018


BALAI BESAR/BALAI PELAKSANAAN JALAN NASIONAL XVIII

TIPE PANJANG ESTIMASI


SATUAN KERJA
NO. PROVINSI ASPAL EFEKTIF VOLUME KETERANGAN
PAKET / RUAS JALAN
BUTON (KM) (TON)
1 2 3 4 5 6 7
I. Papua Satuan Kerja Pelaksanaan Jalan Nasional Wilayah 1 Prov Papua (Jayapura)

Paket Preservasi Rekonstruksi Jalan Jayapura - Sentani - Nimbotong


Semi
1. Rehabilitasi Jalan Jayapura - Sentani - Nimbotong (Rehabilitasi) 4.40 69.93
Ekstraksi
Semi
2. Rekonstruksi Jalan Jayapura - Sentani - Nimbotong (Rekonstruksi) 1.20 21.78
Ekstraksi
TOTAL 5.60 91.71

Program Penggunaan dan Spesifikasi Teknis Asbuton 103


Spesifikasi Teknis Asbuton

No. Tipe Asbuton Uraian Spesifikasi yang Digunakan

1 Butir B 5/20 (Kabungka) • Penetrasi 5 SE Menteri PU No. 10/SE/M/2013


• Kadar Aspal 20% tentang Pedoman Spesifikasi Teknis
Campuran Beraspal Panas dengan
Asbuton

2 Butir B 50/30 (Lawele) • Penetrasi 50 Spesifikasi Khusus Interim - 5 Seksi 6.3


• Kadar Aspal 30% Campuran Beraspal Panas dengan
Asbuton Lawele (SKh-6.6.3.1) Tahun
2016

3 Semi Ekstraksi Campuran Aspal Minyak Spesifikasi Umum Bina Marga Tahun
dengan Aspal Buton 2010 Revisi 3, Tipe II-A Aspal yang
• Penterasi min. 50 Dimodifikasi
• Kadar Aspal 100%

4 Campuran Panas Hampar Revisi Spesifikasi Khusus Interim -1


Dingin Cold Paving Seksi 6.3 Asbuton Campuran Panas
Hotmix Asbuton Hampar Dingin Cold Paving Hotmix
(CPHMA) Asbuton (CPHMA) (SKh-2.6.3.3) Tahun
2016

Program Penggunaan dan Spesifikasi Teknis Asbuton 104


Persyaratan Asbuton Kabungka (B 5/20)
SE Menteri PU No. 10/SE/M/2013
• Asbuton B 5/20 adalah aspal buton dari Tambang Kabungka yang diproses menjadi butiran.
• Nilai penetrasi sekitar 5 dan kadar aspal sekitar 20.
• Asbuton B 5/20 digunakan sebagai modifikasi aspal minyak, adapun biasanya pemakaian di lapangan
antara 2-3% terhadap berat campuran.

Ketentuan-Ketentuan untuk Asbuton Butir Kabungke


Sifat-Sifat Asbuton Butir Metode Pengujian Tipe B 5/20 Tipe B 30/25 Tipe B 50/30
Sifat Bentuk Asli
• Ukuran Butir Asbuton Butir
 lolos ayakan 3/8 inchi (9,5 mm); % SNI 03-4142-1996 100
 lolos ayakan no.4 (4,75 mm); % SNI 03-4142-1996 100
 lolos ayakan no.8 (2,36 mm); % SNI 03-4142-1996 100
• Kadar Air; % SNI 2490:2008 Maks. 2 Maks. 2 Maks. 2
• Kadar Bitumen Asbuton; % SNI 03-3640-1994 18-22 23-27 25-30
Sifat Hasil Ekstraksi
• Kelarutan dalam TCE; % berat RSNI M 04-2004 Min. 99 Min. 99 Min. 99
• Penetrasi Asbuton pada 25:C, 100 gr, 5 det; 0,1 mm SNI 2456:2011 ≤ 15 25-35 40-60
• Titik Lembek; :C SNI 2434:2011 Min. 55
• Daktalitas pada 25:C; cm SNI 2432:2011 ≥ 100
• Berat Jenis SNI 2441:2011 Min. 1,0
• Titik Nyala; :C SNI 2433:2011 Min. 232
• Penurunan Berat (dengan TFOT); LOH (%) SNI 06-2440-1991 ≤3 ≤3
• Ppenetrasi Asbuton setelah LOH pada 25:C, 100 gr,
SNI 2456:2011 ≥ 54 ≥ 54
5 det; % terhadap penetrasi awal

Program Penggunaan dan Spesifikasi Teknis Asbuton 105


Persyaratan Asbuton Lawele (B 50/30)
Sesuai Spesifikasi Khusus SKh-6.6.3.1 Tahun 2016
• Asbuton B 50/30 adalah aspal buton dari Tambang Lawele yang diproses menjadi butiran.
• Nilai penetrasi sekitar 50 dan kadar aspal sekitar 50.
• Asbuton B 50/30 digunakan sebagai substitusi aspal minyak, adapun biasanya pemakaian di lapangan
antara 7-10% terhadap berat campuran.

Ketentuan-Ketentuan untuk Asbuton Lawele

No. Jenis Pengujian Metode Pengujian Persyaratan


A. Sifat Bentuk Asli
1 Ukiran Butir (Inchi) SNI 03-1969-1990 < 3/8
2 Kadar Air (%) SNI 06-2490-1991 Maks. 2
B. Sifat-Sifat Asbuton Lawele Hasil Ekstraksi
1 Kadar Aspal Asbuton (%) SNI 03-3640-1994 25-40
2 Penetrasi pada 25:C, 100 gr, 5 det (0,1 mm) SNI 06-2456-1991 40-60
3 Titik Lembek (:C) SNI 06-2434-1991 Min. 55
4 Duktilitas pada 25:C, (cm) SNI 06-2432-1991 ≥ 100
C. Pengujian Residu Hasil TFOT
1 Berat yang Hilang (%) SNI 06-2441-1991 ≤3
2 Penetrasi pada 25:C, 100 gr, 5 det (%) SNI 06-2456-1991 ≥ 54

Program Penggunaan dan Spesifikasi Teknis Asbuton 106


Persyaratan Asbuton Semi Ekstraksi
Spesifikasi Umum Ditjen BM Tahun 2010 Revisi 3
• Asbuton Semi Ektraksi/Pracampur adalah aspal minyak yang sudah dimodifikasi dengan aspal buton.
• Berbentuk persis seperti aspal minyak dengan kandungan filler mineral aspal buton maksimum 10%.

Ketentuan-Ketentuan Aspal Keras


Tipe II Aspal yang
Dimodifikasi
Tipe I Aspal
No. Jenis Pengujian Metode Pengujian A⁽¹⁾ B
Pen. 60-70
Asbuton yang Elastomer
Diproses Sintetis
1 Penetrasi pada 25:C (0,1 mm) SNI 06-2456-1991 60-70 Min. 50 Min. 40
2 Viskositas Dinamis 60:C (Pa.s) SNI 06-6441-2000 160-240 240-360 320-480
3 Viskositas Kinematis 135:C (cSt) SNI 06-6441-2000 ≥ 300 385-2000 ≤ 3000
4 Titik Lembek (:C) SNI 2434:2011 ≥ 48 ≥ 53 ≥ 54
5 Daktalitas pada 25:C, (cm) SNI 2432:2011 ≥ 100 ≥ 100 ≥ 100
6 Titik Nyala (:C) SNI 2433:2011 ≥ 232 ≥ 232 ≥ 232
7 Kelarutan dalam Trichloroethylene (%) AASHTO T44-03 ≥ 99 ≥ 90⁽;⁾ ≥ 99
8 Berat Jenis SNI 2441:2011 ≥ 1,0 ≥ 1,0 ≥ 1,0
Stabilitas Penyimpanan : Perbedaan
9 ASTM D 5976 part 6.1 - ≤ 2,2 ≤ 2,2
Titik Lembek (:C)
Partikel yang Lebih Halus dari 150
10 - Min. 95⁽;⁾ -
Micron (μm)(%)
Pengujian Residu Hasil TFOT (SNI 06-2440-1991) tau RTFOT (SNI 03-6835-2002):
11 Berat yang Hilang (%) SNI 06-2441-1991 ≤ 0,8 ≤ 0,8 ≤ 0,8
12 Viskositas Dinamis 60:C (Pa.s) SNI 03-6441-2000 ≤ 800 ≤ 1200 ≤ 1600
13 Penetrasi pada 25:C (%) SNI 06-2456-1991 ≥ 54 ≥ 54 ≥ 54
14 Daktalitas pada 25:C (cm) SNI 2432:2011 ≥ 100 ≥ 50 ≥ 25
15 Keelastisan setelah Pengembalian (%) AASHTO T 301-98 - - ≥ 60

Program Penggunaan dan Spesifikasi Teknis Asbuton 107


Persyaratan Asbuton CPHMA
Spesifikasi Khusus Interim SKh-2.6.3.3 Tahun 2016
• Asbuton Campuran Panas Hampar Dingin (Cold Paving Hot Mix Asbuton/CPHMA) terdiri dari agregat
bergradasi tertentu, asbuton butir, bahan peremaja, dan bahan tambahan lain bila diperlukan.
• Campuran ini dapat digunakan sebagai lapis perata ataupun lapis permukaan.

Kadar dan Sifat Aspal Hasil Ekstraksi CPHMA harus memenuhi:

Uraian Metode Pengujian Persyaratan Satuan

Kadar Aspal SNI 03-3640-1994 6-8 %

Karakteristik Bitumen Hasil Ekstraksi

Penetrasi 25:C, 100 gr, 5 det SNI 2456:2011 minimum 100 1 mm

Titik Lembek SNI 2434:2011 minimum 40 :C

Daktalitas pada 25:C, 5 cm/menit SNI 2432:2011 minimum 100 cm

Program Penggunaan dan Spesifikasi Teknis Asbuton 108


Rencana Ketentuan Spesifikasi Umum Asbuton Tahun 2017

Ketentuan untuk Asbuton Butir Tipe B 5/20 dan Tipe B 50/30

Tipe Tipe
No. Sifat-sifat Asbuton Butir Metode Pengujian
B 5/20 B 50/30
1. Sifat Bentuk Asli
- Ukuran butir asbuton butir
 Lolos Ayakan 3/8 inci (9,5 mm); % SNI 03-4142-1996 - 100
 Lolos Ayakan No 8 (2,36 mm); % SNI 03-4142-1996 100 -
- Kadar bitumen asbuton; % SNI 03-3640-1994 Min. 18 Min. 20
- Kadar air; % SNI 2490;2008 Maks. 2 Maks. 4
2. Sifat Bitumen Hasil Ekstraksi (SNI 8279:2016) dan Pemulihan (SNI 03-4797-1998)
- Kelarutan dalam TCE; % berat SNI 2438:2015 Min.99 Min. 99
- Penetrasi aspal asbuton pada 25 °C, 100 g, 5
SNI 2456:2011 Min. 2 40 -- 70
detik; 0,1 mm
- Titik Lembek; C SNI 2434:2011 - Min. 50
- Daktilitas pada 25C; cm SNI 2432:2011 -  100
- Berat jenis SNI 2441:2011 - Min. 1,0
- Penurunan Berat (dengan TFOT); LOH (%) SNI 06-2440-1991 - ≤2
- Penetrasi aspal asbuton setelah LOH pada 25 °C,
SNI 2456:2011 - ≥ 54
100 g, 5 detik; (% terhadap penetrasi awal)

Program Penggunaan dan Spesifikasi Teknis Asbuton 109


Rencana Ketentuan Spesifikasi Umum Asbuton Tahun 2017

Ketentuan untuk Asbuton Murni dan Asbuton Pra-campur

Asbuton Asbuton
No. Jenis Pengujian Metoda Pengujian
Murni Pra-campur1)
1. Penetrasi pada 25C, 100 g, 5 detik (0,1 mm) SNI 2456:2011 45 - 55 50 - 60
2. Viskositas pada 135C (cSt) SNI 06-6441-2000 350 - 3000 350 - 3000
3. Titik Lembek (C) SNI 2434:2011 ≥ 49 ≥ 50
4. Daktilitas pada 25C, 5 cm/menit (cm) SNI 2432:2011 ≥ 100 ≥ 100
5. Titik Nyala (C) SNI 2433:2011 ≥ 232 ≥ 232
6. Kelarutan dalam Trichloroethylene (%) SNI 2438:2015 ≥ 99 ≥ 90
7. Berat Jenis SNI 2441:2011 ≥ 1,0 ≥ 1,0
8. Pertikel yang lebih halus dari 150 µm (%) SNI 03-4142-1996 - ≥ 95
Pengujian residu hasil TFOT (SNI 06-2440-1991) atau RTFOT (SNI 03-6835-2002)
9. Berat yang Hilang (%) SNI 06-2441-1991 ≤ 0,8 ≤ 0,8
10. Penetrasi pada 25C (%) SNI 2456:2011 ≥ 54 ≥ 54
11. Daktilitas pada 25C, 5 cm/menit (cm) SNI 2432:2011 > 50 > 50
12. Kadar Parafin Lilin (%) SNI-03-3639-2002 ≤2 ≤2

Program Penggunaan dan Spesifikasi Teknis Asbuton 110


Evaluasi Pekerjaan Asbuton
PELAKSANAAN UJI COBA DI TOL CIPULARANG KM 109
Tanggal 11 - 13 November 2015

Jalur A (Jakarta – Bandung) sepanjang 140 m (Km 109 +200 – Km 109 +340) dengan
menggunakan Campuran Aspal Buton tebal = 5 cm

Program Penggunaan dan Spesifikasi Teknis Asbuton 111


Evaluasi Pekerjaan Asbuton
Monev 26 Januari 2016
KONDISI VISUAL
PERKERASAN

Kondisi perkerasan dengan Lalu Lintas Berat pada lokasi Uji Gelar Asbuton
Jalan Tol Cipularang Km. 109 +200 Jalur A (arah Jakarta – Bandung)

Program Penggunaan dan Spesifikasi Teknis Asbuton 112


Evaluasi Pekerjaan Asbuton
Konsisi Perkerasan (26 Januari 2016)

Perbandingan kondisi lapis permukaan


Asbuton dengan Aspal Minyak Shell

Rutting

Pada lapis permukaan


dengan Aspal Minyak
Shell timbul alur
(rutting), sedangkan
dengan Asbuton masih
baik.

Program Penggunaan dan Spesifikasi Teknis Asbuton 113


Contoh Penggunaan Asbuton Butir
di Jalan Tol Bekasi-Cawang-Kampung Melayu (Becakayu) tahun 2017

Program Penggunaan dan Spesifikasi Teknis Asbuton 114


Permasalahan: Bleeding

Paket dalam Kota Pasuruan TA 2017, aspal buton semi ektraksi :


• Pencampuran dilakukan di AMP oleh kontraktor sendiri
• 2 minggu paska kontruksi -> Kadar Aspal berlebihan

 Pencampuran yang dilakukan sendiri di lapangan tidak dianjurkan

Program Penggunaan dan Spesifikasi Teknis Asbuton 115


Permasalahan: Ampas Aspal
- Ampas aspal buton semi
ekstraksi BNA (Buton Natural
Aspal) yang bisa menyumbat
sirkulasi di AMP
- Seharusnya ampas material pada
teknologi aspal modifikasi
asbuton yang diproses sudah
tidak ada lagi

Program Penggunaan dan Spesifikasi Teknis Asbuton 116


Permasalahan Pemanfaatan Asbuton di Lapangan
1. Kualitas produk asbuton dari produsen sering tidak seragam;
2. Pengiriman produk asbuton ke lokasi proyek sering terlambat (rantai pasok):
• mekanisme suplai antara produsen dengan kontraktor belum terbentuk dengan baik
• pengiriman terlambat, disesuaikan dengan jadwal dan muatan kapal
• sistem pembayaran yang tidak leluasa
3. Keterbatasan teknologi peralatan pendukung AMP yang menggunakan asbuton;
4. Pihak perencana belum memahami perencanaan asbuton:
• volume berubah pada saat pelaksanaan
• pemilihan jenis teknologi asbuton tidak tepat
5. Keterbatasan pengetahuan dan keterampilan pelaksana di lapangan baik dari pihak
pengguna jasa maupun pihak penyedia jasa.
6. Laporan penggunaan asbuton dari Balai tidak sama dengan laporan dari produsen aspal
buton.

Program Penggunaan dan Spesifikasi Teknis Asbuton 117


Strategi Ditjen Bina Marga
dalam Upaya Peningkatan Penggunaan Asbuton
1. Melanjutan program aspal buton di ruas-ruas jalan yang pada tahun sebelumnya
menggunakan aspal buton (fixed link).
2. Bersama BBPJN/BJPN menetapkan jenis aspal buton sebagai bahan perkerasan jalan pada
tahap desain untuk paket-paket usulan program Tahunan dan Kontrak Tahun Jamak.
3. Melaksanakan sosialisasi dan pendampingan teknis di lapangan.
4. Memperbaiki mekanisme rantai pasok aspal buton.
5. Bersama Direktorat Jenderal Bina Konstruksi dan Balitbang menyusun Draft Revisi Permen
PUPR tentang Penggunaan Asbuton untuk Pembangunan Jalan dan Preservasi Jalan.
6. Bersama Pusjatan, Loka Asbuton, Aspabi dan Sucofindo mengupayakan Sistem Penjaminan
Mutu Produk untuk anggota Aspabi:
• Sertifikasi Produsen dan Sertifikasi Produk, dan
• inspeksi dan pengendalian mutu lapangan
7. Bersama Puslitbang menyusun Revisi Spesifikasi Aspal Buton, yang nanti akan dituangkan
dalam Spesifikasi Umum 2017.
8. Dukungan Ditjen Bina Marga terhadap usulan PT. WIKA BITUMEN untuk investasi Intalasi
Full Ekstraksi Aspal Buton Murni kapasitas produksi PEN 40/50 sebesar 60.000 Ton/Tahun.
9. Memberikan Reward kepada PPK yang telah melaksanakan program Aspal Buton dengan
baik.

Program Penggunaan dan Spesifikasi Teknis Asbuton 118


Penutup
 PPK dan Penyedia Jasa harus mengupayakan agar paket-paket yang telah di “Program
Rencanakan” dengan Aspal Buton untuk seluruh tipe asbuton, dapat selesai dan berlomba
menuju kelompok kategori paket-paket Success Story sebagai kandidat REWARD.

 Komitmen dan pelayanan kepada pelanggan berupa Bantuan Teknik dari Produsen Aspal
Buton Anggota ASPABI kepada Penyedia Jasa dan Satker/PPK menjadi penting untuk
keberlangsungan penggunaan produk oleh pelanggan.

Program Penggunaan dan Spesifikasi Teknis Asbuton 119


APLIKASI JENIS PRODUK DAN
4 TEKNOLOGI ASBUTON
Lay Out
4.1 Latar Belakang
4.2 Produk Asbuton
4.3 Klasifikasi Penggunaan Teknologi Perkerasan Jalan Asbuton
4.4 Campuran Beraspal dengan Asbuton
• Teknologi Asbuton Campuran Panas Tipe A dan Tipe B
4.5 Asbuton Campuran Panas Hampar Dingin
• Teknologi CPHMA
4.6 Persyaratan Campuran Aspal Buton
4.7 Lapisan Penetrasi Makadam Asbuton
• Gambar Potongan Melintang LPMA Tipe A dan Tipe B
• Ketentuan Gradasi Agregat Pokok, Pengunci , dan Penutup
• Persyaratan Kuantitas Bahan Tipe Asbuton
4.8 Lapisan Tipis Butur Seal
• Kriteria Lapis Tipis Butur Seal

Aplikasi Jenis Produk dan Teknologi Asbuton 121


Latar Belakang
1. Asbuton merupakan salah satu kekayaan alam (bahan lokal) Indonesia yang harus dapat dimanfaatkan
untuk kemakmuran bangsa, antara lain untuk meningkatkan kemandirian bangsa melalui swasembada
aspal nasional;
2. Deposit asbuton sangat melimpah yaitu sebesar 663 juta ton dengan jumlah bitumen sekitar 132 juta
ton atau setara dengan kebutuhan aspal nasional Indonesia (1,2 juta Ton/tahun) selama lebih dari 100
tahun;
3. Jika digunakan untuk substitusi aspal minyak import sebesar 600.000 Ton/tahun, maka asbuton dapat
digunakan selama lebih dari 200 tahun;
4. Teknologi perkerasan jalan asbuton sudah cukup memadai dan tersedia untuk berbagai kelas jalan
(berat, sedang, dan ringan);
5. Namun penggunaan sampai saat ini masih kurang dari 100.000 Ton/tahun atau (100.000 Ton setara
dengan aspal minyak 20.000 Ton/tahun atau setara dengan 3,5% substitusi aspal impor);
6. Berdasarkan pemantauan di lapangan, permasalahan asbuton adalah:
• belum konsistennya produk asbuton,
• terkendalanya rantai pasok, dan
• belum dikuasainya teknologi asbuton oleh para pelaksana.
7. Untuk mengatasi masalah tersebut perlu kerjas ama lintas Kementerian dan Lembaga/Asosiasi;
8. Kementrian PUPR sebagai pihak yang telah berpuluh-puluh tahun berupaya memanfaatkan asbuton,
perlu memberikan pemahaman kondisi terkini pemanfaatan asbuton pada Kementerian lain dan
Lembaga/Asosiasi, serta mengajak peran serta mereka.

Aplikasi Jenis Produk dan Teknologi Asbuton 122


Produk Asbuton
• Sebagai produk alam, raw material asbuton sangat bervariasi.
• Perlu diolah terlebih dahulu agar diperoleh sifat yang homogen, serta bentuknya
memudahkan dalam penggunaannya.
• Jenis-Jenis produk asbuton yang sudah akan beredar dipasaran:
a. Asbuton Butir:
o BGA (Buton Granular Asphalt) Tipe B 5/20
o LGA (Lawele Granular Asphalt) Tipe B 50/30
b. Asbuton Pra Campur
c. Asbuton Murni

Aplikasi Jenis Produk dan Teknologi Asbuton 123


Asbuton Butir
Asbuton Butir
Tipe B 5/20
BGA (Buton Granular Asphalt)
Dibuat dari Asbuton deposit
Teknologi campuran beraspal
Kabungka dengan cara Berfungsi untuk memodifikasi
yang dapat menggunakan tipe
dikeringkan dan dihaluskan, aspal dan campuran beraspal,
ini adalah Asbuton Campuran
sehingga berbentuk butir agar memiliki kualitas dan
Panas, dan Gussasphalt
dengan ukuran maksimum 1,18 kinerja yang lebih tinggi.
Asbuton.
mm.
Asbuton Butir
Tipe B 50/30
LGA (Lawele Granular Asphalt)
Teknologi campuran beraspal
Dibuat dari Asbuton deposit
yang dapat menggunakan tipe
Lawele dengan cara
ini adalah Campuran Panas
dikeringkan, dihaluskan, dan
Berfungsi sebagai substitusi Asbuton Lawele, Lapis Penetrasi
diberi anti penggumpalan,
aspal minyak. Makadam Asbuton (LPMA),
sehingga berbentuk butir
Campuran Panas Asbuton
dengan ukuran maksimum 9,5
Hampar Dingin (CPHMA), Butur
mm.
Seal, dan Cape Buton Seal.

Aplikasi Jenis Produk dan Teknologi Asbuton 124


Asbuton Pracampur dan Asbuton Murni
Asbuton Pra Campur

Asbuton Pra Campur atau


Asbuton Semi Ekstraksi adalah
Asbuton yang diekstraksi
Teknologi campuran asbuton
sampai dengan kemurnian Berfungsi untuk memodifikasi
yang dapat menggunakan
sekitar 50-60% (merujuk pada aspal minyak agar memiliki
Asbuton Pracampur ini adalah
TLA) yang untuk kemudahan kinerja yang lebih baik.
Asbuton Campuran Panas.
pelaksanaan, asbuton ini
dicampur dengan aspal minyak
20:80.

Asbuton Murni

Teknologi perkerasan jalan yang


Asbuton Murni adalah asbuton menggunakan asbuton murni
Kemasaan berupa drum atau
yang diekstraksi sampai adalah semua teknologi
curah.
kemurnian sekitar 99%. perkerasan jalan yang
menggunakan aspal minyak.

Aplikasi Jenis Produk dan Teknologi Asbuton 125


Klasifikasi Penggunaan Teknologi Perkerasan Jalan Asbuton
Kelas Lalu Lintas
No. Jenis Asbuton Jenis Teknologi Jalan Alat Khusus
I II III IV V
B 5/20 Campuran Panas - v v - - -
Campuran Panas - - v v v Asbuton Feeder System
1 Asbuton Butir CPHMA - - - v v -
B 50/30
LPMA - - - v v Lump Breaker
Butur Seal - - - - v Lump Breaker
2 Asbuton Pracampur Campuran Panas - v v - - Pengaduk Aspal
3 Asbuton Murni Campuran Panas - - v v v -

Catatan:
a) Kelas lalu lintas jalan kumulatif selama umur rencana: I = Lalu lintas > 30 Juta ESAL; II = Lalu lintas 10-30 Juta
ESAL; III = Lalu lintas 4-10 Juta ESAL; IV = Lalu lintas 0,1-4 Juta ESAL; V = Lalu lintas < 0,1 Juta ESAL.
b) Asbuton Feeder System adalah alat tambahan yang dipergunakan untuk memasukkan asbuton ke dalam sistem
AMP, Lump Breaker adalah alat penghalus gumpalan asbuton butir, dan Pengaduk Aspal adalah pengaduk
tambahan pada tangki asbuton pracampur agar tidak terjadi pengendapan filler.
c) Asbuton Butir B 5/20 adalah asbuton butir dengan nilai penetrasi bitumen sekitar 5 ( < 10 dmm) dan
kandungan bitumen sekitar 20% (18-23%). Asbuton Butir B 50/30 adalah asbuton butir dengan nilai penetrasi
bitumen sekitar 50 (40-60 dmm) dan kandungan bitumen sekitar 30% (25-35%). Asbuton Pracampur adalah
aspal modifikasi yang dicampur dengan asbuton. Asbuton Murni adalah bitumen asbuton hasil ekstraksi dengan
kemurnian (kelarutan dalam pelarut C₂HCl ₂) minimum 99%.
d) CPHMA adalah singkatan dari Cold Paving Hot Mix Asbuton yang artinya Asbuton Campuran Panas Hampar
Dingin . LPMA adalah singkatan dari Lapis Penetrasi Makadam Asbuton.

Aplikasi Jenis Produk dan Teknologi Asbuton 126


Campuran Beraspal dengan Asbuton

Aplikasi Jenis Produk dan Teknologi Asbuton 127


Teknologi Asbuton
Asbuton Campuran Panas Tipe A

Campuran Asbuton Panas


(ACMod-WC, ACMod-BC)

Lapis Pondasi Agregat Atas

Lapis Pondasi Agregat Bawah

Tanah Dasar (Subgrade)

Aplikasi Jenis Produk dan Teknologi Asbuton 128


Teknologi Asbuton
Asbuton Campuran Panas Tipe B

Campuran Asbuton Panas


(ACMod-WC, ACMod-BC)

Lapis Perkerasan ACMod-Base

Lapis Pondasi Agregat Bawah

Tanah Dasar (Subgrade)

Aplikasi Jenis Produk dan Teknologi Asbuton 129


Asbuton Campuran Panas Hampar Dingin

Aplikasi Jenis Produk dan Teknologi Asbuton 130


Teknologi CPHMA (Cold Paving Hot Mix Asbuton)

Gambar Tipe A Tipe B Tipe C

(CPHMA)
Asbuton Campuran Panas Hampar Dingin

Prime Coat Tack Coat Prime Coat

Lapis Pondasi Eksisting atau Lapis Lapis Pondasi


Kelas A Perkerasan Lama Batu Kapur

Aplikasi Jenis Produk dan Teknologi Asbuton 131


Persyaratan Gradasi Asbuton Campuran Panas Hampar Dingin
Persen Berat Lolos
No. Ukuran Ayakan Nominal Maksimum Nominal Maksimum
12,5 mm 19 mm
1 1 inch (25 mm) - 100
2 ¾ inch (19 mm) 100 90 -- 100
3 ½ inch (12,5 mm) 90 -- 100 -
4 3/8 inch (9,5 mm) - 60 -- 80
5 No. 4 (4,76 mm) 45 -- 70 35 -- 65
6 No. 8 (2,36 mm) 25 -- 55 20 -- 50
7 No. 50 (0,300 mm) 5 -- 20 3 -- 20
8 No. 200 (0,075 mm) 2 -- 9 2 -- 8

Persyaratan Aspal dalam Campuran

No. Kadar dan Sifat Aspal dalam Campuran Standar Persyaratan


1 Kadar aspal dalam campuran; % SNI 03-3640-1994 6 -- 8
2 Sifat aspal dalam campuran
- Penetrasi aspal pada temperatur 250C,
SNI 2456:2011 Minimum 100
100 g, 5 detik; dmm
- Titik lembek; oC SNI 2434:2011 Minimum 40
- Daktilitas pada 250C, 5 cm/menit; cm SNI 2432:2011 Minimum 100

Aplikasi Jenis Produk dan Teknologi Asbuton 132


Persyaratan Sifat Campuran Setelah Dipadatkan

No. Sifat Campuran Standar Persyaratan


1 Rongga di antara agregat (VMA); % Minimum 16
2 Rongga terisi aspal, (VFB); % AASHTO M 323-12 Minimum 60
3 Rongga udara dalam campuran (VIM); % 4 - 10
4 Stabilitas Marshall pada temperatur udara; kg ASTM D 6927-06 Minimum 500
Stabilitas sisa setelah perendaman selama 2 x 24
5 Minimum 60
jam pada temperatur udara; %

Catatan:
Pembuatan briket Marshall dipadatkan 2 x 75 tumbukan pada temperatur udara (30oC) dan diuji
stabilitas Marshall juga pada temperatur udara (30oC).

Aplikasi Jenis Produk dan Teknologi Asbuton 133


Lapisan Penetrasi Makadam Asbuton

Aplikasi Jenis Produk dan Teknologi Asbuton 134


Potongan Melintang LPMA Tipe A
7 7. agregat penutup
6
6. asbuton – 2
5
5. tack – coat
4
4. agregat pengunci lokal
3 3. asbuton – 1
2 2. pre-coated
1 1. agregat pokok lokal

LPMA-Asbuton
5,00 cm

Lapis Pondasi
Batu Kapur
15,00 cm
prime coat – 1
Scrab dan Padatkan LPAPerkerasan
Eksisting (Lapis Kls B Lama)

Aplikasi Jenis Produk dan Teknologi Asbuton 135


Potongan Melintang LPMA Tipe B 7 7. agregat penutup
6
5 6. asbuton – 2

4 5. tack – coat
4. agregat pengunci lokal
3 3. asbuton – 1
2 2. pre-coated
1 1. agregat pokok lokal

LPMA-Asbuton
(Permukaan)
5,00 cm

tack coat

LPA - Base
LPMA Kls B

AC-Base Kelas B

Aplikasi Jenis Produk dan Teknologi Asbuton 136


Ketentuan Gradasi Agregat Pokok, Pengunci, dan Penutup
Tebal lapisan (cm)
Ukuran ayakan
6-7 5-6 4-5
ASTM (mm) % Berat yang lolos
1. Agregat Pokok
3” 75,0 100 - -
2;⁄₂” 62,5 90 – 100 100 -
2 50,0 35 – 70 95 – 100 100
1;⁄₂” 37,5 0 – 15 35 – 70 95 – 100
1” 25,0 0–5 0 – 15 -
=∕₄” 19,0 - 0–5 0–5
2. Agregat Pengunci
1” 25,0 100 100 100
=∕₄” 19,0 95 – 100 95 – 100 95 – 100
=∕₈” 9,5 0–5 0–5 0–5
3. Agregat Penutup
;⁄₂” 12,5 100 100 100
=∕₈” 9,5 85 – 100 85 – 100 85 – 100
No.4 4,75 10 – 30 10 – 30 10 – 30
No.8 2,36 0 - 10 0 - 10 0 - 10
Catatan: Pemilihan gradasi disesuaikan dengan tebal lapisan yang direncanakan. Untuk
penggunaan lapis pondasi tidak digunakan agregat penutup, sehingga tebal lapisan harus
dikurangi ukuran agregat penutup (±1 cm).

Aplikasi Jenis Produk dan Teknologi Asbuton 137


Persyaratan Bahan Asbuton Butir B 50/30

No. Jenis Pengujian Metode Pengujian Persyaratan


A. Sifat Bentuk Asli
1 Ukuran butir, mm SNI ASTM C136-2012 Maks. 9,5
2 Kadar Air, % SNI 2490:2008 Maks. 2
B. Sifat-Sifat Asbuton Butir B 50/30 Hasil Ekstraksi
1 Kadar Bitumen Asbuton, % SNI 03-3640-1994 25-30
2 Kelarutan dalam TCE; % berat SNI 06-2438-1991 Min. 99
3 Penetrasi pada 250C; 100 g; 5 det; 0,1 mm SNI 2456:2011 40-60
4 Titik Lembek, 0C SNI 2434:2011 Min. 55
5 Daktalitas pada 250C, cm SNI 2432:2011 ≥ 100
6 Berat jenis SNI 2441:2011 Min. 1,0
7 Titik Nyala, 0C SNI 2433:2011 Min. 232
C. Pengujian Residu Hasil TFOT
8 Berat yang Hilang (LOH), % SNI 06-2440-1991 ≤3
9 Penetrasi pada 250C; 100 g; 5 det, % (terhadap penetrasi awal) SNI 2456:2011 ≥ 54

Aplikasi Jenis Produk dan Teknologi Asbuton 138


Persyaratan Kuantitas Bahan Agregat, Asbuton B 50/30 dan Aspal Cair atau Emulsi
untuk LPMA-Asbuton sebagai Lapis Permukaan
Tebal Agregat Lapis ikat awal berupa residu Asbuton B 50/30 Agregat Asbuton B 50/30 Agregat
lapis pokok (aspal cair/aspal emulsi) ke-1 pengunci ke-2 penutup
(cm) (kg/m²) (liter/m²) (kg/m²) (kg/m²) (kg/m²) (kg/m²)
6–7 125 ± 1 0,18 – 0,3 12 ± 2 19 ± 1 14 ± 2 10 + 1
5–6 105 ± 1 0,18 – 0,3 10 ± 2 19 ± 1 12 ± 2 10 + 1
4–5 85 ± 1 0,18 – 0,3 8±2 19 ± 1 10 ± 2 10 + 1
Catatan: gunakan asbuton B 50/30 dengan takaran minimum khusus daerah tanjakan

Persyaratan Kuantitas Bahan Agregat, Asbuton B 50/30 dan Aspal Cair atau Emulsi
untuk LPMA-Asbuton sebagai Lapis Pondasi
Tebal Agregat Lapis ikat awal berupa residu Asbuton B 50/30 Agregat Asbuton B 50/30
lapis pokok (aspal cair/aspal emulsi) ke-1 pengunci ke-2
(cm) (kg/m²) (liter/m²) (kg/m²) (kg/m²) (kg/m²)
6–7 125 ± 1 0,18 – 0,3 12 ± 2 19 ± 1 14 ± 2
5–6 105 ± 1 0,18 – 0,3 10 ± 2 19 ± 1 12 ± 2
Catatan: gunakan asbuton B 50/30 dengan takaran minimum khusus daerah tanjakan

Aplikasi Jenis Produk dan Teknologi Asbuton 139


Lapisan Tipis Butur Seal

Aplikasi Jenis Produk dan Teknologi Asbuton 140


Kriteria Lapis Tipis Butur Seal
Persyaratan Bahan Asbuton Butir B 50/30
No. Jenis Pengujian Metode Pengujian Persyaratan
A Sifat Bentuk Asli
1 Ukuran granular/butiran, mm SNI 1969:2008 9.5 mm
2 Kadar air, % SNI 2490:2008 Maks. 2
B Sifat Bitumen Asbuton Butir B 50/30 Hasil Ekstraksi
1 Kadar aspal asbuton, % SNI 03 3640-1994 25 - 30
2 Penetrasi aspal asbuton pada 25ᴼC, 100 g, 5 detik, 0.1 mm SNI 2456:2011 40 - 60
3 Titik lembek, ᴼC SNI 2434:2011 Min. 55
4 Daktalitas, 25ᴼC, cm SNI 2432:2011 ≥ 100
5 Berat jenis SNI 2441:2011 Min. 10
6 Titik nyala, ᴼC SNI 2433:2011 Min. 232
C Pengujian Residu Hasil TFOT
1 Berat yang hilang (LoH), % SNI 06-2440-1991 ≤3
2 Penetrasi aspal asbuton pada 25ᴼC, 100 g, 5 detik, 0.1 mm SNI 2456:2011 ≥ 54

Perkiraan Kuantitas Penghamparan Asbuton B 50/30


Penempatan Perkiraan Kuantitas Penghamparan
Tebal Lapis Butur Seal Asbuton
Hamparan Asbuton B 50/30 (kg/m²)
(cm)
Butur Seal Asbuton Hamparan - 1 Hamparan - 2
Di atas perkerasan
1 ±0.2 9 - 12 -
beraspal lama
Di atas lapis pondasi 2 ±0.3 6-9 9 - 12
Aplikasi Jenis Produk dan Teknologi Asbuton 141
PERENCANAAN CAMPURAN
5 BERASPAL PANAS DENGAN
ASBUTON
Lay Out
5.1 Latar Beakang
5.2 Spesifikasi Campuran Beraspal Panas Asbuton
5.3 Jenis-Jenis Campuran Beraspal Panas Asbuton
5.4 Jenis Campuran dan Tebal Nominal Minimum
5.5 Komposisi Campuran Beraspal Panas Asbuton
5.6 Ketentuan Agregat Kasar dan Halus
5.7 Ketentuan Aspal dan Asbuton
5.8 Ketentuan Gradasi Campuran Beraspal Panas Asbuton
5.9 Ketentuan Sifat Campuran Latasir, Lataston, Laston, dan Laston Modifikasi Asbuton
5.10 Ketentuan Temperatur Pencampuran dan Pemadatan
5.11 Ketentuan Cara Pencampuran Campuran Asbuton
5.12 Skema Tahapan Perencanaan Campuran
5.13 Pengambilan Contoh Bahan
5.14 Penyiapan Benda Uji Agregat
5.15 Pengujian Mutu Bahan Aspal dan Asbuton, serta Kekentalan Aspal Keras
5.16 Peralatan Laboratorium
5.17 Blending Agregat cara Grafis, serta Blending Agregat Trial dan Error dengan Komputer
5.18 Membuat Campuran Beraspal Panas
5.19 Penanganan Benda Uji Marshall
5.20 Pengujian dan Grafik Hasil Pengujian
5.21 Menentukan Kadar Aspal Maksimum
5.22 Ketentuan Instalasi Pencampuran Aspal
5.23 Pembuatan dan Produksi Campuran Beraspal
5.24 Pengukuran dan Pembayaran
5.25 Stabilitas Sisa

Perencanaan Campuran Beraspal Panas dengan Asbuton 143


Latar Belakang
• Saat ini teknologi perkerasan jalan dengan Asbuton sudah cukup lengkap untuk
berbagai kelas jalan dengan kualitas yang sudah terbukti baik.
• Namun karena sifatnya yang tidak persis sama dengan aspal minyak, terdapat
beberapa perbedaan mendasar dibanding perkerasan aspal minyak yang apabila
tidak difahami dapat menjadi penyebab kegagalan perkerasan jalan.
• Oleh sebab itu, perlu dilakukan sosialisasi pada semua pihak terkait mengenai
perkerasan jalan Asbuton mulai dari perencanaan campuran hingga pelaksanaan.
• Pada paparan ini akan disampaikan perencanaan campuran beraspal panas yang
menggunakan Asbuton.
• Berdasarkan jenis Asbuton yang digunakan, terdapat empat alternatif campuran
beraspal panas yaitu yang menggunakan Asbuton Butir B 5/20, Asbuton Butir B
50/30, Asbuton Pracampur dan Asbuton Murni

Perencanaan Campuran Beraspal Panas dengan Asbuton 144


Spesifikasi Campuran Beraspal Panas Asbuton

DRAFT
SPESIFIKASI UMUM
SEKSI – 6.5

CAMPURAN BERASPAL DENGAN ASBUTON

Catatan:
Rujukan dari paparan ini adalah “Draft Spesifikasi Umum Seksi – 6.5 mengenai Campuran Beraspal
dengan Asbuton”. Secara prinsip teknologi, tidak ada perbedaan mendasar antara Draft Spesifikasi
Umum Seksi - 6.5 dengan spesifikasi sebelumnya kecuali pada Draft Spesifikasi Umum Seksi – 6.5
sudah lebih disempurnakan berdasarkan masukan-masukan di lapangan yang sebelumnya tidak
tercantum dalam spesifikasi lama. Dengan demikian, maka spesifikasi mana saja yang digunakan
tetap harus memahami apa yang disampaikan pada Drfat Spesifikasi Umum Seksi – 6.5 agar
pelaksanaan perkerasan jalan Asbuton sesuai dengan yang diharapkan.

Perencanaan Campuran Beraspal Panas dengan Asbuton 145


Jenis-Jenis Campuran Beraspal Panas Asbuton
Cakupan Perencanaan
Campuran:
1. Campuran Beraspal
Panas dengan Asbuton
Butir B 5/20
2. Campuran Beraspal
Panas dengan Asbuton
Butir B 50/30
3. Campuran Beraspal
Panas dengan Asbuton
Pra-Campur
4. Campuran Beraspal
Panas dengan Asbuton
Pra-Campur

Perencanaan Campuran Beraspal Panas dengan Asbuton 146


Jenis Campuran dan Tebal Nominal Minimum

Tabel. Tebal Nominal Minimum Campuran Beraspal

Tebal Nominal Minimum


Jenis Campuran Simbol
(cm)
Latasir Kelas A SS-A 1,5

Latasir Kelas B SS-B 2,0

Lapis Aus HRS-WC 3,0


Lataston
Lapis Pondasi HRS-Base 3,5

Lapis Aus AC-WC 4,0

Laston Lapis Antara AC-BC 6,0

Lapis Pondasi AC-Base 7,5

Perencanaan Campuran Beraspal Panas dengan Asbuton 147


Komposisi Campuran Beraspal Panas Asbuton
1) Komposisi Umum Campuran
Campuran beraspal panas dengan asbuton dapat terdiri dari agregat dan asbuton murni
atau agregat dan asbuton pracampur atau agregat, aspal, dan asbuton butir.

2) Komposisi Aspal dalam Campuran


Persentase asbuton murni dan asbuton pra campur dalam campuran beraspal panas
masing-masing ditentukan berdasarkan percobaan laboratorium dan lapangan,
sebagaimana tertuang dalam Rencana Campuran Kerja (JMF) dengan memperhatikan
penyerapan agregat yang digunakan. Sedangkan persentase pemakaian Asbuton Butir B
5/20 dibatasi 2% sampai dengan 3%, sedangkan Asbuton Butir B 50/30 dibatasi 7% sampai
dengan 10%, masing-masing terhadap berat total campuran beraspal panas dengan
persentase aspal pen 60-70 berdasarkan percobaan laboratorium dan lapangan,
sebagaimana tertuang dalam Rencana Campuran Kerja (JMF) serta dengan memperhatikan
penyerapan agregat yang digunakan.

3) Prosedur Rancangan Campuran


Ketentuan pasal ini harus memenuhi persyaratan Spesifikasi Umum Jalan dan Jembatan
pasal 6.3.3.3) kecuali Tabel 6.3.3 (1a) sampai dengan Tabel 6.3.3. (1d) diganti dengan Tabel
6.4.1.3 (1a) sampai dengan Tabel 6.4.1.3 (1d) berikut:

Perencanaan Campuran Beraspal Panas dengan Asbuton 148


Ketentuan Agregat Kasar dan Halus
Pengujian Standar Nilai
Kekekalan bentuk agregat terhadap larutan natrium  Ketentuan Agregat Kasar
SNI 3407:2008 Maks. 12%
dan magnesium sulfat
Campuran AC bergradasi
Maks. 30%
Abrasi dengan mesin kasar
SNI 2417:2008
Los Angeles Semua jenis campuran aspal
Maks. 40%
bergradasi lainnya
Kelekatan agregat kepada aspal SNI 03-2439-1991 Min. 95%
Angularitas (kedalaman dari permukaan ˂ 10 Cm) DoT's 95/90¹
Pennsylvania
Angularitas kedalaman dari permukaan ≥ 10 Cm) Test Method, 80/75¹
PTM No.621
ASTM D4791
Partikel Pipih dan Lonjong Maks. 10%
Perbandingan 1:5
Material lolos Ayakan No.200 SNI 03-4142-1996 Maks. 1 %

Penguji Setara Pasir Standar Nilai


Min 50% untuk SS, HRS dan AC
bergradasi Halus
Nilai Setara Pasir SNI 03-4428-1997
Min 70% untuk AC bergradasi
kasar
Material Lolos Ayakan No. 200 SNI 03-4428-1997 Maks. 8%
Kadar Lempung SNI 3423:2008 Maks. 1%
Angualaritas (kedalaman dari
Min. 45
permukaan < 10 cm) AASHTO TP-33 atau
 Ketentuan Agregat Halus Angualaritas (kedalaman dari ASTM C 1252-93
Min. 40
permukaan ≥ 10 cm)

Perencanaan Campuran Beraspal Panas dengan Asbuton 149


Ketentuan Aspal dan Asbuton

 Ketentuan-Ketentuan Asbuton Butir Tipe B 5/20 dan Tipe B 50/30

Tipe B Tipe B
Sifat-sifat Asbuton Butir Metode Pengujian
5/20 50/30
Sifat Bentuk Asli
- Ukuran butir asbuton butir
 Lolos Ayakan 3/8 inci (9,5 mm); % SNI 03-4142-1996 - 100
 Lolos Ayakan No.8 inci (2,36 mm); % SNI 03-4142-1996 100 -
- Kadar bitumen asbuton ; % SNI 03-3640-1994 Min. 18 Min. 20
- Kadar air, % SNI 2490:2008 Maks. 2 Maks. 4
Sifat Bitumen Hasil Ekstrasi (SNI 8279:2016 dan Pemulihan (SNI 03-4797-1998)
- Kelarutan dalam TCE; % berat SNI 2438: 2015 Min. 99 Min. 99
- Penetrasi aspal asbuton pada 25 ᴼC, 100 g, 5
SNI 2456:2011 Min. 2 40--70
detik; 01 mm
- Titik lemebek ; ᴼC SNI 2434:2011 - Min. 50
- Daktalitas pada 25ᴼC; cm SNI 2432:2011 - ≥ 100
- Berat jenis SNI 2441:2011 - Min 1,0
- Penurunan Berat (dengan TFOT); LOH (%) SNI 06-2440-1991 - ≤2
- Penetrasi aspal asbuton setelah LOH pada
25ᴼC, 100 g, 5 detik; (% terhadap penetrasi SNI 2456:2011 - ≥ 54
awal)

Perencanaan Campuran Beraspal Panas dengan Asbuton 150


Ketentuan Aspal dan Asbuton

 Ketentuan-Ketentuan Asbuton Murni dan Asbuton Pracampur

Asbuton Asbuton Pra- Catatan:


No. Jenis Pengujian Metode Pengujian
Murni Campuran ;⁾ ¹⁾ Hasil pengujian adalah untuk
Penetrasi pada 25ᴼC, 100 g, 5 detik bahan pengikat (bitumen)
1 SNI 2456:2011 40--50 50--60 yang diekstraksi dengan
(dmm)
2 Viskositas pada 135ᴼC (cSt) SNI 06-6441-2000 400--3000 350--3000 menggunakan metode SNI
8279:2016 serta dipulihkan
3 Titik Lembek (ᴼC) SNI 2434:2011 ≥ 50 ≥ 50
dengan menggunakan
Daktilitas pada 25ᴼC, 5 cm/menit metode SNI 03-4797-1998.
4 SNI 2432:2011 ≥ 100 ≥ 100
(cm) Sedangkan untuk pengujian
5 Titik Nyala (ᴼC) SNI 2433:2011 ≥ 232 ≥ 232 kelarutan dan partikel yang
Kelarutan dalam Trichloroethylene lebih halus dari 150 μm
6 SNI 2438:2015 ≥ 99 ≥ 90
(%) dilaksanakan pada seluruh
7 Berat Jenis SNI 2441:2011 ≥ 1,0 ≥ 1,0 bahan pengikat termasuk
Partikel yang lebih halus dari 150 kandungan mineralnya.
8 SNI 03-4142-1996 - ≥ 95
μm (%)
Penegujian residu hasil TFOT (SNI 06-24440-1991) atau RTFOT (SNI 03-6835-2002)
9 Berat yang Hilang (%) SNI 06-2441-1991 ≤ 0,8 ≤ 0,8
10 Penetras pada 25ᴼC (%) SNI 2456:2011 ≥ 58 ≥ 58
Daktalitas pada 25ᴼC,5 cm/menit
11 SNI 2432:2011 ≥ 50 ≥ 50
(cm)
12 Kadar Parafin Lilin (%) SNI 03-3639-2002 ≤2 ≤2

Perencanaan Campuran Beraspal Panas dengan Asbuton 151


Ketentuan Gradasi Campuran Beraspal Panas Asbuton
 Amplop Gradasi Agregat Gabungan untuk Campuran Aspal

% Berat yang Lolos terhadap Total Agregat dalam Campuran Aspal


Ukuran
Ayakan Latasir (SS) Lataston (HRS) Laston (AC)
(mm) Gradasi Senjang3 Gradasi Semi Senjang2 Gradasi Halus Gradasi Kasar1
Kelas A Kelas B WC Base WC Base WC BC Bace WC BC Bace
37,5 100 100
25 100 90 - 100 100 90 - 100
19 100 100 100 100 100 100 100 90 - 100 73 - 90 100 90 - 100 73 - 90
12,5 90 - 100 90 - 100 87 - 100 90 - 100 90 - 100 74 - 90 61 - 79 90 - 100 71 - 90 55 - 76
9,5 90 - 100 75 - 85 65 - 90 55 - 88 55 - 70 72 - 90 64 - 82 47 - 67 72 - 90 58 - 80 45 - 66
4,75 54 - 69 47 - 64 39,5 - 50 43 - 63 37 - 56 28 - 39,5
2,36 75 - 100 50 - 723 35 - 553 50 - 62 32 - 44 39,1 - 53 34,6 - 49 30,8 - 37 28 - 39,1 23 - 34,6 19 - 26,8
1,18 31,6 - 40 28,3 - 38 24,1 - 28 19 - 25,6 15 - 22,3 12 - 18,1
0,600 35 - 60 15 - 35 20 - 45 15 - 35 23,1 - 30 20,7 - 28 17,6 - 22 13 - 19,1 10 - 16,7 7 - 13,6
0,300 15 - 35 5 - 35 15,5 - 22 13,7 - 20 11,4 - 16 9 - 15,5 7 - 13,7 5 - 11,4
0,150 9 - 15 4 - 13 4 - 10 6 - 13 5 - 11 4,5 - 9
0,075 10 - 15 8 - 13 6 - 10 2-9 6 - 10 4-8 4 - 10 4-8 3-6 4 - 10 4-8 3 -7

Catatan:
1. Untuk HRS-WC dan HRS-Base yang benar-benar senjang, paling sedikit 80% agregat lolos ayakan No.8 (2,36
mm) harus lolos ayakan No.30 (0,600 mm). Lihat Tabel 6.3.2.4 sebagai contoh batas-batas “Bahan Bergradasi
Senjang” dimana bahan yang lolos No.8 (2,36) dan tertahan pada ayakan No.30 (0,600 mm).
2. Untuk semua jenis campuran, rujuk Tabel 6.3.2.(1).(b) untuk ukuran agregat nominal maksimum pada
tumpukan bahan pemasok dingin.
3. Apabila tidak ditetapkan dalam Gambar, penggunaan pemilihan gradasi sesuai dengan petunjuk Direksi
Pekerjaan dengan mengacu pada panduan Seksi 6.3 ini.

Perencanaan Campuran Beraspal Panas dengan Asbuton 152


Ketentuan Sifat Campuran Latasir Asbuton

 Ketentuan Sifat-Sifat Campuran Latasir dengan Asbuton Murni

Latasir
Sifat-sifat Campuran
Kelas A & B
Jumlah tumbukan per bidang 50
Penyerapan aspal (%) Maks. 2,0
Min. 3,0
Rongga dalam campuran (%) ⁽<⁾
Maks. 6,0
Rongga dalam Agregat (VMA) (%) Min. 20
Rongga terisi aspal (%) Min. 75
Stabilitas Marshall (kg) Min. 200
Min. 2
Pelelehan (mm)
Maks. 3
Marshall Quotient (kg/mm) Min. 80
Stabilitas Marshall Sisa (%) setelah perendaman selama 24 jam, 60 ◦C⁽=⁾ Min. 90

Perencanaan Campuran Beraspal Panas dengan Asbuton 153


Ketentuan Sifat Campuran Lataston Asbuton

 Ketentuan Sifat-Sifat Campuran Lataston dengan Asbuton Murni atau Asbuton B 50/30

Lataston
Sifat- Sifat Campuran Lapisan Aus Lapisan Pondasi
Senjang Semi Senjang Senjang Semi Senjang
Jumlah tumbukan per bidang 75
Kadar aspal efektif (%) Min. 5,9 5,9 5,5 5,5
Penyerapan aspal (%) Maks. 1,7
Min. 4,0
Rongga dalam campuran (%) ⁽<⁾
Maks. 6,0
Rongga dalam Agregat (VMA) (%) Maks. 18 17 18 17
Rongga terisi aspal (%) Min. 68
Stabilitas Marshall (kg) Min. 800
Pelelehan (mm) Min. 3
Marshall Quotient (kg/mm) Min. 250
Stabilitas Marshall Sisa (%) setelah
Min. 90
perendaman selama 24 jam. 60ᴼC ⁽=⁾

Perencanaan Campuran Beraspal Panas dengan Asbuton 154


Ketentuan Sifat Campuran Laston Asbuton

 Ketentuan Sifat-Sifat Campuran Laston (AC) dengan Bitumen Asbuton Murni atau Asbuton B 50/30

Laston
Sifat-Sifat Campuran
Lapisan Aus Lapisan Antara Pondasi
Jumlah Tumbukan Per Bidang 75 112⁽;⁾
Rasio partikel lolos ayakan 0,075 mm dengan Min. 0,6
kadar aspal efektif Maks. 1,4
Min. 3,0
Rongga dalam campuran (%) ⁽<⁾
Maks. 5,0
Rongga dalam Agregat (VMA) (%) Min. 15 14 13
Rongga Terisi aspal (%) Min. 65 65 65
Stabilitas Marshall (Kg) Min. 800 1800⁽;⁾
Min. 2 3
Pelelehan (mm)
Maks. 4 6⁽;⁾
Stabilitas Marshall Sisa (%) setelah perendaman
Min. 90
selama 24 jam, 60ᴼC ⁽=⁾

Perencanaan Campuran Beraspal Panas dengan Asbuton 155


Ketentuan Sifat Campuran Laston Modifikasi Asbuton
 Ketentuan Sifat-Sifat Campuran Laston yang Dimodifikasi (AC Mod) dengan Asbuton B 5/20 atau
Asbuton Pracampur
Laston
Sifat-Sifat Campuran
Lapis Aus Lapis Antara Pondasi
Jumlah tumbukan per bidang 75 112(1)
Min. 0,6
Rasio partikel lolos ayakan 0,075 mm dengan kadar aspal efektif
Maks. 1,2
Min. 3,0
Rongga dalam campuran (%) (2)
Maks. 5,0
Rongga dalam Agregat (VMA) (%) Min. 15 14 13
Rongga Terisi Aspal (%) Min. 65 65 65
Stabilitas Marshall (kg) Min. 1000 2250(1)
Min. 2 3
Pelelehan (mm)
Maks. 4 6(1)
Stabilitas Marshall Sisa (%) setelah perendaman selama 24 jam, 60ᴼC(3) Min. 90
Stabilitas Dinamis, lintasan/mm(4) Min. 2500
Catatan:
⁽;⁾ Modifikasi Marshall lihat Lampiran 6.3 B Spesifikasi Umum 2010 Revisi 3.
⁽<⁾ Rongga dalam campuran dihitung berdasarkan pengujian Berat Jenis Maksimum Agregat (Gmm test, SNI 03-6893-2002).
⁽=⁾ Direksi Pekerjaan dapat atau menyetujui AASHTO T283-89 sebagai alternatif pengujian kepekaan terhadap kadar air.
Pengkondisian beku cair (freeze thaw conditioning) tidak diperlukan. Nilai Indect Tensile Strength Retained (ITSR) minimum 80%
pada VIM (Rongga dalam Campuran) 7% ± 0,5%. Untuk mendapatkan VIM 7% ± 0,5%, buatlah benda uji Marshall dengan variasi
tumbukan pada kadar aspal optimum, misal 2x40, 2x50, 2x60, dan 2x75 tumbukan. Kemudian dari setip benda uji tersebut,
hitung nilai VIM dan buat hubungan antara jumlah tumbukan dan VIM. Dari grafik tersebut dapat diketahui jumlah tumbukan
yang memiliki nilai VIM 7% ± 0,5%, kemudian lakukan pengujian ITSR untuk mendapatkan Indirect Tensile Strength Ratio (ITSR)
sesuai SNI 6753:2008 atau AASHTHO T 283-89 tanpa pengondisian -18 ± 3ᴼC.
⁽>⁾ Pengujian Wheel Tracking Machine (WTM) harus dilakukan pada temperatur 60ᴼC untuk jalan dengan beban lalu lintas lebih dari
10 juta ESAL selama umur rencana. Prosedur pengujian harus mengikuti seperti pada Manual untuk Rancangan dan Pelaksanaan
Perkerasan Aspal. JRA Japan Road Association (1980).
Perencanaan Campuran Beraspal Panas dengan Asbuton 156
Ketentuan Temperatur Pencampuran dan Pemadatan

 Ketentuan Temperatur Aspal untuk Pencampuran dan Pemadatan

Perkiraan Temperatur Aspal (°C)


No. Prosedur Pelaksanaan Asbuton Asbuton B Asbuton Pra- Asbuton
Murni 50/30 Campur B 5/20
1 Pencampuran benda uji Marshall 155 ± 1 160 ± 1 165 ± 1
2 Pemadatan benda uji Marshall 145 ± 1 150 ± 1 155 ± 1
3 Pencampuran di Unit Pencampuran Aspal
• Pemanasan Agregat di Dryer 150-160 170-180 160-170
• Pemasangan Aspal di Tangki 155-165 160-170 165-175
Menuangkan campuran aspal dari alat
4 135-150 140-155 145-160
pencampur ke dalam truk
5 Pemasokan ke Alat Penghampar 130-150 135-155 140-160
6 Pemadatan Awal (roda baja) 125-145 130-150 135-155
7 Pemadatan Antara (roda karet) 100-125 105-130 110-135
8 Pemadatan Akhir (roda baja) >95 >100 >105

Perencanaan Campuran Beraspal Panas dengan Asbuton 157


Ketentuan Cara Pencampuran Campuran Asbuton
• Penyiapan Agregat
Ketentuan pasal ini harus memenuhi persyaratan Spesifikasi Umum Jalan dan
Jembatan pasal 6.3.5.3). Khusus untuk pekerjaan campuran beraspal panas
menggunakan asbuton butir, pada proses pemanasan agregat di dalam dryer,
diharuskan adanya penambahan temperatur pemanasan agregat, yaitu kurang
lebih 10ᴼC lebih tinggi dari suhu pencampuran yang dikehendaki sebagai
antisipasi terjadinya penurunan temperatur campuran akibat penambahan
asbuton yang dingin dan mengandung air.

• Penyiapan Pencampuran
Ketentuan pasal ini harus memenuhi persyaratan Spesifikasi Umum Jalan dan
Jembatan pasal 6.3.5.4). Khusus untuk campuran beraspal yang menggunakan
asbuton butir maka metode pencampuran Asbuton Butir tersebut di Unit
Pencampur Aspal untuk Tipe B 5/20 dilakukan dengan cara basah, sedangkan
untuk Tipe B 50/30 dilakukan dengan cara kering.

Perencanaan Campuran Beraspal Panas dengan Asbuton 158


Skema Tahapan Perencanaan Campuran
Beraspal Panas Asbuton Butir B 5/20
Keterangan:
Asbuton • Tahapan perencanaan
campuran beraspal panas
Mineral
dengan 3% Asbuton Butir
B 5/20 relatif sama
Bitumen dengan perencanaan
campuran beraspal panas
dengan aspal minyak pen
60-70 kecuali pada saat
blending agregat harus
mengakomodir gradasi
mineral Asbuton dan
variasi kadar aspal
dikoreksi kadar bitumen
Asbuton.
• Temperatur pencampuran
dan pemadatan harus
sesuai ketentuan.

Perencanaan Campuran Beraspal Panas dengan Asbuton 159


Skema Tahapan Perencanaan Campuran
Beraspal Panas Asbuton Butir B 50/30
Keterangan:
Asbuton • Tahapan perencanaan
campuran beraspal panas
Mineral dengan 3% Asbuton Butir
B 50/30 relatif sama
Bitumen dengan perencanaan
campuran beraspal panas
dengan aspal minyak pen
60-70 kecuali kadar
Asbuton ditentukan pada
saat blending agregat dan
variasi kadar aspal
dikoreksi kaadar bitumen
Asbuton.
• Temperatur pencampuran
dan pemadatan harus
sesuai ketentuan.

Perencanaan Campuran Beraspal Panas dengan Asbuton 160


Skema Tahapan Perencanaan Campuran
Beraspal Panas Asbuton Murni
Keterangan:
• Tahapan perencanaan
campuran beraspal
panas dengan Asbuton
Murni persis sama
dengan perencanaan
campuran beraspal
panas dengan aspal
minyak pen 60-70.
• Temperatur
pencampuran dan
pemadatan harus
sesuai ketentuan.

Perencanaan Campuran Beraspal Panas dengan Asbuton 161


Skema Tahapan Perencanaan Campuran
Beraspal Panas Asbuton Pra Campur
Keterangan:
• Tahapan perencanaan
campuran beraspal
panas dengan Asbuton
Pra Campur persis
sama dengan
perencanaan
campuran beraspal
panas dengan aspal
minyak pen 60-70.
• Temperatur
pencampuran dan
pemadatan harus
sesuai ketentuan.

Perencanaan Campuran Beraspal Panas dengan Asbuton 162


Pengambilan Contoh Bahan
• Kualitas hasil pengujian dapat dipengaruhi oleh pengambilan contoh.
• Contoh harus representative (acak dengan jumlah memadai)
• Petugas harus jujur dan berpengalaman dalam pengujian.
• Secara legal formal, petugas pengambil contoh perlu disertifikasi.

A. Pengambilan Contoh Agregat (AASHTO D T 2-84 dan SNI 03-6889-2002)

Kemungkinan timbunan agregat berbentuk kerucut, trapesium, atau ban berjalan.


Ukuran Agregat Berat Contoh
Nominal Maksimum (kg)
2,36 mm (No.8) 10 (25)
4,75 mm (No.4) 10 (25)
9,5 mm (⅜inch.) 10 (25)
12,5 mm (;⁄₂ inch.) 15 (35)
19,0 mm (=∕₄ inch.) 25 (55)
25,0 mm (1;⁄₂ inch.) 50 (110)
37,5 mm (1;⁄₂ inch.) 75 (165)
50,0 mm (2 inch.) 100 (220)
Ketentuan Pengambilan Contoh Agregat
Perencanaan Campuran Beraspal Panas dengan Asbuton 163
Penyiapan Benda Uji Agregat
SNI 03-6717-2002

Metode Pembagi Metode Perempatan

Perencanaan Campuran Beraspal Panas dengan Asbuton 164


Penyiapan Benda Uji dari Contoh Agregat
Metode Pembagi dari Alat Spliter SNI 03-6717-2002

Perencanaan Campuran Beraspal Panas dengan Asbuton 165


Penyiapan Benda Uji dari Contoh Agregat
Metode Perempatan (Quartering) SNI 03-6717-2002

Perencanaan Campuran Beraspal Panas dengan Asbuton 166


Pengambilan Contoh Bahan
Aspal dan Asbuton (ASTM D 140 93 dan SNI 03-6399-2000)

Perencanaan Campuran Beraspal Panas dengan Asbuton 167


Pengujian Mutu Bahan
Mutu Aspal dan Asbuton
A. Pengujian Mutu Aspal dan Asbuton B. Pengujian Mutu Agregat

Jenis Pengujian Aspal Keras: • Abrasi (untuk agregat kasar)


• Ekstraksi dan recovery • Berat Jenis (untuk agregat kasar
• Ukuran butir maksimum dan halus)
• Kadar Air • Penyerapan (untuk agregat kasar
• Pengujian nilai penetrasi dan halus)
• Pengujian titik lembek • Sand Equivalent (untuk agregat
• Pengujian titik nyala halus)
• Pengujian kehilangan berat • Kepipihan dan Kelonjongan (untuk
• Pengujian kelarutan dalam CCL4 agregat kasar)
• Pengujian daktalitas • Analisa Saringan (untuk agregat
• Pengujian berat jenis kasar dan halus)
• Pengujian viskositas pada 135 oC • Kemampuan Lekat terhadap Aspal
• Tempertaur pencampuran dan
pemadatan

Perencanaan Campuran Beraspal Panas dengan Asbuton 168


Pengujian Kekentalan Aspal Keras

Perencanaan Campuran Beraspal Panas dengan Asbuton 169


Temperatur Pencampuran dan Pemadatan
Tabel konversi detik ke cSt

Kekentalan optimum:
• pencampuran = 170 cst = 154
• pemadatan = 280 cst = 142
Perencanaan Campuran Beraspal Panas dengan Asbuton 170
Perencanaan Campuran Beraspal Panas dengan Asbuton 171
Peralatan Lab. untuk Perencanaan

Alat Marshall Saringan Alat Spliter

Wadah Pemanas Timbangan

Perencanaan Campuran Beraspal Panas dengan Asbuton 172


Peralatan Lab. untuk Perencanaan
Alat Vacum Alat Refusal Alat Ekstraksi

Ekstraksi Soklet
Alat Core Drill
Alat Wheel Tracking

Ekstraksi Sentrifius

Perencanaan Campuran Beraspal Panas dengan Asbuton 173


Peralatan Lab. untuk Perencanaan

Perencanaan Campuran Beraspal Panas dengan Asbuton 174


Blending Agregat

Blending Agregat Cara Grafis


Gambarkan gradasi ideal campuran yang diinginkan.
Kemudian ditentukan persen gradasi ideal pada
masing-masing saringan atau hitung gradasi ideal
berdasarkan persyaratan gradasi.

Menentukan posisi ukuran saringan sehingga gradasi


ideal merupakan garis lurus diagonal.

Gambarkan gradasi masing-masing fraksi agregat


termasuk mineral Asbuton.

Menentukan proporsi masing-masing fraksi agregat.

Perencanaan Campuran Beraspal Panas dengan Asbuton 175


Blending Agregat Trial dan Error dengan Komputer

Uraian Persen berat lolos saringan


Inc 3/4" 1/2" 3/8" no. 4 no. 8 no. 16 no. 30 no. 50 no. 100 #200
mm 19 12,5 9,5 4,75 2,36 1,18 0,6 0,3 0,15 0,075
Data material
Agregat Kasar 100,0 55,9 30,9 18,5 8,3 6,2 4,2
Agregat Sedang 100,0 100,0 84,7 50,5 22,8 15,5 8,0 5,2 3,2
Agregat Halus 100,0 100,0 100,0 82,2 60,6 44,4 31,2 24,2 15,6 8,6
Pasir 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 90,4 75,5 60,6 34,2 14,5
Data Gradasi
Agregat Kasar 16% 16,0 8,9 4,9 3,0 1,3 1,0 0,7 0,0 0,0 0,0
Agregat Sedang 34% 34,0 34,0 28,8 17,2 7,8 5,3 2,7 1,8 1,1 0,0
Agregat Halus 35% 35,0 35,0 35,0 28,8 21,2 15,5 10,9 8,5 5,5 3,0
Pasir 15% 15,0 15,0 15,0 15,0 15,0 13,6 11,3 9,1 5,1 2,2
Total campuran 100,00 92,94 83,73 63,90 45,29 35,37 25,62 19,34 11,68 5,17
Spec.gradsi
max 100,0 100,0 90,0 69,0 53,0 40,0 30,0 22,0 15,0 10,0
min 100,0 90,0 72,0 54,0 39,1 31,6 23,1 16,0 9,0 4,0

Perencanaan Campuran Beraspal Panas dengan Asbuton 176


Gradasi Gabungan Agregat AC-WC

Perencanaan Campuran Beraspal Panas dengan Asbuton 177


• Dihitung Kadar Aspal Optimum Perkiraan/Kadar Aspal Efektif

Pb = 0,035 (%AK) + 0,045 (% AH) + 0,18 (%F) + K

ket:
Pb = kadar aspal total optimum perkiraan
AK = agregat kasar (tertahan #2,36 mm)
AH = agregat halus (lolos #2,36 mm tertahan #0,075 mm)
F = filler (lolos #0,075)
K = nilai konstanta 0,5 sampai 1,0 untuk Laston (AC)

• Menentukan 5 Variasi Kadar Aspal Campuran


• Kemudian Lakukan Pengujian Marshall

Perencanaan Campuran Beraspal Panas dengan Asbuton 178


Membuat Campuran Beraspal Panas

Agregat gabungan dipanaskan pada temperatur 160 ±5 oC dan aspal keras


dipanaskan 155 ±5 oC, kemudian dicampurkan aspal sesuai kebutuhan dan
dicampur pada temperatur 155 ±1 oC. Setelah tercampur rata semua bagian
permukaan agregat terselaputi aspal, setelah itu masukkan dalam cetakan
(mold) dan dipadatkan pada temperatur 145 ±1 oC.

Perencanaan Campuran Beraspal Panas dengan Asbuton 179


Penanganan Benda Uji Marshall

• Keluarkan benda uji dari cetakan


dan beri tanda sesuai kadar aspal
yang ditambahkan.
• Rendam dalam air pada
temperatur ruang 25oC selama 15
sampai 20 menit.
• Kemudian timbang benda uji di
udara dan dalam air untuk
menghitung volume benda uji.

Perencanaan Campuran Beraspal Panas dengan Asbuton 180


Pengujian

Pengujian dengan Alat Marshall


( SNI 06-2489-1991 )
• Benda uji direndam dalam wadah pemanas
selama 60 menit pada temperatur 60 oC.
• Kemudian diuji dengan alat Marshall untuk
mengetahui nilai stabilitas (kg) dan
kelelehan (mm).

Pengujian Berat Jenis Maksimum


( SNI 03-6893-2002 )

• Lakukan pengujian berat jenis maksimum


(mm) pada kadar aspal perkiraan (Pb).

Perencanaan Campuran Beraspal Panas dengan Asbuton 181


Grafik Hasil Pengujian Marshall

Rongga di antara Agregat


(VMA) vs Kadar Aspal
Syarat:
Laston WC min. 15%
Laston BC min. 14%
Laston Base min. 13%

Rongga Terisi Aspal (VFB)


vs Kadar Aspal
Syarat:
Laston WC min. 65%
Laston BC min. 63%
Laston Base min. 60%

Perencanaan Campuran Beraspal Panas dengan Asbuton 182


Grafik Hasil Pengujian Marshall

Rongga dalam Campuran


(VIM) vs Kadar Aspal
Syarat:
Laston WC 3,5 – 5,0%
Laston BC 3,5 – 5,0%
Laston Base 3,5 – 5,0%

Stabilitas vs Kadar Aspal


Syarat:
Laston WC min. 800 kg
Laston BC min. 800 kg
Laston Base min. 1800 kg

Perencanaan Campuran Beraspal Panas dengan Asbuton 183


Grafik Hasil Pengujian Marshall

Kelelahan vs Kadar Aspal


Syarat:
Laston WC min. 3 mm
Laston BC min. 3 mm
Laston Base min. 4,5 mm

Marshall Quotient vs Kadar


Aspal
Syarat:
Laston WC 250 kg/mm
Laston BC 250 kg/mm
Laston Base 300 kg/mm

Perencanaan Campuran Beraspal Panas dengan Asbuton 184


Menentukan Kadar Aspal Maksimum
Rentang kadar aspal yang memenuhi
Sifat-Sifat Campuran
Spesifikasi
4 5 6 7 8

Kepadatan (gr/cc)

Rongga diantara Agregat (%)


VMA

Rongga terisi aspal (%)


VFB

Rongga dalam campuran (%)


VIM

Rongga dalam campuran (%)


pada kepadatan mutlak VIM

Stabilitas (kg)
Rentang yang
memenuhi
Kelelehan (mm) parameter
Campuran
Hasil bagi Marshall (kg/mm) Beraspal

Kadar Aspal Rencana


Perencanaan Campuran Beraspal Panas dengan Asbuton 185
Ketentuan Instalasi Pencampuran Aspal
Ketentuan pasal ini harus meneuhi persyaratan Spesifikasi Umum Jalan dan Jembatan pasal 6.3.4
kecuali pasal 6.3.4.7) dan pasal 6.3.4.8) diubah menjadi sebagai berikut:

1. Penyimpanan dan Pemasokan Asbuton B 5/20


Silo atau tempat penyimpanan yang tahan cuaca untuk menyimpan dan memasok bahan
pengisi dengan sistem penakaran berat harus disediakan. Pada campuran beraspal panas
dengan Asbuton butir B 5/20, silo dan pemasok bahan pengisi dapat digunakan untuk
memasok Asbuton Butir B 5/20 ke dalam timbangan bahan pengisi dan selanjutnya
dimasukkan ke dalam pugmill untuk dicampur dengan agregat dan aspal secara basah.

2. Penyimpanan dan Pemasokan Asbuton B 50/30


Jika Asbuton Butir B 50/30 digunakan untuk pekerjaan harus disediakan sebuah tempat
penyimpanan yang tahan cuaca serta conveyor pemasok asbuton. Penakaran (penimbangan)
asbuton dapat dilakukan di bin penampung sesuai dengan proporsi asbuton yang dibutuhkan
dan selanjutnya diangkut ke atas melalui ban berjalan (conveyor) dimasukkan ke pugmill.
Kecepataan conveyor disesuaikan dengan rentang waktu pencampuran.

3. Penyimpanan dan Pemasokan Asbuton Pracampur


Jika Asbuton pracampur digunakan, harus disediakan ke tangki penampung khusus di
lapangan yang dilengkapi dengan alat pengaduk yang dapat menjamin tidak terjadinya
pengendapan mineral.

4. Penyimpanan dan Pemasokan Asbuton Murni


Tidak perlu alat tambahan, khusus di instalasi pencampuran aspal.

Perencanaan Campuran Beraspal Panas dengan Asbuton 186


Pembuatan dan Produksi Campuran Beraspal
1) Kemajuan Pekerjaan
Ketentuan pasal ini harus memenuhi persyaratan Spesifikasi Umum Jalan dan Jembatan pasal 6.3.5.1)

2) Penyiapan Aspal
Ketentuan pasal ini harus memenuhi persyaratan Spesifikasi Umum Jalan dan Jembatan pasal 6.3.5.2)

3) Penyiapan Agregat
Ketentuan pasal ini harus memenuhi persyaratan Spesifikasi Umum Jalan dan Jembatan pasal 6.3.5.3). Khusus untuk pekerjaan campuran beraspal
panas menggunakan asbuton butir, pada proses pemanasan agregat di dalam dryer, diharuskan adanya penambahan temperatur pemanasan
agregat, yaitu kurang lebih 10ᴼC lebih tinggi dari suhu pencampuran yang dikehendaki sebagai antisipasi terjadinya penurunan temperatur
campuran akibat penambahan asbuton yang dingin dan mengandung air.

4) Penyiapan Pencampuran
Ketentuan pasal ini harus memenuhi persyaratan Spesifikasi Umum Jalan dan Jembatan pasal 6.3.5.4). Khusus untuk campuran beraspal yang
menggunakan asbuton butir maka metode pencampuran Asbuton Butir tersebut di Unit Pencampur Aspal untuk Tipe B 5/20 dilakukan dengan
cara basah, sedangkan untuk Tipe B 50/30 dilakukan dengan cara kering.
Metode pencampuran basah merupakan tahapan proses pencampuran yang dilakukan dengan cara agregat dipanaskan terlebih dahulu di dalam
dryer, setelah itu agregat masuk ke dalam pugmill yang disertai dengan masuknya aspal sesuai dengan proporsi aspal pada Formula Rancangan
Kerja (job Mix Formula, JMF), kemudian dicampur terlebih dahulu. Waktu pencampuran agregat di dalam pugmill sebelum dimasukkan aspal
adalah sekitar 10 detik, kemudian dimasukkan aspal dan dicampur kembali sekitar 20 detik baru kemudian dimasukkan asbuton tipe B 5/20 dan
dicampur sekitar 15 detik.
Metode pencampuran kering, tahapan proses pencampuran dilakukan dengan cara agregat dipanaskan terlebih dahulu di dalam dryer, setelah itu
agregat dari masing-masing Bin masuk ke dalam timbangan sesuai dengan proporsinya, setelah itu asbuton B 50/30 dimasukkkan dan ditimbang,
kemudian dicampur dan dimasukkan kurang lebih 20 detik. Kemudian dimasukkan aspal dan dicampur sekitar 20 detik.
Metoda pencampuran untuk asbuton pracampur dan asbuton nurni dilakukan seperti prosedur dengan aspal minyak pen 60/70.

5) Temperatur Pencampuran dan Penghamparan Campuran


Tahapan pelaksanaan pekerjaan dan temperatur aspal umumnya seperti yang dicantumkan dalam Tabel 6.4.1.5.(1). Direksi Pekerjaan dapat
memerintahkan atau menyetujui tentang temperatur lain berdasarkan pengujian viskositas aktual terhadap Asbuton Murni atau Asbuton Pra-
campur hasil ekstraksi dan pemulihan, dan atau Aspal Pen 60-70 yang sudah mengandung bitumen Asbuton yang sesuai, yang digunakan pada
proyek tersebut dalam rentang temperatur seperti diberikan pada Tabel 6.4.1.5.(1). Selain itu, juga dengan melihat sifat-sifat campuran di
lapangan saat penghamparan, selama pemadatan dan hasil pengujian kepadatan pada ruas percobaan. Campuran aspal yang tidak memenuhi
batas temperatur yang disyaratkan pada saat pencurahan dari AMP.

Perencanaan Campuran Beraspal Panas dengan Asbuton 187


Pengukuran dan Pembayaran
a) Pengukuran pekerjaan mengacu pada seksi 6.3.8 dengan penyesuaian pada jenis campuran.
b) Bilamana Direksi Pekerjaan menerima setiap campuran beraspal dengan kadar aspal rata-rata yang lebih rendah dari kadar
aspal yang ditetapkan dalam rumus campuran kerja. Pembayaran campuran aspal akan dihitung berdasarkan tonase
hamparan yang dikoreksi dengan menggunakan faktor koreksi berikut ini. Tidak ada penyesuaian yang akan dibuat untuk
kadar aspal yang melampaui nilai yang diisyaratkan dalam Rumus Campuran Kerja.

• Campuran yang menggunakan Asbuton Murni:


𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑎𝑠𝑝𝑎𝑙 𝑟𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑝𝑒𝑟𝑜𝑙𝑒ℎ 𝑑𝑎𝑟𝑖 ℎ𝑎𝑠𝑖𝑙 𝑒𝑘𝑠𝑡𝑟𝑎𝑘𝑠𝑖
𝐶𝑏 =
𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑎𝑠𝑝𝑎𝑙 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑡𝑒𝑡𝑎𝑝𝑘𝑎𝑛 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑅𝑢𝑚𝑢𝑠 𝐶𝑎𝑚𝑝𝑢𝑟𝑎𝑛 𝐾𝑒𝑟𝑗𝑎

• Campuran yang menggunakan Asuton Butir B 5/20 atau B 50/30:


𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑎𝑠𝑝𝑎𝑙 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑟𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑝𝑒𝑟𝑜𝑙𝑒ℎ 𝑑𝑎𝑟𝑖 ℎ𝑎𝑠𝑖𝑙 𝑒𝑘𝑠𝑡𝑟𝑎𝑘𝑠𝑖
𝑑𝑖𝑘𝑢𝑟𝑎𝑛𝑔𝑖 𝑘𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑏𝑖𝑡𝑢𝑚𝑒𝑛 𝑎𝑠𝑏𝑢𝑡𝑜𝑛 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑐𝑎𝑚𝑝𝑢𝑟𝑎𝑛
𝐶𝑏 =
𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑎𝑠𝑝𝑎𝑙 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑡𝑒𝑡𝑎𝑝𝑘𝑎𝑛 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑅𝑢𝑚𝑢𝑠 𝐶𝑎𝑚𝑝𝑢𝑟𝑎𝑛 𝐾𝑒𝑟𝑗𝑎
𝑑𝑖𝑘𝑢𝑟𝑎𝑛𝑔𝑖 𝑘𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑏𝑖𝑡𝑢𝑚𝑒𝑛 𝑎𝑠𝑏𝑢𝑡𝑜𝑛 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑐𝑎𝑚𝑝𝑢𝑟𝑎𝑛
Catatan:
Kadar aspal total dalam campuran adalah kadar aspal pen 60-70 ditambah kadar bitumen asbuton dalam campuran.
Kadar bitumen asbuton dalam campuran dihitung berdaarkan kadar asbuton dalam campuran dan kadar bitumen
dalam asbuton.

• Campuran yang menggunakan Asbuton Pra-campur:


𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑎𝑠𝑝𝑎𝑙 𝑟𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑝𝑒𝑟𝑜𝑙𝑒ℎ 𝑑𝑎𝑟𝑖 ℎ𝑎𝑠𝑖𝑙 𝑒𝑘𝑠𝑡𝑟𝑎𝑘𝑠𝑖 𝑥 𝑘
𝐶𝑏 =
𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑎𝑠𝑝𝑎𝑙 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑡𝑒𝑡𝑎𝑝𝑘𝑎𝑛 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑅𝑢𝑚𝑢𝑠 𝐶𝑎𝑚𝑝𝑢𝑟𝑎𝑛 𝐾𝑒𝑟𝑗𝑎 𝑥 𝑘
Catatan:
k = faktor koreksi untuk mengkonversi berat aspal hasil ekstraksi ke berat Asbuton Pra-campur yaitu 100/(100-
kadar mineral Asbuton)

Perencanaan Campuran Beraspal Panas dengan Asbuton 188


Stabilits Sisa
Buat 6 buah benda uji Marshall, tiga benda uji dilakukan rendaman dalam air 60 oC
selama 24 jam, kemudian dilakukan pengujian Marshall dan tiga buah benda uji
lainnya diuji dengan cara Marshall (SNI 06-2489-1991).

Pengujian dengan Alat Wheel Tracking

Alat Wheel Tracking untuk menentukan


Deformasi Permanen (kedalaman alur) dan
Stabilitas Dinamis

Perencanaan Campuran Beraspal Panas dengan Asbuton 189


PERENCANAAN CAMPURAN PANAS
ASBUTON DIHAMPAR DINGIN
6 COLD PAVING HOT MIX ASBUTON
(CPHMA)
Lay Out
6.1 Latar Belakang
6.2 Prinsip CPHMA
• Persyaratan Aspal dalam Campuran CPHMA
• Persyaratan Gradasi Campuran CPHMA
• Persyaratan Campuran Sifat CPHMA
6.3 Prinsip Pengujian CPHMA
• Prinsip Pengujian Sifat Bahan CPHMA
• Prinsip Pengujian Sifat Campuran CPHMA
6.4 Pelaksanaan Lapangan CPHMA
6.5 Tahapan Persetujuan DMF menjadi AMF
6.6 Tahapan Persetujuan DMF menjadi JMF
6.7 Kalibrasi dan Grafik Bukaan Pintu Bin Dingin
6.8 Contoh Uji dari Bin Panas
6.9 Pelakanaan Pencampuran Asbuton di AMP
6.10 Pelaksanaan Penghamparan dan Pemadatan Asbuton Panas
6.11 Kesimpulan
6.12 Lampiran Pelaksanaan

Perencanaan Campuran Panas Asbuton Dihampar Dingin (CPHMA) 191


Latar Belakang
• Daerah terpencil dan pulau terluar mengalami keterbatasan untuk pembangunan
jalan menggunakan aspal, karena keterbatasan akses pada Unit Pencampur Aspal
(Asphalt Mixing Plan/AMP).

• Cold Paving Hot Mix Asbuton (CPHMA) adalah campuran beraspal yang
mengandung asbuton dan bahan tambah lain, yang sudah dicampur dengan baik
di pabrik dan dipasarkan dalam keadaan siap dihampar dan dipadatkan.

• Produk ini menjadi alternatif pilihan terutama untuk pembangunan jalan di daerah
yang memiliki keterbatasan ketersediaan Unit Pencampur Aspal.

• Beberapa produsen telah mulai memproduksi CPHMA, namun belum ada standar
untuk menilai kualitas campuran serta pedoman pelaksanaannya.

Perencanaan Campuran Panas Asbuton Dihampar Dingin (CPHMA) 192


Prinsip CPHMA
• Pencampuran CPHMA dilakukan secara panas menggunakan Unit Pencampur
Aspal (AMP).

• Agar campuran CPHMA dapat dihampar dan dipadatkan pada temperatur dingin,
maka:
o gradasi khusus (semi terbuka);
o sifat aspal khusus (lebih lunak dari aspal keras Pen 60 untuk campuran
beraspal panas);
o ada lapisan anti penggumpalan; dan
o emi aspal emulsi dan semi cutback asphalt.

• Beban lalu lintas harus disesuaikan.


Kriteria lalu lintas: lalu lintas ringan sampai sedang
(1.000.000 sampai dengan 10.000.000 CESA)

Perencanaan Campuran Panas Asbuton Dihampar Dingin (CPHMA) 193


Persyaratan Aspal dalam Campuran CPHMA

Sifat Aspal dalam


Metode Pengujian Persyaratan
Campuran

Penetrasi aspal pada


temperatur 250C, 100 g, SNI 2456:2011 Min. 100
5 detik; dmm

Titik lembek; oC SNI 2434:2011 Min. 40

Daktilitas pada 250C,


SNI 2432:2011 Min. 100
5 cm/menit; cm

Perencanaan Campuran Panas Asbuton Dihampar Dingin (CPHMA) 194


Persyaratan Gradasi Campuran CPHMA

Persen Berat Lolos


Ukuran Ayakan Nominal Maksimum Nominal Maksimum
12,5 mm 19 mm
1 in (25 mm) 100
¾ in (19 mm) 100 90 -- 100
½ in (12,5 mm) 90 -- 100 --
3/8 in (9,5 mm) -- 60 -- 80
No.4 (4,76 mm) 45 -- 70 35 -- 65
No.8 (2,36 mm) 25 -- 55 20 -- 50
No.50 (0,300 mm) 5 -- 20 3 -- 20
No.200 (0,075 mm) 2 -- 9 2 -- 8

Perencanaan Campuran Panas Asbuton Dihampar Dingin (CPHMA) 195


Persyaratan Campuran Sifat CPHMA

Sifat Campuran Metode Pengujian Persyaratan


Rongga di antara agregat (VMA); % AASHTO M 323-12 Min.16
Rongga terisi aspal, (VFB); % AASHTO M 323-12 Min. 60
Rongga udara dalam campuran
AASHTO M 323-12 4 - 10
(VIM); %
Stabilitas Marshall pada ASTM D 6927-06
Min. 500
temperatur udara; kg
Stabilitas sisa setelah perendaman
selama 2 x 24 jam pada ASTM D 6927-06 Min. 60
temperatur udara; %

Perencanaan Campuran Panas Asbuton Dihampar Dingin (CPHMA) 196


Prinsip Pengujian Sifat Bahan CPHMA

Agregat

CPHMA

Ekstraksi CPHMA Larutan Aspal

Aspal Larutan
Aspal
Centrifuse
Sifat Aspal Pemulih Aspal Mineral
Perencanaan Campuran Panas Asbuton Dihampar Dingin (CPHMA) 197
Prinsip Pengujian Sifat Campuran CPHMA

CPHMA

PENGUJIAN STABILITAS DAN VOLUMETRIK


MARSHALL CAMPURAN CPHMA
(pada Temperatur Dingin/Udara/30OC)

Perencanaan Campuran Panas Asbuton Dihampar Dingin (CPHMA) 198


Pelaksanaan Lapangan CPHMA
• Perkerasan eksisting harus diberi lapis pengikat atau lapis resap ikat.

• Penghamparan dapat dengan menggunakan mesin penghampar (finisher) atau


secara manual, dengan memperhatikan kerataan elevasi hamparan serta
keseragaman butiran agregat (tidak segregasi).

• Pada saat pemadatan, sering kali terjadi campuran menempel pada roda alat
pemadat dan terangkat. Untuk menghindari hal tersebut, roda pemadat harus
cukup basah. Hal ini dikarenakan ikatan awal di dalam campuran beraspal (antar
campuran beraspal) pada CPHMA lebih tidak kuat karena aspal lebih lunak, adanya
minyak ringan atau adanya bahan anti penggumpalan.

Perencanaan Campuran Panas Asbuton Dihampar Dingin (CPHMA) 199


Tahapan Pelaksanaan CPHMA

Perencanaan Campuran Panas Asbuton Dihampar Dingin (CPHMA) 200


Hasil Pelaksanaan CPHMA

1 tahun 2 tahun

3 tahun

Perencanaan Campuran Panas Asbuton Dihampar Dingin (CPHMA) 201


Hasil Pelaksanaan CPHMA
Bau - Bau, 1 tahun Wakatobi, 1 tahun

Buton, 1 tahun Unahaa, 1 tahun

Perencanaan Campuran Panas Asbuton Dihampar Dingin (CPHMA) 202


Tahapan Persetujuan DMF menjadi AMF
Mulai

Evaluasi jenis campuran


dan persyaratannya

Kesesuaian mutu bahan No


dengan spesifikasi Ganti bahan

Yes
Kesesuaian peralatan No Perbaikan alat
dengan standar pengujian atau ganti alat uji
Yes
Pembuatan FCR untuk mengetahui
karakteristik campuran

Perbaikan
Kesesuaian karakteristik No gradasi, jika perlu
campuran dengan spesifikasi
ganti bahan
Yes
Kalibrasi bukaan bin dingin dan menentukan
bukaannya. Selanjutnya pengambilan contoh
dari bin panas dan diuji gradasinya

A
Perencanaan Campuran Panas Asbuton Dihampar Dingin (CPHMA) 203
Tahapan Persetujuan DMF menjadi AMF
B

Penentuan komposisi tiap bin sesuai gradasi rencana,


selanjutnya pembuatan FCR untuk mengetahui
karakteristik campuran. Hasil yang diperoleh dievaluasi
untuk menentukan kadar aspal optimum.

Uji coba pencampuran di AMP untuk melihat


kesesuaian operasional dengan rencana

Sesuai dengan No Perbaiakan AMP atau jika terjadi banyak


rencana overflow lakukan perubahan gradasi

Yes
Uji coba pemadatan di lapangan untuk
menentukan jumlah lintasan pemadat

Campuran beraspal No Perubahan gradasi atau penambahan


mudah dipadatkan pasir pada proporsi yang diijinkan

Yes
Pengesahan FCR menjadi FCK

Selesai
Perencanaan Campuran Panas Asbuton Dihampar Dingin (CPHMA) 204
Tahapan Persetujuan DMF menjadi JMF

Perencanaan Campuran Panas Asbuton Dihampar Dingin (CPHMA) 205


Persetujuan DMF menjadi JMF
• Percobaan campuran di Instalasi Pencampuran Aspal (AMP) dan penghamparan
percobaan yang memenuhi ketentuan, akan menjadikan Formula Campuran
Rencana (DMF) dapat disetujui sebagai Formula Campuran Kerja (JMF).

• Harus melaksanakan penghamparan percobaan paling sedikit 50 Ton untuk setiap


jenis campuran beraspal panas dengan menggunakan produksi di AMP,
penghamparan, perlatan dan prosedur pemadatan yang diusulkan.

• Mutu campuran harus dikendalikan terutama dalam toleransi yang diijinkan.

• 12 benda uji marshall harus dibuat dari setiap penghamparan percobaan. Contoh
dapat diambil dari Instalasi Pencampuran (AMP) atau dari truk di AMP.

Perencanaan Campuran Panas Asbuton Dihampar Dingin (CPHMA) 206


Kalibrasi Bukaan Pintu Bin Dingin
• Kalibrasi bukaan pintu bin dingin
sesuai dengan proporsi
perbandingan agregat campuran
dari Formula Campuran Rencana
(DMF)
• Buat grafik kalibrasi bukaan pintu
bin dingin dengan berat agregat
yang keluar dari pintu bin dingin.

Perencanaan Campuran Panas Asbuton Dihampar Dingin (CPHMA) 207


Grafik Bukaan Pintu Bin Dingin

jenis getar

jenis ban berjalan

Perencanaan Campuran Panas Asbuton Dihampar Dingin (CPHMA) 208


Mengambil Contoh Uji dari Bin Panas
• Pengambilan contoh uji fraksi agregat
pada setiap bin panas.
• Terjadi segregasi horizontal agregat pada
setiap bin panas.
• Jangan mengambil contoh uji dari pintu
bin panas menggunakan singkup.
• Pergunakan alat yang dapat menampung
semua pengeluaran agregat dari bin
panas.

Perencanaan Campuran Panas Asbuton Dihampar Dingin (CPHMA) 209


Pengambilan Contoh Uji dari Bin Panas

Perencanaan Campuran Panas Asbuton Dihampar Dingin (CPHMA) 210


Percobaan Penghamparan dan Pemadatan

Produksi Campuran Beraspal Penghamparan Campuran Beraspal Pemadatan Campuran Beraspal

Pengambilan Contoh Inti Mengukur Tebal Contoh Inti Menimbang Contoh Inti

Perencanaan Campuran Panas Asbuton Dihampar Dingin (CPHMA) 211


Pelaksanaan Pencampuran Asbuton di AMP

Asbuton butir dimasukkan lewat


elevator filler, lewat screw, dan
kemudian ditimbang pada timbangan
filler.

Untuk asbuton campuran


hangat, maka tangki aspal diisi
dengan peremaja

Perencanaan Campuran Panas Asbuton Dihampar Dingin (CPHMA) 212


Pelaksanaan Penghamparan dan Pemadatan Asbuton Panas

Perencanaan Campuran Panas Asbuton Dihampar Dingin (CPHMA) 213


Kesimpulan
• CPHMA adalah campuran panas Asbuton yang dibuat sedemikian rupa, sehingga
dapat dihampar secara dingin.

• CPHMA sesuai untuk diaplikasikan di lokasi-lokasi terpencil, termasuk pulau-pulau


kecil yang tidak memiliki fasilitas Unit Pencampur Aspal Panas.

• Lalu lintas jalan yang dapat dilayani adalah lalu lintas ringan sampai sedang.

• Hasil pemantauan di lapangan menunjukkan bahwa setelah umur 3 - 4 tahun


kerusakan pada perkerasan jalan relatif kecil, yaitu berkisar antara 15 – 20%.

• CPHMA memiliki beberapa keunggulan dibandingkan dengan campuran sejenis,


antara lain konstruksi perkerasan yang lebih merata dan homogen, serta kerataan
permukaan yang lebih baik.

Perencanaan Campuran Panas Asbuton Dihampar Dingin (CPHMA) 214


Contoh AMP Khusus Hot Mix Asbuton

Perencanaan Campuran Panas Asbuton Dihampar Dingin (CPHMA) 215


MATERIAL DAN PRODUKSI
7 ASBUTON
oleh ASPABI
Lay Out
7.1 Produsen Anggota ASPABI (Asosiasi Pengembang Aspal Buton Indonesia)
7.2 Kapasitas Produksi Asbuton Butir B 5/20 dan B 50/30
7.3 Kapasitas Produksi Asbuton Pra Campur dan CPHMA
7.4 Bahan Baku Asbuton
7.5 Deposit Aspal Alam di Pulau Buton
7.6 Chemical Properties dan Perbandingan Properties
7.7 Pertambangan Asbuton
7.8 Diagram Proses Produksi
• Asbuton B 5/20
• Asbuton B 50/30
• Asbuton Pracampur
7.9 Flowchart Diagram Proses Ekstraksi
7.10 Kemasan, Distribusi, dan Penyimpanan
7.11 Pembongkaran dan Penyimpanan
7.12 Diagram Kontrol Kualitas
7.13 Sertifikasi Manajemen Mutu
7.14 Proses Audit Produsen Asbuton

Material dan Produksi Asbuton 217


Produsen Anggota ASPABI
1. PT Wika Bitumen
2. PT Putindo Bintech (BAI)
3. PT Olah Bumi Mandiri
4. CV Tribina Marga Karsa Cipta
5. PT Summitama Intinusa
6. PT Mastic Utama Sarana
7. PT Asbuton Jaya Abadi
8. PT Cipta Wahana Persada
9. PT Hasrat Tata Jaya
10. PT Dua Tiga Sejahtera
11. CV Ketahanan Aspal Nasional
12. PT Buton Aspal Nasional
13. CV Asbuton Palu Utama
14. PT Bumi Andum Digdaya Makmur
15. PT Performa Alam Lestari

Material dan Produksi Asbuton 218


Kapasitas Produksi Asbuton Butir
 Asbuton Tipe B 5/20
Produsen Lokasi Kapasitas Bulanan Kapasitas Tahunan
PT Wika Bitumen Buton 1.600 Ton 20.000 Ton
PT Putindo Bintech (BAI) Buton 5.000 Ton 60.000 Ton
PT Summitama Intinusa Surabaya 2.000 Ton 24.000 Ton
Jumlah Kapasitas Produksi B 5/20 8.600 Ton 104.000 Ton

 Asbuton Tipe B 50/30


Produsen Lokasi Kapasitas Bulanan Kapasitas Tahunan
PT Putindo Bintech (BAI) Buton 5.000 Ton 60.000 Ton
PT Summitama Intinusa Mojosari 2.000 Ton 24.000 Ton
PT Mastic Utama Sarana Pasuruan 1.000 Ton 12.000 Ton
PT Asbuton Jaya Abadi Palu 3.000 Ton 36.000 Ton
PT Buton Aspal Nsional Kendari 4.000 Ton 48.000 Ton
PT Cipta Wahana Persada Pasuruan 2.500 Ton 30.000 Ton
Pasuruan 2.000 Ton 24.000 Ton
CV Ketahanan Aspal Nasional
Pomala 2.000 Ton 24.000 Ton
Jumlah Kapasitas Produksi B 50/30 21.500 Ton 258.000 Ton

Material dan Produksi Asbuton 219


Kapasitas Produksi Asbuton
 Asbuton Tipe Pra Campur
Produsen Nama Pabrik Lokasi Pabrik Kapasitas Bulanan Kapasitas Tahunan
PT Olah Mandiri Bumi Retona Jakarta/Pasuruan 10.000 Ton 120.000 Ton
PT Summitama Intinusa SBMA Surabaya 2.500 Ton 30.000 Ton
PT Hasrat Tata Jaya JBMA-50 Pekanbaru 2.500 Ton 30.000 Ton
PT Performa Alam Lestari BNA-blend NA NA NA
Jumlah Kapasitas Produksi Asbuton Pracampur 15.000 Ton 180.000 Ton

 Asbuton CPHMA
Produsen Lokasi Kapasitas Bulanan Kapasitas Tahunan
PT Putindo Bintech (BAI) Kendari 5.000 Ton 60.000 Ton
Bogor 2.000 Ton 24.000 Ton
PT Mastic Utama Sarana
Pasuruan 2.000 Ton 24.000 Ton
PT Cipta Wahana Persada Pasuruan 7.500 Ton 90.000 Ton
PT Asbuton Jaya Abadi Palu 3.000 Ton 36.000 Ton
CV Tibina Marga Karsa Cipta Padalarang 1.000 Ton 12.000 Ton
PT Dua Tiga Sejahtera Kedari 3.000 Ton 36.000 Ton
Pasuruan 1.000 Ton 12.000 Ton
CV Ketahanan Aspal Nasional
Pomala 1.000 Ton 12.000 Ton
CV Asbuton Palu Utama Palu 1.500 Ton 18.000 Ton
PT Bumi Andum Digdaya Makmur Sidoarjo 1.000 Ton 12.000 Ton
Jumlah Kapasitas Produksi CPHMA 28.000 Ton 336.000 Ton

Material dan Produksi Asbuton 220


Bahan Baku Asbuton

No. Kabungka Lawele


Aspal lunak dengan
Aspal keras dengan
kandungan 20-30%
kandungan 15-25%
1 aspal dengan
aspal dengan
penetrasi sedang ke
penetrasi rendah.
tinggi.
Memiliki
kandungan
aspaltene yang
Memiliki kandungan
tinggi dan maltene
2 maltene atau
rendah,
solvent yang tinggi. Lawele
dibandingkan
dengan aspal
minyak.
Kabungka
Kandungan mineral
terbesar adalah Kandungan mineral Bau bau
3 CaCO3, sehingga terbesar adalah
dapat berfungsi CaCO3.
sebagai filler.

Material dan Produksi Asbuton 221


Deposit Aspal Alam di Pulau Buton

312,718,460
350,000,000

226,165,670
300,000,000 THICKNESS
78 m

181,004,200
250,000,000
Amount

130,906,500
200,000,000

99,786,080
150,000,000
57,755,000

100,000,000

19,596,780
4,530,000

2,682,120
2,011,157
1,720,000

620,000
50,000,000

-
RONGI KABUNGKA LAWELE EPE ROTA MADULLAH

Location

Speed Area TOTAL Asbuton Deposit TOTAL


(m²) 376,537,850 m² (Ton) 662,960,267 Ton

Sumber: Pusjatin, Balitbang

Material dan Produksi Asbuton 222


Chemical Properties
Chemical Composition of Mineral of Lawele and Kabungka

Values (%)
Composition Dapat dilihat bahwa bagian
Lawele Kabungka mineral dari aspal alami yang
CaCO₃ 72,90 86,66 diamati adalah terutama
karbonat dalam bentuk
MgCO₃ 1,28 1,43 CaCO₃ (72,90% untuk Lawele
CaSO₄ 1,94 1,11 dan 86,66% untuk Kabungka).
CaS 0,52 0,36
H₂O 2,94 0,99
SiO₂ 17,06 5,64
Al₂O₃ + Fe₂O₃ 2,31 1,52
LOI 1,05 0,96
Perbandingan Properties
Properties Kabungka Lawele
Jenis Aspal Keras Lunak
Kadar Aspal 15 – 25 % 20 – 30 %
Kandungan Aspaltene Tinggi Rendah
Kandungan Maltene Rendah Tinggi
Digunakan Sebagai Additive Substitusi Asmin

Material dan Produksi Asbuton 223


Pertambangan Asbuton
No. Kepemilikan Usaha Pertambangan

1 Pemilik IUP (Izin Usaha Pertambangan) adalah BUMN atau Swasta.


IUP diterbitkan oleh Gubernur Provinsi Sulawesi Tenggara (sebelumnya diterbitkan oleh Bupati) dengan
2
tahapan IUP yaitu IUP Eksplorasi dan IUP Eksploitasi.
Kedua IUP tersebut ada masa berlakunya, dimana pada saat perpanjangan akan dilakukan evaluasi dari
3
Minerba apakah diizinkan untuk diperpanjang atau diberhentikan.

No. Lokasi Proses Penambangan


Kabungka

Penambangan seperti
1
penambangan batu pecah.

Karena lunak, penambangan


dapat dilakukan secara
Lawele

langsung dengan
2
menggunakan alat berat,
setelah membuang lapisan
tanah yang menutupinya.

Material dan Produksi Asbuton 224


Diagram Proses Produksi
Asbuton B 5/20

Kabungka
Raw Multiple Screening 1
Material Crushing

Packaging Screening 2 Drying

Material dan Produksi Asbuton 225


Diagram Proses Produksi
Asbuton B 50/30

Lawele
Raw Multiple Screening 1
Material Crushing

Special
Packaging Screening 2 Method of
Drying

Material dan Produksi Asbuton 226


Diagram Proses Produksi
Asbuton Pracampur

Lawele Oil
Raw Asphalt
Material
Oil Asphalt

Blending
Special
Concentrate
Blending

Packaging

Material dan Produksi Asbuton 227


Flowchart Digram Proses Ekstraksi
Sumber: WIKA Bitumen
Oil Product

Buton
Distillation
Asphaltic Liquid
Process
Rock

Asphalt Product

Extraction
Liquid - Solid
Process

Solvent

Drying and
Solvent Solid Solvent Recovery
Process

Solid Waste

Material dan Produksi Asbuton 228


Kemasan, Distribusi, dan Penyimpanan

 Kemasan  Distribusi
JUMBO Distribusi dapat dilakukan dengan
JENIS ASBUTON CURAH DRUM KANTONG
BAG
beberapa moda yaitu:
Asbuton
OK OK • Truk atau truk tangki, jika masih
Berbutir B 5/20
Asbuton
bisa dijangkau dengan darat.
Berbutir B 50/30
OK OK • Kombinasi truk dan kapal, jika
Asbuton melalui laut. Pengangkutan dengan
OK OK OK kapal dapat menggunakan kapal
Pracampur
biasa atau dalam container.
Asbuton Murni OK OK OK
• Pemilihan moda transportasi ini
tergantung biaya pengangkutan.

 Penyimpanan
Hal yang perlu diperhatikan adalah sebagai berikut:
• Ketepatan waktu kedatangan barang dipengaruhi dengan kesiapan stock produsen dan lamanya
pengangkutan. Hal ini dapat disiasati dengan penyusunan jadwal kebutuhan barang yang tepat.
• Fasilitas infrastruktur dan jadwal kapal regular dari pelabuhan keberangkatan sangat menentukan
ketepatan waktu pengiriman. Sebagai contoh jadwal kapal regular dari Tanjung Perak Surabaya ke
Indonesia bagian Timur sangat banyak, sehingga lebih leluasa dalam mengatur jadwal pengiriman.
• Volume kebutuhan juga sangat menentukan penetapan moda transportasi yang berujung pada biaya
transportasi. Volume yang besar dapat menyewa kapal khusus sehingga lebih cepat sampai,
sedangkan volume kecil sangat bergantung pada kesediaan kapal.

Material dan Produksi Asbuton 229


Pembongkaran dan Penyimpanan

 Pembongkaran
JENIS ASBUTON KEMASAN CURAH DRUM KARUNG JUMBO BAG
Asbuton Berbutir Disusun rapi di Menggunakan crane
B 5/20 gudang tertutup disusun di gudang
Asbuton Berbutir Disusun rapi di Menggunakan crane
B 50/30 gudang tertutup disusun di gudang
Asbuton Langsung dipindahkan Disusun rapi di
Disusun berdiri
Pracampur ke tangki gudang tertutup
Langsung dipindahkan Disusun rapi di
Asbuton Murni Disusun berdiri
ke tangki gudang tertutup

 Penyimpanan
• Pembongkaran kemasan karung jangan menggunakan gancu karena akan merusak.
• Karung untuk B 5/20 dapat disusun hingga 10 tumpuk.
• Karung untuk B 50/30 maksimal 3 karung tumpuk.
• Karung dan jumbo bag harus disimpan dalam gudang tertutup untuk menjaga kualitas barang.
• Drum dapat ditumpuk di luar asalkan rapi. Biasanya menggunakan drum bekas 200 kg yang lebih
tebal. Jika menggunakan drum aspal bekas 150 kg lebih tipis, sehingga rapuh dan mudah rusak saat
penyimpanan.

Material dan Produksi Asbuton 230


Diagram Kontrol Kualitas

Yes Yes Yes Yes


Quality Quality
Raw Material Production Packaging
Control Control

No No

Reject Reject

Metode pengambilan sampel untuk pengujian kualitas berdasarkan sampling yang diisyaratkan

Material dan Produksi Asbuton 231


Sertifikasi Manajemen Mutu

BAB II
PENGGUNAAN ASPAL BUTON

Bagian Kedua
Ketentuan Penggunaan Aspal Buton

Pasal 6
5) Setiap produk asbuton yang digunakan untuk pembangunan dan preservasi jalan harus dari produsen
yang sudah memperoleh sertifikat dari lembaga yang terakreditasi sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
6) Dalam hal produk asbuton diperoleh dari produsen yang belum bersertifikat sebagaimana dimaksud pada
ayat (5), harus mendapatkan rekomendasi dari tim yang ditetapkan oleh Direktorat Jenderal Bina
Konstruksi yang beranggotakan Direktorat Jenderal Bina Marga dan Badan Penelitian dan Pengembangan.

Material dan Produksi Asbuton 232


Proses Audit Produsen Asbuton
oleh PT. SUCOFINDO

Penyusunan Pelaporan
Presentasi
Brainstorming Kriteria Audit Audit dan
Hasil
dan Penilaian Klasifikasi

Audit Metode
Objective
Verifikasi proses produksi asbuton oleh produsen agar menghasilkan
produk yang berkualitas dan berkelanjutan dengan kriteria audit yang
Interview
mencakup :

Informasi Supply Chain


Terdokumentasi Bahan Baku Infrastruktur
Finansial SDM
& Produk Verifikasi Dokumen

Quality Sistem
Control Manajemen Site Visit

Material dan Produksi Asbuton 233


Terima kasih
Sub Direktorat Material dan Peralatan Konstruksi
Direktorat Bina Kelembagaan dan Sumber Daya Jasa Konstruksi
Direktorat Jenderal Bina Konstruksi
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat

Gd. Utama Lt. 11, Kementerian PUPR


Jl. Pattimura No. 20, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan 12110
Telp./ Fax. : (021) 7395375
Email: mpk.djbk@gmail.com

Anda mungkin juga menyukai