PEKERJAAN JALAN
MENGGUNAKAN ASPAL BUTON
PANDUAN
PENYELENGGARAAN
MATERI
BIMBINGAN TEKNIS
Kata Sambutan 3
Sehubungan dengan telah diberlakukannya Undang-Undang Jasa Konstruksi Nomor 2 Tahun 2017 tentang
Jasa Konstruksi khususnya dalam Pasal 5 ayat (5) huruf g: Membangun Sistem Rantai Pasok Material,
Peralatan, dan Teknologi Konstruksi, dan juga dalam Pasal 5 ayat (5) huruf e: Menetapkan dan
Meningkatkan Penggunaan Standar Mutu Material dan Peralatan Konstruksi serta Teknologi Konstruksi
Hasil Penelitian dan Pengembangan Dalam Negeri. Selaras dengan hal tersebut, para pelaksana proyek-
proyek konstruksi saat ini diharuskan untuk memperhatikan rantai pasok konstruksi dan penggunaan
produk material, peralatan, serta teknologi dari dalam negeri. Salah satu material dalam negeri yang
dimiliki oleh Indonesia dan dapat digunakan sebagai material infrastruktur jalan adalah Aspal Buton
(Asbuton).
Penggunaan Asbuton untuk pekerjaan jalan sampai dengan saat ini masih belum optimal. Hal ini
disebabkan penggunaan Asbuton masih menghadapi beberapa permasalahan baik teknis maupun non
teknis, antara lain: (i) inkonsistensi kualitas produk Asbuton; (ii) penerapan teknologi Asbuton yang tidak
sesuai dengan kondisi/kelas jalan; (iii) perencanaan pelaksanaan pekerjaan jalan yang kurang; (iv) rantai
pasok Asbuton; dan (v) pembinaan teknis tentang Asbuton terhadap penyedia jasa masih kurang.
Maksud dilaksanakannya kegiatan ini adalah terselenggaranya bimbingan teknis rantai pasok pelaksanaan
jalan yang menggunakan Asbuton kepada para General Superintendant (GS), Site Engineer (SE) dan/atau
Quality Engineer (QE) yang telah dan/atau akan melaksanakan paket pekerjaan jalan dengan menggunakan
Asbuton. Sedangkan tujuan kegiatan ini adalah untuk memberikan informasi, pengetahuan, dan berbagi
pengalaman dalam pelaksanaan pembangunan dan preservasi jalan yang menggunakan Asbuton, sehingga
dapat mempersiapkan dan mampu mengatasi permasalahan penggunaan Asbuton baik teknis maupun non
teknis.
Kegiatan ini diharapkan dapat dilaksanakan dan diikuti dengan sungguh-sungguh sehingga dapat
membawa hasil yang optimal. Kepada semua pihak yang berperan serta dalam penyelenggaraan
Bimbingan Teknis Rantai Pasok Pekerjaan Jalan Menggunakan Aspal Buton ini kami ucapkan terima kasih.
BASTIAN S. SIHOMBING
PANDUAN PENYELENGGAAN
BIMBINGAN TEKNIS RANTAI PASOK
PEKERJAAN JALAN MENGGUNAKAN ASPAL BUTON
I. Pendahuluan
A. Latar Belakang
Pemerintah telah menetapkan pembangunan infrastruktur sebagai salah satu program strategis guna mendorong
pertumbuhan ekonomi nasional dengan indikasi kebutuhan investasi infrastruktur Tahun 2015-2019 sebesar Rp 4796,2 Triliun.
Program pembangunan infrastruktur tersebut difokuskan untuk menciptakan konektivitas nasional dan pertumbuhan
ekonomi melalui berbagai perbaikan kebijakan, kelembagaan, pembiayaan, dan penyiapan proyek-proyek strategis nasional.
Dalam hal tersebut, program pembangunan infrastruktur jalan menjadi tulang punggung pembangunan nasional, karena
merupakan salah satu prasarana transportasi yang memegang peranan penting dalam mendukung pengembangan wilayah,
pembangunan ekonomi, mobilitas manusia, serta barang dan jasa. Penguatan infrastruktur yang diagendakan oleh
Pemerintahan saat ini salah satunya adalah pembangunan infrastruktur jalan dengan target pembangunan jalan baru yang
akan sepanjang 2.350 km, pembangunan jalan tol ditargetkan dapat mencapai panjang 1000 km, dan pemeliharaan jalan
sebesar 46.770 km.
Sementara itu, Kementerian PUPR pada Tahun 2018 memperoleh alokasi anggaran sebesar ± Rp 107,386 Triliun dimana dari
anggaran tersebut dialokasikan sebesar + Rp 75,473 Triliun (70,28%) untuk belanja modal. Khusus untuk penyelenggaraan
jalan yang disalurkan melalui Direktorat Jenderal Bina Marga dialokasikan belanja modal sebesar + Rp 34,169 Triliun (31,81%).
Besarnya program pembangunan jalan secara nasional tentu saja membutuhkan dukungan ketersediaan aspal minyak yang
andal. Berdasarkan estimasi perhitungan kebutuhan aspal minyak nasional Tahun 2017 diperkirakan sudah mencapai ± 1,5
juta ton/tahun. Sementara itu, pasokan aspal minyak nasional dari refinery plant PT. Pertamina (Persero) rata-rata hanya
mampu sebesar 344 ribu ton/tahun (diluar import). Pada satu sisi, untuk memenuhi gap permintaan aspal minyak nasional
selama ini dilakukan import aspal minyak. Sementara di sisi lainnya, Indonesia memiliki potensi aspal alam di Pulau Buton
dengan deposit mencapai ± 630 juta ton, sehingga seharusnya dapat menjadi solusi defisit aspal minyak nasional.
Selaras dengan hal tersebut, penggunaan produk dan material dalam negeri merupakan suatu keharusan bagi para pelaksana
proyek infrastruktur. Salah satu material dalam negeri yang dimiliki oleh Indonesia yang dapat dimanfaatkan sebagai material
infrastruktur jalan adalah Aspal Buton (Asbuton). Akan tetapi pemanfaatan Asbuton selama ini masih menghadapi beberapa
permasalahan di lapangan antara lain: (1) inkonsistensi kualitas produk Asbuton dari masing-masing produsen, (2)
keterlambatan waktu pengiriman produk Asbuton ke lokasi proyek (rantai pasok), (3) keterbatasan teknologi peralatan
pendukung AMP yang menggunakan Asbuton, serta (4) keterbatasan pengetahuan dan keterampilan pelaksana di lapangan
baik perencana hingga SDM operator AMP yang menggunakan Asbuton.
Dengan adanya beberapa permasalahan yang terjadi di lapangan tersebut di atas, maka Direktorat Jenderal Bina Konstruksi
bersama Direktorat Jenderal Bina Marga dan Balitbang Kementerian PUPR telah menyusun Draft Revisi Peraturan Menteri
PUPR tentang Penggunaan Aspal Buton untuk Pembangunan dan Preservasi Jalan, dimana merupakan revisi terhadap Pemen
PU No.35/PRT/M/2006, sehingga diharapkan dapat mengakomodir substansi pengaturan guna menjawab permasalahan-
permasalahan yang terjadi.
Sementara itu, Direktorat Jenderal Bina Marga Tahun 2018 telah merencanakan penggunaan Asbuton untuk pekerjaan
pembangunan dan preservasi jalan sebesar + 60.961 Ton yang tersebar pada 18 Balai Pelaksanaan Jalan Nasional. Untuk
mengantisipasi terulangnya permasalahan teknis dan non-teknis, maka salah satu upaya yang akan dilakukan adalah melalui
kegiatan Bimbingan Teknis (Bimtek) yang dimaksudkan untuk memberikan informasi dan edukasi terkait produk dan teknologi
Asbuton yang telah terbukti dapat diaplikasikan di lapangan.
Dalam rangka mencapai outcome tersebut, Direktorat Bina Kelembagaan dan Sumber Daya Jasa Konstruksi Direktorat
Jenderal Bina Konstruksi akan menyelenggarakan kegiatan Bimbingan Teknis Rantai Pasok Pelaksanaan Pekerjaan Jalan
Menggunakan Aspal Buton.
Maksud dilaksanakannya kegiatan ini adalah terselenggaranya bimbingan teknis rantai pasok pelaksanaan jalan yang
menggunakan Aspal Buton kepada para General Superintendant (GS), Site Engineer (SE) dan atau Quality Engineer (QE) yang
telah dan/atau akan melaksanakan paket pekerjaan jalan dengan menggunakan Asbuton.
Tujuan kegiatan ini adalah untuk memberikan informasi, pengetahuan, dan berbagi pengalaman dalam pelaksanaan
pembangunan dan preservasi jalan yang menggunakan Asbuton, sehingga dapat mempersiapkan dan mampu mengatasi
permasalahan penggunaan Asbuton baik teknis maupun non-teknis.
C. Sasaran
Sasaran yang ingin dicapai dalam pelaksanaan kegiatan ini adalah meningkatnya pengetahuan (knowledge) dan kompetensi
tentang Asbuton secara keseluruhan terhadap para GS, SE, dan atau Asisten GS/SE dari aspek rantai pasok, jenis produk dan
teknologi, spesifikasi dan standar, serta metode pelaksanaan dan teknis pelaksanaannya di lapangan.
C. Jumlah Peserta
Jumlah peserta bimbingan teknis sebanyak 40 (empat puluh) sampai dengan 50 (lima puluh) orang peserta.
Calon peserta bimbingan teknis dapat mendaftarkan diri dengan mengisi formulir usulan peserta yang
selanjutnya dapat disampaikan pada Sekretariat Bimtek dengan alamat:
Metode bimbingan teknis menggunakan proses belajar orang dewasa (andragogi) dimana peserta berperan
aktif dalam proses pembelajaran yang meliputi penyampaian materi oleh narasumber, diskusi, tanya jawab,
dan berbagi pengalaman.
Pemasok
Bahan
Baku
Intermedier
Pemasok Pemasok PRODUSEN KONSUMEN
Bahan
Baku DISTRIBUSI
Pemasok
LOGISTIK
RANTAI PASOK
HULU HILIR
Konstruksi
Penyewaan
Infrastruktur
Pemasok Produsen Agen Pemilik
Komponen Domestik Tunggal Alat Berat
Jasa Konstruksi Non-
Pelaksana Infrastruktur
Penjualan
dan Lelang
Impor
Rekondisi
Alat Bekas
Information Flow
Produsen/Pemasok
Supply dan Infrastruktur
MPK
Demand MPK
• Asosiasi Profesi
• Asosiasi Perusahaan (APPAKSI,
AABI, AKI, AP3I, AMBI)
TENAGA
KERJA INDUSTRI
KOMPETEN KONSTRUKSI • Semen
• Baja Konstruksi
• Aspal
• Beton Pracetak
dan Prategang
MATERIAL
TUJUAN/GOALS
• Terjaminnya
Pasokan Material
ISU STRATEGIS UTAMA PRASYARAT dan Peralatan
• Mengembangkan kapasitas sistem rantai Konstruksi dalam
• Belum Tersedianya pasok MPK. Mendukung
Informasi Demand • Meningkatkan kualitas analisis pasokan Penyelenggaraan
MPK. dan kebutuhan (supply-demand) sumber Infrastruktur
• Belum Terbentuk daya MPK. Nasional.
Jejaring Rantai • Meningkatkan kualitas informasi sistem • Meningkatnya
Pasok MPK. rantai pasok MPK. Efisiensi
• Belum • Mengharmonisasikan penerapan Penyelenggaraan
Terlaksananya kebijakan pengelolaan dan pemantauan Infrastruktur
Evaluasi dan MPK diantara Pemangku Kepentingan. Nasional.
Kinerja Rantai • Mendorong Kemandirian Industri MPK • Terwujudnya
Pasok MPK. Nasional. Kemandirian
Industri Material
dan Peralatan
Konstruksi
Nasional.
Note:
*) Asumsi Belanja Modal rata-rata per Provinsi sebesar 70,55% berdasarkan data
Belanja Modal keseluruhan Rantai Pasok Aspal Buton 30
Estimasi Keseimbangan Supply-Demand MPK Utama Tiap Pulau
Kementerian PUPR Tahun Anggaran 2018
PULAU TOTAL
NO KOMPONEN PRODUKTIVITAS SATUAN MALUKU
SUMATERA JAWA BALINUSTRA KALIMANTAN SULAWESI NASIONAL
DAN PAPUA
PASOKAN (SUPPLY) TON 16,124,480.00 72,347,000.00 400,000.00 5,800,000.00 11,800,000.00 1,500,000.00 107,971,480.00
1 SEMEN KEBUTUHAN PUPR (DEMAND) TON 640,111.43 1,440,843.90 215,050.77 325,908.97 443,868.46 322,415.68 3,388,199.22
KESEIMBANGAN SUPPLY-DEMEND TON 15,484,368.57 70,906,156.10 184,949.23 5,474,091.03 11,356,131.54 1,177,584.32 104,583,280.78
PASOKAN (SUPPLY) TON 1,090,000.00 17,709,250.00 - - 20,000.00 - 18,819,250.00
2 BAJA KEBUTUHAN PUPR (DEMAND) TON 205,932.63 463,539.28 69,184.78 104,849.39 142,798.57 103,725.55 1,090,030.18
KESEIMBANGAN SUPPLY-DEMEND TON 884,067.37 17,245,710.75 (69,184.78) (104,849.39) (122,798.57) (103,725.55) 17,729,219.82
PASOKAN (SUPPLY)** TON 248,140.00 121,590.00 90,900.00 86,500.00 142,490.00 25,330.00 714,950.00
KEBUTUHAN PUPR (DEMAND) TON 167,195.95 376,345.82 56,170.87 85,126.84 115,937.64 84,214.39 884,991.51
3 ASPAL KEBUTUHAN PUPR (DEMAND)* TON 475,817.95 104,034.92 133,200.39 266,445.41 150,250.80 20,540.89 1,150,290.36
KESEIMBANGAN SUPPLY-DEMEND TON 80,944.05 -254,755.82 34,729.13 1,373.16 26,552.36 -58884.39 -170.041,51
KESEIMBANGAN SUPPLY-DEMEND* TON (227,677.95) 17,555.08 (42,300.39) (179,945.41) (7,760.80) 4,789.11 (435,340.36)
PASOKAN (SUPPLY)** TON 30,000.00 438,000.00 - - 410,000.00 - 878,000.00
4 ASPAL BUTON KEBUTUHAN PUPR (DEMAND) TON 18,644.69 10,170.95 1,203.67 1,629.57 23,335.07 3,895.34 58,879.29
KESEIMBANGAN SUPPLY-DEMEND TON 11,355.31 427,829.05 (1,203.67) (1,629.57) 386,664.93 (3,895.34)
BETON PASOKAN (SUPPLY) TON 4,329,376.00 29,423,329.00 66,488.00 48,000.00 555,263.00 - 34,422,455.00
5 PRACETAK KEBUTUHAN PUPR (DEMAND) TON 1,365,571.05 3,073,800.32 458,774.98 695,272.48 946,919.39 687,820.12 7,228,158.33
PARATEGANG KESEIMBANGAN SUPPLY-DEMEND TON 2,963,804.95 26,349,527.68 (392,286.98) (647,272.48) (391,656.39) (687,820.12) 27,194,296.67
PASOKAN (SUPPLY)*** UNIT 1,642.00 13,205.00 417.00 1,059.00 272.00 177.00 16,772.00
6 ALAT BERAT KEBUTUHAN PUPR (DEMAND)**** UNIT 4,600.21 10,354.75 1,545.48 2,342.17 3,189.90 2,317.07 24,349,58
KESEIMBANGAN SUPPLY-DEMEND UNIT (2,958.21) 2,850.25 (1,128.48) (1,283.17) (2,917.90) (2,140.07) (7,577.58)
Defisit/Minus
*) Perhitungan demand aspal oleh Ditjen Bina Marga ***) Supply alat berat baru dan hasil registrasi
Kebutuhan alat berbagai jenis (baru dan lama). Untuk
**) Supply PT Pertamina (Persero) ****) Pulau Jawa sudah termasuk kapasitas terpasang
HINABI sebesar 10.000 unti/tahun
Pasal 2
1) Peraturan Menteri ini dimaksudkan sebagai pedoman bagi institusi terkait di lingkungan
Pemerintah Pusat dan Daerah serta mitra usaha dalam mengupayakan peningkatan
penggunaan asbuton untuk pembangunan dan preservasi jalan secara efektif, efisien,
transparan, akuntabel, dan berkelanjutan.
Pasal 3
Lingkup Pengaturan dalam Peraturan Menteri ini meliputi:
a. Penggunaan Aspal Buton;
b. Pembinaan Teknis;
c. Pengadaan Aspal Buton; dan
d. Pemantauan, Evaluasi, dan Pelaporan.
Bagian Kedua
Tata Cara Penggunaan Aspal Buton
Pasal 5
1) Penggunaan Asbuton untuk pembangunan dan preservasi jalan harus menggunakan asbuton
olahan yang sudah tersertifikasi melalui pengujian oleh Badan Penelitian dan Pengembangan
atau lembaga pengujian yang telah terakreditasi.
2) Spesifikasi teknik campuran beraspal yang menggunakan asbuton secara rinci mengikuti
standar, petunjuk, dan pedoman teknis yang berlaku.
3) Dalam hal diperoleh teknologi baru perkerasan jalan yang menggunakan asbuton dan telah
diuji oleh Badan Penelitian dan Pengembangan, dapat diusulkan penggunaannya kepada
Direktorat Jenderal Bina Marga.
4) Rincian mengenai penggunaan teknologi dan jenis asbuton tercantum dalam lampiran yang
merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.
Bagian Kedua
Tata Cara Penggunaan Aspal Buton
Pasal 6
5) Setiap produk asbuton yang digunakan untuk pembangunan dan preservasi jalan harus dari
produsen yang sudah memperoleh sertifikat dari lembaga yang terakreditasi sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
6) Dalam hal produk asbuton diperoleh dari produsen yang belum bersertifikat sebagaimana
dimaksud pada ayat (5), harus mendapatkan rekomendasi dari tim yang ditetapkan oleh
Direktorat Jenderal Bina Konstruksi yang beranggotakan Direktorat Jenderal Bina Marga dan
Badan Penelitian dan Pengembangan.
Bagian Kesatu
Umum
Pasal 8
Tata cara pengadaan asbuton untuk pembangunan dan/atau preservasi jalan mengikuti ketentuan pengadaan
barang/jasa sesuai ketentuan peraturan perundang undangan.
Bagian Kedua
Sistem Penyangga (Buffer Stock) Aspal Buton
Pasal 9
1) Dalam hal mencegah terjadinya ketidakstabilan harga dan tidak tersedianya pasokan asbuton dalam suatu
periode tertentu, serta untuk menjaga pemenuhan kebutuhan asbuton secara berkelanjutan, Direktorat
Jenderal Bina Marga menetapkan sistem penyangga (buffer stock) asbuton, sesuai dengan kewenangannya.
2) Untuk mendukung kestabilan harga sebagaimana dimaksud pada ayat (1) di atas, diperlukan adanya
dukungan jalur pelayaran regular menuju lokasi Sistem Penyangga (Buffer Stock) melalui
Kementerian/Lembaga yang membidangi.
Pasal 12
Setiap produsen asbuton harus sudah memiliki sertifikat manajemen mutu sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 6 Ayat (1) dalam jangka waktu paling lambat 3 (tiga) tahun sejak diundangkannya
Peraturan Menteri ini.
• Kecepatan pengangkatan Pulau Buton 0,7 – 0,8 mm/tahun ini dengan anggapan ketinggian
muka air laut saat ini sama dengan 7.000 tahun lalu.
• Muka air laut dapat berubah akibat:
o adanya tektonik-eustatik yaitu pengangkatan atau penurunan kerak bumi akibat
epirogenesis atau orogenesis;
o adanya sedimento-eustatik yaitu pengangkatan atau penurunan kerak bumi akibat
perubahan jumlah beban sedimentasi yang mempengaruhi dimensi cekungan;
o adanya glasial-isostasi yaitu perubahan volume air laut yang diakibatkan oleh
pengglasian yang menyebabkan pembekuan, serta penambahan volume es dikedua
kutub bumi;
o adanya erosi-tektonik yaitu perubahan atau pergerakan lantai samudera, karena
sejumlah besar sedimen dasar laut dari cekungan lantai samudera menunjam
disebabkan oleh proses subdikasi.
LPMA 100%
Asbuton
B 50/30 (Lawele)
CPHMA Max. 75%
Granular
Hot Mix Max. 75%
Asbuton
Pre-blend
Hot Mix Max. 10%
Asbuton
Full Extraction
100%
Asbuton
3 years old
1 years old
Nort Java Corridor in Brebes (228) Palembang (2009)
Jalan Tol China (2009) Proyek Persiapan Jembatar Antar Pulau dengan
ACWC-asb di Provnsi Jiangsu China (2010)
Pelet - Rajapolah
Pre-Blend Yogyakarta Pre-Blend Sentolo – Tasikmalaya (2013)
(2010) Kulonprogo (2011)
Peningkatan Batas
Kab. Ngawi - Batas Kota Caruban,
Jawa Timur (2013)
Buton Utara
Buton Utara (2010) Buton Utara (2013) Jln. Lingkungan
dibanding sebaliknya banyak yang belum • Kadar dan nilai penetrasi menyebabkan perencanaan campuran
seimbang, sehingga seringkali saat bitumen dalam Asbuton tidak tidak maksimal dan pelaksanaan
kembali angkutan dalam keadaan kosong. sesuai persyaratan sebagai pekerjaan tidak sesuai ketentuan.
• Tranportasi tidak terjadwal baik serta akibat dari variatifnya kondisi
biaya angkutan relatif mahal. bahan baku alam.
• Sebagai contoh, biaya pengiriman • Kurangnya kontrol produk di
Asbuton dari Surabaya ke Aceh biayanya pabrik maupun saat penerimaan
dua kali biaya pengiriman dari Surabaya ke di lapangan.
Cina, Korea, dan Jepang.
• Buffer stock. • Meningkatkan peran Asosiasi. • Melakukan pembinaan pada semua
• Tol laut. • Peningkatan komitmen produsen pihak terkait (termasuk para pelaksana
Rekomendasi Penanggulangan
105846
Rencana Awal
Realisasi
78223
70449
68391
61576
55868
60214
+
51192
54046 61107
43521
25097 25553
21265
13824
4031
Tahun 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018
90,000
80,000
70,000
60,000
Volume (Ton)
50,000
40,000
30,000
20,000
10,000
0
2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018
Rencana 78,22 25,19 32,17 33,47 42,39 37,67 56,12 64,31 86,76 70,44 68,39 61,10
Realisasi 4,031 13,82 21,26 25,09 51,19 56,04 43,52 25,55 55,86 60,21 61,57
REALISASI
• 61.576 Ton
(Status Januari 2018)
14,000
12,000
10,000
Volume (Ton)
8,000
6,000
4,000
2,000
-
BPJN BPJN BPJN BPJN BPJN BPJN BPJN BPJN BPJN BPJN BPJN BPJN BPJN BPJN BPJN BPJN BPJN BPJN
I II III IV V VI VII VIII IX X XI XII XIII IV XV XVI XVII XVIII
Rencana 1,29 5,70 3,65 3,40 6,81 2,90 3,23 4,03 400 800 1,15 480 8,90 13,3 1,09 3,21 586 92
Semi Butir
Ekstraksi 27.726 Ton
33.380 Ton
• 61.106,54 Ton 45,37 %
RENCANA 54,63 %
(Usulan dari Balai)
2. Preservasi Rehabilitasi dan Rekonstruksi Jalan Bts. Kota Kisaran - Sp. Kawat - Bts.
Kota Rantau Prapat - Jl.WR. Supratman- Jn Lingkar Rantau Prapat Semi Ekstraksi 15.40 1,350.00
PANJANG ESTIMASI
SATUAN KERJA TIPE
NO. PROVINSI EFEKTIF VOLUME KETERANGAN
PAKET / RUAS JALAN ASPAL BUTON
(KM) (TON)
1 2 3 4 5 6 7
I. Banten SKPD Dinas Bina Marga dan Tata Ruang Prov Banten
PPK 1 SKPD Banten
1. Preservasi Rehab Bts. Kota Serang - Saketi - Simp Labuhan Semi Ekstraksi 1.67 106.98
PPK 2 SKPD Banten
1. Preservasi Rehab Bts Kota Pandeglang - Rangkasbitung - Cigelung Semi Ekstraksi 1.60 37.51
Satuan Kerja Pelaksanaan Jalan Nasional Wil II Prov Banten
PPK 1 PJN II Banten
1. Preservasi Rekonstruksi Jalan Bts. Kota Cilegon - Pasauran Semi Ekstraksi 2.70 111.78
PPK 2 PJN II Banten
1. Preservasi Rehab Jalan Sumur - Cibaliung - Muara Binuangeun Semi Ekstraksi 7.10 198.44
SUB TOTAL 13.07 454.71
II. DKI JAKARTA Satuan Kerja Pelaksanaan Jalan Nasional Metropolitan II Jakarta
PPK 1 Metropolitan II Jakarta
1. Preservasi Rehabilitasi Jl Daan Mogot - Bts Kota Serang - Bts Kota Tangerang Semi Ekstraksi 1.00 644.00
Satuan Kerja Pelaksanaan Jalan Nasional Metropolitan III Jakarta
PPK 1 Metropolitan III Jakarta
1. Preservasi Rehabilitasi Jln Ciawi - Puncak - Bts Kota Cianjur - Benda Semi Ekstraksi 0.50 322.00
PPK 2 Metropolitan III Jakarta
1. Preservasi Rehabilitasi Jln Raya Kedunghalang - Bts Depok/ Bogor - Jl.
Semi Ekstraksi 1.00 644.00
Muchtar Raya (Depok)
PPK 3 Metropolitan III Jakarta
Preservasi Rehabilitasi Jl Cigelung (Bts. Prov Banten) - Kemang -
1. Semi Ekstraksi 1.00 644.00
Kedunghalang
SUB TOTAL 3.50 2,254.00
II. DKI JAKARTA Satuan Kerja Pelaksanaan Jalan Nasional Metropolitan II Jakarta
PPK 7 Pelaksanaan Jalan Nasional II Jawa Barat
Permukaan badan jalan 3
1. Preservasi Rehabilitasi Nagrek - Tasikmalaya - Ciamis Semi Ekstraksi 8.85 200.72 lapis
PANJANG ESTIMASI
SATUAN KERJA TIPE
NO. PROVINSI EFEKTIF VOLUME KETERANGAN
PAKET / RUAS JALAN ASPAL BUTON
(KM) (TON)
1 2 3 4 5 6 7
I. Jawa Tengah Satuan Kerja Pelaksanaan Jalan Nasional Wilayah I Provinsi Jawa Tengah
PPK Batas Jawa Barat - Kr Pucung - Manganti
1. Paket Preservasi Pelebaran Jalan Batas Jawa Barat - Karang Pucung - Wangon Semi Ekstraksi 3.60 181.50
PPK Batas Jawa Barat - Sidareja - Wangon
1. Paket Pelebaran Jalan Batas Jabar - Sidareja - SP.3 Jeruk legi - Wangon Semi Ekstraksi 4.00 213.19
2. Paket Pembangunan Jalan Batas Jabar - Patimuan - Tambakreja - Bantarsari Semi Ekstraksi 1.00 99.22
PPK Slarang - Tambakmulyo - Congot
1 Paket Pembangunan Jalan Tambakmulyo - Jladri - Karangbolong Semi Ekstraksi 0.50 49.61
Satuan Kerja Pelaksanaan Jalan Nasional Wil II Prov Jawa Tengah
PPK Batas Kota Rembang - Bts Jawa Timur
1. Preservasi Batas Kota Rembang - Bts Kab Blora / Rembang Semi Ekstraksi 9.90 549.52
2. Preservasi Bts Kota Blora - Cepu Semi Ekstraksi 6.40 344.95
PPK Parakan - Secang - Bts Yogyakarta
1. Preservasi Pelebaran Jalan Pringsurat - Secang- Temanggung- Parakan Semi Ekstraksi 2.90 155.46
PPK Boyolali - Kartosuro - Prambanan
1. Preservasi Rehabilitasi Jalan Sruwen - Boyolali - Kartosuro - Bts Kota Klaten Semi Ekstraksi 3.00 146.39
PPK Kartosuro - Surakarta
1. Preservasi Rehabilitasi Jalan Kartosuro - Surakarta Semi Ekstraksi 4.90 309.44
Satuan Kerja PJN Metropolitan Semarang
PPK Semarang - Demak - Trengguli
1. Paket Preservasi Pelebaran Jalan Menuju Standar Margoyoso - Bts Kota Jepara Semi Ekstraksi 1.85 99.71
SKPD TP Dinas PU Bina Marga dan Cipta Karya Provinsi Jawa Tengah
PPK Bts Kab Banjarnegara - Bts Kab Banyumas
1. Preservasi Jalan Klampok - Bts Kota Banjarnegara Semi Ekstraksi 5.10 271.81
SUB TOTAL 43.15 2,420.80
PANJANG ESTIMASI
SATUAN KERJA TIPE
NO. PROVINSI EFEKTIF VOLUME KETERANGAN
PAKET / RUAS JALAN ASPAL BUTON
(KM) (TON)
1 2 3 4 5 6 7
II. D.I Yogyakarta Satuan Kerja Pelaksanaan Jalan Nasional Wil Provinsi D.I Yogyakarta
PPK Tempel - Yogyakarta - Prambanan
1. Rehabilitasi Mayor Jalan Arteri Utara Barat (Yogyakarta) Semi Ekstraksi 2.53 211.31
2. Rehabilitasi Mayor Jalan Arteri Utara (Yogyakarta) Semi Ekstraksi 2.00 167.04
PPK Yogyakarta - Bantul - Parangtritis
1. Rehabilitasi Mayor Jalan Arteri Selatan (Yogyakarta) Semi Ekstraksi 2.80 233.86
PANJANG ESTIMASI
SATUAN KERJA TIPE
NO. PROVINSI EFEKTIF VOLUME KETERANGAN
PAKET / RUAS JALAN ASPAL BUTON
(KM) (TON)
1 2 3 4 5 6 7
I. Nusa Tenggara Barat Satuan Kerja Pelaksanaan Jalan Nasional Wil III
PPK 09
1. Preservasi Rekonstruksi Jalan SP. Banggo - Kempo - Kesi - Hodo -
Doropati - Lb Kenanga Semi Ekstraksi 6.00 400.00
PANJANG ESTIMASI
SATUAN KERJA TIPE
NO. PROVINSI EFEKTIF VOLUME KETERANGAN
PAKET / RUAS JALAN ASPAL BUTON
(KM) (TON)
1 2 3 4 5 6 7
I. Nusa Tenggara Timur 1. Pembangunan Jalan Waetabula - Keroso - Kahale Butir / Semi Ekstraksi 300.00
2. Preservasi Rehabilitasi Jalan Dalam Kota Kupang - Bolok - Tenau Butir / Semi Ekstraksi 100.00
3. Pembangunan Jalan Ruteng - Reo - Kedindi Butir / Semi Ekstraksi 200.00
4. Pembangunan Jalan Akses Pariwisata Pantai Nihiwatu (PN) Butir / Semi Ekstraksi 100.00
5. Rehabilitasi Jalan Aegela - Danga (Mbay) Butir / Semi Ekstraksi 50.00
6. Rehabilitasi Jalan Danga (Mbay) - Nila - Marapokot Butir / Semi Ekstraksi 50.00
TOTAL 800.00
PANJANG ESTIMASI
SATUAN KERJA TIPE
NO. PROVINSI EFEKTIF VOLUME KETERANGAN
PAKET / RUAS JALAN ASPAL BUTON
(KM) (TON)
1 2 3 4 5 6 7
I. Kalimantan Timur 1. Preservasi Rehabilitasi Mayor Gunung Tabur - Usiran Tanjung Batu Butir / Semi Ekstraksi 4.00 179.69
II. Kalimantan Tenggara 1. Preservasi Rehabilitasi Malinau - Mensalang - Sp3 Apas - Simanggaris Butir / Semi Ekstraksi 3.70 300.00
1. Rekonstruksi dan Penanganan Bencana Jalan Lakuan - dalam Kota Toli Toli Malala Butir 0.50 70.20
PANJANG ESTIMASI
SATUAN KERJA TIPE
NO. PROVINSI EFEKTIF VOLUME KETERANGAN
PAKET / RUAS JALAN ASPAL BUTON
(KM) (TON)
PPK Pelaksana Jalan Pulau Kei Dan Kep. Aru
1. Pemeliharaan Rutin Preventif (Slarry Seal) Ibra - Danar Semi Ekstrasi 8.90 87.28
2. Rehabilitasi Minor Tual - Ngadi - Tamedan Semi Ekstrasi 0.50 4.90
3. Rehabilitasi Minor Ibra - Danar Semi Ekstrasi 2.00 19.61
4. Rehabilitasi Mayor Tual - Ngadi - Tamedan Semi Ekstrasi 1.30 34.22
5. Rekonstruksi Jalan Tual - Ngadi - Tamedan Semi Ekstrasi 2.30 75.68
PPK Pelaksana Jalan Pulau Babar Dan Pulau Selaru
1. Rekonstruksi Jalan Adaut - Kandar Semi Ekstrasi 6.60 217.17
PPK Pelaksana Jalan Pulau Wetar, Kisar, Lirang, Moa, Lety
1. Rekonstruksi Jalan Tiakur - Weet Semi Ekstrasi 6.00 197.43
SUBTOTAL 84.78 2,237.28
II. Maluku Utara Satker Pelaksanaan Jalan Wilayah II Maluku Utara
PPK Pulau Halmahera 4
1. Rekonstruksi Jalan Weda - Sagea Butir 8.00 244.99
2. Rekonstruksi Jalan Sagea - Patani 1 Butir 8.00 244.99
3. Rekonstruksi Jalan Sagea - Patani 2 Butir 8.00 244.99
4. Rekonstruksi Jalan Sagea - Patani 3 Butir 8.00 244.99
SUB TOTAL 32.00 979.96
TOTAL 116.78 3,217.24
PANJANG ESTIMASI
SATUAN KERJA TIPE
NO. PROVINSI EFEKTIF VOLUME KETERANGAN
PAKET / RUAS JALAN ASPAL BUTON
(KM) (TON)
I. Papua Barat Satuan Kerja SKPD
PPK SKPD
1 Preverensi Rekonstruksi Jalan Dalam Kota Manokwari (Rehabilitasi ) Semi Ekstraksi 10.86 179.84
Satuan Kerja Pelaksanaan Jalan Nasional Wilayah I Manokwari
PPK I.01
1. Rehabilitasi Mayor Ruas Jalan Bts. Kota Manokwari - Maruni - Oransbari Semi Ekstraksi 2.00 33.12
Satuan Kerja Pelaksanaan Jalan Nasional Wilayah II Sorong
PPK II.01
Butir / Semi
1. Peningkatan Struktur Jalan Makbon - Mega 2.55 42.228
Ekstraksi
PPK V.01
Butir / Semi
1. Preservasi rekonstruksi jalan dalam Fakfak - Bomberai (Rehabilitasi) 4.00 66.240
Ekstraksi
Butir / Semi
2. Preservasi rekonstruksi jalan dalam Fakfak - Bomberai (Rekonstruksi) 2.00 33.12
Ekstraksi
PPK V.02
Butir / Semi
1. Peningkatan Struktur Jalan Bomberai - Aroba 3.00 49.68
Ekstraksi
Butir / Semi
2. Peningkatan Struktur Jalan Bomberai - Aroba - Furwata 5.00 82.80
Ekstraksi
PPK V.03
Butir / Semi
1. Rehabilitasi Mayor Jalan Kaimana -Tanggaromi 3.00 49.68
Ekstraksi
Butir / Semi
2. Rekonstruksi Jalan Wonama - Tanggaromi 3.00 49.68
Ekstraksi
TOTAL 35.41 586.39
3 Semi Ekstraksi Campuran Aspal Minyak Spesifikasi Umum Bina Marga Tahun
dengan Aspal Buton 2010 Revisi 3, Tipe II-A Aspal yang
• Penterasi min. 50 Dimodifikasi
• Kadar Aspal 100%
Tipe Tipe
No. Sifat-sifat Asbuton Butir Metode Pengujian
B 5/20 B 50/30
1. Sifat Bentuk Asli
- Ukuran butir asbuton butir
Lolos Ayakan 3/8 inci (9,5 mm); % SNI 03-4142-1996 - 100
Lolos Ayakan No 8 (2,36 mm); % SNI 03-4142-1996 100 -
- Kadar bitumen asbuton; % SNI 03-3640-1994 Min. 18 Min. 20
- Kadar air; % SNI 2490;2008 Maks. 2 Maks. 4
2. Sifat Bitumen Hasil Ekstraksi (SNI 8279:2016) dan Pemulihan (SNI 03-4797-1998)
- Kelarutan dalam TCE; % berat SNI 2438:2015 Min.99 Min. 99
- Penetrasi aspal asbuton pada 25 °C, 100 g, 5
SNI 2456:2011 Min. 2 40 -- 70
detik; 0,1 mm
- Titik Lembek; C SNI 2434:2011 - Min. 50
- Daktilitas pada 25C; cm SNI 2432:2011 - 100
- Berat jenis SNI 2441:2011 - Min. 1,0
- Penurunan Berat (dengan TFOT); LOH (%) SNI 06-2440-1991 - ≤2
- Penetrasi aspal asbuton setelah LOH pada 25 °C,
SNI 2456:2011 - ≥ 54
100 g, 5 detik; (% terhadap penetrasi awal)
Asbuton Asbuton
No. Jenis Pengujian Metoda Pengujian
Murni Pra-campur1)
1. Penetrasi pada 25C, 100 g, 5 detik (0,1 mm) SNI 2456:2011 45 - 55 50 - 60
2. Viskositas pada 135C (cSt) SNI 06-6441-2000 350 - 3000 350 - 3000
3. Titik Lembek (C) SNI 2434:2011 ≥ 49 ≥ 50
4. Daktilitas pada 25C, 5 cm/menit (cm) SNI 2432:2011 ≥ 100 ≥ 100
5. Titik Nyala (C) SNI 2433:2011 ≥ 232 ≥ 232
6. Kelarutan dalam Trichloroethylene (%) SNI 2438:2015 ≥ 99 ≥ 90
7. Berat Jenis SNI 2441:2011 ≥ 1,0 ≥ 1,0
8. Pertikel yang lebih halus dari 150 µm (%) SNI 03-4142-1996 - ≥ 95
Pengujian residu hasil TFOT (SNI 06-2440-1991) atau RTFOT (SNI 03-6835-2002)
9. Berat yang Hilang (%) SNI 06-2441-1991 ≤ 0,8 ≤ 0,8
10. Penetrasi pada 25C (%) SNI 2456:2011 ≥ 54 ≥ 54
11. Daktilitas pada 25C, 5 cm/menit (cm) SNI 2432:2011 > 50 > 50
12. Kadar Parafin Lilin (%) SNI-03-3639-2002 ≤2 ≤2
Jalur A (Jakarta – Bandung) sepanjang 140 m (Km 109 +200 – Km 109 +340) dengan
menggunakan Campuran Aspal Buton tebal = 5 cm
Kondisi perkerasan dengan Lalu Lintas Berat pada lokasi Uji Gelar Asbuton
Jalan Tol Cipularang Km. 109 +200 Jalur A (arah Jakarta – Bandung)
Rutting
Komitmen dan pelayanan kepada pelanggan berupa Bantuan Teknik dari Produsen Aspal
Buton Anggota ASPABI kepada Penyedia Jasa dan Satker/PPK menjadi penting untuk
keberlangsungan penggunaan produk oleh pelanggan.
Asbuton Murni
Catatan:
a) Kelas lalu lintas jalan kumulatif selama umur rencana: I = Lalu lintas > 30 Juta ESAL; II = Lalu lintas 10-30 Juta
ESAL; III = Lalu lintas 4-10 Juta ESAL; IV = Lalu lintas 0,1-4 Juta ESAL; V = Lalu lintas < 0,1 Juta ESAL.
b) Asbuton Feeder System adalah alat tambahan yang dipergunakan untuk memasukkan asbuton ke dalam sistem
AMP, Lump Breaker adalah alat penghalus gumpalan asbuton butir, dan Pengaduk Aspal adalah pengaduk
tambahan pada tangki asbuton pracampur agar tidak terjadi pengendapan filler.
c) Asbuton Butir B 5/20 adalah asbuton butir dengan nilai penetrasi bitumen sekitar 5 ( < 10 dmm) dan
kandungan bitumen sekitar 20% (18-23%). Asbuton Butir B 50/30 adalah asbuton butir dengan nilai penetrasi
bitumen sekitar 50 (40-60 dmm) dan kandungan bitumen sekitar 30% (25-35%). Asbuton Pracampur adalah
aspal modifikasi yang dicampur dengan asbuton. Asbuton Murni adalah bitumen asbuton hasil ekstraksi dengan
kemurnian (kelarutan dalam pelarut C₂HCl ₂) minimum 99%.
d) CPHMA adalah singkatan dari Cold Paving Hot Mix Asbuton yang artinya Asbuton Campuran Panas Hampar
Dingin . LPMA adalah singkatan dari Lapis Penetrasi Makadam Asbuton.
(CPHMA)
Asbuton Campuran Panas Hampar Dingin
Catatan:
Pembuatan briket Marshall dipadatkan 2 x 75 tumbukan pada temperatur udara (30oC) dan diuji
stabilitas Marshall juga pada temperatur udara (30oC).
LPMA-Asbuton
5,00 cm
Lapis Pondasi
Batu Kapur
15,00 cm
prime coat – 1
Scrab dan Padatkan LPAPerkerasan
Eksisting (Lapis Kls B Lama)
4 5. tack – coat
4. agregat pengunci lokal
3 3. asbuton – 1
2 2. pre-coated
1 1. agregat pokok lokal
LPMA-Asbuton
(Permukaan)
5,00 cm
tack coat
LPA - Base
LPMA Kls B
AC-Base Kelas B
Persyaratan Kuantitas Bahan Agregat, Asbuton B 50/30 dan Aspal Cair atau Emulsi
untuk LPMA-Asbuton sebagai Lapis Pondasi
Tebal Agregat Lapis ikat awal berupa residu Asbuton B 50/30 Agregat Asbuton B 50/30
lapis pokok (aspal cair/aspal emulsi) ke-1 pengunci ke-2
(cm) (kg/m²) (liter/m²) (kg/m²) (kg/m²) (kg/m²)
6–7 125 ± 1 0,18 – 0,3 12 ± 2 19 ± 1 14 ± 2
5–6 105 ± 1 0,18 – 0,3 10 ± 2 19 ± 1 12 ± 2
Catatan: gunakan asbuton B 50/30 dengan takaran minimum khusus daerah tanjakan
DRAFT
SPESIFIKASI UMUM
SEKSI – 6.5
Catatan:
Rujukan dari paparan ini adalah “Draft Spesifikasi Umum Seksi – 6.5 mengenai Campuran Beraspal
dengan Asbuton”. Secara prinsip teknologi, tidak ada perbedaan mendasar antara Draft Spesifikasi
Umum Seksi - 6.5 dengan spesifikasi sebelumnya kecuali pada Draft Spesifikasi Umum Seksi – 6.5
sudah lebih disempurnakan berdasarkan masukan-masukan di lapangan yang sebelumnya tidak
tercantum dalam spesifikasi lama. Dengan demikian, maka spesifikasi mana saja yang digunakan
tetap harus memahami apa yang disampaikan pada Drfat Spesifikasi Umum Seksi – 6.5 agar
pelaksanaan perkerasan jalan Asbuton sesuai dengan yang diharapkan.
Tipe B Tipe B
Sifat-sifat Asbuton Butir Metode Pengujian
5/20 50/30
Sifat Bentuk Asli
- Ukuran butir asbuton butir
Lolos Ayakan 3/8 inci (9,5 mm); % SNI 03-4142-1996 - 100
Lolos Ayakan No.8 inci (2,36 mm); % SNI 03-4142-1996 100 -
- Kadar bitumen asbuton ; % SNI 03-3640-1994 Min. 18 Min. 20
- Kadar air, % SNI 2490:2008 Maks. 2 Maks. 4
Sifat Bitumen Hasil Ekstrasi (SNI 8279:2016 dan Pemulihan (SNI 03-4797-1998)
- Kelarutan dalam TCE; % berat SNI 2438: 2015 Min. 99 Min. 99
- Penetrasi aspal asbuton pada 25 ᴼC, 100 g, 5
SNI 2456:2011 Min. 2 40--70
detik; 01 mm
- Titik lemebek ; ᴼC SNI 2434:2011 - Min. 50
- Daktalitas pada 25ᴼC; cm SNI 2432:2011 - ≥ 100
- Berat jenis SNI 2441:2011 - Min 1,0
- Penurunan Berat (dengan TFOT); LOH (%) SNI 06-2440-1991 - ≤2
- Penetrasi aspal asbuton setelah LOH pada
25ᴼC, 100 g, 5 detik; (% terhadap penetrasi SNI 2456:2011 - ≥ 54
awal)
Catatan:
1. Untuk HRS-WC dan HRS-Base yang benar-benar senjang, paling sedikit 80% agregat lolos ayakan No.8 (2,36
mm) harus lolos ayakan No.30 (0,600 mm). Lihat Tabel 6.3.2.4 sebagai contoh batas-batas “Bahan Bergradasi
Senjang” dimana bahan yang lolos No.8 (2,36) dan tertahan pada ayakan No.30 (0,600 mm).
2. Untuk semua jenis campuran, rujuk Tabel 6.3.2.(1).(b) untuk ukuran agregat nominal maksimum pada
tumpukan bahan pemasok dingin.
3. Apabila tidak ditetapkan dalam Gambar, penggunaan pemilihan gradasi sesuai dengan petunjuk Direksi
Pekerjaan dengan mengacu pada panduan Seksi 6.3 ini.
Latasir
Sifat-sifat Campuran
Kelas A & B
Jumlah tumbukan per bidang 50
Penyerapan aspal (%) Maks. 2,0
Min. 3,0
Rongga dalam campuran (%) ⁽<⁾
Maks. 6,0
Rongga dalam Agregat (VMA) (%) Min. 20
Rongga terisi aspal (%) Min. 75
Stabilitas Marshall (kg) Min. 200
Min. 2
Pelelehan (mm)
Maks. 3
Marshall Quotient (kg/mm) Min. 80
Stabilitas Marshall Sisa (%) setelah perendaman selama 24 jam, 60 ◦C⁽=⁾ Min. 90
Ketentuan Sifat-Sifat Campuran Lataston dengan Asbuton Murni atau Asbuton B 50/30
Lataston
Sifat- Sifat Campuran Lapisan Aus Lapisan Pondasi
Senjang Semi Senjang Senjang Semi Senjang
Jumlah tumbukan per bidang 75
Kadar aspal efektif (%) Min. 5,9 5,9 5,5 5,5
Penyerapan aspal (%) Maks. 1,7
Min. 4,0
Rongga dalam campuran (%) ⁽<⁾
Maks. 6,0
Rongga dalam Agregat (VMA) (%) Maks. 18 17 18 17
Rongga terisi aspal (%) Min. 68
Stabilitas Marshall (kg) Min. 800
Pelelehan (mm) Min. 3
Marshall Quotient (kg/mm) Min. 250
Stabilitas Marshall Sisa (%) setelah
Min. 90
perendaman selama 24 jam. 60ᴼC ⁽=⁾
Ketentuan Sifat-Sifat Campuran Laston (AC) dengan Bitumen Asbuton Murni atau Asbuton B 50/30
Laston
Sifat-Sifat Campuran
Lapisan Aus Lapisan Antara Pondasi
Jumlah Tumbukan Per Bidang 75 112⁽;⁾
Rasio partikel lolos ayakan 0,075 mm dengan Min. 0,6
kadar aspal efektif Maks. 1,4
Min. 3,0
Rongga dalam campuran (%) ⁽<⁾
Maks. 5,0
Rongga dalam Agregat (VMA) (%) Min. 15 14 13
Rongga Terisi aspal (%) Min. 65 65 65
Stabilitas Marshall (Kg) Min. 800 1800⁽;⁾
Min. 2 3
Pelelehan (mm)
Maks. 4 6⁽;⁾
Stabilitas Marshall Sisa (%) setelah perendaman
Min. 90
selama 24 jam, 60ᴼC ⁽=⁾
• Penyiapan Pencampuran
Ketentuan pasal ini harus memenuhi persyaratan Spesifikasi Umum Jalan dan
Jembatan pasal 6.3.5.4). Khusus untuk campuran beraspal yang menggunakan
asbuton butir maka metode pencampuran Asbuton Butir tersebut di Unit
Pencampur Aspal untuk Tipe B 5/20 dilakukan dengan cara basah, sedangkan
untuk Tipe B 50/30 dilakukan dengan cara kering.
Kekentalan optimum:
• pencampuran = 170 cst = 154
• pemadatan = 280 cst = 142
Perencanaan Campuran Beraspal Panas dengan Asbuton 170
Perencanaan Campuran Beraspal Panas dengan Asbuton 171
Peralatan Lab. untuk Perencanaan
Ekstraksi Soklet
Alat Core Drill
Alat Wheel Tracking
Ekstraksi Sentrifius
ket:
Pb = kadar aspal total optimum perkiraan
AK = agregat kasar (tertahan #2,36 mm)
AH = agregat halus (lolos #2,36 mm tertahan #0,075 mm)
F = filler (lolos #0,075)
K = nilai konstanta 0,5 sampai 1,0 untuk Laston (AC)
Kepadatan (gr/cc)
Stabilitas (kg)
Rentang yang
memenuhi
Kelelehan (mm) parameter
Campuran
Hasil bagi Marshall (kg/mm) Beraspal
2) Penyiapan Aspal
Ketentuan pasal ini harus memenuhi persyaratan Spesifikasi Umum Jalan dan Jembatan pasal 6.3.5.2)
3) Penyiapan Agregat
Ketentuan pasal ini harus memenuhi persyaratan Spesifikasi Umum Jalan dan Jembatan pasal 6.3.5.3). Khusus untuk pekerjaan campuran beraspal
panas menggunakan asbuton butir, pada proses pemanasan agregat di dalam dryer, diharuskan adanya penambahan temperatur pemanasan
agregat, yaitu kurang lebih 10ᴼC lebih tinggi dari suhu pencampuran yang dikehendaki sebagai antisipasi terjadinya penurunan temperatur
campuran akibat penambahan asbuton yang dingin dan mengandung air.
4) Penyiapan Pencampuran
Ketentuan pasal ini harus memenuhi persyaratan Spesifikasi Umum Jalan dan Jembatan pasal 6.3.5.4). Khusus untuk campuran beraspal yang
menggunakan asbuton butir maka metode pencampuran Asbuton Butir tersebut di Unit Pencampur Aspal untuk Tipe B 5/20 dilakukan dengan
cara basah, sedangkan untuk Tipe B 50/30 dilakukan dengan cara kering.
Metode pencampuran basah merupakan tahapan proses pencampuran yang dilakukan dengan cara agregat dipanaskan terlebih dahulu di dalam
dryer, setelah itu agregat masuk ke dalam pugmill yang disertai dengan masuknya aspal sesuai dengan proporsi aspal pada Formula Rancangan
Kerja (job Mix Formula, JMF), kemudian dicampur terlebih dahulu. Waktu pencampuran agregat di dalam pugmill sebelum dimasukkan aspal
adalah sekitar 10 detik, kemudian dimasukkan aspal dan dicampur kembali sekitar 20 detik baru kemudian dimasukkan asbuton tipe B 5/20 dan
dicampur sekitar 15 detik.
Metode pencampuran kering, tahapan proses pencampuran dilakukan dengan cara agregat dipanaskan terlebih dahulu di dalam dryer, setelah itu
agregat dari masing-masing Bin masuk ke dalam timbangan sesuai dengan proporsinya, setelah itu asbuton B 50/30 dimasukkkan dan ditimbang,
kemudian dicampur dan dimasukkan kurang lebih 20 detik. Kemudian dimasukkan aspal dan dicampur sekitar 20 detik.
Metoda pencampuran untuk asbuton pracampur dan asbuton nurni dilakukan seperti prosedur dengan aspal minyak pen 60/70.
• Cold Paving Hot Mix Asbuton (CPHMA) adalah campuran beraspal yang
mengandung asbuton dan bahan tambah lain, yang sudah dicampur dengan baik
di pabrik dan dipasarkan dalam keadaan siap dihampar dan dipadatkan.
• Produk ini menjadi alternatif pilihan terutama untuk pembangunan jalan di daerah
yang memiliki keterbatasan ketersediaan Unit Pencampur Aspal.
• Beberapa produsen telah mulai memproduksi CPHMA, namun belum ada standar
untuk menilai kualitas campuran serta pedoman pelaksanaannya.
• Agar campuran CPHMA dapat dihampar dan dipadatkan pada temperatur dingin,
maka:
o gradasi khusus (semi terbuka);
o sifat aspal khusus (lebih lunak dari aspal keras Pen 60 untuk campuran
beraspal panas);
o ada lapisan anti penggumpalan; dan
o emi aspal emulsi dan semi cutback asphalt.
Agregat
CPHMA
Aspal Larutan
Aspal
Centrifuse
Sifat Aspal Pemulih Aspal Mineral
Perencanaan Campuran Panas Asbuton Dihampar Dingin (CPHMA) 197
Prinsip Pengujian Sifat Campuran CPHMA
CPHMA
• Pada saat pemadatan, sering kali terjadi campuran menempel pada roda alat
pemadat dan terangkat. Untuk menghindari hal tersebut, roda pemadat harus
cukup basah. Hal ini dikarenakan ikatan awal di dalam campuran beraspal (antar
campuran beraspal) pada CPHMA lebih tidak kuat karena aspal lebih lunak, adanya
minyak ringan atau adanya bahan anti penggumpalan.
1 tahun 2 tahun
3 tahun
Yes
Kesesuaian peralatan No Perbaikan alat
dengan standar pengujian atau ganti alat uji
Yes
Pembuatan FCR untuk mengetahui
karakteristik campuran
Perbaikan
Kesesuaian karakteristik No gradasi, jika perlu
campuran dengan spesifikasi
ganti bahan
Yes
Kalibrasi bukaan bin dingin dan menentukan
bukaannya. Selanjutnya pengambilan contoh
dari bin panas dan diuji gradasinya
A
Perencanaan Campuran Panas Asbuton Dihampar Dingin (CPHMA) 203
Tahapan Persetujuan DMF menjadi AMF
B
Yes
Uji coba pemadatan di lapangan untuk
menentukan jumlah lintasan pemadat
Yes
Pengesahan FCR menjadi FCK
Selesai
Perencanaan Campuran Panas Asbuton Dihampar Dingin (CPHMA) 204
Tahapan Persetujuan DMF menjadi JMF
• 12 benda uji marshall harus dibuat dari setiap penghamparan percobaan. Contoh
dapat diambil dari Instalasi Pencampuran (AMP) atau dari truk di AMP.
jenis getar
Pengambilan Contoh Inti Mengukur Tebal Contoh Inti Menimbang Contoh Inti
• Lalu lintas jalan yang dapat dilayani adalah lalu lintas ringan sampai sedang.
Asbuton CPHMA
Produsen Lokasi Kapasitas Bulanan Kapasitas Tahunan
PT Putindo Bintech (BAI) Kendari 5.000 Ton 60.000 Ton
Bogor 2.000 Ton 24.000 Ton
PT Mastic Utama Sarana
Pasuruan 2.000 Ton 24.000 Ton
PT Cipta Wahana Persada Pasuruan 7.500 Ton 90.000 Ton
PT Asbuton Jaya Abadi Palu 3.000 Ton 36.000 Ton
CV Tibina Marga Karsa Cipta Padalarang 1.000 Ton 12.000 Ton
PT Dua Tiga Sejahtera Kedari 3.000 Ton 36.000 Ton
Pasuruan 1.000 Ton 12.000 Ton
CV Ketahanan Aspal Nasional
Pomala 1.000 Ton 12.000 Ton
CV Asbuton Palu Utama Palu 1.500 Ton 18.000 Ton
PT Bumi Andum Digdaya Makmur Sidoarjo 1.000 Ton 12.000 Ton
Jumlah Kapasitas Produksi CPHMA 28.000 Ton 336.000 Ton
312,718,460
350,000,000
226,165,670
300,000,000 THICKNESS
78 m
181,004,200
250,000,000
Amount
130,906,500
200,000,000
99,786,080
150,000,000
57,755,000
100,000,000
19,596,780
4,530,000
2,682,120
2,011,157
1,720,000
620,000
50,000,000
-
RONGI KABUNGKA LAWELE EPE ROTA MADULLAH
Location
Values (%)
Composition Dapat dilihat bahwa bagian
Lawele Kabungka mineral dari aspal alami yang
CaCO₃ 72,90 86,66 diamati adalah terutama
karbonat dalam bentuk
MgCO₃ 1,28 1,43 CaCO₃ (72,90% untuk Lawele
CaSO₄ 1,94 1,11 dan 86,66% untuk Kabungka).
CaS 0,52 0,36
H₂O 2,94 0,99
SiO₂ 17,06 5,64
Al₂O₃ + Fe₂O₃ 2,31 1,52
LOI 1,05 0,96
Perbandingan Properties
Properties Kabungka Lawele
Jenis Aspal Keras Lunak
Kadar Aspal 15 – 25 % 20 – 30 %
Kandungan Aspaltene Tinggi Rendah
Kandungan Maltene Rendah Tinggi
Digunakan Sebagai Additive Substitusi Asmin
Penambangan seperti
1
penambangan batu pecah.
langsung dengan
2
menggunakan alat berat,
setelah membuang lapisan
tanah yang menutupinya.
Kabungka
Raw Multiple Screening 1
Material Crushing
Lawele
Raw Multiple Screening 1
Material Crushing
Special
Packaging Screening 2 Method of
Drying
Lawele Oil
Raw Asphalt
Material
Oil Asphalt
Blending
Special
Concentrate
Blending
Packaging
Buton
Distillation
Asphaltic Liquid
Process
Rock
Asphalt Product
Extraction
Liquid - Solid
Process
Solvent
Drying and
Solvent Solid Solvent Recovery
Process
Solid Waste
Kemasan Distribusi
JUMBO Distribusi dapat dilakukan dengan
JENIS ASBUTON CURAH DRUM KANTONG
BAG
beberapa moda yaitu:
Asbuton
OK OK • Truk atau truk tangki, jika masih
Berbutir B 5/20
Asbuton
bisa dijangkau dengan darat.
Berbutir B 50/30
OK OK • Kombinasi truk dan kapal, jika
Asbuton melalui laut. Pengangkutan dengan
OK OK OK kapal dapat menggunakan kapal
Pracampur
biasa atau dalam container.
Asbuton Murni OK OK OK
• Pemilihan moda transportasi ini
tergantung biaya pengangkutan.
Penyimpanan
Hal yang perlu diperhatikan adalah sebagai berikut:
• Ketepatan waktu kedatangan barang dipengaruhi dengan kesiapan stock produsen dan lamanya
pengangkutan. Hal ini dapat disiasati dengan penyusunan jadwal kebutuhan barang yang tepat.
• Fasilitas infrastruktur dan jadwal kapal regular dari pelabuhan keberangkatan sangat menentukan
ketepatan waktu pengiriman. Sebagai contoh jadwal kapal regular dari Tanjung Perak Surabaya ke
Indonesia bagian Timur sangat banyak, sehingga lebih leluasa dalam mengatur jadwal pengiriman.
• Volume kebutuhan juga sangat menentukan penetapan moda transportasi yang berujung pada biaya
transportasi. Volume yang besar dapat menyewa kapal khusus sehingga lebih cepat sampai,
sedangkan volume kecil sangat bergantung pada kesediaan kapal.
Pembongkaran
JENIS ASBUTON KEMASAN CURAH DRUM KARUNG JUMBO BAG
Asbuton Berbutir Disusun rapi di Menggunakan crane
B 5/20 gudang tertutup disusun di gudang
Asbuton Berbutir Disusun rapi di Menggunakan crane
B 50/30 gudang tertutup disusun di gudang
Asbuton Langsung dipindahkan Disusun rapi di
Disusun berdiri
Pracampur ke tangki gudang tertutup
Langsung dipindahkan Disusun rapi di
Asbuton Murni Disusun berdiri
ke tangki gudang tertutup
Penyimpanan
• Pembongkaran kemasan karung jangan menggunakan gancu karena akan merusak.
• Karung untuk B 5/20 dapat disusun hingga 10 tumpuk.
• Karung untuk B 50/30 maksimal 3 karung tumpuk.
• Karung dan jumbo bag harus disimpan dalam gudang tertutup untuk menjaga kualitas barang.
• Drum dapat ditumpuk di luar asalkan rapi. Biasanya menggunakan drum bekas 200 kg yang lebih
tebal. Jika menggunakan drum aspal bekas 150 kg lebih tipis, sehingga rapuh dan mudah rusak saat
penyimpanan.
No No
Reject Reject
Metode pengambilan sampel untuk pengujian kualitas berdasarkan sampling yang diisyaratkan
BAB II
PENGGUNAAN ASPAL BUTON
Bagian Kedua
Ketentuan Penggunaan Aspal Buton
Pasal 6
5) Setiap produk asbuton yang digunakan untuk pembangunan dan preservasi jalan harus dari produsen
yang sudah memperoleh sertifikat dari lembaga yang terakreditasi sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
6) Dalam hal produk asbuton diperoleh dari produsen yang belum bersertifikat sebagaimana dimaksud pada
ayat (5), harus mendapatkan rekomendasi dari tim yang ditetapkan oleh Direktorat Jenderal Bina
Konstruksi yang beranggotakan Direktorat Jenderal Bina Marga dan Badan Penelitian dan Pengembangan.
Penyusunan Pelaporan
Presentasi
Brainstorming Kriteria Audit Audit dan
Hasil
dan Penilaian Klasifikasi
Audit Metode
Objective
Verifikasi proses produksi asbuton oleh produsen agar menghasilkan
produk yang berkualitas dan berkelanjutan dengan kriteria audit yang
Interview
mencakup :
Quality Sistem
Control Manajemen Site Visit