1. Pendahuluan
Campuran beraspal adalah suatu kombinasi campuran antara agregat dan aspal.
Dalam campuran beraspal, aspal berperan sebagai pengikat atau lem antar partikel
agregat, dan agregat berperan sebagai tulangan. Sifat-sifat mekanis dalam campuran
beraspal diperoleh dari friksi dan kohesi dari bahan-bahan pembentuknya. Friksi
agregat diperoleh dari ikatan antar butir agregat (interlocking), dan kekuatannya
tergantung pada gradasi, tekstur permukaan, bentuk butiran dan ukuran agregat
maksimum yang digunakan. Sedangkan sifat kohesinya diperoleh dari sifat-sifat aspal
yang digunakan. Oleh sebab itu kinerja campuran beraspal sangat dipengaruhi oleh
sifat-sifat agregat dan aspal serta sifat-sifat campuran padat yang sudah terbentuk dari
kedua bahan tersebut.
Pada campuran beraspal, sifat-sifat fisik aspal yang sangat mempengaruhi
perencanaan, produksi dan kinerja campuran beraspal, untuk itu sifat aspal yang harus
diperiksa antara lain adalah : durabilitas, adesi dan kohesi, kepekaan terhadap
temperatur, pengerasan dan penuaan.
Pengambilan contoh dan pengujian merupakan dua hal yang sangat penting dalam
fungsi pengendalian mutu. Data dari pengujian ini merupakan alat untuk menilai kualitas
produksi apakah memenuhi syarat atau tidak. Dengan alasan ini, pengambilan contoh
dan prosedur pengujian harus dilakukan dengan hati-hati dan benar.
Salah satu kesalahan yang besar dalam menguji material adalah kegagalan untuk
mengambil contoh yang mewakili. Apabila contoh yang dikirim ke laboratorium tidak
mewakili kondisi bahan yang sebenarnya, maka hasil pengujian akan sia-sia, bahkan
apabila digunakan, mungkin menyesatkan. Oleh karena itu, pengambilan contoh harus
dilakukan dengan prosedur standar, baik Standar Nasional Indonesia (SNI) maupun
AASHTO atau ASTM atau standar internasional yang lain.
Pengujian kualitas untuk pekerjaan campuran beraspal secara umum dapat dipisahkan
menjadi 3 kelompok, yaitu :
ο Pengujian kualitas bahan baku (agregat, bahan pengisi dan aspal),
ο Pengujian kualitas bahan olahan
ο Pengujian kualitas bahan jadi.
Hasil pengujian akan menentukan penerimaan atau penolakan, baik bahan maupun
hasil pekerjaan, maka pengujian harus dilakukan sesuai dengan standar yang berlaku.
Pengujian laboratorium terhadap sifai-sifat fisik aspal yang digunakan sebagai bahan baku,
meliputi untuk :
Durabilitas aspal, yaitu dengan melakukan uji : penetrasi, titik lembek, kehilangan
berat, daktilitas, Thin Film Oven Test (TFOT), dan Rolling Thin Film Oven Test
(RTFOT)
Adhesi dan kohesi, yaitu dengan melakukan uji kelekatan aspal terhadap agregat
Kepekaan terhadap temperatur, yaitu dengan melakukan uji penetrasi
Pengerasan dan penuaan, yaitu dengan melakukan uji penetrasi
Pengaruh terhadap temperatur pada proses pencampuran, pengangkutan,
penghamparan, dan pemadatan, yaitu dengan melakukan uji viskositas
Keamanan dalam pelaksanaan, yaitu dengan melakukan uji titik nyala
Kelelehan aspal, yaitu dengan melakukan uji titik lembek
Sesuai dengan judul modul diatas, maka pada modul ini diuraikan maksud, tujuan dan
lingkup, peralatan, serta persiapan dan pelaksanaan pengujian aspal sebagai bahan
baku dalam pekerjaan campuran beraspal panas
3. Pengujian Aspal
Pengujian aspal meliputi pengujian aspal keras (padat) termasuk aspal modifikasi, aspal cair dan
emulsi. Aspal keras digunakan untuk campuran beraspal, sedangkan aspal cair atau aspal
emulsi pada pekerjaan campuran beraspal panas umumnya digunakan sebagai lapis resap ikat
(prime coat) atau lapis pengikat (tack coat).
Jenis pengujian aspal keras, aspal cair dan aspal emulsi diperlihatkan berturut-turut pada Tabel
1, 2, dan 3, sebagai berikut :
Tabel 2. Jenis pengujian aspal cair untuk lapis resap ikat dan lapis pengikat
Jenis pengujian Standar pengujian
0
1. Viskositas (kekentalan) pada 60 C dengan alat saybolt SNI 06-6721-2002
2. Titik nyala (TOC) dengan Tag open cup SNI 03 6722-2002
3. Penyulingan SNI 06-2488-1991
4. Penetrasi residu penyulingan SNI 06-2456-1991
5. Daktilitas residu penyulingan SNI 06- 2432-1991
6. Kelarutan dalam TCE dari residu hasil penyulingan (Kadar SNI 06-2438-1991
aspal)
7. Kelekatan dalam air SNI 06-2439-1991
8. Berat Jenis AASHTO T 74-1993
9. Kadar air SNI 06-2490-1991
o
10. Kekentalan absolut pada 60 C dari residu penyulingan SNI 03-6440-2000
11. Uji bintik/noda (Spot test) SNI 03-6885-2002
Sumber : Manual pekerjaan campuran beraspal panas, 2002
Spesifikasi aspal cair cepat mantap/penguapan cepat (RC) tercantum dalam PdS 03-1995-03 (SNI
03-4800-1998), aspal cair mantap sedang (MC) pada Pd S 02-1995-03 (SNI 03-4799-1998), aspal
cair mantap lambat/penguapan lambat pada ASTM D 2026-1993.
Tabel 3. Jenis pengujian aspal emulsi untuk lapis resap ikat dan lapis pengikat
Jenis pengujian Standar pengujian
1. Pengujian Kekentalan/Viskositas Aspal Cair dan Aspal SNI 03-6721-2002
Emulsi dengan Alat Saybolt Furol
2. Pengujian Pengendapan Aspal Emulsi SNI 03-6828-2002
3. Pemisahan dengan CaCl2
4. Kelekatan dan daya tahan terhadap air SNI 03-3645-1994
5. Jenis muatan listrik / partikel SNI 03-3644-1994
6. Analisa saringan / tertahan no. 20 SNI 03-6830-2002
7. Kerusakan Campuran dengan semen SNI 03-6830-2002
8. Kadar residu dengan penyulingan SNI 03-3642-1994
9. Kadar air SNI 03-3641-1994
10. Penetrasi residu SNI 06-2456-1991
11. Daktilitas residu SNI 03-2432-1991
Sumber : Manual pekerjaan campuran beraspal panas, 2002
Spesifikasi aspal emulsi anionik tercantum dalam PdS 01-1997-03 dan aspal emulsi kationik pada
PdS 01-1995- 03.
Alat dan prosedur pengujian penetrasi untuk aspal emulsi sama dengan prosedur pengujian
penetrasi untuk aspal cair atau keras (berdasarkan SNI 06-2456-1991), bedanya hanya benda
uji dari residu hasil penyulingan
Alat dan prosedur pengujian daktilitas untuk aspal cair emulsi sama dengan prosedur pengujian
daktilitas untuk aspal cair atau keras (berdasarkan SNI 06-2432-1991), bedanya hanya benda uji
dari residu hasil penyulingan
XXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXX
ο Metode ini dimaksudkan sebagai acuan dan pegangan dalam menguji pemisahan aspal
emulsi dengan menggunakan bahan pemisah Calsium Chlorida (CaCl2) dengan cara
penyulingan.
ο Tujuan pengujian untuk menentukan pemisahan dari aspal emulsi jenis cepat mantap,
bahan pemisah yang digunakan Calsium Chlorida (CaCl2).
Pemisahan (demulsibility) merupakan perbandingan antara berat residu pemisahan
dengan residu aspal emulsi dari hasil penyulingan.
ο Mencakup cara persiapan bahan uji, peralatan, dan cara pengujian pemisahan aspal
emulsi dengan cara penyulingan
b. Peralatan
Satu set saringan no. 14
Tabung/labu logam
Tabung gelas
Pengaduk logam
Oven
c. Persiapan Pengujian
c.1. Persiapan Benda Uji
Siapkan benda uji/aspal emulsi
c.2. Persiapan Peralatan
Siapkan peralatan yang akan digunakan sesuai petunjuk pemakaian
d. Prosedur/Pelaksanaan Pengujian
d.1. Cara Pengujian
1). Tentukan terlebih dahulu persentase residu aspal emulsi dengan cara penyulingan
dan muatan aspal emulsi (kationik atau anionik)
2). Timbang masing-masing tiap satu set saringan no. 14, pan kapasitas 600 ml, dan
pengaduk logam, yang akan digunakan.
3). Timbang masing-masing sebanyak 100 ± 0,1 gram aspal emulsi yang telah dikocok
homogen ke dalam tabung logam 600 ml
o
4). Tempatkan dan biarkan benda uji pada suhu ruang (25 ± 0,5) C
5). Setelah 2 menit, tambahkan masing-masing ke dalam labu logam 35 ml larutan
kalsium klorida 1,11 gr/lt (untuk aspal emulsi anionik) atau 35 ml larutan dioktil
sodium sulfosuccinate 0,8 % untuk aspal emulai kationik atau 50 ml larutan kalsium
klorida 5,55 gr/lt aspal emulsi campuran.
Selama penambahan larutan dilakukan, aduk isi dalam tabung terus menerus agar
bercampur rata dengan emulsi. Lanjutkan pengadukan terus menerus selama 2
(dua) menit setelah penambahan larutan selesai.
6). Tuangkan campuran ke dalam masing-masing saringan, bilas/cuci tabung dan
batang pengaduk dengan air distilasi. untuk menentukan besarnya aspal yang
menggumpal.
7). Remaslah dan pecahkan semua gumpalan dengan alat pengaduk, kemudian
lanjutkan dengan mencuci tabung, pengaduk dan saringan hingga air pencuci
mengalir jernih.
8). Tempatkan saringan berikut aspal ke dalam tabung gelas dan pengaduk logam,
o
masukkan semua ke dalam oven pada suhu tetap 163 C hingga kering dan
beratnya tetap.
9). Timbang dan catat
d.2. Perhitungan
Demulsibility = (A / B) x 100 %
dimana : A = Berat rata-rata residu demulsibility dari 3 pengujian
B = Berat residu aspal emulsi dari hasil penyulingan dalam 100 gram aspal emulsi
XXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXX
3.1.2. Pengujian Titik Nyala dan Titik Bakar dengan Cleveland Open Cup
7). Lanjutkan pengamatan sampai terlihat nyala di atas permukaan benda uji yang
lebih lama minimal 5 detik, baca dan catat temperatur pada termometer.
Titik nyala, dinyatakan dengan catat suhu pada saat terlihat nyala singkat,
kemudian lanjutkan pengamatan sampai terlihat nyala yang lebih lama minimal 5
detik, baca dan catat yang dinyatakan sebagai titik bakar.
Gambar 7. >
Pengujian titik nyala
dgn Cleveland Open
Cup
11). Penambahan berat cawan diperhitungkan sebagai koreksi terhadap berat en-
dapan yang tidak tertahan dalam cawan gooch
12). Perhitungan :
Kadar aspal = X = [{A-(B+D)} / A] x 100 %
Kadar mineral = Y = {(C+D) / A} x 100 %
Kadar sisa = {100 – (X+Y)} x 100 %
dimana : A = Berat benda uji bebas air
B = Berat endapan
C = Berat endapan setelah dipijarkan
D = Berat total koreksi = B + H - C, atau = B + H – J
Cawan Gooch
Pengikat
karet Tabung penyaring
Penutup karet
Labu penyaring
Gambar 9. >
Pengujian
daktilitas
Tabel 1. Contoh Cara uji elastisitas aspal dengan alat daktilitas RSNI M-04-2005.
o
Contoh dipanaskan Mulai : pk. ……… Temperatur oven : ………. C
Selesai : pk. ………
Contoh dituangkan : pk ……….
Didiamkan pada temperatur ruang Mulai : pk. ………
Selesai : pk. ………
Direndam pada temperatur pengujian Mulai : pk. ……… Temperatur bak perendam:
o
Selesai : pk. ……… ……………. C
Pemeriksaan elastisitas Mulai : pk. ……… Temperatur pengujian :
o
Selesai : pk. ……… ………..….. C
Jenis Pengukuran Benda Uji 1 Benda Uji 2 Benda Uji 3
Panjang Awal 10 cm 10 cm 10 cm
Panjang setelah elastisitas (X) ……..… cm …….….. cm …….….. cm
10 - X
% Elastisitas = x 100 ………… % ….………. % ….….… %
10
Rata-rata % elastisitas ………………………%
3). Aduk benda uji dalam viskometer beserta termometer yang telah dilengkapi
penyangga dengan kecepatan putaran sampai perbedaan suhu tertentu,
kemudian angkat termometer.
4). Ambil benda uji yang berlebihan dengan penyedot sampai batas peluapan.
5). Cabut penutup gabus sehingga aliran aspal cair masuk ke dalam labu
penampung
6). Catat dan hitung waktu (ketelitian ± 0,1 detik) mulai saat benda uji menyentuh
dasar labu sampai terisi tepat pada batas 60 ml labu viskometer, kemudian
tutup lubang viskositas dengan alat penyumbat.
7). Gunakan tabel konversi untuk menentukan kekentalan dalam kinematis.
1). Siapkan semen portland sebanyak 100 gr dan saring dengan saringan no. 80,
kemudian timbang semen sebanyak (50 ± 0,1) gram ke dalam panci logam
2). Tambahkan X gr (500 ml) air suling ke dalam contoh uji A gr ( > 250 gram),
sehingga residu (R) menjadi 55 % :
{(R x A) / (A + X)} x 100 % = 55 %
3). Ambil (100 ± 0,1) gram benda uji dari no. 1, masukkan ke dalam wadah yang
berisi semen, hitung berat isi (=C gram).
Aduk campuran dengan batang pengaduk secara memutar dengan kecepatan ±
60 rpm selama 1 menit
4). Tambahkan air suling sebanyak 150 ml, kemudian diamkan selama 3 menit,
selanjutnya aduk kembali. Tuangkan campuran melalui saringan no. 14. pada
loyang yang sebelumnya telah ditimbang
5). Cuci panci pencampur dengan air suling hingga semua campuran bersih dan
tuangkan kembali ke dalam saringan.
Bilas saringan dengan air suling yang dialirkan dari ketingian 15 cm, hingga air
yang mengalir jernih
6). Masukkan saringan dan penadahnya ke dalam oven pada suhu (163 ± 3)o C
hingga mencapai berat tetap, timbang (=B)
7). Hitung kadar campuran emulsi, dengan cara :
Y = Persen emulsi yang rusak adalah perbandingan residu tertahan dalam
saringan dengan berat benda uji
= (B / C) x 100 %