Anda di halaman 1dari 51

METODA KONSTRUKSI

PEMASANGAN JEMBATAN RANGKA BAJA

Di susun oleh :
Ir. Asiyanto MBA, IPM
(Tim Diklat PT. Waskita Karya)
Diperbanyak & Didistribusi oleh :
Litbang Biro P5 & TI

2005

1
METODA PELAKSANAAN PEKERJAAN
PEMASANGAN JEMBATAN RANGKA BAJA

I. UMUM

ARTI / MAKSUD.

Yang dimaksud dengan jembatan rangka baja adalah struktur jembatan


yang terdiri dari rangkaian batang-batang baja yang dihubungkan satu
dengan yang lain.
Beban / muatan yang dipikul oleh struktur ini akan diuraikan dan disalurkan
kepada batang-batang baja struktur tersebut, sebagai gaya-gaya tekan dan
tarik, melalui titik-titik pertemuan batang (titik buhul). Gaya-gaya eksentrisitas
yang dapat menimbulkan momen secunder selalu diusahakan untuk
dihindari. Oleh karena itu garis netral tiap-tiap batang yang bertemu pada titik
buhul harus saling berpotongan pada satu titik saja , untuk menghiondari
timbulnya momen sekunder .
Dengan demikian ada hal-hal penting yang perlu diperhatikan pada
konstruksi rangka baja yaitu :
- Mutu dan dimensi tiap-tiap batang harus kuat menahan gaya yang
timbul . Batang-batang rangka dalam keadaan tidak rusak /
bengkok dan lain-lain. Oleh karena itu batang-batang rangka
jembatan harus dijaga selama masa pengangkutan ,
penyimpanan , dan pemasangan.
- Kekuatan plat penyambung harus lebih besar dari pada batang
yang disambung ( struktur sambungan harus lebih kuat dari batang
utuh ).
- Untuk mencegah terjadinya eksentrisitas gaya, yang dapat
menyebabkan momen sekunder, maka garis netral tiap batang
yang bertemu harus berpotongan melalui satu titik ( harus
merencanakan bentuk plat buhul yang tepat ).

2
Contoh gambar Struktur jembatan rangka baja

Sket Struktur jembatan rangka baja

Plat buhul yang paling ujung , baik plat buhul bawah maupun yang atas,
biasanya dilebihi , untuk keperluan penyambungan dengan linking steel bila
diperlukan .

Detail sambungan titik buhul

3
MACAM – MACAM JEMBATAN RANGKA

Pada dasarnya jembatan rangka baja memiliki prinsip yang sama, baik cara
perhitungan maupun sistim penyambungannya.
Hanya saja untuk keperluan-keperluan standarisasi, beberapa
produsen/pabrik membuat design standar dengan panjang bentang tertentu
(misalkan 30 m, 40 m, 50 m, dan 60 m), profil-profil batang tertentu, dan
mutu material tertentu pula.
Ada beberapa macam jembatan rangka baja yang sering kita temui pada
saat ini, ditinjau dari Negara pembuatnya, yaitu :
 Jembatan rangka Belanda
 Jembatan rangka Australia
 Jembatan rangka Jepang
 Jembatan rangka Inggris

Karena adanya standar panjang bentang jembatan seperti tersebut diatas,


maka sering kita jumpai jembatan kombinasi, misalnya jembatan masing-
masing dengan bentang 40 M dan 50 M, atau 30 M dan 60 M. Biasanya
jembatan-jembatan dengan bentang standar tersebut dapat dihubungkan
satu dengan yang lain dengan menggunakan “link set” untuk keperluan
tertentu.
Bahkan ada juga yang dikombinasikan dengan konstruksi lain, misalnya
untuk memperoleh total panjang 62 M, dipasang jembatan rangka baja
dengan bentang 50 M dan jembatan beton 12 M.
Ada juga jembatan rangka baja yang dibuat khusus untuk jembatan darurat /
sementara, seperti yang telah kita kenal sebagai Jembatan Bailey.
Disamping jenis-jenis tersebut di atas, tentunya ada juga jembatan rangka
baja yang khusus didesign secara sendiri (hanya untuk satu jembatan saja).

4
Foto jembatan rangka baja Cilangkap, sedang dalam percobaan erection
di tempat fabrikasi ( Osaka , Jepang )

5
II. METODA PEMASANGAN

MACAM METODA
Ada 4 (empat) metoda yang dapat digunakan untuk pekerjaan pemasangan /
penyetelan perangkat jembatan rangka baja yaitu :
- Pemasangan dengan cara memakai perancah
- Pemasangan dengan cara cantilever ( pemasangan konsol
sepotong demi sepotong )
- Pemasangan dengan cara peluncuran.
a. Bentang tunggal
b. Bentang lebih dari satu
- Kombinasi dari ketiga cara diatas.

KRITERIA PEMILIHAN METODA


Dari berbagai cara tersebut diatas perlu dipilih cara yang paling sesuai
dengan kedaan pekerjaan yang akan dihadapi.
Ada beberapa hal yang dipertimbangkan pada waktu menentukan cara
pemasangan jembatan yang paling sesuai, yaitu :
1. Kondisi / sungai ditempat jembatan akan dibangun, misalnya lebar,
sempit, dalam, dangkal, berarus deras, banyak mengandung
batu/karang, berpasir dan sebagainya.
2. Daerah sekitar dan jalan yang menyambung ke jembatan, lurus,
rata, miring, berbelok, berada pada dasar suatu galian, atau berada
di atas timbunan, tinggi, rendah dan sebagainya.
3. Apakah material, mesin-mesin / peralatan, dan tenaga kerja cukup
tersedia disekitar lokasi jembatan, atau harus didatangkan dari
tempat yang cukup jauh.
4. Bagaimana cara untuk mencapai lokasi jembatan, baik untuk
orang, material maupun peralatan, melalui darat, sungai atau
udara.
5. Jumlah bentang rangka baja yang akan dipasang.

6
Mengunakan Perancah
Metoda menggunakan perancah dipilih bila kedaaan sungai sebagai berikut :
- Dasar sungai berpasir, atau lempung atau tanah keras, sehingga
memudahkan pemasangan tiang perancah
- Dangkal, atau tidak terlalu dalam, sehingga tidak memerlukan tiang
perancah yang terlalu tinggi
- Kecepatan arus rendah, yang akan mengurangi gaya-gaya
mendatar terhadap tiang perancah.
- Bebas dari barang hanyutan, yang bisa merusak atau merobohkan
tiang perancah
- Terdapat bangunan lama, yang dapat dipakai sebagai penyangga
sementara bagi bangunan/jembatan baru yang akan dibangun.

Tidak Menggunakan Perancah


Pemasangan jembatan baja tanpa menggunakan perancah, dipilih bila
keadaan sungai sebagai berikut :
- Mempunyai dasar berlumpur yang dalam
- Mempunyai dasar berbatu
- Mempunyai lembah yang sangat dalam
- Mempunyai arus yang terlalu deras.
- Banyak barang hanyutan yang deras.

PEKERJAAN PERSIAPAN
Untuk semua metoda pemasangan, perlu dilakukan persiapan-persiapan
yang masak, sebelum pekerjaan pemasangan dimulai.
Hal ini penting sekali, untuk menghindari terhentinya pekerjaan pemasangan
ditengah-tengah kegiatan, yang akan mengundang resiko tinggi.

Persiapan-persiapan yang harus dilakukan adalah sebagai berikut :

7
 Menetapkan / menyiapkan lokasi penumpukan material jembatan,
sehingga tidak mengganggu kegiatan pemasangan, termasuk
material jembatan pembantu yang diperlukan dan mengamankan
dari banjir / air pasang.
 Buat fasilitas yang baik pada daerah penumpukan material
jembatan, misalnya jalan masuk yang kuat, daerah yang rata dan
disediakan bantalan-bantalan dan dibuatkan saluran drainase yang
baik.
 Sebelum material jembatan ditumpuk, lebih dahulu diberi tanda/
kode untuk masing-masing bagian dari jembatan ( misal kode A
untuk batang atas, B untuk batang bawah, V untuk batang vertical
dan D untuk batang diagonal ).
 Tetapkan cara penumpukan bagian-bagian material jembatan,
sehingga memperlancar proses pengambilan bagian-bagian yang
akan dipasang sesuai urut-urutan pemasangannya.
 Pada saat penumpukan, dilakukan recheking tentang ukuran/
dimensi material jembatan dan jumlahnya, dengan menggunakan
check list. Bila ada bagian-bagian yang rusak agar diperbaiki atau
dicari penggantinya segera.
 Contoh cara penyimpanan / penumpukan komponen baja jembatan
rangka dapat dilihat dibawah ini :

Baja Propil H

8
Baja Melintang

Baja Siku

 Jumlah, ukuran dan kelengkapan dari baut, mur, ring untuk struktur
sambungan harus dihitung lebih dahulu, dan jumlahnya harus
mempunyai cadangan sebesar 5 %.
 Di check kesiapan dari peralatan yang akan digunakan.
 Dikumpulkan gambar pelaksanaan dan informasi-informasi dari
perencanaan (design), antar lain :

9
- Perbedaan elevasi/level tiap-tiap titik buhul (bagian bawah)
jembatan dalam keadaan terpasang maupun pada saat
pemasangan.
- Berapa panjang, struktur yang dapat berfungsi sebagai
cantilever/konsol.
- Berat struktur jembatan per meter.

f1 f2 f3 f4 f3 f2 f1

 Besarnya peninggian / zig, setiap titik buhul, harus diikuti pada


pemasangan batang-batang rangka, dengan sistem perancah.

f
L

 Besarnya “f“, adalah defleksi yang harus diperhatikan pada saat


proses pemasangan batang-batang rangka baja dengan sistem
cantilever.

URUTAN PEKERJAAN PEMASANGAN

SISTIM PERANCAH / FALSEWORK


Urut-urutan pada pelaksanaan sistim ini dapat diuraikan sebagai berikut :
 Dilakukan pekerjaan-pekerjaan persiapan seperti diuraikan pada bab
diatas .

10
 Pasang tanda As jembatan pada perletakan jembatan
(abutment/pilar). Kemudian berdasarkan As tersebut tetapkan tanda
letak sisi rangka jembatan.

As sisi rangka jembatan

As jembatan a

Abutment a

 Pasang balok-balok ganjal sementara, dibawah titik buhul ujung


jembatan, setinggi kebutuhan, sehingga cukup untuk mengatur
pemasangan struktur perletakan jembatan. Untuk kestabilan, usahakan
ganjal jangan terlalu tinggi.

Rangka Jembatan

Ganjal

Hydraulic Jack

Abutment

 Berpedoman pada As sisi rangka baja, dipasang perancah pada tiap-tiap


titik buhul yang akan didukung. Khusus untuk titik buhul yang memiliki
baut vertical, perancah digeser sedikit, agar proses pemasang baut
vertikal tersebut tidak mengalami kesulitan. Bila dasar sungai lunak,

11
maka tiang-tiang perancah perlu dipancang secukupnya untuk kuat
mendukung beban selama pemasangan. Bila dasar sungai keras, dapat
diletakkan saja secara merata dan dilindungi kakinya dengan bronjong
batu / tumpukan batu / beton cor.

Tanah Keras
berbatu
Tanah Lunak

 Elevasi perancah pada masing-masing titik buhul, harus disesuaikan


dengan perencanaan jembatan (yaitu beda elevasinya).

12
 Perancah pendukung titik buhul sisi kiri dihubungkan dengan perancah
pendukung sisi kanan. Kemudian tiap baris dihubungkan dengan balok
seperlunya untuk jalan orang dan transport komponen jembatan.

Abutment

Tampak atas struktur perancah

 Batang-batang bawah rangka baja dipasang lebih dulu sepanjang


jembatan, kemudian diikuti dengan batang-batang yang lain. Transport
horizontal batang-batang rangka baja melalui jembatan penghubung
perancah, sedang transport vertikal (pengangkatan) dapat menggunakan
alat takal dan crane. Urut-urutan pemasangan batang-batangnya dapat
dilihat pada contoh sket dibawah ini.

4 6 8 10 12 14

13
2 2 3 3 5 5 7 7 9 9 11
11 13
1 1 1 1 1 1 1

13
Prinsip urutan pemasangan adalah yang pertama seluruh batang
bawah(B1s/d B7), kemudian batang D1& D2, dilanjutkan D3&D4,
kemudian dihubungkan dengan A1,dan seterusnya .
 Pengencangan bout dilaksanakan secara bertahap (dua tahap) yaitu :
- Tahap I, pada saat erection, pengencangan antara 70 % sampai 80
%, atau sekuat tenaga manusia.
- Tahap II, pada saat erection sudah selesai pengencangan baut
dilanjutkan sampai mencapai kekencangan 100 %.
Semua baut yang telah dikencangkan sesuai syarat kekencangannya,
diberi tanda dengan cat, untuk memudahkan pemeriksaan bila terjadi
perubahan (kendor). Tetapi karena umumnya jumlah bout mencapai
ratusan, maka untuk menjamin tidak terjadi perubahan , setelah
pengencangan 100%, bout di ikat dengan las titik.
Beton slab dicor pada saat jembatan sedang diatas ganjal .

Bout
Cat merah

Bout pada posisi kencang Posisi Bout berubah ( kendor )

12 8 10 14

4 2 6

5 1 3
Batang B Batang B

13 9 7 11

Prinsip urutan pengencangan bout, dari dalam keluar

14
 Bila semua batang telah tersusun dan kekuatan sambungan (baut) telah
cukup sesuai persyaratan dan beton slab telah cukup keras, maka kedua
ujung jembatan diangkat sedikit dengan jack/dongkrak, untuk melepas
balok ganjal ( baik yang ada di perletakan maupun yang ada pada
perancah ).

Rangka Jembatan

Bearing
Pad

Hydraulic Jack

Abutment

 Setelah “ bearing pad “ selesai dipasang dengan baik, maka jembatan


diturunkan kembali, didudukkan diperletakannya dengan menurunkan
jack secara pelan-pelan.
 Untuk keperluan pengecoran lantai beton, bekisting/formwork dapat
ditumpukan pada batang baja melintang. Stabilitas tumpuan bekisting
diperkuat dengan pemasangan baji yang dipaku satu dengan yang lain.

15
Beton lantai

Papan Balok kayu

Balok Baja Baji Kayu

Beton lantai jembatan

Papan Bekisting
Balok kayu

Baji kayu
Balok Baja

 Pengecoran lantai disarankan dimulai dari tengah bentang jembatan,


kearah kedua tepi perletakan, secara seimbang (bergantian), agar timbul
gaya-gaya yang simetris.

Tampak Atas Jembatan

As
Abutment Abutment
Jembatan

Pengecoran Lantai jembatan

16
 Khusus jembatan rangka baja yang menggunakan “rubber bearing”
(perletakan dari karet), pengecoran lantai beton jembatan dilakukan
pada saat jembatan masih didudukkan pada ganjal (perletakan
sementara). Bila pengecoran lantai beton dilakukan pada saat jembatan
terletak diatas rubber bearing, maka akan terjadi gaya geser yang cukup
besar pada rubber bearing, yang dapat mengakibatkan pecahnya rubber
bearing.
Lihat sket dibawah ini :

Rubber Bearing

Sebelum pengecoran Sesudah pengecoran lantai ,


lantai terjadi deformasi rubber bearing

Bila pengecoran beton lantai dilakukan setelah jembatan diletakkan diatas


rubber bearing , maka akan terjadi deformasi pada rubber bearing .

Beton lantai

Rubber Bearing

17
Beton lantai dicor , dengan posisi rubber bearing bebas ( jembatan
ditahan oleh jack / dongkrak ) , setelah selesai pengecoran , jembatan
diletakkan pada rubber bearing dengan menurunkan jack . Dengan
demikian rubber bearing tidak mengalami deformasi ( masih utuh ).

SISTIM CANTILEVER
Sistim ini disebut cantilever, karena selama pemasangan, rangka
jembatan berfungsi sebagai cantilever.
Rangka jembatan dipasang sepotong demi sepotong dari salah ujungnya,
dalam keadaan menggantung, secara berangsur sampai mencapai ujung
yang lain.
Urut-urutan kerjanya dapat dijelaskan sebagai berikut :
 Pekerjaan persiapan dilakukan seperti yang diuraikan pada bab
sebelumnya .
 Daerah dibelakang abutment, tempat pemasangan jembatan,
dibersihkan dan diratakan, sekaligus untuk persiapan oprit.
 Dipasang tanda As jembatan seperti pada uraian sebelumnya.
 Jembatan pembantu dipasang lebih dulu ditempat yang telah
dibersihkan dan diratakan tersebut, yang berfungsi sebagai
pemberat(jembatan penyeimbang) bagi rangka jembatan pokok yang
akan dipasang sebagai cantilever. Karena letak jembatan pokok sudah
tertentu (berpedoman pada abutment yang ada), sedang struktur
penghubung (link set) juga sudah tertentu, maka letak jembatan
pembantu/penyeimbang harus menyesuaikan dari hal-hal tersebut.

Jarak untuk penyambungan Perletakan jembatan


Utama

Perletakan jembatan
Pembantu / pengimbang

18
 Jembatan pembantu harus lebih berat dari jembatan yang akan
dipasang, dimana moment pemberat harus lebih besar dari 1,25 kali
moment yang dipasang. Bila jembatan pembantu kurang cukup
beratnya, maka dapat diberikan tambahan pemberat.

Linking steel

A
B C D

A B
b c

a d

A : Berat beban tambahan, C : Berat jembatan utama


B : Berat jembatan pembantu, D : Beban titik (alat& orang)

( A x a ) + ( B x b )  1,25 { ( C x c )+ ( D x d ) }

 Jembatan pembantu dipasang lebih dulu dengan cara seperti sistim


perancah (karena diatas tanah). Kalau beda elevasi dengan muka tanah
asli hanya sedikit, maka cukup menggunakan ganjal-ganjal saja. Elevasi
jembatan pembantu ini juga tergantung pada elevasi ganjal yang
diperlukan jembatan pokoknya. Pada sistim ini, ujung cantilever akan
mengalami penurunan akibat berat sendiri. Oleh karena itu diperlukan
ganjal pada perletakan dengan ketinggian tertentu, agar elevasi ujung
cantilever masih berada diatas elevasi abutment.

19
Pada sistem ini, ujung cantilever akan mengalami penurunan (defleksi),
oleh karena itu elevasi / tinggi ganjal harus diper-hitungkan agar elevasi
ujung cantilever, masih berada diatas elevasi abutment seberang .

 Setelah jembatan pembantu selesai dipasang sesuai dengan elevasi dan


As yang ditentukan, maka selanjutnya dipasang struktur penyambung
(linking steel) pada ujungnya untuk disambungkan dengan jembatan
pokoknya. Pada tahap ini ganjal jembatan pembantu dibagian tengah
(kecuali dibagian kedua ujungnya) dapat dilepas, agar seluruh berat
jembatan pembantu berfungsi sepenuhnya sebagai penyeimbang.
Perhatikan keseimbangan antara jembatan pembantu / pengimbang
dengan berat bagian jembatan utama yang sedang dipasang .

Linking steel

20
Gambar detail linking steel dan ikatan angin

21
 Untuk keamanan, agar ditambahkan beban (counter weight) pada trave
ujung, baru kemudian disusul dengan pemasangan rangka jembatan
sepotong demi sepotong secara cantilever.

Linking steel

Beban tambahan

22
Gambar detail pemberat diujung trave

23
 Pemasangan batang-batang secara cantilever dilakukan dengan urutan
sebagai berikut :

4 7

1
2 2 5 5 8 8
3 6 9

Pertama kali dipasang link set, kemudian diujung link set dipasang dua
batang D1 & D2 yang sudah digabung, kemudian dipasang batan B1.
Berikutnya dipasang batang atas A1, yang diikuti dengan pemasangan
gabungan batang D3 & D4, dan dilanjutkan dengan batang B2. Begitu
seterusnya sampai trave paling ujung .Setiap satu trave, rangka kanan
dan rangka kiri dihubungkan dengan batang-batang melintang yang ada.

 Transport batang-batang rangka jembatan secara horizontal dilayani


dengan lori, dan secara vertical dilayani berbagai alat crane, antara lain
Jeep Crane, atau dengan alat angkat yang dapat bergerak melalui
batang atas.
A

Jeep Crane

24
Plat form untuk kerja

Potongan A--A

 Setelah jembatan terletak dengan baik di kedua abutmentnya, maka


jembatan pembantu dan struktur penyambung (linking steel) dapat
segera dibongkar.

25
 Kegiatan lainnya, seperti menurunkan jembatan, melepas ganjal
pengencangan baut dan pengecoran lantai, dapat dilakukan dengan cara
yang sama pada uraian sistim perancah didepan.

Sistim Cantilever Dua Arah


Sistim cantilever dapat dilakukan dari dua arah abutment sekaligus secara
bersamaan, dan ketemu dibagian tengah bentang jembatan.
Untuk jembatan yang besar atau yang panjang sekali, biasanya dilakukan
sistem cantilever dari dua arah. Hal ini punya alasan, bahwa sistem tersebut
dapat mengurangi momen cantilever yang timbul. Sekaligus untuk juga dapat
mengurangi ukuran dan berat jembatan pengimbang yang diperlukan,
karena masing-masing jembatan pengimbang hanya akan menahan separo
berat jembatan utamanya.
Untuk sistem cantilever dua arah ini, hal-hal yang perlu diperhatikan adalah
sebagai berikut :
 Jarak perletakan dikedua abutment, harus mempunyai ketelitian yang
tinggi (akurat), yaitu sesuai dengan panjang bentang jembatan
terpasang. Hal ini, untuk menghilangkan resiko bahwa kedua ujung
jembatan tidak dapat dipertemukan, karena terlalu panjang atau terlalu
pendek, diluar toleransi yang ada.
 As (axis) dari masing-masing jembatan dikedua ujung abutment, harus
sama. Dan hal ini selalu dikontrol setiap jembatan maju satu segmen
(trave), agar dapat menghindari resiko terjadinya penyimpangan axis,
yang diluar toleransi.
 Elevasi ganjal, pada masing-masing abutment harus sudah
mempertimbangkan terhadap terjadinya defleksi pada ujung trave. Untuk
ini, disarankan agar jembatan bertemu tepat pada tengah bentang, ini
berarti bahwa moment cantilever yang terjadi dikedua ujung sama,
sehingga diharapkan akan mempunyai defleksi yang sama pula. Dengan
demikian akan mempermudah pertemuan kedua ujung trave jembatan,
karena elevasi yang sama.

26
 Sisi abutment 1

 Sisi abutment 2

27
Foto jembatan Liliba, Nusa Tenggara Timur

28
Foto Ganjal pada Linking Steel

29
SISTIM LAUNCHING ( PELUNCURAN )

Sistim ini disebut peluncuran, karena jembatan dirangkai secara keseluruhan


diluar/didarat, baru kemudian dalam keadaan lengkap diluncurkan ketempat
kedudukan semestinya. Sistem peluncuran ini hanya dapat dilakukan untuk
jembatan yang memiliki ketinggian yang sama (tinggi jembatan tetap).
Alat utama yang dipergunakan adalah : rel, balok peluncur, dan roller.
Urutan kerjanya dapat dijelaskan sebagai berikut :
 Pekerjaan persiapan dilakukan seperti yang diuraikan sebelumnya.
 Pilih salah satu sisi jalan masuk ke jembatan (oprit) yang menguntungkan
untuk proses peluncuran jembatan, atau daerah yang memungkinkan
untuk penyetelan jembatan sebelum peluncuran.
 Daerah jalan masuk yang dipilih dibersihkan, diratakan dan dipadatkan
seperlunya, terutama pada jalur tempat jembatan yang akan dipasang
didarat. Panjang daerah yang dipersiapkan, disesuaikan dengan panjang
jembatan pokok ditambah panjang jembatan pembantu.

Lingking Steel
Abutment

Jembatan pembantu Jembatan Utama Sungai

Rangkaian jembatan, dilihat dari atas

 Dipasang tanda-tanda As jembatan seperti yang diuraikan sebelumnya


didepan.

30
 Tetapkan elevasi balok peluncur pada abutment tempat memulai
peluncuran dengan perhitungan agar ujung jembatan yang diluncurkan
tetap berada diatas elevasi abutment diseberangnya.

  a
Roll

Balok peluncur

 Jarak tinggi “a“ tersebut diatas, jangan terlalu tinggi dan jangan terlalu
rendah, cukup untuk memasang ganjal saja.

 Dengan memperhatikan elevasi ganjal pada abutment tersebut, dipasang :


- Balok peluncur, dengan panjang melebihi satui trave jembatan dan
memiliki kemampuan menahan momen dan gaya geser yang terjadi
selama peluncuran.
- Rel untuk landasan roller yang berada diujung belakang jembatan
pembantu, dengan panjang sesuai kebutuhan untuk mengatur ujung
jembatan duduk tepat pada abutmentnya. Rel ini harus cukup kuat
untuk menahan
- beban dan gaya geser yang terjadi pada saat peluncuran tanpa
mengalami perubahan.

31
 
Panjang
Trave

Panjang balok peluncur

  
Roll

Rel Balok peluncur

 Setelah rel dan balok peluncur terpasang dengan baik, maka jembatan,
linking steel, dan jembatan pembantu dipasang didarat, diatas rel dan
balok peluncur, dengan menggunakan ganjal seperti penyetelan pada
sisitim perancah.

32
 Disiapkan 6 (enam) buah Roller, dengan daya dukung sebesar berat
rangkaian jembatan yang akan diluncurkan. Pada masing-masing sisi
dipasang 3 buah Roller, satu di ujung belakang yang kedua di diatas
balok peluncur dan yang ketiga dipasang dibelakang roller kedua.
 Bila seluruh rangkaian jembatan (termasuk juga jembatan pembantu)
telah selesai terpasang, dan sambungan-sambungan telah cukup kuat
sesuai persyaratan, maka kedua ujung jembatan diangkat dengan jack
(dongkrak) untuk melepas ganjal-ganjal, dan memasang Roller I, II, III.
Kemudian dongkrak diturunkan pelan-pelan sehingga jembatan terletak
dan didukung oleh Roller-Roller yang telah dipasang.

Roll
Ganjal Balok peluncur
Rel

 Setelah rangkaian jembatan siap untuk diluncurkan, dipasang kabel


dibagian depan untuk menarik, dan dibagian belakang untuk menahan
laju peluncuran. Untuk menahan laju peluncuran biasanya digunakan
mesin Lier yang dikaitkan ke angker blok. Selanjutnya penarikan
dilakukan menggunakan mesin derek (winch) yang dapat menarik secara
halus (tidak tersendat-sendat).

Lingking Steel
Kabel penahan
Abutment

Jembatan pembantu Jembatan Utama

Sungai

33
 Peluncuran jembatan dilakukan trave demi trave, untuk memberi
kesempatan pemindahan Roller yang sudah melewati balok peluncur.

Roll yang sudah menggantung didepan dipindahkan kebelakang


secara manual. Begitu seterusnya.

 Setelah ujung jembatan sampai pada tempat perletakan di abutment


seberang sungai, maka kedua ujung jembatan di dongkrak untuk
memasang ganjal-ganjal yang diperlukan.

a
Roll

Balok peluncur

34
 Setelah jembatan bertumpu pada ganjal-ganjal tersebut, maka jembatan
pembantu dan struktur penyambung (linking steel) dibongkar, dan Roller-
roller serta balok peluncur disingkirkan.

 Kegiatan selanjutnya dari pengencangan baut sampai dengan


pengecoran lantai beton, sama dengan yang telah diuraikan didepan
pada sistim perancah.

35
Untuk jembatan dengan bentang lebih dari dua, peluncuran dapat dilakukan
dari arah mana saja, dan jembatan pembantu (counter weight) tidak
diperlukan, karena jembatan bentang yang satu dapat difungsikan sebagai
jembatan penyeimbang. Proses peluncuran pada dasarnya sama dengan
bentang tunggal, hanya perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut :

 Tidak diperlukan jembatan pembantu (penyeimbang), tetapi untuk


keperluan peluncuran, satu dengan yang lain dirangkai jadi satu dengan
bantuan struktur penyambung (linking steel), yang kemudian akan
dilepas kembali setelah masing-masing bentang terletak ditempatnya.
 Untuk jembatan dengan 2 (dua) bentang yang tidak sama panjangnya,
diusahakan agar bentang yang pendek pada waktu peluncuran berada
pada posisi didepan.

L1  L2

L1 L2
Bila karena keadaan, penyetelan jembatan yang lebih panjang berada
pada posisi depan, maka jembatan yang pendek perlu ditambah
pemberat sebagai counter weight.

L1  L2

L1 L2

36
III. CARA PEMASANGAN RUBBER BEARING.
Pemasangan rubber bearing dilaksanakan dengan urutan sebagai berikut
3.1. Jembatan diletakkan di atas perletakan sementara (ganjal)
sebelum didongkrak

3.2. Dongkrak/jack dipasang dibawah ujung kiri & kanan gelagar


melintang di atas abutment/pier.

37
3.3. Dongkrak dinaikkan sehingga jembatan terangkat setinggi yang
diperlukan, kemudian balok perletakan sementara bagian atas diambil,
dan dipasang balok ganjal/pengaman pada gelagar melintang.

38
3.4. Letakkan rubber bearing pada posisinya dengan didasari triplex
untuk mencegah kerusakan pada saat pengepresan, kemudian sisi
atas rubber bearing diolesi lem.

3.5. Dongkrak dinaikkan sedikit, kemudian diambil sebagian ganjal


pengaman, dan dongkrak diturunkan lagi sampai perletakan jembatan
bertumpu pada rubber bearing.

39
3.6. Rubber Bearing dibebani jembatan selama 15 s/d 20 menit, sampai
lem betul-betul rekat.

3.7. Jembatan di dongkrak naik, balok pengaman ditambah tingginya,


balok pada perletakan diambil seluruhnya, dan permukaan perletakan

40
dibersihkan.

41
3.8. Perletakan dengan rubber bearing yang melekat, dibiarkan
menggantung menunggu pemasangan mortar di bawah rubber
bearing.

3.9. Dipasang mortar pada posisinya dengan ketebalan 50 mm.

42
3.10. Jembatan di dongkrak naik, ganjal pengaman diambil, dan
kemudian jembatan diturunkan lagi pelan-pelan.

3.11. Jembatan diturunkan terus sehingga menekan mortar yang masih


basah.

43
3.12. Ganjal pengaman dipasang lagi dengan konstruksi Baji / pasak
untuk memudahkan melepasnya, kemudian dongkrak diambil.

Baji

3.13. Mortar yang berlebihan disekeliling rubber bearing dibersihkan/


dibuang, dan difinish dengan rapi.

44
3.14. Setelah 3 (tiga) hari kemudian, ganjal pengaman dapat diambil
dengan cara melepas baji.
Dan setelah baji dilepas , maka seluruh ganjal dapat diambil .

45
IV. PERALATAN
Peralatan yang digunakan untuk pekerjaan pemasangan jembatan rangka
baja, pada umumnya adalah sebagai berikut :

1.1. Pekerjaan persiapan

46
 Bulldozer, digunakan untuk meratakan tanah lokasi penumpukan
material jembatan dan lokasi pemasangan jembatan didarat (oprit
jembatan), apabila tidak mungkin dilakukan dengan hanya
menggunakan tenaga manusia .
 Theodolite, Water pass, dipergunakan untuk menetapkan As
jembatan dan titik-titik lain yang diperlukan selama pemasangan
jembatan, disamping juga untuk menetapkan pedoman elevasi.
 Crane (Mobile crane/Crawler crane), dipergunakan untuk
membantu menurunkan material jembatan dan penyusunannya di
tempat penumpukan, bila batang-batangnya berukuran besar dan
terlalu berat untuk diangkat dengan tenaga manusia

1.2. Pemasangan Jembatan di darat


 Crane, bila diperlukan dapat digunakan untuk mengangkat batang-
batang rangka jembatan, meletakkan batang-batang satu persatu
atau batang yang telah terangkai, pada tempatnya atau membantu
memegangi batang selama proses pemasangan.
 Besi Grip, untuk membantu penyatuan/penyambungan batang-
batang sebelum konstruksi sambungan yang sebenarnya (las atau
paku keling atau baut) digunakan.
 Alat-alat atau perlengkapan untuk konstruksi sambungan,
berupa mesin las atau alat untuk memasang paku keling atau alat
untuk mengencangkan baut (yang manual atau yang menggunakan
compresor).
 Torsimeter, untuk mengukur kekencangan baut sesuai dengan
yang dikehendaki.
 Linking Steel (alat penyambung sementara antara 2 bentang
jembatan) yang diperlukan selama pemasangan.
 Jack (dongkrak) hidrolis, untuk mengangkat atau menurunkan
jembatan.

47
Alat ini ada bermacam-macam kemampuan/daya angkatnya, dan
dipilih sesuai dengan berat beban yang akan diangkat.

1.3. Pemasangan Jembatan Secara Cantilever

 Lori dan Rel, untuk membantu angkutan horizontal batang-batang


jembatan yang akan dipasang.
Lori ini berjalan di atas rel yang dipasang diatas gelagar bawah
jembatan yang telah dipasang di darat.
 Jeep Crane, alat untuk mengangkat batang-batang jembatan dari
atas lori dan membantu menahan selama pemasangan.
Alat ini bergerak disepanjang batang atas jembatan yang telah
terpasang.
 Alat-alat lain, untuk pemasangan batang-batang jembatan seperti
yang diuraikan pada butir 3.2.

1.4. Peluncuran Jembatan

 Jack (dongkrak) untuk membantu menaikkan atau menurunkan


jembatan pada saat pemasangan dan pelepasan roller.
 Roller, untuk membantu mempermudah peluncuran jembatan
(dipasang sebagai roda peluncur)
Roller ini ada beberapa jenis, tergantung daya dukungnya.

 Winch, untuk menarik jembatan pada saat peluncuran, dilengkapi


dengan sling (kabel) baja.
Alat ini diletakkan di abutment seberang, dengan fondasi yang
cukup kuat untuk menahan gaya horizontaal pada saat penarikan
jembatan.

48
 Rel, berupa baja profil untuk landasan gerak roller.
Panjang rel disesuaikan dengan kebutuhan.
 Balok peluncur, untuk landasan gerak roller, berfungsi seperti rel,
dipasang di dekat abutment tempat peluncuran dan panjangnya
lebih sedikit dari panjang trave rangka baja.
 Alat-alat lain, yang dipakai untuk pemasangan batang-batang
jembatan seperti diuraikan pada butir 3.2.

V. P E NUTUP
Demikianlah uraian tentang construction method pelaksanaan jembatan
rangka baja ,secara garis besar . Pada dasarnya memang hanya ada tiga
macam method yaitu : Sistim Perancah , sistim Cantilever , dan Sistim
Peluncuran ( Launching ).

49
Didalam praktek , sering dilakukan kombinasi diantara tiga method dasar
tersebut . Misal untuk jembatan bentang darat menggunakan sistim perancah
karena masih memungkinkan ( tidak ada air ), sedang bagian tengah sungai
menggunakan sistim cantilever .
Pemilihan methode yang akan digunakan selain dipengaruhi oleh kondisi
alam setempat , kadang juga perlu dipikirkan kebiasaan dari tenaga yang
digunakan ( pengalamannya ), disamping itu juga ketersediaan peralatan
yang ada . Dengan diketahuinya beberapa alternatif method pelaksanaan,
maka sudah dipastikan bahwa biaya pelaksanaan sangat dipengaruhi oleh
method yang akan digunakan . Oleh karena itu kebijakan pemilihan method
pelaksanaan , harus dipertimbangkan dalam membuat cost estimasinya .
Demikianlah mudah-mudahan buku ini bermanfaat bagi yang lain , terutama
tentunya bagi para mahasiswa fakultas teknik jurusan sipil .
Namun demikian, buku ini tentu belum sempurna . Oleh karena itu kritik dan
saran dari pembaca sangat kami harapkan untuk memperbaiki terbitan
berikutnya .

Jakarta , 2005
Ir. Asiyanto , MBA , IPM

DAFTAR PUSTAKA
1. Manual Erection Jembatan Callender Hamilton
2. Pengalaman sendiri

50

Anda mungkin juga menyukai