Anda di halaman 1dari 9

EFEKTIVITAS PRINSIP CIRCULAR ECONOMY

INFRASTRUCTURE DALAM PEMANFAATAN LIMBAH


FABA MENDUKUNG INFRASTRUKTUR JALAN YANG
RAMAH LINGKUNGAN DAN BERKELANJUTAN
Muhamad Hilmi Fadhlurohman
Institut Teknologi Garut
2211088@itg.ac.id

Abstract
The progress of the industrial sector in Indonesia continues to be carried out to encourage the
national economy. The increase in the industrial sector has a negative impact with an increase
in the amount of waste generated. If not handled, it will cause pollution and negatively impact
the environment, one of which is waste from coal production. The increasing price of
construction materials has made coal waste an economical and environmentally friendly
solution to reduce the buildup and pollution of waste. Provision of infrastructure supports
activities (6R) Rethink, Refuse, Repair, Reduce, Reuse and Recycle. Thus, the role of the
infrastructure is expected to support circularity to realize a sustainable infrastructure.
Keywords: Circular Economy Infrastructure, FABA Waste, RPJPN 2045, Sustainable
Development
Abstrak
Kemajuan sektor industri di Indonesia terus dilakukan untuk mendorong perekonomian
nasional. Peningkatan sektor industri berdampak negatif dengan adanya peningkatan jumlah
limbah yang dihasilkan. Jika tidak ditangani akan menimbulkan pencemaran dan berdampak
buruk bagi lingkungan, salah satunya limbah hasil produksi batu bara. Meningkatnya harga
bahan konstruksi, menjadikan limbah batu bara sebagai solusi ekonomis dan ramah lingkungan
dalam upaya mengurangi penumpukan dan pencemaran limbah. Penyediaan infrastruktur yang
mendukung pelaksanaan aktivitas (6R) Rethink, Refuse, Repair, Reduce, Reuse and Recycle.
Dengan demikian, peran infrastruktur tersebut diharapkan dapat mendukung sirkularitas guna
mewujudkan infrastruktur yang berkelanjutan.
Kata kunci: Circular Economy Infrastructure, Pembangunan berkelanjutan, Limbah FABA,
RPJPN 2045

PENDAHULUAN
Kemajuan sektor industri di Indonesia terus dilakukan untuk mendorong perekonomian
nasional. Peningkatan sektor industri berdampak negatif dengan adanya peningkatan jumlah
limbah yang dihasilkan. Jika tidak ditangani akan menimbulkan pencemaran dan berdampak
buruk bagi lingkungan, salah satunya limbah hasil produksi batu bara.
Produksi batu bara pada tahun 2010 diperkirakan sekitar 230 juta ton. Dengan jumlah yang
melimpah, batu bara menjadi salah satu pilar sumber energi Indonesia. Kementerian Energi dan
Sumber Daya Mineral memperkirakan kegiatan pengoperasian Pembangkit Listrik Tenaga Uap
(PLTU) batu bara menghasilkan limbah sekitar 8,31 juta ton pada tahun 2019. Semakin
meningkatnya pemakaian batu bara, maka beban lingkungan juga akan semakin berat dan perlu
diantisipasi dengan pemakaian teknologi batu bara bersih dan pemanfaatan secara optimal dari
limbah batu bara.
1
Meningkatnya harga bahan konstruksi, menjadikan limbah batu bara sebagai solusi ekonomis
dan ramah lingkungan dalam upaya mengurangi penumpukan dan pencemaran limbah. Limbah
FABA dikategorikan limbah non B3 setelah dihapuskan dari kategori limbah B3, tertulis pada
pasal 458 (3) Huruf C PP 22/2021. Hal tersebut dilakukan untuk mencapai pembangunan
berkelanjutan di Indonesia, berdasarkan:
a) Terwujudnya pembangunan berkelanjutan untuk meningkatkan kualitas hidup manusia dari
beberapa aspek.
b) Meningkatnya pemanfaatan FABA secara baik dan benar.
Pengembangan teknologi penggunaan dan peningkatan daya guna limbah industri menuju
aplikasi teknologi material berkelanjutan atau sustainable material tersebut sejalan dengan
RPJPN 2005-2045, sasaran pembangunan jangka menengah 2020-2024 adalah mewujudkan
masyarakat Indonesia yang mandiri, maju, adil, dan makmur melalui percepatan pembangunan
di berbagai bidang, salah satunya dalam bidang pembangunan infrastruktur.
Dengan mengusung prinsip Circular Economy Infrastructure, melalui prinsip ini infrastruktur
akan memiliki dua peran penting. Pertama, meningkatkan penerapan 'Sirkularitas Infrastruktur'
yaitu infrastruktur yang dibangun melalui pemanfaatan sumber daya secara optimal dan minim
limbah. Lalu, peran kedua adalah meningkatkan penyediaan 'Infrastruktur untuk Sirkularitas',
yaitu penyediaan infrastruktur yang mendukung pelaksanaan aktivitas (6R) Rethink, Refuse,
Repair, Reduce, Reuse and Recycle. Dengan demikian, kedua peran infrastruktur tersebut
diharapkan dapat mendukung sirkularitas guna mewujudkan infrastruktur yang berkelanjutan.
Selain bermanfaat untuk mencegah pencemaran lingkungan, publikasi ini juga dapat
mendukung program Sustainable Development Goals (SDGs) dalam poin 9, 13 dan 15,
mengenai:
a) Poin 9: Industry, Innovation and Infrastructure
b) Poin13: Climate Action
c) Poin 15: Life on land

METODE PENELITIAN
Metode penelitian merupakan langkah yang diambil untuk mendukung proses penelitian yang
dibuat, agar studi ini dapat berjalan terarah dan sistematis. Circular Economy Infrastructure
dapat diketahui, khususnya yang terkait dengan dukungan Pemerintah, dilakukan pendekatan
dengan metode kualitatif untuk menentukan kebutuhan dukungan pemerintah untuk proyek-
proyek jalan yang sedang berada dalam tahap perencanaan.

TINJAUAN PUSTAKA
Penelitian mengenai pemanfaatan limbah batu bara dari kegiatan penambangan khususnya dari
perspektif bahan konstruksi pengganti semen. Penulis memaparkan beberapa di antaranya yang
tersusun dalam bentuk karya ilmiah yang sudah ada, guna menghindari duplikasi penelitian
terhadap objek yang sama. Penegasan tentang orisinalitas publikasi ini dimaksudkan untuk
menghindari pengulangan atau duplikasi terhadap sebuah tema dengan fokus kajian yang sama.
Adapun beberapa penelitian atau literatur yang membahas tentang hal tersebut antara lain:
Pertama, Sri Prabandiyani Retno Wardani dalam penelitiannya yang berjudul “Pemanfaatan
Limbah Batu Bara (Fly Ash) untuk Stabilisasi Tanah Maupun Keperluan Teknik Sipil Lainnya
dalam Mengurangi Pencemaran Lingkungan.” Pada penelitian tersebut peneliti memfokuskan
2
pada keberadaan limbah batu bara untuk dimanfaatkan dalam dunia teknik sipil yang
diharapkan dapat membantu pemerintah dalam menangani permasalahan limbah yang ada.
Kedua, Sri Prabandiyani Retno Wardani dalam penelitiannya yang berjudul “Pemanfaatan
Limbah Batu bara (Fly Ash) untuk Bahan Stabilisasi Tanah Dasar Konstruksi Jalan yang Ramah
Lingkungan.” Pada penelitian tersebut peneliti memfokuskan pada kelayakan limbah FABA
untuk digunakan sebagai bahan campuran beton dalam proses stabilisasi menggunakan semen
dengan bahan konstruksi yang relatif ekonomis.
Perbedaan-perbedaan dari penelitian terdahulu adalah penelitian yang akan dilakukan penulis
membahas lebih khusus terkait pembangunan infrastruktur jalan ditinjau dari prinsip Circular
Economy Infrastructure dalam pemanfaatan limbah FABA dari hasil pembakaran PLTU
Batubara untuk meminimalisir pencemaran dan anggaran biaya dan kaitannya dengan konsep
SDGs dalam pembangunan berkelanjutan.

PEMBAHASAN

Circular Economy Infrastructure


Lingkungan merupakan bagian yang perlu diperhatikan secara serius dalam pembangunan
berkelanjutan. Prinsip yang ditawarkan kepada dunia adalah Circular Economy
Infrastructure merupakan sistem ekonomi yang bertujuan meminimalkan limbah dan
memanfaatkan sumber daya sebaik mungkin, sehingga dapat mengurangi jumlah bahan baru
yang digunakan dalam pembangunan infrastruktur dengan memaksimalkan jumlah bahan yang
lama yang telah didaur ulang. Sirkularitas pada prinsipnya memiliki enam prinsip utama, yaitu
Rethink, Refuse, Repair, Reduce, Reuse, dan Recycle (6R).
Dalam hal ini, prinsip Circular Economy Infrastructure memiliki potensi untuk perubahan
besar dalam proyek pembangunan infrastruktur. Pusat dari prinsip ini adalah mempertahankan
nilai sumber daya.
Tabel 1 Implementasi Circular Economy Infrastructure di Dunia

Negara Implementasi Circular Economy Infrastructure


Jepang, Singapura dan Korea Penerapan kota hijau (eco-city), penerapan
karakter konsumen yang bertanggung jawab.
Jerman Kebijakan lingkungan dengan isu keberlanjutan
bahan mentah dan sumber daya alam.
China Pada tahun 1990 membuat eco industrial park,
pembangunan teknologi, pengembangan produk
dan manajemen produksi.
Inggris, Denmark, Swiss dan Portugal Pengelolaan limbah
Amerika Utara dan Eropa Kolaborasi penelitian dan penerapan prinsip
reduce, reuse, recycledalam kehidupan sehari-hari
Sumber: (Winans et.al, (2017:826))
Pemanfaatan Limbah Sebagai Implementasi Circular Economy Infrastructure
Pada sektor limbah industri, pengelolaan limbah industri yang tepat diyakini berkontribusi
terhadap penurunan emisi GRK sebesar 1,69 persen. Secara jangka panjang, pengelolaan
3
limbah industri dapat memperbaiki kualitas air dan udara yang dapat memberikan dampak
positif terhadap kesehatan dan peningkatan produktivitas sumber daya manusia.
Transisi pembangunan rendah karbon perlu diselaraskan dengan dukungan pengembangan
teknologi dan inovasi. Upaya peningkatan teknologi rendah emisi perlu terus didorong sehingga
teknologi rendah karbon dapat semakin terjangkau dan memiliki nilai ekonomi yang lebih
menguntungkan. Hal ini akan memungkinkan upaya peningkatan pembangunan rendah karbon
dapat terlaksana dengan biaya, koordinasi, dan waktu yang lebih sedikit.
Pendekatan Circular Economy Infrastructure sendiri, titik beratnya adalah pada desain mikro,
di mana eksternalitas (limbah) dapat dikelola dengan baik, sehingga limbah juga dapat
bermanfaat dan menambah nilai bagi lingkungan dengan mengurangi dampak polusi.

Implementasi Circular Economy Infrastructure: limbah FABA


Sektor Industri batu bara merupakan sumber daya energi utama yang dihasilkan PLTU. Tingkat
produksi meningkat, menghasilkan jumlah limbah berupa polutan dari hasil pembakaran batu
bara juga melimpah. Hal tersebut akan memberikan dampak buruk pada lingkungan apabila
tidak dikelola dengan baik. Limbah dari hasil pembakaran batu bara tersebut dikenal dengan
FABA (Fly Ash dan Bottom Ash).
Tabel 2 Perkiraan Kontribusi Batubara Dalam Energi Pembangkit

Batu Bara untuk Energi


Batu Bara untuk Listrik yang Dihasilkan
Campur
Tahun
% Listrik Jumlah Jumlah
%
Keseluruhan (Juta Ton) (Juta Ton)
2002 (R) 34,8 19,9 14,3 14,3
2005 40 28,1 16,2 16,2
2010 50 47,7 18,4 18,4
2015 55 57,0 17,1 17,1
2020 60 72,0 19,2 96,0
Sumber: Rencana Tenaga Listrikan Indonesia (PLN)
Kontribusi batu bara dalam menghasilkan peningkatan dari tahun ke tahun, tentunya limbah
yang dihasilkan akan semakin besar. Menurut pasal 458 (3) Huruf C PP 22/2021 Limbah FABA
dikategorikan sebagai limbah nonB3. Menurut the U.S. Environmental Protection Agency
(EPA) – fly ash diklasifikasikan sebagai limbah “nonhazardous.” dan fly ash tidak
menyebabkan pencemaran pada air. Pemanfaatan limbah batu bara dapat digunakan dalam
sektor pembangunan infrastruktur. Namun, karena SDM Indonesia masih kurang dalam hal
pemanfaatan limbah, diharapkan dengan publikasi ini menjadi acuan dalam pemanfaatan
limbah mendukung pengurangan tingkat emisi karbon.

4
Tabel 3 Kategori Limbah Fly Ash dan Bottom Ash

Kategori Limbah FABA


Jenis
No. Setelah UUCK
Limbah Sebelum UUCK
Fasilitas Lain PLTU
Fly Ash B3; Kategori 2 B3; Kategori 2 Non-B3; Terdaftar
1.
(Kode 409) (Kode 409) (N106)
Bottom B3; Kategori 2 B3; Kategori 2 Non-B3; Terdaftar
2.
Ash (Kode 410) (Kode 410) (N107)
Sumber: PP101/2014 PLB3 dan PP22/2021 PPPLH
Perlu diketahui bahwa terdapat tiga jenis pembakaran batu bara pada sektor industri energi,
yaitu dry bottom boilers, wet bottom boilers, dan cyclone furnace. Jenis pembakaran dry bottom
boilers merupakan jenis yang paling umum digunakan. Abu yang dihasilkan dari aktivitas
pembakaran dengan tipe ini terdiri dari 80% abu terbang (fly ash) yang mengalir menuju corong
gas yang terkumpul dengan mekanisme presipitasi dan 20% abu dasar (bottom ash) yang
tertinggal di dasar tungku (Wardani, 2008).
Persentase tersebut dihasilkan ketika sebuah boiler batu bara pada fasilitas PLTU tidak
memiliki atau dilengkapi dengan mekanisme desulfurisasi gas buang atau flue gas
desulfurization (FGD) scrubber. Dengan adanya mekanisme FGD scrubber, komposisi FABA
dapat berubah menjadi persentase 62% untuk abu terbang dan, 18% abu dasar, dan sisa 19%
untuk lumpur FGD (Amerika Deonarine, dkk, 2015:1). Sementara kondisi eksisting di
Indonesia hanya terdapat empat pembangkit dengan 15 unit dari 177 unit yang beroperasi saat
ini yang memiliki mekanisme FGD scrubber. (Amrika Deonarine, dkk, 2015:1). Kondisi
tersebut dapat ditingkatkan dengan dihubungkannya Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan
Kehutanan Nomor 15 Tahun 2019 Tentang Baku Mutu Emisi Pembangkit Listrik Tenaga
Termal yang memperketat baku mutu emisi PLTU, yang dalam penelitian ini terfokus pada
PLTU berbahan bakar batu bara, sebagai berikut:
Tabel 4 Baku Mutu Emisi Pembangkit Listrik Tenaga Uap Berbahan Bakar

Parameter Kadar Maksimun (mg/Nm3)


Sulfur Dioksida (SO2) 200
Nitrogen Oksida (NOx) 200
Partikulat (PM) 50
Merkuri (Hg) 0,03
Sumber: Lampiran I Permen LHK Nomor 15 Tahun 2019 Tentang Baku
Limbah padat berupa FABA yang dihasilkan selama proses pembakaran batu bara memiliki
persentase 5-20% dari berat batu bara yang digunakan. Oleh karena itu, dikarenakan konsumsi
batu bara yang meningkat, maka polutan yang dihasilkan oleh PLTU menjadi banyak (Teddy
Prasetiawan, 2021:14).

5
Manfaat FABA dalam Pembangunan Infrastruktur Jalan Berkelanjutan
Suseno (2012) mengungkapkan bahwa material FABA cukup bermanfaat jika digunakan dalam
kebutuhan infrastruktur. FABA dapat digunakan untuk pembuatan substitusi bahan baku
bangunan seperti batu bata, semen dan juga batako. Menurut penelitian mengenai Produksi dan
cadangan batu bara Sumsel yang diberikan oleh Tim Kajian Batubara Nasional, Pusat Litbang
Teknologi Mineral dan Batubara tahun 2006, sebagai berikut:
Tabel 5 Kualitas dan Sumber Daya Batubara Sumatera Selatan

Kualitas Sumber Daya (Juta Ton) Cadangan


Kinerja (Juta
Kelas Hipotetik Tereka Terunjuk Terukur Jumlah Ton)
(Kal/gradb)
Kalori <5100 326.55 7,400.27 2,300.7 1,358.00 11,384.89 2,426.00
rendah
Kalori 5100-6100 198.03 1,692.28 9,139.87 366.06 11334.10 186.00
sedang
Kalori 6100-7100 0.00 31.00 433.89 14.00 478.89 67.00
tinggi
Sumber: 1 Pusat Litbang Teknologi Mineral dan Batu bara (2006)
Balai Bahan Jalan, Bina Teknik Jalan dan Jembatan, Direktorat Jenderal Bina Marga,
Kementerian Pekerjaan Umum dan Pekerjaan Rakyat telah melakukan kajian pemanfaatan
limbah untuk bahan konstruksi jalan termasuk limbah FABA dari PLTU Labuan Angin. Hasil
pengujian laboratorium menunjukkan bahwa limbah tersebut dapat digunakan sebagai bahan
lapis fondasi jalan dengan menambahkan semen sebagai bahan stabilisasi. Campuran dengan
komposisi tertentu antara fly ash, bottom ash, dan semen diproses untuk mendapatkan daya
dukung yang disyaratkan. Hasil pengujian tersebut dilakukan melalui beberapa tahapan, di
antaranya:
a) Pengujian kadar logam berat
Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui kandungan B3 yang terdapat pada Limbah FABA.
Dalam hasil pengujiannya menunjukkan kadar kandungan bahan beracun lebih kecil, sehingga
limbah FABA PLTU Labuan angin dapat digunakan untuk bahan konstruksi pengganti agregat
alam.
b) Pengujian Karakteristik Kimia
Pengujian ini diperlukan untuk mengetahui unsur kimia penyusun sebagai dasar penentuan
jenis bahan pengikat yang cocok digunakan. Hasil pengujian uji karakteristik kimia FABA
PLTU Labuan Angin bahwa SiO2 atau silika mendominasi pada limbah FABA, dari hal ini
dapat diketahui bahwa silika ini merupakan senyawa penting dalam proses hidrasi semen
sebagai bahan pengikat.
c) Pengujian Mutu Bahan
Berdasarkan hasil pengujian ini limbah FABA dapat dimanfaatkan sebagai bahan lapis fondasi
jalan, yang sesuai dengan ketentuan yang telah disyaratkan.

6
d) Pengujian Lapis Fondasi FABA
FABA dari PLTU Labuan Angin yang tidak jauh berbeda serta semen mudah diperoleh. Pada
rencana campuran lapis fondasi yang dirancang, fly ash sebagai agregat halus sementara bottom
ash sebagai agregat kasar akan dicampur dengan semen sebagai bahan pengikat.
Nilai keberterimaan adalah capaian daya dukung campuran pada waktu 7 hari harus mencapai
rentang syarat (25-40) kg/cm2 dengan nilai target uji laboratorium minimal mencapai 30
kg/cm2. Selain nilai daya dukung, derajat kepadatan juga menjadi persyaratan keberterimaan.
Perbandingan kepadatan lapangan terhadap kepadatan laboratorium harus lebih dari 98%.
Tabel 6 Hasil Uji Sifat Kimia FABA

Komposisi FABA dalam Campuran


Parameter
15%FA+85%BA 20%FA+80%BA 25%FA+75%BA 30%FA+70%BA
Kadar
7% 8% 9% 7% 8% 9% 7% 8% 9% 7% 8% 9%
semen
Kepadatan
1.70 1.68 1.70 1.71 1.71 1.72 1.73 1.71 1.71 1.57 1.59 1.70
maksimum
Kadar air
6.20 7.99 7.44 5.93 6.30 6.12 6.00 6.52 6.84 7.91 7.89 7.75
optimum
Daya
dukung (7 18.2 20.9 22.6 19.5 26.5 30.2 255 28.8 33.1 8.0 12.5 23.7
hari)

e) Pelaksanaan Uji Coba Lapangan


Dari segi kepadatan campuran menunjukkan bahwa derajat kepadatan yang diperoleh
memenuhi persyaratan keberterimaan yaitu lebih dari 98%. Daya kuat tekan yang diperoleh
masuk dalam rentang 20-40 kg/cm2.

KESIMPULAN
Prinsip Circular Econmy Infrastructure akan berdampak baik bila diterapkan Indonesia, salah
satunya dalam bidang pembangunan infrastruktur berkelanjutan. Selain itu, dengan
menerapkan prinsip ini, pemerintah juga mendukung RPJPN 2045 dalah menanggulangi
pengurangan emisi karbon yang ada, dengan cara memanfaatkan limbah. Limbah FABA yang
merupakan titik acuan menuju Indonesia peningkatan kesejahteraan masyarakat dan
pengembangan klaster lokal. Hal tersebut, didukung dengan keluarnya pasal 458 (3) Huruf C
PP 22/2021 tentang pengkategorian FABA dalam Limbah Non-B3.
Hasil dari penelitian yang telah dilakukan, limbah FABA aman dan dapat dimanfaatkan dalam
konstruksi jalan. Sehingga kebutuhan dan akses masyarakat akan terpenuhi dengan biaya yang
ekonomis mendukung kesejahteraan masyarakat. Akses masyarakat yang terpenuhi dengan
infrastruktur yang memadai akan menciptakan pengembangan klaster lokal sehingga
menjadikan pembangunan yang berkelanjutan dan bersifat mandiri.

7
DAFTAR PUSTAKA
Purwanti, I. (2021). Konsep Dan Implementasi Ekonomi Sirkular Dalam Program Bank
Sampah Studi Kasus: Keberlanjutan Bank Sampah Tanjung. AmaNU: Jurnal
Manajemen dan Ekonomi, 4(1), 89-98.
Jauhari, Z., Fauzi, A., & Fauzi, U. J. (2018). Pemanfaatan Limbah Batubara (Fly Ash) Untuk
Bahan Stabilisasi Tanah Dasar Konstruksi Jalan yang Ramah Lingkungan. Jurnal Tekno
Global, 2(1).
Indonesia, R. (2020). Rencana pembangunan jangka menengah nasional 2020-2024. Peraturan
Presiden Republik Indonesia, 303.
Global Infrastructure Hub. 2021. Innovative Funding and Financing: Green and Circular
Infrastructure. Penerbit: G20 Infrastructure Working Group.
Krisnaya, Vigo Marcellino. 2021. Sustainable Infrastructure: Strategi Pembangunan Ramah
Lingkungan. https://wanaswara.com/sustainable-infrastructure-strategi-pembangunan-
ramah-lingkungan/. Diakses pada 24 Januari 2022.
Pangestu Pratama, Wibi. 2021. Sri Mulyani: Penurunan Emisi Karbon Sektor Energi Butuh
Biaya Rp3.500 Triliun!. https://ekonomi.bisnis.com/read/20211207/9/1474744/sri-
mulyani-penurunan-emisi-karbon-sektor-energi-butuh-biaya-rp3500-triliun. Diakses
pada 24 Januari 2022.
Laoli, Noverius. 2021. KTT G20, Jokowi usul tiga upaya bersama percepat pencapaian SDGs.
https://nasional.kontan.co.id/news/ktt-g20-jokowi-usul-tiga-upaya-bersama-percepat-
pencapaian-sdgs. Diakses pada 24 Januari 2022.
Wardani, S. P. R. (2008). Pemanfaatan limbah batubara (Fly Ash) untuk stabilisasi tanah
maupun keperluan teknik sipil lainnya dalam mengurangi pencemaran lingkungan.
BINEKA, Vol. 3 Edisi April 2022.
Rahmansyah, Riki. 2022. Inovasi Beton dari Limbah Batu Bara. Sumber:
https://mediaindonesia.com/humaniora/60077/inovasi-beton-dari-limbah-batu-bara.
Diakses pada 18 Oktober 2022.
Indriyati, T. S., Malik, A., & Alwinda, Y. (2019). Kajian pengaruh pemanfaatan limbah FABA
(Fly Ash dan Bottom Ash) pada konstruksi lapisan base perkerasan jalan. Jurnal Teknik,
13(2), 112-119.
Wigusti, A. E., Widyaningrum, A., Puspita, K. E., Trianingrum, S., Rosyidah, U., & Sofiyah,
S. (2022). IMPLEMENTASI KONSEP CREATING SHARED VALUE (CSV)
DALAM PEMANFAATAN FLY ASH BOTTOM ASH (FABA) OLEH PLTU
JATENG 2 ADIPALA OMU. Jurnal Ilmiah MEA (Manajemen, Ekonomi, &
Akuntansi), 6(2), 1930-1946.
Ika, Pipit. 2020. Pembangunan Rendah Karbon Jadi Prioritas dalam RPJMN 2020-2024.
Sumber: https://m.liputan6.com/bisnis/read/4384103/pembangunan-rendah-karbon-
jadi-prioritas-dalam-rpjmn-2020-2024. Diakses pada 16 Oktober 2022.
Sadida, Siti. 2022. Upaya RI Mencapai Target Penurunan Emisi Karbon. Sumber:
https://kbr.id/nasional/10-2022/upaya-ri-mencapai-target-penurunan-emisi
karbon/109787.html. Diakses pada 15 Oktober 2022.

8
Kalimasada, Bening. 2022. Prinsip Ekonomi Sirkular: Kunci Ekonomi Berkelanjutan. Sumber:
https://amf.or.id/prinsip-ekonomi-sirkular-kunci-ekonomi-berkelanjutan/. Diakses
pada 16 Oktober 2022.
Febriyani, N. H. (2022). Politik Hukum dan Pertanggungjawaban Pidana Korporasi Pasca
Penghapusan Status Limbah Fly Ash dan Bottom Ash Batubara Dari Kategori Limbah
Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) Menjadi Limbah Non-B3.

Anda mungkin juga menyukai