Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN PRAKTIKUM

ENERGI TERBARUKAN

BIOBRIKET

Oleh:
Wahyu Muchlisoh
NIM A1C020058

KEMENTRIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, RISET, DAN


TEKNOLOGI
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS PERTANIAN
PURWOKERTO
2023
DAFTAR ISI

Halaman
DAFTAR ISI ........................................................................................................... ii
I. PENDAHULUAN ........................................................................................... 1
A. Latar Belakang ........................................................................................ 1
B. Tujuan ...................................................................................................... 2
II. TINJAUAN PUSTAKA .................................................................................. 3
III. METODOLOGI .............................................................................................. 5
A. Alat dan Bahan ........................................................................................ 5
B. Prosedur Kerja ......................................................................................... 5
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN........................................................................ 7
A. Hasil ........................................................................................................ 7
B. Pembahasan ........................................................................................... 12
V. KESIMPULAN DAN SARAN ..................................................................... 18
A. Kesimpulan ........................................................................................... 18
B. Saran ...................................................................................................... 18
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 19
LAMPIRAN .......................................................................................................... 20

ii
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kelangkaan dan kenaikan harga minyak akan terus terjadi karena sifatnya
yang nonrenewable (tak terbarukan). Hal ini harus segera diimbangi dengan
penyediaan sumber energi alternatif yang renewable (terbarukan), melimpah
jumlahnya dan murah harganya sehingga terjangkau oleh masyarakat luas (Arni,
Labania and Nismayanti, 2014). Minyak bumi merupakan energi fosil yang bersifat
tidak dapat diperbarui, karena ketersediaannya di dalam bumi secara cepat atau
lambat akan semakin menipis, oleh karena itu perlu dan mendesak untuk mencari
sumber-sumber energi alternatif (Setiowati and Tirono, 2014).
Salah satu sumber energi alternatif yang digunakan yaitu energi biomassa.
Energi biomassa merupakan sumber energi alternatif yang perlu mendapat prioritas
dalam pengembangannya dibandingkan dengan sumber energi yang lain. Limbah
biomassa dapat dimanfaatkan menjadi bahan bakar alternatif, karena pada limbah
biomassa tersebut sangat mudah ditemukan dari aktivitas pertanian, peternakan,
kehutanan, perkebunan diberbagai daerah (Setiowati and Tirono, 2014). Di sisi lain,
Indonesia sebagai negara agraris banyak menghasilkan limbah pertanian yang
kurang termanfaatkan. Limbah pertanian tersebut dapat diolah menjadi suatu bahan
bakar padat buatan yang digunakan sebagai pengganti bahan bakar alternatif yang
disebut briket bioarang. Pembuatan briket bioarang dengan perbedaan komposisi
campuran bahan (limbah pertanian) akan mempengaruhi penyerapan kadar air,
kadar abu dan kualitas nilai kalor yang dihasilkan (Arni, Labania and Nismayanti,
2014). Biobriket adalah bahan bakar padat yang berasal dari sisa-sisa bahan
organik. Biobriket dapat digunakan sebagai alternatif bahan bakar bagi masyarakat
yang masih menggunakan minyak tanah karena saat ini minyak tanah sudah sulit
ditemui dan harganya mahal (Dharma, U. S., Rajabiah, N., & Setyadi, 2017).
Briket arang dapat dibuat dari bahan – bahan yang mengandung lignin dan
selulosa seperti limbah biomassa yang terdapat dalam kehidupan manusia yang
berupa tempurung kelapa dan serbuk kayu. Pembuatan briket arang dari limbah
biomassa dari tempurung kelapa dan serbuk kayu dapat dijadikan alternatif

1
penanggulangan sampah selain untuk menghasilkan sumber alternatif energi baru
(Setiowati and Tirono, 2014). Dalam praktikum ini akan menjelaskan tentang
pembuatan biobriket dari arang sekam padi dan arang tempurung kelapa.

B. Tujuan

1. Mengetahui proses pembuatan briket.


2. Mengetahui perbandingan bahan baku briket dengan perekat yang digunakan
dalam proses pembuatan briket.

2
II. TINJAUAN PUSTAKA

Kebutuhan energi mengalami peningkatan seiring dengan laju pertumbuhan


populasi dan ekonomi dunia. Di Indonesia, dalam blue print Pengelolaan Energi
Nasional 2006-2025 yang dirilis oleh Kementerian Energi dan Sumber Daya
Mineral (ESDM), (2006), kebijakan energi Indonesia memiliki sasaran antara lain
pada tahun 2025 akan tercapai penurunan peranan minyak bumi menjadi 26.2%,
gas bumi meningkat menjadi 30.6%, batu bara meningkat menjadi 32.7% (termasuk
briket batu bara), panas bumi meningkat menjadi 3.8%, dan energi terbarukan
meningkat menjadi 15% (Iskandar, Nugroho and Feliyana, 2019).
Sumber energi alternatif yang saat ini cukup banyak diteliti dan
dikembangkan adalah energi biomassa yang ketersediaannya melimpah, mudah
diperoleh, dan dapat diperbaharui secara cepat. Outlook Energi Indonesia
memperkirakan bahwa sumber daya lahan Indonesia mampu menghasilkan
setidaknya 434.000 GW atau setara dengan 255 juta barel minyak per tahun
(Indonesian Energy Outlook, 2002 dan Munawar dan Subiyanto, 2014). Biomassa
yang digunakan untuk bahan bakar biasanya masih memiliki nilai ekonomi yang
rendah seperti ampas tebu, tongkol jagung, sekam kopi, tempurung kelapa,
tempurung kelapa sawit, dan serbuk gergaji (Iskandar, Nugroho and Feliyana,
2019).
Energi biomassa dapat menjadi sumber energi alternatif pengganti bahan
bakar fosil (minyak bumi) karena beberapa sifatnya yang menguntungkan yaitu
dapat dimanfaatkan secara lestari karena sifatnya yang dapat diperbaharui
(renewable resources), relatif tidak mengandung sulfur sehingga tidak
menyebabkan polusi udara, dan mampu meningkatkan efisiensi pemanfaatan
sumber daya hutan dan pertanian. Biomassa merupakan campuran material organik
yang kompleks, terdiri atas karbohidrat, lemak, protein, dan sedikit mineral lain
seperti sodium, fosfor, kalsium, dan besi. Komponen utama biomassa tersusun atas
selulosa dan lignin (Arni et al., 2014).
Energi biomassa dapat menjadi solusi untuk mengatasi ketersediaan minyak
bumi yang semakin menipis. Energi biomassa merupakan sumber energi alternatif
terbarukan yang berasal dari limbah tumbuh-tumbuhan atau bahan organik yang

3
mudah ditemukan dan ketersediaannya yang melimpah, seperti limbah kayu, sekam
padi, ampas tebu, dan tempurung kelapa. Melimpahnya limbah tumbuh-tumbuhan
tersebut tentunya membuat energi alternatif ini mudah diciptakan dan sebagai
bentuk pemanfaatan limbah yang bernilai ekonomis. Salah satu pemanfaatan dari
limbah tumbuh-tumbuhan adalah sebagai bahan baku dalam pembuatan briket
arang. Bahan baku tersebut salah satunya yaitu tempurung kelapa. Tempurung
kelapa yang tidak digunakan dimanfaatkan sebagai bahan bakar pembuatan briket,
dimana tempurung kelapa diolah menjadi arang melalui proses karbonisasi.
Tempurung kelapa yang diolah menjadi briket mempunyai keuntungan tersendiri
karena dapat diproduksi secara sederhana dan jumlahnya yang berlimpah (Amin,
Pramono and Sunyoto, 2017).
Menurut Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian,
pembuatan briket membutuhkan bahan perekat supaya briket tidak mudah hancur.
Jenis perekat berpengaruh tehadap kerapatan, ketahanan tekan, nilai kalor bakar,
kadar air, dan kadar abu. Terdapat dua golongan perekat dalam pembuatan briket,
yaitu perekat yang berasap (tar, pitch, clay, dan molases) dan perekat yang kurang
berasap (pati, dekstrin, dan tepung beras). Pemakaian tar, pitch, clay, dan molases
sebagai bahan perekat menghasilkan briket yang berkekuatan tinggi tetapi
mengeluarkan banyak asap jika dibakar. Banyaknya asap pada saat pembakaran,
disebabkan adanya komponen yang mudah menguap seperti air, bahan organik, dan
lain-ain. Bahan perekat pati, dekstrin, dan tepung beras akan menghasilkan briket
yang tidak berasap dan tahan lama tetapi nilai kalornya tidak setinggi arang kayu.
Bahan perekat dari tumbuh-tumbuhan seperti pati (tapioka) memiliki keuntungan
dimana jumlah perekat yang dibutuhkan untuk jenis ini jauh lebih sedikit
dibandingkan dengan bahan perekat hidrokarbon. Namun kelemahannya adalah
briket yang dihasilkan kurang tahan terhadap kelembaban. Hal ini disebabkan
tapioka memiliki sifat dapat menyerap air dari udara (Asri, 2013).

4
III. METODOLOGI

A. Alat dan Bahan

1. Timbangan digital
2. Alat pencetak briket
3. Alat tulis
4. Pengaduk kayu
5. Panci
6. Bahan arang ( tempurung kelapa dan sekam padi )
7. Air
8. Tepung kanji

B. Prosedur Kerja

1. Persiapan alat dan bahan


2. Timbang bahan sesuai kebutuhan, kemudian lakukan proses pembakaran bahan
baku (pengarangan) hingga menjadi arang.
3. Arang yang sudah jadi dihaluskan, hingga menjadi serbuk.
4. Timbang arang yang telah menjadi serbuk (150 gram) dan timbang tepung
kanji (100 gram) dengan timbangan digital
5. Buat bahan perekat dengan cara tepung kanji dicampur dengan air panas hingga
membentuk adonan kanji (1:2)
6. Campurkan adonan perekat dengan serbuk arang dengan perbandingan 10; 15;
20%
7. Mencetak adonan menggunakan alat pencetak briket, kemudian timbang
dengan timbangan digital
8. Mengoven briket selama 24 jam
9. Setelah 24 jam, menimbang briket, mengukur diameter luar dan dalam briket
10. Membakar briket sambil menghitung lamanya waktu briket terbakar sampai
menjadi abu dan bara api mati dengan sendirinya

5
11. Mencatat hasil pengamatan, menghitung volume, susut bobot dan densitas
briket

6
V. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

1. Alat dan Bahan Pengamatan


a. Timbangan digital

Gambar 1. Timbangan digital.

b. Alat pencetak briket

Gambar 2. Alat pencetak briket.

c. Alat tulis

Gambar 3. Alat tulis.

7
d. Pengaduk kayu

Gambar 4. Pengaduk kayu.

e. Panci dan kompor

Gambar 5. Panci dan kompor.

f. Bahan arang (tempurung kelapa dan sekam padi)

Gambar 6. Tempurung kelapa.

Gambar 7. Sekam padi.

8
g. Air

Gambar 8. Air.

h. Tepung kanji

Gambar 9. Tepung kanji.

i. Oven

Gambar 10. Oven.

2. Tabel Lembar Kerja


Tabel 1. Lembar kerja pengamatan biobriket
Massa Susut
No Diameter Tinggi Volume
Awal Akhir Bobot
1 52,2 27,7 24,5 3,5 6 57,70
2 58,6 26,5 32,1 3,2 5,5 44,21
3 55 22,4 32,6 2,8 5 30,77

9
➢ Massa awal = sebelum dioven
➢ Massa akhir = setelah dioven
➢ Susut bobot = massa awal – massa akhir
3. Perhitungan Volume Briket
a. Briket 1
1 2 1 2
𝜋 × (2 × 𝑑) × 𝑡 = 3,14 × (2 × 3,5) × 6

= 57,70
b. Briket 2
2 2
1 1
𝜋 ×( × 𝑑) × 𝑡 = 3,14 × ( × 3,2) × 5,5
2 2
= 44,21
c. Briket 3
1 2 1 2
𝜋 × (2 × 𝑑) × 𝑡 = 3,14 × (2 × 2,8) × 5

= 30,77

4. Tabel densitas dan lama pembakaran


Tabel 2. Densitas dan lama pembakaran biobriket
Densitas (g/cm3) Briket Lama bakar (menit)
0,48 1 30 menit 58 detik
0,60 2 31 menit 53 detik
0,73 3 32 menit 41 detik

5. Perhitungan Densitas
𝑚
𝜌= 𝑣

ρ = Densitas (g/cm3)
m = Massa akhir briket (g)
v = Volume briket (cm3)
a. Densitas Briket 1
𝑚
𝜌= 𝑣
27,7
𝜌= 57,70

= 0,48

10
b. Densitas Briket 2
𝑚
𝜌= 𝑣
26,5
𝜌= 44,21

= 0,60
c. Densitas Briket 3
𝑚
𝜌= 𝑣
22,4
𝜌= 30,77

= 0,73

6. Penjelasan Hasil Pengamatan Selama Praktikum


Pembuatan biobriket dilakukan dengan menggunakan arang tempurung
kelapa dan arang sekam padi yang dihaluskan kemudian dicampurkan dengan
tepung kanji yang sudah dicairkan dengan air panas lalu diaduk rata kemudian
dicetak menggunakan alat pencetak briket. Setelah briket dicetak kemudian di
oven selama kurang lebih 24 jam. Briket 1 dan 3 mengalami penyusutan
masing-masing pada diameter dan tingginya, sedangkan briket 2 tidak
mengalami penyusutan dari diameter dan tingginya. Pengaruh perbandingan
air dan tepung kanji menjadi faktor penentu nilai densitas dari biobriket
tersebut.

11
B. Pembahasan

Biomassa adalah bahan organik yang dihasilkan melalui proses fotosintesis


baik berupa produk maupun buangan. Contoh biomassa antara lain adalah
pepohonan, rumput, tanaman, limbah pertanian, limbah hutan, dan kotoran ternak.
Selain digunakan untuk tujuan primer yaitu sebagai serat, bahan pangan, minyak
nabati, bahan bangunan, pakan ternak dan lainnya, biomassa juga digunakan
sebagai bahan bakar. Bahan baku biomassa berasal dari bahan yang nilai
ekonomisnya rendah dan biasanya limbah setelah diambil produk primernya
(Almu, Syahrul and Padang, 2014). Biomassa merupakan bahan-bahan organik
berumur relatif muda dan berasal dari tumbuhan, hewan, produk dan limbah
industri budidaya (pertanian, perkebunan, kehutanan, peternakan, perikanan).Unsur
utama dari biomassa adalah bermacammacam zat kimia (molekul) yang sebagian
besar mengandung atom karbon (C). Biomassa secara garis besar tersusun dari
selulosa dan lignin (sering disebut lignin selulosa). Komposisi elementer biomassa
bebas abu dan bebas air kira-kira 53% massa karbon, 6% hidrogen dan 42%
oksigen, serta sedikit nitrogen, fosfor dan belerang (biasanya masing-masing
kurang dari 1%). Kadar abu kayu biasanya kurang dari 1% (Arni, Labania and
Nismayanti, 2014).
Keunggulan lain dari biomassa adalah harganya yang lebih murah
dibandingkan dengan sumber energi lainnya. Kondisi ini dapat terjadi karena
jumlahnya yang sangat melimpah dan umumnya merupakan limbah dari suatu
aktivitas masyarakat. Namun demikian, dengan range nilai kalor antara 3.000–
4.500 cal/gr, energi yang dikandungnya masih sangat potensial untuk dimanfaatkan
terutama dalam rangka membangkitkan energi panas. Biomassa juga dikategorikan
sebagai bahan bakar karbon netral. Salah satu teknologi yang memungkinkan dapat
merubah biomassa menjadi lebih praktis dan ekonomis yaitu briket. Teknologi ini
memungkinkan untuk meningkatkan karakteristik bahan bakar biomassa. Daya
tarik pada briket adalah kualitas briket sebagai bahan bakar yang meliputi sifat fisik
dan kimia termasuk nilai kalor yang dihasilkan dapat diatur melalui karakteristik

12
briket meliputi kepadatan, ukuran briket, kuat mampat, dan kandungan air (Arni,
Labania and Nismayanti, 2014).
Briket adalah bahan bakar yang dipadatkan dan dibentuk dalam cetakan.
Briket dapat berbentuk kubus maupun silinder dengan ukuran yang beragam. Briket
biasanya terbuat dari sampah-sampah atau limbah yang tidak digunakan lagi (Almu,
Syahrul and Padang, 2014). Biobriket merupakan bahan bakar briket yang dibuat
dari arang biomassa hasil pertanian (bagian tumbuhan), baik berupa bagian yang
memang sengaja dijadikan bahan baku briket maupun sisa atau limbah proses
produksi/pengolahan agroindustri (Vachlepi and Didin, 2013). Biobriket adalah
salah satu bentuk bahan bakar alternative yang bahan bakunya berasal dari biomasa.
Kelebihan dari penggunaan biobriket sebagai bahan bakar antara lain lebih murah,
lebih ramah lingkungan, dan merupakan sumber energi terbarukan. Karakteristik
biobriket merupakan satu hal yang perlu diperhatikan. Karakteristik biobriket
dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya bahan baku, waktu dan suhu
karbonisasi, serta jenis dan jumlah bahan perekat (Dharma, et al., 2017).
Briket arang dapat dibuat dengan dua cara, yaitu dengan membuat arang
kemudian dihaluskan dan dibuat briket atau dapat juga membentuk briket dengan
cara dimampatkan, kemudian diarangkan. Nilai kalor dari briket arang sekam padi
sebesar 2789 kal/g. Nilai kalor briket arang sekam padi yang dicampurkan dengan
arang kayu (50:50) sebesar 4526.097 kJ/kilogram (Subroto, 2016). Briket arang
tempurung kelapa mempunyai beberapa keunggulan dibandingkan dengan bahan
bakar padat konvensional yang lainnya, diantaranya mampu menghasilkan panas
yang tinggi, tidak beracun, tidak berasap, waktu pembakaran/nyala bara api yang
lebih lama, berpotensi sebagai pengganti batu bara, dan lebih ramah lingkungan
(Iskandar, Nugroho and Feliyana, 2019). Ada beberapa kelebihan briket
dibandingkan dengan bahan bakar padat yang lain adalah (Setiowati and Tirono,
2014):
1. Lebih hemat dan irit.
2. Panas lebih tinggi.
3. Nyala bara cukup lama dan tidak berjelaga sehingga peralatan masak tetap
bersih.
4. Aman (tidak beracun dan tidak meledak).

13
5. Abu briket dapat dimanfaatkan sebagai pupuk.
Sekam padi dan tempurung kelapa adalah biomassa yang dapat dijadikan
sebagai bahan pembuatan briket. Sekam padi merupakan limbah hasil pertanian dari
proses penggilingan padi yang selama ini belum dimanfaatkan secara optimal.
Menurut data The Potential of Biomass Residues as Energy Sources in Indonesia
dilaporkan bahwa energi yang dapat dihasilkan dari pemanfaatan sekam padi
sebesar 27x109 J/tahun sedangkan pada tempurung kelapa sebesar 6.8x109 J/tahun
(Dewi dan Siagian, 1992).
Tempurung kelapa dikategorikan sebagai kayu keras tetapi mempunyai kadar
lignin yang lebih tinggi dan kadar selulosa lebih rendah dengan kadar air sekitar 6-
9% (dihitung berdasarkan berat kering) dan terutama tersusun dari lignin, selulosa
dan hemiselulosa. Arang tempurung kelapa adalah produk yang diperoleh dari
pembakaran tidak sempurna terhadap tempurung kelapa. Arang lebih
menguntungkan daripada kayu bakar. Arang memberikan kalor pembakaran yang
lebih tinggi dan asap yang lebih sedikit (Arni, Labania and Nismayanti, 2014).
Abu sekam padi yang berasal dari sekam padi yang merupakan bahan yang
bisa dibilang tidak asing bagi masyarakat. Abu sekam padi merupakan limbah dari
pembakaran sekam padi, yang dalam pemanfaatanya masih belum maksimal. Pada
pembakaran batu bata yang menggunakan sekam padi dapat dilihat bahwa tidak
semua hasil pembakaran masih berupa abu, tetapi juga masih mengandung sedikit
arang sehingga bisa dikatakan nilai kalor dari bahan tersebut masih ada dan bisa
dimanfaatkan untuk menjadi bahan bakar (Almu, Syahrul and Padang, 2014).
Pada dasarnya pembuatan biobriket meliputi proses karbonisasi atau
pengarangan. Karbonisasi adalah proses mengubah bahan baku asal menjadi karbon
berwarna hitam melalui pembakaran dalam ruang tertutup dengan udara yang
terbatas atau seminimal mungkin. Prinsip proses karbonisasi adalah pembakaran
biomassa tanpa adanya kehadiran oksigen, sehingga yang terlepas hanya bagian zat
terbang (volatile matter), sedangkan karbonnya tetap tinggal di dalamnya (Asri,
2013).
Penambahan perekat dalam pembuatan briket arang dimaksudkan agar
partikel arang saling berikatan dan tidak mudah hancur. Perekat organi
menghasilkan abu yang relatif sedikit setelah pembakaran briket dan umumnya

14
bahan perekat yang efektif, misalnya tepung tapioka (kanji). Penggunaan perekat
kanji memiliki beberapa keuntungan, yaitu: harga murah, mudah pemakaiannya,
dan dapat menghasilkan kekuatan rekat yang kering tinggi (Amin, Pramono and
Sunyoto, 2017). Beberapa jenis perekat yang umum digunakan dalam pembuatan
briket adalah : perekat kanji, perekat tanah liat, perekat getah karet, perekat getah
pinus dan perekat buatan pabrik. Dalam penelitian ini pembuatan briket biomassa
menggunakan perekat dari tepung kanji, karena lebih mudah didapat dan harganya
relatif murah (Almu, Syahrul and Padang, 2014).
Pencetakan arang bertujuan untuk memperoleh bentuk yang seragam dan
memudahkan dalam pengemasan serta penggunaannya. Briket yang sudah dicetak
mengandung kadar air yang tinggi, oleh karena itu perlu dilakukan pengeringan.
Pengeringan yang dilakukan bertujuan untuk mengurangi kadar air dan
mengeraskan biobriket agar tahan terhadap benturan fisik dan ganguan jamur.
Proses pengeringan dapat dilakukan dengan 2 metode yaitu, dengan sinar matahari
langsung dan pengeringan dengan cara di oven (Asri, 2013). Analisis karakteristik
pembakaran biobriket di antaranya (Dharma, et al., 2017):
1. Nilai Kalor
Nilai kalor biobriket menunjukan nilai panas pembakaran yang dapat
dihasilkan oleh biobriket sebagai bahan bakar. Semakin tinggi nilai kalor
yang dihasilkan oleh bahan bakar biobiobriket, maka akan semkin baik pula
kualitasnya. Nilai kalor biobriket berkisar antara 3.000 - 7.500 kalori per
gram (Vachlepi and Didin, 2013).
2. Kadar Air
Semakin rendah kadar air semakin tinggi nilai pembakaran dan daya
pembakarannya, kadar air yang tinggi dapat menyulitkan pembakaran
biobiobriket. Penetapan kadar air ditujukan untuk mengetahui sifat
higrokopis (kemampuan menyerap air) biobriket dengan komposisi bahan
baku yang digunakan.
3. Kadar Abu
Abu merupakan bagian sisa dari proses pembakaran yang sudah tidak
memiliki unsur karbon lagi, unsur utama abu adalah silica dan pengaruhnya
kurang baik terhadap nilai kalor biobriket yang dihasilkan. Semakin tinggi

15
kadar abu semakin rendah kualitas biobriket karena kandungan abu yang
tinggi dapat menurunkan nilai kalor.
4. Nilai Kerapatan biobriket
Kerapatan di pengaruhi homogenitas campuran perekat dengan bahan baku,
dengan pengaduk yang merata maka biobriket yang dihasilkan akan
semakin kuat. Hal ini menyebabkan partikel bahan baku menjadi rata.
Semakin tinggi kerapatan maka akan mempengaruhi nilai kalor pada setiap
sampel biobiobriket. Namun, kerapatan biobriket yang terlalu tinggi
mengakibatkan biobriket sulit terbakar. Sedangkan kerapatan yang tidak
tinggi sehingga memudahkan untuk pembakaran karena semakin besar
rongga udara atau celah yang dapat dilalui oksigen dalam proses
pembakaran. Biobriket dengan kerapatan yang terlalu rendah dapat
mengakibatkan biobriket cepat habis dalam pembakarannya karena
bobotnya terlalu rendah dan terlalu banyak rongga udara.
5. Kuat Tekan
Kuat tekan merupakan daya tahan atau kekompakan biobriket terhadap
tekanan luar sehingga mengakibatkan biobriket tersebut pecah atau hancur.
Semakin besar nilai kuat tekan berarti menunjukkan daya tahan dan
kekompakan biobriket tersebut semakin baik
Faktor-faktor yang mempengaruhi sifat biobriket adalah berat jenis bahan
bakar atau berat jenis serbuk arang, kehalusan serbuk, suhu karbonisasi, dan
tekanan pada saat dilakukan pencetakan. Selain itu, pencampuran formula dengan
briket juga mempengaruhi sifat biobriket (Asri, 2013). Syarat biobriket yang baik
adalah biobriket yang permukaannya halus dan tidak meninggalkan bekas hitam di
tangan. Selain itu, sebagai bahan bakar, briket juga harus memenuhi kriteria sebagai
berikut (Asri, 2013):
1. Mudah dinyalakan
2. Tidak mengeluarkan asap
3. Emisi gas hasil pembakaran tidak mengandung racun
4. Kedar air dan hasil pembakaran tidak berjamur bila disimpan pada waktu
lama

16
5. Menunjukkan upaya laju pembakaran (waktu, laju pembakaran, dan suhu
pembakaran) yang baik.
Dalam praktikum yang telah dilakukan tentang pembuatan biobriket
menggunakan alat dan bahan seperti timbangan digital, alat pencetak briket, alat
tulis, pengaduk kayu, panci, bahan arang (arang tempurung kelapa dan arang sekam
padi), air secukupnya, tepung kanji, dan oven. Prosedur kerja pada praktikum ini
yaitu yang pertama menyiapkan alat dan bahan yang dibutuhkan, kemudian
haluskan arang tempurung kelapa dan arang sekam padi sampai sehalus mungkin
kemudian ditimbang masing-masing 25 gram dan dibuat masing-masing tiga
sampel, selanjutnya masak air dan masukan tepung kanji dengan masing-masing
takaran 5 gram; 7,5 gram; 10 gram untuk digunakan sebagai campuran arang yang
tujuannya untuk menjadi perekat briket, setelah dicampur kemudian adonan briket
dicetak menggunakan alat pencetak briket agar ukurannya sama, setelah dicetak
briket ditimbang masing-masing dan kemudian di oven kurang lebih 24 jam, dan
keesokan harinya briket di timbang kembali untuk mengetahui susut bobot pada
masing-masing ukuran briket, lalu bakar briket dan hitung lama waktu briket
terbakar sampai menjadi abu dan bara api mati dengan sendirinya, kemudian catat
semua hasil pengamatan mulai dari perhitungan volume briket sebelum di oven dan
sesudah di oven, susut bobot, dan densitas briket.
Hasil dari praktikum pembuatan biobriket perhitungan susut bobot dihasilkan
dari massa awal briket dikurangi massa akhir briket setelah di oven dengan briket
1 (perbandingan perekat 5 gram) mempunyai susut bobot 24,5. Briket 2
(perbandingan perekat 7,5 gram) mempunyai susut bobot 32,1 dan briket 3
(perbandingan perekat 10 gram) mempunyai susut bobot 32,6. Volume dari masing-
masing briket yaitu 57,70; 44,21; 30,77 yang dihitung dari rumus π × (½×d) × t dari
briket yang telat di oven. Kemudian untuk perhitungan densitas pada briket dihitung
dari massa akhir briket dibagi volume briket. Nilai densitas pada masing-masing
briket yaitu 0,48;0,60;0,73. Jadi dari praktikum yang sudah dilakukan dapat
disimpulkan bahwa perbandingan air dan tepung kanji menjadi salah satu faktor
penentu dari nilai densitas pada biobriket tersebut.

17
VI. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Kesimpulan pada praktikum ini yaitu mahasiswa mengetahui proses pembuatan


briket dan mampu mengetahui perbandingan bahan baku briket dengan perekat
yang digunakan dalam proses pembuatan briket. Prosedur kerja pada praktikum ini
yaitu yang pertama menyiapkan alat dan bahan yang dibutuhkan, kemudian
haluskan arang tempurung kelapa dan arang sekam padi sampai sehalus mungkin
kemudian ditimbang masing-masing 25 gram dan dibuat masing-masing tiga
sampel, selanjutnya masak air dan masukan tepung kanji dengan masing-masing
takaran 5 gram; 7,5 gram; 10 gram untuk digunakan sebagai campuran arang yang
tujuannya untuk menjadi perekat briket, setelah dicampur kemudian adonan briket
dicetak menggunakan alat pencetak briket agar ukurannya sama, setelah dicetak
briket ditimbang masing-masing dan kemudian di oven kurang lebih 24 jam, dan
keesokan harinya briket di timbang kembali untuk mengetahui susut bobot pada
masing-masing ukuran briket, lalu bakar briket dan hitung lama waktu briket
terbakar sampai menjadi abu dan bara api mati dengan sendirinya, kemudian catat
semua hasil pengamatan mulai dari perhitungan volume briket sebelum di oven dan
sesudah di oven, susut bobot, dan densitas briket.

B. Saran

Praktikum acara 3 ini sudah berjalan dengan lancar dan baik. Saran untuk
praktikum biobriket selanjutnya yaitu penggunaan alat untuk penumbuk arang agar
lebih efisien waktu dan tempat.

18
DAFTAR PUSTAKA

almu, M. A., Syahrul, S. And Padang, Y. A. (2014) ‘Analisa Nilai Kalor Dan Laju
Pembakaran Pada Briket Campuran Biji Nyamplung (Calophyllm Inophyllum)
Dan Abu Sekam Padi’, Dinamika Teknik Mesin, 4(2), Pp. 117–122. Doi:
10.29303/D.V4i2.61.

Amin, A. Z., Pramono And Sunyoto (2017) ‘Pengaruh Variasi Jumlah Perekat
Tepung Tapioka Terhadap Karakteristik Briket Arang Tempurung Kelapa’,
Sainteknol : Jurnal Sains Dan Teknologi, 15(2), Pp. 111–118.

Arni, Labania, H. M. And Nismayanti, A. (2014) ‘Studi Uji Karakteristik Fisis


Briket Bioarang Sebagai Sumber Energi Alternatif’, Online Jurnal Of Natural
Science, 3(March), Pp. 89–98.

Asri, S. (2013) ‘Efisiensi Konsentrasi Perekat Tepung Tapioka Terhadap Nilai


Kalor Pembakaran Pada Biobriket Batang Jagung (Zea Mays L.)’, Jurnal
Teknosains, 7, Pp. 78–89.

Dharma, U. S., Rajabiah, N., & Setyadi, C. (2017) ‘Pemanfaatan Limbah Blotong
Dan Bagase Menjadi Biobriket Dengan Perekat Berbahan Baku Tetes Tebu
Dan Setilage’, 6(1).

Iskandar, N., Nugroho, S. And Feliyana, M. F. (2019) ‘Uji Kualitas Produk Briket
Arang Tempurung Kelapa Berdasarkan Standar Mutu Sni’, Jurnal Ilmiah
Momentum, 15(2). Doi: 10.36499/Jim.V15i2.3073.

Setiowati, R. And Tirono, M. (2014) ‘Pengaruh Variasi Tekanan Pengepresan Dan


Komposisi Bahan Terhadap Sifat Fisis Briket Arang’, Jurnal Neutrino, 7(1),
P. 23. Doi: 10.18860/Neu.V7i1.2636.

Subroto (2016) ‘Karakteristik Pembakaran Briket Campuran Arang Kayu Dan


Jerami. Universitas Muhammadiyah Surakarta.’, 2(November), Pp. 136–142.
Available At: Http://Journal.Uinjkt.Ac.Id/Index.Php/Valensi%0akajian.

Vachlepi, A. And Didin, S. (2013) ‘Penggunaan Biobriket Sebagai Bahan Bakar


Alternatif Dalam Pengeringan Karet Alam Usage Of Bio-Briquette As
Alternative Fuel On Natural Rubber Drying’, Warta Perkaretan, 32(2), Pp. 65–
73.

19
LAMPIRAN

20

Anda mungkin juga menyukai