Anda di halaman 1dari 37

LOMBA KARYA TULIS ILMIAH

Engineering Research and Innovation Competition 2018

KAJIAN POTENSI BRIKET LIMBAH JAMUR KUPING DI KELOMPOK


AGRIBISNIS JAMUR ARGOSARI MENJADI ENERGI TERBARUKAN
SEBAGAI IMPLEMENTASI EKONOMI KREATIF DALAM
MENGHADAPI ERA REVOLUSI INDUSTRI 4.0
(ENERGI TERBARUKAN)

Diusulkan Oleh :
Beti Sunarniyati 17307144025/2017
Fikri Ariyanto 16511244006/2016
Metria Subehi 16305141052/2016

UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA


YOGYAKARTA
2018

i
ii
iii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .…………………………………………………………. i


HALAMAN PENGESAHAN ………………………………………………….. ii
KATA PENGANTAR. .……………………………………………………….. iii
DAFTAR ISI..……………………………………………………………......... iv
ABSTRAK.....………………………………………………………………..... vi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah………………………………………………………….1
B. Perumusan Masalah……………………………….……………………………….
2
C. Tujuan Penelitian………………………………….…………………………… 2
D. Manfaat Penelitian………………………………..……………………………. 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Jamur Kuping….....…………….………...................................................... 3
B. Briket ………...……………….…………………......................................... 3
C. Perekat............................................................................................................ 3
D. Pati Kanji…………………………………………………………………… 3
E. Pirolisa……………………………………………………………………… 3
BAB III METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian............................................................................................. 4
B. Sampel........................................................................................................... 4
C. Waktu dan Tempat Penelitian................................................................. 4
D. Subjek dan Objek Penelitian........................................................................ 4
E. Variabel Penelitian.................................................................................. 4
F. Alat dan Bahan............................................................................................. 5
G. Desain Penelitian.......................................................................................... 5
H. Analisis Ekonomi......................................................................................... 8
I. Analisa Data................................................................................................. 8
BAB IV PEMBAHASAN
A. Proses Pembuatan Briket Limbah Jamur Kuping......................................... 8
B. Kualitas Briket dari Limbah Jamur Kupin dibandingkan dengan Standar
iv
Briket Tela Ada............................................................................................. 9
C. Potensi Pemanfaatan Jamur Kupin Menjadi Briket Bila ditinjau dari
Aspek Ekonomi............................................................................................. 16
BAB V. PENUTUP
A. Kesimpulan.………………………………………………………….....…..... 19
B. Saran.………………………………………....………………………....…… 19
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................... 20
LAMPIRAN……………………………………………………………………..

v
KAJIAN POTENSI BRIKET LIMBAH JAMUR KUPING DI KELOMPOK
AGRIBISNIS JAMUR ARGOSARI MENJADI ENERGI TERBARUKAN
SEBAGAI IMPLEMENTASI EKONOMI KREATIF DALAM
MENGHADAPI ERA REVOLUSI INDUSTRI 4.0
Beti Sunarniyati, Fikri Ariyanto, Metria Subehi
Sunarniatibeti94@gmail.com
Universitas Negeri Yoyakarta

Abstrak : Indonesia merupakan Negara yang sebagian besar sumber energinya


adalah biomassa. Ketergantungan yang besar pada sumber energi fosil (minyak
bumi dan batu bara) telah menyebabkan terjadinya eksploitasi besar-besaran.
Pemanfaatan limbah pertanian (biomassa) ataupun limbah industri merupakan
salah satu alternatif pengganti bahan bakar dengan mengubahnya menjadi briket.
Salah satu biomassa yang berpotensi ini yakni limbah pertanian jamur kuping,
karena jumlahnya yang sangat melimpah namun belum terolah secara maksimal.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui proses pembuatan briket dari limbah
pertanian jamur kuping, kualitas briket dari pertanian jamur kuping dibandingkan
dengan standar briket yang telah ada, potensi pemanfaatan limbah pertanian jamur
kuping menjadi briket ditinjau dari aspek ekonomi. Waktu penelitian dilakukan
pada bulan November 2017 – Februari 2018 di Laboratorium Kimia UNY dan
Laboratorium Chemix Pratama. Metode penelitian yang digunakan adalah proses
karbonisasi limbah pertanian jamur kuping, pembuatan lem kanji, penyetakan
briket, pengeringan briket, serta pengujian kualitas yang meliputi besarnya kalor,
uji titik nyala, kadar air, kadar abu, kadar zat menguap, dan kadar karbon terikat.
Dari hasil penelitian ini diperoleh kesimpulan 1) Proses pembuatan briket limbah
pertanian jamur kuping adalah penyiapan bahan baku, proses karbonisasi
(pengarangan), penghalusan arang, pencampuran dengan bahan perekat,
pencetakan adonan, dan pengeringan. 2) Kualitas briket limbah pertanian jamur
kuping bila ditinjau dari briket standar yang paling baik dibandingkan variasi lain
adalah variasi E (3:2) dengan besar kalor 2.766 kal/g, titik nyala sebesar 180 oC,
kadar air sebesar 13,98%, kadar zat yang menguap sebesar 2,51%, kadar karbon
vi
terikat sebesar 83,51%. 3) Berdasarkan analisis ekonomi dengan perhitungan
BEP ini dapat diketahui bahwa dengan penjualan sejumlah 62 karung produk per
minggu, maka BEP sebesar 150 karung dengan harga satuan per produk Rp
40.000,- per karung.

Kata Kunci : Briket, Jamur kuping, biomassa

vii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ketergantungan yang besar pada sumber energi fosil telah menyebabkan
terjadinya eksploitasi besar-besaran pada sumber energi yang tidak dapat
diperbaharui. Pemanfaatan limbah pertanian merupakan salah satu altrernatif
pengganti bahan bakar dengan mengubahnya menjadi briket. Biomassa
sebenarnya dapat digunakan secara langsung sebagai sumber energi panas untuk
bahan bakar. Penggunaan biomassa sebagai bahan bakar secara langsung hanya
menghasilkan energi panas dan tidak efisien. Limbah pertanian merupakan salah
satu sumber biomassa yang dapat digunakan dalam kehidupan sehari-hari agar
praktis dapat dibentuk sebagai briket.Limbah pertanian merupakan masalah umum
didaerah pedesaan sering menimbulkan permasalahan, karena menjadi salah satu
penyebab pencemaran lingkungan. Sebagai contohnya adalah limbah pertanian
budidaya jamur kuping. Perkembangan pertanian jamur kuping ini di Indonesia
dalam beberapa tahun terakhir ini telah mengalami berbagai perbaikan dalam segi
diversifikasi produk pangan. Kondisi ini memberikan dampak yang sangat positif
terhadap pengembangan pembudidayaan jamur kuping.
Perkembangan pengelolaan budidaya jamur di Indonesia dilakukan dengan
cara dan media yang bermacam-macam pula. Permintaan pasar terus meningkat
karena semakin banyak saja masyarakat yang menyukai jamur kuping. Dengan
tingginya permintaan konsumen terhadap jamur kuping maka semakin banyak
pula limbah media jamur kuping yang dihasilkan. Salah satu pengurus kelompok
pembudidaya jamur kuping yang telah diwawancarai yaitu Kelompok Agribisnis
Jamur Argosari yang beralamat di Argosari Sedayu Bantul menyampaikan bahwa
setiap kali siklus budidaya jamur kuping (3 bulan) dengan kapasitas 6.000 baglog
jamur kuping dapat menghasilkan limbah media tanam jamur sekitar 1,5 ton yang
limbah tersebut sampai saat ini tidak dimanfaatkan hanya dibuang begitu saja.
Padahal dilihat dari potensi limbah pertanian jamur kuping sebagai sumber
energi alternatif sedemikian melimpah, namun belum terolah sepenuhnya.
Berawal dari hal tersebut diperlukan pengelolaan limbah pertanian jamur kuping
1
untuk dibuat menjadi briket dengan campuran bahan perekat yang terbuat dari
pati kanji. Diharapkan dengan melakukan penelitian briket dari limbah pertanian
jamur kuping dari Kelompok Agribisnis Jamur Argosari dapat meningkatkan nilai
ekonomi limbah dan mengetahui kualitas briket yang dihasilkan.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dapat diketahui rumusan masalah yakni:
1. Bagaimanakah proses pembuatan briket dari limbah pertanian jamur kuping?
2. Bagaimanana kualitas briket dari limbah pertanian jamur kuping
dibandingkan dengan standar briket yang telah ada?
3. Bagaimana potensi pemanfaatan limbah pertanian jamur kuping menjadi
briket bila ditinjau dari aspek ekonomi?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan dari pelaksanaan penelitian ini adalah:
1. Mengetahui proses pembuatan briket dari limbah pertanian jamur kuping.
2. Mengetahui kualitas briket dari limbah pertanian jamur kuping
dibandingkan dengan standar briket yang telah ada.
3. Mengetahui potensi pemanfaatan limbah pertanian jamur kuping menjadi
briket bila ditinjau dari aspek ekonomi.
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi peneliti
Dapat mengaplikasikan ilmu-ilmu yang didapat untuk dikembangkan lebih
lanjut, dan mengetahui manfaat lain dari pengolahan limbah pertanian
jamur kuping sebagai bahan bakar berupa briket.
2. Bagi Masyarakat
a. Menambah ketrampilan dan membuka lapangan kerja bagi masyarakat
luas mengenai briket dari limbah pertanian jamur kuping.
b. Melakukan pengolahan limbah secara terpadu menjadi briket untuk
peningkatan ekonomi dari limbah pertanian jamur kuping.
c. Sebagai sumber informasi untuk penelitian berikutnya.

BAB II
2
TINJAUAN PUSTAKA
A. Jamur kuping
Jamur kuping bersekat dan dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu:
miselium primer dan miselium. Pengomposan akan berjalan sempurna apabila
aktivitas mikroba didalamnya efektif dalam menguraikan senyawa-senyawa
komplek. Diantara beberapa jenis mikroba, cendawan diketahui mempunyai
aktivitas yang lebih tinggi dan jenis yang potensial diantaranya adalah
Phanerochaete chrysosporium , Trichoderma pseudokoningi dan T. ressei.
(Purnomowati,2015:1)
B. Briket
Briket adalah arang yang diperoleh dengan membakar tanpa udara
(pirolisa) biomassa kering dalam suatu bejana bermulut sempit. Kelebihan briket
adalah bentuk dan ukurannya seragam, karena briket dibuat dengan alat pencetak
yang bentuk dan ukurannya dapat diatur sesuai dengan yang dikehendaki dan
mempunyai panas dan pembakaran yang lebih tinggi disbanding arang
biasa.(Widarto, dkk, 1995: 16-17)
C. Perekat
Pembuatan briket membutuhkan perekat. Perekat berfungsi sebagai
penambah kestabilan pemanasan atau reporting dan kestabilan bentuk (pengikat
jaringan-jaringan arang agar tidak pecah).
D. Pati Kanji
Pati diperoleh dari pemisahan gluten dengan pati. Terdiri dari 70 hingga
350 unit glukosa yang berikatan membentuk rantai lurus. Dalam pembuatan briket,
pati berfungsi sebagai penambah kestabilan bentuk dan kestabilan panas
E. Pirolisa
Proses pirolisa dalam pembakaran biomassa ini merupakan dekomposisi
unsur-unsur kayu. Hal ini untuk menghindari pengabuan saat pembakaran. Proses
pirolisa ini bertujuan untuk menghilangkan berbagai senyawa organik seperti
getah (alkaloid, tar dan lain-lain) dan lignin sehingga dalam arang hanya
tertinggal karbon (Darvina. 2011).

3
Pati diperoleh dari pemisahan gluten dengan pati. Pati yang didapat dari
pemisahan ini merupakan bahan yang serbaguna. Pada saat dicuci, gluten ini
mengandung kira-kira 1% kotoran. Kotoran dibersihkan dengan penyaringan,
diaduk, kemudian dikeringkan. Senyawa pati sebenarnya adalah campuran dua
polisakarida yaitu Amilosa. Terdiri dari 70 hingga 350 unit glukosa yang
berikatan membentuk rantai lurus. Kira-kira 25% dari pati adalah amilosa.

BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen
B. Sampel
Dalam penelitian ini menggunakan sampel limbah pertanian jamur kuping
yang ada di Kelompok Agribisnis Jamur Argosari yang beralamat di Argosari
Sedayu Bantul Yogyakarta. Sedangkan pati kanji yang digunakan sebagai perekat
pembuatan briket dibeli dipasar.
C. Waktu dan Tempat Penelitian
Waktu penelitian dilakukan dari bulan November 2017 – Febuari 2018.
Tempat dilaksanakan penelitian ini adalah Laboratorium Fmipa Universitas
Negeri Yogyakarta dan Laboratorium Chemix Pratama.
D. Subjek dan Objek Penelitian
Subyek penelitiannya adalah briket limbah pertanian jamur kuping.
Sedangkan obyek penelitiannya besarnya kalor, uji titik nyala, kadar air, kadar
abu, kadar zat menguap, dan kadar karbon terikat.
E. Variabel Penelitian
Variabel bebas pada penelitian ini adalah variasi perbandingan campuran
lem kanji dalamlimbah pertanian jamur kuping.Variabel terikat adalah besarnya
kalor, uji titik nyala, kadar air, kadar abu, kadar zat menguap, dan kadar karbon
terikat. Variabel control dar penelitian ini keefektivitas briket dan perbandingan
komposisi bahan.

4
F. Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah neraca ohaus, muffle furnace,
oven, alat pencetak briket, lumpang porselin, gelas kimia, cawan ayakan, baskom,
pengaduk, kaleng bekas roti, plastik, dan korek api. Sedangkan bahan yang
digunakan dalam penelitian ini adalah limbah pertanian jamur kuping, larutan
kanji (lem), dan air.

G. Desain Penelitian
a) Tahap-Tahap Pelaksanaan
Tahap-tahap pelaksanaan pembuatan briket limbah pertanian jamur
kuping adalah sebagai berikut :
1. Analisis situasi / kajian pendahuluan
Pada tahap pendahuluan ini akan dilakukan kegiatan yang meliputi
persiapan observasi/survey ketempat sasaran di Kelompok Agribisnis
Jamur Argosari yang beralamat di Argosari Sedayu Bantul Yogyakarta.
2. Tahap persiapan alat-alat dan bahan
Pada tahap ini membahas penyediaan semua alat dan bahan yang
digunakan dalam pelaksanaan program pembuatan briket limbah pertanian
jamur kuping.
Dalam penelitian dibuat rancangan dengan 5 macam variasi
perbandingan yang tertera dalam tabel dibawah ini:
Tabel. 1 : Tabel Perbandingan Limbah Pertanian Jamur kuping + Larutan
Pati Kanji
Larutan Kanji
No Variasi Perbandingan Limbah (g)
(g)
Limbah Pertanian
1 A 300 -
Jamur kuping
2 B 1:0 300 -
3 C 1:1 300 300
4 D 1:2 300 600

5
5 E 3:2 300 200
Keterangan:
- Pada variasi A limbah pertanian jamur kuping belum dibakar (mentah)
- Pada variasi B sampai E limbah pertanian jamur kuping sudah dibakar.
Kelima variasi tersebut kemudian diamati besar kalor, uji titik
nyala, kadar air, kadar abu, dan kadar zat menguap yang dihasilkan oleh
masing-masing variabel briket.

b) Skema Penelitian
Limbah Jamur Tepung Kanji

Dikeringkan

Dibakar Dilarutkan Air

Dihaluskan LarutanKanji

Dibuat Variasi

Dicetak

Dikeringkan

Pengujian

Gambar 1. Skema Pembuatan Briket Limbah Pertanian Jamur kuping Dan


Pengujian Kualitasnya
c) Prosedur Analisa Titik Nyala
Prosedur analisa titik nyala (bakar) pada briket.
1. Meletakkan sampel briket pada cawan.
2. Memasukkan cawan pada alat pembakar Muffel Furnice.
3. Mengatur suhu sampai 500 0C.

6
4. Mengamati terjadinya titik nyala pada biobriket mulai suhu kamar
1000C.
5. Setelah terjadi nyala api, mesin dimatikan dan dicatat suhunya sebagai
titik bakar briket.
6. Mengulangi setiap percobaan sebanyak dua kali.
d) Kadar Air
Prosedur perhitungan kadar air briket menggunakan standar ASTM
D-3173 dengan rumus :
Ka =a − bx 100 %
a.
Dengan a : berat sampel (gram) dan b : berat kering tanur (gram).
e) Kadar Abu
Perhitungan kadar abu briket menggunakan standar ASTM D-3174
dengan rumus :
Kadar Abu = c − bx 100 %
a
Dengan, c : berat cawan + berat abu (gram), b : berat cawan (gram) dan a :
berat sampel (gram).
f) Kadar Zat Menguap
Perhitungan kadar zat menguap menggunakan standar ASTM D-
3175 dengan rumus :
Kadar zat menguap = a − dx 100 % - Ka (%)
a
Dengan a : berat awal (gram) dan d : berat setelah pemanasan (gram)
g) Kadar Karbon Terikat
Perhitungan kadar karbon terikat menggunakan standar ASTM D-
3172 dengan rumus :
Kadar karbon terikat (%) = 100 – (% Air + % Zat menguap)

7
H. Analisis Ekonomi
Analisis biaya dilakukan untuk mengetahui nilai jual dari briket
limbah pertanian jamur kuping. Untuk mengetahui nilai jual dari suatu
produk digunakan metode konvensional di mana setelah semua biaya
bahan briket limbah pertanian jamur kuping dijumlahkan kemudian
ditentukan harga jual yang diinginkan.
Nilai jualnya ditentukan dengan menggunakan metode BEP. Break
Even Point (BEP) Adapun rumus BEP adalah sebagai berikut:
BEP = A x B = (A x C) + D
Keterangan:
A: Jumlah produk perhari C: Biaya tidak tetap
pada keadaan BEP D: Biaya tetap
B: Harga jual
I. Analisa Data
Analisa data dilakukan secara kuantitatif, yakni data yang dilihat dari
kualitas dari penggunaan briket dari pemanfaatan limbah pertanian jamur
kuping dan ditinjau dari aspek ekonomi.

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Proses Pembuatan Briket Limbah Jamur Kuping
Penelitian ini dimulai dengan melakukan observasi di Kelompok Agribisnis
Jamur Argosari yang beralamat di Argosari Sedayu Bantul Yogyakarta. Kemudian
dari hasil wawancara dengan salah satu pengurus Kelompok Agribisnis Jamur
Argosari, limbah pertanian jamur kuping ini pemanfaatannya kurang maksimal
hanya dibuang begitu saja sehingga upaya untuk meningkatkan nilai guna limbah
tersebut belum ada. Dalam tiga bulan (satu siklus) budidaya ini bisa menghasilkan
1,5 ton pertanian jamur kuping yang sudah tidak produktif lagi. Dengan melihat
permasalahan itu kami melakukan penelitian pembuatan briket dari limbah
pertanian jamur kuping dengan mengambil beberapa sampel yang masih basah
untuk kami teliti dan di buat briket. Kemudian limbah pertanian jamur kuping
8
yang cenderung basah itu dikeringkan terlebih dahulu. Setelah limbah pertanian
jamur kuping kering, kemudian dilakukan proses karbonisasi di atas api sampai
terjadi perubahan warna dari coklat menjadi hitam. Lalu limbah pertanian jamur
kuping yang sudah hitam dicampur dengan larutan tepung kanji yang sudah
dipanaskan sebelumnya sampai homogen antara limbah pertanian jamur kuping
dengan tepung kanji. Setelah homogen lalu diayak kemudian campuran tersebut di
cetak menggunakan alat pencetakan. Setelah selesai pencetakan lalu di kering
anginkan selama 6 hari. Setelah itu briketsiap digunakan.
Faktor-faktor yang berpengaruh dalam pembuatan briket dari limbah
pertanian jamur kuping:
1. Penyiapan bahan baku
Bahan baku yang disiapkan dalam pembuatan briket berupa limbah
pertanian jamur kuping.
2. Proses karbonisasi (pengarangan)
Arang yang telah halus dicampurkan dengan bahan perekat sampai
membentuk semacam adonan yang cukup kering.
3. Pencetakan adonan
Pencetakan adonan mulai dilakukan saat arang bisa digumpalkan. Bentuk
cetakan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu berbentuk tabung.
4. Pengeringan
Briket limbah pertanian jamur kuping yang telah berbentuk langsung
dikeringkan di bawah sinar matahari atau menggunakan oven.
B. Kualitas Briket Dari Limbah Jamur Kuping Dibandingkan Dengan
Standar Briket Yang Telah Ada
Pada penelitian ini uji besar kalor dilakukan dengan 2 kali percobaan untuk
setiap variasi diperoleh hasil sebagai berikut:
Tabel. 2 : Data Besar Kalor Briket Limbah Jamur Kuping

No. Kode Ulangan I Ulangan II Rata-Rata


Sampel (Kal/g) (Kal/g) Kalor(Kal/g)

9
1. A 2.703,0300 2.642,5110 2.672,7705
2. B (1:0) 2.549,2450 2.569,5040 2.559,3745
3. C (1:1) 2.487,4030 2.427,6410 2.457,522
4. D (1:2) 1.942,6510 1.931,9230 1.937,287
5. E (3:2) 2.732,1410 2.799,9480 2.766,0445
Grafik besar kalor briket limbah pertanian jamur kuping

Gambar 2. Grafik Besar Kalor Briket Limbah Pertanian Jamur kuping


Dari variasi pencampuran lem dari tepung kanji tampak bahwa terdapat
perbedaan besarnya kalor. Hasil terbesar diperoleh pada variasi E (3:2). Adapun
besarnya kalor yang dihasilkan sebesar 2.766,0445 Kal/g. Sedangkan untuk
variasi B, C, dan D besarnya nilai kalor yang dihasilkan lebih kecil dari variasi A
dikarenakan mungkin adanya kadar air yang cukup tinggi dan pencetakan belum
merata.
Adapun uji titik nyala briket limbah jamur kuping dalam penelitian ini
dilakukan dengan 2 kali percobaan untuk setiap variasi, dan diperoleh hasil
sebagai berikut:
Tabel. 3 : Data Titik Nyala Briket Limbah Pertanian Jamur kuping
Titik Nyala
No. Variasi
T1 (0C) T2 (0C) Trata-rata (0C)
1 A 150 180 165
2 B (1:0) 200 180 190
3 C (1:1) 250 240 245
4 D (1:2) 250 230 240

10
5 E (3:2) 180 180 180
Grafik uji titik nyala briket limbah pertanian jamur kuping.

Gambar 3. Grafik Uji Titik Nyala Briket Limbah Pertanian Jamur kuping
Hasil terbesar diperoleh pada variasi C (1:1). Adapun besarnya titik nyala yang
dihasilkan sebesar 245 oC. Sedangkan untuk variasi B, D, dan E besarnya uji titik
nyala yang dihasilkan lebih besar dari variasi A hal ini menunjukkan adanya
peningkatan titik nyala antara limbah tanpa karbonisasi dengan briket yang telah
dicetak dengan proses karbonisasi.
Adapun uji kadar abu briket limbah pertanian jamur kuping dalam
penelitian untuk setiap variasi diperoleh hasil sebagai berikut:
Tabel. 4 : Data Uji Kadar Abu Briket Limbah Pertanian Jamur kuping
No. Kode Sampel Berat Awal (g) Berat Abu (g) Kadar Abu (%)
1. A 2,7 1,94 71,85
2. B (1:0) 7 5,019 71,7
3. C (1:1) 8,65 4,91 56,76
4. D (1:2) 15 5,23 34,87
5. E (3:2) 9,75 6,08 62,35
Grafik uji kadar abu briket limbah pertanian jamur kuping

11
Gambar 4. Grafik Uji Kadar Abu Briket Limbah Pertanian Jamur kuping
Hasil terbaik diperoleh pada variasi D (1:2). Adapun besarnya kadar abu
yang dihasilkan sebesar 34,87%. Sedangkan untuk variasi B, C, dan E besarnya
kadar abu yang dihasilkan lebih kecil dari variasi A hal ini menunjukkan adanya
pembakaran yang sempurna bila dibandingkan dengan kontrolnya artinya zat yang
terbakar lebih baik dari variasi A. Kabar abu ini sebanding dengan kandungan
bahan an-organik didalam bahan. Abu berperan menurunkan mutu bahan bakar
karena menurunkan nilai kalor.
Adapun uji kadar air briket limbah jamur kuping dalam penelitian
untuk setiap variasi diperoleh hasil sebagai berikut:
Tabel. 5 : Data Uji Kadar Air Limbah Pertanian Jamur kuping
Berat Awal Berat Rata-Rata
Kode Kadar Air( %)
No. (g) Kering(g) Kadar Air
Sampel
I II I II I II (%)
1. A 7,30 9,37 6,06 7,50 16,98 19,96 18,47
2. B (1:0) 13,52 4,40 11,78 12,46 17,3 15,69 16,49
3. C (1:1) 11,19 18,50 12,95 15,35 14,74 17,02 15,88
4. D (1:2) 17,50 17,87 12,38 12,14 29,25 32,06 30,66
5. E (3:2) 11,10 11,50 9,65 9,84 13,53 14,43 13,98

12
Gambar 5. Grafik Uji Kadar Air Briket Limbah Pertanian Jamur kuping
Dari variasi pencampuran lem dari tepung kanji tampak bahwa terdapat perbedaan
besarnya kadar air. Hasil terbaik diperoleh pada variasi E (3:2). Adapun besarnya
kadar air yang dihasilkan sebesar 13,98%. Sedangkan untuk variasi B dan C,
besarnya kadar air yang dihasilkan lebih baik dari variasi A. Sedangkan untuk
variasi D hasil kadar air lebih besar dikarenakan perbandingan antara limbah
pertanian jamur kuping dan lem tepung kanji perbandingannya lebih besar lem
tepung kanjinya sehingga banyak mengandung air. Kadar air bahan sangat
menentukan kualitas briket yang dihasilkan. Briket dengan nilai kadar air rendah
akan memiliki nilai kalor tinggi, briket ini dihasilkan dari jenis bahan yang
memiliki kadar air rendah. Semakin tinggi kadar air maka dalam proses
karbonisasi bahan akan lebih banyak kalor yang dibutuhkan untuk mengeluarkan
air tersebut menjadi uap sehingga energi yang tersisa dalam briket menjadi lebih
kecil.
Uji kadar zat yang menguap briket dalam penelitian untuk setiap variasi
diperoleh hasil sebagai berikut:
Tabel. 6 : Data Uji Kadar Zat yang Menguap Briket Limbah Jamur Kuping
Berat Awal Berat Setelah Kadar Zat Belum Rata-Rata Kadar
Kode (g) Pemanasan(g) Menguap (%) Kadar Zat Zat Yang
No.
Sampel Menguap Menguap
I II I II I II
(%) (%)
1. A 9,98 9,05 7,84 7,25 21,44 80,11 50,77 32,3
2. B (1:0) 15,08 14,23 11,90 12,22 75,6 14,12 44,91 28,42
13
3. C (1:1) 11,38 15,93 9,07 13,41 20,3 15,82 18,06 2,18
4. D (1:2) 22,82 21,24 14,37 13,58 37,02 36,15 36,63 5,97
5. E (3:2) 11,04 11,74 9,31 10,40 15,58 11,41 13,49 2,51
Grafik uji kadar zat yang menguap briket limbah jamur kuping

Gambar 6. Grafik Uji Kadar Zat Yang Menguap Briket Limbah jamur Kuping.
Dari variasi pencampuran lem dari tepung kanji tampak bahwa terdapat
perbedaan besarnya kadar zat menguap. Hasil terbaik diperoleh pada variasi B.
Adapun besarnya kadar zat menguap yang dihasilkan sebesar 28,42%. Besarnya
suhu yang digunakan dalam proses pembuatan arang akan mempengaruhi kadar
zat menguap. Semakin tinggi suhu yang digunakan mengakibatkan semakin
rendahnya kadar zat menguap pada arang yang dihasilkan.
Adapun uji kadar karbon terikat briket dalam penelitian untuk setiap
variasi diperoleh hasil sebagai berikut:
Tabel. 7 : Data Uji Kadar Karbon Terikat Briket Limbah Pertanian Jamur Kuping
No. Kode Sampel Kadar Karbon Terikat (%)
1. A 49,23
2. B (1:0) 55,09
3. C (1:1) 81,94
4. D (1:2) 63,37
5. E (3:2) 83,51
Grafik Uji Kadar Karbon Terikat Briket Limbah Jamur kuping

14
Gambar 7. Grafik Uji Kadar Karbon Terikat Briket Limbah Jamur Kuping
Dari variasi pencampuran lem dari tepung kanji tampak bahwa terdapat perbedaan
besarnya kadar karbon terikat. Hasil terbaik diperoleh pada variasi E. Adapun
besarnya kadar zat menguap yang dihasilkan sebesar 83,51%. Kadar karbon
terikat mempengaruhi nilai kalor,semakin tinggi kadar karbon terikat akan
semakin tinggi pula nilai kalornya karena setiapada reaksi oksidasi menghasilkan
kalor.
Dari semua uji kualitas briket limbah pertanian jamur kuping diatas
bila dibandingkan dengan kualitas standar dari Jepang dan Inggris pada tabel
8. dibawah ini:
Tabel 8. Standar Kualitas Briket Arang Inggris dan Jepang
No. Sifat Arang Standar Inggris Standar Jepang
1 Kadar Air 3,5% 6%
2 KadarAbu 8,3% 3-6 %
3 Zat Mudah Menguap 16,4% 25-30 %
4 Kadar Karbon Terikat 75,3% 60-80 %
5 Nilai Kalor (kal/g) 7289 6000-7000
Sumber : Soeparno, dkk (1993)
Dari hasil perbandingan kualitas briket limbah pertanian jamur kuping
dengan standar yang ada hanya variasi E (3:2) mendekati standar namun hanya 3
variabel yang mendekati yaitu besarnya kalor, kadar air, dan kadar karbon terikat
dibandingkan variasi yang lain. Artinya kualitas briket limbah pertanian jamur

15
kuping masih jauh dari kualitas yang ada sekarang ini hal ini mungkin
dipengaruhi dari proses pencetakan atau alat pres yang digunakan serta proses
karbonisasi atau pengarangan yang kurang merata. Adapun faktor-faktor lain
menurut (Aquino Gandhi B, 5 : 2010) yang mempengaruhi antara lain:
1. Berkurangnya daya rekat briket secara vertikal karena tidak adanya tekanan
dari alat cetak setelah briket keluar dari cetakan
2. Pengaruh udara yang masuk kedalam partikel briket. Uap air dalam udara
dapat memicu briket berubah ukuran.
3. Sifat dari serbuk arang itu sendiri yang sulit menyatu apabila kering.
C. Potensi Pemanfaatan Limbah Jamur Kuping Menjadi Briket Bila
Ditinjau Dari Aspek Ekonomi
Dalam program ini analisis yang dilakukan menggunakan analisis SWOT
yang menggambarkan secara umum tentang usaha yang akan dilaksanakan dalam
pembuatan briket limbah jamur kuping. Adapun analisis SWOT sebagai berikut:
a. Strenght (Kekuatan)
Produk briket limbah jamur kuping merupakanbriket yang menggunakan
bahan utama limbah jamur kuping yang tidak digunakan oleh petani jamur kuping
sehingga limbah tersebut mudah didapatkan dan keberadaannya sangat melimpah.
b. Weakness (Kelemahan)
Keterbatasan sarana dan prasarana serta adanya kemauan tenaga kerja
yang tidak hanya memiliki keterampilan dalam pembuatan produk ini tetapi juga
yang mampu memasarkan atau memperkenalkan produk ini pada khalayak umum.
c. Opportunity (Peluang)
Banyak produk-produk briket yang dipasarkan yang terbuat dari bahan-
bahan yang biasa dipasarkan sekarang mempunyai harga yang cukup mahal dan
rata-rata memiliki kandungan uap air dan kadar abu yang tinggi sehingga para
pengguna tidak dapat memaksimalkan pengguna briket ini.
d. Threat (Ancaman)
Munculnya pengusaha lain dibidang alternatif teknologi lain, khususnya
pembuatan briket yang merupakan salah satu jenis alternatif yang digemari oleh

16
semua kalangan masyarakat dengan menggunakan inovasi baru lainnya sangat
mempengaruhi limbah pertanian jamur kuping.
Dari analisis SWOT di atas, bahwa produk briketlimbah pertanian jamur
kuping memiliki prospek yang tinggi sebagai unit usaha. Untuk mengetahui nilai
jual suatu produk perhitungan pengembalian modal (Break Even) yaitu untuk
mengetahui pada volume berapa (penjualan/produksi) agar biaya total sama
dengan penghasilan total sehingga tidak mengalami laba atau rugi. Rumus yang
digunakan adalah perhitungan Break Even berdasarkan unit sebagai berikut :

FC
BEP (Q) =
P - VC

BEP = Break Even Point


FC = Jumlah Total Biaya Operasional
P = Harga Jual Produk
VC = Biaya Produksi
Briketlimbah pertanian jamur kuping ini akan diproduksi dengan
perhitungan ekonomi secara kasarnya yaitu
a. Biaya Produksi (Setiap Minggu)
Tabel 1. Biaya Produksi
No Jenis Pengeluaran Jumlah Biaya Produksi (Rp.)
1 Biaya Tetap
a. Sewa tempat 1 tempat 97.000
b. Alat Press, Pengayak, 1 paket 1.729.800
Penggiling, Pencampur
c. Transportasi 6 liter 48.000
2 Biaya Variabel
a. Tepung Kanji 24 kg 144.000
b. Limbah budidaya jamur 1 ton 300.000
kuping
c. Kemasan 150 karung 300.000

17
d. Pekerja (6 hari) 2 orang 720.000
Total Biaya 3.338.800
a. Pendapatan dan Keuntungan
Produksi briket limbah pertanian jamur kuping dengan dalam satu minggu
menghasilkan 150 Karung dengan berat 10 kg per karung dengan harga tiap
karung Rp 40.000,00. Sehingga pendapatan dan keuntungan dari produk ini, yaitu:
1) Pendapatan = Rp 6.000.000,-
2) Keuntungan = Rp 2.661.200,-
a. BEP
1) briket dengan variasi penambahan perekat

FC per unit = 1.874.800


VC per unit = 1.464.000 = Rp 9.760,-
150

BEP = FC = Rp1.874.800,- = 61.99 ≈ 62

P – VC Rp 40.000 – Rp 9.760,-

Dilihat dari jumlah total biaya produksi briket limbah pertanian jamur
kuping dapat diketahui bahwa dengan penjualan sejumlah 62 karung produk per
minggu, maka BEP sebesar 150 karung dengan harga satuan per produk Rp
40.000,- per karung.
Desain Perencanaan Alat Teknologi Briket A IR P A T I K A N JI

E -8

F IL T E R

BELT CO N V EYO R
BELT CO N V EYO R
B A L L M IL L

M IX E R

T O N G P IR O L IS A

P -2 1

P R E S S H ID R O L IC

18
Penjelasan :
Pertama, limbah budidaya jamur kuping dikarbonisasi dalam tong pirolisa,
kemudian didapat bongkahan karbon. Selanjutnya bongkahan karbon tersebut
dilewatkan melalui belt conveyor yang berjalan secara otomatis ke ball mill. Di
ball mill, bongkahan carbon tersebut dihaluskan, setalah halus serbuk karbon
dilewatkan melalui belt conveyor menuju ke Filter / Sieving yang berfungsi untuk
menyaring serbuk karbon. Lalu dibuat perekat lem dengan mencampurkan pati
kanji dan air. Setelah itu di press menggunakan press hidrolik, lalu jadilah briket.
Kemudian briket dilewatkan melalui belt conveyor menuju packaging. Setelah di
kemas, briket siap untuk didistribusikan ke berbagai daerah.

BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Proses pembuatan briket limbah pertanian jamur kuping adalah penyiapan
bahan baku proses karbonisasi (pengarangan), penghalusan arang,
pencampuran dengan bahan perekat, pencetakan adonan, dan pengeringan.
2. Kualitas briket limbah pertanian jamur kuping bila ditinjau dari briket
standar yang paling baik dibandingkan variasi lain adalah variasi E (3;2)
dengan besar kalor 2.766 kal/g, titik nyala sebesar 180 oC, kadar air
sebesar 13,98%, kadar zat yang menguap sebesar 2,51%, kadar karbon
terikat sebesar 83,51%.
3. Berdasarkan analisis ekonomi dengan perhitungan BEP ini dapat diketahui
bahwa dengan penjualan sejumlah 62 karung produk per minggu, maka
BEP sebesar 150 karung dengan harga satuan per produk Rp 40.000,- per
karung.
B. Saran
1. Melakukan penelitian dengan variabel yang lebih banyak agar dihasilkan
produk limbah pertanian jamur kuping terbaik.

19
2. Mengembangkan produk briket dengan bahan baku lain yang mudah
ditemukan.
3. Melakukan penelitian tentang variasi substitusi dari limbah bahan lain
untuk pembuatan briketsehingga mendapatkan kualitas briket yang lebih
baik.
DAFTAR PUSTAKA

Favan Onu , Sudarja, Muh. Budi Nur Rahman. 2010. Pengukuran Nilai Kalor
Bahan Bakar Briket Arang Kombinasi Cangkang Pala (Myristica
Fragan Houtt) Dan Limbah Sawit (ElaeisGuenensis). Yogyakarta :
Fakultas Teknik Mesin UMY.

Purnomowati. 2015. Biologi Jamur Kuping (Auricularia Auricula). Kebumen :


Universitas Jendral Soedirman.

Garcha, H.S.; P.K. Khanna and G.L. Soni. 1993. Nutritional Importance of
Mushrooms. Proceedings of the First International Conference on
Mushroom Biology and Mushroom Products 23-26 August 1993, The
Chinese University of Hong Kong, Hong Kong.

Soeparno, (1993), Pengaruh Tekanan Waktu Kempa dan Jenis Serbuk Pada
Pembuatan Arang Gergajian Terhadap Rendemen dan Nilai Panas.
Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.

Soeyanto, T.1982. Cara Membuat Limbah Gula Menjadi Arang dan Kompos.
Jakarta: Yudhistira.

Subroto. 1992. Pembudidayaan Tebu di Sawah dan Tegalan. Bandung


Penebar Swadaya.

Uti Adam, Ismun.1998. Briket. Yogyakarta: Kanisius.


20
Zamroni. 2004. Kumpulan Naskah Pemenang Lomba Penelitian Ilmiah
Remaja. Jakarta: Direktorat Pendidikan Dasar dan Menengah

Yudanto,Angga dan Kartika Kusumaningrum. 2015. Pembuatan Briket


Bioarang Dari Arang Serbuk Gergaji Kayu Jati. Skrpsi. Jurusan
Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro

Seran, J.B.1990. Bioarang untuk memasak Edisi II. Yogyakarta: Liberti.

Darvina, Yennl Dan Nur Asma. 2011. Upaya Peningkatan Kualitas Briket
Dari Arang Cangkang Dan Tandan Kosong Kelapa Sawit (TKKS)
Melalui Varlasl Tekanan Pengepresan. Laporan Penelitian Dana
Jurusan. Fakultas Matematika Dan Ipa Jurusan Flslka. Padang:
Unlversltas Negeri Padang.

21
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Biodata Ketua
A. Identitas Diri
1. Nama Lengkap Beti Sunarniyati
2. Jenis Kelamin Perempuan
3. Program Studi Kimia
4. NIM 17307144025
5. Tempat dan Tanggal Lahir Yogyakarta, 12 April 1999
6. E-mail sunarniatibeti94@gmail.com
7. Nomor Telepon/HP 087738049209

B. Riwayat Pendidikan
No. Jawabat Dalam Organisasi SD SMP SMA

1. Nama Institusi SD N SMP N SMTI YK


Minggiran 16 YK
2. Jurusan - - Kimia
Analisis
3. Tahun Masuk-Lulus 2005-2011 2011- 2014-
2014 2017

C. Penghargaan dalam 10 Tahun Terakhir (dari pemerintah, asosiasi, atau institusi


lainnya)
Institusi Pemberi
No. Jenis Penghargaan Tahun
Penghargaan

1. Juara 2 LKTI Tingkat Nasional UII 2017

2. Juara 1 LKTI Tingkat Se-Jawa dan UII 2016


DIY

22
3. Juara 1 LKTI Tingkat Jawa Tengah UMY 2016
dan DIY
4. Juara 2 LKTI Tingkat DIY UMM 2016

Biodata Anggota 1
A. Identitas Diri

1. Nama Lengkap Fikri Ariyanto


2. Jenis Kelamin Laki-laki
3. Program Studi Pend. Tekik Boga
4. NIM 16511244006
5. Tempat dan Tanggal Lahir Bantul, 31 Januari 1998
6. E-mail Fikriariyanto31@gmail.com

7. Nomor Telepon/HP 089608817974

D. Riwayat Pendidikan
No. Jawabat Dalam Organisasi SD SMP SMA

1. Nama Institusi SD SMP 3 SMA N 2


Muhammadiyah Jetis Bantul
Sumbermulyo Bantul
Bantul
2. Jurusan - - Mipa
3. Tahun Masuk-Lulus 2004-2010 2010- 2013-
2013 2016

E. Penghargaan dalam 10 Tahun Terakhir (dari pemerintah, asosiasi, atau institusi


lainnya)
No. Jenis Penghargaan Pemberi Tahun

23
Penghargaan

1. Juara 3 lomba poultry chef #4 2017


tingkat daerah/ provinsi DIY

Biodata Anggota 2
B. Identitas Diri

1. Nama Lengkap Metria Subehi


2. Jenis Kelamin Perempuan
3. Program Studi Matematika
4. NIM 16305141052
5. Tempat dan Tanggal Lahir Banjarnegara, 15 Mei 1997
6. E-mail Metrias2@gmail.com

7. Nomor Telepon/HP 089693268178

F. Riwayat Pendidikan
No. Jawabat Dalam Organisasi SD SMP SMA

1. Nama Institusi SD N 1 SMP N 1 SMA N 1


Kecepit Punggelan Wanadadi
2. Jurusan - - Mipa
3. Tahun Masuk-Lulus 2003-2009 2009- 2012-
2012 2015

24
LAMPIRAN
DOKUMENTASI KEGIATAN

Proses Karbonisasi

Hasil Karbonisasi Pembuatan Lem Kanji

25
Penghalusan Karbon Limbah Jamur Pencampuran Bahan Sebelum
Kuping Pencetakan Briket

Pencetakan Briket

Briket

26
Uji titik nyala Uji kadar air

LAMPIRAN
PERHITUNGAN DATA ANALISA

A. Perhitungan Kadar Abu


Roma m o
Kadar abu= ×100%
Roma mtm
Variasi A :
Kadar abu=1,94/2,70 x100 % =71,85 %
Variasi B :
Kadar abu =5,019/7 x100% =71,7%
Variasi C :
Kadar abu =4,91/8,65 x 100 % =56,76 %
Variasi D :
Kadra abu = 5,23/15 x 100% =34,87 %
Variasi E :
Kadar abu = 6,08/9,75 x 100% =62,35 %

B. Perhitungan Kadar Air

27
Roma m UR − Roma Ro‫ܽ ݎ‬
Kadar air = ×100%
Roma m UR
Variasi A :
ᕈԂ − ᕈ
1. Kadar air = × 100 % = 16,98 %
ᕈԂ
ᕈԂ − ᕈh
2. Kadar air = × 100 % = 19,96
ᕈԂ
Variasi B :
Ԃᕈha− ᕈ
1. Kadar air = × 100 % = 17,3 %
Ԃᕈha
tᕈt − aᕈ t
2. Kadar air = × 100 % = 15,69 %
tᕈt
Variasi C :
hᕈ − aᕈ h
1. Kadar air = × 100 % = 14,74 %
hᕈ
tᕈh − hᕈԂh
2. Kadar air = × 100 % = 17,02 %
tᕈh

Variasi D :
ᕈh− aᕈԂt
1. Kadar air = × 100 % = 29,252 %
ᕈh
ᕈt − aᕈ t
2. Kadar air = × 100 % = 32,06 %
ᕈt
Variasi E :
ᕈ − t h
1. Kadar air = × 100 % = 13,53 %

ᕈh− ᕈtt
2. Kadar air = × 100 % = 14,43 %
ᕈh
C. Perhitungan Kadar Zat Menguap
Roma m UR − Roma RaR mh UR m m m
Kadar zat menguap = × 100 % - Ka
Roma m UR
Variasi A :
ᕈ t− ᕈtt
1. Kadar zat menguap = × 100 % = 21,44%
ᕈ t
28
ᕈ h− ᕈah
2. Kadar zat menguap = × 100 % = 80,11%
ᕈ h
Rata-rata zat menguap = 50,77 % - 18,47 % = 32,3%
Variasi B :
hᕈ t− ᕈt
1. Kadar zat menguap = × 100 % = 75,6 %
hᕈ t
tᕈaԂ− aᕈaa
2. Kadar zat menguap = × 100 % = 14,12 %
tᕈaa
Rata-rata zat menguap = 44,91 % - 16,49 % =28,42 %

Variasi C :
ᕈԂt− t
1. Kadar zat menguap = × 100 % = 20,3 %
ᕈԂt
hᕈ Ԃ− Ԃᕈt
2. Kadar zat menguap = × 100 % = 15,82 %
hᕈ Ԃ
Rata-rata zat menguap = 18,06 % - 15,88 % = 2,18 %

Variasi D :
aaᕈta− tᕈԂ
1. Kadar zat menguap = × 100 % = 37,02 %
aaᕈta
a ᕈat− Ԃᕈh
2. Kadar zat menguap = × 100 % = 36,15 %
a ᕈat
Rata-rata zat menguap = 36,63 % -30,66 % =5,97%
Variasi E :
ᕈ t− ᕈԂa
1. Kadar zat menguap = × 100 % = 15,58 %
ᕈ t
ᕈ t− ᕈt
2. Kadar zat menguap = × 100 % = 11,41 %
ᕈ t
3. Rata-rata zat menguap = 15,58 % -13,49 % = 2,51%

29
30

Anda mungkin juga menyukai