Anda di halaman 1dari 5

Keinginan Yang Disembunyikan

( oleh : Dewi Hanifatul Z )

Cerita ini berawal saat aku masih kelas VIII SMP sampai sekarang ini aku sudah masuk SMA
aku mulai menyadari arti dari prestasi itu dan begitu berartinya hingga banyak yang berlomba-
lomba untuk memperebutkannya bahkan hanya ingin mendapat peringkat di kelas, mereka harus
bekerja keras untuk belajar setiap hari demi mendapatkan prestasi itu.Begitu juga denganku,aku
mulai menyadari begitu pentingnya prestasi dan aku mulai untuk mencoba untuk mendapatkan
peringkat kelas seperti teman-temanku. Awalnya aku merasa iri dengan siswa –siswa yang
mendapat pringat,kelihatannya orang yang mendapatka peringkat itu akan mendapatkan apapun
yang ia inginkan dari orang tuanya.Hal itulah yang membuatku bertekad untuk mencoba
mendapatkan pringkat di kelas. Kemudian malamnya aku mulai mencoba untuk mencicil materi
pelajaran,aku mulai dengan pelajaran yang sesuai dengan jadwal pelajaran besok.Pada malam
harinya saat aku sedang belajar ibuku menghampiriku dan bertanya.

” Tumben kamu malam-malam belajar biasanya langsung tidur? ”

“ Hmm...... iya bu lagi kepengin sama niat aja belajar, besok ada ulangan harian. Aku sambil

tersenyum pada ibuku.

Padahal aku berbohong, itu karena aku nggak mau kalau ibuku tahu aku udah mulai belajar biar

dapat peringkat di kelas . Karena aku itu orangnya nggak suka kalau lagi nglakuin apa-apa yang

nggak biasa aku lakuin mesti langsung di singgung.

“ Tapi biasanya kamu masa bodo kalo ada ulangan atau apa “.

“ Ah...ibu ini.....”.
“ Ya udah kalau begitu belajar yang rajin ya nak! Biar jadi pinter, dikit-dikit nggak apa-apa yang

penting nggak terlalu terforsir sampai malam, nanti bisa sakit”. Kata ibu lagi sambil mengelus

rambutku dan menasihatiku.

Kemudian aku termenung dan di dalam hatiku berkata.

“ Ternyata baru kali ini aku melihat ibuku perhatian denganku dan menasihatiku”.

Tapi saat aku sedang melamun dengan sengaja kakakku mengagetkanku sambil menggodaku dan

menggangguku belajar sampai-sampai aku marah.

“ Ciye........adikku lagi belajar, kesambet apa kamu ? kok tumben belajar ? ”.

“ Apaan sih, pergi sana ? jangan ngganggu deh”.

“ Iya iya deh maaf udah ngganggu, ya udah lanjutin gih belajarnya !”

“ Semangatttttt”. Kakakku sambil mengangkat tangannya dan mengarahkannya kepadaku.

Saat itu juga aku menjadi lebih bersemangat untuk lebih giat belajar agar sekolahku nggak sia-

sia.Aku nggak mau membuat malu orang tuaku,kalau nanti aku melanjutkan ke SMA, aku

sekolah di swasta padahal itu memerlukan biaya yang cukup mahal dan apakah orang tuaku

sanggup untuk membiayai sekolahku belum lagi adik-adiku dan kakakku yang juga masih SMP

sepertiku.

Esok harinya,hari minggu aku sedang bersantai dengan ayahku yang sedang membaca koran dan

meminum kopi sambil berbincang-bincang.

“ Yah aku boleh tanya nggak “.

“ Boleh mau tanya apa ?”. Ayahku sambil menutup korannya.

“ Kalau aku dapat peringkatdi kelas ayah mau ngasih apa ke aku ? “

“ Apa ??? ya apun kamu ini, kamu nggak salah mau dapat peringkat, kamu belajar aja males

apalagi dapat peringat . Ayahku sambil tertawa dan seolah mengejeku.

“ Ya ayah kan aku cuma nanya,kalau nanti beneran aku dapat peringat gimana hayo? “.
“ Iya ya, tapi ngomong- ngomong ko kamu jadi ngomong soal peringkat kelas? “.

“ Hmmm nggak pa pa, tapi ayah jawab dulu dong pertanyaanku!

“ Iya,kalau misal kamu dapat peringakat kelas dan masuk 10 besar ayah janji bakalan nurutin apa

yang kamu minta .

“ Beneran........ya uda makasih ya yah ,mulai sekarang aku bakalan belajar buat dapat peringkat

kelas.

Aku sambil berlari dan meninggalkan ayaku. Kemudian ayahku memanggilku lagi dan berkata

“ He.........tapi kamu jangan terlalu terforsir untuk belajar terus sampai lupa waktu buat makan

nanti kamu sakit, sedikit- sedikit aja belajarnya yang penting tekun.

Ayahku sambil tersenyum dan menasihatiku.

Kemudian esok harinya, hari senin aku berangkat sekolah dan sesampainya di sekolah akumelihat

Rima sedang mainan Hp .

“ Dorrrr,serius amat mainannya,emang nggak bosen apa, pagi-pagi mainan Hp ? “

Aku sambil mengagetkan temanku dari belakang dan mengganggu ia yang sedang bermain Hp.

“ Rim aku boleh nanya nggak ?”

“ Nanya apa wi, tumben kamu tanya tanya.”

“ Gini, gimana sih rasanya kalau dapet peringkat di kelas “.

Rima sambil melihatku dengan heran kenapa aku tanya kaya gitu.

“ Aduh, jangan tanya lagi wi, pokok ya enak banget.”

“ Oh ya uadah, makasih ya Rim .”

Ternyata dapat peringkat di kelas nggak cuma enak tapi juga banyak keuntungannya. Kemudian

aku mulai bertekad buat bekerja keras buat dapet peringkat kelas.Waktu demi waktu sudah

berlalu,tiba saatnya ulangan semester dan aku mulai mempersiapkan semuanya, dari mulai

belajar ini itu pokoknya aku harus bisa dapat peringkat kelas, temanku aja bisa masa aku nggak
bisa. Malamnya kau belajar karena esok sudah ualangan semester dan jadwal juga sebelumnya

sudah di bagikan.Tapi saat belajar aku mulai mengeluh.

“ Aduk,ternyata jadi orangpinter itu susahnya harus belajar setiap hari.”

Aku sambil memukul-mukul dahiku karena pusing, karena baru pertama ini aku harus memahami

semua materi pelajaran.

“ Tapi nggak pa pa, aku nggak boleh menyerah, masa baru segini aja udah nyerah, gimana hari

kedua ujian, bisa-bisa aku stres duluan”.

Kemudian saat aku belajar ibu pasti menghampiriku dan menasehatiku lagi.

“ Wi kalau udah ngantuk,udahan dulu belajarnya, di sambung besok lagi !”

“ Nggak pa pa bu tanggung, sebentar lagi”

“ Tapi kamu belum makan kan ? mendingan kamu makan dulu nanti baru nglanjutin belajarnya

lagi”.

“ Iya bu nanti aku makan ko“.

“ Nanti nanti, udah makan dulu! Ibu sudah buatin makanan kesukaan kamu.Nih ya belajar tanpa

makan dulu nanti belajarnya sis-sia, nggak bakalan masuk belajarnya”.

Ibuku sambil menutup buku pelajaranku dan menyuruhku untuk pergi makan terlebih dahulu.

Tetapi ketika aku sedang makan ibuku terus memperhatikanku saat aku makan dan bercanda

denganku. Ibuku juga mendekat dan mengelus rambutku sambil mengatakan bahwa aku harus

jujur saat mengerjakan soal ulangan dan jangan sekali-kali curang, apa gunanya peringkat kelas

kalau hasilnya curang dan tidak jujur karena semua itu tidak akan berkah. Nasehat itulah yang

sampai sekarang selalu memotivasiku dan mengingatkanku untuk tidak pernah berbuat curang

saat ujian.

Kemudian setelah selesai makan aku melanjutkan belajarku dengan semangat dan kemudian aku

selesai dan langsung tidur.


Esok harinya aku sebelum berangkat sekolah aku mengulang hasil belajarku semalam dan setelah

itu aku berangkat sekolah dan berpamitan kepada orang tuaku. Sesampainya di sekolah, sesaat

ujian sedang berlangsung aku mengerjakan soal-soal yang mudah lebih dulu dan

menyelesaikannya hingga yang tersulit aku tetap menjawab apa adanya yang aku bisa .

Waktu demi waktu telah berlalu dan ujian akhirnya sudah selesai, tinggal menunggu hasil nilai

dan pada saat nilainya sudah keluar aku merasa puas dengan hasil yang aku peroleh dari hasil

kerja kerasku dan kejujuranku.

Kemudian tibalah pengambilan raport dan aku bener-bener seneng banget dan nggak percaya

kalau aku akhirnya masuk sepuluh besar dan aku merasa bahwa belajarku nggak sia-sia.Aku juga

teringat dengan janji ayahku yang akan menuruti apa yang aku minta. Tapi entah mengapa di

dalam hatiku aku merasa aku tidak ingin meminta apapun kepada ayahku,aku merasa tidak tega

meminta sesuatu kepada ayahku meskipun aku ingin. Kemudian kakak menghampiriku dan

bertanya.

“ Dorrr ciye ciye ............dapat peringkat sepuluh besar, sukuran dong !”

Kakakku sambil mengagetkanku saat aku sedang melamun.

“ Apaan sih, sukuran sukuran, biasa aja kali”.

“ Uh dasar pelit, ranking tapi nggak mau sukuran “.Kakakku pergi meninggalkan aku yang

sedang melamun lagi. Kemudian giliran ibuku menghampiriku dan bertanya.

“ Hey ...ko melamun kamu peringkat ngga minta hadiah dari ibu atau ayah ?”

“ Nggak bu aku lagi nggak kepengin apa apa “.

“ Ya udah kalau gitu, jangan kebanyakan melamun nanti bisa kesambet”

“ Hmmmm iya bu “. Aku sambil tersenyum pada ibuku.

Sebenarnya aku lagi kepenginsesuatu tapi aku nggak bisa bilang aku juga nggak berani bilang

soalnya aku kaya merasa kalau aku minta sesuatu jadi beban buat oarang tuaku.Yang akhirnya

keinginan itu hanya menjadi sebuah angan-angan saja untuku dan selalu aku sembunyikan tanpa

aku memberitahu pada orang tuaku.

Anda mungkin juga menyukai