Cerita ini berawal saat aku masih kelas VIII SMP sampai sekarang ini aku sudah masuk SMA
aku mulai menyadari arti dari prestasi itu dan begitu berartinya hingga banyak yang berlomba-
lomba untuk memperebutkannya bahkan hanya ingin mendapat peringkat di kelas, mereka harus
bekerja keras untuk belajar setiap hari demi mendapatkan prestasi itu.Begitu juga denganku,aku
mulai menyadari begitu pentingnya prestasi dan aku mulai untuk mencoba untuk mendapatkan
peringkat kelas seperti teman-temanku. Awalnya aku merasa iri dengan siswa –siswa yang
mendapat pringat,kelihatannya orang yang mendapatka peringkat itu akan mendapatkan apapun
yang ia inginkan dari orang tuanya.Hal itulah yang membuatku bertekad untuk mencoba
mendapatkan pringkat di kelas. Kemudian malamnya aku mulai mencoba untuk mencicil materi
pelajaran,aku mulai dengan pelajaran yang sesuai dengan jadwal pelajaran besok.Pada malam
harinya saat aku sedang belajar ibuku menghampiriku dan bertanya.
“ Hmm...... iya bu lagi kepengin sama niat aja belajar, besok ada ulangan harian. Aku sambil
Padahal aku berbohong, itu karena aku nggak mau kalau ibuku tahu aku udah mulai belajar biar
dapat peringkat di kelas . Karena aku itu orangnya nggak suka kalau lagi nglakuin apa-apa yang
“ Tapi biasanya kamu masa bodo kalo ada ulangan atau apa “.
“ Ah...ibu ini.....”.
“ Ya udah kalau begitu belajar yang rajin ya nak! Biar jadi pinter, dikit-dikit nggak apa-apa yang
penting nggak terlalu terforsir sampai malam, nanti bisa sakit”. Kata ibu lagi sambil mengelus
“ Ternyata baru kali ini aku melihat ibuku perhatian denganku dan menasihatiku”.
Tapi saat aku sedang melamun dengan sengaja kakakku mengagetkanku sambil menggodaku dan
“ Iya iya deh maaf udah ngganggu, ya udah lanjutin gih belajarnya !”
Saat itu juga aku menjadi lebih bersemangat untuk lebih giat belajar agar sekolahku nggak sia-
sia.Aku nggak mau membuat malu orang tuaku,kalau nanti aku melanjutkan ke SMA, aku
sekolah di swasta padahal itu memerlukan biaya yang cukup mahal dan apakah orang tuaku
sanggup untuk membiayai sekolahku belum lagi adik-adiku dan kakakku yang juga masih SMP
sepertiku.
Esok harinya,hari minggu aku sedang bersantai dengan ayahku yang sedang membaca koran dan
“ Kalau aku dapat peringkatdi kelas ayah mau ngasih apa ke aku ? “
“ Apa ??? ya apun kamu ini, kamu nggak salah mau dapat peringkat, kamu belajar aja males
“ Ya ayah kan aku cuma nanya,kalau nanti beneran aku dapat peringat gimana hayo? “.
“ Iya ya, tapi ngomong- ngomong ko kamu jadi ngomong soal peringkat kelas? “.
“ Iya,kalau misal kamu dapat peringakat kelas dan masuk 10 besar ayah janji bakalan nurutin apa
“ Beneran........ya uda makasih ya yah ,mulai sekarang aku bakalan belajar buat dapat peringkat
kelas.
Aku sambil berlari dan meninggalkan ayaku. Kemudian ayahku memanggilku lagi dan berkata
“ He.........tapi kamu jangan terlalu terforsir untuk belajar terus sampai lupa waktu buat makan
nanti kamu sakit, sedikit- sedikit aja belajarnya yang penting tekun.
Kemudian esok harinya, hari senin aku berangkat sekolah dan sesampainya di sekolah akumelihat
Aku sambil mengagetkan temanku dari belakang dan mengganggu ia yang sedang bermain Hp.
Rima sambil melihatku dengan heran kenapa aku tanya kaya gitu.
Ternyata dapat peringkat di kelas nggak cuma enak tapi juga banyak keuntungannya. Kemudian
aku mulai bertekad buat bekerja keras buat dapet peringkat kelas.Waktu demi waktu sudah
berlalu,tiba saatnya ulangan semester dan aku mulai mempersiapkan semuanya, dari mulai
belajar ini itu pokoknya aku harus bisa dapat peringkat kelas, temanku aja bisa masa aku nggak
bisa. Malamnya kau belajar karena esok sudah ualangan semester dan jadwal juga sebelumnya
Aku sambil memukul-mukul dahiku karena pusing, karena baru pertama ini aku harus memahami
“ Tapi nggak pa pa, aku nggak boleh menyerah, masa baru segini aja udah nyerah, gimana hari
Kemudian saat aku belajar ibu pasti menghampiriku dan menasehatiku lagi.
“ Tapi kamu belum makan kan ? mendingan kamu makan dulu nanti baru nglanjutin belajarnya
lagi”.
“ Nanti nanti, udah makan dulu! Ibu sudah buatin makanan kesukaan kamu.Nih ya belajar tanpa
Ibuku sambil menutup buku pelajaranku dan menyuruhku untuk pergi makan terlebih dahulu.
Tetapi ketika aku sedang makan ibuku terus memperhatikanku saat aku makan dan bercanda
denganku. Ibuku juga mendekat dan mengelus rambutku sambil mengatakan bahwa aku harus
jujur saat mengerjakan soal ulangan dan jangan sekali-kali curang, apa gunanya peringkat kelas
kalau hasilnya curang dan tidak jujur karena semua itu tidak akan berkah. Nasehat itulah yang
sampai sekarang selalu memotivasiku dan mengingatkanku untuk tidak pernah berbuat curang
saat ujian.
Kemudian setelah selesai makan aku melanjutkan belajarku dengan semangat dan kemudian aku
itu aku berangkat sekolah dan berpamitan kepada orang tuaku. Sesampainya di sekolah, sesaat
ujian sedang berlangsung aku mengerjakan soal-soal yang mudah lebih dulu dan
menyelesaikannya hingga yang tersulit aku tetap menjawab apa adanya yang aku bisa .
Waktu demi waktu telah berlalu dan ujian akhirnya sudah selesai, tinggal menunggu hasil nilai
dan pada saat nilainya sudah keluar aku merasa puas dengan hasil yang aku peroleh dari hasil
Kemudian tibalah pengambilan raport dan aku bener-bener seneng banget dan nggak percaya
kalau aku akhirnya masuk sepuluh besar dan aku merasa bahwa belajarku nggak sia-sia.Aku juga
teringat dengan janji ayahku yang akan menuruti apa yang aku minta. Tapi entah mengapa di
dalam hatiku aku merasa aku tidak ingin meminta apapun kepada ayahku,aku merasa tidak tega
meminta sesuatu kepada ayahku meskipun aku ingin. Kemudian kakak menghampiriku dan
bertanya.
“ Uh dasar pelit, ranking tapi nggak mau sukuran “.Kakakku pergi meninggalkan aku yang
“ Hey ...ko melamun kamu peringkat ngga minta hadiah dari ibu atau ayah ?”
Sebenarnya aku lagi kepenginsesuatu tapi aku nggak bisa bilang aku juga nggak berani bilang
soalnya aku kaya merasa kalau aku minta sesuatu jadi beban buat oarang tuaku.Yang akhirnya
keinginan itu hanya menjadi sebuah angan-angan saja untuku dan selalu aku sembunyikan tanpa