Laporan ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Praktikum Konstruksi Jalan di
Laboratorium Konstruksi Jalan
Mata Kuliah:
Praktikum Konstruksi Jalan
Dosen Pengampu:
Maris Setyo Nugroho, S.Pd., M.Eng.
Disusun oleh:
MUHAMMAD ILHAM HIDAYATULLOH
(17510134031)
FAKULTAS TEKNIK
2018
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan
Rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan laporan Praktikum
Penetrasi Aspal dalam mata kuliah Praktikum Konstruksi Jalan dengan lancar meskipun
sangat sederhana.
1. Maris Setyo Nugroho, S.Pd., M.Eng. sebagai dosen pembimbing mata kuliah
Praktikum Konstruksi Jalan.
2. Kimin Triono, S.Pd. selaku Teknisi Laboratorium Konstruksi Jalan.
3. Teman-teman kelompok 2 dan teman-teman kelas K 2017 yang bekerja sama
dalam melakukan praktikum ini.
Penulis
iii
DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 ......................................................................................................... 6
Gambar 2 ......................................................................................................... 7
Gambar 3 ......................................................................................................... 8
Gambar 4 ......................................................................................................... 9
Gambar 5 ......................................................................................................... 9
Gambar 6 ......................................................................................................... 10
Gambar 7 ......................................................................................................... 10
Gambar 8 ......................................................................................................... 11
Gambar 9 ......................................................................................................... 11
Gambar 10 ....................................................................................................... 22
Gambar 11 ....................................................................................................... 22
Gambar 12 ....................................................................................................... 23
Gambar 13 ....................................................................................................... 23
v
DAFTAR TABEL
Tabel 1 ............................................................................................................. 3
Tabel 2 ............................................................................................................. 8
Tabel 3 ............................................................................................................. 13
Tabel 4 ............................................................................................................. 13
Tabel 5 ............................................................................................................. 13
Tabel 6 ............................................................................................................. 14
Tabel 7 ............................................................................................................. 14
Tabel 8 ............................................................................................................. 14
Tabel 9 .............................................................................................................. 15
Tabel 10 ............................................................................................................ 17
Tabel 11 ............................................................................................................ 18
vi
DAFTAR GRAFIK
Grafik 1 ........................................................................................................... 16
Grafik 2 ........................................................................................................... 17
Grafik 3 ........................................................................................................... 18
1
A. LATAR BELAKANG
Jalan merupakan prasarana penunjang kepentingan kehidupan
manusia yang harus terpenuhi. Kerusakan jalan yang terjadi dapat
berdampak terhadap laju ekonomi terutama yang menggunakan sarana
transportasi darat. Sehubungan dengan hal tersebut maka manusia mulai
mengembangkan kostruksi jalan.
Secara umum terdapat dua jenis pavement yaitu rigid pavement dan
flexible pavement. Flexible pavement merupakan sistem pengerasan jalan
dimana konstruksinya terdiri dari beberapa lapisan. Tiap-tiap lapisan
menggunakan bahan maupun persyaratan yang berbeda sesuai dengan
fungsinya yaitu, untuk menyebarkan beban roda kendaraan sedemikian
rupa sehingga dapat ditahan oleh tanah dasar dalam batas daya dukungnya.
Jenis perkerasan lentur di Indonesia umumnya menggunakan campuran
aspal panas baik untuk pelapisan ulang maupun pembangunan jalan baru.
Jenis-jenis perkerasan di Indonesia yang menggunakan campuran aspal
panas antara lain: Lapis aspal beton (laston) atau AC (Asphlat Concret ).
lapis tipis aspal beton atau HRS (hot Rollet Sheets), dan lapis tipis aspal
pasir. Jenis lapis aspal beton lebih sering digunakan karena memiliki
beberapa kelebihan yaitu, biaya awal pembangunan relatif lebih murah,
jalan menjadi lebih halus dan tidak bergelombang, dan proses perawatan
lebih mudah karena tinggal mengganti pada area jalan aspal yang rusak
saja.
Lapis aspal beton adalah lapisan yang terdiri dari campuran aspal dan
agregat yang bergradasi menerus (well graded). Aspal sebagai material
yang menentukan kekuatan jalan maka perlu dilakukan pengujian untuk
mengetahui karakteristik aspal yang akan digunakan salah satunya yaitu
dengan pengujian penetrasi aspal. Tujuan pengujian ini adalah untuk
menentukan konsistensi kekerasan aspal keras. Pemeriksaan dilakukan
dengan mengukur jarak tembus jarum standar tegak lurus kedalam contoh
aspal dibawah kondisi temperatur, waktu dan pembebanan tertentu.
2
B. KAJIAN TEORI
Aspal didefenisikan sebagai suatu cairan yang lekat atau berbentuk
padat terdiri dari hydrocarbon atau turunannya, terlarut dalam trichloro-
ethylene dan bersifat tidak mudah menguap serta lunak secara bertahap
jika dipanaskan.Aspal berwarna coklat tua sampai hitam dengan bitumen
sebagai kandungan utama diperoleh secara alamiah maupun dari hasil
penyulingan minyak bumi (Krebs and Walker, 1971).
Aspal merupakan agen pengikat “Binding Agent” yang dihasilkan dari
minyak bumi. Aspal banyak digunakan untuk pembuatan jalan. Aspal atau
bitumen merupakan material yang berwarna hitam kecoklatan yang
bersifat viskoelastis sehingga akan melunak dan mencair bila mendapat
cukup pemanasan dan sebaliknya. Sifat viskoelatis inilah yang membuat
aspal dapat menyelimuti dan menahan agregat tetap pada tempatnya
selama proses produksi dan masa pelayanannya. Pada dasarnya aspal
terbuat dari suatu rantai hidrokarbon yang disebut bitumen, oleh sebab itu
aspal sering disebut sebagai material berbitumious, (Manual Pekerjaan
Campuran Panas, 2006).
Aspal merupakan bahan pengikat agregat yang mutu dan jumlahnya
sangat menentukan keberhasilan suatu campuran beraspal yang
menentukan beban jalan. Salah satu jenis pengujian dalam menentukan
persyaratan mutu aspal adalah penetrasi yang merupakan sifat Rheologi
aspal atau kekerasan aspal (RSNI 06-2456-1991).
Konsistensi aspal dinyatakan sebagai jarak dalam sepersepuluh
millimeter dimana digunakan jarum standar secara vertical dipenetrasikan
ke dalam sampel dengan kondisi, waktu dan temperature yang diketahui.
Kondisi paling umum yang digunakan adalah 100 gram dipenetrasikan
selama 5 detik pada suhu 25⁰C (Nilai penetrasi yang tinggi menyatakan
tingkat konsistensi sampel aspal).
Berdasarkan bentuknya aspal dapat dibedakan menjadi 3 jenis yaitu
aspal keras, aspal cair, dan aspal emulsi.
Aspal keras/panas (Asphalt Cement, Ac) adalah aspal yang digunakan
dalam keadaan cair dan panas, aspal ini berbentuk padat pada keadaan
3
Nilai Toleransi 2 4 6 8
(nol) maka hal tersebut menunjukkan bahwa semua nilai dalam data
tersebut adalah sama. Semakin besar nilai standar deviasi suatu data maka
semakin besar jarak setiap titik data dengan nilai rata-rata. Perhitungan
standar deviasi terhadap sampel dari data populasi dan menggunakannya
untuk apakah sampel data tersebut mewakili seluruh populasi. Rumus
standar deviasi adalah sebagai berikut:
Σ|x̅ − xn |2
SD = √ n−1
Dengan:
Σxn
𝑋̅ =
n
Dimana:
SD = Standar deviasi
𝑋̅ = Rata-rata
xn = Suku ke n
n = jumlah populasi
SD
K= ̅
× 100%
X
4.) Berat beban 50 gram ± 0,05 gram dan 100 gram ± 0,05 gram
sehingga dapat digunakan untuk mengukur penetrasi dengan berat
total 100 gram atau 200 gram sesuai dengan kondisi pengujian yang
diinginkan.
Gambar 1. Penetrometer
(Sumber : Hana,2018)
b. Jarum Penetrometer
Jarum penetrasi ialah bagian dari penetrometer yang berfungsi sebagai
alat untuk nilai penetrasi pada aspal. Jarum penetrasi harus memiliki
kriteria sebagai berikut:
1) Harus terbuat dari stainless steel dan dari bahan yang kuat, Grade
4) Ujung jarum berupa kerucut terpancung dengan sudut antara 8,7o dan
9,7o.
5) Ujung jarum harus terletak satu garis dengan sumbu badan garis.
(1,97-2,17 inc).
11) Jarum penetrasi yang akan digunakan untuk pengujian mutu aspal
Gambar 3. Stopwatch
(Sumber: Dokumentasi Pribadi,2018)
d. Termometer
Termometer digunakan sebagai pengukur suhu benda uji dengan
penjelasan sebagai berikut:
1.) Termometer harus dikalibrasi dengan maksimum kesalahan skala
tidak melebihi 0,1ºC atau dapat juga digunakan pembagian skala
termometer lain yang sama ketelitiannya dan kepekaannya.
2.) Termometer harus sesuai dengan SNI 19-6421-2000 Spesifikasi
Standar Termometer.
3.) Tabel2. Termometer yang sesuai dan umum digunakan:
No. ASTM Rentang
17 C 19 sampai dengan 27ºC
63 C 8 samapi dengan +32ºC
64 C 25 sampai dengan 55ºC
4.) Termometer yang digunakan untuk bak perendam harus dikalibrasi
secara periodik dengan cara sesuai ASTM E77.
9
Gambar 4. Termometer
(Sumber: Hana, 2018)
e. Cawan
Cawan merupakan alat yang digunakan sebagai wadah bahan uji.
Cawan yang digunakan terbuat dari logam atau gelas berbentuk silinder
dengan dasar yang rata berukuran sebagai berikut:
1.) Untuk pengujian penetrasi dibawah 200:
a.) Diameter 55mm.
b.) Tinggi bagian dalam 35 mm.
2.) Untuk pengujian penetrasi antara 200 dan 350:
a.) Diameter 55-75mm.
b.) Tinggi bagian dalam 45-70mm.
3.) Untuk pengujian penetrasi antara 350 dan 500:
a.) Diameter 55mm.
b.) Tinggi bagian dalam 70mm.
Gambar 5. Cawan
(Sumber: Hana,2018)
10
f. Baskom
Baskom digunakan sebagai bak perendam (waterbath) sederhana yang
berisi air es agar suhu aspal turun.
Gambar 6. Baskom
(Sumber: Sovia Fitri Astuti,2014)
g. Kompor Listrik
Kompor listrik digunakan untuk memanaskan aspal
2. Bahan
Bahan yang digunakan sebagai berikut:
a. Aspal
Aspal merupakan bahan yang akan diuji. Aspal digunakan sebagai bahan
pengikat agregat dalam perkerasan jalan. Aspal yang digunakan untuk
pengujian berketentuan bersih dan bebas dari air serta minyak.
11
Gambar 8. Aspal
(Sumber: Dokumentasi Pribadi,2018)
b. Air Es/Es Batu
Air es/es batu digunakan untuk menurunkan suhu aspal.
Gambar 9. Air Es
(Sumber: Hana Fariska, 2018)
12
D. LANGKAH KERJA
1. Persiapan Benda Uji
a.) Menyiapkan alat dan bahan.
b.) Memanaskan aspal hingga mencair dan tidak mengeluarkan buih
(110±5)ºC. Pemanasan benda uji tidak boleh lebih dari 90ºC diatas titik
lembeknya, pemanasan tidak boleh lebih dari 60 menit, melakukan
pengadukan untuk menjamin kehomogenan benda uji.
c.) Menuangkan benda uji aspal ke dalam cawan benda uji sampai batas
ketinggian pada cawan benda uji, tinggi benda uji tidak kurang dari
120% dari kedalaman jarum pada saat pengujian penetrasi.
2. Pengujian
a.) Apabila kondisi pengujian tidak ditentukan maka temperatur, berat total
dan waktu pengujian adalah 25ºC, 100 gram, dan 5 detik.
b.) Memeriksa pemegang jarum agar jarum dapat dipasang dengan baik dan
membersihkan jarum penetrasi dengan toluene atau pelarut lain yang
sesuai kemudian mengeringkan dengan lap bersih dan memasangkan
pada pemegang jarum. Apabila nilai penetrasi lebih besar dari 350
disarankan menggunakan jarum penetrasi yang panjang.
c.) Meletakkan pemberat 50 gram pada pemegang jarum untuk memperoleh
berat total 100 gram ± 0,1gram kecuali disyaratkan berat total yang lain.
d.) Memastikan kerataan posisi penetrometer.
e.) Menurunkan jarum perlahan-lahan sampai jarum menyentuh permukaan
benda uji. Hal ini dilakukan dengan cara menurunkan jarum ke
permukaan benda uji sampai ujung jarum bersentuhan dengan bayangan
jarum dalan benda uji.
f.) Mengatur arloji penetrometer untuk mengukur nilai penetrasi dan
membaca angka penetrasi yang ditunjukkan jarum penunjuk pada angka
0,1 mm terdekat.
g.) Melakukan paling sedikit tiga kali pengujian untuk benda uji yang sama,
dengan ketentuan setiap titik pemeriksaan berjarak tidak kurang 10mm
dari dinding cawan dan tidak kurang 10 mm dari satu titik pengujian
13
E. PENYAJIAN DATA
1. Hasil Pemanasan dan Penetrasi Aspal I
Tabel 3. Hasil Pemanasan Aspal I
Benda Nilai
Pengujian Waktu Suhu
Uji Penetrasi
Benda Nilai
Pengujian Waktu Suhu
Uji Penetrasi
Benda Nilai
Pengujian Waktu Suhu
Uji Penetrasi
Suhu
Hari, Tanggal Waktu Cuaca IIIA 49 5,19 dtk 26,5ºC
Ruang
F. PEMBAHASAN
Pada praktikum penetrasi, aspal yang disiapkan sebelumnya adalah aspal
yang masih berbentuk padat agak lembek pada suhu ruang 27°C dalam kondisi
cuaca cerah berawan. Kemudian, aspal dimasukkan kedalam cawan secukupnya
kira-kira 2/3 bagian dari cawan yang akan dipakai dan memanaskan aspal
sampai meleleh atau mencair, pada saat uji praktikum aspal yang dapat kami
amati, aspal pada saat pengujian pertama dapat meleleh pada suhu 130°C dalam
waktu 19’41”, pada pengujian kedua, aspal dapat meleleh pada suhu 120°C
dalam jangka waktu 9’31”, dan pada pengujian yang ketiga aspal dapat meleleh
pada suhu 123°C dalam waktu 14’40”.
Aspal keras (asphalt cement) yaitu aspal yang pada saat suhu ruang (25°C-
30°C) berbentuk padat. Pada rentang suhu tertentu, aspal dapat aspal dapat
menunjukkan sifat seperti cairan kental dan dapat dengan mudah berubah bentuk
yaitu sifat viskoelastik. Hal ini ditunjukkan dari hasil pengujian dimana aspal
mencair pada suhu 130° C, 120°C, dan 123°C. Hasil praktikum menunjukan
bahwa aspal adalah material padatan yang akan meleleh sempurna saat melewati
titik lembeknya atau titik cairnya pada suhu 105°C±5°C. Pada keadaan tersebut
aspal sangat mudah dikontrol untuk mengelumasi agregat kasar atau halus.
Aspal akan menjadi keras jika suhu menurun dan kembali menjadi padatan pada
suhu ruang. Bentuk padatan pada suhu ruang mengklasifikasikan aspal tersbut
adalah aspal keras.
Benda Uji X X- 𝑥̅ | X - 𝑥̅ | | X - 𝑥̅ |²
IA 70 18,83 18,83 335,9889
IB 38 -13,67 13,67 186,8689
IC 47 -4,67 4,67 21,8089
Σ 155 544,6667
𝑥̅ 51,67
Tabel 9. Standar Deviasi Aspal
16
544,6667
SD = 16,50
3 -1
16,50
K x100% 31,93%
51,67
𝑋̅± SD
𝑋̅+ SD = 51,67 + 16,50 = 67,72
𝑋̅- SD = 51,67 - 16,50 = 35,62
70
60
50
40 Nilai Penetrasi
30 Simpangan Atas
20
10 Simpangan Bawah
0
IA IB IC
Benda Uji
Benda Uji X X- 𝑥̅ | X - 𝑥̅ | | X - 𝑥̅ |²
IIA 71 10,67 10,67 113, 78
IIB 61 0,66 0,66 0,4356
IIC 49 -11,34 11,34 128,5956
Σ 242, 8112
𝑥̅ 60,34
242, 8112
SD = 11,01
3 -1
11,01
K x100% 18,25%
60,34
𝑥̅ ± SD
𝑥̅ + SD = 60,34 + 11,01 = 71,35
𝑥̅ - SD = 60,34 - 11,01 = 49,33
70
60
50
40 Nilai Penetrasi
30 Simpangan Atas
20
10 Simpangan Bawah
0
IIA IIB IIC
Benda Uji
Benda Uji X X- 𝑥̅ | X - 𝑥̅ | | X - 𝑥̅ |²
IIIA 49 16,67 16,67 2,778
IIIB 43 -4,34 4,34 18,836
IIIC 50 2,66 2,66 7,876
Σ 142 28,690
𝑥̅ 47,34
28,690
SD = 3,787
3 -1
3,787
K x100% 8,001%
47,34
𝑥̅ ± SD
𝑥̅ + SD = 47,34 + 3,787 = 51,027
𝑥̅ - SD = 47,34 - 3,787 = 43,553
50
48
46
Nilai Penetrasi
44
Simpangan Atas
42
40 Simpangan Bawah
38
IIIA IIIB IIIC
Benda Uji
19
G. KESIMPULAN
Berdasar pengujian tersebut didapat hasil dari pengujian tiga penetrasi
sebagai berikut :
1. Pengujian pertama memiliki nilai penetrasi rata-rata 51,67
2. Pengujian kedua memiliki nilai penetrasi rata-rata 60,34
3. Pengujian pertama memiliki nilai penetrasi rata-rata 47,34.
H. KENDALA PRAKTIKUM
I. SARAN
Dari hasil pengujian penetrasi aspal ini didapat saran sebagai berikut:
J. LAMPIRAN
DAFTAR PUSTAKA
Badan Standarisasi Nasional (BSN) 2011 SNI 2456-1991, Standar Pengujian Penetrasi
Aspal, Jakarta.
mariestexist.blogspot.co.id
Sinaga, Supriyasi Eki. “Pengaruh Nilai Penetrasi Aspal dan Temperatur Pada Nilai
Tahanan Gelincir Campuran Asphalt Concrete-Wearing Coarse ( AC-WC) Modifikasi”
Universitas Indonesia.