Anda di halaman 1dari 4

Haruskah Pramuka ?

Malas dan bosan, itu adalah kata-kata yang paling menyebalkan bagi mereka. Hari Jum’at menjadi
hari yang paling menyebalkan bagi mereka. Andai mereka bisa, rasanya mereka ingin meniadakan
hari itu. Mungkin ini memang penyakit mereka sejak SMP yang memang kurang suka dengan
kegiatan pramuka. Pramuka itu kegiatan yang selalu mereka sepelekan. Tapi inilah mereka, dua
orang gadis remsaja yang tidak suka dengan kegiatan-kegiatan pramuka.
Nama mereka Ani dan Ina, mungkin tidak banyak siswa yang tau dengan mereka disekolahnya,
SMAN 99 XXX. mereka termasuk anak yang tidak suka dengan kegiatan-kegiatan yang banyak
menyita waktu mereka dan melelahkan bahkan saja merepotkan mereka, seperti pramuka.
Berawal dari kegiatan rutin pramuka di sekolah mereka.Pada hari Jum’at, pukul 13.00 WIB. Mereka
kembali menuju ke sekolah dengan rasa penuh keterpaksaan. Hanya untuk mengikuti kegiatan
pramuka yang menyebalkan itu. Pramuka hari itu rasanya begitu berat bagi mereka, tidak seperti
pramuka-pramuka sebelumnya. Baju pramuka pun seperti enggan mereka kenakan. Lebih parahnya
lagi, saat itu juga, mereka tidak membawa topi pramuka. Itu yang semakin membuat hati mereka
gundah. Tidak dapat dipungkiri lagi, jika mereka tidak beratribut pramuka tidak lengkap mereka
pertama akan bertemu dan menghadap dengan kakak pembina pramuka mereka.Memang jika
mereka bertemu dengannya, Bintang namanya. Salah seorang kakak pembina pramuka di sekolah
mereka yang paling ditakuti murid-murid. Perawakannya besar, wajahnya seram,bicaranya keras
saat menasehati dengan argument – argument yang benar, serta ditambah pelototan matanya saat
memarahi siswa yang tidak disiplin, membuat mereka semakin gelisah untuk melalui pramuka kali
ini.” Siapa sih yang tidak takut dengan Bintang?” Baru dengar suaranya saja semua murid sudah
pada ketakutan, apalagi melihat wajahnya. Tapi ya begitulah, di negara Indonesia tercinta kita ini
orang baik dan benar malah ditakuti dan dihindari.
Hingga pada akhirnya muncul di benak pikiran mereka untuk berusaha menghindari nasehat –
nasehat dan kemarahan Bintang,” Nah caranya ya cuma mbolos pramuka, Daripada tekanan batin
diomel-omelin sama dia karena tidak pakai atribut lengkap”. kata ani kepada ina.
Di tengah ketakutan mereka akan sosok Bintang, tiba-tiba muncul seorang teman laki-laki mereka
sekelas. Ia menghampiri mereka, ia tampak sudah rapi dengan pakaian dan atribut pramuka
miliknya, jaka namanya. "Hey Ani, Ina ! wajah kalian terlihat gelisah, kenapa? Ada masalah?", tanya
jaka dengan penuh perhatian kepada meraka."Hmm.. kami tidak apa - apa", singkat memang
jawabmereka, karena mereka tidak mau dia tau masalah mereka.
"Oh.. Ya sudah, senyum dong seandainya kamu beneran tidak apa - apa?"
Dengan agak terpaksa merekapun memberikan senyum mereka untuk dia, dengan alasan hanya
untuk membuat jaka senang. Tiba-tiba mata mereka tertuju ke sudut ruang kelas mereka, seorang
teman wanita mereka tampak kebingungan. Dia adalah Nina.” Ada apa dengan Nina?”. Dalam hati
mereka bertanya-tanya. Wajahnya juga begitu gelisah, tidak jauh seperti wajah mereka saat ini.
Dengan langkah kaki yang berat, kami berusaha menghampirinya. Kami tinggalkan Jaka seorang diri
tanpa sempat kami ucapkan kata terima kasih. kami hanya terfokus untuk menghampiri-Nina.

"Ada apa dengan mu? Ada yang membebani pikiranmu?"


"A..A…A…..Aku tidak membawa topi pramuka..", suaranya tampak lirih menjawab pertanyaan ani
dan ina.
kami diam sejenak, terbesit dalam pikiran kami untuk mengajak mereka membolos pramuka. Akal
licik kami keluarkan untuk mempengaruhi mereka agar ikut dengan ajakan kami.
"Wah, wah, wah.. Ternyata nasib malang kami, juga menimpa kamu rupanya."kata ani kepada nina.
"Hah? Kamu juga ga bawa topi?", sahut Nina.
"Hehehe, . . Iya. . ."jawab ani dan ina.
"Kog malah ketawa sih? Apanya yang lucu? Bisa-bisa kita distrap dan di hukum Bintang ! Mikir
donk!!", Nina terlihat tampak kesal dengan mereka.

"Tenang-tenang, begini, kami punya ide.. Agak gila sih emang, tapi mau gimana lagi, daripada harus
ngadepin Bintang? Uda diomel-omelin, diskors, kadang-kadang juga dipermaluin di depan temen-
temen kita. Apa tidak malu coba?"kata Nina dengan tegas.
"Begini, begini, mbolos mbolos? Gimana? “kata ina.
Mereka diam sejenak,dengan melihat satu sama lain. Saling berpandangan dan berbisik, entah apa
yang mereka perbincangkan.
Tiba-tiba ani mengeluarkan suara lirihnya."Baiklah, daripada kita diskors, baiklah, untuk kali ini saja."
Mereka menyepakati ide tersebut.

Mereka lihat jarum jam telah menunjukkan pukul 13.55 WIB. mereka dengan perlahan – lahan
segera pergi ke kantin, bersembunyi dan sambil ngobrol layaknya wanita disana. Tett.. Tett..Tett
Tettt.......... ,Bunyi bel tanda masuk pramuka pun telah berbunyi. Di kantin mereka bersembunyi,
mereka terlalu asyik disana. Makan, minum, beli es teh. “Ah,

mengasyikkan juga membolos pramuka itu”, kata Nina dengan sangat gembirannya.” menunggu
upacara pembukaan selesai, habis itu baru deh mbolos, keluar dari sekolah. Hahaha..”,saran nina
kepada ani dan ina. Itu rencana mereka bersama teman-teman mereka.
sebelum mereka keluar dari kantin,bintang, Pembina pramuka,dan kebetulan juga bapak sekolahpun
ada untuk melihat jalanya kegiatan rutin pramuka sudah ada didepan pintu kantin menunggu
mereka keluar dan menunggu reaksi dari mereka.
Tidak beberapa lama mereka keluar. Mereka terkejut akan kedatanga mereka. Akhirnya ide itu
kacau, besok orang tua mereka dipanggil ke sekolah. Orang tua mereka marah besar. Mereka marah
besar terhadap perbuatan anak – anaknya yang nakal itu. Setelah itu mereka merenungi kesalahan
mereka. Akhirnya setelah dimarahin orang tuanya, mereka sadar akan hal itu. Mereka tak tahu
manfaat dari kegiatan mereka, mereka menyesali akan perbuatan mereka.

Besoknya hari Sabtu. Ina, Ani, dan Nina masuk ke sekolah seperti biasa dengan seragam pramuka
lengkap beserta atribut-atributnya, mereka terlihat gembira lagi. Waktu itu Nina berjalan melewati
mading mading, disitu memang pusatnya informasi. Tertera di mading itu bertuliskan “Pelatikan
Bantara penegak”. Tetapi hal itu membuatnya kecewa, dibenaknya “apakah aku pantas menjadi
seorang bantara, kemudian disampingnya ada Ina yang juga mendengar suaranya itu kemudian
menjawab “kita bisa kok, jadi seorang bantara. Asal kita tak boleh mengulangi kesalahan yang telah
kita perbuat” kemudian Nina tersenyum. Kemudian Ina kembali berkata “ini bisa dijadikan batu
loncatan untuk seberapa besar kemandirian kita dan rasa kepedulian terhadap bersama, kamu harus
mengajak Ani untuk mengikuti pelantikan Bantara”

Kemudian Nina menjawab “iya dehhh, nanti aku akan datang kerumahnya”

Nina : Assalamu’alaikum Aniiii (sambil mengetuk pintu) !

Ani : iya ada apa Nina ?


Nina : aku ingin ngasih tau ke kamu kalau tanggal 23 November ada kegiata pelantikan bantara
penegak ! kamu ikut ya, plisssss ?

Ani : ohhh. Tapi aku tidak hafal Dasadarma pramuka,

Nina : loh kok gak ikut sihhh ? sekarang kan tanggal

Ani : iya deh aku mau,

Nina : Oke !

Setiap harinya mereka belajar ilmu-ilmu yang berkaitan dengan pramuka, mereka menghafal dan
mempraktikan ilmu itu kepada masyarakat luas. Tidak terasa, Saking semangatnya mereka
bersekolah menimba ilmu, pulang juga mereka tetep belajar, mereka terkejut waktu itu sudah
tanggal 17 november, mereka berencana untuk mengisi SKU kepada kepala pramuka disekolah
meraka, tak butuh waktu lama dalam waktu 2 hari saja mereka mampu mengisi 18 syarat dari 23
syarat untuk menjadi bantara hampir 80% sudah terisi, Kemudian mereka mulai mengemas apa saja
barang barang yang yang diperlukan untuk kegiatan berkemah disana waktu pelantikan bantara
mulai dari tongkat, bekal, tali, dan segala macamnya sesuai informasi yang diberikan oleh kakak
pembina.

Pada tanggal 23 November, mereka merasakan ujian yang berat dalam lingkungan yang menantang
juga, mereka layaknya hidup di hutan, ketersediaan air bersih sangat lah minim, mereka harus
mendirikan tenda untuk berdiri tegak selama 3 hari, tidur gak nyaman, banyak nyamuk, ya itulah
ujian kemandirian bahkan ujian mental, seorang pramuka memang harus punya sifat ksatria. Tetapi
mereka tidak mengeluh sama sekali, mereka berfikir bahwa kegiatan itu banyak memberikan
manfaat, mereka menikmatinya. Mereka menganggap itu bagai sebuah tantanagan yang sangat
menantang. Mereka harus mengantri untuk mandi, dan bahkan sholat saja pun mereka berganti,
mereka harus bangun subuh-subuh bahkan sebelum subuh, ini semua mereka lakukan akan dapat
giliran yang lebih cepat, tetapi esok mereka harus lah bersekolah seperti biasanya, setelah menerima
beberapa materi di ruang khusus, mereka pulang ke tenda mereka untuk menyelesaikan tugas
mereka esok. Mereka konsentrasi terhadap tugas mereka masing – masing. Pada esoknya, mereka
bersekolah seperti biasa. Setelah pulang ke sekolah mereka kembali ke kamp mereka masing –
masing. Setelah itu merekas masak untuk kebutuhan perut mereka (hehehe). Dan pada waktu itu
mereka terlihat gembira sambil makan dengan temannya bersama – sama. Setelah makan mereka
bersiap untuk mandi dan seperti biasanya ngantri dulu, dan antriannya cukup panjang, kemudian
rombongan calon bantara mengadakan solat berjamaah.

Nah setelah sholat berjamaah para calon bantara disuruh agar mereka ganti baju olahraga untuk
menerima materi lagi. Dimulai sekitar jam 4 sore sampai jam sembilan malam. Habis itu ada kegiatan
yang mereka sukai yaitu jelajah malam. Pada waktu jam 10 malam sebelum memulai jelajah malam
mereka harus bisa menjawab pertanyaan yang diberi oleh pembina, siapa yang bisa menjawab maka
regu itulah yang memulai jelajah malam. Mereka pun bisa menjawab pertanyaan dengan mudah,
karena mereka telah mempersiapkan diri sebaik mungkin. Waktu itu dijalan memang sangat
menyeramkan. Dipinggir hutan saja, rumah jarang atau bahkan tak ada. Mereka berjalan dengan
hati-hati dan segera sambil mengingat-mengingat materi yang telah diterangkan dan yang telah
dipelajari. Mereka sampai di pos 1, setelah berhasil menjawab semua pertanyaan dari kakak- kakak
pembina, mereka melanjutkan perjalanan. Pos 2 telah mereka lewati hingga pos berikutnya seperti
pos 3, pos 4, dan pos 5. Mereka datang kembali ke kamp mereka dan mereka melaksanakan
kegiatan renungan malam, ini yang namanya revolusi mental (katanya pak Jokowi, hehe). Air mata
mulai bercucuran dari pipi ciut mereka yang amat manis. Hari demi hari telah mereka lewati
akhirnya mereka telah lulus ujian bantara.

Anda mungkin juga menyukai