Anda di halaman 1dari 46

PRAKTIKUM

PEMBUKAAN WILAYAH HUTAN

Disusun Oleh:
Inri Yosep S
NIM G1011201032

Dosen Pengampu:
Prof. Dr.Ir.H. Gusti HardiansyahM.Sc,QAM, IPU
NIP 196711301993031005

PROGAM STUDI KEHUTANAN


FAKULTAS KEHUTANAN
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK
2022
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur panjatkan kehadirat Tuhan Yang Kuasa, yang telah memberikan ilmu
pengetahuan dan teknologi serta iman dan taqwa sehingga saya dapat menyelesaikan laporan
praktikum ini. Dalam laporan praktikum ini saya juga mengucapkan terimakasih kepada Dosen
pengampu pada mata kuliah PEMBUKAAN WILAYAH HUTAN dengan judul “Pembukaan
Kawasan Wilayah Hutan” yang telah mengajari dengan ilmu yang berguna dan bermanfaat
yang nantinya akan dipergunakan dalam masa mendatang.
Dalam laporan praktikum ini tentunya penulisan laporan praktikum jauh dari
kesempurnaan, mengingat keterbatasan dan kemampuan yang penulis miliki. Untuk itu penulis
mengucapkan terimakasih sebesar-besarnya bagi pembaca yang telah membaca laporan ini
sehingga dapat memberikan wawasan bagi pembaca.
Terimakasih kepada semua pihak yang telah membaca laporan praktikum ini meski dalam
penuyunan masih banyak kendala dan kekurangan, oleh karena itu saya sebagai penulis
mengharapkan kritik dan saran dari pembaca agar laporan praktikum ini dapat menjadi lebih
baik.

Pontianak, 28 Agustus 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

Hal
KATA PENGANTAR ............................................................................................................... i
DAFTAR ISI ............................................................................................................................. ii
DAFTAR TABEL .................................................................................................................... iii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................................... iv
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................................... 1
1.1. Latar Belakang .............................................................................................................. 1
1.2. Rumusan Masalah ........................................................................................................ 2
1.3. Tujuan Praktikum ........................................................................................................ 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA .............................................................................................. 3
2.1. Pembukaan Wilayah Hutan........................................................................................ 3
2.2. Jaringan Jalan.............................................................................................................. 3
BAB III METODE PENELITIAN .......................................................................................... 5
3.1. Waktu dan Tempat ...................................................................................................... 5
3.2. Alat dan Bahan ........................................................................................................... 5
3.3. Langkah Kerja ............................................................................................................. 5
BAB IV HASIL DAN PENGUKURAN ................................................................................ 13
4.1. Pengukuran Titik Profil ............................................................................................ 13
4.2. Perhitungan Jarak Antar Titik Profil, Beda Tinggi dan Helling .......................... 13
4.3. Perhitungan Pembuatan Penampang Memanjang................................................. 17
4.4. Perhitungan Pembuatan Penampang Melintang.................................................... 25
4.5. Perhitungan Pembuatan Pekerjaan Tanah ............................................................. 31
4.6. Menghitung Biaya Volume Galian dan Timbunan ................................................ 37
BAB V PENUTUP .................................................................................................................. 39
5.1. Kesimpulan................................................................................................................. 39
5.2. Saran .......................................................................................................................... 39
DAFTAR PUSATAKA........................................................................................................... 40
LAMPIRAN ............................................................................................................................ 41

ii
DAFTAR TABEL

Hal
Tabel 1. Daftar Pembantu Pembuatan Trace .............................................................................. 7
Tabel 2 Daftar Hasil Pengukuran Titik Profil........................................................................... 13
Tabel 3. Perhitungan Jarak Antar Titik Profil, Beda Tinggi dan Helling ................................. 16
Tabel 4. Perhitungan Pembuatan Penampang Melintang ......................................................... 25
Tabel 5. Perhitungan Pembuatan Pekerjaan Tanah .................................................................. 37

iii
DAFTAR GAMBAR
Hal
Gambar 1. Titik profil yang terdapat pada daerah lurus dan belokan ........................................ 6
Gambar 2. Contoh belokan jalan ke kiri ..................................................................................... 9
Gambar 3. Contoh belokan jalan ke kanan ................................................................................. 9
Gambar 4. Penampang melintang badan jalan ......................................................................... 10
Gambar 5. Galian dan timbunan pada penampang melintang .................................................. 10
Gambar 6. Peta Topografi......................................................................................................... 23
Gambar 7. Hasil Perhitungan Pembuatan Penampang Memanjang ......................................... 24
Gambar 8. Perhitungan Pembuatan Penampang Melintang Profil A-3 .................................... 27
Gambar 9. Perhitungan Pembuatan Penampang Melintang Profil 4-7 ..................................... 28
Gambar 10. Perhitungan Pembuatan Penampang Melintang Profil 8-11 ................................. 29
Gambar 11. Perhitungan Pembuatan Penampang Melintang Profil B ..................................... 30

iv
BAB I
PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang
Pembukaan Wilayah Hutan (PWH) merupakan salah satu faktor penting dalarn pengelolaan
hutan Fungsi Pembukaan Wilayah Hutan (PWH) diusahakan tidak hanya untuk kegiatan
eksploitasi, tetapi mencakup seluruh aspek pengelolaan hutan seperti perencanaan, penanaman,
pemeliharaan dan pengawasan serta pengamanan untuk jangka panjang Dalam eksploitasi hasil
butan, transportasi merupakan hal yang penting dalam pemindahan hasil hutan Transportasi
memiliki beberapa komponen agar dapat berjalan dengan baik Jalan merupakan salah satu
komponen dalam transportasi yang dapat menghubungkan satu tempat ketempat lain.
Jaringan jalan memiliki keuntungan dalam pengelolaan yaitu kemudahan dalam
menjangkau potensi hutan meningkatkan gengembangan wilayah daerah serta meminimalkan
terjadinya kerusakan dan penurunan kualitas lingkungan. Pembukaan wilayah hutan dalam
kegiatan kehutanan adalah semua aktivitas atau kegiatan yang ditujukan untuk pengelolaan
hutan dan transportasi hasil butan keluar dari areal hutan yang disertai pula usaha-usaha untuk
mengurangi atau menghindari kerusakan Lebih lanjut duelaskan bahwa fungsi utama
pembukaan wilayah adalah sebagai sarana untuk kegiatan pengelolaan hutan sehingga
dimungkinkan pemanfaatan hutan yang ada baik dari segi ekonomi maupun sosial Pembukaan
wilayah hutan (PWH) dapat dikatakan pula sebagai prasyarat dalam kegiatan pengelolaan
hutan. PWH tidak hanya berfungsi untuk kegiatan pemungutan hasil saja, akan tetapi mencakup
seluruh kegiatan pengelolaan hutan perencanaan, penanaman pemeliharaan, dan perlindungan
pemeriksaan dan pengawasan serta kegiatan penelitian Hutan alam maupun hutan tanaman
tidak akan dapat dikelola secara lestari, bila persyaratan pembukaan wilayah hutan (PWH).
PWH merupakan persyaratan utama bagi kelancaran 110124-13-14-15 E pengawasan
dalam pengelolaan hutan, dan PWH Rerencanaan, Relaksanaan dan bertugas menciptakan
fungsi sosial dan ekonomi dari hutan jadi. PWH merupakan suatu bagian yang penting dalam
pengelolaan hutan lestari Kelestarian hutan akan tercapai bila dalam pengelolaan hutan alam
maupun hutan buatan (hutan tanaman industri/HTT) 3dapat dilakukan usaha yang intensif
terhadap kegiatan penataanhutan, pemanenan hasil hutan dan pembinaan hutan (yang meliputi
penanaman, pemeliharaan, penjarangan, dan perlindungan hutan) serta pemasaran hasil hutan
agar usaha tersebut dapat dilakukan dengan baik maka sarana dan prasarana yang tersedia dapat
menjamin kelancaran dan kemudahan pelaksanaan kegiatan-kegiatan tersebut diatas
Pembukaan Wilayah Hutan (PWH) mempunyai peranan yang penting dalam menentukan
tingkat efisiensi Remungutan bahan baku industri pengolaham kayu Tanpa PWH kavu dan
hutan tidak dapat dikeluarkan untuk dimanfaatkan.
Beberapa peran negatif yang dilihat di lapangan adalah mengurangi areal produktif
karena digunakan untuk jalan. terjadinya limbah kavu karena pohon-pohon dualur jalan dan
dikedua sisi jalan harus ditebang habis, dan menimbulkan gangguan lingkungan berupa cross
tanah yang umumnya serius Dalam pembukaan wilayah hutan, salah satu hal yang penting
adalah perhitungan tingkat pembukaan wilayah hutan yang disebut E%

1
(Erschliessungsprozentlyang merupakan perbandingan antara luas areal yang telah terbuka oleh
adanya jalan angkutan dengan luas seluruh luas areal yang dinyatakan dalam (persen)

1.2.Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari laporan praktium ini sebagai berikut:
1. Mahasiswa dapat melakukan pengukuran titik profil
2. Mahasiswa dapat melakukan perhitungan jarak antar titik profil, beda tinggi dan
helling
3. Mahasiswa dapat melakukan perhitungan pembuatan penampang memanjang
4. Mahasiswa dapat melakukan perhitungan pembuatan penampang melintang
5. Mahasiswa dapat melakukan perhitungan pembuatan pekerjaan tanah
6. Mahasiswa dapat melakukan menghitung biaya volume galian dan timbunan

1.3.Tujuan Praktikum
Tujuan dari praktikum ini agar mahasiswa dapat melakukan pengujian terhadap:
1. Pengukuran Titik Profil
2. Perhitungan Jarak Antar Titik Profil, Beda Tinggi dan Helling
3. Perhitungan Pembuatan Penampang Memanjang
4. Perhitungan Pembuatan Penampang Melintang
5. Perhitungan Pembuatan Pekerjaan Tanah
6. Menghitung Biaya Volume Galian dan Timbunan

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pembukaan Wilayah Hutan


Menurut Elias (2008), PWH adalah kegiatan kehutanan yang
menyediakanprasarana/infrastruktur (jaringan jalan, log pond, base camp induk dan base camp
cabang, base camp pembinaan hutan, tempat penimbunan kayu/TPK, tempat
pengumpulankayu/TPn, jembatan dan gorong-gorong, menara pengawas, dan lain-lain)
dalammelancarkan kegiatan pengelolaan hutan. Hutan alam maupun hutan tanaman tidak
akandapat dikelola secara lestari, bila persyaratan pembukaan wilayah hutan yang
memadaibelum dipenuhi.
Arifin dan Suparto (1983) menyatakan bahwa jaringan jalan hutan adalah
unsurpermanen dalam pembukaan wilayah hutan yang mutlak harus ada bila
dikehendakipemanfaatannya secara baik. Disamping melayani pengangkutan hasil hutan, jalan
hutan juga menunjang kegiatan pengawasan, keamanan dan pemeliharaan hutan. Menurut
Musadan Mohamed (2002), kegiatan yang paling penting kontribusinya dalam upaya
mewujudkan sustainable forest management adalah pembangunan jalan hutan.Pola jaringan
jalan hutan yang ideal adalah pola jaringan jalan hutan yang membukawilayah hutan secara
merata dan menyeluruh, sehingga menghasilkan PWH yang tinggidengan kerapatan jalan yang
optimal.
Menurut Widarmana dan Oka (1972), tingkat penyebaran jalan perlu diketahui untuk
mengetahui berapa besar bagian hutan yangterbuka dengan adanya jaringan jalan tersebut dan
membandingkannya dengan luaskawasan hutan yang bersangkutan. Salah satu indikator untuk
menilai tingkat penyebaran jalan adalah kerapatan jalan. Kerapatan jalan dapat dinyatakan
dalam berbagai cara,antaralain dengan panjang jalan angkutan tiap hektar hutan, luas hutan
yang dilayani oleh satukilometer jalan angkutan, dan jarak antara jalan angkutan.
Dulsalam (1994) mengemukakan bahwa jalan hutan harus dibuat dengan
kerapatansedemikian rupa sehingga jalan yang dibuat tersebut cukup efisien dan efektif.
Kerapatan jalan hutan yang efektif dapat dicapai bila dalam penentuan kerapatan jalan
hutandidasarkan pula antara lain potensi kayu, biaya pembuatan jalan, dan biaya
penyaradan.Bangunan jalan hutan dapat dibagi menjadi dua bagian utama, yaitu badan jalan
danlapisan pengeras.
Masing-masing bagian mempunyai persyaratan tertentu agar dapatberfungsi dengan
baik dalam segala keadaan cuaca dan lalu lintas di atas jalan tersebut.Badan jalan adalah bagian
fundamen suatu bangunan gedung. Jika fundamen ini tidak kuat,gedung itu dapat turun dan
retak-retak, bahkan dapat runtuh. Lapisan pengeras jalan yang baik harus memenuhi dua syarat,
yaitu: secara keseluruhan pengeras jalan harus cukupkuat untuk memikul beban kendaraan yang
melintasinya, dan permukaan jalan harus tahanterhadap gaya gesek roda kendaraan dan
pengaruh air (Tinambunan & Suparto 1999)

2.2. Jaringan Jalan

3
Jaringan jalan hutan dibagi menjadi empat jalan, yaitu jalan induk, jalan cabang,
jalanranting, dan jalan sarad. Jalan induk direncanakan dengan pertimbangan yang luas
sertakonstruksi yang lebih baik sehingga dapat berfungsi dalam jangka waktu yang lama
sertaberkapasitas yang tinggi. Jalan cabang merupakan jalan yang lebih rendah persyaratan
dankualitasnya dibandingkan jalan induk. Jalan cabang berfungsi sebagai penghubung antara
jalan induk dan jalan ranting. Jalan ranting berfungsi menghubungkan jalan cabang
dengansuatu unit tebangan. Jalan ini digunakan selama ada pengangkutan dari unit tebangan
yangbersangkutan. Penyaradan kayu dapat berjalan lancar dengan cara membuat jalan
saradyang menghubungkan kedua tempat tersebut (Tinambunan 1975).
Menurut Soeparto dan Mardikanto (1985), jaringan jalan adalah kumpulan potongan-
potongan jalan yang bersambungan satu sama lain yang merupakan satu kesatuan terpaduuntuk
melayani kebutuhan pengangkutan. Pada daerah datar umumnya jaringan jalanmerupakan
kumpulan jalan-jalan lurus dengan sedikit belokan. Ini memungkinkan angkutanyang cepat
serta pendek.Lokasi jalan utama pertama-tama direncanakan sehingga terjadi hubungan
yangselurus-lurusnya antara komplek- komplek tegakan hutan yang paling produktif
dengankonsumen kayu (TPk dan pabrik pengolahan). Bila hutannya mempunyai potensi yang
samapada seluruh areal, jalan direncanakn semetris ditengah komplek dan jalan
cabangbercabang dengan jarak yang sama. Bila kayu berpusat dibeberapa kompleks, jalan
dibuatmelalui tengah-tengah kompleks-kompleks tersebut.
Sofyan (1976) menyatakan bahwa sistem jaringan jalan merupakan basis ekonomi
padapemungutan hasil hutan (kayu). Untuk itu seorang kontraktor maupun planilog jaringan
jalandituntut untuk memiliki pengetahuan ekonomi dari bentuk-bentuk hutan maupun
pemungutanhasil hutan.
Menurut Juta (1954), pada umumnya jalan hutan dibagi dalam dua kelas, yaitu:1. Jalan
IndukJalan induk yaitu jalan yang diperlukan untuk membuka seluruh areal dari HPH.Jalan
induk digunakan selama areal atau bagian-bagian areal hutan diusahakan,dengan demikian
jalan induk akan digunakan selama 5-20 tahun tergantung dari areal tersebut, apakah terbagi
dua atau lebih kesatuan pengangkutan dankepentingan pembukaan daerah sekitarnya.2. Jalan
Cabang dan Jalan RantingYang diperlukan untuk mendekati kayu yang akan dipungaut dari
jalan induk menujukelompok-kelompok hutan yang akan ditebang atau petak tebangan. Jalan-
jalancabang biasanya digunakan selamam 1-2 tahun, sama halnya dengan jalan
ranting.Berdasarkan bentuknya, jaringan jalan dapat dibagi dalam tiga pola, yaitu jalan
kontur(contour road), jalan lembah (valley road), dan jalan penghubung (connecting road).
Soeparto dan Mardikanto (1985) menyatakan bahwa salah satu faktor penting
dalampengangkutan adalah kecepatan kendaraan, yang juga tergantung dari tiga faktor,
antaralain Kualitas jalan, Kendaraan Pengemudi Kualitas jalan yang tinggi sangat menentukan
kecepatan angkutan. Oleh karena itustndar kualitas jalan adalah penting bila dikehendaki
prestasi angkutan yang dinginkan.

4
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1.Waktu dan Tempat


Praktikum Pembukaan Wilayah Hutan dilakukan secara takehome yaitu dikerjakan pada
rumah masing-masing. Adapun waktu pelaksanaan dalam pengerjaan laporan ini pada tanggal
21 Agustus – 11 September 2022.

3.2.Alat dan Bahan


A. Alat
Alat-alat yang dipergunakan dalam perencanaan pembuatan jalan angkutan hasil hutan
antara lain:
1. Pensil
2. Penghapus
3. Penggaris panjang
4. Penggaris segitiga
5. Penggaris busur derajat
6. Kalkulator
7. Jangka pulpen
8. Kertas milimeter blok
9. Rapido
B. Bahan
Bahan yang dipergunakan dalam perencanaan pembuatan jalan angkutan hasil hutan adalah
peta topografi dengan skala 1 : 2000.

3.3.Langkah Kerja
A. Persiapan
Pada suatu perencanaan jaringan jalan yang baik akan selalu diperlukan peta- peta serta
informasi lainnya yang berhubungan dengan wilayah dimanan akan dibangun jalan. Informasi
ini sangat mutlak diperlukan untuk dapat memperlancar pelaksanaan pembangunannya.
Dalam perencanaan jalan angkutan hasil hutan peta topografi (skala 1 : 50.000) dan peta hutan
(skala 1 : 25.000) sangat penting, sebab dengan bantuan dua peta tersebut dapat digambarkan
terlebih dahulu berapa trace yang dapat kiranya dibuat dilapangan. Tujuan dibuatnya beberapa
trace alternatif ini adalah untuk menjaga apabila terjadi kegagalan akan mudah untuk mencari
trace pengganti.
Dalam pembuatan trace selalu perlu diingat bahwa trace yang lurus adalah yang terbaik,
karena merupakan jarak angkut yang terpendek. Penyimpangan dari trace yang lurus adalah
yang terbaik dan diperkenankan apabila ada alasan-alasan yang cukup kuat, seperti ;
1. Untuk menghindari tanjakan yang melampaui maksimum
2. Untuk menghindari keadaan yang luar biasa seperti tanah longsor, tanah yang tidak stabil,
daerah dengan bahaya banjir yang terlalu besar dan sering timbul

5
3. Untuk menghindari kemungkinan pembuatan bangunan-bangunan yang sangat mahal
(jembatan-jembatan panjang lain-lain)
4. Perlunya penyimpangan-penyimpangan untuk keperluan pembukaan sekunder wilayah
hutan.

B. Pertimbangan Mengenai Trace


Sebagaimana kita ketahui, trace terdiri dari garis-garis lurus dan bagian-bagian busur
lingkaran. Adanya busur-busur lingkaran atau kurva-kurva peralihan ini supaya dihasilkan jalan
yang menyenangkan maka perlu diusahakan agar:
1. Antara dua bagian busur lingkaran supaya ada bagian yang lurus dan cukup panjang agar
didapatkan kelegaan bagi pengemudi kendaraan.
2. Pada satu busur belokan supaya hanya ada satu jari-jari lingkaran saja
3. Jika pada satu tikungan segera disusul tikungan yang sama arahnya dan antara kedua
tikungan tadi hanya ada bagian lurus yang pendek, maka akan lebih baik kedua tikungan
tadi dijadkan satu.

C. Langkah-langkah Pembuatan Trace


Pada peta situasi/peta topografi dengan skala 1 : 2000 telah ditentukan titik A dan titik B.
Adapun teknik pembuatan jalan angkutan hasil hutan yang dilakukan adalah membuat trace
yang menghubungkan A dengan B dengan ketentuan sebagai berikut :
1. Helling/tanjakan maksimum sesuai dengan apa yang telah ditentukan seperti syarat-syarat
diatas, baik itu untuk daerah lurus maupun belokan.
2. Jari-jari minimum (R min) sesuai dengan yang ditentukan yaitu sebesar 50 meter (2,5 cm
di peta)
3. Sepanjang trace yang menghubungkan titik A dengan B diletakkan titik-titik profil yang
diberi nomor urut mulai dari A – 1 – 2 – 3 sampai dengan B.
4. Jarak antar titik profil ditentukan sebagai berikut:
a. Pada tempat/jalan yang lurus jarak antara dua titik profil yang berdekatan tidak
boleh lebih besar dari 100 meter (5 cm diatas peta)
b. Pada belokan diletakkan tiga titik profil yang masing-masing terletak diawal,
tengah dan akhir belokan
c. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 1 dibawah ini.

Gambar 1. Titik profil yang terdapat pada daerah lurus dan belokan

6
Gambar diatas merupakan titik profil yang terdapat pada daerah lurus dan
belokan. Dari gambar diatas dapat dilihat:
- Titik awal belokan adalah titik profil no 7
- Titik tengah belokan adalah titik profil no 8
- Titik akhir belokan adalah titik profil no 9
d. Pada saat mulai mencoba menggambarkan trace di peta harus dibuat pula daftar
pembantu, supaya dapat diikuti ketentuan-ketentuan yang diberikan. Untuk lebih
jelas lihat contoh pada Tabel 1 daftar pembantu pembuatan trace.
Tabel 1. Daftar Pembantu Pembuatan Trace

e. Pada saat permulaan membuat trace dari A ke B buatlah terlebih dahulu garis-garis
patah, kemudian garis-garis patah tersebut dihubungkan dengan busur-busur
lingkaran sebagai belokan-belokan yang ada.
f. Untuk membuat trace dari titik A ke titik B jangan membuat satu trace rencana,
melainkan lebih dari satu supaya dapat diadakan pilihan-pilihan lain apabila tidak
memenuhi persyaratan.

D. Tahapan Pembuatan Penampang Memanjang Jalan


Beberapa tahapan yang harus dikerjakan dalam membuat penampang memanjang adalah :
1. Untuk penggambaran penampang memanjang sebaiknya dilakukan diatas kertas grafik
(kertas milimeter), supaya didapatkan hasil yang lebih teliti.
2. Alat-alat yang akan dipergunakan seperti penghapus, pensil, penggaris, busur derajat,
jangka dan lain-lain.
3. Kemudian buat gambar penampang memanjang pada kertas grafik dengan cara:
a. Pembuatan gambar penampang memanjang berdasarkan dari gambar pada
pembuatan trace
b. Dalam penggambaran arah vertikal skala 1 : 200 dan arah horizontal skala 1: 2000.
Dengan menggunakan skala tersebut dapat diplotkan titik-titik profil pada gambar
trace
c. Pengisian baris demi baris tabel dibawah gambar penampang memanjang sebagai
berikut :
1) Nomor titik profil
Pemberian titik profil dimulai dari A kemudian diteruskan nomor 1, 2, 3,…..
sampai ke titik B. jarak antar titik profil disesuaikan dengan skala horizontal

7
yang diberikan (1 : 2000) dengan mengambil data dari pekerjaan pembuatan
trace
2) Jarak antar profil
Berdasarkan skala yang telah ditentukan (1 : 2000), maka jarak sebenarnya
dilapangan dapat dituliskan dalam meter. Jarak antar titik profil ini tidak
boleh lebih dari 100 meter (5 cm diatas peta). Misalnya: Jarak antara titik A
– titik 1 = 100 m Jarak antara titik 1 – titik 2 = 8 m. Demikian seterusnya
sampai ketitik B dengan keadaan dilapangan.
3) Jarak langsung
Yaitu untuk mengetahui seberapa jauh titik profil tertentu dengan titik awal
pembuatan trace (penjumlahan jarak antar profil A – B).
4) Tinggi tanah di As jalan
Merupakan tingginya titik-titik profil dilapangan sebelum ditarik garis
perataan. Untuk mengisi baris ini dapat dilihat kembali pada pekerjaan
pembuatan trace. Penggambaran penampang memanjang sesuai dengan titik-
titik profil yang bersangkutan (lihat peta topografi)
5) Tinggi As jalan
Tinggi As jalan ini merupakan ketinggian yang sebenarnya dari permukaan
badan jalan yang akan dibangun. Tinggi titik ini bisa dilihat setelah ditarik
garis perataan. Penarikan garis perataan ini dimaksudkan untuk
mendapatkan suatu jalan dengan pendakian yang lembut. Dan biasanya
penarikan garis perataan ini, pelandaian maksimum yang kita buat pada
pekerjaan pembuatan trace diturunkan (diperkecil). Garis perataan berupa
garis putus-putus.
6) Perbedaan galian/timbunan
Maksudnya disini adalah perbedaan tinggi galian dan timbunan, yaitu
dengan memperhatikan posisi penampang memanjang tanah dan garis
perataan pada tiap-tiap titik profil.
Timbunan terjadi apabila garis perataan posisinya diatas garis penampang
memanjang tanah. Galian terjadi apabila garis perataan posisinya dibawah
garis penampang memanjang tanah.
7) Pelandaian/helling mula-mula
Pekerjaan ini sebenarnya akan lebih mudah dilakukan setelah selesai
mengerjakan point 4), karena dari pekerjaan point 4) dapat dilihat tinggi
tanah pada tiap-tiap titik profil, sebelum ditarik garis perataan. Pelandaian
dinyatakan sebagai tangen dari sudut kemiringan yang diapit bidang miring
tanah dengan bidang horizontal (dalam %)
8) Pelandaian garis perataan
Menghitung ini sama saja dengan cara perhitungan point 7), hanya saja data
yang digunakan adalah dari point 5) atau dari ketinggian titik profil setelah
ditarik garis perataan (tinggi As jalan).
9) Jalan lurus/belokan

8
Pada garis ini hanya digambarkan suatu gambar kode untuk dapat melihat
secara tepat dimana terdapat jalan lurus, dimana terdapat belokan serta
berapa besarnya jari-jari belokan. Pada jalan lurus digambarkan berupa garis
lurus ( ).
Pada jalan belokan dapat dibedakan :
a) Belokan jalan kekiri dapat digambarkan sebagai berikut (contoh pada
Gambar 2)

Gambar 2. Contoh belokan jalan ke kiri


Dengan jari-jari belokan 62 m dan sudut di dalam busur belokan
α = 19°. Sudut ini penting sekali dicantumkan untuk dapat
menghitung panjang busur belokan jalan sebagai berikut:

b) Belokan ke kanan dapat digambarkan sebagai (contoh pada Gambar


3)

Gambar 3. Contoh belokan jalan ke kanan


Dengan jari-jari belokan 62 m dan sudut di dalam busur belokan
α = 7,4°. Sudut ini penting sekali dicantumkan untuk dapat
menghitung panjang busur belokan jalan sebagai berikut:

E. Tahapan Pembuatan Penampang Melintang Jalan


Pada pekerjaan penampang memanjang dapat dilihat penampang memanjang
permukaan tanah asal yang akan dilewati jalan dan garis perataan (yang berupa titik-
titik) yang akan dipakai sebagai As jalan. Atas dasar pekerjaan penampang memanjang,
maka dapatlah dibuat penampang melintang tanah asal dan penampang melintang jalan
pada pekerjaan penampang melintang ini.
Bagian-bagian jalan yang dapat terlihat pada penampang melintang adalah :
1. Selokan, yang terletak dikiri dan kanan jalan (paling luar)
2. Jalur lunak (berm), berdampingan dengan selokan
3. Jalur jalan yang dilalui kendaraan
Di samping bagian-bagian disebut diatas terlihat penampang melintang
tanah asal. Dengan penggambaran bagian-bagian jalan pada penampang melintang
tanah asal, maka akan terlihat besarnya galian atau timbunan tanah yang harus
dikerjakan pada suatu titik profil. Sebagai contoh dapat dilihat pada Gambar berikut

9
Gambar 4. Penampang melintang badan jalan
a. Tempat lapisan pengerasan
b. Berm
c. Selokan

Apabila digabungkan antara penampang melintang tanah dan penampang melintang


badan jalan, maka akan terlihatlah penampang melintang galian dan timbunan, seperti
pada gambar dibawah ini.

Gambar 5. Galian dan timbunan pada penampang melintang


a. Penampang melintang tanah
b. Timbunan
c. Galian

Tahapan Pembuatan Penampang Melintang Jalan Dalam pembuatan penampang


melintang ada beberapa tahapan yang harus dikerjakan yaitu :
1. Mempersiapkan kertas grafik (kertas milimeter) agar lebih mudah dan lebih
teliti menggambarnya dengan memperhatikan gambar trace pada peta topografi,
serta gambar penampang memanjang.
2. Membuat bidang melintang trace pada peta topografi dan bidang ini akan
tergambar sebagai garis lurus yang memotong tegak lurus trace
3. Selanjutnya pada tempat penggambaran penampang melintang (dikertas grafik)
ditentukan terlebih dahulu titik-titik tinggi tanah di As jalan dan tinggi As jalan.
4. Kemudian pada setiap titik-titik tinggi As jalan dan tinggi tanah di As jalan
dibuatkan garis-garis ketinggian yang kira-kira mencakup penampang
melintang tanah dan jalan.
5. Perpotongan tegak lurus trace (dengan memperhatikan butir 2) diukur untuk
setiap konturnya, baik kontur dibawahnya maupun yang diatasnya. Ukuran
tersebut dinyatakan dalam milimeter (mm), dimana tinggi masing-masing
kontur dipindahkan/diplotkan pada penggambaran penampang melintang untuk
bagian horizontal dengan ketentuan 1 mm pengukuran sama dengan 1 cm pada
penampang melintang.

10
Contoh: Tinggi tanah di As jalan adalah 373 m dpl. Untuk pengukuran tinggi
dari masing-maing kontur dalam mm dengan kontur yang diatasnya adalah :
Dari 373 ke 374 = 1 mm
374 ke 375 = 1 mm
375 ke 376 = 1 mm Dan kontur dibawahnya :
371 ke 372 = 2 mm
372 ke 373 = 2 mm
Hasil pengukuran inilah yang dipindahkan pada penampang melintang untuk
bagian horizontal.
6. Selanjutnya adalah membuat penampang melintang badan jalan dengan
ketentuan yang telah ditetapkan sebagai berikut :
a. Lebar jalan adalah 5 m (2,5 cm pada kertas grafik)
b. Lebar berm adalah 3 m (1,5 cm pada kertas grafik) yaitu 1,5 di kiri dan
1,5 di kanan
c. Lebar selokan adalah 0,5 m (0,25 cm pada kertas grafik) pada bagian kiri
dan kanan
d. Dalam selokan 0,5 m
e. Kemiringan talud 1 : 1
f. Dan lain-lain
Dengan selesainya penggambaran penampang melintang jalan, maka akan
terlihat adanya galian dan timbunan yang kemudian nantinya akan dihitung
luas tanah galian dan timbunan untuk masing-masing titik profil dalam daftar
pekerjaan tanah.

F. Menghitung Volume Galian dan Timbunan


Pembuatan daftar pekerjaan tanah adalah dengan menghitung dahulu luas galian dan
timbunan yang ada pada masing-masing titik profil berdasarkan gambar pada penampang
melintang. Untuk menghitung luas galian dan timbunan tersebut adalah dengan membuat
beberapa segitiga siku-siku dan segiempat atau bujur sangkar agar perhitungan menjadi lebih
mudah dan teliti. Sebenarnya agar lebih teliti bisa gunakan planimeter. Luas masing-masing
galian dan timbunan pada masing-masing titik profil, dihitung dengan memperhatikan
penampang melintang tersebut didapatkan dalam satuan mm. untuk mendapatkan luas
dilapangan, maka luas tersebut dibagi 25 mm2 dan dikali 1 m2 (yaitu skala 1 : 200, sehingga 1
cm pada kertas grafik adalah sama dengan 2 mm dilapangan).
Sebenarnya daftar pekerjaan ini adalah untuk dapat meduga secara benar besarnya galian
dan timbunan pada seluruh pekerjaan pembuatan jalan ini. Dari luas yang telah didapatkan
untuk galian dan timbunan pada masing- masing titik-titik profil, maka perlu dicari volumenya.
Untuk mencari volume, disini digunakan prinsip seperti menghitung volume limas terpancung.
atau rata-rata luas bidang atas dan bawah dikalikan dengan jarak kedua bidang itu.

Selanjutnya dengan mengalikan rata-rata bidang galian atau timbunan dengan jarak antara
titik profil yang berdekatan, maka akan diduga/dapat dihitung volume galian atau timbunan
11
antara dua titik profil yang berdekatan. Dengan cara menjumlahkan volume galian atau
timbunan pada setiap pasang titik profil yang berdekatan maka akan dihasilkan taksiran volume
galian atau timbunan pada jalan yang dibuat, meski hanya taksiran kasar.

G. Menghitung Besarnya Biaya Galian dan Timbunan


Sebagai contoh untuk menghitung besarnya biaya galian dan timbunanyang akan digunakan
dalam pembuatan jalan yang direncanakan digunakan ketentuan sebagai berikut, yaitu :
1. Biaya untuk galian adalah Rp. 4.000,-/m3
2. Biaya untuk timbunan adalah Rp. 3.500,-/m3
Jadi banyaknya volume galian secara keseluruhan dikalikan dengan besarnya biaya untuk
galian per meter kubiknya sehingga didapatkan total biaya galian. Sedangkan banyaknya
volume timbunan secara keseluruhan dikalikan dengan besarnya biaya untuk timbunan per
meter kubiknya, sehingga didapatkan total biaya untuk timbunan.
Jadi untuk menghitung besarnya biaya yang diperlukan dalam pembuatan jalan yang
direncanakan adalah dengan menjumlahkan total biaya galian dan total biaya timbunan.
Dalam menghitung besarnya galian dan timbunan ini adalah khusus untuk menghitung harga
galian dan timbunan dalam m3, tanpa memasukkan perhitungan- perhitungan komponen-
komponen biaya lainnya.

12
BAB IV
HASIL DAN PENGUKURAN

4.1. Pengukuran Titik Profil


Sebelum melakukan perhitungan secara terperinci, maka dalam merencanakan pembuatan
jalan angkutan hasil hutan terutama pembuatan trace di peta topografi (Gambar 7). Terlebih
dahulu perlu diketahui ketinggian dari masing-masing titik profil yang dibuat ( m dpl) serta
jarak antar titik profil.
Tabel 2 Daftar Hasil Pengukuran Titik Profil

Nomor Profil Ketinggian Titik Profil Jarak Antar Profil Keterangan


(m dpl) (m)
A 515
60 Lurus
1 515
66 Lurus
2 513
56 Lurus
3 513
80 Lurus
4 514
84 Lurus
5 514
20 Belokan
6 514
20 Lurus
7 514
90 Lurus
8 513
74 Lurus
9 513
80 Lurus
10 518
60 Lurus
11 518
80 Lurus
B 520

4.2. Perhitungan Jarak Antar Titik Profil, Beda Tinggi dan Helling
Perhitungan jarak antara titik profil, beda tinggi, dan helling pada pekerjaan pembuatan
trace dilakukan pengukuran atas sebagai berikut:

13
- Panjang busur belokan

Dimana:
J = jarak (m)
α = sudut dalam busur belokan
π = 3,14
R = jari-jari belokan (m)

- Helling/pendakian

Dimana:
H = helling (%)
Bt= beda tinggi

Untuk titik profil A – 1 (lurus)


Titik A = 515
Titik 1 = 515
Bt =0
J = 60
H = 0/60×100 = 0

Untuk titik profil 1 – 2 (lurus)


Titik 1 = 515
Titik 2 = 513
Bt =2
J = 66
H = 2/66×100 = 3,03

Untuk titik profil 2 – 3 (lurus)


Titik 2 = 513
Titik 3 = 513
Bt =0
J = 56
H = 0/56×100 = 0

Untuk titik profil 3 – 4 (lurus)


Titik 3 = 513
Titik 4 = 514
Bt =1
J = 80
H = 1/80×100 = 1,25
14
Untuk titik profil 4 – 5 (lurus)
Titik 4 = 514
Titik 5 = 514
Bt =0
J = 84
H = 0/84×100 = 0

Untuk titik profil 5 – 6 (belokan)


α = 20
R = 60
J = 20
Titik 5 = 514
Titik 6 = 514
Bt =0
J = 20
H = 0/20×100 = 0

Untuk titik profil 6 – 7 (belokan)


α = 20
R = 60
J = 20
Titik 6 = 514
Titik 7 = 514
Bt =0
J = 20
H = 0/20×100 = 0

Untuk titik profil 7 – 8 (lurus)


Titik 7 = 514
Titik 8 = 513
Bt =1
J = 90
H = 1/90×100 = 1,11

Untuk titik profil 8 – 9 (lurus)


Titik 8 = 513
Titik 9 = 513
Bt =0
J = 74
H = 0/74×100 = 0

15
Untuk titik profil 9 – 10 (lurus)
Titik 9 = 513
Titik 10 = 518
Bt =5
J = 80
H = 5/80×100 = 6,25

Untuk titik profil 10 – 11 (lurus)


Titik 10 = 518
Titik 11 = 518
Bt =0
J = 60
H = 0/60×100 = 0

Untuk titik profil 11 – B (lurus)


Titik 11 = 518
Titik B = 520
Bt =2
J = 80
H = 2/80×100 = 2,5

Tabel 3. Perhitungan Jarak Antar Titik Profil, Beda Tinggi dan Helling
Nomor Ketinggian Jarak Antar Beda Tinggi Helling (%) Keterangan
Profil Titik Profil Profil (m) (m)
(m dpl)
A 515
60 0 0 Lurus
1 515
66 2 3,03 Lurus
2 513
56 0 0 Lurus
3 513
80 1 1,25 Lurus
4 514
84 0 0 Lurus
5 514
20 0 0 Belokan
6 514 R60; 20º
20 0 0 Belokan
7 514 R60; 20º
90 1 1,11 Lurus
8 513
16
74 0 0 Lurus
9 513
80 5 6,25 Lurus
10 518
60 0 0 Lurus
11 518
80 2 2,5 Lurus
B 520

4.3.Perhitungan Pembuatan Penampang Memanjang


Pada perhitungan pembuatan penampang memanjang ini yang perlu dicari adalah :
1. Nomor titik profil
Di sini nomor titik profil dimulai dari titik A – 1 – 2 – 3-4-5-6-7-8-9-10–11–B, yang
masing-masing telah mempunyai ketinggian.

2. Jarak antar profil (m):


- A–1 = 60 m
- 1–2 = 66 m
- 2–3 = 56 m
- 3–4 = 80 m
- 4–5 = 84 m
- 5–6 = 20 m
- 6–7 = 20 m
- 7–8 = 90 m
- 8–9 = 74 m
- 9 – 10 = 80 m
- 10 –11 = 60 m
- 11 – B = 80 m

3. Jarak langsung (m):


- Jarak titik profil A – 1 = 60 m
- Jarak titik profil A – 2 = 60 m + 66 m = 126 m
- Jarak titik profil A – 3 = 126 m + 56 m = 182 m
- Jarak titik profil A – 4 = 182 m + 80 m = 262 m
- Jarak titik profil A – 5 = 262 m + 84 m = 346 m
- Jarak titik profil A – 6 = 346 m + 20 m = 366 m
- Jarak titik profil A – 7 = 366 m + 20 m = 386 m
- Jarak titik profil A – 8 = 386 m + 90 m = 476 m
- Jarak titik profil A – 9 = 476 m + 74 m = 550 m
- Jarak titik profil A – 10 = 550 m + 80 m = 630 m
- Jarak titik profil A – 11 = 630 m + 60 m = 690 m
17
- Jarak titik profil A – B = 690 m + 80 m = 770 m

4. Tinggi tanah di As jalan (m dpl)


Merupakan tingginya titik profil di lapangan, sebelum ditarik garis perataan
- Titik profil A terletak pada ketinggian 515 m dpl
- Titik profil 1 terletak pada ketinggian 515 m dpl
- Titik profil 2 terletak pada ketinggian 513 m dpl
- Titik profil 3 terletak pada ketinggian 513 m dpl
- Titik profil 4 terletak pada ketinggian 514 m dpl
- Titik profil 5 terletak pada ketinggian 514 m dpl
- Titik profil 6 terletak pada ketinggian 514 m dpl
- Titik profil 7 terletak pada ketinggian 514 m dpl
- Titik profil 8 terletak pada ketinggian 513 m dpl
- Titik profil 9 terletak pada ketinggian 513 m dpl
- Titik profil 10 terletak pada ketinggian 518 m dpl
- Titik profil 11 terletak pada ketinggian 518 m dpl
- Titik profil B terletak pada ketinggian 520 m dpl

5. Tinggi As jalan (m dpl)


Merupakan ketinggian yang sebenarnya dari permukaan badan jalan yang akan
dibangun. Tinggi As jalan dapat dilihat setelah ditarik garis perataan.
- Tinggi As jalan pada titik A adalah 515 m dpl
- Tinggi As jalan pada titik 1 adalah 515 m dpl
- Tinggi As jalan pada titik 2 adalah 514,5 m dpl
- Tinggi As jalan pada titik 3 adalah 514,7 m dpl
- Tinggi As jalan pada titik 4 adalah 514 m dpl
- Tinggi As jalan pada titik 5 adalah 513,5 m dpl
- Tinggi As jalan pada titik 6 adalah 513,5 m dpl
- Tinggi As jalan pada titik 7 adalah 513,5 m dpl
- Tinggi As jalan pada titik 8 adalah 513 m dpl
- Tinggi As jalan pada titik 9 adalah 514,5 m dpl
- Tinggi As jalan pada titik 10 adalah 516,5 m dpl
- Tinggi As jalan pada titik 11 adalah 518 m dpl
- Tinggi As jalan pada titik 12 adalah 520 m dpl
- Tinggi As jalan pada titik B adalah 422 m dpl

6. Perbedaan galian/timbunan (m)


- Pada titik profil A dan 1 tidak terjadi galian/timbunan, sebab garis penampang dan
garis perataan berimpit
- Pada titik profil 2 terjadi timbunan: (513-514,5) = 1,5 m
- Pada titik profil 3 terjadi timbunan: (513-514,5) m = 1,5 m

18
- Pada titik profil 4 tidak terjadi galian/timbunan, sebab garis penampang dan garis
perataan berimpit
- Pada titik profil 5 terjadi galian: (514-513,5) m = 1,5 m
- Pada titik profil 6 terjadi galian: (514-513,5) m = 1,5 m
- Pada titik profil 7 terjadi galian: (514-513,5) m = 1,5 m
- Pada titik profil 8 tidak terjadi galian/timbunan, sebab garis penampang dan garis
perataan berimpit
- Pada titik profil 9 terjadi timbunan: (513-514,5) m = 1,5 m
- Pada titik profil 10 terjadi galian: (518-516,5) m = 2,5 m
- Pada titik profil 11 dan B tidak terjadi galian/timbunan, sebab garis penampang
dan garis perataan berimpit

7. Pelandaian/helling mula-mula
Dapat dilihat tinggi jalan pada tiap-tiap titik profil sebelum ditarik garis perataan. Di
sini perhitungan pelandaian/helling mula-mula sudah dilakukan pada pekerjaan
pembuatan trace, jadi tidak perlu dilakukan perhitungan lagi.

8. Pelandaian garis perataan


Dapat dicari dengan melihat garis perataan pada penampang memanjang. Dalam
perhitungan helling disini dilakukan dengan menghitung beda tinggi antara titik profil
pada garis perataan, sedangkan jarak antara titik-titik profil sama seperti sebelum ditarik
garis perataan. Disini menggunakan rumus:

Dimana:
Bt = beda tinggi
J = jarak antar titik profil

Titik profil A-1 (lurus)


Titik A = 515
Titik 1 = 515
Bt =0
J = 60
H = 0/60×100 = 0

Titik profil 1-2 (lurus)


Titik 1 = 515
Titik 2 = 514,7
Bt = 0,3
J = 66
H = 0,3/66×100 = 0,45

19
Titik profil 2-3 (lurus)
Titik 2 = 514,5
Titik 3 = 514,5
Bt =0
J = 56
H = 0/56×100 = 0

Titik profil 3-4 (lurus)


Titik 3 = 514,5
Titik 4 = 514
Bt = 0,5
J = 80
H = 0,5/80×100 = 0,62

Titik profil 4-5 (lurus)


Titik 4 = 514
Titik 5 = 513,5
Bt = 1,5
J = 84
H = 1,5/84×100 = 1,78

Titik profil 5-6 (belokan)


Titik 5 = 513,5
Titik 6 = 513,5
Bt =0
J = 20
H = 0/20×100 = 0

Titik profil 6-7 (belokan)


Titik 6 = 513,5
Titik 7 = 513,5
Bt =0
J = 20
H = 0/20×100 = 0

Titik profil 7-8 (lurus)


Titik 7 = 513,5
Titik 8 = 513
Bt = 0,5
J = 90
H = 0,5/90×100 = 0,55

20
Titik profil 8-9 (lurus)
Titik 8 = 513
Titik 9 = 514,5
Bt = 1,5
J = 74
H = 1,5/74×100 = 2,02

Titik profil 9-10 (lurus)


Titik 9 = 514,5
Titik 10 = 516,5
Bt =2
J = 80
H = 2/80×100 = 2,5

Titik profil 10-11 (lurus)


Titik 10 = 516,5
Titik 11 = 518
Bt = 2,5
J = 60
H = 2,5/60×100 = 4,16

Titik profil 11-B (lurus)


Titik 11 = 518
Titik B = 520
Bt =2
J = 80
H =2/80×100 = 2,5

9. Garis lurus/belokan
- Titik profil A – 1 (lurus)
- Titik profil 1 – 2 (lurus)
- Titik profil 2 – 3 (lurus)
- Titik profil 3 – 4 (lurus)
- Titik profil 4 – 5 (lurus)
- Titik profil 5 – 6 (belokan)
α = 20°
R = 60
- Titik profil 6 – 7 (belokan)
α = 20°
R = 60
- Titik profil 7 – 8 (lurus)
- Titik profil 8 – 9 (lurus)

21
- Titik profil 9 – 10 (lurus)
- Titik profil 10 – 11 (lurus)
- Titik profil 11 – 12 (lurus)
- Titik profil 12 – B (lurus)
Dari hasil perhitungan pembuatan penampang melintang memanjang (berdasarkan pada
Gambar peta topografi), dapat digambarkan penampang memanjang seperti yang tertera pada
gambar 6.

22
Gambar 6. Peta Topografi

23
Gambar 7. Hasil Perhitungan Pembuatan Penampang Memanjang
24
4.4. Perhitungan Pembuatan Penampang Melintang
Pembuatan penampang melintang adalah dengan melakukan pengukuran dari masing -
masing titik profil pada peta topografi yang diukur secara tegak lurus dalam ukuran milimeter.
Pengukuran dilakukan ke garis kontur di atas dan di bawah titik- titik profil sampai beberapa
kontur, kemudian dipindahkan pada kertas grafik (milimeter blok) dengan bantuan gambar
penampang memanjang (melihat tinggi tanah As jalan dan tinggi As jalan). Dalam pengukuran
penampang melintang, dengan perbandingan 1 mm adalah sama dengan 1 cm pada kertas grafik
dibagian horizontalnya, sedangkan vertikalnya adalah tinggi kontur pada peta topografi. Untuk
lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel berikut, kemudian dibuatkan gambar penampang
melintang pada setiap titik profil seperti terlihat pada Gambar 9.
Tabel 4. Perhitungan Pembuatan Penampang Melintang

No Titik Profil Garis Ketinggian Lebar mm


(1) (2) (3)
A (515) 13-14 1
14-15 5
15-16 3
17-18 1
1 (515) 13-14 2
14-15 4
15-16 1
16-17 4
17-18 2
2 (513) 11-12 5
12-13 3
13-14 3
14-15 3
15-16 2
3 (513) 11-12 2
12-13 4
13-14 7
14-15 6
4 (514) 12-13 3
13-14 4
14-15 8
5 (514) 13-14 7
14-15 1
15-16 3
16-17 4
6 (514) 12-13 3

25
13-14 2
14-15 2
15-16 5
7 (514) 12-13 5
13-14 2
14-15 2
15-16 5
8 (513) 11-12 3
12-13 2
13-14 3
14-15 3
15-16 1
16-17 1
9 (513) 11-12 2
12-13 5
13-14 4
14-15 1
10 (518) 19-18 7
18-17 10
11(518) 20-19 5
19-18 2
18-17 3
17-16 4
B (520) 23-22 1
22-21 2
21-20 3
20-19 1
19-18 1
18-17 1
17-16 3

26
Gambar 8. Perhitungan Pembuatan Penampang Melintang Profil A-3
27
Gambar 9. Perhitungan Pembuatan Penampang Melintang Profil 4-7
28
Gambar 10. Perhitungan Pembuatan Penampang Melintang Profil 8-11
29
Gambar 1. Perhitungan Pembuatan Penampang Melintang Profil B
30
4.5. Perhitungan Pembuatan Pekerjaan Tanah
Perhitungan pembuatan pekerjaan tanah dalam pengerjaannya menggunakan rumus:
- Luas segi tiga (▲) = ½ alas x tinggi
- Luas bujur sangkar (■) = sisi x sisi
- Luas persegi panjang ( ▄ ) = panjang x lebar
- Luas lain-lain (menghitung kotak-kotak milimeter)

Dimana perhitungan luas ini dengan ketentuan 25 mm2 = 1 m2 di lapangan.


Profil A
Luas Timbunan:
L▲1 = ½×3×9 = 13,5mm²
L▲2 = ½×8×40 = 160mm²
L lain-lain = 2mm²
L total = 175,5mm₂
Maka L di lapangan = (175,5mm² / 25mm²)
= 7,02m²
Luas Galian:
L▲1 = ½×17×28 = 238mm²
L▲2 = ½×11×17 = 93,5mm²
L▲3 = ½×5×10 = 25mm²
L lain-lain = 26mm²
L total = 382,5mm²
Maka L di lapangan = (382,5mm² / 25mm²)
= 15,3m²

Profil 1
Luas Timbunan:
L▲1 = ½×5×10 = 25mm²
L▲2 = ½×10×40 = 200mm²
L lain-lain = 10mm²
L total = 235mm²
Maka L di lapangan = (235mm² / 25mm²)
= 9,4m²
Luas Galian:
L▲1 = ½×8×10 = 40mm²
L▄ 2 = 10×30 = 300mm²
L▲3 = ½×9×28 = 126mm²
L▲4 = ½×5×9 = 22,5mm²
L▲5 = ½×5×13 = 32,5mm²
L lain-lain = 24mm²
31
L total = 543mm²
Maka L di lapangan = (543mm² / 25mm²)
= 21,8m²

Profil 2
Luas Timbunan:
L▲1 = ½×5×13 = 32,5mm²
L▲2 = ½×10×11 = 55mm²
L▲3 = ½×10×11 = 55mm²
L▲4 = ½×6×15 = 45mm²
L▄ 5 = 15×40 = 600mm²
L▲6 = ½×10×30 = 150mm²
L▲7 = ½×10×30 = 150mm²
L▄ 8 = 10×5 = 50mm²
L▲9 = ½×5×7 = 17,5mm²
L▲10 = ½×3×11 = 16,5mm²
L lain-lain = 26mm²
L total =1.171,5mm²
Maka L di lapangan = (1.171,5mm² / 25mm²)
= 46,86m²
Luas Galian:
L lain-lain = 9mm²
L total = 9mm²
Maka L di lapangan = (9mm² / 25mm)
= 0,36m²

Profil 3
Luas Timbunan:
L▲1 = ½×5×10 = 25mm²
L▲2 = ½×6×14 = 42mm²
L▲3 = ½×10×40 = 200mm²
L▄ 4 = 14×40 = 560mm²
L▄ 5 = 9×40 = 360mm²
L▲6 = ½×5×40 = 100mm²
L▲7 = ½×5×9 = 22,5mm²
L lain-lain = 66mm²
L total = 1.375,5mm²
Maka L di lapangan = (1.375,5mm² / 25mm²)
= 55,02m²

Profil 4

32
Luas Timbunan:
L▲1 = ½×5×10 = 25mm²
L▲2 = ½×10×40 = 200mm²
L lain-lain = 10mm²
L total = 235mm²
Maka L di lapangan = (235mm² / 25mm²)
= 9,4m²
Luas Galian:
L▲1 = ½×6×40 = 120mm²
L▲2 = ½×5×6 = 15mm²
L lain-lain = 40mm²
L total = 155mm²
Maka L di lapangan = (155mm² / 25mm²)
= 6,2m²

Profil 5
Luas Timbunan:
L▲1 = ½×4×40 = 80mm²
L▄ 2 = 4×49 = 196mm²
L▲3 = ½×10×11 = 55mm²
L▲4 = ½×10×30 = 150mm²
L▲5 = ½×10×11 = 55mm²
L▲6 = ½×10×11 = 55mm²
L▲7 = ½×6×10 = 30mm²
L▲8 = ½×5×10 = 25mm²
L▲9 = ½×4×15 = 30mm²
L▄ 10 = 35×10 = 350mm²
L lain-lain = 22mm²
L total = 1.048mm²
Maka L di lapangan = (1.048mm² / 25mm²)
= 42,92m²

Profil 6
Luas Timbunan:
L▲1 = ½×6×11 = 33mm²
L▲2 = ½×5×20 = 50mm²
L▄ 3 = 1×20 = 20mm²
L▄ 4 = 5×20 = 100mm²
L▲5 = ½×5×10 = 25mm²
L lain-lain = 12mm²
L total = 240mm²
Maka L di lapangan = (240mm² / 25mm²)
33
= 9,6m²
Luas Galian:
L▲1 = ½×13×30 =225mm²
L▄ 2 = 15×25 =375mm²
L▲3 = ½×5×25 =62,5mm²
L▲4 = ½×5×6 =15mm²
L▲5 = ½×6×15 =45mm²
L lain-lain = 40mm²
L total = 762,5mm²
Maka L di lapangan = (762,5mm² / 25mm²)
= 30,5m²

Profil 7
Luas Timbunan:
L▲1 = ½×2×5 = 5mm²
L▲2 = ½×3×20 = 30mm²
L▄ 3 =5×20 = 100mm²
L▲4 =½×5×10 = 25mm²
L lain-lain = 4mm²
L total = 164,25mm²
Maka L di lapangan = (164,25mm² /25mm²)
= 6,56m²
Luas Galian:
L▲1 = ½×15×30 = 250mm²
L▄ 2 =15×25 = 375mm²
L▲3 =½×5×25 = 62mm²
L▲4 =½×5×6 = 15mm²
L▲5 =½×6×15 = 45mm²
L lain-lain = 40mm²
L total = 762,5mm²
Maka L di lapangan = (762,5mm² / 25mm²)
= 30,5m²

Profil 8
Luas Timbunan:
L▲1 = ½×2×5 = 5mm²
L▄ 2 = 5×6 = 30mm²
L▲3 = ½×5×10 = 25mm²
L▄ 4 = 10×2 = 20mm²
L▲5 = ½×6×20 = 60mm²
L▲6 = ½×10×20 = 100mm²

34
L lain-lain = 10mm²
L total = 250mm²
Maka L di lapangan = (250mm² / 25mm²)
= 10m²
Luas Galian:
L▲1 =½×15×48 = 360mm²
L▲2 = ½×8×15 = 60mm²
L lain-lain = 22mm²
L total = 442mm²
Maka L di lapangan = (442mm² / 25mm²)
= 17,68m²

Profil 9
Luas Timbunan:
L▲1 = ½×11×28 = 154mm²
L▲2 = ½×18×80 = 720mm²
L▄ 3 = 5×80 = 400mm²
L lain-lain = 24mm²
L total = 1.298mm²
Maka L di lapangan = (1.298mm² / 25mm²)
= 51,92m²

Profil 10
Luas Galian:
L▲1 = ½×11×20 = 110mm²
L▲2 = ½×18×90 = 810mm²
L▄ 3 = 8×86 = 688mm²
L▲4 = ½×5×8 = 20mm²
L lain-lain = 18mm²
L total = 1.646m²m
Maka L di lapangan = (1.646mm² / 25mm²)
= 65,84m²

Profil 11
Luas Timbunan:
L▲1 = ½×13×40 = 260mm²
L▲2 = ½×8×14 = 52mm²
L lain-lain = 17mm²
L total = 329mm²
Maka L di lapangan = (329mm² / 25mm²)
= 13,16m²

35
Luas Galian:
L▲1 = ½×5×10 = 25mm²
L▲2 = ½×7×29 = 101,5mm²
L▄ 3 = 10×23 = 230mm²
L▲4 = ½×10×20 = 100mm²
L lain-lain = 22mm²
L total = 478,5mm²
Maka L di lapangan = (478,5mm² / 25mm²)
= 19,4m²

Profil B
Luas Timbunan:
L▲1 = ½×20×20 = 200mm²
L■ 2 = 20×20 = 400mm²
L▲3 = ½×10×10 = 50mm²
L▄4 = 10×20 = 200mm²
L▲5 = ½×20×10 = 100mm²
L▲6 = ½×3×8 = 12mm²
L▲7 = ½×8×24 = 96mm²
L lain-lain = 13mm²
L total = 1.071mm²
Maka L di lapangan = (1.071mm² / 25mm²)
= 42,84m²
Luas Galian:
L▲1 = ½×5×9 = 22,5mm²
L▲2 = ½×6×13 = 58,5mm²
L▲3 = ½×9×10 = 30mm²
L▄ 4 =11×11 = 110mm²
L▲5 = ½×4×4 = 8mm²
L▲6 = ½×10×30 = 150mm²
L lain-lain = 11mm²
L total = 390mm²
Maka L di lapangan = (390mm² / 25mm²)
= 15,6m²

36
Tabel 5. Perhitungan Pembuatan Pekerjaan Tanah

Nomor Jarak Antar Luas Penampang (m²) Luas Penampang Rata-Rata (m²) Volume (m²)
Profil Profil (m)
Galian Timbunan Galian Timbunan Galian Timbunan
A 15,3 7,02
60 (15,3+21,8)/2=26,2 (7,02+9,4)/2=11,72 60×26,2=1.572 60×11,7=702
1 21,8 9,4
66 (21,8+0,36)/2=21,98 (9,4+46,86)/2=32,83 66×21,98=1.450,68 66×32,83=2.164,8
2 0,36 46,86
56 (0,36+0)/2=0,18 (46,86+55,02)/2=74,37 56×0,18=10,08 56×74,37=4.164,72
3 0 55,02
80 (0+6,2)/2=3,1 (55,02+9,4)/2=59,72 80×3,1=248 80×59,72=4.777,6
4 6,2 9,4
84 (6,2+41,92)/2=27,16 (9,4+0)/2=4,7 84×27,16=2.281,44 84×4,7=394,8
5 41,92 0
20 (41,92+30,5)/2=57,17 (0+9,6)/2=4,8 20×57,17=1.143,4 20×4,8=96
6 30,5 9,6
20 (30,5+30,5)/2=45,75 (9,6+6,56)/2=12,88 20×5,75=115 20×12,88=257,6
7 30,5 6,56
90 (39,5+17,68)/2=48,34 (6,56+10)/2=11,56 90×48,34=4.350,6 90×11,56=1.040,4
8 17,68 10
74 (17,68+0)/2=8,84 (10+51,92)/2=35,96 74×8,84=654,16 74×35,96=2.661,04
9 0 51,92
80 (0+65,84)/2=32,92 (51,92+0)/2=25,96 80×32,92=2.633,6 80×25,96=2.076,8
10 65,84 0
60 (65,84+19,4)/2=75,54 (0+13,16)/2=6,58 60×75,54=4.532,4 60×6,58=394,8
11 19,4 13,16
80 (19,4+42,84)/2=40,82 (13,16+42,84)/2=34,58 80×40,82=3.265,6 80×34,58=2.766,4
B 15,6 42,84
770 22.256,96 21.496,96

4.6. Menghitung Biaya Volume Galian dan Timbunan


Menghitung perkiraan biaya yang akan dikeluarkan dalam pembukaan wilayah hutan dapat
dihitung dari galian dan timbunan pada seluruh pekerjaan pebuatan jalan.

Dari daftar pekejaan tanah dapat diketahui:


➢ Volume galian seluruhnya = 22.256,96 m3
➢ Volume timbunan seluruhnya = 21.496,96 m3
➢ Harga 1 m3 galian = Rp.70.000
➢ Harga 1 m3 timbunan = Rp.100.000

Besar biaya untuk:

➢ Galian = Rp.100.000 × 22.256,96 m3


= Rp.2.225.696.000

➢ Timbunan = Rp.75.000 × 21.496,96 m3

= Rp.1.612.272.000
37
Total biaya = Rp.2.225.696.000 + Rp.1.612.272.000

= Rp.3.837.968.000
Jadi secara keseluruhan biaya yang diperlukan untuk galian dan timbunan sebesar Rp.
3.837.968.000

38
BAB VIII
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari praktikum ini yaitu:
1. Hutan merupakan suatu suatu kawasan yang dipenuhi pepohonan dan juga beragam jenis
satwa didalamnya. Kawasan hutan harus dikelola dan dimanfaatkan sesuai kegunaannya.
2. Pengelolaan kawasan hutan merupakan salah satu faktor pendukung kemajuan suatu
daerah dan negara. Dalam pengelolaan kawasan hutan perlu adanya perencanaan yang
diperlukan salah satunya yaitu pembuatan jalan angkutan hasil hutan.
3. Pembukaan jalan angkutan hasil hutan perlu dipertimbangkan oleh masyarakat daerah
terkait program kerja yang akan dilakukan yang terlebih penting dampak positif manfaat
bagi masyarakat disekitar kawasan hutan, dengan demikian jalan-jalan tersebut, selain
digunakan untuk jalan angkutan hasil hutan juga mempunyai nilai tambah sebagai jalan
angkutan umum sejalan dengan perkembangan daerah tersebut dalam pembangunan
nasional dikemudian hari.
4. Pengalaman mengusahakan hutan, terutama memungut hasil hutan yang berupa kayu,
ternyata biaya pemungutan hasil hutan sebagian besar merupakan biaya pengangkutan
(meliputi biaya pemeliharaan jalan, upah pengangkutan, perawatan dan pemeliharaan alat
pengangkutan serta bahan bakar dan lain-lain). Dengan demikian pembuatan jalan
angkutan hasil hutan harus memenuhi spesifikasi teknik, sehingga membawa dampak
positif di samping meningkatnya efisiensi kerja, waktu dan tenaga.
5. Pada penentuan trace di peta topografi 1: 2000 dari titik A – B sepanjang 770meter dengan
13 buah titik profil dilapangan. Hasil perhitungan yang dilakukan terhadap biaya untuk
galian sebesar Rp.2.225.696.000 dan timbunan Rp. 1.612.272.000 Jumlah biaya total yang
diperlukan untuk galian dan timbunan dalam rangka pembuatan jalan angkutan hasil hutan
dengan panjang jalan 770meter adalah sebesar Rp. 3.837.968.000

3.2. Saran
Saran yang dapat diberikan terkait praktikum ini yaitu:
1. Penentuan trace yang akan hendaklah dipilih sebaiknya diperhatikan dengan seksama agar
mendapatkan jaringan jalan angkutan yang dapat berfungsi sebagaimana mestinya dengan
biaya pembuatan minimum serta biaya pemeliharaan yang rendah.
2. Perhitungan yang dilakukan dalam melihat kisaran biaya diperhatikan dan dihitung
dengan teliti.
3. Dalam merencanakan trace tidak hanya satu trace saja yang dibuat, melainkan lebih dari
satu trace supaya dapat melakukan pilihan- pilihan lain apabila belum memenuhi
persyaratan.
4. Dalam merencanakan pembuatan jalan angkutan hasil hutan perlu dilakukan survey
lapangan untuk melihat medan yang sebenarnya. Dengan demkian antara perencanaan
dan keadaan lapangan dapat disesuaik

39
DAFTAR PUSTAKA

Pranggodo, B dan Mardikanto, T.R. 1978. Bahan Kuliah dan Praktek Ilmu
Bangunan Hutan. Fakultas Kehutanan IPB
Suryokusumo, S. 1970. Kumpulan Diktat Kuliah Bangunan Hutan Bagian I.
Fakultas Kehutanan IPB
Suryokusumo, S. 1973. Pedoman Pembuatan Jalan Angkutan Hasil Hutan.
Lembaga Penelitian Hasil Hutan Bogor
Suparto, R. S dan Tinambunan D. 1976. Saran-saran Perbaikan Cara Pembuatan
Jalan Hutan di Indonesia. Publikasi Khusus No. 32. Lembaga Penelitian Hasil Hutan
Bogor
Suparto, R. S dan Mardikanto, T.R. 1985. Diktat Pembukaan Wilayah Hutan dan
Angkutan (Major Transportation). Kanwil Kehutanan Departemen Provinsi Kalimantan
Barat
Soehadi. 1990. Diktat Pembukaan Wilayah Hutan. Departemen Kehutanan,
Pusat Pembinaan Pendidikan dan Latihan Bogor
Widjanarko I.B. 1973. Pembuatan Trace Jalan Hutan. Berita Hasil Hutan Th.II.
Direktorat Jenderal Kehutanan Jakarta

40
LAMPIRAN

41

Anda mungkin juga menyukai