Disusun Oleh:
Inri Yosep S
NIM G1011201032
Dosen Pengampu:
Prof. Dr.Ir.H. Gusti HardiansyahM.Sc,QAM, IPU
NIP 196711301993031005
Puji dan syukur panjatkan kehadirat Tuhan Yang Kuasa, yang telah memberikan ilmu
pengetahuan dan teknologi serta iman dan taqwa sehingga saya dapat menyelesaikan laporan
praktikum ini. Dalam laporan praktikum ini saya juga mengucapkan terimakasih kepada Dosen
pengampu pada mata kuliah PEMBUKAAN WILAYAH HUTAN dengan judul “Pembukaan
Kawasan Wilayah Hutan” yang telah mengajari dengan ilmu yang berguna dan bermanfaat
yang nantinya akan dipergunakan dalam masa mendatang.
Dalam laporan praktikum ini tentunya penulisan laporan praktikum jauh dari
kesempurnaan, mengingat keterbatasan dan kemampuan yang penulis miliki. Untuk itu penulis
mengucapkan terimakasih sebesar-besarnya bagi pembaca yang telah membaca laporan ini
sehingga dapat memberikan wawasan bagi pembaca.
Terimakasih kepada semua pihak yang telah membaca laporan praktikum ini meski dalam
penuyunan masih banyak kendala dan kekurangan, oleh karena itu saya sebagai penulis
mengharapkan kritik dan saran dari pembaca agar laporan praktikum ini dapat menjadi lebih
baik.
Penulis
i
DAFTAR ISI
Hal
KATA PENGANTAR ............................................................................................................... i
DAFTAR ISI ............................................................................................................................. ii
DAFTAR TABEL .................................................................................................................... iii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................................... iv
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................................... 1
1.1. Latar Belakang .............................................................................................................. 1
1.2. Rumusan Masalah ........................................................................................................ 2
1.3. Tujuan Praktikum ........................................................................................................ 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA .............................................................................................. 3
2.1. Pembukaan Wilayah Hutan........................................................................................ 3
2.2. Jaringan Jalan.............................................................................................................. 3
BAB III METODE PENELITIAN .......................................................................................... 5
3.1. Waktu dan Tempat ...................................................................................................... 5
3.2. Alat dan Bahan ........................................................................................................... 5
3.3. Langkah Kerja ............................................................................................................. 5
BAB IV HASIL DAN PENGUKURAN ................................................................................ 13
4.1. Pengukuran Titik Profil ............................................................................................ 13
4.2. Perhitungan Jarak Antar Titik Profil, Beda Tinggi dan Helling .......................... 13
4.3. Perhitungan Pembuatan Penampang Memanjang................................................. 17
4.4. Perhitungan Pembuatan Penampang Melintang.................................................... 25
4.5. Perhitungan Pembuatan Pekerjaan Tanah ............................................................. 31
4.6. Menghitung Biaya Volume Galian dan Timbunan ................................................ 37
BAB V PENUTUP .................................................................................................................. 39
5.1. Kesimpulan................................................................................................................. 39
5.2. Saran .......................................................................................................................... 39
DAFTAR PUSATAKA........................................................................................................... 40
LAMPIRAN ............................................................................................................................ 41
ii
DAFTAR TABEL
Hal
Tabel 1. Daftar Pembantu Pembuatan Trace .............................................................................. 7
Tabel 2 Daftar Hasil Pengukuran Titik Profil........................................................................... 13
Tabel 3. Perhitungan Jarak Antar Titik Profil, Beda Tinggi dan Helling ................................. 16
Tabel 4. Perhitungan Pembuatan Penampang Melintang ......................................................... 25
Tabel 5. Perhitungan Pembuatan Pekerjaan Tanah .................................................................. 37
iii
DAFTAR GAMBAR
Hal
Gambar 1. Titik profil yang terdapat pada daerah lurus dan belokan ........................................ 6
Gambar 2. Contoh belokan jalan ke kiri ..................................................................................... 9
Gambar 3. Contoh belokan jalan ke kanan ................................................................................. 9
Gambar 4. Penampang melintang badan jalan ......................................................................... 10
Gambar 5. Galian dan timbunan pada penampang melintang .................................................. 10
Gambar 6. Peta Topografi......................................................................................................... 23
Gambar 7. Hasil Perhitungan Pembuatan Penampang Memanjang ......................................... 24
Gambar 8. Perhitungan Pembuatan Penampang Melintang Profil A-3 .................................... 27
Gambar 9. Perhitungan Pembuatan Penampang Melintang Profil 4-7 ..................................... 28
Gambar 10. Perhitungan Pembuatan Penampang Melintang Profil 8-11 ................................. 29
Gambar 11. Perhitungan Pembuatan Penampang Melintang Profil B ..................................... 30
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Pembukaan Wilayah Hutan (PWH) merupakan salah satu faktor penting dalarn pengelolaan
hutan Fungsi Pembukaan Wilayah Hutan (PWH) diusahakan tidak hanya untuk kegiatan
eksploitasi, tetapi mencakup seluruh aspek pengelolaan hutan seperti perencanaan, penanaman,
pemeliharaan dan pengawasan serta pengamanan untuk jangka panjang Dalam eksploitasi hasil
butan, transportasi merupakan hal yang penting dalam pemindahan hasil hutan Transportasi
memiliki beberapa komponen agar dapat berjalan dengan baik Jalan merupakan salah satu
komponen dalam transportasi yang dapat menghubungkan satu tempat ketempat lain.
Jaringan jalan memiliki keuntungan dalam pengelolaan yaitu kemudahan dalam
menjangkau potensi hutan meningkatkan gengembangan wilayah daerah serta meminimalkan
terjadinya kerusakan dan penurunan kualitas lingkungan. Pembukaan wilayah hutan dalam
kegiatan kehutanan adalah semua aktivitas atau kegiatan yang ditujukan untuk pengelolaan
hutan dan transportasi hasil butan keluar dari areal hutan yang disertai pula usaha-usaha untuk
mengurangi atau menghindari kerusakan Lebih lanjut duelaskan bahwa fungsi utama
pembukaan wilayah adalah sebagai sarana untuk kegiatan pengelolaan hutan sehingga
dimungkinkan pemanfaatan hutan yang ada baik dari segi ekonomi maupun sosial Pembukaan
wilayah hutan (PWH) dapat dikatakan pula sebagai prasyarat dalam kegiatan pengelolaan
hutan. PWH tidak hanya berfungsi untuk kegiatan pemungutan hasil saja, akan tetapi mencakup
seluruh kegiatan pengelolaan hutan perencanaan, penanaman pemeliharaan, dan perlindungan
pemeriksaan dan pengawasan serta kegiatan penelitian Hutan alam maupun hutan tanaman
tidak akan dapat dikelola secara lestari, bila persyaratan pembukaan wilayah hutan (PWH).
PWH merupakan persyaratan utama bagi kelancaran 110124-13-14-15 E pengawasan
dalam pengelolaan hutan, dan PWH Rerencanaan, Relaksanaan dan bertugas menciptakan
fungsi sosial dan ekonomi dari hutan jadi. PWH merupakan suatu bagian yang penting dalam
pengelolaan hutan lestari Kelestarian hutan akan tercapai bila dalam pengelolaan hutan alam
maupun hutan buatan (hutan tanaman industri/HTT) 3dapat dilakukan usaha yang intensif
terhadap kegiatan penataanhutan, pemanenan hasil hutan dan pembinaan hutan (yang meliputi
penanaman, pemeliharaan, penjarangan, dan perlindungan hutan) serta pemasaran hasil hutan
agar usaha tersebut dapat dilakukan dengan baik maka sarana dan prasarana yang tersedia dapat
menjamin kelancaran dan kemudahan pelaksanaan kegiatan-kegiatan tersebut diatas
Pembukaan Wilayah Hutan (PWH) mempunyai peranan yang penting dalam menentukan
tingkat efisiensi Remungutan bahan baku industri pengolaham kayu Tanpa PWH kavu dan
hutan tidak dapat dikeluarkan untuk dimanfaatkan.
Beberapa peran negatif yang dilihat di lapangan adalah mengurangi areal produktif
karena digunakan untuk jalan. terjadinya limbah kavu karena pohon-pohon dualur jalan dan
dikedua sisi jalan harus ditebang habis, dan menimbulkan gangguan lingkungan berupa cross
tanah yang umumnya serius Dalam pembukaan wilayah hutan, salah satu hal yang penting
adalah perhitungan tingkat pembukaan wilayah hutan yang disebut E%
1
(Erschliessungsprozentlyang merupakan perbandingan antara luas areal yang telah terbuka oleh
adanya jalan angkutan dengan luas seluruh luas areal yang dinyatakan dalam (persen)
1.2.Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari laporan praktium ini sebagai berikut:
1. Mahasiswa dapat melakukan pengukuran titik profil
2. Mahasiswa dapat melakukan perhitungan jarak antar titik profil, beda tinggi dan
helling
3. Mahasiswa dapat melakukan perhitungan pembuatan penampang memanjang
4. Mahasiswa dapat melakukan perhitungan pembuatan penampang melintang
5. Mahasiswa dapat melakukan perhitungan pembuatan pekerjaan tanah
6. Mahasiswa dapat melakukan menghitung biaya volume galian dan timbunan
1.3.Tujuan Praktikum
Tujuan dari praktikum ini agar mahasiswa dapat melakukan pengujian terhadap:
1. Pengukuran Titik Profil
2. Perhitungan Jarak Antar Titik Profil, Beda Tinggi dan Helling
3. Perhitungan Pembuatan Penampang Memanjang
4. Perhitungan Pembuatan Penampang Melintang
5. Perhitungan Pembuatan Pekerjaan Tanah
6. Menghitung Biaya Volume Galian dan Timbunan
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3
Jaringan jalan hutan dibagi menjadi empat jalan, yaitu jalan induk, jalan cabang,
jalanranting, dan jalan sarad. Jalan induk direncanakan dengan pertimbangan yang luas
sertakonstruksi yang lebih baik sehingga dapat berfungsi dalam jangka waktu yang lama
sertaberkapasitas yang tinggi. Jalan cabang merupakan jalan yang lebih rendah persyaratan
dankualitasnya dibandingkan jalan induk. Jalan cabang berfungsi sebagai penghubung antara
jalan induk dan jalan ranting. Jalan ranting berfungsi menghubungkan jalan cabang
dengansuatu unit tebangan. Jalan ini digunakan selama ada pengangkutan dari unit tebangan
yangbersangkutan. Penyaradan kayu dapat berjalan lancar dengan cara membuat jalan
saradyang menghubungkan kedua tempat tersebut (Tinambunan 1975).
Menurut Soeparto dan Mardikanto (1985), jaringan jalan adalah kumpulan potongan-
potongan jalan yang bersambungan satu sama lain yang merupakan satu kesatuan terpaduuntuk
melayani kebutuhan pengangkutan. Pada daerah datar umumnya jaringan jalanmerupakan
kumpulan jalan-jalan lurus dengan sedikit belokan. Ini memungkinkan angkutanyang cepat
serta pendek.Lokasi jalan utama pertama-tama direncanakan sehingga terjadi hubungan
yangselurus-lurusnya antara komplek- komplek tegakan hutan yang paling produktif
dengankonsumen kayu (TPk dan pabrik pengolahan). Bila hutannya mempunyai potensi yang
samapada seluruh areal, jalan direncanakn semetris ditengah komplek dan jalan
cabangbercabang dengan jarak yang sama. Bila kayu berpusat dibeberapa kompleks, jalan
dibuatmelalui tengah-tengah kompleks-kompleks tersebut.
Sofyan (1976) menyatakan bahwa sistem jaringan jalan merupakan basis ekonomi
padapemungutan hasil hutan (kayu). Untuk itu seorang kontraktor maupun planilog jaringan
jalandituntut untuk memiliki pengetahuan ekonomi dari bentuk-bentuk hutan maupun
pemungutanhasil hutan.
Menurut Juta (1954), pada umumnya jalan hutan dibagi dalam dua kelas, yaitu:1. Jalan
IndukJalan induk yaitu jalan yang diperlukan untuk membuka seluruh areal dari HPH.Jalan
induk digunakan selama areal atau bagian-bagian areal hutan diusahakan,dengan demikian
jalan induk akan digunakan selama 5-20 tahun tergantung dari areal tersebut, apakah terbagi
dua atau lebih kesatuan pengangkutan dankepentingan pembukaan daerah sekitarnya.2. Jalan
Cabang dan Jalan RantingYang diperlukan untuk mendekati kayu yang akan dipungaut dari
jalan induk menujukelompok-kelompok hutan yang akan ditebang atau petak tebangan. Jalan-
jalancabang biasanya digunakan selamam 1-2 tahun, sama halnya dengan jalan
ranting.Berdasarkan bentuknya, jaringan jalan dapat dibagi dalam tiga pola, yaitu jalan
kontur(contour road), jalan lembah (valley road), dan jalan penghubung (connecting road).
Soeparto dan Mardikanto (1985) menyatakan bahwa salah satu faktor penting
dalampengangkutan adalah kecepatan kendaraan, yang juga tergantung dari tiga faktor,
antaralain Kualitas jalan, Kendaraan Pengemudi Kualitas jalan yang tinggi sangat menentukan
kecepatan angkutan. Oleh karena itustndar kualitas jalan adalah penting bila dikehendaki
prestasi angkutan yang dinginkan.
4
BAB III
METODE PENELITIAN
3.3.Langkah Kerja
A. Persiapan
Pada suatu perencanaan jaringan jalan yang baik akan selalu diperlukan peta- peta serta
informasi lainnya yang berhubungan dengan wilayah dimanan akan dibangun jalan. Informasi
ini sangat mutlak diperlukan untuk dapat memperlancar pelaksanaan pembangunannya.
Dalam perencanaan jalan angkutan hasil hutan peta topografi (skala 1 : 50.000) dan peta hutan
(skala 1 : 25.000) sangat penting, sebab dengan bantuan dua peta tersebut dapat digambarkan
terlebih dahulu berapa trace yang dapat kiranya dibuat dilapangan. Tujuan dibuatnya beberapa
trace alternatif ini adalah untuk menjaga apabila terjadi kegagalan akan mudah untuk mencari
trace pengganti.
Dalam pembuatan trace selalu perlu diingat bahwa trace yang lurus adalah yang terbaik,
karena merupakan jarak angkut yang terpendek. Penyimpangan dari trace yang lurus adalah
yang terbaik dan diperkenankan apabila ada alasan-alasan yang cukup kuat, seperti ;
1. Untuk menghindari tanjakan yang melampaui maksimum
2. Untuk menghindari keadaan yang luar biasa seperti tanah longsor, tanah yang tidak stabil,
daerah dengan bahaya banjir yang terlalu besar dan sering timbul
5
3. Untuk menghindari kemungkinan pembuatan bangunan-bangunan yang sangat mahal
(jembatan-jembatan panjang lain-lain)
4. Perlunya penyimpangan-penyimpangan untuk keperluan pembukaan sekunder wilayah
hutan.
Gambar 1. Titik profil yang terdapat pada daerah lurus dan belokan
6
Gambar diatas merupakan titik profil yang terdapat pada daerah lurus dan
belokan. Dari gambar diatas dapat dilihat:
- Titik awal belokan adalah titik profil no 7
- Titik tengah belokan adalah titik profil no 8
- Titik akhir belokan adalah titik profil no 9
d. Pada saat mulai mencoba menggambarkan trace di peta harus dibuat pula daftar
pembantu, supaya dapat diikuti ketentuan-ketentuan yang diberikan. Untuk lebih
jelas lihat contoh pada Tabel 1 daftar pembantu pembuatan trace.
Tabel 1. Daftar Pembantu Pembuatan Trace
e. Pada saat permulaan membuat trace dari A ke B buatlah terlebih dahulu garis-garis
patah, kemudian garis-garis patah tersebut dihubungkan dengan busur-busur
lingkaran sebagai belokan-belokan yang ada.
f. Untuk membuat trace dari titik A ke titik B jangan membuat satu trace rencana,
melainkan lebih dari satu supaya dapat diadakan pilihan-pilihan lain apabila tidak
memenuhi persyaratan.
7
yang diberikan (1 : 2000) dengan mengambil data dari pekerjaan pembuatan
trace
2) Jarak antar profil
Berdasarkan skala yang telah ditentukan (1 : 2000), maka jarak sebenarnya
dilapangan dapat dituliskan dalam meter. Jarak antar titik profil ini tidak
boleh lebih dari 100 meter (5 cm diatas peta). Misalnya: Jarak antara titik A
– titik 1 = 100 m Jarak antara titik 1 – titik 2 = 8 m. Demikian seterusnya
sampai ketitik B dengan keadaan dilapangan.
3) Jarak langsung
Yaitu untuk mengetahui seberapa jauh titik profil tertentu dengan titik awal
pembuatan trace (penjumlahan jarak antar profil A – B).
4) Tinggi tanah di As jalan
Merupakan tingginya titik-titik profil dilapangan sebelum ditarik garis
perataan. Untuk mengisi baris ini dapat dilihat kembali pada pekerjaan
pembuatan trace. Penggambaran penampang memanjang sesuai dengan titik-
titik profil yang bersangkutan (lihat peta topografi)
5) Tinggi As jalan
Tinggi As jalan ini merupakan ketinggian yang sebenarnya dari permukaan
badan jalan yang akan dibangun. Tinggi titik ini bisa dilihat setelah ditarik
garis perataan. Penarikan garis perataan ini dimaksudkan untuk
mendapatkan suatu jalan dengan pendakian yang lembut. Dan biasanya
penarikan garis perataan ini, pelandaian maksimum yang kita buat pada
pekerjaan pembuatan trace diturunkan (diperkecil). Garis perataan berupa
garis putus-putus.
6) Perbedaan galian/timbunan
Maksudnya disini adalah perbedaan tinggi galian dan timbunan, yaitu
dengan memperhatikan posisi penampang memanjang tanah dan garis
perataan pada tiap-tiap titik profil.
Timbunan terjadi apabila garis perataan posisinya diatas garis penampang
memanjang tanah. Galian terjadi apabila garis perataan posisinya dibawah
garis penampang memanjang tanah.
7) Pelandaian/helling mula-mula
Pekerjaan ini sebenarnya akan lebih mudah dilakukan setelah selesai
mengerjakan point 4), karena dari pekerjaan point 4) dapat dilihat tinggi
tanah pada tiap-tiap titik profil, sebelum ditarik garis perataan. Pelandaian
dinyatakan sebagai tangen dari sudut kemiringan yang diapit bidang miring
tanah dengan bidang horizontal (dalam %)
8) Pelandaian garis perataan
Menghitung ini sama saja dengan cara perhitungan point 7), hanya saja data
yang digunakan adalah dari point 5) atau dari ketinggian titik profil setelah
ditarik garis perataan (tinggi As jalan).
9) Jalan lurus/belokan
8
Pada garis ini hanya digambarkan suatu gambar kode untuk dapat melihat
secara tepat dimana terdapat jalan lurus, dimana terdapat belokan serta
berapa besarnya jari-jari belokan. Pada jalan lurus digambarkan berupa garis
lurus ( ).
Pada jalan belokan dapat dibedakan :
a) Belokan jalan kekiri dapat digambarkan sebagai berikut (contoh pada
Gambar 2)
9
Gambar 4. Penampang melintang badan jalan
a. Tempat lapisan pengerasan
b. Berm
c. Selokan
10
Contoh: Tinggi tanah di As jalan adalah 373 m dpl. Untuk pengukuran tinggi
dari masing-maing kontur dalam mm dengan kontur yang diatasnya adalah :
Dari 373 ke 374 = 1 mm
374 ke 375 = 1 mm
375 ke 376 = 1 mm Dan kontur dibawahnya :
371 ke 372 = 2 mm
372 ke 373 = 2 mm
Hasil pengukuran inilah yang dipindahkan pada penampang melintang untuk
bagian horizontal.
6. Selanjutnya adalah membuat penampang melintang badan jalan dengan
ketentuan yang telah ditetapkan sebagai berikut :
a. Lebar jalan adalah 5 m (2,5 cm pada kertas grafik)
b. Lebar berm adalah 3 m (1,5 cm pada kertas grafik) yaitu 1,5 di kiri dan
1,5 di kanan
c. Lebar selokan adalah 0,5 m (0,25 cm pada kertas grafik) pada bagian kiri
dan kanan
d. Dalam selokan 0,5 m
e. Kemiringan talud 1 : 1
f. Dan lain-lain
Dengan selesainya penggambaran penampang melintang jalan, maka akan
terlihat adanya galian dan timbunan yang kemudian nantinya akan dihitung
luas tanah galian dan timbunan untuk masing-masing titik profil dalam daftar
pekerjaan tanah.
Selanjutnya dengan mengalikan rata-rata bidang galian atau timbunan dengan jarak antara
titik profil yang berdekatan, maka akan diduga/dapat dihitung volume galian atau timbunan
11
antara dua titik profil yang berdekatan. Dengan cara menjumlahkan volume galian atau
timbunan pada setiap pasang titik profil yang berdekatan maka akan dihasilkan taksiran volume
galian atau timbunan pada jalan yang dibuat, meski hanya taksiran kasar.
12
BAB IV
HASIL DAN PENGUKURAN
4.2. Perhitungan Jarak Antar Titik Profil, Beda Tinggi dan Helling
Perhitungan jarak antara titik profil, beda tinggi, dan helling pada pekerjaan pembuatan
trace dilakukan pengukuran atas sebagai berikut:
13
- Panjang busur belokan
Dimana:
J = jarak (m)
α = sudut dalam busur belokan
π = 3,14
R = jari-jari belokan (m)
- Helling/pendakian
Dimana:
H = helling (%)
Bt= beda tinggi
15
Untuk titik profil 9 – 10 (lurus)
Titik 9 = 513
Titik 10 = 518
Bt =5
J = 80
H = 5/80×100 = 6,25
Tabel 3. Perhitungan Jarak Antar Titik Profil, Beda Tinggi dan Helling
Nomor Ketinggian Jarak Antar Beda Tinggi Helling (%) Keterangan
Profil Titik Profil Profil (m) (m)
(m dpl)
A 515
60 0 0 Lurus
1 515
66 2 3,03 Lurus
2 513
56 0 0 Lurus
3 513
80 1 1,25 Lurus
4 514
84 0 0 Lurus
5 514
20 0 0 Belokan
6 514 R60; 20º
20 0 0 Belokan
7 514 R60; 20º
90 1 1,11 Lurus
8 513
16
74 0 0 Lurus
9 513
80 5 6,25 Lurus
10 518
60 0 0 Lurus
11 518
80 2 2,5 Lurus
B 520
18
- Pada titik profil 4 tidak terjadi galian/timbunan, sebab garis penampang dan garis
perataan berimpit
- Pada titik profil 5 terjadi galian: (514-513,5) m = 1,5 m
- Pada titik profil 6 terjadi galian: (514-513,5) m = 1,5 m
- Pada titik profil 7 terjadi galian: (514-513,5) m = 1,5 m
- Pada titik profil 8 tidak terjadi galian/timbunan, sebab garis penampang dan garis
perataan berimpit
- Pada titik profil 9 terjadi timbunan: (513-514,5) m = 1,5 m
- Pada titik profil 10 terjadi galian: (518-516,5) m = 2,5 m
- Pada titik profil 11 dan B tidak terjadi galian/timbunan, sebab garis penampang
dan garis perataan berimpit
7. Pelandaian/helling mula-mula
Dapat dilihat tinggi jalan pada tiap-tiap titik profil sebelum ditarik garis perataan. Di
sini perhitungan pelandaian/helling mula-mula sudah dilakukan pada pekerjaan
pembuatan trace, jadi tidak perlu dilakukan perhitungan lagi.
Dimana:
Bt = beda tinggi
J = jarak antar titik profil
19
Titik profil 2-3 (lurus)
Titik 2 = 514,5
Titik 3 = 514,5
Bt =0
J = 56
H = 0/56×100 = 0
20
Titik profil 8-9 (lurus)
Titik 8 = 513
Titik 9 = 514,5
Bt = 1,5
J = 74
H = 1,5/74×100 = 2,02
9. Garis lurus/belokan
- Titik profil A – 1 (lurus)
- Titik profil 1 – 2 (lurus)
- Titik profil 2 – 3 (lurus)
- Titik profil 3 – 4 (lurus)
- Titik profil 4 – 5 (lurus)
- Titik profil 5 – 6 (belokan)
α = 20°
R = 60
- Titik profil 6 – 7 (belokan)
α = 20°
R = 60
- Titik profil 7 – 8 (lurus)
- Titik profil 8 – 9 (lurus)
21
- Titik profil 9 – 10 (lurus)
- Titik profil 10 – 11 (lurus)
- Titik profil 11 – 12 (lurus)
- Titik profil 12 – B (lurus)
Dari hasil perhitungan pembuatan penampang melintang memanjang (berdasarkan pada
Gambar peta topografi), dapat digambarkan penampang memanjang seperti yang tertera pada
gambar 6.
22
Gambar 6. Peta Topografi
23
Gambar 7. Hasil Perhitungan Pembuatan Penampang Memanjang
24
4.4. Perhitungan Pembuatan Penampang Melintang
Pembuatan penampang melintang adalah dengan melakukan pengukuran dari masing -
masing titik profil pada peta topografi yang diukur secara tegak lurus dalam ukuran milimeter.
Pengukuran dilakukan ke garis kontur di atas dan di bawah titik- titik profil sampai beberapa
kontur, kemudian dipindahkan pada kertas grafik (milimeter blok) dengan bantuan gambar
penampang memanjang (melihat tinggi tanah As jalan dan tinggi As jalan). Dalam pengukuran
penampang melintang, dengan perbandingan 1 mm adalah sama dengan 1 cm pada kertas grafik
dibagian horizontalnya, sedangkan vertikalnya adalah tinggi kontur pada peta topografi. Untuk
lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel berikut, kemudian dibuatkan gambar penampang
melintang pada setiap titik profil seperti terlihat pada Gambar 9.
Tabel 4. Perhitungan Pembuatan Penampang Melintang
25
13-14 2
14-15 2
15-16 5
7 (514) 12-13 5
13-14 2
14-15 2
15-16 5
8 (513) 11-12 3
12-13 2
13-14 3
14-15 3
15-16 1
16-17 1
9 (513) 11-12 2
12-13 5
13-14 4
14-15 1
10 (518) 19-18 7
18-17 10
11(518) 20-19 5
19-18 2
18-17 3
17-16 4
B (520) 23-22 1
22-21 2
21-20 3
20-19 1
19-18 1
18-17 1
17-16 3
26
Gambar 8. Perhitungan Pembuatan Penampang Melintang Profil A-3
27
Gambar 9. Perhitungan Pembuatan Penampang Melintang Profil 4-7
28
Gambar 10. Perhitungan Pembuatan Penampang Melintang Profil 8-11
29
Gambar 1. Perhitungan Pembuatan Penampang Melintang Profil B
30
4.5. Perhitungan Pembuatan Pekerjaan Tanah
Perhitungan pembuatan pekerjaan tanah dalam pengerjaannya menggunakan rumus:
- Luas segi tiga (▲) = ½ alas x tinggi
- Luas bujur sangkar (■) = sisi x sisi
- Luas persegi panjang ( ▄ ) = panjang x lebar
- Luas lain-lain (menghitung kotak-kotak milimeter)
Profil 1
Luas Timbunan:
L▲1 = ½×5×10 = 25mm²
L▲2 = ½×10×40 = 200mm²
L lain-lain = 10mm²
L total = 235mm²
Maka L di lapangan = (235mm² / 25mm²)
= 9,4m²
Luas Galian:
L▲1 = ½×8×10 = 40mm²
L▄ 2 = 10×30 = 300mm²
L▲3 = ½×9×28 = 126mm²
L▲4 = ½×5×9 = 22,5mm²
L▲5 = ½×5×13 = 32,5mm²
L lain-lain = 24mm²
31
L total = 543mm²
Maka L di lapangan = (543mm² / 25mm²)
= 21,8m²
Profil 2
Luas Timbunan:
L▲1 = ½×5×13 = 32,5mm²
L▲2 = ½×10×11 = 55mm²
L▲3 = ½×10×11 = 55mm²
L▲4 = ½×6×15 = 45mm²
L▄ 5 = 15×40 = 600mm²
L▲6 = ½×10×30 = 150mm²
L▲7 = ½×10×30 = 150mm²
L▄ 8 = 10×5 = 50mm²
L▲9 = ½×5×7 = 17,5mm²
L▲10 = ½×3×11 = 16,5mm²
L lain-lain = 26mm²
L total =1.171,5mm²
Maka L di lapangan = (1.171,5mm² / 25mm²)
= 46,86m²
Luas Galian:
L lain-lain = 9mm²
L total = 9mm²
Maka L di lapangan = (9mm² / 25mm)
= 0,36m²
Profil 3
Luas Timbunan:
L▲1 = ½×5×10 = 25mm²
L▲2 = ½×6×14 = 42mm²
L▲3 = ½×10×40 = 200mm²
L▄ 4 = 14×40 = 560mm²
L▄ 5 = 9×40 = 360mm²
L▲6 = ½×5×40 = 100mm²
L▲7 = ½×5×9 = 22,5mm²
L lain-lain = 66mm²
L total = 1.375,5mm²
Maka L di lapangan = (1.375,5mm² / 25mm²)
= 55,02m²
Profil 4
32
Luas Timbunan:
L▲1 = ½×5×10 = 25mm²
L▲2 = ½×10×40 = 200mm²
L lain-lain = 10mm²
L total = 235mm²
Maka L di lapangan = (235mm² / 25mm²)
= 9,4m²
Luas Galian:
L▲1 = ½×6×40 = 120mm²
L▲2 = ½×5×6 = 15mm²
L lain-lain = 40mm²
L total = 155mm²
Maka L di lapangan = (155mm² / 25mm²)
= 6,2m²
Profil 5
Luas Timbunan:
L▲1 = ½×4×40 = 80mm²
L▄ 2 = 4×49 = 196mm²
L▲3 = ½×10×11 = 55mm²
L▲4 = ½×10×30 = 150mm²
L▲5 = ½×10×11 = 55mm²
L▲6 = ½×10×11 = 55mm²
L▲7 = ½×6×10 = 30mm²
L▲8 = ½×5×10 = 25mm²
L▲9 = ½×4×15 = 30mm²
L▄ 10 = 35×10 = 350mm²
L lain-lain = 22mm²
L total = 1.048mm²
Maka L di lapangan = (1.048mm² / 25mm²)
= 42,92m²
Profil 6
Luas Timbunan:
L▲1 = ½×6×11 = 33mm²
L▲2 = ½×5×20 = 50mm²
L▄ 3 = 1×20 = 20mm²
L▄ 4 = 5×20 = 100mm²
L▲5 = ½×5×10 = 25mm²
L lain-lain = 12mm²
L total = 240mm²
Maka L di lapangan = (240mm² / 25mm²)
33
= 9,6m²
Luas Galian:
L▲1 = ½×13×30 =225mm²
L▄ 2 = 15×25 =375mm²
L▲3 = ½×5×25 =62,5mm²
L▲4 = ½×5×6 =15mm²
L▲5 = ½×6×15 =45mm²
L lain-lain = 40mm²
L total = 762,5mm²
Maka L di lapangan = (762,5mm² / 25mm²)
= 30,5m²
Profil 7
Luas Timbunan:
L▲1 = ½×2×5 = 5mm²
L▲2 = ½×3×20 = 30mm²
L▄ 3 =5×20 = 100mm²
L▲4 =½×5×10 = 25mm²
L lain-lain = 4mm²
L total = 164,25mm²
Maka L di lapangan = (164,25mm² /25mm²)
= 6,56m²
Luas Galian:
L▲1 = ½×15×30 = 250mm²
L▄ 2 =15×25 = 375mm²
L▲3 =½×5×25 = 62mm²
L▲4 =½×5×6 = 15mm²
L▲5 =½×6×15 = 45mm²
L lain-lain = 40mm²
L total = 762,5mm²
Maka L di lapangan = (762,5mm² / 25mm²)
= 30,5m²
Profil 8
Luas Timbunan:
L▲1 = ½×2×5 = 5mm²
L▄ 2 = 5×6 = 30mm²
L▲3 = ½×5×10 = 25mm²
L▄ 4 = 10×2 = 20mm²
L▲5 = ½×6×20 = 60mm²
L▲6 = ½×10×20 = 100mm²
34
L lain-lain = 10mm²
L total = 250mm²
Maka L di lapangan = (250mm² / 25mm²)
= 10m²
Luas Galian:
L▲1 =½×15×48 = 360mm²
L▲2 = ½×8×15 = 60mm²
L lain-lain = 22mm²
L total = 442mm²
Maka L di lapangan = (442mm² / 25mm²)
= 17,68m²
Profil 9
Luas Timbunan:
L▲1 = ½×11×28 = 154mm²
L▲2 = ½×18×80 = 720mm²
L▄ 3 = 5×80 = 400mm²
L lain-lain = 24mm²
L total = 1.298mm²
Maka L di lapangan = (1.298mm² / 25mm²)
= 51,92m²
Profil 10
Luas Galian:
L▲1 = ½×11×20 = 110mm²
L▲2 = ½×18×90 = 810mm²
L▄ 3 = 8×86 = 688mm²
L▲4 = ½×5×8 = 20mm²
L lain-lain = 18mm²
L total = 1.646m²m
Maka L di lapangan = (1.646mm² / 25mm²)
= 65,84m²
Profil 11
Luas Timbunan:
L▲1 = ½×13×40 = 260mm²
L▲2 = ½×8×14 = 52mm²
L lain-lain = 17mm²
L total = 329mm²
Maka L di lapangan = (329mm² / 25mm²)
= 13,16m²
35
Luas Galian:
L▲1 = ½×5×10 = 25mm²
L▲2 = ½×7×29 = 101,5mm²
L▄ 3 = 10×23 = 230mm²
L▲4 = ½×10×20 = 100mm²
L lain-lain = 22mm²
L total = 478,5mm²
Maka L di lapangan = (478,5mm² / 25mm²)
= 19,4m²
Profil B
Luas Timbunan:
L▲1 = ½×20×20 = 200mm²
L■ 2 = 20×20 = 400mm²
L▲3 = ½×10×10 = 50mm²
L▄4 = 10×20 = 200mm²
L▲5 = ½×20×10 = 100mm²
L▲6 = ½×3×8 = 12mm²
L▲7 = ½×8×24 = 96mm²
L lain-lain = 13mm²
L total = 1.071mm²
Maka L di lapangan = (1.071mm² / 25mm²)
= 42,84m²
Luas Galian:
L▲1 = ½×5×9 = 22,5mm²
L▲2 = ½×6×13 = 58,5mm²
L▲3 = ½×9×10 = 30mm²
L▄ 4 =11×11 = 110mm²
L▲5 = ½×4×4 = 8mm²
L▲6 = ½×10×30 = 150mm²
L lain-lain = 11mm²
L total = 390mm²
Maka L di lapangan = (390mm² / 25mm²)
= 15,6m²
36
Tabel 5. Perhitungan Pembuatan Pekerjaan Tanah
Nomor Jarak Antar Luas Penampang (m²) Luas Penampang Rata-Rata (m²) Volume (m²)
Profil Profil (m)
Galian Timbunan Galian Timbunan Galian Timbunan
A 15,3 7,02
60 (15,3+21,8)/2=26,2 (7,02+9,4)/2=11,72 60×26,2=1.572 60×11,7=702
1 21,8 9,4
66 (21,8+0,36)/2=21,98 (9,4+46,86)/2=32,83 66×21,98=1.450,68 66×32,83=2.164,8
2 0,36 46,86
56 (0,36+0)/2=0,18 (46,86+55,02)/2=74,37 56×0,18=10,08 56×74,37=4.164,72
3 0 55,02
80 (0+6,2)/2=3,1 (55,02+9,4)/2=59,72 80×3,1=248 80×59,72=4.777,6
4 6,2 9,4
84 (6,2+41,92)/2=27,16 (9,4+0)/2=4,7 84×27,16=2.281,44 84×4,7=394,8
5 41,92 0
20 (41,92+30,5)/2=57,17 (0+9,6)/2=4,8 20×57,17=1.143,4 20×4,8=96
6 30,5 9,6
20 (30,5+30,5)/2=45,75 (9,6+6,56)/2=12,88 20×5,75=115 20×12,88=257,6
7 30,5 6,56
90 (39,5+17,68)/2=48,34 (6,56+10)/2=11,56 90×48,34=4.350,6 90×11,56=1.040,4
8 17,68 10
74 (17,68+0)/2=8,84 (10+51,92)/2=35,96 74×8,84=654,16 74×35,96=2.661,04
9 0 51,92
80 (0+65,84)/2=32,92 (51,92+0)/2=25,96 80×32,92=2.633,6 80×25,96=2.076,8
10 65,84 0
60 (65,84+19,4)/2=75,54 (0+13,16)/2=6,58 60×75,54=4.532,4 60×6,58=394,8
11 19,4 13,16
80 (19,4+42,84)/2=40,82 (13,16+42,84)/2=34,58 80×40,82=3.265,6 80×34,58=2.766,4
B 15,6 42,84
770 22.256,96 21.496,96
= Rp.1.612.272.000
37
Total biaya = Rp.2.225.696.000 + Rp.1.612.272.000
= Rp.3.837.968.000
Jadi secara keseluruhan biaya yang diperlukan untuk galian dan timbunan sebesar Rp.
3.837.968.000
38
BAB VIII
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari praktikum ini yaitu:
1. Hutan merupakan suatu suatu kawasan yang dipenuhi pepohonan dan juga beragam jenis
satwa didalamnya. Kawasan hutan harus dikelola dan dimanfaatkan sesuai kegunaannya.
2. Pengelolaan kawasan hutan merupakan salah satu faktor pendukung kemajuan suatu
daerah dan negara. Dalam pengelolaan kawasan hutan perlu adanya perencanaan yang
diperlukan salah satunya yaitu pembuatan jalan angkutan hasil hutan.
3. Pembukaan jalan angkutan hasil hutan perlu dipertimbangkan oleh masyarakat daerah
terkait program kerja yang akan dilakukan yang terlebih penting dampak positif manfaat
bagi masyarakat disekitar kawasan hutan, dengan demikian jalan-jalan tersebut, selain
digunakan untuk jalan angkutan hasil hutan juga mempunyai nilai tambah sebagai jalan
angkutan umum sejalan dengan perkembangan daerah tersebut dalam pembangunan
nasional dikemudian hari.
4. Pengalaman mengusahakan hutan, terutama memungut hasil hutan yang berupa kayu,
ternyata biaya pemungutan hasil hutan sebagian besar merupakan biaya pengangkutan
(meliputi biaya pemeliharaan jalan, upah pengangkutan, perawatan dan pemeliharaan alat
pengangkutan serta bahan bakar dan lain-lain). Dengan demikian pembuatan jalan
angkutan hasil hutan harus memenuhi spesifikasi teknik, sehingga membawa dampak
positif di samping meningkatnya efisiensi kerja, waktu dan tenaga.
5. Pada penentuan trace di peta topografi 1: 2000 dari titik A – B sepanjang 770meter dengan
13 buah titik profil dilapangan. Hasil perhitungan yang dilakukan terhadap biaya untuk
galian sebesar Rp.2.225.696.000 dan timbunan Rp. 1.612.272.000 Jumlah biaya total yang
diperlukan untuk galian dan timbunan dalam rangka pembuatan jalan angkutan hasil hutan
dengan panjang jalan 770meter adalah sebesar Rp. 3.837.968.000
3.2. Saran
Saran yang dapat diberikan terkait praktikum ini yaitu:
1. Penentuan trace yang akan hendaklah dipilih sebaiknya diperhatikan dengan seksama agar
mendapatkan jaringan jalan angkutan yang dapat berfungsi sebagaimana mestinya dengan
biaya pembuatan minimum serta biaya pemeliharaan yang rendah.
2. Perhitungan yang dilakukan dalam melihat kisaran biaya diperhatikan dan dihitung
dengan teliti.
3. Dalam merencanakan trace tidak hanya satu trace saja yang dibuat, melainkan lebih dari
satu trace supaya dapat melakukan pilihan- pilihan lain apabila belum memenuhi
persyaratan.
4. Dalam merencanakan pembuatan jalan angkutan hasil hutan perlu dilakukan survey
lapangan untuk melihat medan yang sebenarnya. Dengan demkian antara perencanaan
dan keadaan lapangan dapat disesuaik
39
DAFTAR PUSTAKA
Pranggodo, B dan Mardikanto, T.R. 1978. Bahan Kuliah dan Praktek Ilmu
Bangunan Hutan. Fakultas Kehutanan IPB
Suryokusumo, S. 1970. Kumpulan Diktat Kuliah Bangunan Hutan Bagian I.
Fakultas Kehutanan IPB
Suryokusumo, S. 1973. Pedoman Pembuatan Jalan Angkutan Hasil Hutan.
Lembaga Penelitian Hasil Hutan Bogor
Suparto, R. S dan Tinambunan D. 1976. Saran-saran Perbaikan Cara Pembuatan
Jalan Hutan di Indonesia. Publikasi Khusus No. 32. Lembaga Penelitian Hasil Hutan
Bogor
Suparto, R. S dan Mardikanto, T.R. 1985. Diktat Pembukaan Wilayah Hutan dan
Angkutan (Major Transportation). Kanwil Kehutanan Departemen Provinsi Kalimantan
Barat
Soehadi. 1990. Diktat Pembukaan Wilayah Hutan. Departemen Kehutanan,
Pusat Pembinaan Pendidikan dan Latihan Bogor
Widjanarko I.B. 1973. Pembuatan Trace Jalan Hutan. Berita Hasil Hutan Th.II.
Direktorat Jenderal Kehutanan Jakarta
40
LAMPIRAN
41