Anda di halaman 1dari 42

KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang telah
memberikan segala rahmat dan karunia-Nya sehingga laporan ini berhasil
diselesaikan.
Diharapkan laporan ini bermanfaat untuk menambah informasi mengenai
mata kuliah Pembukaan Wilayah Hutan yang merupakan salah satu aspek yang
sangat penting dipertimbangkan dalam penyusunan laporan.
Saya menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna, oleh karena
itu saya mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun untuk
menyempurnakan laporan ini. Akhir kata saya ucapkan semoga laporan ini
bermanfaat.

Pontianak, 05 Desember 2019

Penyusun

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .............................................................................................i


DAFTAR ISI .......................................................................................................... ii
DAFTAR TABEL ................................................................................................. iii
DAFTAR GAMBAR .............................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ...................................................................................... 1
B. Tujuan ................................................................................................... 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Pemanenan Hasil Hutan ........................................................................ 3
B. Pengangkutan Hasil Hutan .................................................................... 3
C. Jalan Angkutan ...................................................................................... 3
D. Lapisan Pengerasan Jalan ...................................................................... 4
E. Penampang Memanjang ........................................................................ 5
F. Penampang Melintang ........................................................................... 5
G. Daftar Pekerjaan Tanah ......................................................................... 6
BAB III BAHAN DAN METODE PRAKTIKUM
A. Alat dan Bahan ...................................................................................... 7
B. Prosedur Praktikum ............................................................................... 7
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Pembuatan Trase dan Penentuan Titik Profil ...................................... 12
B. Pembuatan Penampang Memanjang ................................................... 15
C. Pembuatan Penampang Melintang ...................................................... 17
D. Daftar Pekerjaan Tanah dan Biaya ...................................................... 27
E. Analisis Biaya ..................................................................................... 28
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ......................................................................................... 29
B. Saran .................................................................................................... 29
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 30

2
DAFTAR TABEL

Tabel 1. Tinggi Titik Profil ................................................................................. 12


Tabel 2. Jarak Antar Titik Profil ......................................................................... 13
Tabel 3. Tabel Daftar Pembuatan Trase .............................................................. 14
Tabel 4. Daftar Pembuatan Penampang Memanjang .......................................... 15
Tabel 5. Tinggi As Jalan ..................................................................................... 16
Tabel 6. Daftar Pembuatan Penampang Melintang ............................................ 18
Tabel 7. Daftar Pekerjaan Tanah ........................................................................ 27

3
DARTAR GAMBAR

Gambar 1. Profil A ..................................................................................... 19


Gambar 2. Profil 1 ..................................................................................... 20
Gambar 3. Profil 2 ...................................................................................... 21
Gambar 4. Profil 3 ...................................................................................... 22
Gambar 5. Profil 4 ...................................................................................... 23
Gambar 6. Profil 5 ...................................................................................... 24
Gambar 7. Profil 6 ...................................................................................... 25
Gambar 8. Profil B ..................................................................................... 26

4
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pembukaan wilayah hutan adalah kegiatan penyediaan prasarana atau
infrastruktur seperti jaringan jalan, log pond, base camp induk dan base camp
cabang, base camp pembinaan hutan, tempat penimbunan kayu/TPK, tempat
pengumpulan kayu/TPN, jembatan dan gorong-gorong, menara pengawas, dan
lain-lain. Kegiatan tersebut agar berlangsungnya kegiatan produksi, pembinaan
hutan, inspeksi kerja, transportasi dan komunikasi antar pusat
kegiatan.Pembukaan wilayah hutan harus dilaksanakan secara bertahap dan
terpadu dalam perencanaannya agar dapat melayani kebutuhan masa kini dan
masa yang akan datang dalam pengelolaan hutan lestari. Pembukaan wilayah
hutan berfungsi untuk mempermudah pengangkutan pekerja, peralatan, bahan-
bahan keluar masuk hutan, kegiatan pembinaan hutan, kegiatan pemanenan hutan,
penebangan, penyaradan, pengumpulan, dan pengangkutan, serta mempermudah
kegiatan hutan lainnya.
Sebelum dilakukannya pembukaan wilayah hutan, ada satu tahapan yang
sangat penting dan dapat dijadikan indikator penilaian kualitas PWH tersebut
yakni perencanaan PWH. Apabila perencanaan PWH bernilai baik maka PWH
tersebut layak untuk digunakan. Oleh sebab itu, praktikum Perencanaan PWH
sangat diperlukan oleh mahasiswa Manajemen Hutan sebagai simulasi dalam
perencanaan PWH.
Dalam perencanaan PWH ada empat aspek penting yaitu aspek teknis, aspek
ekologi, aspek ekonomi, dan aspek sosial-budaya. Dengan memperhatikan
perpaduan aspek teknis, ekonomis, ekologis dan sosial budaya setempat dalam
melakukan pembukaan dasar wilayah hutan, pembukaan tegakan, pemilihan
sistem pemanenan kayu, penanaman, pemeliharaan dan penjarangan hutan yang
akan dipakai diharapkan pemanfaatan sumberdaya hutan dapat dilakukan dengan
lestari.

5
B. Tujuan
- Mahasiswa dapat memahami dan mengerti bagaimana cara membuat trase
jalan dan penentuan titik profil
- Mahasiswa dapat mengerti cara pembuatan penampang memanjang
- Mahasiswa dapat mengerti cara pembuatan penampang melintang
- Mahasiswa dapat megerti cara pembuatan daftar pekerjaan tanah
- Mahasiswa dapat mengetahui daftar analisis biaya

6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pemanenan Hasil Hutan
Pemanenan hasil hutan adalah serangkgaian kegiatan kehutanan yang
mengubah pohon atau biomassa lainnya, sehingga bermanfaat bagi keghidupan
ekonomis dan kebudayaan masyarakat. Salah satu kegiatan yang termasuk dalam
kegiatan pemanenan hasil hutan adalah pengangkutan kayu ke tempat
penimbunan kayu atau ke empat pengolahan selanjutnya.
Pemanenan hasil hutan dapat pula diartikan sebagai serangakaian kegiatan
yang dimaksudkan untuk memindahkan kayu dari hutan ke tempat penggunaan
atau pengolahan (Conway, 1978). Kegiatan ini dibedakan atas empat komponen
utama, yaitu :
1. Penebangan, yaitu mempersiapkan kayu seperti menebang pohon dan
memotong kayu sebelum kayu disarad jika dianggap perlu.
2. Penyaradan, yaitu usaha untuk memindahkan kayu dari tempat penebangan
ke tepi jalan angkutan.
3. Pengangkutan, yaitu usaha mengangkut kayu dari hutan ke tempat
penimbunan atau pengolahan.
4. Penimbunan, yaitu usaha untuk menyimpan kayu dalam keadaan baik
sebelum digunakan tau dipasarkan, dalam kegiatan ini termasuk pemotongan
ujung-ujung kayu yang pecah atau kurang rata sebelum ditimbun.

B. Pengangkutan Hasil Hutan


Pengangkutan hasil hutan adalah pengangkutan balak (log) dari tempat
penebangan sampai ke tempat tujuan akhir seperti tempat penimbunan kayu
(TPK) atau langsung ke konsumen. Tujuan pengangkutan kayu adalah agar kayu
dapat samapai di tujuan pada waktu yang tepat secara kontinu dengan biaya yang
minimal. Kayu akan turun kualitasnya apabila terlalu lama diabiarkan di dalam
hutan.
C. Jalan Angkutan
Dalam perencanaan jalan angkutan hasil hutan, peta topografi dan peta hutan
sangat diperlukan karena dari jejak tersebut dapat digambarkan jejak yang
mungkin akan dibuat dilapangan. Dalam hal ini kami ingin membuat beberapa
alternatif untuk menjaga jika terjadi dalam proses dapat dengan mudah mencari
jejak yang baru.

7
Dalam pembuatan jejak, bentuk jejak yang lurus adalah bentuk yang terbaik
karena memiliki jarak angkut yang pendek. Penyimpangan dari bentuk jejak yang
lurus hanya digunakan jika:
- Untuk menghindari tanjakan yang melebihkan batas maksimum kendaraan.
- Untuk negara yang luar biasa seperti tanah longsor, tanah yang tidak stabil dll.
- Untuk menghindari pembuatan bangunan-bangunan yang sangat besar dan
mahal.
- Untuk keperluan pembukaan sekunder hutan.
Berdasarkan keadaan-keadaan di atas, maka jejak yang akan dibuat terdiri dari
garis-garis lurus dan bagian-bagian busur lingkaran.
Jika serangkaian jejak yang lurus dengan jarak tempuh yang panjang dan tidak
diperlukan tikungan, maka perlu dibuat tikungan-tikungan kejut jika ada tanjakan
atau turunan ditempat agar-agar sipengemudi tidak terlena atau mengantuk karena
jalan yang monoton.
D. Lapisan Pengerasan Jalan
Pengerasan jalan berfungsi untuk melindungi jalan dari gaya destruktif
(merusak) membuat permukaan jalan rata dan stabil serta meneruskan dan
menyebarkan tekanan ke badan jalan.
Macam pengerasan terdiri dari pengerasan elastis, graduit dan macadam:
 Pada pengerasan elastis dipakai bahan yang berupa pasir, kerikil halus,
kerikil kasar, batu pengisi dan sebagai bahan perekat/penutup
permukaan terhadap pengaruh air digunakan bahan bitumen (aspal), ter
atau karet mentah.
 Pengerasan graduit adalah konstruksi perbaikan tanah dan pengerasan
yang banyak dipakai di hutan.
 Pada pengerasan macadam struktur jalan terdiri dari lapisan fundamen,
pengisi, penutup atau lapisan aus.
Untuk melindungi badan jalan dari pengaruh air, maka sepanjang jalan
ditanami rumput atau dilapisi batu, pembuatan selokan dan urung-urung serta
diperhatikan pula.

8
E. Penampang Memanjang
Tahap pembuatan penampang memanjang didasarkan pada pekerjaaan
pembuatan trace dipeta topografi. Perencanaan trace yang baik pada peta
topografi akan memudahkan pembuatan penampang melintang jalan. Sebaliknya,
pembuatan trace yang kurang cermat dan teliti akan membuat pekerjaan
pembuatan penampang memanjang jalan mendapatkan kesukaran, (soeparto dan
Mardikanto, 1985).
Pembuatan penampang memanjang pada tahap permulaan, menurut Soeparto
dan Mardikanto akan menggambarkan secara kasar penampang tanah asli dimana
akan dilalui jalan yang direncanakan sesuai dengan titik-titik profil yang dibuat
pada penarikan trace di peta topografi.
Sebaiknya profil memanjang jalan disesuaikan dengan profil memanjang
tanah agar biaya penggalian dan penimbunan dapat ditekan. Dalam hal ini perlu
diadakankompromi antara kepentingan lalu lintas yang menghendaki pendakian
dan penurunan yang tidak curam disatu piak dengan biaya pembangunan yang
dibatasi dipihak lain.
Untuk kompromi ini diadakan syarat-syarat minimum tentang landai
pendakian dan syarat-syarat penurunan. Profil memanjang yang ideal adalah
apabila A dan B dapat dicapai dengan mendaki saja (kendaraan kosong) atau
menurun saja (kendaran isi). Hal ini sesuai dengan jalan angkutan searah seperti
halnya jalan angkutan hasil hutan.

F. Penampang Melintang
Pekerjaan pembuatan penampang melintang erat hubungannya dengan
pekerjaan pembuatan trace dan pembuatan penampang memanjang jalan. Kurang
sempurnanya pekerjaan pembuatan pekerjaan-pekerjaan terdahulu akan
meyebabkan pekerjaan pembuatan penampang melintang menjadi lebih sukar.
Pada pekerjaan penampang memanjang dapat dilihat penampang memanjang
permukaan tanah asal yang akan dilewati jalan dan garis perataan yang akan
dipakai sebagai as jalan. Atas dasar pekerjaan penampang memanjang dapat
dibuat penampang melintang tanah asal dan penampang melintang jalan.
Bagian-bagian jalan yang dapat terlihat pada penampang melintang adalah:

9
1. Selokan yang terletak di kiri dan kanan jalan
2. Jalur lunak (berm)
3. Jalur jalan yang dilalui kendaraan
Dengan menggunakan penggambaran bagian-bagian jalan pada penampang
melintang tanah asal, maka akan terlihat besarnya galian dan timbunan tanah yang
harus dikerjakan pada suatu titik profil. (Soeparto dan Mardikanto, 1985).

G. Daftar Pekerjaan Tanah


Untuk dapat menduga secara global besarnya galian dan timbunan pada
seluruh pekerjaan pembuatan jalan, perlu kiranya dibuat daftar pekerjaan tanah.
Untuk mengisi daftar pekerjaan tanah, maka perlu dilaksanakan perhitungan
terlebih dahulu terhadap luas galian dan timbunan yang ada pada setiap titik profil
berdasarkan gambar penampang melintang. Untuk menghitung luas galian dan
juga timbunan, adalah dengan membuat segitiga siku-siku, persegi panjang,
trapezium pada daerah galian serta timbunan dari masing-masing titik profil agar
perhitungannya menjadi lebih mudah dan teliti. Luas galian dan timbunan dari
masing-masing titik profil yang dihitung dengan memperhatikan penampang
melintangnya didapat dalam satuan millimeter. Untuk mendapatkan luas
sebenarnya dilapangan, maka luas galian dan timbunan dari masing-masing titik
profil yang tergambar pada kertas grafik dikonversikan kedalam satuan meter.
Dari luas galian dan timbunan yang telah didapat, selanjutnya dilakukan
perhitungan volume. Setelah volume galian dan timbunan diketahui, maka akan
diketahui taksiran volume galian dan timbunna dari jalan yang dibuat, walaupun
berupa taksiran kasar.

10
BAB III
BAHAN DAN METODE PRAKTIKUM

A. Alat dan Bahan


1) Alat
- Penggaris
- Pensil
- Jangka
- Busur derajat
- Penghapus
- Kalkulator
2) Bahan
- Peta Topografi skala 1 : 2000
- Kertas M\milimeter block
B. Prosedur Praktikum
1. Pembuatan Trase Jalan dan Penentuan Titik Profil
- Membuat trase untuk menghubungkan titik A dan titik B, yang
terdapat pada Peta Topografi skala 1 : 2000 dengan langkah-
langkah sebagai berikut :
- Menentukan titik-titik profil pada trase jalan yang menghubungkan
titik A dan titik B, diberi nama dari A-l-2-3.....B
- Menentukan tinggi pada masing-masing titik profil, kemudian
menghitung beda tingginya
- Mengitung jarak antar titik profil dari titik profil A sampai titik
profil B, dengan mempertimbangkan beberapa ketentuan yaitu
Jarak antar titik profil pada jalan lurus maksimal 100 meter, dan
pada daerah belokan diletakan 3 titik profil masing - masing pada
awal, tengah dan akhir belokan. Untuk belokan diperhalus dengan
menggunakan jangka, serta ditentukan jari-jari pada bclokan.
Untuk daerah lurus jarak antar titik profil dihitung berdasarkan
panjang titik profil dilihat dari penggaris kemudian dihitung
berdasarkan perbandingan skala.

11
Sedangkan untuk daerah belokan jarak dihitung dengan rumus :
α
Jarak (𝐽) = 360∘ x 2 πr
Ket α = Besar susut pada belokan
π = 3,14
r = Jari-jari belokan
- Setelah jarak antar profil diketahui, selanjutnya menghitung heling
pada masing-masing titik profi. Penentuan helling barus sesuai
dengan syarat yang telah ditentukan baik untuk daerah lurus
maupun daerah belokan, yaitu:
 Untuk daerah datar max 5%
 Untuk daerah pegunungan stdang 6 – 7%
 Untuk daerah pegunungan berat 8 – 10%
 Untuk Belokan maksimal 5%
 Pada daerah belokan jari-jari minimal 50 m dan maksimal 80
m. Pada belokan ini dibuat'titik profil awal, titik tengah dan
titik akhir belokan
- Menghitung helling menggunakan rumus :
Helling = Beda Tinggi / Jarak antar titik profil x 100%
- Membuat tabel bantu pembuatan trace, serta mengisinya dengan
data - data hasil perhitungan jarak antar profil, ketinggian titik
profil maupun % helling
No Ketinggian Jarak Beda Helling Keterangan
Profil Titik Profil Antar Tinggi (%)
(m dpl) Profil (m)
(m)
A
Dst

2. Pembuatan Pcnampang Mcmanjang


Membuat pcnarnpang mcmanjang dalam kenas mm blok, pembuatzm
penampang memanjang berdasarkan pada trace dengan skala vcrtikal
1:200 dan horizontal 1:2000 dcngan langkah-langkah sebagai berikut :
- Membuat dua buah garis sumbu x dan sumbu y

12
- Sumbu x untuk jarak antar titik profil, sedangkan sumbu y untuk
ketinggian masing-masing titik profil
- Membuat grafik untuk penampang memanjang jalan, jarak antar
titik profil disesuaikan dengan ketinggian masing-masing profil
- Setelah penampang memanjang jalan jadi, langkah selanjutnya
adalah membuat tabel untuk penampang melintang jalan
No. Titik Profil Totok Profil A Sampai Titik Profil B
Jarak antar titik profil (m)
Jarak langsung (m)
Tinggi As tanah (m)
Tinggi As jalan (m)
Perbedaan galian & timbunan(m)
Helling mula-mula (%)
Helling garis perataan (m)

Untuk mengisi tabel penampang memanjang, hal yang harus diperhatikan


adalah :
 Menyesuaikan nomor titik profil dengan titik profil yang telah di
buat
 Selanjutnya, menyesuaikan jarak antar titik profil yang merupakan
jarak antara dua titik profil yang berurutan, dengan skala horizontal
1 : 2000
 Menentukan jarak langsung, untuk mengetahui jarak dari
perencanaan yang dibuat berdasarkan data yang didapat dari tabel
bantu.
 Menentukan tinggi tanah di As jalan yang merupakan ketinggian
tanah asal di dalam perencanaan jaringan jalan sebelum di lakukan
garis perataan
 Perbedaan galian dan timbunan, didapat setelah dilakukan
penarikan garis perataan. Jika garis perataan berada diatas tanah
asli berarti terdapat timbunan dan seoaliknya
 Helling mula-mula, merupakan persentase perbandingan antara
beda tinggi di As tanah dari dua titik profil yang berurutan dengan
jarak dua titik profil yang bersangkutan

13
 Helling garis perataan, merupakan persentase perbandingan antara
beda tinggi tanah di As jalan dari dua titik profil yang berurutan
denganjarak dua titik
 Jalan lurus atau belokan, digambarkan dengan kode berupa garis
lurus atau berbentuk busur
3. Pembuatan Penampang Melintang
- Menyiapkan kertas milimeter blok dan penggaris. Setiap kontur
dengan ukuran lcm menandakan 1mm pada kertas mm blok
- Membuat bidang melintang trace pada peta, bidang ini akan
tergambar sesuai dengan garis lurus yang memotong tegak lurus
trace
- Memindahkan keatas kertas grafik dengan skala 1:200 (vertikal
dan horisontal) badan melintang trace pada peta tersebut
- Menentukan terlebih dahulu tinggi tanah di as jalan dan tinggi as
jalan pada penggambaran diatas mm block
- Selanjutnya penampang melintang trace digambarkan pada
perpotongan tinggi tanah pada as jalan dengan bidang melintang
trace yang dipindahkan tersebut, dengan ketentuan sebagai berikut
 Lebar badan jalan 5 meter (2,5 cm dalam kertas mm biock)
 Lebar berm dikiri dan kanan jalan masing-masing 1,5 m (0,75
cm didalam kertas mm block)
 Parit (selokan) dibuat selebar 0,25 m lciri dan kanan (0)125
cm didaJam kertas mm block)
 Dalam selokan 0,25 meter (0,125 cm dalam kertas mm block
 Kemiringan talud 1:1 yang membentuk 45∘
- Setelah jarak antara kontur sudah diketahui, selanjutnya
memasukkan data-data ke dalam tabel pembuatan penampang
melintang
No. Titik Profil Titik profil A – Titik profil B
Jarak antar titik profil (m)
Jarak langsung (m)
Tinggi As tanah (m)
Tinggi As jalan (m)

14
4. Pembuatan Daftar Pekerjaan Tanah
- Menghitung luas bidang galian dan timbunan pada tiao-tiap
(bentuk segitiga, bujur sangkar, persegi panjang dll.)
- Menjumlahkan masing-masing luas bidang galian untuk
mendapatkan luas total pada satu profil.
- Mencari rata-rata bidang galian dan timbunan antaratitik profil
yang berdekatan
- Mengalikan rata-rata bidang galian dan timbunan dengan jarak titik
profil yang berdekatan untuk mendapatkan taksiran volume galian
dan timbunan.
 Volume galian : Jarak profil x luas rata-rata penampang
galian
 Volume timbunan : Jarak profil x luas rata-rata penampang
timbunan
- Membuat tabel daftar pekerjaan tanah
Titik Jarak Luas Penampang Luas Penampang Volume (m3)
Profil (m) Melintang (m2) rata-rata (m2)
Galian Timbunan Galian Timbunan Galian Timbunan
A
dst
B
Total

5. Daftar Analisis Biaya


Biaya galian dan timbunan dapat dihitung dengan cara :
- Biaya galian : Total volume galian x biaya galian/m3
- Biaya Timbunan : Total volune timbunan x biaya timbunan/m3
Yang mana upah untuk :
Galian : Rp.
Timbunan : Rp.

15
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Pembuatan Trace dan Penentuan Titik Profil


Dalam pembuatan trace jalan, titik – titik profil diperlukan untuk
mempermudah pekerjaan pembuatan jalan. Pembuatan trase jalan dari titik A ke
titik B yang dibuat pada peta topografi dengan skala 1 : 2000, serta penentuan
titik profil sekaligus penentuan ketinggian dari masing – masing titik profil
diperoleh hasil dengan data sebagai berikut :

Tabel 1. Tinggi Titik Profil

No. Profil Tinggi titik profil


A 515
1 513
2 513
3 513
4 515
5 513
6 518
7 516
8 524
9 520
10 517
11 517
B 515

Penentuan jarak antar masing – masing titik profil diperoleh dengan


membandingkan skala pada peta dengan skala di lapangan. Skala pada peta
topografi adalah 1:2000 yang mengartikan 1 cm di peta sama dengan 20 m
dilapangan. Untuk jarak antar titik profil pada area belokan diperoleh dengan
menggunakan rumus :
Jarak = α x2xπxR ket : α = sudut pada belokan
360 π = 3,14
R = jari- jari belokan

16
Dari hasil pengukuran dengan menggunakan penggaris dipeta diperoleh jarak
antar masing-masing titik profil adalah sebagai berikut.

Tabel 2. Jarak Antar Titik Profil


No. Profil Jarak Antar Titik Profil (m dpl)
A-1 38
1-2 44
2-3 40
3-4 40
4-5 46
5-6 40
6-7 20
7-8 34
8-9 20
9-10 44
10-11 24
11-B 2

Penentuan jarak
- Jarak profil A – 1
Pada peta 1,9 cm yang berarti 38 m dilapangan
- Jarak profil 1 – 2
Pada peta 2,2 cm yang berarti 44 m dilapangan
- Jarak profil 2 – 3
Jarak = 2 cm
- Jarak profil 3 – 4
Jarak = 2 cm
- Jarak profil 4 – 5
Pada peta 2,3 cm yang berarti 46 m di lapangan
- Jarak profil 5 – 6
Pada peta 2 cm yang berarti 40 m di lapangan
- Jarak profil 6 – 7
Pada peta 1 cm yang berarti 20 m di lapangan
Jarak profil 7 – 8
Pada peta 1,7 cm yang berarti 34 m di lapangan
Jarak profil 8 – 9
Pada peta 1,1 cm yang berarti 20 m di lapangan

17
Jarak profil 9 – 10
Pada peta 2,2 cm yang berarti 44 m di lapangan
Jarak profil 10 – 11
Pada peta 1,2 cm yang berarti 24 m di lapangan
Jarak profil 11 – B
Pada peta 2 cm yang berarti 40 m di lapangan

18
Pada tahap pembuatan trace jalan juga ditentukan beda tinggi antar titik profil
untuk menentukan helling. Perhitungan helling diperoleh dengan rumus :
Helling = Beda Tinggi x 100%
Jarak
Perhitungan Helling
 Titik Profil A – 1  Titik Profil 6 – 7
Bt = 515 – 513 = 2 Bt = 518-516 = 2
H = 2/38 X 100 % = 5,2 % H = 2/20 X 100 % = 10%
 Titik Profil 1 – 2  Titik Profil 7 – 8
Bt = 513 – 513 = 0 Bt = 516 – 524 = 8
H = 0/44 X 100 % = 0 % H = 8/34 X 100% = 23,5%
 Titik Profil 2 – 3  Titik Profil 8 – 9
Bt = 513-513= 0 Bt = 524 – 520 = 4
H = 0/40 X 100 % = 0 % H = 4/20 X 100% = 20%
 Titik Profil 3 – 4  Titik Profil 9 – 10
Bt = 513 – 515 = 2 Bt = 520 – 517 = 3
H = 2/40 X 100 % = 5 % H = 3/44 X 100% = 6,8%
 Titik Profil 4 – 5  Titik Profil 10 – 11
Bt = 517 – 517 = 0
Bt = 515 – 513 = 2
H = 0/24 X 100% = 0%
H = 2/46 X 100 % = 4,3%  Titik Profil 11 – B
Bt = 517 - 515 = 2
 Titik Profil 5 – 6
H = 2/40 X 100% = 5%
Bt = 513-518 = 5
H = 5/40 X 100 % = 12,5 %

Tabel 3. Tabel Daftar Pembuatan Trase


No. Ketinggian Jarak BT Helling Lurus/ Keterangan
Profil Titik (m) (m) (%) Belokan
Profil (m dpl)
A 515

38 2 5,2 % Lurus

1 513

44 0 0% Lurus

2 513 R = 51,75 m
α = 103,50
40 0 0% Belokan

3 513

19
40 2 5% Belokan R = 51,75 m
α = 103,50
4 515

46 2 4,3 % Lurus

5 513

40 5 12,5 % Lurus

6 518

20 2 10% Lurus

7 516

34 8 23,5% Lurus

8 524

20 4 20% Lurus

9 520

44 3 6,8% Lurus

10 517

24 0 0% Lurus

11 517

40 2 5% Lurus

B 515

B. Pembuatan Penampang Memanjang


Pembuatan penampang memanjang dilalukan diatas milimeter blok dengan
skala 1 : 200 pada sumbu y dan skala 1 : 2000 pada sumbu x. Sumbu x untuk
jarak antar profil, sedangkan sumbu y adalah ketinggian masing – masing profil.
Dengan data sebagai berikut :

20
Tabel 4. Daftar Pembuatan Penampang Memanjang

No. Profil A 1 2 3 4 5 6 7
Jarak Antar Profil
38 44 40 40 46 40 20
(m)
Jarak langsung (m)
38 82 208 248 268
122 162
Tinggi As Tanah
(m dpl) 515 515 513 513 515 513 518 516

Tinggi As Jalan (m
dpl) 515 515 515 515 515 515 515 516

Perbedaan
0 4 0 0 0 0 6 0
Galian (m)

Timbunan (m) 0 0 4 4 0 4 0 0

Helling mula-mula
(%) 5,2 0 0 5 4,3 12 10

Helling Garis
Perataan (%) 5
0 0 0 0 0 0
Lurus/Belok

No. Profil 8 9 10 11 B
Jarak Antar Profil 34 20 44 24 40
(m)
Jarak langsung 302 322 366 390 430
(m)
Tinggi As Tanah 524 520 517 517 515
(m dpl)
Tinggi As Jalan 517 517 517 517 517
(m dpl)
Perbedaan 14 6 0 0 0
Galian (m)
Timbunan (m) 0 0 0 0 4
Helling mula- 23,5 20 6,8 0 5
mula (%)
Helling Garis 2,9 0 0 0 0
Perataan (%)
Lurus/Belok

21
- Jarak Antar Profil
A – 1 = 38 m 3 – 4 = 40 m 6 – 7 = 20 m
1 – 2 = 44 m 4 – 5 = 46 m 7 – 8 = 34 m
2 – 3 = 40 m 5 – 6 = 40 m 8 – 9 = 20 m
9 – 10 = 44 m 11 – B = 40 m

- Jarak Langsung
Didapat dengan mengkomulatifkan jarak dari titik profil A sampai titik profil B :
A – 1 = 38 m A – 5 = 208 m
A – 2 = 82 m A – 6 = 248 m
A – 3 = 122 m A – 7 = 268 m
A – 4 = 162 m A – 8 = 302 m
A – 9 = 322 m A – 10 = 366 m
A – 11 = 390 m A - B = 430 m

- Tinggi As Tanah
Ketinggian titik profil sebelum perataan ( tinggi titik profil sesungguhnya )
A = 515 mdpl 5 = 513 mdpl 10 = 517 mdpl
1 = 515 mdpl 6 = 518 mdpl 11 = 517 mdpl
2 = 513 mdpl 7 = 516 mdpl B = 515 mdpl
3 = 513 mdpl 8 = 524 mdpl
4 = 515 mdpl 9 = 520 mdpl
- Tinggi As jalan
Tinggi As jalan diperoleh dari garis perataan pada penampang memanjang,
dengan data tinggi jalan setelah perataan adalah sebagai berikut :

22
Tabel 5. Tinggi As Jalan
No. Titik Tinggi As Jalan (mdpl)
Profil
A 515
1 515
2 515
3 515
4 515
5 515
6 515
7 516
8 517
9 517
10 517
11 517
B 517
- Perbedaan Galian dan Timbunan
Perbedaan galian dan timbunan diperoleh dari selisih Tinggi As Tanah dengan
Tinggi As Jalan

No. Titik Profil Perbedaan Galian – Timbunan (m)


A 0
1 Galian = 4
2 Timbunan = 4
3 Timbunan = 4
4 0
5 Timbunan = 4
6 Galian = 6
7 0
8 Galian = 14
9 Galian = 6
10 0
11 0
B Timbunan = 4

- Pelandaian Helling Perataan


Perhitungan Helling garis perataan menggunakan data tinggi as jalan ( setelah
perataan ) dengan ditentukan terlebih dahulu beda tinggi antar masing – masing
titik profil. Kemudian membaginya dengan jarak antar titik profil.
Helling garis perataan = Beda tinggi / Jarak x 100 %

23
 Titik Profil A – 1  Titik Profil 6 – 7
Bt = 515 – 513 = 2 Bt = 518-516 = 2
H = 2/38 X 100 % = 5,2 % H = 2/20 X 100 % = 10%
 Titik Profil 1 – 2  Titik Profil 7 – 8
Bt = 513 – 513 = 0 Bt = 516 – 524 = 8
H = 0/44 X 100 % = 0 % H = 8/34 X 100% = 23,5%
 Titik Profil 2 – 3  Titik Profil 8 – 9
Bt = 513-513= 0 Bt = 524 – 520 = 4
H = 0/40 X 100 % = 0 % H = 4/20 X 100% = 20%
 Titik Profil 3 – 4  Titik Profil 9 – 10
Bt = 513 – 515 = 2 Bt = 520 – 517 = 3
H = 2/40 X 100 % = 5 % H = 3/44 X 100% = 6,8%
 Titik Profil 4 – 5  Titik Profil 10 – 11
Bt = 517 – 517 = 0
Bt = 515 – 513 = 2
H = 0/24 X 100% = 0%
H = 2/46 X 100 % = 4,3%  Titik Profil 11 – B
Bt = 517 - 515 = 2
 Titik Profil 5 – 6
H = 2/40 X 100% = 5%
Bt = 513-518 = 5
H = 5/40 X 100 % = 12,5 %

C. Pembuatan Penampang Melintang


Pembuatan penampang melintang dilakukan pada peta topografi dengan skala 1 :
2000, penampang melintang berupa garis tegak lurus pada masing masing –
masing titik profil, yang kemudian garis tersebut digunakan sebagai garis
pembantu dalam pembuatan penampang melintang di milimeter blok. Setiap 1

24
mm di peta mengartikan 1cm di milimeter blok. Perhitungan luas penampang melintang adalah dengan menggunakan rumus bangun yang
diperoleh (segitiga, trapesium, jajar genjang, atau rumus bangun lainya) tergantung bentuk bangun yang terdapat pada penampang
melintang. Dari hasil pembuatan penampang melintang diperoleh data sebagai berikut
Tabel 6. Daftar Pembuatan Penampang Melintang

No.
A 1 2 3 4 5 6 7
Profil 8 9 10 11 B
Jarak
Antar
20 34 20 44 24 40
Profil 38 44 40 40 46 40
(m)

Jarak
langsu 268
38 82 112 162 208 248 302 322 366 390 430
ng (m)
Tinggi
As
Tanah 516 524 520 517 517 515
515 515 513 513 515 513 518
(m
dpl)
Tinggi
As
Jalan 516 517 517 517 517 517
515 515 513 513 515 515 515
(m
dpl)

19
Gambar 1. Profil A

Galian :
Luas 2 buah talud = 2( ½ x 1,25 mm x 1,25 mm )= 1,5625 mm2

= 1,5625 m2
Luas Total Galian = 1,5625 / 25 x 1 m2
= 0,0625 m2

Timbunan :0

19
Gambar 2. Profil 1

Galian :0
Timbunan :

L1 ( Segitiga ) = ½ x 10 x 10 = 50 mm2
L2 ( Persegi Panjang ) = 40 x 10 = 400 mm2
L3 ( Segitiga ) = ½ x 10 x 10 = 50 mm2

L. Total Timbunan = 500 / 25 x 1 m2


= 20 m2

19
Gambar 3. Profil 2

Galian :0

Timbunan :
L1 = ½ x 10 x 10 = 50 mm2
L2 = 40 x 10 = 400 mm2
L3 = ½ x 10 x 10 = 50 mm2
L4 = ½ x 3 x3 = 4,5 mm2
L5 = 10 x 3 = 30 mm2
L6 = ½ x 2 x 10 = 10 mm2
Luas Total Timbunan = 544,5 / 25 x 1 m2
= 21,78 m2

19
Gambar 4. Profil 3

Galian :0
Timbunan :
L1 (Segitiga) = ½ x 10 x 10 = 50 mm2
L2 ( Persegi Panjang) = 40 x 10 = 400 mm2
L3 ( Segitiga ) = ½ x 10 x 10 = 50 mm2
Lua Total Timbunan = 600 / 25 x 1 m2 = 24 m2

19
Gambar 5. Profil 4

Galian : 0

Timbunan :
L1 ( Segitiga ) = ½ x 2 x 3 = 3 mm2
L3 ( Segitiga ) = ½ x 3 x 15 = 22,5 mm2
Luas Total Timbunan = 25,5 mm2 / 25 x 1 m2 = 0,9 m2

19
Gambar 6. Profil 5

Galian :0

Timbunan :
L1 ( Segitiga ) = ½ x 10 x 10 = 50 mm2
L2 ( persegi panjang ) = 20 x 10 = 200 mm2
L3 ( Segitiga ) = ½ x 20 x 2 = 40 mm2
L4 ( Segitiga ) = ½ x 3 x 20 = 30 mm2
L5 ( Segitiga ) = ½ x 7 x 6 = 21mm2

Luas Total Timbunan = 341 mm2 x 1 m2


25 mm2
= 13,64 m2

19
Gambar 7. Profil 6

Galian :
L1 ( Segitiga ) = ½ x 10 x 10 = 50 mm2
L2 ( Persegi Panjang) = 40 x 12 = 480 mm2
L3 (Segitiga) = ½ x 5 x 40 = 100 mm2
L4 ( Segitiga ) =½ x 3 x 10 = 15 mm2
L5 ( Segitiga ) = ½ x 12 x 12 = 72 mm2
L6 ( Persegi Panjang) = 40 x 12 = 480 mm2
L7( Segitiga ) = ½ x 7 x 7 = 24,5 mm2

Luas 2 buah talud = 2( ½ x 1,25 mm x 1,25 mm )= 1,5625mm2

Luas Total Galian = 26,0625mm2 x 1 m2


25 mm2
= 1,0425 m2

Timbunan :0

19
Gambar 8. Profil 7

Galian :
L1 (Segitiga) = ½ x 4 x 4 = 8 mm2
L2 ( Segitiga ) =½ x 4 x 15 = 30 mm2

Luas 2 buah talud = 2( ½ x 1,25 mm x 1,25 mm )= 1,5625 mm2

Luas Total Galian = 39, 5625 mm2 x 1 m2


25 mm2
= 1,5825 m2

Timbunan :0

19
Gambar 9. Profil 8

Timbunan :0
Galian :
L1 ( Segitiga ) = ½ x 16 x 16 = 128 mm2
L2 (Segitiga) = ½ x 8 x 16 = 64 mm2
L3 (Persegi Panjang) = 40 x 16 = 648 mm2
L4 (Persegi Panjang) =20 x 8 = 160 mm2
L5 ( Segitiga ) = ½ x 11 x 18 = 99mm2
L6 ( Persegi Panjang) = 31 x 18 = 558 mm2
L7( Segitiga ) = ½ x 17 x 18 = 153 mm2
L8 ( Persegi Panjang) = 18 x 10 = 180 mm2
L9( Segitiga ) = ½ x 13 x 15 = 97,5mm2
Luas 2 buah talud = 2( ½ x 1,25 mm x 1,25 mm )= 1,5625 mm2

Luas Total Galian = 2089,5 mm2 x 1 m2


25 mm2
= 83,58 m2

19
Gambar 10. Profil 9

Timbunan : 0
Galian :
L1(Segitiga) = ½ x 10 x 10 = 50 mm2
L2 (Persegi Panjang) = 40 x 10 = 400 mm2
L3 (Segitiga) = ½ x 5 x 20 = 50 mm2
L4 (Persegi Panjang) = 20 x 5 = 100 mm2
L5 (Segitiga) = ½ x 15 x 15 = 112,5 mm2

Luas 2 buah talud = 2( ½ x 1,25 mm x 1,25 mm )= 1,5625 mm2

Luas Total Galian = 814,0625 mm2 x 1 m2


25 mm2
= 32,56 m2

19
Gambar 11. Profil 10

Galian : 0
Timbunan :
L1 ( Segitiga ) = ½ x 3 x 4 = 6 mm2
L2 (Segitiga) = ½ x 3 x 12 = 18 mm2
Luas Total Timbunan = 24 mm2 / 25 x 1 m2 = 0,96 m2

19
Gambar 12. Profil 11

Timbunan : 0
Galian :
L1 ( Segitiga ) = ½ x 7 x 10 = 8,5 mm2
L2 ( Segitiga ) = ½ x 7 x 10 = 8,5 mm2
L3 ( Segitiga ) = ½ x 4 x 29 = 58 mm2
L4 ( Segitiga ) = ½ x 4 x 5 = 10 mm2

Luas 1 buah talud = ( ½ x 1,25 mm x 1,25 mm )= 0,78125 mm2

Luas Total Galian = 85,78125 mm2 x 1 m2


25 mm2
= 3,43125 m2

19
Gambar 13. Profil B

Galian : 0
Timbunan :
L1 ( Segitiga ) = ½ x 4 x 4 = 8 mm2
L2 ( Segitiga ) = ½ x 10 x 10 = 50 mm2
L3 ( Segitiga ) = ½ x 20 x 10 = 200 mm2
L4 ( Segitiga ) = ½ x 4 x 30 = 60 mm2
L5 (Persegi Panjang) = 10 x 20 = 200 mm2
L6( Segitiga ) = ½ x 9 x 22 = 99 mm2

Luas Total Timbunan = 417 mm2 x 1 m2


25 mm2
= 16,68 m2

19
D. Daftar Pekerjaan Tanah
Daftar pekerjaan tanah dibuat berdasarkan perhitingan luas galian dan timbunan.
Berikut daftar pembantu daftar pekerjaan tanah
Tabel 7. Daftar Pekerjaan Tanah
Titik Jarak Luas penampang Luas penampang rata-rata Volume (m³)
Profil (m) melintang (m²) (m²)
Galian Timbunan Galian Timbunan Galian Timbunan
A 0,0625 0
38 0,03125 10 1,1875 380
1 0 20
44 0 20,89 0 919,16
2 0 21,78
40 0 22,89 0 915,6
3 0 24
40 0 12,45 0 498
4 0 0,9
46 0 7,27 0 334,42
5 0 13,64
40 0,52125 6,82 20,85 272,8
6 1,0425 0
20 18,35 0 367 0
7 1,5825 0
34 42,58 0 1447,72 0
8 83,58 0
20 58,07 0 1161,4 0
9 32,56 0
44 16,28 0,48 716,32 21,12
10 0 0,96
24 1,7156 0,48 41,17 11,52
11 3,43125 0
40 1,7156 8,34 68,62 333,6
B 0 16,68
Total 3824,2675 3686,22

19
E. Analisis Biaya
Besarnya biaya yang telah ditentukan untuk kegiatan pekerjaan tanah per meter
kubik adalah :
Besar biaya galian per meter kubik = Rp. 65.000,-
Besar biaya timbunan per meter kubik = Rp.60.000,-
Sehingga diperoleh hasil berdasarkan perhitungan adalah
Biaya galian = Total volume galian x biaya galian
= 3824,2675 x Rp. 65.000,-
= Rp248.577.270,-
Biaya timbunan = Total volume timbunan x biaya timbunan
=3686,22 x Rp.60.000,-
= Rp.221.173.200,-
Total biaya keseluruhan = Rp248.577.270,- + Rp. 221.173.200 .,-
= Rp.469.750.470,-

19
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dari kegiatan perencanaan pembuatan trace jalan yang telah
dilakukan dapat disimpulkan :
1. pembuatan jaringan jalan antara lain adalah pembuatan trace,
pembuatan penampang memanjang jalan, pembuatan penampang
melintang jalan, pembuatan daftar pekerjaan tanah, serta penentuan
biaya yang diperlukan.
2. Jumlah titik profil sebanyak 8 profil termasuk A dan B.
3. Total volume galian sebesar 3824,2675 m³ dan total volume timbunan
sebesar 3686,22m³.
4. Total biaya keseluruhan yang diperlukan untuk kegiatan pekerjaan
trace jalan sebesar Rp. 469.750.470,-.
5.2 Saran
Dalam pengerjaan ini diperlukan ketelitian dan kecermatan yang tinggi
sehingga memperoleh hasil yang baik, ketelitian dalam menentukan
trace agar mendapat keberhasilan dalam pengerjaan ini.

19
DAFTAR PUSTAKA

https://amrullha.wordpress.com/modus-pengangkutan-kayu/
http://ilyas-xp.blogspot.com/2012/02/laporan-praktikum-keteknikan-hutan.html
https://sinagaesrapematangsiantar.blogspot.com/
https://www.yudhabjnugroho.xyz/2014/06/laporan-akhir-pwh-laporan-akhir.html

19

Anda mungkin juga menyukai