Anda di halaman 1dari 71

1

Laporan Praktik Industri


DI PT. ARARA ABADI DISTRIK SOREK

DISUSUN OLEH:

HARY WAHYUDI
NIS/NISN

KEMENTERIAN KEHUTANAN
BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SDM KEHUTANAN
SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN (SMK) KEHUTANAN NEGERI
PEKANBARU

2014
2

KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur saya haturkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,

karena berkat limpahan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga saya dapat

menyusun “Laporan Praktek Industri” ini dengan baik dan tepat pada

waktunya..

Laporan ini dibuat sesuai dengan kegiatan – kegiatan yang telah

dilaksanakan dan beberapa bantuan dari berbagai pihak untuk membantu

menyelesaikan tantangan dan hambatan selama mengerjakan laporan ini.

Oleh karena itu, saya mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya

kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan laporan

ini. 

Saya menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang mendasar

pada laporan ini. Oleh karena itu saya meminta pembaca untuk

memberikan saran serta kritik yang dapat membangun saya. Kritik

konstruktif dari pembaca sangat saya harapkan untuk penyempurnaan

laporan selanjutnya. 

Pekanbaru, Juni 2014

Penulis 
3

PENGESAHAN PEMBIMBING

Judul : Laporan Praktik Industri di PT. ARARA ABADI

Nama : Hary Wahyudi

NIS/NISN :

Laporan Ini Disusun Sebagai Pertanggung Jawaban Praktik Industri


Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Kehutanan Negeri Pekanbaru
Tahun Ajaran 2013/2014

Telah Diperiksa dan Disetujui,


Tanggal, 20 Juni 2014

Pembimbing I Pembimbing II

Rahmat Supraman Monang Situmorang


NIP. NIP.
4

DAFTAR ISI

Halaman

Lembar Pengesahan ……………………………………….. i

KATA PENGANTAR ………………………………………. ii

DAFTAR ISI ………………………………………………. iii

DAFTAR TABEL ………………………………………………. iv

DAFTAR GAMBAR ……………………………………… v

DAFTAR LAMPIRAN ……………………………………… vi

BAB I. PENDAHULUAN ……………………………… 1

A. Latar Belakang ……………………………… 1

B. Tujuan dan Manfaat ……………………… 2

C. Alasan Pemilihan Judul ……………… 2

BAB II. PERSIAPAN ……………………………... 5

A. Rencana Kegiatan ……………………… 6

B. Jadwal Kegiatan ……………………… 6

C. Potensi Wilayah ……………………… 7

BAB III. PELAKSANAAN ……………………………… 8

A. Waktu dan Tempat ……………………… 9

B. Keadaan Lokasi ……………………… 10

C. Kegiatan-kegiatan ……………………… 11

BAB IV. MASALAH DAN PEMECAHAN ……………... 12

A. Masalah ..................................................... 13

B. Pemecahan .......................................... 14
5

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ............................... 15

A. Kesimpulan .......................................... 18

B. Saran ..................................................... 20

DAFTAR PUSTAKA ......................................... 21

LAMPIRAN .......................................................................... 22
6

DAFTAR TABEL
7

DAFTAR GAMBAR
8

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Manfaat sumber daya hayati dapat diperoleh apabila terjamin

keberadaaan dan sudah dapat berfungsi optimal. Yaitu fungsi ekonomi,

ekologi dan sosial, serta memberikan peranan nyata dalam meningkatkan

pembergunaan rasional.

Dengan adanya produksi hutan yang produktif, dan kebutuhan kayu

yang makin meningkat sejalan dengan adanya perkembangan Industri

yang sangat pesat. Maka semakin besar pula kebutuhan kayu yang

dibutuhkan untuk Industri dan pembangunan.

Secara ekologi sumber daya hutan yang minim tidak dapat lagi

digunakan. Maka hutan-hutan tersebut di rawat menjadi hutan tanaman

industri ( HTI ) agar sumber daya hutan bisa dimanfaatkan sebaik

mungkin dan hutan bisa secara terus menerus diperbaharui.

Di dunia setiap orang membutuhkan kertas. Sebagai media penulisan,

terutama disekitar pendidikan, perkantoran dan berbagai lembaga instansi

pemerintahan yang banyak sekali membutuhkan kertas. Maka, industri ini

sangat berperan besar bagi pembangunan Negeri ini.

Dapat dibayabgkan apabila Industri hanya bisa memakai kertas saja

dan tidak dapat memanfaatkan hasil hutan yang telah diberikan. Indonesia

akan selalu terpuruk. Maka perusahaan membantu agar lepas dari

ketergantungan kepada bangsa luar dan mandiri.


9

B. Tujuan

Kegiatan Praktek Industri yang dilaksanakan untuk setiap siswa

merupakan program keahlian yang mempunyai tujuan dan manfaat yang

telah direncanakan dan diharapkan dapat dicapai oleh siswa.

Adapun Tujuan Praktek Keja Industri ini adalah sebagai berikut :

1. Melatih siswa agar lebih mandiri dan bertanggung jawab atas suatu

pekerjaan yang telah dilakukan.

2. Memberikan pelatihan siswa agar dapat membandingkan teori yang

di dapat di sekolah dengan kenyataan di dunia Industri

3. Memberikan pandangan yang luas kepada siswa dari siswi

terhadap jenis-jenis pekerjaan yang ada pada tempat praktek yang

bersangkutan.

4. Siswa dapat meningkatkan rasa percaya diri dalam memecahkan

masalah/kesulitan yang ditemuinya.

C. Alasan Pemilihan Judul


Judul dari laporan ini adalah Laporan Praktek Industri di PT. ARARA

ABADI DISTRIK SOREK karena menurut penulis judul tersebut telah

sesuai dengan kegiatan-kegiatan yang telah dilaksanakan di lapangan.


10

BAB II

PERSIAPAN

A. Sejarah Perusahaan

B. Keadaan dan Areal Perusahaan

PT. Arara Abadi melaksanakan pembangunan HTI seluas kurang

lebih 299.975 Ha di Provinsi Riau, berdasarkan SK MENHUT No.

743/kpts-II/1996 yang tersebar di beberapa kabupaten dan kota di Riau.

Kemudian distrik Sorek adalah wilayah kerja/konsesi PT. Arara Abadi di

Kabupaten Sorek dengan rincian sebagai berikut :

 Letak Geografis : 101̊ 55’ - 102̊ 10’ BT dan 0̊ 10’ -0̊ 25’ LU

 Luas areal berdasarkan RKT 2014 dengan total 49.200 Ha, sbb

1. Areal tanaman pokok : 29.306 Ha

2. Areal tanaman unggulan : 6886 Ha


11

3. Areal tanaman kehidupan :4598 Ha

4. Areal kawasan lindung 6018 Ha

5. Sarana Prasarana : 2392 Ha

 Sebagian areal tanam merupakan tanah mineral.

 Topografi / tipe hutan : Dataran rendah dengan topografii

tanah 100%, datar dan kelerengan 0-8%.

 Jenis tanaman Eucalptus,sp dan Acassia crassicarpa.

 Sistem silvikultur : Tebang Habis Permudaan Buatan (THPB).

Gambar 1. Peta Distrik Rasau Kuning PT. Arara Abadi


12

C. Struktur Organisasi
13

D. Visi dan Misi Perusahaan

VISI

Menjadi Perusahaan kehutanan berkelas dunia yang

mempraktekkan pengelolaan hutan secara lestari dengan

mengembangkan hubungan sosial yang harmonis, layak secara ekonomis

dan ramah lingkungan.

MISI

Mengelola dan mengembangkan secara fropesional sumber

daya hutan dengan secara profesional guna meningkatkan manfaat bagi

para pemangku kepentingan, dengan cara :

1. Mengembangkan suatu Hutan Tanaman Industri yang lestari pada

tataran biaya yang efisien dan resiko terendah untuk memasok

bahan kayu.

2. Menyediakan kesempatan dan lapangan kerja bagi masyarakat dan

industry terkait dengan memperbaiki kesejahteraan masyarakat

sekitar.

3. Melindungi area hutan yang memiliki manfaat konservasi dan

meningkatkan kinerja lingkungan.

4. Berperan serta dalam penerimaan pajak Negara dan menghasilkan

keuntungan optimal.
14

BAB III

PENULISAN

A. Waktu dan Tempat

Tabel 1. Waktu dan Tempat Kegiatan

Tempat Kegiatan Tanggal Pelaksanaan


Planning Survey  24 April- 5 Mei 2014
 Nusery  6 Mei - 13 Mei 2014
 Plantation  14 Mei - Juni 2014
 K3   B. Jadwal
 Harvesting   Kegiatan

Tabel 2. Jadwal
Kegiatan
Kegiatan Jenis Kegiatan
- PSP
- PHI
- Penataan Batas
- Lining Teras
Planning - Data Processing
- Mapping

- Persiapan Media
- Perawatan
- Bibit Siap Tanam
Nursery - Distribusi Bibit
- Persiapan lahan
- PPS (Pre Planting Spraying) /
semprot pra tanam
- Pembuatan jalur tanam (lining)
15

Plantation - Penanaman
- Pemupukan
- Perawatan

K3

Harvesting

C. Kegiatan-kegiatan
1. Planning Survey

Bagian dari organisasi distrik yang bertugas untuk melaksanakan

survey, pengukuran, pemetaan, pendataan dan pengolahan serta

monitoring bagian operasional dan wilayahnya.

Tugas planning survey adalah :

a. Melakukan perencanaan

b. Menyusun kegiatan operasional

c. Melakukan inventarisasi potensi yang akan dipanen

d. Mengukur luas petak tanam/tebangan

e. Pembuatan peta

Pengeloaan HTI secara berkelajutan memelukan perencanaan yang

terarah. Untuk dapat melaksanakan kegiatan pembangunan HTI,


16

diperlukan legaliltas operasional , persyaratan atau izin operasional yang

harus dipenuhi oleh setiap Pemegang IUPHHK HTI.

Berikut adalah urutan legalitas operasional HTI :

Gambar . Legalitas Operasional Prosedur

Permohonan Rekomendasi Persetujuan Feasibility


IUPHHK-HT Prinsip study
(Bupati/Gubernur)
IUPHHL-HT

Deliniasi Penerbitan Persetujuan Peta


mikro IUPHHK-HT Areal Kerja
(Menteri) AMDAL

Deliniasi Pembuatan Pembuatan Pembuatan


makro RK-UPHHK RKU-UPHHK RKT-UPHHK
HTI
Tanaman adalah areal produksi yang ditetapkan Menteri Kehutanan

untuk pembangunan HTI. Berikut adalah tata ruang HTI:

- Areal tanaman pokok : 70%

- Areal tanaman unggulan : 10%

- Areal tanaman kehidupan : 5%

- Areal kawasan lindung : 10%

- Sarana Prasarana : 5%

Semua kegiatan HTI mengacu pada RKU dan RKT yang telah

direncanakan oleh pemegang IUPHHK-HTI dan disahan oleh Dinas

Kehutanan Provinsi/Dirjen BPK. Adapun jangka pengelolaan HTI adalah

sebagai berikut :

1. Jangka Panjang (RK – IUPHHK HT dan Rencana Tata Ruang)

2. Jangka Menengah (RKS/L-IUPHHK HT)


17

3. Jangka Pendek (RKT-IUPHHK HT dan Rencana Operasional)

Berikut adalah proses perijinan RKT – IUPHHK HTI :

Gambar 16. Proses Perijinan RKT – IUPHHHK HTI

Permohonan RKT Cek Batas Cek Potensi

(Luas dan Volume) Blok RKT

SK RKT Pengesahan Rekomendasi


(Target Produksi dan RKT Dishut Kabupaten
Target Tanam)

Inventarisasi Hutan tanaman industri merupakan suatu tindakan

untuk mengumpulkan informasi tentang kekayaan HTI yang meliputi

pengumpulan informasi tegakan (PHI), kondisi tanaman (PSP), dan

keadaan areal.

Berikut adalah kegiatan dalam inventarisasi :

1) PSP (Permanent Sample Plot)

17 18
5 16 19 30
4 6 15 20 29 31
3 7 14 21 28 32
7.98 m
1 9 12 23 26
18
10 11 24 25

2) PHI (Pre Harvesting Inventory)

24 28
23 22 27 29
19 20 21 26 30 33
18 17 16 25 31 32
15 13 8 1 2
8.92 m
3
14 12 9 5 4
11 10 7 6
19

Perbedaan PHI dan PSP

PHI PSP
Tujuan Mengetahuipotensikayu Mengetahuipertumbuhantanaman

yang akandipanen per tahun


Dimensi R=8,92 m  (250m2) R=7,98 m (200m2)

plot
IS  1 % 6 plot/petak 
Pengukura (5-9,9), (10-14,9), (15- semua pohon

n tinggi 19,9), >20, terbesar ,

terkecil
Plot sistematic sample plot Plot permanen pada petak 
Azimuth 90,180,270,360 Menyesuaikan dengan kondisi

plot pada petak


Penentuan Searah dengan jarum Pohon paling pojok sebelah kiri

pohon no.1 jam dari cp

Pengukuran

Pengukuran ialah sebagai pengambilan data di lapangan

berupa luas, azimuth, jarak, bedatinggi, diameter, jenis tanaman,

dll untuk tujuan tertentu.

 Areal : Tanaman, PLTB, AGR, dlL

 Infrastruktur parit & Jalan

 Leveling : Toporgrafi
20

 Tata Batas

 Papan Peringatan dan Pal Petak Permanen

 Tata Ruang : tanaman pokok, tanaman kehidupan,

tanaman unggulan, kawasan lindung dan infrastruktur

Pemetaan

Dalam pemetaan yang harus dilakukan yaitu:

 Membuat rencana operasi yang bekerja sama dengan

pihak operasional lainnya

 Menginput hasil pengukuran dari lapangan yang berupa

titik GPS yang di konversikan dalam peta

 Membuat hasil pelaporan dari pengukuran di lapangan

berupa Lembaran Hasil Produksi (LHC) dan Planning

Key Indicator (PKI), SPK dan Write off.

Pemantauaan Vegetasi Dan Satwa Liar Kawasan Lindung dan HTI

A. Tahapan dan Pelaksanaan

1. Penetapan unit contoh

Unit contoh pengamatan vegetasi menggunakan

metode garis berpetak dengan jarak antara petak 125 m.

Masing-masing petak kemudian di bagi ke dalam 4 bagian

sesuai tingkat pertumbuhan vegetasi dengan ukuran sebagai

berikut:
21

a. 2 m x 2 m, untuk pemantauan tingkat semai.

Semai adalah tumbuhan muda (anakan) dengan tinggi 0,3 – 1,5 m.

b. 5 m x 5 m, untuk pemantauan tingkat pancang.

Pancang adalah tumbuhan dengan diameter ≤10 cm.

c. 10 m x 10 m, untuk pemantauan tingkatan tiang.

Tiang adalah tumbuhan dengan diameter 10 cm - ≤20 cm.

d. 20 cm x 20 cm, untuk pemantauan tingkat pohon.

Pohon adalah tumbuhan dengan diameter 20 cm UP.

Pemantauan satwa dilakukan menggunakan

kombinasi metode jalur dan titik yang masing-masing

digunakan untuk pengamatan ordo aves (burung), mamalia

(binatang menyusui), dan reptilia (binatang melata).

Pada jalur pengamatan setiap interval 250 m dibuat

titik pengamatan waktu yang dibutuhkan rata-rata 15-20

menit setiap titik pengamatan.

A. Teknik Pemantauan

Pengamatan vegetasi dilakukan terhadap setiap tingkat

tumbuhan (semai, pancang, tiang, dan pohon) dan data

dicata pada tally sheet pemantauan vegetasi (EPJ 51-06a)

yang meliputi parameter-parameter sebagai berikut:

1. Jumlah individu masing-masing jenis pada setiap tingkatan

(semai sampai dengan pohon).nama jenis ditulis dengan nama

daerah atau nama ilmiah.


22

2. Diameter pada setiap individu pada tingkat tiang dan pohon.

3. Tinggi total (m) dan tinggi bebas cabang (m) pada tingkat

pohon.

4. Seratus pohon sebagai pakan satwa.

Pemantauan satwa liar dilakuakan pada satwa

melakukan aktifitas yaitu mulai matahari terbit sampai

dengan 2-3 jam sebelum matahari terbenam. Data

pengamatan satwa liar dicatat pada blangko EPJ 51-05d.

Sedangkan pengamatan dilakuakan dengan cara sebagai

berikut:

a. Setiap pengamatan berjalan pada jalur yang telah ditentukan.

b. Mencatat jenis satwa yang dapat dilihat secara langsung

maupun tidak langsung melalui temuan jejak, kotoran, sisa

pakan, tempat berkubang dan atau karakteristik lainnya.

B. Analisa data dan laporan

1. Pemantauan vegetasi

Data hasil pengamatan vegetasi yang dianalisa secara

statistik, meliputi:

a. INP (Indeks Nilai Penting)

Jumla h Individu suatu jenis


Kerapatan Jenis (K) =
Luas seluru h petak simpel
23

Kerapatan suatu jenis


Kerapatan Relatif (KR) = ×100 %
Total kerapatan semua jenis

Jml ptk sampel ygterdapat jenis ybs


Frekuensi jenis (F) =
jumla h semua petak sampel

Frekuensi suatu jenis


Frekuensi relatif (FK) = ×100 %
Total frekuensi seluru h jenis

LDBS suatu jenis


Dominasi jenis (D) =
Luas seluru h petak sampel

Dominasi suatu jenis


Dominasi relasi = ×100 %
total dominasi suatu jenis

INP untuk tiang dan pohon = KR+FR+DR = 300%

INP untuk semai dan pancang = KR+FR = 200%

b. Indeks kekayaan jenis/ indeks margalef (R)

S−1
R=
ln ( N )

S= jumlah jenis/species

N= total jumlah individu

Ln= logaritma natural

c. Indeks keanekaragaman jenis/ Indeks diversiti SHANNON

(H’)
24

H ' =−Σ ¿ ∈ ¿
( )( )
N N

i=1

H’= Indeks Shannon-Wienner

S= jumlah jenis

Ni= Jumlah individu jenis ke-i

N=Jumlah total individu

C. Pengamatan Satwa

Data hasil pengamatan satwa yang dianalisis secara

statistik, meliputi :

a. Indeks kenekaragaman jenis/indeks diversitas shannon (H’)

b. Kelimpahan Individu

jumla htotal individu


IKA (indeks kilometric abundance)=
panjang jalur pemantauan

jumla htotal individu


IPA (Indeks point abundance)=
jumla h titik pemantauan

D. Hasil dan pembahasan

Hasil dari identifikasi dan pemantauan flora dan fauna

beserta analisis datanya disajikan pada tabel-tabel berikut.

Hasil analisis mempunyai range dan kriteria, khususnya

pada keanekaragaman. Berdasarkan hasil pengkajian

terhadap rumus-rumus yang ada serta data-data yang

didapat dilapangan, maka dapa disajikan sebagai berikut:


25

Dengan kriteria jika H’<2 keanekaragaman tersebut adalah

Rendah, H’=2-3 keanekaragaman tersebut adalah sedang

H’>3 kenekaragaman tersebut adalah Tinggi.

2. Nursery (Pembibitan)

A. PRODUKSI BIBIT DENGAN PERBANYAKAN SECARA VEGETATIF

1. Manajemen Stool Plant

A. Persiapan sand bed

- Siapakan semua media (pasir sungai batu)

sesuai dengan spesifikasi dan jumlah

kebutuhanya.

- Cuci kerikil dan pasir sampai bersih terlebih

dahulu.

- Masukan kerikil di dasar sand bed, kemudian

ratakan sampai ketebalan ± 5 cm.

- Pasang lapisan weed block dibagian atas

kerikil untuk mencegah pasir keluar lewat

bawah bedeng.

- Masukan media pasir ke dalam sand bed

sampai penuh.
26

- Ketebalan media pasir ≥ 15 cm.

- Siram dengan air sehingga pasir tergenang

sampai jenuh. Bila permukaan pasir turun,

maka tambahkan sampai ketebalan yang

ditentukan.

- Buat larutan hypo dengan konsentrasi 0,1-

0,2% (1-2 ml hypo per 2l air).

- Siramkan larutan hypo (2 l larutan per 1m 2) ke

dalam sand bed secara merata.

B. Persiapan bibit stool plant

1. Stool plant berasal dari bibit Tissue Culture

2. Stool plant yang akan di kirim ke nursery operasional

adalah yang sudah lulu QC dengan criteria standart

sebagai berikut:

a. Bibit berumur 50-75 hari

b. Tinggi berkisar antara 15-20 cm

c. Jumlah daun ≥ 5 helai daun,dengan daun

terendah < 5 cm dari leher akar

d. Diameter batang ≥ 1,5 mm

e. Akar kompak

f. Bibit bebas dari hama penyakit

3. Penanganan untuk pengiriman di Nursery R&D

- Siapkan keranjang bibit


27

- Susun bibit ke dalam kerangjang dengan posisi

tegak lurus. Kapasitas keranjang adalah 250

batang (tabung) untuk tabung 50cc atau 210

batang untuk tabung 80cc

- Sebelum keranjang plastik dimuat ke dalam

alat transportasi, bibit disiram sampai air

menetes dari bagian bawah tabung

- Bibit yang telah selesai disusun kemudian

dimuat ke dalam alat transportasi

- Keranjang bibit diatur dengan baik untuk

menghindari kerusakan bibit oleh goncangan

dan pergeseran keranjang

- Stool plant yang sudah dimuat di dalam alat

transportasi kemudian ditutup dengan terpai

(atau kain) untuk meminimalkan kerusakan

bibit akibat terpaan angin dan panas sinar

matahari langsung. Terpal tidak boleh

bersentuhan dengan bibit

- Bila lokasi nursery R&D berdekatan denagn

nursery operasional maka penanganan bibit

menggunakan rak yang digunakan oleh

nursery R&D

4. Penanganan penerimaan di Nursery Operasional


28

- Setelah sampai di tempat tujuan bibit segera

diturunkan secara hati-hati dan ditempatkan di

tempat yang teduh, jika mengalami kekeringan

segera disiram dengan air

- Bibit segera ditanam paling lama 1-2 hari

setelah sampai di tempat tujuan. Apabila tidak

tertanam semua, bibit dipindah ke dalam rak

dengan penjarangan 50% dan dirawat dengan

baik sampai batas umur criteria standart (poin

1.2.2)

- Keranjang bibit dan tabung bekas stool palnt

segera dekembalikan ke Nursery R&D

C. Penanaman Bibit Stool Plant

1. Proses penanaman dilakukan minimal 5 hari setelah

aplikasi hypo di sand bed

2. Jarak tanam yang digunakan adalah 12 cm x 10 cm

(baris tanaman searah dengan panjang sand bed)

3. Siram media pasir dalam sand bed sampai basah

merata (jenuh air)

4. Titik tanam ditentukan dengan menggunakan tali atau

penggaris agar baris penanaman menjadi lurus

5. Lubang tanam dibuat dengan menggunakan tugal

seukuran tabung yang digunakan


29

6. Rendam akar bibit yang masih di dalam tabung

dengan larutan bakterisida (jenis dan dosis sesuai

rekomendasi R&D) sampai basah sebelum ditanam

selama 10-15 menit

7. Keluarkan bibit dari tabung dengan cara mengetok

bibit tabung hingga bibit keluar (pegang tabungnya,

jangan pegang bibitnya untuk mengetok tabung)

8. Tanam bibit ke dalam lubang tanam yang telah

disiapkan, kemudian tutupkan pasir hingga

bersentuhan dengan leher akar dan dipadatkan

9. Siram bibit dengan merata dan menyeluruh. Jika

tanaman miring setelah penyiraman, artinya leher

akar tidak tertanam dengan kuat, sehingga butuh

penambahan pasir untuk perbaikan

10. Beri label pada sisi depan send bed yang

mencantumkan informasi nomor klon, tanggal tanam,

jumlah stool plant/sand bed

D. Topping

1. Topping pertama dilakukan 7-10 hari setelah tanam


30

2. Tinggalkan 2-3 pasang daun besar pada stool plant

dengan tinggi tanaman yang ditinggalkan 8-10 cm.

Potong rata batang stool plant 0,5-1 cm dari daun

paling atas yang ditinggalkan

3. Bila daun pada stool plant berkurang (rontok di

batang bagian bawah), maka daun baru pada stool

plant dapat dirangsang dengan mematahkan batang

pada ketinggian 8-10 cm (ppatahan tetap

tersambung). Setelah tumbuh tunas baru,patahan

bisa dipotong.

E. Pemanenan shoot

F. Perawatan

1. Penyiraman

- Penyiraman menggunakan system drip

irrigation, aplikasikan air dengan volume

sebesar 3l/m2, 2-3 kali per minggu sesuai

kondisi kelembaban media

- Jika system drip irrigation tidak bisa digunakan

maka penyiraman dapat dilakukan secara

manual menggunakan selang yang dilengkapi

dengan sower, volume air didasarkan pada

kelembaban media. Penyiraman dilakukan 2

hari sekali atau sesuai dengan kebutuhan


31

2. Pemupukan

- Pupuk yang digunakan ada 2 jenis yaitu pupuk

cair(liquid fertilizer) dan pupuk padat (solid

fertilizer). Pupuk cair menggunakan (i)

Growmore (32-10-10) diaplikasikan setiap hari

Senin dengan dosis 3 g/l air (360 g/120 l air/1,3

m x 30 m sand bed )dan (ii) Polyfeed (21-21-

21) diaplikasikan setiap hari Jumat, digantikan

dengan Growmore 20-20-20). Pupuk padat

menggunakan slow released – Multigro (13-27-

13+2MgO+TE) 1g/tanaman diaplikasikan

setiap 2-3 bulan seklai.

- Pemupukan pertama untuk stool plant

dilakukan 5 hari sesudah topping.

- Pupuk cair dilakukan dengan menggunakan

system drip irrigation, dengan aplikasi pupuk

120 l/1,3 m x 30 m sand bed. Jika

menggunakan embrat aplikasikan pupuk 4 l/1,3

m2 .

- Setelah pemupukan tidak boleh langsung

dilakukan penyiraman.

3. Penyulaman
32

- Penyulaman dilaksanakan apabila stool plant

ada yang mati atau tidak tumbuh sempurna

yang tidak bisa diperbaiki dengan pruning, dan

berumur < 1 tahun.

- Stool plant untuk penyulaman harus berasal

dari tissue culture dan harus memenuhi criteria

standar.

- Penyulaman harus menggunakan klon yang

sama.

- Media dasar stool plant yang diganti dan di

sekitar titik tanamnya (radius 5 cm) harus

dikeluarkan dari sand bed, kemudian disiram

larutan bakterisida (jenis dan dosis sesuai

rekomendasi R&D).

4. Service Prunning

- Service pruning dilakukan untuk membersihkan

stool plant dari tunas yang tidak berkembang

atau cabang yang mati.

- Cabang utama dipertahankan sebanyak 2-3

cabang.

- Pertahankan dan pelihara agar tinggi batang

stool plant tetap antara 8-10 cm.


33

- Ketika service pruning, tinggalkan shoot yang

dekat dengan batang utama untuk

memperbaiki produktivitasnya.

- Shoot yang telah memenuhi criteria untuk

produksi harus dipanen meskipun tidak

digunakan untuk produksi agar

produktivitasnya tetap terjaga.

- Kumpulkan sampah pruning dan buang di

tempat yang telah ditentukan.

5. Penyiangan

- Penyiangan dilakukan secara manual 2 kali

sebulan, semua sand bed harus bebas dari

gulma dan daun kering.

- Lumut di permukaan sand bed tidak boleh

muncul; jika muncul lumut (artinya pasir terlalu

basah, penyiraman harus dikurangi), maka

harus dibersihkan dari sand bed.

- Kumpulkan semua sampah dan buang di

tempat yang telah ditentukan.

6. Penggemburan

Penggemburan dilakukan sebulan sekali (dengan

indikasi pasir sudah memadat/datar), dengan cara

membolak-balikan pasir menggunakan cetok kecil.


34

7. Pengendalian Hama & Penyakit

- Air penyiraman harus bersih dan steril.

- Pasir untuk sand bed dicuci dan dibersihkan

sesuai dengan kebutuhan.

- Penyemprotan insektisida dilakukan 1 kali per

2 minggu atau lebih bila ada serangan.

- Penyemprotan fungisida dilakukan 1 kali per

minggu atau lebih bila ada serangan, dimulai 1

minggu setelah penanaman stool plant.

- Jika terjadi serangan hama dan penyakit,

intensitas aplikasi dapat disesuaikan dengan

20 & 21 atau segera menghubungi R&D bagian

Pest & Disease.

- Tidak dibenarkan menggunakan satu jenis

insektisida atau fungisida secara terus

menerus.

- Lakukan pengecekan kesehatan stool plant

dan lingkungannya setiap 2-3 bulan oleh R&D.

G. Peremajaan

1. Peremajaan dilakukan apabila memenuhi kondisi

sebagai berikut:

 Stocking rate ≤ 50% pada umur lebih dari 1

tahun.
35

 Produksi shoot < 4 shoot/bulan/batang pada

umur lebig dari 1 tahun.

 Stool plant berumur ≥ 24 bulan.

 Ada serangan bakteri (berdasarkan hasil

pengecekan oleh R&D).

2. Peremajaan dilakukan secara bertahap (sand bed per

sand bed).

3. Semua kerikil dan pasir diganti dengan yang baru.

4. Lakukan tahapan kegiatan sesuai poin 1.1 - 1.3

(persiapan media sand bed sampai dengan

penanaman stool plant).

2. Produksi Bibit mini cutting

A. Persiapan media

1. Persiapan Tanah

- Lakukan survey terhadap lokasi pengambilan

tanah sebagai bahan media pembibitan sesuai

dengan criteria yang telah ditentukan.

- Criteria areal dikonfirmasikan R&D.

- Bersihkan rumput / gulma yang tumbuh di

permukaan tanah tersebut dengan

menggunakan cangkul.

- Ambil tanah bagian sub-soil.


36

- Masukan tanah kedalam alat transportasi yang

telah disiapkan dengan menggunakan sekop.

- Angkut tanah ke tempat persiapan media.

- Siapkan kawat ayakan berukuran 10 mm x 10

mm dengan posisi tegak (sudut 600).

- Gemburkan tanah terlebih dahulu dengan

sekop (hancurkan tanah yang masih berbentuk

gumpalan).

- Ayak tanah sehingga bagia yang kasar

terpisah dari bagian yang halus.

- Tamping tanah yang lolos ayakan,dan gunakan

sebagai media dasar

- Pengayakan tanah juga bisa dilakukan

sebelum poin 2.1.1.4.

2. Persiapan gambut

- Lakukan survey terhadap lokasi pengambilan

gambut sebagai bahan media pembibitan

sesuai dengan criteria yang telah ditentukan.

- Criteria areal dikonfirmasikan ke R&D.

- Bersihkan rumput/gulma, ranting kayu, akar-

akar yang masih tersisa di atas permukaan

lahan yang akan dikerjakan.


37

- Kikis dan gemburkan gambut dengan

menggunakan cangkul atau garukan besi

secara merata dan berurutan (secara berlapis

mulai dari lapisan atas, bukan digali

menyerupai sumur).

- Jemur hasil kikisan gambut tersebut untuk

mempermudah proses pengayakn.

- Ayak gambut dengan menggunakan kawat

ayakan ukuran 10 mm x 10 mm ( seperti yang

digunakan untuk pengayakan tanah).

- Masukan gambut hasil pengayakn (yang lolos

ayakan) ke dalam karung dan ikat dengan

menggunakan tali raffia.

- Masukan gambut ke dalam alat transportasi

yang telah disiapkan, dan angkut ke gudang

media.

3. Persiapan resam

- Lakukan survey terhadap lokasi pengambilan

resam sebagai bahan media pembibitan sesuai

dengan criteria yang telah ditentukan.

- Bersihkan rumput/gulma, ranting kayu, akar-

akar yang masih tersisa di atas permukaan

lahan yang akan dikerjakan.


38

- Kikis resam dengan menggunakan cangkul

atau parang secara merata dan berurutan

(secara berlapis mulai dari lapisan atas).

- Masukan resam ke dalam alat transportasi

yang telah disiapkan, dan angkut ke nursery.

- Cincang dengan menggunakan mesin

pencincang (lebih direkomendasikan) atau

parang sampai halus.

- Ayak resam dengan menggunakan kawat

ayakan ukuran 10 mm x 10 mm (seperti yang

digunakan untuk pengayakan tanah).

- Tamping resam yang lolos ayakan dan

kumpulkan di tempat penyimpanan media.

4. Bahan dan komposisi media

Tabel 3, Bahan dan Komposisi Media.

komposisi
pilihan pilihan
No. bahan satuan
1 2
1 Gambut % 75  
2 Arang sekam % 25  
3 Resam %   100
Multicote 7  
SP 36 kg/ m3 2 3
4
Multigreen 3  
SP 36 kg/ m3 4  
5 Dolomit kg / m3 6 5
6 Serabut kelapa cm 3  
39

5. Sterilisasi Media

Bahan dasar media direkomendasikan untuk

disterilasasi dimana dapat dilakukan secara kimia

(fumigasi) dan steam atau disangrai.

- Strelisasi dengan steam

a. Pastikan hubungan elektrik sudah

tersambung dan pipa seluran air

sudah dalam kondisi mengalir.

b. Hidupkan mesin steam dan biarkan

selama 30 menit untuk mencapai

tekanan dan suhu yang stabil.

c. Masukan media gambut yang telah

diayak ke dalam bak steam dengan

volume ± 75% dari kapasitas bak

steam, buka tuas kipas blower

berkisar antara 25-50%. Biarkan

selama 15-20 menit sampai suhu

mencapai 60-700c. Setelah suhu

yang diinginkan mencapai keluarkan

gambut dari dalam bak steam.

d. Media yang telah disteam baru dapat

dicampur dengan komposisi media

standar.
40

- Sterilisasi secara kimia

Media yang telah diisikan ke dalam tabung

disiram larutan KMnO4 konsentrasi 0,3%.

6. Pencampuran media

- Takar semua bahan dasar media dan pupuk

sesuai yang tertera pada Tabel 3.

- Hidupkan mesin pengaduk semen (molen), dan

biarkan sampai putarannya stabil.

- Masukan ke dalam molen 1/2 bagian media

dasar + 1/2 bagian Dolomit, kemudian aduk

sampai rata.

- Tambahkan 1/2 bagian SP36 diaduk sampai

rata.

- Tambahkan 1/2 bagian pupuk slow released

diaduk sampai rata.

- Langkah di atas diulangi untuk 1/2 bagian lagi.

- Aduk merata hingga 15 menit.

- Pencampuran media tersebut dilakukan

dengan menggunakan molen berkapasitas 0,3

m3, sedangkan jumlah media yang diaduk per

molen maksimal 0,2 m3.

7. Pengarungan
41

- Media standar (tiap pakai) dimasukan ke dalam

karung plastic.

- Karung disusun di gudang dengan rapi.

- Penyimpanan media standar maksimal 7 hari.

Jika media menggunakan resam, maka perlu

diinkubinasi selama minimal 7 hari sebelum

digunakan.

- Pemakaian media diatur dengan system ‘first in

first out’.

8. Persiapan serabut kelapa

- Keluarkan serabut kelapa (yang masih dalam

kemasan karung plastic) dari gudang.

- Buka kemasannya, dan curahkan serabut

kelapa di tempat yang kering.

- Pastikan ukurannya seragam, bila perlu

lakukan pengayakan untuk memisahkan yang

masih bergumpal atau yang masih berupa

serabut panjang.

B. Persiapan Rak dan Tabung

1. Tabung dibersihkan dari media lama dengan

pengetokan (kecuali tabung baru).

2. Tabung direndam dalam bak air yang telah diberi

hypo (10 ml/l) atau karbol (5ml/l) sampai diaduk.


42

3. Siapkan rak besi atau rak plastic yang akan

digunakan.

4. Tabung dimasukkan ke dalam rak besi atau rak

plastic 100% (satu rak penuh).

5. Pastikan semua tabung bersih dan steril.

C. Pengisian Media

1. Basahi tabung sampai dinding bagian dalamnya

terbasahi secara keseluruhan.

2. Isi tabung dengan media yang telah disiapkan secara

merata.

3. Rak dihentikan dibawah lantai sehingga pangkal

tabung dengan lantai dapat bertemu, agar tidak ada

kantong udara dalam tabung. Demikian pula jika

menggunakan rak plastic, dapat dibantu dengan

papan yang diletakan di bawah rak plastic agar

bagian bawah tabung menyentuh papan.

4. Isi media sampai 3 cm di bawah permukaan tabung.

5. Bersihkan media yang keluar dari tabung dengan

sikat atau sapu.

6. Basahi serabut kelapa dengan larutan fungisida 0,2%

sebelum dipergunakan hingga meresap.

7. Isi permukaan media dengan serabut kelapa yang

sudah difungisida dari permukaan tabung sampai


43

penuh, bersihkan sisa serabut yang keluar dari

tabung dengan air selang.

D. Pemanenan Shoot

1. Sebelum panen shoot, gunting harus disterilisasi

dengan alcohol 70% atau deterjen 0,5 ml/l dengan

cara merendam. Setiap gunting hanya digunakan

untuk sand bed tertentu, dan setiap sand bed terdapat

tempat perendaman gunting.

2. Shoot diambil dari yang terdekat dengan batang

utama stool plant (cabang primer dan sekunder).

3. Panjang shoot 7-10 cm dengan jumlah daun 2-3

pasang daun.

4. Pilih shoot yang setengah berkayu pada bagian yang

dipotong.

5. Potong shoot tegak lurus, kemudian masukan ke

dalam wadah bersih berisi larutan bakterisida 0,5 g/l

dengan posisi tegak.

6. Sterilisasi kembali gunting setelah digunakan untuk

memanen 1 sand bed.

7. Pemanenan shoot dilakukan setiap 6-7 hari pada

sand bed yang sama. Stool plant dibagi menjadi

beberapa blok sehingga pemanenan dapat dilakukan

setiap hari.
44

Pada kondisi tertentu =, pengambilan atau pengiriman

shoot bisa dilakukan antar nursery (misalnya:

produktivitas shoot melimpah sedangkan jalur

produksinya terbatas sehingga shoot harus dikirim ke

nursery lainya yang mempunyai jalur produksi lebih

besar) dengan tahapan sebagai berikut:

a. Pastikan shoot yang akan dikirim/diambil bebas

hama dan penyakit (khususnya bakteri) sesuai

hasil pengecekan R&D

b. Basahi shoot secara merata

c. Masukan shoot ke dalam sterofom dan ditutup

rapat

d. Setelah shoot tiba di nursery penerima, maka

harus segera ditangani sesuai dengan prosedur

produksi cutting.

E. Penyiapan shoot untuk cutting

1. Potong shoot 3-5 mm di bawah ruas daun. Daun

bagian ruas tersebut dipotong dan disisakan

tangkainya sepanjang ± 2mm.


45

2. Potong daun tegak lurus tulang daun primer seluas


2
/3permukaan daun, dan 1/3 nya ditinggal, sedangkan

ujung shoot dibiarkan.

3. Pangkal shoot direndam dalam air selanjutnya

dicelupkan dalam larutan bakterisida 0,5 gr/l.

F. Penanaman cutting

Penanaman cutting dilakukan secepatnya setelah pemanenan

shoot dengan selang waktu maksimal 1 jam. Adapun tahapanya

sebagai berikut:

1. Buat lubang tanam dengan pelubang di tengah media

sedalam ± 2 cm.

2. Oleskan pangkal shoot dengan hormone perakaran

(A.05) sedalam 0,5 cm, sedalam ± 2 cm.

3. Media sekitar tanaman dipadatkan dengan 2 jari.

4. Beri lebel warna (berdasarkan umur per bulan) pada

setiap rak yang berisi informasi tentang hormone klon,

nomor sand bed dan tanggal tanam.

Adapun ketentuan warnanya sebagai berikut:

 Warna putih : Januari, April, Juli, Oktober

 Warna merah : Februari, mei,

agustus,November

 Warna biru : maret, juni, September,

desember
46

G. Perawatan

1. Penyiraman

- Penyiraman secara mekanis

Penyiraman secara mekanis dilakukan dengan

system mist irrigation (lebih direkomendasikan

daripda penyiraman secara manual). Tahapan

penyiraman yang dilakukan adalah sebagai

berikut;

a. Masukan data penyiraman yang

diinginkan pada controller sesuai

dengan kelas umur bibit yang akan

disiram.

b. Pastikan sarana yang terpasang bisa

digunakan dengan baik (misalnya:

bila ada nozle/mistingyang tersumbat

atau rusak maka segera perbaiki

atau ganti).

c. Pastikan air yang akan digunakan

memenuhi kualitas dan kuantitasnya.

d. Umur bibit ≤ 25 hari: Gunakan

nozzle/misting sangat halus

sehingga penyiraman bias

menghasilkan efek pengabutan.


47

e. Umur bibit > 25 hari: Gunakan

nozzle/misting yang lebih kasar.

f. Lakukan penyiraman.

g. Pastikan bibit tersiram merata.

h. Lakukan perawatan nozzle/misting

secara berkala.

- Penyiraman secara manual

Penyiraman secara manual dilakukan dengan

menggunakan selang yang telah dipasangkan

pada mesin pompa, dan hanya digunakan

untuk mengantisipasi bila sistem mist irrigation

tidak berjalan. Tahapan penyiraman yang

dilakukan adalah sebagai berikut:

a. Pastikan air yang akan digunakan

memenuhi kualitas dan kuantitasnya.

b. Hidupkan mesin pompa yang sudah

dilengkapi dengan selang.

c. Umur bibit ≤ 30 hari: Gunakan selang

yang dilengkapi dengan nozzle halus

(bias juga sejenis kepala sower)

pada bagian ujungnya. Curahan air

harus halus/lembut.
48

d. Umur bibit > 30 hari: Gunakan

selang yang dilengkapi dengan nozle

kasar (lebih direkomendasikan) atau

tanpa nozle. Bila tanpa nozle, pencet

mulut selang sehinggga curahan

airnya lebih menyebar dan seragam.

Pada kondisi darurat bisa

menggunakan gembor/embrat.

e. Siram bibit pada ketinggian 20-40 cm

secara merata sesuai dengan

kebutuhan (hindari bibit kelebihan

atau kekurangan air).

Tabel 4. Aplikasi Penyiraman Berdasarkan Umur Bibit.

Aplikasi Umur Bibit

Penyiraman 1 - 7 hari 8 - 14 hari 15 - 25 hari >25 hari


49

Setiap 5-10 Setiap 5-10 setiap 15-20 3-4 ka

Frekuensi menit menit menit sehari*


Durasi 10-20 detik 5-10 detik 5-7 detik Media basah
Keterangan : * Jika hujan atau media telah basah,

maka penyiraman tidak dilakukan (sesuai kebutuhan).

2. Pemupukan (Khusus media tanpa SRF)

Pemupukan susulan hanya dilakukan pada bibit yang

menggunakan media tanpa slow released fertilizer,

sedangkan bibit yang menggunakan media dengan

slow released fertilizer.

Tabel 5. Pemupukan Susulan Khusus untuk bibit yang

menggunakan media tanpa slow released

fertilizer.

Umur Jenis Dosis

Bibit Pupuk (g/l) Aplikasi

NPK 7,7 Semua jenis pupuk

25 & 32 dicampur dan dilarutkan

TSP 7,7 dalam air sampa terlarut

sempurna, kemudian

NPK 7,7 disiramkan pada bibit 1

liter larutan/m² dengan

TSP 7,7 menggunakan embrat.


39 & 46
50

KCL 1,0

3. Seleksi dan Penjarangan

- Tahap 1

a. Mulai hari ke-21 sampai 25 setelah

penanaman, cutting yang tidak

tumbuh dan tidak sehat diambul dan

dikeluarkan dari dalam rak dan

dikumpulkan dalam karung.

b. Bibit yang berakar dijarangkan 66%,

dengan cara mengosongkan 1 jalur

dari setiap 3 jalur tabung pad arak,

khusus untuk tabung 80 cc tidak

dilakukan kegiatan ini.

c. Penjarangan dilakukan dengan cara

menjepit bibir tabung dengan

menggunakan pinset.

- Tahap 2

a. Setelah cutting berumur 40-50 hari

dijarangkan 50% dan dipindahkan

dari area shade net ke jalur terbuka.


51

b. Bibit dikelompokan berdasarkan

pertumbuhanya yaitu bibit yang keci

dikelompokan pad arak yang sama

sedangkan bibit yang lebih besar pad

arak lainya.

- Tahap 3

a. Seleksi bibit yang memenuhi kriteria

standar (tabel 4), dalam satu rak

bibit.

b. Bibit yang telah mengalami 2 kali

perawatan ulang setelah seleksi

ketiga (seleksi bibit siap tanam),

tetapi masih belum memenuhi

standar bibit siap tanam dan bibit

telah berumur lebih dari standar

umur maksimal maka bibit tersebut

segera diafkir. Aplikasi pupuk untuk

perawatan disamakan dengan

aplikasi terakhir.

4. Penyiangan

- Penyiangan dilakukan 2 kali sebulan sejak 3

minggu dari waktu penanaman cutting.


52

- Penyiangan dilakukan secara manual dengan

mencabut gulma yang tumbuh di dalam tabung

dan di bawah rak bibit.

5. Penambahan media

- Penambahan media dilakukan bila media di

dalam tabung berkurang ≥ 1 cm dari

permukaan tabung.

- Penambahan media menggunakan media

standard an dilakukan per tabung.

- Tambahkan media sampai penuh (batas bibir

tabung).

- Bersihkan media yang tercecer.

6. Pemotongan Cabang dan Akar

- Pemotongan cabang dan akar dilakukan

sekaligus ketika seleksi kedua dengan

menggunakan gunting yang sudah disterilisasi.

- Bibit yang siap dikirim ke lapangan, 1 minggu

sebelumnya terlebih dahulu dilakukan

pemotongan akar untuk bibit di rak plastik

maupun rak besi yang diletakkan di atas

permukaan tanah (tidak di atas meja produksi).

7. Pengendalian Hama dan Penyakit


53

- Pengendalian penyakit dimulai pada hari ke-7

setelah tanam.

- Pengendalian hama dimulai ada hari ke-21

setelah tanam.

- Aplikasi fungisida dan insektisida.

- Jika ada serangan hama penyakit segera

dilaporankan ke bagian Pest & Disease, R&D.

- Disarankan untuk tidak menggunakan satu

jenis fungisida atau insektisida secara terus-

menerus.

- Pada saat melakukan penyemprotan pestisida

harus memperhatikan beberapa hal berikut:

 Petugas penyemprotan harus memakai

alat pelindung diri (sarung tangan,

masker, baju lengan panjang, celana

panjang, dan sepatu).

 Bersihkan alat penyemprotan sesudah

pemakaian, cuci tangan, baju dan badan

seluruhnya dengan sabun dan dibilas

dengan air bersih.

 Pisahkan solo sprayer yang digunakan

untuk pestisida dan penggunaan lainya.


54

 Buat catatan di buku mengenai tanggal

penyemprotan, nama pestisida dan

nama/NIK pengawas penyemprotan.

 Buat papan peringatan bila sedang

melakukan penyemprotan sesuai

dengan standar ISO.

Tabel 6. Jadwal Kegiatan Perawatan.

Hari

(H) Kegiatan Bahan dan Aplikasi


H21 Seleksi pertama Buang cutting yang mati, penjarangan 66%
Jika ada penyakit disemprotkan dengan
Fungisida
H 7-90 solo sprayer
H 21- Jika ada hama disemprotkan dengan solo
Insektisida
90 prayer
Naungan plastik dan Pindahkan cutting dari greenhouse naungan

H 21 atau 30% naungan plastik dan atau ke 30% naungan


Penjarangan 50%, pemotongan cabang
Seleksi kedua
H 50 dan akar
pindahkan cutting dari 30% nauangan

Area terbuka ke area terbuka. Pengelompokan bibit

H > 50 yang sama tinggi dalam rak yang sama.


Pilih cutting sesui dengan kriteria bibit siap

tanam. Cutting terpilih diatur dengan


Seleksi ketiga
penjarangan 50%, sedangkan bibit
(pertama kali)
H ≥ 75 yang tidak memenuhi kroteria dirawat

kembali
seleksi ketiga Bibit yang sudah mengalami 2 kali

(kedua kali) perwatan ulang setelah seleksi ketiga


55

tetapi masih belum memenuhi kriteria

bibit siap tanam dan umurnya lebih dari 4

bulan.maka bibit tersebut segera diafkir

H. Bibit Siap Tanam

Tabel 7. Kriteria Bibit Siap Tanam.

No Parameter Kriteria
1 Umur bibit 75 - 120 hari
2 Tinggi bibit ≥ 18 hari
≥ 5 helai daun

3 Jumlah daun sempurna


Diameter

4 batang ≥ 1,5 mm
5 Perakaran Kompak *)
Kesehatan

6 bibit Sehat **)

Keterangan:

*) Media tidak pecah dan patah pada saat bibit dikeluarkan dari

tabung, sistem perakaran mengikat media dengan

sempurna.

**) Tingkat serangan hama dan penyakit ≤ 50% atau tingkat

serangan hama dan penyakit tersebut masih dalam kriteria A

(ringan = 1 – 25% daun terserang) dan B (sedang = 26- 50%

daun terserang), dan harus bebas dari penyakit damping-off,


56

cacar daun,busuk batang, dan layu bakteri karena sifat

serangannya menyeluruh.

I. Benchmark Produksi Bibit dengan Perbanyakan Vegetatif

Tabel 8. Benchmark Produksi Bibit dengan Perbanyakan Vegetatif.

Tahapan Benchmark
6 shoot/stool

Stool Plant: Produktivitas plant/bulan pada

umur ≥6 bulan
Rooting Rate / seleksi I (≤

25 hari) 85%
Seleksi II (40-50 hari) 90%
seleksi III (75-120 hari) 90%

3. PLANTATION

A. Tujuan Plantation:

Tujuan plantation adalah untuk penanaman kembali areal

yang telah ditebang(dipanen) agar terjadi pembangunan hutan

yang lestari dan tidak adanya lahan kosong.

B. Jenis kegiatan plantation :

- Persiapan lahan

- PPS (Pre Planting Spraying) / semprot pra tanam

- Pembuatan jalur tanam (lining)


57

- Penanaman

- Pemupukan

- Perawatan

C. Persiapan lahan

Dengan syarat:

 Tidak ada tegakan

 Spreading merata

 Tunggul < 5cm

1. Persiapan lahan

Persiapan lahan di lahan kering sangat bergantung pada kondisi

vegetasi, kelerengan, dan daya fisik tanah. Persiapan lahan yang tepat

akan menghasilkan daya dukung lahan yang optimal untuk pertumbuhan

tanaman. Secara teknis dilapangan yang melakukan persiapan lahan

adalah Harvesting akan tetapi secara anggaran yang bertanggung jawab

adalah Plantation. Tahapan proses persiapan lahan adalah sebagai

berikut:

a) Kondisi vegetasi

1) Belukar berat

 Persiapan lahan dilakukan secara mekanis dengan

menggunaka excavator atau bulldozer

 Keluarkan kayu yang dapat dimanfaatkan


58

 Tumpuk potongan batang, cabang dan ranting yang

tidak bisa dimanfaatkan pada jalur kotor dengan

lebar maksimal 3 meter yaitu masing-masing 1,5

meter dari patok sebagai titik tengah tersebut

dengan ketinggian 1,5 meter dan setiap maksimal

200 meter jalur kotor dibuat lorong yang memotong

jalur kotor selebar ±1,5 meter

 Pembuatan jalur kotor mengikuti arah utara-selatan

untuk daerah yang kemiringan ≤15% dan jika ≥15%

maka mengikuti arah kontur

 Lebar jalur bersih 12 meter untuk 5 jalur tanaman

pada jarak tanam 3m x 2m atau 4 jalur tanaman

pada jarak 4m x 1,5m

2) Belukar ringan

a. Mekanis

 Persiapan lahan dilakukan secara mekanis dengan

menggunakan excavator atau bulldozer

 Keluarkan kayu yang dapat dimanfaatkan

 Cincang kayu yang tidak bisa dimanfaatkan dengan

panjang maksimal 1 meter

 Hamparkan (spreading) semua sisa potongan

batang, cabang dan ranting secara merata di lokasi


59

(hindari penumpukan disatu tempat agar tidak

mengganggu kegiatan penanam)

b. Manual

 Imas dan tebang semua vegetasi dengan

menggunakan parang atau chainsaw sampai

permukaannya rata dengan tanah

 Keluarkan kayu yang bisa dimanfaatkan

 Tumpuk bekas imas dan tebang di jalur kotor dengan

ketinggian maksimal 1 meter dan lebar 1 meter untuk

jarak tanam 3m x 2m dan lebar maksimal 2 meter

untuk jarak tanam 4m x 1,5m

 Lebar jalur bersih minimal 2 meter untuk satu jalur

tanam

 Pembuatan jalur kotor mengikuti arah utara-selatan

untuk daerah yang kemiringannya ≤15% dan jika

≥15% maka mengikuti arah kontur

b) Kelerengan

 Lahan yang mempunyai kelerengan >30% harus

dibuat terasering
60

 Tentukan rencana jalur teras mengikuti kontur

dengan kemiringan 15% pasang ajir sebagai

tandanya

 Buat teras dengan lebar maksimal 4 meter dan

kemiringan 11-17% mengarah kedalam

bukit,sedangkan jarak antr teras adalah 10 meter –

14 meter

 Untuk daerah yang kelerengan kurang dari 30%

tidak diperlukan pembuatan terasering

c) Fisik tanah

Jika terjadi pemadatan tanah seperti bekas

areal TPN atau jalan sarad maka harus dilakukan

perbaikan sifat fisiknya baik secara manual dengan

menggunakan cangkul atau mekanis dengan

menggunakan alat berat

d) Daerah cekungan tergenang

Daerah cekungan harus dikeringkan dengan

pembuatan drainase pembungan air berukuran

1 meter yang panjangnya disesuaikan dengan

panjang petak dan drainase ditembuskan ke

daerah tangkapan air.


61

2. Semprot Pra Tanam (Pra Planting Spraying)

Prosedur pelaksanaan penyemprotan pra tanam di

lapangan:

 Penyemprotan dilakukan apabila areal ditumbuhi gulma

dengan penutupan gulma ≥10% kecuali khusus untuk alang-

alang wajib dilakukan penyemprotan walaupun penutupan

gulmanya <10%.

 Tentukan jenis herbisida yang sesuai dengan jenis gulma.

Secara segi kerja, herbisida dibagi menjadi 2 bentuk:

- Sistemik (melalui proses penyebaran keseluruh organ

tumbuh)

Ciri khas dari kerja racun ini membunuh secara perlahan

karena menggunakan bahan Glyphosate yang bekerja

dengan sistem translokasi, penyebaran racun ke seluruh

tubuh bagian tumbuhan sehingga tumbuhan mati secara

perlahan dan membuat pertumbuhan gulma baru menjadi

lambat. Adapun contoh jenis racun ini yaitu: round up, roll

up, dll.

- Kontak (membubuh secara langsung)

Bahan yang dikandung dalam racun jenis kontak ini adalah

Paraquat yang bekerja langsung membakar zat hijau daun


62

yang banyak mengandung kloroplas sehingga mengganggu

proses fotosintesis, tanda umumnya warna daun berubah

menjadi kecoklatan-coklatan seperti terbakar, karena zat

hijau daun yang telah rusak. Adapun contoh jenis racun ini

yaitu: gromoxone, bravoxone, dll.

 Penyemprotan menggunakan sprayer dengan dosis

tergantung penutupan gulma secara merata. Apabila

penutupan gulma ≤30% dosis herbisida maksimal 2L/ha dan

untuk >30% dosis 2 – 3 L/ha, khusus untuk hamparan alang

alang menggunakan dosis maksimal 5L/ha. Jika kondisi

gulma campuran daun lebar maka ditambah herbisida

berbahan aktif sulfonil urea 20% dengan dosis 50 – 70 g/ha.

Dalam penyemprotan air yang digunakan dapat menampung

air sebanyak 12L, jadi dosis racun per cap adalah 75mL,

dalm 1 cap mengandung 12L larutan racun.

Perhitungan: 3000Ml / 75ML=40 cap, 1cap = 12L. Jadi

12L X 40 cap = 480L

Tergantung dengan penggunaan nozzle

Faktor yang mempengaruhi kebutuhan air:

1. Curahan nozzle tiap kali pompa

2. Lebar cangkupan areal semprot

3. Kecepatan langkah penyemprotan

Jenis gulma dan penanganannya lapangan:


63

Tabel “””. Jenis Gulma dan Pengendaliannya

Jenis gulma Racun yang digunakan


Rerumputan Glyphosate (bisa juga

paraquat)
Daun lebar Glyphosate (bisa juga

paraquat)
Alang-alang Glyphosate (bisa juga

paraquat)
Pakis-pakisan Hanya paraquat

(karena lapisan lilin)

3. Pembuatan Jalur Tanam (Lining)

Penentuan arah lining berdasarkan arah matahari, jalur yang

dilalui matahari harus lebih kecil daripada yang memotong arah

matahari.Jadi arah barat-timur harus besar jaraknya dari pada arah

utara-selatan.

Langkah lining:

 Jarak tanam yang ditetapkan adalah 3m x 2m atau 4m x

1,5m.

 Lining harus menggunakan tali sling atau bahan yang tidak

mudah melar, dan harus dilakukan kalibrasi ulang secara

berkala.
64

 Tarik kali hingga kencang (jangan sampai kendor) sebagai

sumbu utama dari pinggir jalan atau batas petak dengan

arah timur-barat. Pada tali sudah diberi tanda per 3m sesuai

jarak tanam yang digunakan 3m x 2m.

 Pasang tanda titik tanam dengan menggunakan ajir.

 Tarik tali ke arah tegak lurus sumbu utama atau utara-

selatan (bidik dengan kompas) pada tali sudah diberi tanda

per 2m jarak tanam 3m x 2m.

 Pasang tanda titik tanam dengan ajir.

 Lakukan langkah diatas ke semua petak.

 Cek dengan meteran secara acak jika terjadi penyimpangan

jarak tanam.

4. Penanaman

Inti dari kegiatan Plantation adalah menanam, bagus

tidaknya hasil yang di dapat ketika menanam tergantung dari

kualitas bibit dan kinerja Plantation dilapangan.

Kegiatan yang dilakukan di penanaman adalah:

 Siapkan bibit sesuai dengan kriteria bibit siap tanam (sesuai

dengan BAB Nursery).

 Periksa bibit setibanya dipetak tanam.pisahkan bila

ditemukan bibit yang tidak layak tanam/rusak.

 Bibit yang elah diterima jika tidak tertanam dalam satu hari,

harus disimpan dibawah naungan (usahakan tempat


65

naungan dekat dengan air) dan disimpan 2 kali sehari,bibit

tersebut tidak boleh lebih daari 3 hari dilapangan.

 Jumlah tanaman per ha yang digunakan adalah 1667

batang.

 Penambahan kebutuhan bibit maksimal 10% dari stocking

tanaman/ha dan maksimal 15% dari stocking tanaman/ha

untuk kondisi areal yang mempunyai kemiringan >22% /10 0.

 Pembuatan lubang tanam dengan ukuran 30cm x 30cm x

20cm, pisahkan bagian top soil dengan bagaian sub soil.

 Semua tanah bekas galian lubang harus dikembalikan

kedalam lubang semula, top soil dimasukan terlebih dahulu

kemudian dicampur dengan CIRP sebanyak 250gr,

kemudian disusul dengan sub soil.

 Pasang kembali ajirnya.

 Buat lubang tanam dengan tugal setelah lubang tanam

tertutup sempurna.

 Bibit ditanam secara tegak lurus, leher akar tertanam 3cm

dibawah permukaan tanah, kemudian tanh dipadatkan. Jika

kondisi tanah kering maka dapat digunakan water gel

sebagai pelembab tanah, dengan takaran 250mL/lubang.

 Padatkan tanah disekitar bibit yang ditanam.

5. Pemupukan
66

5.1. jenis pupuk yang digunakan berdasarkan jenis dan umur

tanaman.

Pupuk dasar

Akasia : umur 0 bulan

Kca : 1000gr

RP : 50gr

Urea : 30gr

Eukaliptus : umur 0 bulan

Kca : 2000gr

RP : 400gr

5.2. Aplikasi pupuk dasar

 Takar pupuk sesuai kebutuhan.

 Sebarkan pupuk kCa sebanyak 1kg/tanaman (acacia sp)

dan 2kg/tanaman (eucalyptus sp). Mengelilingi tanaman

pokok pada jarak 15cm sampai dengan 50cm secara

merata.

 Buat 2 lubang pupuk untuk RP sebanyak 50gr/tananan dan

2 lubang pupuk urea sebanyak 30gr/tanaman (acacia sp)

atau RP sebnayak 400gr/tanaman dan CRF sebanyak

20gr/tanaman (eucalyptus sp). Sejauh 15cm dari tanaman

pokok dengan kedalaman 10cm dan posisi lubang saling

berhadapan.

 Masukkan pupuk ke dalam lubang yang telah disiapkan.


67

 Tutup kembali lubang yang telah diberi pupuk.

 Pastikan semua tanaman telah diberi pupuk dan kumpulkan

bekas kemasan pupuk yang telah digunakan.

5.3. Aplikasi pupuk susulan

 Kondisi areal harus bebas dari gulma pada waktu

pemupukan.

 Sebelum dilakukan pemberian pupuk, terlebih dahulu harus

ditakar dan usahakan merata.

 Pupuk susulan I (umur 4 – 6 bulan) NP sebanyak

100gr/tanaman (acacia sp). Diaplikasikan di dua lubang

pada dua sisi tanaman secara berlawanan sejauh 500cm

dari tanaman pokok sedalam 10cm, kemudian lubang ditutup

kembali. Sedangkan untuk eucalyptus digunakan urea

sebanyak 100gr/tanaman didua lubang yang berlawanan.

 Pupuk susulan II (bulan) diaplikasikan dalam satu lubang

diantara dua tanaman dalam jalur dengan kedalaman 10cm,

kemudian tutup kembali lubang. Hanya dilakukan pada

tanaman eucalyptus.

 Pupuk susulan III (umur >1 tahun) hanya dilakukan pada

tanaman eucalyptus sp.

6. Perawatan
68

1. Penyulaman

 Penyulaman dilakukan pada umur maksimal 2 bulan

setelah tanam (bila perlu secepatnya) bila ditemukan

tanaman mati atau tidak abnormal.

 Tanaman yang matikemudian dicabut.

 Lubang tanam dibuat menggunakan tugal pada titik

tanam.

 Penambahan bibit untuk penyulaman maksimal 10%.

2. Pengendalian gulma (weeding)

Pengendalian gulma pada prinsipnya dilakukan

apabila penutupan gulma mencapai ≥10%. Secara teknis

terbagi 2 yaitu:

1. Manual

 Buka Piringan

Buka piringan dilakukan ketika umur tanaman masih ≤6 bulan atau

pada kondisi tanaman pokok sudah tertutupgulma sepenuhnya.Tujuan

dari ini adalah untuk memberikan jarak agar pada saat penyemprotan

tanaman tidak terkena dan menghindari dari persaingan gulma dan

tanaman perusak.Area bersih yang dibuka piringan ber jari-jari ± 0,75m

dilakukan dengan menggunakan cangkul dan sampahnya dikumpulkan

diluar jari-jari.

 Babat
69

Babat dilakukan ketika ketinggian gulma dominan ≥0,5m.Bertujuan

untuk menghindari persaingan tanaman pokok dengan tanaman

pengganggu.Ketinggian gulma yang ditinggalkan maksimal 10cm atau

setinggi mata kaki.Sampah bekas cabutan dikumpulkan disekitar antara

jalur tanam.

2. Kimia

 Penyemprotan

Dilakukan ketika ketinggian gulma dominan <0,5m. Bila ketinggian

gulma dominan ≥,5m maka harus dilakukan pembabatan,selanjutnya

setelah 1 – 2 minggu (ketika tunas baru gulma sudah tumbuh) dilakukan

penyemprotan.

Eucalyptus dilakukan weeding 1 – 8

Acacia dilakukan weeding 1 – 3

Tabel “”.Kegiatan Weeding

Eucalyptus Crassicarp Mangium

a
Weeding 1 BP + BP + Babat +

(umur ±2-3 Semprot Semprot Semprot

bulan)
Weeding 2 Semprot Semprot + Babat +

(umur ±4 – 6 singling singling


70

bulan)
Weeding 3 Semprot Semprot Semprot

(umur ±10 –

12 bulan)
Weeding Semprot Semprot Semprot

4,5,6,7,8

(umur >1 th

tiap 2 bulan)
*BP = Buka piringan

** pupuk susulan diberikan setelah dilakukan weeding, kecuali carpa dan

mangium iberikan setelah weeding 2.

3. Singling (khusus untuk A. mangium)

Kriteria batang utama yang diperhatikan singling :

 Batang berdiameter paling besar

 Batang yang relative lurus vertical

 Batang yang sehat (bebas hama dan penyakit)

 Batang tidak patah

Tahapan proses singling:

 Tetntukan tanaman yang akan disingling yaitu

tanaman yng berbatang > 1 cabang.

 Potong batang ganda dan sisakan 1 batang utama.

Pemotongan menggunakan gunting singling/parang


71

untuk diameter kecil atau gergaji singling untuk

batang yang berdiameter besar.

 Posisi memetong harus sedekat mungkin dengan

batang utama ± 5mm dari batang utama. Pemotongan

dimulai daro bagian bawah untuk menghindari

terkrlupasnya kulit batang.

 Singling dilakukan pada tanaman berumur 4 – 7 bulan

atau tinggi tanaman 1,5 – 2m.

 Apabila batang utama mati, maka cabang yang

dominan dapat dijadikan batang utama.

 Tumpuk sampah diantara jalur tanaman dengan

teratur.

Anda mungkin juga menyukai