Disusun oleh:
Kelompok 6
1
LEMBAR PENGESAHAN
Disetujui,
Erfan Noor Yulian, S.Hut., M.Si. Dr. Kansih Sri Hartini, S.Hut, MP.
NIP:197208182014092001
NIP:197612251996031001
Mengetahui,
Ketua Program Studi Kehutanan
i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah Subhanaahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga laporan Magang ini berhasil diselesaikan. Kegiatan
Magang ini kami laksanakan sejak bulan Oktober 2022 sampai bulan Januari 2023
di Balai Pelatihan Lingkungan Hidup dan Kehutanan Pematang Siantar, dengan
judul “Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) di Balai Pelatihan Lingkungan
Hidup dan Kehutanan Pematang Siantar (Hutan Diklat Pondok Buluh)”.
Terima kasih kami ucapkan kepada pembimbing, Ibu Dr. Kansih Sri Hartini
S.Hut., MP yang telah membimbing dan banyak memberi rekomendasi. Ucapan
terima kasih juga disampaikan kepada ketua Magang, dan segenap panitia.
Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada Kepala Balai BPLHK
Pematang Siantar, Bapak Erfan Noor Yulian, S.Hut., M.Si, Kepala Seksi SEP,
Bapak Juto Kasudungan Malau, S.Hut.,M.Sc, Kepala Seksi Sarana dan Prasarana,
Bapak Mario dan kepada Dosen Pembimbing Lapangan di KHDTK Hutan Diklat
Pondok Buluh, Bapak Haqqi Annazili, S.Hut.,M.Si dan Ibu Nazmi Khairina Nur,
S.Hut beserta teman-teman kelompok yang telah membantu selama Magang ini
berlangsung. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ayah, ibu, serta
seluruh keluarga yang telah memberikan dukungan, doa, dan kasih sayangnya.
Semoga laporan Magang ini bermanfaat bagi pihak yang membutuhkan dan
bagi kemajuan ilmu pengetahuan.
Tim Magang
ii
DAFTAR ISI
Halaman
iii
DAFTAR TABEL
iv
DAFTAR GAMBAR
v
1
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Secara geografis Hutan Diklat Pondok Buluh (HDPB) terletak pada 02,81114
LU dan 99,0306 BT dengan ketinggian 800 Meter diatas permukaan laut.
Berdasarkan administratif pemerintah, areal Hutan Diklat Pondok Buluh berada di
Kecamatan Dolok Panribuan Kabupaten Simalungun Provinsi Sumatera Utara.
Kawasan Hutan Diklat Pondok Buluh merupakan bagian hulu Daerah Aliran
Sungai (DAS) Bah Bolon. Sungai-sungai yang mengalir di wilayah ini adalah Bah
Panomburan, Bah Pogos, Bah Kasindir dan Bah Lintong. Sungai- sungai tersebut
mengalir tersebar keseluruh daerah hutan diklat serta senantiasa berair sepanjang
tahun. Hutan Diklat Pondok Buluh (HDPB) terletak pada ketinggian 1250 mdpl
dengan keadaaan topografi berada pada tingkatan kelerangan landai,agak curam
dan curam dengan kemiringan antara 2-15%,15- 40%, serta >40% (Dephut, 2008).
Kawasan Hutan Diklat Pondok Buluh berada 25,8 kilometer dari pusat kota
Pematang Siantar dengan jarak tempuh sekitar 1 jam 30 menit dengan jarak 1,2
km dari jalan raya. Kawasan Hutan Diklat Pondok Buluh ditetapkan sebagai hutan
pendidikan melalui Surat Keputusan Dirjen Kehutanan Nomor 34/Kpts/DJ/I/1983
tanggal 8 Februari 1983 tentang penunjukan kompleks hutan Pematang Siantar
yang terletak di kawasan hutan pendidikan dengan luas 800 ha. Kawasan
Kawasan Hutan Diklat Pondok Buluh diperluas melalui SK Menteri Lingkungan
Hidup Kehutanan Nomor 1030/Menhut-VII/KUH/2015 tanggal 20 April 2015
Tentang Kawasan Hutan Produksi Tetap dan Hutan Lindung, sehingga Kawasan
Hutan dengan Tujuan Khusus (KHDTK) Hutan Pondok Buluh Pondok Buluh kini
memiki luas 1.272,70 hektar.
Beberapa tahun ini keberadaan hasil hutan bukan kayu dipandang penting
untuk terus menerus dikembangkan mengingat dari produktivitas kayu dari hutan
alam terus semakin berkurang. Pengelolaan hutan masa kini cenderung lebih
kepada pengelolaan kawasan (ekosistem) hutan dengan secara utuh dan menuntut
diverifikasi hasil hutan yang selain kayu. Hasil hutan bukan kayu berasal dari
bagian-bagian pohon maupun yang berasal dari tumbuh-tumbuhan yang memiliki
sifat khusus sehingga dapat menjadi suatu barang yang diperlukan oleh
5
BAB III
METODE PELAKSANAAN
X 100 %
Ket:
S total = Skor total suatu kriteria
S maks = Skor maksimum pada setiap krtieria
Hasil perbandingan, maka akan diperoleh indeks kelayakan dalam (%)
persen. Indeks kelayakan suatu kawasan ekowisata adalah dapat dilihat pada
Tabel 1.
Tabel 2. Klasifikasi Unsur Pengembangan Berdasarkan Nilai Bobot Setiap
Penilaian
No Nilai Tingkat Kelayakan Klasifikasi Penilaian Potensi Unsur
1 > 66,6 % Baik (A) Layak
2 33,3 – 66, 6% Sedang (B) Cukup layak
3 < 33,3% Buruk (C) Tidak layak
9
yang dipakai dalam kegiatan usaha tertentu dapat memberikan nilai penerimaan
sebagai manfaatnya (Hernanto, 1989).
R/C = Penerimaan Total : Biaya Total
R/C > 1, maka usaha untung
R/C = 1, maka usaha impas
R/C < 1, maka usaha rugi
3. Identifikasi Teknik Agroforestri
Metode yang digunakan adalah melakukan perjalanan menuju lokasi wilayah
Agroforestri bersama pegawai, melakukan wawancara terkait Agroforestri
terhadap masyarakat yang menerapkan konsep Agroforestri dan melakukan juga
pengamatan terhadap lahan Agroforestri serta mendokumentasikan selama
wawancara dilaksanakan serta melakukan analisis finansial dengan menghitung
Revenue Cost Ratio (R/C Ratio). Menurut Kasmir dan Jakfat (2003), bahwa
analisis R/C Ratio digunakan untuk menghitung berapa besarnya penerimaan
yang diperoleh dari setiap pendapatan yang telah diterima.
R/C Ratio =
Usaha dikatakan tidak menguntungkan jika memiliki nilai R/C ratio dengan
kriteria sebagai berikut:
1. Jika R/C ratio ≥ 1 : usaha agroforestri tanaman kemiri layak untuk
dilaksanakan.
2. Jika R/C ratio -1 : usaha agroforestri tanaman kemiri tidak untung
dan tidak rugi.
3. Jika R/C ratio ≤ 1 : usaha agroforestri tanaman kemiri tidak layak
untuk diusahakan.
4. Pengenalan Jenis Pohon
Metode yang dilakukan adalah: metode observasi dengan cara melakukan
pengamatan secara langsung jenis-jenis pohon yang ada di Arboretum KHDTK
Pondok buluh dengan mengamati ciri fisik pohon seperti batang, akar, dan daun.
Tanyakan kepada pegawai yang ahli dalam pengenalan jenis pohon jika ciri fisik
pohon tidak dapat diidentifikasi
11
kemudian melakukan wawancara dengan kelompok tani lalu data yang didapat
dari hasil wawancara tersebut di olah menjadi data primer.
8. Identifikasi Teknik Budidaya Lebah Madu
Metode yang dilakukan adalah: membuat stup untuk lebah sebanyak 9 stup,
kemudian memilih tempat yang sesuai untuk lebah berdasarkan jenis lebah.
Untuk jenis lebah ada di Demplot Lebah Madu ada dua yaitu : Jenis Apis Dorsata
dan Trigona sp (disarankan memilih tempat dengan pakan yang cukup, kebutuhan
air yang tercukupi, jauh dari areal pertanian yang menggunakan pestisida,
mengambil bibit lebah yang sudah ada di demplot lebah madu dengan cara
mengambil ratu dari stup lebah yang sudah ada di areal Demplot Lebah Madu
untuk ditaruh kedalam stup yang baru (masih kosong) untuk memancing para
lebah .
9. Pengenalan Alat Kebakaran Hutan dan Lahan
Metode yang digunakan adalah melakukan perjalanan menuju tempat
pengenalan alat yang ada di Pondok Buluh, dilakukan wawancara dengan pihak
pegawai Pondok Buluh perihal macam-macam alat yang dimiliki untuk
melakukan pemadaman lahan kehutanan apabila terjadi kebakaran.
13
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Buluh. Lokasi ini menawarkan nilai estetika berupa air jatuh bertingkattingkat
yang bersumber dari mata air alami. Kawasan ini juga memiliki kolam yang
terbentuk secara alami akibat erosi air. Hulu dari sungai ini merupakan tempat
penampungan air yang menjadi sumber air yang mengalir ke pemukiman
masyarakat sekitar kawasan hutan. Pembangunan masyarakat yang sudah
berjalan, harus berkelanjutan dan tidak diperbolehkan mengganggu kearifan lokal
dan budaya keseharian masyarakatnya serta beriringan dengan penerapan
ekowisata, oleh sebab itu pengembangan pariwisata harus direncanakan dan
dirancang dengan baik (Dewi et al., 2021).
Liang Tolpus
Adapun hasil dari analisis dari potensi ekowisata adalah sebagai berikut:
Tabel 2. Potensi Ekowisata di KHDTK Hutan Diklat Pondok Buluh Liang Tolpus
No Kriteria Bobot Nilai Skor Skor Kelayaka Keterangan
(n) (s) max n (%)
(sm)
1 Daya Tarik 6 110 660 1080 61% Cukup layak
2 Aksesibilitas 5 55 275 600 45% Cukup layak
3 Kondisi lingkungan 4 110 440 480 91% Layak
4 Pengelolaan dan 4 30 120 360 33% Tidak layak
pelayanan
5 Akomodasi 4 20 80 180 44% Tidak layak
6 Sarana dan prasarana 3 30 90 300 30% Tidak layak
7 Ketersediaan air 6 130 780 900 86% Layak
bersih
8 Keamanan 4 55 220 250 88% Layak
Skor Total 3165
Rata-rata 395 59% Tidak layak
dikembangkan
Dari tabel di atas ditunjukkan bahwa Kriteria daya tarik dengan tingkat
kelayakan 61% termasuk kategori cukup layak untuk dikembangkan, kriteria
aksesibilitas dengan tingkat kelayakan 45% tidak layak untuk dikembangkan,
kriteria kondisi lingkungan dengan tingkat kelayakan 91% termasuk kategori
layak untuk dikembangkan, kriteria pengelolaan dan pelayanan dengan tingkat
kelayakan 33% tidak layak untuk dikembangkan, kriteria akomodasi dengan
tingkat kelayakan 44% tidak layak untuk dikembangkan, kriteria sarana dan
prasarana dengan tingkat kelayakan 30% tidak layak untuk dikembangkan,
kriteria ketersediaan air bersih dengan tingkat kelayakan 86% layak untuk
dikembangkan, dan kriteria Keamanan dengan tingkat kelayakan 88% layak untuk
17
dikembangkan, serta persen (%) kelayakan yang didapat adalah 59%, ekowisata
ini tidak layak untuk dikembangkan.
Liang Tolpus merupakan sebuah lekukan yang terbentuk dari sedimentasi
pasir yang dulunya digunakan sebagai tempat perlindungan dari penjajah.
Berdiameter sekitar 10 meter dengan kondisi yang semakin melebar setiap tahun.
Daya tarik yang dimiliki dari lokasi ini adalah memiliki nilai sejarah, nilai estetika
dan memiliki potensi sebagai lokasi untuk melakukan rappelling. Liang Tolpus
adalah liang yang dulunya digunakan sebagai tempat perlindungan dari penjajah.
Diameter liang tolpus semakin melebar setiap tahun karena pengaruh iklim.
Namun akses dan jalan yang sulit yang menjadi permasalahan dalam menuju
objek wisata tersebut.
Berdasarkan data pada Tabel 10, dapat diketahui bahwa komponen biaya
terbesar dalam pemanfaatan lahan dengan pola agroforestri di KHDTK Pondok
Buluh adalah biaya pengadaan bibit yang mencapai sekitar 50% dari total biaya.
Selanjutnya disusul oleh biaya pemanenan (25%), biaya pemeliharaan ( 15%), dan
biaya pembuatan tanaman (10%). Pendapatan pola agroforestri pada areal
KHDTK Pondok Buluh bersumber dari nilai ekonomi tanaman semusim dan
tanaman kehutanan dengan asumsi harga yang digunakan adalah harga dasar
22
Buluh memiliki luasan sebesar 1,3 Ha dengan suhu rata-rata 25-27°C yang
terletak di dalam KHDTK Hutan Diklat Pondok Buluh (Balai Diklat Kehutanan
Pematang Siantar, 2015). Kegiatan pengenalan jenis pohon di Arboretum
KHDTK Pondok Buluh memiliki tujuan untuk mendata kembali jenis pohon yang
ada di arboretum agar informasi mengenai jenis yang tumbuh di kawasan
arboretum dapat diketahui dan dipantau perkembangan tiap tahunnya. Pengenalan
jenis pohon dibagi menjadi beberapa jalur untuk mempermudah kegiatan
pendataan.
Dalam pengamatan yang dilakukan kami menggunakan metode observasi
secara langsung ke lapangan dan diperoleh 397 data pohon di 13 jalur yang ada di
KHDTK Hutan Diklat Pondok Buluh. Pohon endemik yang ada di Arboretum
KHDTK Pondok Buluh yaitu Sampinur bunga (Dacrycarpus imbricatus) dan
Sampinur Tali (Dacrydium elatum). Serta pohon yang paling banyak ditemui yang
berada di Arboretum KHDTK Pondok Buluh adalah Pohon Medang (Litsea
odorifera val), Puspa (schima wallichii korth), Rasamala (Altingia excels
noranha), Hoting (Lithocarpus corneus), dan Kemenyan Merah (Styrax
paralleloneurum perkins).
Dari beberapa jenis pohon yang dikenali di Arboretum KHDTK Pondok
Buluh kebanyakan kayu pohonnya digunakan sebagai bahan bangunan seperti
pohon Sampinur Bunga (Dacrycarpus imbricatus), Puspa (Schima wallichii
korth), Kemenyan Merah (Styrax paralleloneurum perkins), Rasamala (Altingia
excels noranha), Medang Kuning (Dehaasia curneata blume), Hoting
(Lithocarpus corneus), Jangkang (Xylopia altisima), Sungkai (Peronema
canescens jack), Damar (Agathis dammara), Meranti Gembung (Shorea leprosula
Miq), Torup, Mayang Durian (Payena leerii), Mayang Susu, Pulai (Alstonia
scholaris), hapas-hapas (Symingtonia populnea), Sakkupal, Mayang Getah, dan
Porporan (Artocarpus dadah Miq). Selain itu, kegunaan pohon yang ada di
Arboretum juga dapat dimanfaatkan seperti buahnya dapat dijadikan
bibit,getahnya dapat dijadikan parfum dan lem, Akar pohon sabal bisa sebagai
tanaman obat, kulit dari pohon kelat bisa sebagai obat maag dan bisa juga sebagai
makanan.
24
KHDTK Hutan Diklat Pondok Buluh memiliki potensi yang cukup besar.
Berbagai jenis flora dan fauna tumbuh dan berkembang di dalam kawasan hutan
tersebut. Beberapa jenis flora yang banyak dijumpai di lapangan diantaranya
Pinus, Meranti, Puspa, Rasamala, Sampinur, Hapas- Hapas, Aren, Kemenyan,
Bambu, Medang, Mayang, Anggrek hutan dan lain sebagainya.
Berdasarkan pengamatan dan informasi dari masyarakat sekitar hutan,
jenis-jenis satwa yang terdapat di KHDTK Hutan Diklat Pondok Buluh
diantaranya monyet, siamang, rusa, burung elang, lipan, biawak, burung balam,
ular, kadal, babi hutan, ayam hutan, burung enggang, rusa, trenggiling dan
25
lain-lain. Ada beberapa spesies burung yang ditemukan di KHDTK Hutan Diklat
Pondok Buluh pada saat dilakukan inventarisasi pengambilan data di lapangan.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Yulia (2013), terdapat sekitar
77 jenis burung yang terdapat di KHDTK Hutan Diklat Pondok Buluh
sebagaimana terdapat di Tabel 14 .
Tabel 14. Jenis Burung yang terdapat di KHDTK Hutan Diklat Pondok Buluh.
Gambar 12. Pengamatan konflik dan Jejak fauna di Jalur Interpretasi KHDTK
Pondok Buluh.
4.6 Penataan Areal di Petak Lebah Madu KHDTK Hutan Diklat Pondok
Buluh
Adapun berdasarkan hasil pengukuran demplot lebah madu dapat dilihat pada
peta berikut:
Gambar 13. Peta Kawasan Demplot Lebah Madu KHDTK Pondok Buluh
kawasan hutan, letak batas dan luas suatu wilayah tertentu yang sudah ditunjuk
sebagai kawasan hutan menjadi kawasan hutan tetap.
Peta kawasan demplot lebah madu ini dipakai sebagai bahan latihan dasar
dalam pembuatan peta dimana pada pembuatan peta ini kita harus melakukan
tracking terlebih dahulu untuk menentukan titik koordinat yang ada pada image
peta kawasan demplot lebah madu dengan memakai aplikasi Locus Gis dan
setelah diketahui koordinat pada peta tersebut, data yang diperoleh dari aplikasi
Locus Gis yang berupa Shapefile dan diolah menggunakan aplikasi Quantum Gis
(QGis) kemudian masuk ke tahap digitasi polygon, polyline dan point dimana
digitasi polygon digunakan untuk menggambarkan suatu objek yang memiliki
luasan atau wilayah.
Misalkan seperti yang ada pada image peta ini digitasi polygon dipakai
untuk membuat batas kawasan antara hutan lindung, hutan produksi terbatas,
hutan produksi tetap, areal penggunaan lain dan suaka alam, digitasi polyline
digunakan untuk menggambarkan suatu objek dengan bentuk memanjang.
misalkan jaringan sungai, jalan dan batas kabupaten, sedangkan untuk digitasi
point digunakan untuk menggambarkan suatu objek dengan suatu pusat. misalkan,
titik lokasi setiap daerah yang masih ada didalam kawasan hutan tersebut. Tahap
akhir dalam pembuatan peta yaitu layout peta, dimana layout peta ini dibuat untuk
membuat sebuah keterangan – keterangan penting pada peta umumnya keterangan
yang dicantumkan berupa judul, skala angka dan bar, mata angina, keterangan
setiap kawasan yang ada dan sumber peta.
Dari hasil pengukuran yang dilakukan diperoleh luas demplot madu ini
adalah 1,70 Ha, kondisi jalan menuju demplot lebah madu ini memiliki banyak
kendala seperti jalan yang curam, banyak semak belukar dan pohon yang
menghalangi jalan, dengan kondisi yang seperti itu mahasiswa dan pegawai
melakukan pembersihan jalan sebelum melakukan pengukuran, kami juga
terkendala dalam melakukan pengukuran karna salah jalan dalam melakukan
tracking karena tidak adanya batas batas sampai dimana luas demplot lebah madu.
Saran dan harapan semoga kedepanya batas batas wilayah demplot lebah madu
ini memiliki tanda batas agar kedepanya tidak salah dalam melalukan pengukuran
wilayah.
30
berwarna putih, buahnya memiliki satu atau dua biji. Tanaman ini berasal dari
Australia. Ibu Mariana melakukan usaha pembibitan pohon Macademia nuts
sudah hampir ± 10 tahun. Bibit Macademia ini berumur 3 bulan untuk siap jual,
harga bibit Macademia ini dijual seharga Rp 60.000/polybag. Kacang Macademia
ini memiliki harga jual yang tinggi, untuk 1 kg kacang dijual seharga Rp 300.000-
Rp 400.000. Tanaman Macademia dibudidayakan di ketinggian di atas 700 mdpl,
dalam melakukan pembenihan biji Macademia dikeringkan terlebih dahulu. Biji
Macademia termasuk biji rekalsitran yang memiliki kulit benih yang keras
sehingga membutuhkan perlakuan untuk dapat memperkecambahkan tanaman
Macademia. Benih tersebut direndam dengan air panas selama ± 24 jam,
kemudian ditanam di media kompos yang di campur dengan pasir.
Aren ((Arenga pinnata) memiliki tinggi mencapai 25 meter, berdiameter
hingga 65 cm, batang pokoknya kukuh dan pada bagian atas diselimuti oleh
serabut berwarna hitam yang dikenal sebagai ijuk. Ijuk sebenarnya adalah bagian
dari pelepah daun yang menyelubungi batang. Pembibitan ibu Mariana seluas
½ Ha, bibit aren ini memiliki tinggi ± 30 cm. Dengan umur mencapai 3 bulan,
untuk harga bibit aren dijual seharga Rp. 10.000. Untuk melakukan pembibitan
aren terlebih dahulu dilakukan penyemaian, biji aren di rendam dengan air suhu
50 °C selama 15 menit. Media semai aren ini menggunakan plastik polybag
dengan ukuran 20 x 15 cm, kemudian media kompos di isi dengan pupuk kompos
buatan sendiri, bibit disiram 2 hari sekali.
Alpukat (Persea americana) yang merupakan famili dari Lauraceae,
Alpukat memiliki tinggi mencapai 20 meter. Bunganya tersembunyi dengan
warna hijau kekuningan. Alpukat ini dijual seharga Rp. 20.000 polybag.
Pembenihan dilakukan dengan mengeringkan biji alpukat terlebih dahulu,
kemudian tusuk biji alpukat dengan tusuk gigi melingkari biji sebanyak 3 tusukan.
Letakkan bibi tersebut diatas cup bersisi air, tunggu hingga akar alpukat keluar
dan berkecambah. Setelah berkecambah maka benih ditanam di media semai
dengan tanah kompos diukuran polybag 20 x 15 cm.
Mangga (Mangifera indica) termasuk ke dalam famili Anacardiaceae,
yang memiliki tinggi pohon berkisar 10-30 meter. Bibit mangga dijual seharga
Rp. 10.000/polybag. Proses persemaian benih mangga dilakukan dengan
32
mengeringkan biji mangga, dan kemudian ditanam di media yaitu pupuk kompos.
Biji mangga ditanam dengan bagian perut mengarah kebawah agar akarnya tidak
bengkok, bibit mangga di siram 2 x 1 hari. Durian Durio zibethinus) merupakan
salah satu tanaman unggulan di KHDTK Pondok Buluh, hampir setiap petani
menanam Durian di ladang masing-masing. Bibit durian dijual seharga
Rp 20.000/polybag. Untuk melakukan pembibitan biji durian di kering anginkan
terlebih dahulu, agar biji dapat menghasilkan benih unggulan, maka biji disimpan
di tempat yang kering selama ±2 minggu. Setelah benih kering dilanjutkan
penanaman ke media tanah kompos di polybag, dan disiram 2 hari sekali.
Pemeliharaan bibit
Dalam melakukan pemliharaan bibit ibu Mariana tidak mengalami
kesulitan dalam pemeliharaannya, baik itu bibit Makademia, Durian, Aren,
Mangga, dan Alpukat tidak memiliki masalah yang serius dalam pengendalian
hama dan penyakit. Serangga yang menyerang bibit juga tidak ada, namun untuk
mencegah kegagalan pembibitan yaitu dengan melakukan penyiangan atau
pencabutan gulma di sekitar lokasi pembibitan. Sehingga gulma tidak mengambil
unsur hara dari bibit tersebut yang mengakibatkan bibit menjadi kerdil. Serta juga
penting untuk melakukan penggemburan tanah.
33
Pembahasan
Pemeliharaan bibit tanaman merupakan salah satu unsur yang memegang
peranan penting, bibit tanaman yang baik akan menjadi penentu awal atas
keberhasilan budidaya selanjutnya. Pemilihan bibit yang salah akan mengurangi
efektivitas semua kegiatan budidaya yang diterapkan dan biasanya petani baru
menyadari kesalahan tersebut setelah tanamannya mulai berbuah hal ini sesuai
dengan pernyataan (Wattimena et al., 2019). Kemampuan tanaman untuk
berproduksi sangat ditentukan oleh kualitas bibit sehingga perhatian dan tindakan
dalam masa pembibitan memegang peranan penting dalam upaya mendapatkan
calon tanaman yang baik. Dalam memilih benih yang baik masyarakat KHDTK
Pondok Buluh dibantu Pemerintah untuk memilih benih yang memiliki kualitas
baik yang memiliki persyaratan benih berkualitas yaitu adanya kegiatan sosialisasi
kelompok tani. Syarat benih berkualitas yaitu memiliki potensi hasil yang tinggi,
cepat berbuah, tahan terhadap hama dan penyakit, dan tahan terhadap stres
lingkungan.
Bibit berkualitas dapat disediakan jika serangkaian kegiatan pembibitan
dipenuhi dengan baik dan benar, mulai dari pengadaan benih (bagaimana asal usul
genetik benih, cara pengumpulan benih, penyimpanan benih, perlakuan benih
hingga teknik penyemaian benih), penyiapan media tumbuh bibit (komposisi
media tumbuh, pemanfaatan pupuk organik dan hayati), terpenuhinya persyaratan
persemaian (ketersediaan air, lokasi, tenaga kerja dan keamanan), teknik
pembibitan baik secara generatif maupun vegetative (penyapihan, pemeliharaan
dan seleksi bibit) hal ini sesuai dengan pernyataan (Irawan et al., 2020).
Usaha pembibitan yang dilakukan oleh masyarakat KHDTK Pondok
Buluh ini cukup menjanjikan, selain mudah dilakukan biaya pemeliharaan bibit
juga tergolong rendah. Dengan adanya pembuatan pupuk sendiri yang dilakukan
oleh ibu Mariana sangat membantu meminimalkan biaya pengeluaran. Bibit
tanaman Macademia dijual seharga RP 60.000, Aren (Arenga pinnata) dijual
seharga Rp 10.000, Mangga (Mangifera indica) dijual seharga Rp 10.000,
Alpukat (Persea amricana) dijual seharga Rp 20.000, dan Durian (Durio
zibethinus) dijual seharga Rp 20.000. Luas nursery yaitu ½ Ha, dengan jarak
tanam 30 x 30 cm, jadi kapasitas bibit yang ditampung yaitu Luas nursery/ jarak
34
tanam adalah mencapai ± 16.666. Namun jumlah bibit yang ditanam oleh ibu
Mariana saat ini berjumlah ± 1.000 bibit. Pemasaran yang dilakukan oleh
masyarakat yaitu melalui media online seperti WhatsApp, dan Facebook.
Diharapkan untuk kedepannya agar pemerintah dapat membuat pasar (Market
place) hasil pembibitan masyarakat.
pupuk sintetis, pestisida, herbisida dan fungisida, serta bebas tanaman rekayasa
genetika, (b). Sebaiknya jauh dari lokasi pertanian konvensional untuk mencegah
potensi terjadinya kontaminasi, (c). Jarak lokasi pertanian intensif sebaiknya
minimal 3 km dari lokasi perlebahan, (d). Sarang yang ditempatkan di wilayah
pemukiman harus mendapatkan peraturan yang lebih khusus dari penduduk,
(e). Kawasan peternakan lebah harus memiliki drainase dan sirkulasi udara yang
baik, (f). Lebah membutuhkan air, jadi mereka harus dapat menemukan air dalam
radius 500 m.
Sarang lebah madu yang digunakan dikawasan hutan pondok buluh
menggunakan Stup. Stup merupakan sarang lebah madu yang berbentuk persegi
yang di dalamnya terdapat sisiran. Bagian dalamnya diberi tempat untuk
bersarang bagi lebah. Sedemikian sempurnanya hasil rekayasa sarang lebah
buatan itu sampaisampai ratu lebah tidak bisa meninggalkan stup sarangnya dan
pada stup moderen ini juga jarang terjadi peristiwa lebah pergi meninggalkan
sarangnya secara koloni. Pakan lebah madu sendiri adalah nektar dan tepung sari
yang terdapat pada bunga tanaman dan air. Semua bunga tanaman hampir
merupakan sumber makanan lebah madu dan oleh karena itu, upaya peternakan
lebah madu harus dekat dengan lokasi atau tempat yangcukup banyak
menghasilkan nektar, tepung sari dan air. Beberapa jenis tanaman sumber pakan
lebah madu adalah anggrek, kamboja, durian, jeruk, aren, akasia dan kopi.
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam budidaya lebah madu
yaitu Mendata jenis pakan sekitar luas arael pakan, membuat alat perangkap
lebah, letak dipohon pohon naungan cukup, pembuatan kotak 30x36, dengan
frame 15 cm jarak antar frame 0,8 cm, setelah koloni lebah masuk perangkap,
biasanya setelah sebulan sarang lebah dipindah ke frame dan dimasukkan ke
dalam stup lebah, dan setelah 1-2 bulan madu sudah dapat di panen. Madu yang
dihasilkan dipengaruhi sumber pakan baik warna dan rasa. Produk budidaya lebah
madu seperti Madu, Royal jelly (pakan bagi calon ratu dan ratu), Bee pollen
dimanfaatkan untuk memenuhi pasokan protein manusia, Propolis (untuk obat,
luka kulit), terapi sengat lebah, dan lilin dari sarang lebah.
36
system otomatis. Alat pemadam kebakaran juga memiliki jenis isi yang berbeda-
beda seperti yang kita ketahui yaitu jenis powder (bubuk), foam (busa), air, dan
gas cair (liquid gas). Adapun peralatan yang diperkenalkan dalam kegiatan
pengenalan alat kebakaran hutan di Kawasan Hutan Dengan Tujuan Khusus
(KHDTK) Pondok Buluh adalah sebagai berikut :
Gambar 22. Garu dan Sekop Api Gambar 23. Alat Pemukul Api
(Flapper)
39
Gambar 24. Mesin Pompa Induk Gambar 25. Mesin Pompa Jinjing
Pembahasan
Kebakaran hutan menjadi bencana yang terjadi di Indonesia dan
menimbulkan dampak kerusakan yang besar terhadap lingkungan. Penyebab
kebakaran hutan terjadi karena dua faktor, yaitu faktor alam dan faktor perbuatan
manusia. Kebakaran yang terjadi akibat faktor alam terjadi karena proses alam
seperti letusan gunung berapi dan pohon yang disambar oleh kilat. Sedangkan
kebakaran hutan yang diakibatkan oleh faktor perbuatan manusia terjadi karena
adanya kegiatan manusia dalam membuka lahan dengan cara dibakar untuk
digunakan sebagai lahan perkebunan, lahan pertanian, lahan industri dan
sebagainya.
Pemadam kebakaran umumnya memiliki tiga tujuan - melindungi dan
menyelamatkan jiwa, memadamkan api, dan melindungi / menyelamatkan sifat
fisik. Sampai saat ini, alat pemadam kebakaran di Indonesia relatif berteknologi
rendah - truk, tangga, dan selang. Oleh karena itu diperlukan teknologi yang dapat
mendeteksi kebakaran hutan dini, sehingga bisa dengan cepat dipadamkan dan
tidak meluas. Balai Pelatihan Lingkungan Hidup Kehutanan Pematang Siantar
memiliki alat pemadam kebakaran yang terbagi atas 4 fungsi yaitu fungsi
memotong, fungsi menggali, fungsi memukul, dan fungsi menyemprot. Fungsi
memotong terdiri dari beberapa alat yaitu 1. Kapak dua fungsi, berfungsi untuk
memotong pohon-pohon kecil, mencongkel, menggaruk dan menggali dalam
pembuatan ilaran api dan pembersihan bahan bakar. Jarak aman antara satu orang
dengan yang lainnya dalam penggunaan alat ini adalah 3 m. 2. Kapak dua mata,
berfungsi untuk memotong pohon ukuran kecil hingga sedang, pemangkasan dan
penebangan pohon pada pembuatan ilaran api. Jarak yang baik antara satu orang
40
BAB V
PENUTUP
1.1 Simpulan
1. Identifikasi teknik budidaya lebah madu menggunakan teknik budidaya
kontainer yaitu teknik yang menggunakan cara menempatkan lebah madu
dalam kontainer yang terbuat dari kayu atau plastik. Ada 2 macam jenis
lebah yang dibudidayakan yaitu Apis dorsata dan Trigona sp. Untuk jenis
Apis dorsata madu yang dihasilkan pada setiap stup nya adalah sebanyak 1
Liter yang pada umumnya dapat mengahsilkan madu rata-rata 15-30
Liter/Tahun dan untuk Trigona sp. hanya menghasilkan ½ Liter yang pada
umumnya 5-20 Liter/Tahun.
2. Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK) di KHDTK Pondok Buluh berupa
bambu,rotan,dan tanggiang (Pakis). Masyarakat KHDTK memanfaatkan
hasil hutan bukan kayu sebagai bahan baku usaha kerajinan tangan seperti
tepas keranjang ayam,talenan,tikar, dan media tanaman anggrek.
3. Terdapat 5 Potensi Ekowisata di KHDTK Pondok Buluh yang perlu di
kembangkan dan dipromosikan ke masyarakat luas diantaranya: Liang
tolpus, Camping ground, Air jatuh 5 tingkat, Arboretum, dan Flying Fox.
4. Pengelolaan pembibitan yang dilakukan oleh masyarakat KHDTK Pondok
Buluh yaitu berupa bibit Makademia (Macademia integrifolia), Aren
(Arenga pinnata), Durian (Durio zibethinus), dan Alpukat (Persea
Americana) dengan luas persemaian seluas ½ Ha dengan jarak 30×30 cm.
Jumlah bibit yang ditanam sebanyak 1000 bibit.
5. Jenis-jenis satwa yang terdapat di KHDTK Hutan Diklat Pondok Buluh
diantaranya monyet, siamang, rusa, burung elang, lipan, biawak, burung
balam, ular, kadal, babi hutan, ayam hutan, burung enggang, rusa,
trenggiling dan lain-lain serta jenis flora yang banyak dijumpai di lapangan
diantaranya Pinus, Meranti, Puspa, Rasamala, Sampinur, Hapas- Hapas,
Aren, Kemenyan, Bambu, Medang, Mayang, Anggrek hutan dan lain
sebagainya.
42
1.2 Rekomendasi
Dari hasil analisis dan kesimpulan, mahasiswa Magang memberikan
beberapa rekomendasi berikut:
1. Setelah kegiatan magang dilaksanakan di KHDTK Pondok Buluh
ditemukan potensi ekowisata untuk dapat dikembangkan seperti air jatuh
lima tingkat, air yang bersih serta udaranya yang masih sejuk membuat air
jatuh lima tingkat ini memiliki daya tarik dengan bebatuan yang terbentuk
alami membentuk tingkatan. Namun untuk dapat mengunjungi objek
wisata ini memerlukan keberanian untuk dapat melewati jalan menuju air
jatuh lima tingkat dikarenakan kondisi jalan yang rusak (roboh) sehingga
menghambat pengunjung untuk datang. Untuk itu diperlukan adanya
pengembangan atau perbaikan prasarana jalan.
2. Kegiatan Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK) yang banyak dimanfaatkan
oleh masyarakat sangatlah berharga sehingga memiliki keuntungan yang
menjanjikan untuk kehidupan masyarakat namun dalam pemasaran HHBK
masih kurang optimal dan kurangnya promosi. Untuk itu, diperlukan
adanya promosi secara online seperti facebook, Whatsapp, dan lain-lain.
3. Pada kegiatan pemanenan lebah madu ditemukan peluang usaha yang baik
dikarenakan area yang luas untuk lebah madu dapat berkembang biak.
Untuk jenis Trigona sp bisa dijadikan sebuah daya tarik wisata
dikarenakan lebah ini tidak memiliki sengatan dan tidak berbahaya bagi
manusia jadi ini bisa memicu rasa ingin tahu atau rasa penasaran dari
masyarakat yang ingin melihat atraksi lebah. Untuk pengembangan
diharapkan bagi pihak Balai Diklat Lingkungan Hidup dan Kehutanan
dapat lebih memperhatikan potensi ini untuk bisa meningkatkan ekonomi
masyarakat di sekitar pondok buluh dengan cara menambahkan lagi stup
yang berisikan lebah yang berisi jenis Trigona sp dikarenakan lebih
banyaknya jumlah Lebah jenis Apis dorsata, juga dengan memberikan
pelatihan tentang tata cara dan teknik yang baik dalam memelihara lebah
kepada masyarakat juga memberikan dorongan publikasi dan juga kerja
sama dengan para distributor madu untuk bisa memasarkan produk madu
yang dihasilkan di KHDTK Pondok Buluh
43
DAFTAR PUSTAKA
Arwandi. 2016. Studi Peningkatan Sarana dan Prasarana Kawasan Objek Wisata
Pantai Pa’Badilang Kecamatan Bontomatene Kabupaten Kepulauan
Selayar. Skripsi. Universitas Islam Negeri Alauddin. Makassar.
Damayanto IP, Mulyani, S, Wahidah BF. 2019. Inventarisasi, kunci identifikasi,
pemetaan, dan rekomendasi pengelolaan jenis-jenis 43ocal43 di ecology
park, pusat Konservasi tumbuhan, kebun raya–LIPI, Kabupaten Bogor,
Jawa Barat. Jurnal Arsitektur Lansekap, 5(1), 114-124.
Hastuti RW, Yani AP Ansori I. 2018. Studi keanekaragaman jenis bambu di desa
tanjung terdana Bengkulu tengah. Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran
Biologi, 2(1):96-102.
44
Palmolina M. 2014. Peranan Hasil Hutan Bukan Kayu dalam Pembangunan Hutan
Kemasyarakatan di Perbukitan Menoreh (Kasus di Desa Hargorejo,
Kokap, Kulonprogo, DI Yogyakarta). Jurnal Ilmu Kehutanan,
8(2), 117-127.
Prasaja D, Muhadiono M, Hilwan I. 2015. Etnobotani Pandan (Pandanaceae) di
Taman Nasional Bukit Duabelas, Jambi. Jurnal Berita Biologi.
14(2): 121-129.
45
Rita, Raden R, Narwastu D, Yulia R. 2017. Potensi Jenis Dan Kepadatan Populasi
Satwa Liar Di Obyek Wisata Alam Air Terjun Benang Kelambu Dan
Benang Stokel Di Kawasan Hutan Lindung Gunung Rinjani Dusun
Pemotoh Desa Aik Berik Sepage Kecamatan Batu Kliang Utara Kabupaten
Lombok Tengah. Jurnal Sangkareang Mataram, 3(3): 25-28.
Roy B, Diba F. 2017. Studi Pemanfaatan Rotan Oleh Masyarakat di Desa Sekilap
Kecamatan Mandor Kabupaten Landak. Jurnal Hutan Lestari, 5(3): 73-84.
Setiawan AG, Oramahi, HA, Ardian H. 2020. Pemanfaatan Hasil Hutan Bukan
Kayu Oleh Masyarakat Desa Buluk Jegara Kecamatan Kayan Hilir
Kabupaten Sintang. Jurnal Hutan Lestari, 8(2).
Silalahi RH, Sihombing BH, Sinaga PS. 2019. Potensi Hasil Hutan Bukan Kayu
(HHBK) di Hutan Lindung Raya Humala Kabupaten Simalungun. Akar,
1(1):38-51.
Sunarko. 2009. Budidaya dan Pengolahan Kebun Kelapa Sawit Dengan Sistem
Kemitraan. Jakarta. Agromedia Pustaka.
Supartono T. 2022. Peningkatan Kapasistas Petugas Lapangan Dalam Pemanenan
Populasi Satwa Liar Lestari Guna Mengurangi Intensitas Gangguan
Satwa. Jurnal Buana Pengabdian, 4(2):61-69.
Tang M, Malik, Adam; Hapid, Abdul. 2019. Pemanfaatan Hasil Hutan Bukan
Kayu (HHBK) Bambu Oleh Masyarakat Terasing (Suku Lauje) Di Desa
Anggasan Kecamatan Dondo Kabupaten Tolitoli. Jurnal Warta Rimba E-
ISSN,2579: 6287.
LAMPIRAN