Anda di halaman 1dari 34

KATA PENGANTAR

Dalam rangka pelaksanaan Inventarisasi Hutan Nasional telah dilakukan


pembuatan Petak Ukur Permanen (PSP) di seluruh wilayah Indonesia.
Pemantauan pertumbuhan dan perkembangan tegakan pohon dilakukan
dengan pengukuran ulang atau re-enumerasi terhadap petak ukur
permanen. Petunjuk teknis re-enumerasi PSP telah tersedia sebagai acuan
pelaksanaan kegiatan ini secara lengkap dan jelas. Kemudian untuk
mempermudah bagi pelaksana dalam kegiatan di lapangan, maka
disusunlah Buku Saku Pembuatan Petak Ukur Permanen ini untuk
dibawa pelaksanan ke lapangan.

Kepada semua pihak yang telah membantu penyusunan buku saku ini
diucapkan terima kasih.

Jakarta, November 2013

Direktur Inventarisasi dan Pemantauan


Sumber Daya Hutan

Ir. Yuyu Rahayu, MM

Petunjuk Teknis Pembuatan PSP 1


PELAKSANAAN RE-ENUMERASI PETAK UKUR
PERMANEN (PSP)

A. Perencanaan

01. Perencanaan Awal. Daftar klaster yang akan dire-enumerasi


dikoordinasikan dengan Direktorat Inventarisasi dan Pemantauan
Sumberdaya Hutan, Direktorat Jenderal Planologi Kehutanan.

02. Perencanaan Lapangan- Ketua regu dan asisten ketua regu perlu
melakukan :
- pemeriksaan ulang data-data hasil enumerasi PSP hasil
pengukuran reguler.
- menentukan cara terbaik untuk mendapatkan pusat klaster di
lapangan.
- pemeriksaan peralatan yang digunakan termasuk memeriksa
ketelitian alat dan melakukan SETUP dan INISIAL alat GPS
- mempersiapkan tally sheet yang akan digunakan termasuk
pengisian nomor urut, nama lokal dan diameter terbesar dari
masing-masing RU sesuai dengan isi tally sheet pada
enumerasi pertama.
- langkah-langkah yang akan dikerjakan untuk melaksanakan re-
enumerasi petak secara effisien, termasuk memperoleh tenaga
kerja, transportasi, logistik.

03. Regu Kerja – Satu regu kerja terdiri dari ketua regu dan asisten
ketua regu, dibantu oleh 7 orang tenaga harian (1 atau 2 tenaga di
tenda, 5 atau 6 orang tenaga pencacah dan rintis). Ketua regu atau
asisten ketua regu adalah orang yang pernah melakukan pengukuran
pada klaster yang sama untuk memudahkan mencari titik pusat.
04. Peralatan – Peralatan yang diperlukan :
1. Alat Pengukur posisi di bumi (GPS)
2. Alat Pengukur Diameter (phi band)
3. Spiegel Relaskop Bitterlich
Petunjuk Teknis Pembuatan PSP 2
4. Alat Pengukur arah mata angin (kompas Shuunto)
5. Alat pengukur tinggi tempat (Altimeter)
6. Pita ukur 10 meter dan 5 meter
7. Kalkurator
8. Penggaris 30 Cm
9. tali rafia
10. Tambang plastik 50 meter
11. Alat tulis
12. Spidol permanen
13. Clipboard
14. Plastik berwarna terang (spot light)
15. paku dan palu
16. sekop
17. Kamera
18. Lembar Tallysheet re-enumerasi PSP blangko A dan B serta
blanko yang berisi perbandingan hasil pengukuran tiang dan
pohon pada enumerasi reguler dengan re-enumerasi, yang telah
diisikan nama lokal pohon menurut nomor pohonnya dan
diameternya terbesar sesuai dengan tallysheet hasil enumerasi
reguler. Tallysheet ini dilengkapi peta posisi tiang dan pohon.
19. Tallysheet pembuatan rintisan, pengukuran koordinat klaster
dan rekontruksi plot.
20. Battery alkalin (minimal 6 Buah).

B. Pembuatan Markan atau Titik awal

01. Titik markan atau titik awal (T1) – Untuk menentukan titik awal
perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut :
a. Titik plot contoh permanen terlebih dahulu harus diketemukan di
lapangan sesuai dengan hasil pengukuran reguler dan tidak
boleh dipindahkan ke tempat lain.
b. Guna membantu pencarian sudut barat daya PSP di lapangan,
perlu dipahami mengenai posisi titik ikat (T1) di lapangan
dengan mengikuti deskripsi-deskripsi (arah dan jarak datar
menuju T2) dan posisi titik sudut barat daya plot (T2) serta

Petunjuk Teknis Pembuatan PSP 3


deskripsi-deskripsinya di lapangan.
c. Konsultasi, diskusi dan koordinasi antara pengukur reguler
dengan pengukur re-enumerasi PSP untuk memperlancar
pelaksanaan di lapangan.

Sesudah titik markan ditemukan kemudian dilakukan :


a. Pengukuran koordinat dengan GPS minimal sebanyak 1 kali
pengukuran (buat dokumentasi/ foto dengan menggunakan
kamera pada layar GPS).
b. Perbaharui dan lengkapi tanda-tanda di titik markan
c. Pada pembuatan setiap patok rintisan dengan jarak antara 50
meter dibuat keterangan pada patok berapa azimuth dan sisa
jarak ke klasternya. Hasil informasi pengukuran/pembuatan
patok dicatat pada tally sheet pembuatan rintisan termasuk
informasi tanda-tanda di titik markan.

02. Pengukuran koordinat geografis titik pusat klaster (T2).


Pengukuran dilakukan dengan dua cara tergantung pada tingkat
penutupan vegetasinya, yakni :
1. Pengukuran Langsung.
Apabila titik sudut barat daya RU 1 tidak tertutup oleh tajuk
yang rapat dan alat GPS dapat langsung menangkap sinyal
satelit yang akan digunakan.
2. Pengukuran tidak langsung. Kondisi penutupan di titik sudut
barat daya RU 1 tertutup tajuk yang rapat dan tidak
memungkinkan alat dapat menangkap langsung satelit yang
akan digunakan. Pengukuran koordinat dilakukan pada tempat
lain di sekitar plot yang bersih tanpa penutupan vegetasi dan
alat memungkinkan dapat mudah berhubungan dengan satelit.
Koordinasi titik sudut barat daya RU 1 dihitung dengan
menggunakan jarak datar, kelerengan, azimuth dan perbedaan
tinggi tempat antara titik pengukuran dengan titik sudut barat
daya RU 1.

Pada setiap pengukuran koordinat lapangan dengan GPS. dilakukan


melalui AVERAGING dengan sample minimal sebanyak 3 tiga
Petunjuk Teknis Pembuatan PSP 4
pengukuran. beri nama setiap hasil pengukuran sebanyak 4 digit,
dimana 1 digit pertama menunjukkan nilai X, 2 digit kedua dan
ketiga menunjukan nomor klaster dan satu digit terakhir
menunjukkan urutan pengukuran (bernilai a,b atau c) (buat
dokumentasi/ foto dengan menggunakan kamera pada layar GPS).
Hasil ketiga pengukuran tersebut dicatat di lembaran tally sheet
pengukuran koordinat. Dalam pengukuran koordinat di pusat
klaster perlu diperhatikan :
a. Inisial posisi awal pada saat SETUP sedapat mungkin dari titik
yang paling berdekatan dengan T2 dan menggunakan data-data
yang telah tersedia.
b. Pengukuran koordinat geografis pada pusat claster harus
dicantumkan dalam deskripsi laporan dan tally sheet
pengukuran pusat klaster.

C. Rekontruksi
01. Rekontruksi Petak
a. Penandaan ulang sudut plot di lapangan
Dilakukan pemeriksaan keberadaan pipa besi, lubang dan
gundukan tanahnya serta tanda-tanda titik saksi yang ada.
Dilakukan pembaruan tanda-tanda sudut plot agar dapat
bertahan lama, termasuk di dalamnya penggantian patok besi
(apabila patoknya hilang), memperbaharui ikatan antara 2-3
titik saksi terhadap keempat sudut plot dan menandai dengan
cara mencat berbentuk (X) dengan cat warna merah pada
ketinggian setinggi dada (dbh) yang letaknya mengarah ke
sudut plot.

b. Pembuatan Garis Basis Pengukuran


Garis basis pengukuran dapat dibuat dengan membagi 2 regu,
dengan cara sebagai
- Regu I membuat garis basis pengukuran 1 dengan
mengukur ke arah utara (Azimuth 0°) sejauh 12,5 m dari
titik sudut barat daya RU 1. Kemudian dari titik tersebut
ditarik garis lurus ke arah timur (Azimuth 90°) sejauh 100

Petunjuk Teknis Pembuatan PSP 5


meter dan pada setiap jarak 12,5 meter ditandai dengan
patok serta dinomori secara berurutan dari nomor 1 (titik
awal garis basis pengukuran) sampai 9 (titik akhir garis
basis pengukuran), setiap patok harus dikontrol jarak
antaranya dengan garis basis pengukuran 2, agar
perbedaannya tetap 25 meter.
- Regu II membuat garis basis pengukuran 2 dengan
mengukur sejauh 25 meter dari titik awal garis basis
pengukuran 1 (hasil pengukuran Regu 1), dan dari titik
tersebut ditarik garis lurus sejauh 100 meter ke arah timur
dan pada setiap jarak 12,5 meter dengan patok serta
dinomori secara berurutan dari nomor 1 (titik awal garis
basis pengukuran) sampai 9 (titik akhir garis basis
pengukuran), setiap patok harus dikontrol jarak antaranya
garis basis pengukuran 1 agar perbedaanya tetap 25 meter.
- Regu I membuat garis basis pengukuran 3 dengan
mengukur sejauh 25 meter dari titik awal garis basis
pengukuran 2 (hasil pengukuran Regu 2), dan dari titik
tersebut ditarik garis lurus sejauh 100 meter ke arah Timur
dan pada setiap jarak 12,5 meter ditandai dengan patok
serta dinomori secara berurutan dari nomor 1 (titik awal
garis basis pengukuran) sampai 9 (titik akhir garis basis
pengukuran), setiap patok harus dikontrol jarak antaranya
dengan garis basis pengukuran 4 agar perbedaannya tetap
25 meter.
- Regu II garis basis pengukuran dibuat dengan mengukur
sejauh 25 meter dari titik awal garis basis pengukuran 3,
dan dari titik tersebut ditarik garis lurus sejauh 100 meter
ke arah timur dan pada setiap jarak 12,5 meter ditandai
dengan patok serta dinomori secara berurutan dari nomor 1
(titik awal garis basis pengukuran) sampai 9 (titik akhir
garis basis pengukuran), setiap patok harus dikontrol jarak
antaranya garis basis pengukuran 3, agar perbedaanya tetap
25 meter.

Petunjuk Teknis Pembuatan PSP 6


Gambar 1. Kerangka tract klaster plot PSP dan petak Record Unit
(RU)

RU 13 RU 14 RU 15 RU 16

RU 9 RU 10 RU 11 RU 12

100
Meter
RU 5 RU 6 RU 7 RU 8

RU 1 RU 2 RU 3 RU 4

25 Meter

100 Meter
Keterangan : = Garis kontrol
RU = Record unit
= Garis basis pengukuran

c. Penentuan batas dan Titik Tengah RU

Bila perbedaan salah satu sudut PSP kurang dari 5 meter,


bentuk dan ukuran RU menggunakan hasil pengukuran lama
dan titik tengah RU ditentukan terlebih dahulu, yang urutan
kerjanya meliputi :
- Penentuan batas RU - Pada setiap garis basis pengukuran,
titik tengah RU ditentukan dengan memilih patok nomor
2,4,6 dan 8, sebagai penegas identifikasi posisi pohon yang
Petunjuk Teknis Pembuatan PSP 7
jenisnya dikenal (tanda lain dapat berupa pohon yang
berdiameter terbesar di RU tersebut), batas-batas RU dibuat
sesuai dengan batas RU hasil pembuatan enumerasi
reguler/Kontrol (12,5 meter ke arah barat, timur, utara dan
selatan).
- Penentuan dan penandaan titik tengah RU
1. Titik tengah RU lama dicari berrdasarkan data hasil
pengukuran reguler, kemudian diukur jarak datarnya ke
masing-masing batas RU (0, 90, 180 dan 360 derajad),
untuk menentukan perbedaan antara posisi titik tengah RU
lama dan baru, kemudian digambarkeun pada tally sheet.
Titik tengah RU dapat juga dicari berdasarkan pohon-
pohon yang di sekitar pusat RU lama dan mudah dikenali.
Misalkan : Posisi pohon X dari titik tengah RU hasil
pengukuran enumerasi reguler (Azimuth xº dan jarak datar
10 meter). Titik Tengah RU diukur dari Pohon X adalah : :

Jika azimuth asal <= 180 º


Maka azimut balik
Azimut balik = (180 + x)º
Jika azimuth asal >= 180º,
Maka azimuth balik
Azimuth balik = ((180+x) – 360)º

2. Titik tengah RU diikatkan terhadap 2 dan 3 titik saksi


(berupa pohon yang berdekatan, mudah dikenali dan dapat
bertahan lama) dan menandainya dengan cat warna merah
berbentuk (=) yang menghadap ke titik tengah RU.
3. Pada tally sheet, pohon sebagai titik saksi ini agar ditandai
dengan melingkari nomor urut pada tally sheet.
Rekontruksi bentuk dan ukuran plot PSP dengan mengukur
azimuth dan jarak dilakukan secara berurutan, dimulai dari
sudut barat daya RU 1 ke sudut barat laut RU 13, dari sudut
barat laut RU 16, dari sudut timur laut RU 16 ke sudut
tenggara RU 4, dn terakhir dari sudut tenggara RU 4 ke
sudut barat daya RU 1 (kembali ke titik awal). Pada setiap
Petunjuk Teknis Pembuatan PSP 8
garis rintisan pengukuran antar sudut, ditandai dengan rafia
berwarna terang, dan hasil pengukurannya dicatat pada
tally sheet Rekontruksi Plot.

Hal-hal yang perlu diperhatikan :


- Pembetulan ukuran plot dilakukan apabila hasil pengukuran
antar sudut-sudut plot lebih besar atau sama dengan 5 meter
dari ukuran yang telah ditetapkan 100 m x 100 m, sebagai
contoh :
Jarak datar antara sudut barat daya ke sudut tenggara
100m, jarak datar antara sudut tenggara ke sudut timur
laut 95 m, jarak datar antara sudut timur laut ke barat
laut 99 m, jarak datar antara sudut barat laut ke sudut
barat daya 98 m, maka jarak datar antara sudut tenggara
ke sudut timur laut yang sejauh 95 m harus dibetulkan
dan digenapkan menjadi 100 m, sedangkan jarak antara
sudut lainnya bisa dibiarkan sesuai dengan semula.

- Perbedaan arah (azimuth) plot contoh permanen hasil


pembuatan dan pengukuran reguler, tidak dibenarkan untuk
dikoreksi dan tetap dibiarkan sebagaimana arah plot yang telah
dibuat.

Petunjuk Teknis Pembuatan PSP 9


Keterangan :
Pada plot lama (bujur sangkar yang diarsir) bisa
langsung dilaksanakan pendataan tanpa harus
melakukan pembetulan arah (azimuth) menjadi arah
utara selatan, karena akan kehilangan banyak data dan
tidak dapat diperbandingkan guna mengukur riap per
individu pohonnya.

03. Deskripsi lahan – Kondisi wilayah di petak PSP dan partisi, propinsi,
sistem lahan, ketinggian, kategori penggunaan lahan, tipe hutan,
kondisi tegakan, tahun penebangan apabila telah ditebang,
hamparan, kelerengan, aspek dan nomor ketua regu. Deskripsi ini
diamati sejak dari titik markan dan berlaku umum di daerah tersebut
bukan dengan pengukuran tiap RU. Hasil pengukuran deskripsi
dicatat pada setiap lembar tally sheet di masing-masing RU.

04.Pengamatan tanah dan perubahan lahan- Pengamatan tanah dan


perubahan lahan dilakukan untuk menentukan kondisi tempat
tumbuh sekitar plot.

Pengisian pada tally sheet adalah sebagai berikut :


- Data hasil pengamatan tanah sudut barat daya mewakili RU 1,2,5
dan 6
- Data hasil pengamatan tanah sudut tenggara mewakili RU 3,4,7 dan
8
- Data hasil pengamatan tanah sudut barat laut mewakili RU 9,10,13
dn 14
- Data hasil pengamatan tanah sudut timur laut mewakili RU 11,12,15
dan 16.

a. Tertur tanah
1. Pasir : Tekstur kasar, jika diraba terasa kasar dan pada keadaan
basah tidak meninggalkan bekas pada tangan.
2. Lempung : Tekstur agak halus, jika diraba terasa agak kasar,
dengan sedikit meninggalkan bekas tangan.
3. Liat : Tektur halus, jika diraba terasa kasar serta lengket pada
Petunjuk Teknis Pembuatan PSP 10
tangan.

b. Warna tanah. Tanah diamati dengan cara menggali tanah di keempat


sudut plot sedalam 50 cm serta diamati warna, tekstur dan
presentase batuannya untuk tiga kedalaman (0-10, 10-30, dan 30-
50), kemudian diobservasi setiap kedalamannya berdasarkan warna
tanah yang dikelompokkan dalam 5 klas, meliputi :
1. Hitam 4. Coklat
2. Merah 5. Kuning
3. Putih

c. Batuan – Batuan di tanah diamati di kelompokkan dalam 2 kelas


1. Berbatu
2. Tidak berbatu

d. Posisi lereng- Sedangkan slope potition diamati berdasarkan posisi


kemiringan lahan, yang diklasifikasikan dalam 5 kategori :
1. Puncak 4. Lereng bawah
2. Lereng atas 5. Lembah
Lereng tengah.

Petunjuk Teknis Pembuatan PSP 11


Pengukuran Semai, Sapih, Tiang dan Pohon

01. Pengukuran Semai dan Sapihan- Semai dan Sapihan diamati


pada radius 1 dan 2 meter
02. Pengukuran Tingkat Tiang – Pada Radius 5 meter dari titik
pusat RU dilakukan pengukuran tingkat tiang, meliputi
pengukuran lingkar batang dan tingkat kerusakannya, dan
diberi keterangan tertentu. Apabila diketemukan tiang yang
tidak ada pada data enumerasi reguler atau tiang yang baru
tumbuh dari tingkat sapihan, dilakukan pengukuran dan
hasilnya dicatat pada baris baru di tally sheetnya. Setiap tiang
yang diukur diberi nomor urut sesuai dengan data tally sheet
dan tanda nomornya diperbaharui kembali yang ditulis dengan
jelas pada plastik (spotlight), nomor pohon dan nomor RU-nya
dan diletakkan pada pohon menghadap ke pusat RU.
03. Pengukuran Tingkat Pohon – Pada setiap RU yang berukuran
25 meter x 25 meter dilakukan pengukuran pohon. Untuk
memastikan pohon yang diukur, terlebih dahulu diidentifikasi
nama lokal pohon dan nomor yang tertera di pohon dan
hasilnya dibandingkan dengan data hasil pengukuran
enumerasi reguler. Jika terjadi perubahan akibat kematian atau
ditebang dicatat pada tingkat kerusakan (kolom damage) pada
tally sheet. Pohon baru yang sebelumnya tidak terukur pada
enumerasi reguler ditulis pada baris baru setelah penulisan
tiang baru dari tingkat sapihan.
Contoh :
Misalkan pada tally sheet hasil enumerasi reguler, tertera
nomor urut 1-6 berupa tiang (dbh <=19,9 cm) dan urutan 7-10
berupa pohon (dbh>= 20 cm), ternyata hasil pengukuran
sekarang nomor 5 berubah dari tiang menjadi pohon, dan
diketemukan 2 buah tingkat tiang dan 1 pohon merupakan
pohon baru yang masuk dalam RU tetapi sebelumnya tidak
terukur. Maka pencatatan pada tally sheet re-enumerasi PSP,
urutan harus tetap 1-10, tambahan nomor 11dan 12 untuk
mencatat jenis tiang baru dan nomor 13 merupakan data pohon
yang tidak terukur pada enumerasi reguler sedangkan nomor 5,
Petunjuk Teknis Pembuatan PSP 12
datanya berubah dari tiang ke pohon, sehingga harus diisikan
hasil pengukuran tinggi, dan parameter pohon lainnya termasuk
hasil pembacaan spiegel relaskop.

Perlu diperhatikan :
- Konsistensi Posisi Pohon/Tiang – Pohon yang diukur harus sama
(konsisten) dengan pohon yang diukur pada pengukuran reguler.
- Penomoran pohon – memperbarui nomor lama dan menambahkan
nomor baru pada pohon atau tiang baru.
a. Tiang baru diberi nomor melanjutkan nomor terakhir hasil
pengukuran reguler, sedangkan pohon baru diberi nomor
melanjutkan nomor terakhir dari nomor tiang baru.
b. Tandai pohon/tiang yang diperbarui dengan menempelkan
label dan spotlight lengkap dengan nomor PSP, nomor RU dan
nomor pohon lama Spotlight ditempelkan setinggi 1,3 m (dbh-
diameter setinggi dada) pada setiap pohon dan menghadap ke
pusat RU.

Penulisan nomor :

nomor PSP + RU
Zone+East+North+(1...16)

Nomor Pohon
(1,2,3 … dst)

Petunjuk Teknis Pembuatan PSP 13


Penulisan Nomor Pohon

- Pengukuran Parameter pohon


a. Posisi dan letak pohon dibandingkan dengan data hasil
pengukuran reguler (berupa peta pohon atau koordinat pohon)
dan dicatat pula kondisi pohon tersebut (mati, tumbang, tiang
baru, pohon baru sesuai dengan keterangan pada tally sheet re-
enumerasi)
b. Diameter diukur dengan menggunakan phiband, mengelilingi
batang pohon di bagian bawah permukaan paku penomoran
pohon. Sedangkan pohon yang berbanir dilakukan dengan
terlebih dahulu memeriksa tinggi banir tertingginya, kemudian
baru diukur diameter 0,2 meter diatas banir dan 2,2 meter di
atas banir. Untuk lebih teliti, diameter 0,2 meter di atas banir
dilakukan dengan menggunakan phiband, sedangkan tinggi
banir tetap diukur dengan menggunakan spiegel relascope.

B. Petunjuk Pengisian Tallysheet


1. Pembuatan Rintisan
Klaster No, diisi dengan nomor klaster sesuai administrasi di BPKH,
Zone (nilai Zone) S – N (nilai northing) dan W – E (nilai easting)
Petunjuk Teknis Pembuatan PSP 14
Nomor patok : Nomor patok yang dihitung dari titik markan menuju
titik sudut barat daya klaster.

Pengukuran ke depan
Jarak : Nilai pengukuran jarak datar dari titik markan menuju ke
patok depan berikutnya dst.
Azimuth: Nilai azimuth antara patok ke patok depan berikutnya.

Pengukuran ke Belakang
Azimuth : Pengukuran balik dari patok satu ke patok sebelumnya.

2. Pembuatan Rekontruksi Plot (100m X 100m)


Kolom 1 : Nomor pengukuran untuk tiap segmen
Kolom 2 : Pengukuran jarak datar per segmen dari arah titik
sudut barat RU 1 ke sudut tenggara RU 4.
Kolom 3 : Pengukuran Azimuth per segmen dari arah titik sudut
barat daya RU 1 ke sudut tenggara RU 4
Kolom 4 : Pengukuran jarak datar per segmen dari arah titik
sudut Tenggara RU 4 ke sudut timur laut RU 16.
Kolom 5 : Pengukuran Azimuth per segmen dari arah titik sudut
barat daya RU 4 ke sudut tenggara RU 16.
Kolom 6 : Pengukuran jarak datar per segmen dari arah titik
sudut timur laut RU 16 ke sudut barat laut RU 13.
Kolom 7 : Pengukuran Azimuth per segmen dari arah titik sudut
timur laut RU 16 ke sudut barat laut RU 13.
Kolom 8 : Pengukuran jarak datar per segmen dari arah titik
sudut barat laut RU 13 ke sudut barat daya RU 1.
Kolom 9 : Pengukuran Azimuth per segmen dari arah titik sudut
timur laut RU 13 ke sudut barat laut RU 16.

3. Pengukuran Koordinat Klaster PSP


Titik INIT diisi sesuai nilai INIT yang dimasukkan dan digunakan
sebagai titik referensi (Zone, S­N, W-E)
Kolom 1 : Nama way point
Kolom 2 : Nomor urut pengukuran (nilainya tidak lebih dar 3)
Petunjuk Teknis Pembuatan PSP 15
Kolom 3 : Zona titik sudut barat daya klaster
Kolom 4 : Nilai Pengukuran northing titik sudut barat daya
klaster
Kolom 5 : Nilai pengukuran easthing titik sudut barat daya
klaster
Kolom 6 : Status pengukuran titik sudut barat daya klaster
(O=pengukuran tidak langsung, titik sudut barat daya
RU 1 diperoleh dari hasil proyeksi dengan WPT
Proyeksi)

Bila nilai STATUS=1, maka kolom berikutnya :

Kolom 7 :Zone titik pengukuran untuk WPT PROJEKTION


Kolom 8 :Nilai pengukuran Northing titik WPT PROJEKTION
Kolom 9 :Nilai pengukuran Easting titik WPT PROJEKTION
Kolom 10 :Nilai standar deviasi atau s pada alat hasil
pengukuran AVERAGGING
Kolom 11 : Nilai PDOPnya
Kolom 12 : Nomor satelit yang tertangkap (minimal 4), tulis
berutan ke bawah
Kolom 13 : Kualitas Signal (minimal 4 sesuai nomor satelitnya),
tulis berutan ke bawah.
Kolom 15 : Tanggal Pengukuran
Kolom 16 : Tahun Pengukuran
Kolom 17 : Nilai azimuth antara titik pengukuran terhadap titik
sudut barat daya klaster
Kolom 18 : Nilai jarak datar antara titik pengukuran terhadap titik
sudut barat daya klaster.
Kolom 19 : Nilai perbedaan ketinggian antara titik pengukuran
terhadap titik sudut barat daya klaster.
Kolom 20 : Nilai kelerengan antara titik pengukuran terhadap
titik sudut barat daya klaster.

Bila Nilai STATUS = 0. maka kolom 7-9 dan 17-20 bernilai 0 sedangkan
10-16 sesuai ketentuan diatas.

Petunjuk Teknis Pembuatan PSP 16


4. Pengisian Thallysheet Permanen Plot A

Kolom
Nama Penjelasan Kode
Nomor
1&2 Nomor Zone ??
Cluster Bujur (W-E) ???
Lintang (N-S) ????
3 Hectare Nomor track yang diukur 1-9
Plot dilingkari pada gambar
kemudian nomor sub plot
diisikan pada kolom ini
4 Rekord Unit Nomor RU yang diukur 1-16
dilingkari pada gambar
kemudian nomor sub plot
diisikan pada kolom ini
5&6 Derajat sektor Dikosongkan (Partisi -
dan jarak ke ditunjukkan/ dipetakan pada
segmen gambar yang disediakan
7 Bagian yang Bagian terbesar dari suatu 1
besar perubahan vegetasi pada sub
plot
8 Bagian Bagian terkecil dari suatu 2
terkecil perubahan vegetasi pada sub
plot
9 Permanen Pengukuran tidak dilakukan 0
pada plot permanent
10 Kontrol Pelaksanaan kegiatan bukan 0
enumerasi kontrol
Pelaksanaan Kegiatan 1
enumerasi kontrol
11 Macam Angka 1 pada kolom ini -
Rekaman untuk menunjukkan tipe
Data deskripsi track, sedangkan
angka selanjutnya

Petunjuk Teknis Pembuatan PSP 17


menunjukkan tipe/macam
data yang dikumpulkan
12 Propinsi DI Aceh 1
Sumatera Utara 2
Sumatera Barat 3
Riau 4
Jambi 5
Sumatera Selatan 6
Lampung 7
Bengkulu 8
Banten 9
Jawa Barat 10
Jawa Tengah 11
DIY 12
Jawa Timur 13
Bali 14
Nusa Tenggara Barat 15
Nusa Tenggara Timur 16
Kalimantan Barat 18
Kalimantan Tengah 19
Kalimantan Selatan 20
Kalimantan Timur 21
Sulawesi Utara 22
Sulawesi Tengah 23
Sulawesi Tenggara 24
Sulawesi Selatan 25
Maluku 26
Papua 27
Kepulauan Riau 28
Bangka Belitung 29
Gorontalo 30
Sulawesi Barat 31
Maluku Utara 32
Papua Barat 33

Petunjuk Teknis Pembuatan PSP 18


13 Sistem Lahan Sistem Lahan Dataran
Pasang Surut 1
Pantai 2
Rawa/lahan Basah 3
Sabuk Maender (Areal datar 4
dekat sungai)
Fan/dataran/lembah 5
Teras 6
Sistem Lahan Pegunungan
Berbukit, amplitudo 50 m – 8
300 m
Bergunung, amplitudo lebih 9
dari 300 m
14 Ketinggian 0 – 99 m 0
100 – 199 m 1
200 – 299 m 2
300 – 399 m 3
.......... ....
1000 – 1099 m 10
1100 – 1199 m 11
15 Kategori Hutan Pasang surut 1
Lahan Hutan Pantai 2
Hutan Lahan Basah 3
(termasuk rawa)
Hutan lahan kering di bawah 4
1000 m
Hutan sub pegunugan 1000- 5
2000 m
Hutan pegunungan, diatas 6
2000 m
Agroforestry dan hutan 7
tanaman
Lapangan bekas tebang habis 8
Semak/belukar 9
Alang-alang kering 10
Petunjuk Teknis Pembuatan PSP 19
Alang-alang basah 11
Perkebunan 12
Pertanian 13
Lahan Gundul 14
Air 15
Pemukiman, kota 16
16 Tipe Hutan Hutan Bakau (hanya pasang 1
surut)
Hutan nipah (hanya Pasang 2
surut)
Hutan Palma 3
Hutan Pantai 4
Hutan rawa (tergenang 5
musiman)
Hutan Tanah Basah 6
(tergenang terus)
Hutan Rawa Gambut 7
Hutan Tanah Kering Lembab 8
Hutan Savana 9
Hutan pinus 10
Hutan kerangas (heat) 11
Hutan Bambu (Dominasi 12
bambu)
Hutan sub pegungan daun 13
lebar
Hutan tanaman produktif 14
Hutan tanaman fungsi 15
lindung
Tanaman agro-forestry 16
Tambak (tipe khusus hutan 17
pasang surut)
17 Kondisi Untuk Hutan Tinggi dan Hutan Bakau
Tegakan Belum ditebang, volume 1
tinggi (dengan 7 atau lebih
pohon pada BAF 4 m²/ha:
Petunjuk Teknis Pembuatan PSP 20
lebih dari 250 m3/ha)
Belum ditebang, volume 2
sedang (4-6 pohon pada
BAF; 150 – 250 m3/ha)
Belum ditebang, volume 3
rendah (kurang dari 6 pohon
pada BAF, kurang dari 150
m3/ha)
Ditebang, ringan 4
Ditebang, berat 5
Ditebang habis untuk 6
tanaman/ agroforestry
Ditebang habis untuk 7
pertanian
Ditebang untuk perladangan 8
berpindah
Hutan sekunder, kerapatan 10
sedang/tinggi
Hutan sekunder, kerapatan 11
rendah
Hutan rusak (lebih jelek dari 12
tebangan berat; sangat sedikit
tegakan tinggal)
Rusak oleh kebakaran 13
Savana Pinus, Palma (sagu dan nipah),
bambu
Belum ditebang, stok bagus 1
(70% atau lebih)
Belum ditebang, stok sedang 2
(50 – 70 %)
Belum ditebang, stok jelek 3
(kurang 50%)
Ditebang stok sedang 4
Ditebang stok jelek 5
Tebang habis untuk hutan 6
Petunjuk Teknis Pembuatan PSP 21
tanaman/agroforestry
Tebang habis untuk pertanian 7
Tebang habis untuk untuk 8
perladangan berpindah
Tebang habis ditanam 9
tanaman ladang
Rusak 10
Rusak oleh Kebakaran 11
Hutan tanaman/Agro forestry
Stok baik 1
Stok sedang 2
Stok jelek 3
Tanaman Gagal 4
Rusak oleh Kebakaran 13
18 Tahun Tahun tebangan/ penanaman 0
Tebangan tidak diketahui
Tahun tebangan/ penanaman ??
diketahui (masukan 2 angka
terakhir)
19 Hamparan Datar atau bergelombang (0- 0
10%)
Bergelombang dataran 1
rendah
Miring bawah, atau rendah 2
(bagian bawah hamparan
miring)
Miring tengah (bagian tengah 3
hamparan miring)
Miring berombak 4
Puncak bukit 5
Jurang 6
Lereng batuan 7
20 Kelerengan 0-8% 0
9-15% 1
16-25% 2
Petunjuk Teknis Pembuatan PSP 22
26-45% 3
46-70% 4
71-100% 5
Lebih dari 100% 6
21 Aspek Datar dan berombak (0-10%) 0
N, azimut 336-i 22 derajat 1
NE, 23-67 derajat 2
E, 68-122 derajat 3
SE, 113 – 157 derajat 4
S, 158 – 202 derajat 5
SW, 203 – 247 derajat 6
W, 248 – 292 derajat 7
NW, 293 sampai 337 derat 8
22-25 Kolom yang lainnya dibagian
ini untuk mencatat jumlah
pohon, tiang, rotan, serta
untuk mencatat nomor regu,
bulan dan tahun pelaksanaan
enumerasi

5. Pengukuran Tingkat Tiang dan Pohon

Kolom
Penjelasan Kode
No Nama
NAME OFTREE Jenis species yang Isi
SPECIS dienumerasi

11 Record Type 6 -
12 Consec Number Nomor urut pencatatan Isi
13 Species code Kode species ini diisi
pengolah data
(dikosongkan)
14 DBR or D 0,2 m Diameter setinggi dada Isi
AB atau 20 cm di atas banir

Petunjuk Teknis Pembuatan PSP 23


salam satuan 0,1 m
15 Kerusakan Tidak ada kerusakan 0
Kerusakan ringan, pohon 1
akan tetap hidup
Rusak berat, pohon tidak 2
akan tahan hidup
Pohon batang tertutup 3
akar
Terpotong/patah 4
Tumbang 5
Mati 6
16 Buttress Height Tinggi Banir
17 D 2,2m AB 0,1 Diameter 2,2 meter di
M atas banir
18 Bole Height Tinggi Bebas Cabang
19 Tree Height Tinggi Pohon Total
20 Kualitas Lurus dan Bersih dari 1
kerusakan
Sama dengan No.1 tetapi 2
sampai setengah
bagiannya bermata atau
penampang batang tidak
teratur dan sedikit
berputar
Batang berputar dan 3
bermata atau dengan
cacat lainnya yang dapat
menurunkan volume kayu
yang berguna sampai
dengan seperempat
seperti akar terbakar,
bercabang
Batang banyak mata dan 4
melengkung atau dengan
cacat dari seperempat s/d
Petunjuk Teknis Pembuatan PSP 24
setengahnya
Ditolak dengan cacat 5
lebih setengahnya
21 Terganggu Tidak ada 0
Hama 1
Cacat 2
Sedikit berliana 3
Banyak Liana 4
Ficus 5
Keterangan. Jika 2 Tipe penggunaan pada
batang gunakan 2 angka dengan menempatkan
angka pertama gangguan yang paling banyak
22 Kelas Pohon Dominan 1
Kodominan 2
Intermedite 3
Tertekan 4
23 Kelas Tajuk Sempurna (perkembangan 1
dan ukurannya terbaik,
lebar, bundar dan
simetris)
Bagus (nyaris ideal, 2
tumbuh memuaskan,
dengan beberapa cacat
simetrisnya atau beberapa
ujung cabang mati)
Dapat diterima 3
(silvikulturnya dapat
diterima, jelas, asimetri
atau terpangkas tetapi
dapat bertahan)
Jelek (jelek tidak 4
memuaskan, dengan
kerontokan, sangat tidak
asimetri, tetapi dapat
bertahan hidup)
Petunjuk Teknis Pembuatan PSP 25
Sangat jelek (jelas 5
menyusut
24 Posisi Tajuk Sepenuhnya menerima 1
sinar matahari (bebas dari
persaingan samping,
paling tidak di dalam
putaran 45 derajat pada
awal tajuk seperti kerucut
terbalik)
Menerima sinar penuh di 2
atas (tetapi berdekatan
dengan tajuk lain yang
sama atau lebih tinggi)
Menerima sinar atas 3
(sebagian dibayangi oleh
tajuk lain yang lebih
tinggi)

Menerima sebagian sinar 4


samping (sepenuhnya
dibayangi dari atas tetapi
menerima sebagian sinar
langsung karena adanya
celah-celah tajuk
Tidak ada sinar langsung 5
(sepenuhnya dibayangi
dari atas dan dari
samping)

6. Pembacaan untuk tinggi batang

Kolom
Penjelasan
No Nama
- Horizon distance Jarak datar dari pohon ke pengukur

Petunjuk Teknis Pembuatan PSP 26


- Height of base (0,1m) Tinggi dari permukaan tanah yang diukur
untuk menemukan % base (persen dasar)
atau tongkat degan ketinggian/panjang
tertentu
- Percent Base Persen dasar pembacaan relaskop
- Percent Crown Point Persen tinggi bebas cabang pada
pembacaan relaskop
- Percent top of tree Persen tinggi total pada perbacaan
relaskop

7. Pembacaan untuk tinggi banir dan diameter diatas banir.

Kololm
Penjelasan
No Nama
- Horizon distance Jarak datar dari pohon ke pengukur
- Persen Base Persen dasar pembacaan relaskop
- Percent Buttress Persen tinggi banir dari dasar pohon
D 0,2 AB Pengukuran diameter 20 cm di atas banir
- Fullbars Pembacaan pada relaskop dengan nilai
filamen penuh
- ¼ Bars (0,1) D 0,2 Pembacaan pada relaskop filamen ¼
AB bagian pengukuran diameter 2,2 meter di
atas banir
- Fullbars Pembacaan pada relaskop dengan nilai
filamen penuh
- ¼ Bars (0,1) Pembacaan pada relaskop filamen ¼
bagian

25 Azimuth to tree Azimuth dari titik pusat plot ke pohon


26 Hor. Dist to tree Jarak datar dari titik pusat plot ke pohon

Petunjuk Teknis Pembuatan PSP 27


Pengisian Tallyheet Permanen Plot B

Kolom
Penjelasan Kode
No Nama
1&2 Nomor Zone ??
Cluster Bujur (W-E) ???
Lintang (N-S) ????
3 Hectare Plot Nomor track yang diukur 1-9
dilingkari pada gambar, nomor
trck diisikan pada kolom ini
4 Record Unit Nomor RU yang diukur dilingkari 1-16
pada gambar kemudian nomor
sub plot diisikan pada klom ini
5&6 Derajat sektor dan Dikosongkan (partisi -
jarak ke segmen ditunjukkan/dipetakan pada
gambar yang disediakan
7 Bagian yang besar Bagian terbesar dari suatu 1
perubahan vegetasi pada sub plot
8 Bagian yang kecil Bagian terkecil dari suatu 2
perubahan vegetasi pada sub plot
9 Permanen Pengukuran tidak dilakukan pada 0
plot permanen
Pengukuran dilakukan pada plot 1
permanen
10 Kontrol Pelaksanaan kegiatan bukan 0
enumerasi kontrol
Pelaksanaan kegiatan enumerasi 1
kontrol
11 Macam rekaman Anggka 1 pada kolom ini untuk
data menunjukkan tipe deskripsi track,
sedangkan angka selanjutnya
menunkkan tipe/macam data yang
dikumpulkan
12 Seedling Jumlah jenis anakan tingkat semai
dalam suatu subplot (r-1m)
Petunjuk Teknis Pembuatan PSP 28
13 Sapling Jumlah jenis anakan tingkat
pancang dalam suatu subplot (r-2
m)
14 Rattan – 2,9 Jumlah jenis rotan dengan
panjang kurang dari 2,9 m dalam
suatu subplot (r-5m)
15 Rattan 3+ m Jumlah batang suatu jenis rotan
dengan panjang lebih dari 3 meter
dalam subplot (r-10m)
16 Bamboo Jumlah rumpun bambu dalam
subplot
17 Ketebalan Ukur kedalaman gambut pada plot dalam
Gambut satuan cm, jika plot berada pada lahan
basah
Tidak ada 0
<3 m 1
>3 m 2
18 Ketebalan humus Ukur ketebalan humus/top soil pada petak
contoh tanah dalam satuan cm, jika plot
berada pada lahan kering
Tidak ada 0
1-10 cm 1
10-20 cm 2
20-30 cm 3
Pada kedalaman tanah 10 cm diatas permukaan tanah
19 Texture Tanah berpasir 1
Tanah gembur 2
Tanah lengket 3
20 Warna Hitam 1
Coklat 2
Merah 3
Kuning 4
Putih 5
21 Berbatu Tidak berbatu 0
Berbatu 1
Petunjuk Teknis Pembuatan PSP 29
Pada kedalaman tanah 30 cm di atas permukaan tanah
22 Texture Tanah berpasir 1
Tanah gembur 2
Tanah lengket 3
23 Warna Hitam 1
Coklat 2
Merah 3
Kuning 4
Putih 5
24 Berbatu Tidak berbatu 0
Berbatu 1
Pada kedalaman tanah 60 cm di atas permukaan tanah
25 Texture Tanah berpasir 1
Tanah gembur 2
Tanah lengket 3
26 Texture Hitam 1
Coklat 2
Merah 3
Kuning 4
Putih 5
27 Texture Tidak berbatu 0
Berbatu 1
28 Slope Puncak 1
position Lereng atas 2
Lereng tengah 3
Lereng bawah 4
Lembah 5

29 Crew Leader Nomor Crew leader Isi


30 Month Bulan pelaksanaan Re-enumerasi PSP Isi
31 Year Tahun Pelaksanaan Re-enumerasi PSP Isi

Petunjuk Teknis Pembuatan PSP 30


9. Pengukuran Tingkat Seedling, Sapling dan Rotan

Nomor Kolom Penjelasan


Name of Species Jenis species yang dienumerasi
Count Jumlah species
11 Record Type 4
12 Consec Nomor urut pencatatan
Number
13 Species Code Kode species ini diisi oleh pengolah data
14 Seadling Jumlah jenis anakan tingkat semai dalam
suatu subplot (r=1m)
15 Sapling Jumlah jenis anakan tingkat pancang dalam
suatu subplot (r=2m)
16 Rattan – 2,9 m Jumlah jenis rotan dengan panjang kurang
dari 2,9 m dalam suatu subplot (r=5m)
Rattan 3+ Jumlah batang suatu jenis rotan dengan
long panjang lebih dari 3 m dalam suatu subplot
(r=10m)
17 Stems Jumlah batang suatu jenis rotan dengan
panjang lebih dari 3 m dalam suatu subplot
(r=10m)
18 D mak Diameter maksimum jenis rotan dalam
subplot
19 D min Diameter minimum jenis rotan dalam subplot
20 D average Diameter rata-rata jenis rotan dalam subplot
21 L average Panjang rata-rata jenis rotan dalam subplot

10. Pengukuran Tingkat Bambu

Nomor Kolom
Penjelasan
Name of Species Jenis species bambu yang dienumerasi
11 Record Type 9
12 Consec Nomor urut pencatatan
number
Petunjuk Teknis Pembuatan PSP 31
13 Species code Kode species ini diisi oleh pengolah data
Number of clums/clum Jumlah batang bambu dalam rumpun
14 1 year Jumlah batang bambu yang berumur 1
tahun
15 2 year Jumlah batang bambu yang berumur 2
tahun
16 Total Jumlah batang bambu dalam rumpun

17 Live Stumps Jumlah batang bambu yang hidup


18 Azimuth to Azimuth dari titik pusat ke rumpun bambu
bambu
19 Hor distance Jarak datar dari titik pusat plot ke rumpun
to bambu bambu

Petunjuk Teknis Pembuatan PSP 32

Anda mungkin juga menyukai