PENGUKURAN TOPOGRAFI
Pengukuran Topografi dimaksudkan untuk memetakan keadaan dan
situasi bandar udara dengan ketelitian yang dapat
dipertanggungjawabkan, sesuai dengan cakupan studi yang
dilaksanakan, meliputi:
a. Orientasi Lapangan
Orientasi lapangan dimaksudkan untuk pengenalan lebih jauh
tentang kondisi areal survei, mengumpulkan berbagai informasi
tentang keadaan lapangan yang akan disurvei beserta
perubahan-perubahan yang ditemui di lapangan sebagai
masukan dalam penyempurnaan peta rencana kerja.
b. Pemasangan Patok Tetap (Benchmark)
Jumlah Bench Mark (BM) yang akan dipasang minimum
adalah 10 buah, dilengkapi dengan notasi dan dipasang pada
lokasi yang sesuai dengan rencana perletakan BM yang telah
ditentukan di atas peta dasar.
Bench Mark berukuran (1,00 x 0,30 x 0,30) m dibuat dari
campuran beton, diberi kerangka besi ditengahtengahnya. Bench Mark ditanam 0,75 m sehingga bagian
yang berada di atas permukaan tanah 0,25 m. BM
ditanam di tempat yang aman dan mudah dicari dan
dipasang sesuai dengan tempat yang telah direncanakan
pada tahap persiapan.
c. Pengukuran Kerangka Dasar Horisontal / Poligon
Pengukuran Poligon bertujuan untuk membuat atau menambah
titik-titik kerangka dasar horizontal dan ketinggian. Pengukuran
Poligon diikatkan pada Bench Mark yang sudah ada, titik-titik
kerangka dasar horizontal nasional terdekat atau tutuk kerangka
dasar horizontal yang ada di sekitar bandar udara yang
bersangkutan misalnya Bench Mark milik Departemen Pekerjaan
Umum, BAKORSURTANAL atau studi sebelumnya.
Pengukuran Poligon terdiri dari :
1) Poligon utama
Jalur Poligon utama membentuk jaringan loop yang tertutup,
melalui kedua ujung titik as landasan atau Bench Mark yang
sudah ada.
Pengukuran Sudut :
Theodolit yang digunakan adalah Wild T-2 atau
sejenisnya
Pengukuran menggunakan metode Fixed Tripod
System dan 3 (tiga) buah kiap / tribach. Selama
pengamatan berlangsung, statip tersebut harus tetap
berada di satu titik, hanya target dan theodolit saja yang
pindah.
titik.
Pengamatan sudut vertical dilakukan 2 seri pada setiap
ujung polygon untuk reduksi jarak datar.
Pengukuran Jarak
Alat yang digunakan adalah EDM atau Total Station yang
koreksi refreksi.
Ketelitian alat ukur jarak yang digunakan (5mm
5mm/km).
Pengamatan Matahari
Menggunakan Prisma Reoloff.
Pengamatan matahari minimal 2 seri untuk pagi dan 2
40.
Pengamatan dilakukan setiap jarak 1 km, pada titik
utama.
Pengukuran sudut dilakukan satu seri, dengan ketelitian
sudut 2 (menit).
Alat theodolite yang digunakan adalah Wild T-O atau
sejenisnya.
Salah penutup sudut maksimum 2 n, dimana n =
jumlah titik polygon.
Pengukuran Jarak
Jarak setiap sisi polygon diukur dengan pita ukur minimal
tengah, bawah).
Minimal 2 kali dalam setiap minggu alat harus dicek
50 meter.
Pengukuran perseksi dilakukan pergi dan pulang.
Rambu harus diberi alat atau straatpot, kecuali pada patok
diukur.
Kesalahan penutup maksimum 8D mm dimana : D adalah
jarak dlm km.
e. Pengukuran Situasi
Area pengukuran situasi meliputi :
1) area bandar udara eksisting;
2) area rencana pengembangan bandar udara;
3) area diluar angka 1). dan 2). diatas, dimana data hasil
pengukuran situasi tersebut diperlukan untuk perencanaan
bandar udara.
Pengukuran menggunakan teodolit dengan ketelitian bacaan
20 (detik). Untuk pengukuran metode tachimatri, pembacaan
rambu harus dilakukan pada ketiga benang silang mendatar
yaitu benang atas (ba), benang tengah (bt) dan benang bawah
(bb) sebagai control bacaan.
Pengukuran dilakukan terhadap semua objek bentukan alam dan
buatan manusia seperti alur, sungai, bukit, jalan, gedung,
rumah, dsb. Dalam pengambilan data harus diperhatikan
kerapatan detail yang diambil serta faktor skala peta yang akan
digunakan serta tingkat kepentingan data yang akan ditonjolkan,
sehingga diharapkan data yang dihasilkan dari pengukuran
detail situasi dapat mewakili kondisi sebenarnya dilapangan.
Hasil pengukuran situasi disajikan dalam format A3, dengan
skala 1 : 10.000.
Gambar kontur eksisting didetailkan dalam gambar yang
disajikan dalam format kertas A3, dengan skala 1 : 3.000. Garis
kontur dibuat dalam interval 50 cm dan setiap garis kontur diberi
notasi elevasi yang mengacu pada mean sea level (MSL).
Apabila garis kontur terlalu rapat, maka notasi elevasi dapat
dituliskan setiap 5 (lima) garis kontur.
2. PENGUKURAN PROFIL
Pengukuran profil memanjang dan melintang dilaksanakan pada
area konstruksi landas pacu (runway), landas hubung (taxiway),
landas parkir (apron) dan jaringan jalan.
3. PENYELIDIKAN TANAH
Pekerjaan penyelidikan tanah meliputi penyelidikan tanah
dilapangan dan pengujian di laboratorium. Secara umum,
penyelidikan tanah dimaksudkan untuk mendapatkan data kondisi /
karakteristik tanah terutama pada areal rencana pembangunan
prasarana fasilitas sisi udara untuk kepentingan desain yang
memenuhi kaidah teknis dan efektif sebagai berikut :
a. informasi pokok terkait type tanah, untuk menentukan distribusi
tanah dan property fisik tanah;
b. informasi / pemetaan lapisan-lapisan tanah;
c. pengumpulan contoh tanah yang mewakili tiap lapisan tanah;
d. pengujian contoh tanah untuk menentukan properti fisik tanah
dengan memperhatikan kepadata lapangan dan kemampuan
tanah dasar untuk mendukung beban yang bekerja;
e. gambaran umum tanah yang dapat digunakan sebagai material
timbunan dan konstruksi perkerasan (lokasi rencana konstruksi
dan quarry;
f. Penentuan muka air tanah dan kebutuhan drainase baik drainase
permukaan maupun drainase bawah permukaan.
Area
Konstruksi
Runway
dilakukan sampai
konstruksi perkerasan
kedalaman 20
runway.
a. Pengujian acak
sepanjang rencana
konstruksi perkerasan
dengan interval 500 m;
b. Minimum 1 titik pada
masing-masing
Konstruksi
Apron
taxiway
a. Pengujian acak pada
rencana konstruksi
perekerasan, 1 titik
maka pengeboran
pengeboran setiap
dihentikan
10.000 m;
b. Minimum 2 titik pada
masing-masing apron.
meskipun belum
mencapai 20
Konstruksi
Jalan akses PKPPK
a. Pengujian acak
sepanjang rencana
konstruksi perkerasan
diluar konstruksi
Runway, Taxiway,
pengeboran setiap
150.000 m
b. Minimum 4 titik,
meter.
Jika SPT tidak
pernah mencapai >
50, pengeboran
dihentikan pada
kedalaman 20
meter dari
permukaan tanah,
kecuali apabila
masing-masing 1 titik
berdasarkan
pada ujung-ujung
pertimbangan
runway strip.
teknis perlu
pengeboran lebih
dalam untuk
kepentingan
desain.
Borrow area /
terminal
1 titik pengeboran
Kedalaman
quarry
setiap 10.000 m,
pengeboran
minimum 2 titik
dilakukan sampai
dengan lapisan
dimana
direncanakan
galian.
b. Uji Sondir
Pada dasarnya jumlah dan kedalaman titik sondir tidak dapat
ditetapkan dengan standar atau pengalaman studi sebelumnya
karena setiap lokasi mempunyai permasalahan dan variasi yang
spesifik. Kriteria yang disarankan untuk lokasi, kedalaman, dan
jumlah titik sondir untuk konstruksi baru disajikan dalam Tabel
IV. 2 perbedaan kebutuhan lokasi, jumlah dan kedalaman sondir
dimungkinkan karena kondisi lokal.
Area
Konstruksi
Runway
Konstruksi
Taxiway
rencana konstruksi
dengan kedalaman
sampai ditemukan
250 m
a. Pengujian acak sepanjang
rencana konstruksi
perkerasan dengan
interval 250 m;
b. Minimum 2 titik pada
Konstruksi
Apron
masing-masing taxiway
a. Pengujian acak pada
rencana konstruksi
perkerasan, 1 titik sondir
setiap 5.000 m;
b. Minimum 4 titik, masingmasing 1 titik pada ujung-
Konstruksi
Jalan akses
PKPPK
ujung apron.
a. Pengujian acak sepanjang
rencana konstruksi
perkerasan dengan
Area bandar
interval 500 m;
b. Minimum 1 titik.
Pengujian acak pada area sisi
udara diluar
konstruksi
75.000 m
Runway,
Taxiway, Apron
dan Jalan akses
PKPPK
Area Sisi Darat
dinyatakan dengan
tegangan konus qc
> 150 kg/cm.
Area
Spasi
area sisi darat, 1 titik
Kedalaman
gedung terminal
1 titik sondir setiap 2.500
Kedalaman sondir
quarry
dilakukan sampai
dengan lapisan
dimana
direncanakan
galian.
c. Inplace Testing
Test Pits (galian), Open Cuts (pemotongan) atau
keduanya diperlukan untuk pengujian daya dukung
lapangan, mengambil contoh tanah, dll. Jenis
penyelidikan tanah tambah direkomendasikan untuk
situasi yang memerlukan tingkat akurasi tinggi atau
ketika kondisi di lokasi sangat kompleks dan
membutuhkan penyelidikan tanah mendalam.
d. Uji Daya Dukung Tanah Dasar
Pengujian daya dukung tanah dasar untuk konstruksio
flexible diukur dengan tes CBR baik CBR maupun CBR
laboratorium, sedangkan untuk konstruksi rigid diukur
dengan metode plate bearing test.
Dimana stabilitas tanah dasar meragukan, maka tes
kekuatan tanah tambahan diperlukan. Direct Shear Test
(ASTM D 3080) atau field fane test (ASTM D 2573)
diperlukan untuk merancang struktur perkerasan yang
memadai.
e. Untuk konstruksi eksisting, test pit untuk mendapatkan data
lapis perkerasan eksisting dilakukan dengan interval 50 meter.
Dengan diperolehnya contoh tanah maka tes laboratorium
yang dilakukan adalah :
Indeks Properties