Anda di halaman 1dari 6

Tahapan Pembuatan Peta Serta Pengolahan data Ukur Tanah

Rabu, November 23, 2011 Adi Atmadilaga 1 comment


Pengukuran Kerangka Peta
a. Kerangka horisontal
Sesuai dengan keadaan luas daerah yang akan dipetakan, maka kerangka peta yang digunakan
dalam praktikum adalah berupa poligon. Poligon dibagi menjadi poligon terbuka dan tertutup.
Dalam proses pembuatan kerangka horisontal poligon terbuka/tertutup diikatkan pada titik pasti
yang telah diketahui koordinatnya.

Pengukuran Kerangka Horizontal


Keterangan :
1,2,3,

: nomor titik

1,2,3,

: sudut dalam poligon

1, 2, 3,

: sudut luar poligon

12,23,34,

: azimuth

Rumus-rumus yang harus dipenuhi:


1. Syarat sudut
Jumlah sudut dalam poligon

: d

= (n 2) x 180o

Jumlah sudut luar poligon

= (n + 2) x 180o

Dengan

:n

= jumlah titik poligon

= jumlah sudut poligon

2. Syarat sisi
Jumlah proyeksi pada sumbu y

= (d sin )

=0

= (d cos )

Jumlah proyeksi pada sumbu x

=0

3. Azimuth awal
Pengukuran azimuth didasarkan pada arah utara magnet bumi atau azimuth kompas.
4. Menghitung azimuth masing-masing titik
Untuk poligon sudut dalam (n,n+1) = (n 1, n) + 180o - d
Untuk poligon sudut luar
Dengan:

(n,n+1) = (n 1, n) - 180o +

= nomor titik

= azimuth

= sudut luar/dalam poligon

Cara perhitungan poligon dilakukan menurut tetapan:


1. Menjumlahkan sudut dari sudut dalam atau luar yang diukur.
2. Menentukan besar penyimpangan () kemudian memberikan koreksi pada tiap titik.
3. Menghitung sudut jurusan didasarkan pada sudut poligon yang telah terkoreksi.
4. Menghitung proyeksi titik ke sumbu x dan y, yaitu d sin dan d cos .
5. Menentukan penyimpangan jumlah jarak proyeksi dan memberikan koreksi pada tiap-tiap jarak
tertentu
b. Kerangka vertikal
Kerangka vertikal diukur dengan menggunakan alat waterpass. Pekerjaan waterpassing atau
pengukuran beda tinggi, yaitu:
1. Pengukuran beda tinggi di suatu tempat.
2. Pengukuran profil/penampang tanah pada arah melintang.
Beda tinggi antara dua titik adalah selisih tinggi dalam vertikal atau jarak terpendek antara dua
nivo yang melalui titik tersebut. Penampang adalah tampang yang arahnya melintang.
Pengukuran beda tinggi diperlukan untuk menghitung volume galian dan timbunan tanah.

Dalam pembuatan peta topografi digunakan pengukuran memanjang untuk ketinggian titik detail
dan dari hasil pengukuran didapat beda tinggi suatu titik ikat (poligon) terhadap titik ikat lainnya.
Beda tinggi yang didapat nantinya akan digunakan sebagai data dalam pembuatan dan
penggambaran peta topografi.
Pengukuran beda tinggi antara dua titik dapat dilakukan dengan berbagai cara, antara lain:
1. Metode menyipat datar

Pengukuran Beda Tinggi dengan Metode Menyipat Datar


Metode ini menggunakan waterpass sebagai alat ukur.
HAB

= BTA BTB

HB

= HA + HAB

Dengan

HAB

: beda tinggi antara titik A dan titik B

BT

: Bacaan benang tengah

: Ketinggian/elevasi

2. Metode barometris

Pengukuran dengan Metode Barometris

Metode barometris menggunakan barometer sebagai alat ukur. Metode ini memakai prinsip
menggunakan tekanan udara pada tempat yang akan dicari ketinggiannya. Untuk mengetahui
ketinggian dari muka air laut rata-rata. Setelah ketinggian diketahui maka beda tinggi yang
diperoleh kurang akurat, karena tergantung dari suhu, kelembaban udara, dan juga gaya tarik
bumi.

Dalam pemilihan titik detail harus disesuaikan dengan kondisi lapangan,, yaitu jangan terlalu
jarang maupun terlalu rapat. Jika titik terlalu jarang maka hasil peta situasi tidak akan
mencerminkan kondisi yang sebenarnya, namun jika terlalu rapat, kurang efisien. Untuk daerah
datar cukup diambil beberapa titik saja tetapi untuk tanah bergelombang diambil titik efektifnya,
untuk parit diambil data tentang kedalaman dan lebarnya.
Agar pengambilan titik detail lebih mudah, mengenai sasaran, maka titik tersebut dapat
dikelompokan sebagai berikut:
a.

semua jalan (meliputi: jalan raya, jalan kecil, dll)

b. saluran-saluran air, batas sungai, batas pantai


c.

jembatan, gardu listrik, tugu, monumen, dll

d. lapangan olahraga, lapangan terbang, persawahan, permukiman


e.

kantor pemerintahan, kantor polisi, bank, pasar, toko, dll

f.

batas-batas propinsi, kabupaten, kecamatan, kelurahan, dll


Pada setiap pengukuran suatu titik detail, perhitungan jarak dan beda tinggi dilakukan dengan
cara tachimetri atau disesuaikan dengan alat yang digunakan, berikut Pengukuran Menggunakan
Theodolite
Pengukuran Beda Tinggi dengan Cara Tachimetri

Jd (jarak datar)

= Jm cos m
= (BA BB) x 100 x cos2 m

Beda tinggi = H

= (BA BB) x 100 sin 2m + i BT

Dengan:
i

= tinggi alat

BA

= bacaan benang atas

BB

= bacaan benang bawah

BT

= bacaan benang tengah

= sudut miring

= sudut zenith = 90o - m

= beda tinggi antara titik A dan B

Jd

= jarak datar

Jm

= jarak miring

3. Metode trigonometri

Pengukuran dengan Menggunakan Cara Trigonometri


Pada metode ini alat yang digunakan adalah theodolit.
Beda tinggi antara A dan B = Jd tan m
Dengan:
Jd = jarak datar
z = sudut zenith
m = sudut miring
c. Data yang harus diukur
Data yang harus dicari tergantung dengan alat yang digunakan. Data yang perlu diukur dalam
kaitannya dengan pengukuran kerangka horisontal dengan menggunakan theodolit adalah benang
atas, benang bawah, benang tengah, azimuth, zenith, tinggi alat dan sketsa pengukuran,
sedangkan data yang perlu diambil untuk kerangka vertikal adalah data dari penggunaan
waterpass, yaitu benang atas, benang bawah, dan benang tengah.
Pengukuran Titik Detail

Titik detail adalah semua penampakan yang ada di muka bumi baik alamiah maupun buatan
manusia. Pada pengukuran ini tidak mungkin dilakukan secara lengkap dan terperinci, oleh
karena itu harus diambil titik detail seefektif mungkin yang dapat mewakili dalam penggambaran
peta situasi nantinya.
a. Cara-cara pengambilan titik detail
Dalam pengukuran titik detail dapat dilakukan dengan berbagai cara, antara lain :
1.

Pengukuran Titik Detail dengan Cara Memancar


Cara ini dipakai jika jarak antara titik pasti berdekatan. A dan B adalah titik pasti. Dari gambar di
atas pesawat diletakan di titik A lalu diambil a1, a2, a3,, sedangkan arah sumbu masingmasing menjauhi titik A, begitu juga titik B.
2. Pengukuran Titik Detail dengan Cara Melompat
Adakalanya kita mengalami kesulitan jika menggunakan metode memancar dalam mengukur
titik detail karena titik pasti berjauhan, sehingga diperlukan cara melompat.
3. Pengukuran Titik Detail dengan Cara Grid
Dilakukan dengan membuat grid-grid tiap jarak tertentu.
b. Data yang harus diukur
Data pengukuran titik detail yang diperlukan adalah azimuth, zenith, benang atas, benang bawah,
benang tengah, dan tinggi alat serta sketsa pengukuran titik tersebut. Data tersebut digunakan
untuk mencari jarak dan beda tinggi antara tempat alat didirikan dengan titik detail yang diukur.

Anda mungkin juga menyukai