vertical
Pengukuran Jarak merupakan dasar dari seluruh kegiatan pengukuran tanah. Dalam
pengukuran tanah, jarak antara dua titik berarti jarak mendatar (horizontal), apabila kedua titik
berbeda ketinggiannya, maka jaraknya adalah panjang garis mendatar antara dua garis tegak
(vertikal) yang melalui kedua titik tersebut.
b) Mengukur jarak dari suatu titik yang diketahui ke titik lainnya. Dalam hal ini hanya satu titik yang
sudah ada/terpasang di lapangan, titik kedua ingin ditentukan tempatnya pada jarak tertentu dari
titik pertama. Jadi yang dikerjakan disini dapat disebutkan memasang jarak.
Pengukuran jarak tidak langsung atau pengukuran jarak miring; Pada cara ini yang diukur adalah
panjang lereng (jarak miring) antara dua titik, untuk memperoleh jarak datar iukur sudut lerengnya
(m). Kemudian jarak datar dihitung dengan menggunakan aturan hitungan trigonometri. Pengukuran
jarak bisa dilakukan dengan galah (kayu) ukur, rantai ukur, pita ukur ataupun dengan alat ukur jarak
optis dan elektronik. Pengukurannya dapat dilakukan secara langsung dan tidak langsung.
Teropong mempunyai dua benang mendatar (stadia) yang dapat digunakan mengukur jarak ke suatu
bak ukur yang berdiri tegak dengan faktor perkalian bak sebesar 100. Caranya adalah dengan
membaca panjang bak ukur yang dibatasi oleh kedua benang stadia tersebut (ba – bb) serta dengan
membaca sudut lerengnya biasanya dalam sistim Zenith (z).
BT = BTB – BTA
Sebelum mendapatkan beda tinggi antara dua titik, diperlukan dulu pembacaan benang tengah titik
tersebut, dengan menggunakan rumus :
BT = BA + BB / 2
Untuk mencari jarak optis antara dua titik dapat digunakan rumus sebagai berikut :
Dalam setiap pengukuran tidaklah lepas dari adanya kesalahan pembacaan angka, sehingga
diperlukan adanya koreksi antara hasil yang didapat di lapangan dengan hasil dari perhitungan.
Digunakan untuk mementukan ketinggian titik-titik yang menyebar dengan kerapatan tertentu untuk
membuat garis-garis ketinggian (kontur).
1. Pengukuran sipat datar resiprokal (reciprocal levelling)
Adalah pengukuran sipat datar dimana alat sipat datar tidak dapat ditempatkan antara dua station.
Misalnya pengukuran sipat datar menyeberangi sungai/lembah yang lebar.
2. Pengukuran sipat datar teliti (precise levelling)
Adalah pengukuran sipat datar yang menggunakan aturan serta peralatan sipat datar teliti.
Cara pengukuran:
1. Letakkan rambu ukur di titik A dan B.
2. Letakkan alat antara titik A dan titik B (usahakan jarak antara alat dengan titik A maupun titik B
sama).
3. Baca Rambu A (BA, BT, BB). Hitung koreksi dengan cara BT=(BA+BB):2
4. Baca rambu B (BA, BT, BB). Hitung koreksi dengan cara BT=(BA+BB):2
5. Koreksi maksimum 2mm.
6. Hitung beda tinggi dengan mengurangi BT muka dan BT belakang.
7. Hitung jarak alat dengan titik A
dA=(BA A – BB A)x100
8. Hitung jarak alat dengan titik B
dB=(BA B – BB B)x100
9. Hitung jarak AB=dA+dB
10. Pada slag berikutnya, rambu A menjadi bacaan muka dan sebaliknya, rambu B menjadi bacaan
belakang
Sipat datar memanjang tertutup yaitu suatu pengukuran sipat datar yang titik awal dan titik akhir
sama /berimpit.
Agar didapat hasil yang teliti maka perlu adanya koreksi, dengan asumsi bahwa beda tinggi pergi
sama dengan beda tinggi pulang.
C = k / (n-1)
C = Koreksi
k = kesaahan
n = banyaknya titik
(n-1) = banyak slag (beda tinggi)
Pada saat pembacaan rambu, digunakan metode pulang pergi, yaitu setelah mengukur beda tinggi
AB, maka, rambu A dipindahkan ke titik C untuk mengukur beda tinggi BC sehingga akan kita
dapatkan beda tinggi BC. Setelah itu, rambu B dipindahkan ke titik D sehingga akan di dapat beda
tinggi CD. Hal ini dilakukan untuk mengurangi kesalahan pembacaan rambu yang diakibatkan skala
nol pada rambu yang dikeluarkan oleh pabrik tidak berada pada skala nol sebenarnya. Untuk
mengoreksi data beda tinggi yang didapat, digunakan rumus:
8√d; dimana d = jarak titik (km)
setelah semua data terkoreksi, maka beda tinggi antara dua titik dapat diketahui dengan rata-rata
beda tinggi antara ulang dan tinggi.
∆h = ∆H pergi – ∆H pulang / 2
Iklan