Kita semua mengetahui bahwa semua mahkluk yang ada di bumi
membutuhkan air. Salah satu sumber agar bumi mendapatkan air ialah melalui hujan. Hujan yang terjadi di permukaan bumi merupakan hal yang akan terus menerus terjadi. Mekanisme terjadinya hujan yang terus menerus ini, biasa di sebut dengan siklus hidrologi atau siklus air. Kata hidrologi berasal dari bahasa Yunani yaitu “Hydrologia” yang maknanya ilmu air. Hidrologi merupakan suatu ilmu yang mempelajari tentang keberadaan air di alam, yang meliputi segala bentuk dan perubahan-perubahannya. Ilmu hidrologi merupakan suatu ilmu yang mendasari dalam proses pengolahan data curah hujan. Daur hidrologi atau siklus hidrologi merupakan suatu peristiwa yang menyebabkan air laut akan menguap yang kemudian akan jatuh ke permukaan bumi, dan akan kembali ke laut. Air lau menguap di karenakan oleh adanya radiasi matahari yang menjadi awan, kemudian awan akan bergerak ke atas daratan karena tertiup oleh angin. Adanya tabrakan antara butir-butir uap air akibat desakan angin menyebabkan presipitasi. Presipitasi ini terjadi dalam bentuk hujan, salju, hujan es, dan embun.
Dalam siklus hidrologi terdapat pula unsur-unsur pembentukannya,
dimana unsur tersebut membentuk suatu alur atau rangkaian ketika air menuju ke atmosfer, kemudian kembali ke permukaan, dan kembali lagi ke lau. Untuk lebih jelasnya menurut Soemarto (1986), ada sembilan unsur, yaitu: 1. Evaporasi Proses pertama yang terjadi dalam siklus hidrologi ialah evaporasi atau penguapan. Proses ini diawali dengan terjadinya pernguapan pada air yang berada di permukaan laut, seperti pada danau, sungai, dan laut. Namun proses ini dapat terjadi pula pada permukaan tanah. Proses penguapan ini mengubah air yang semula berwujud cair menjadi gas yang kemudian akan berkumpul menjadi awan, dan naik ke atmosfer bumi. Semakin tinggi suhu yang dipancarkan matahari, maka semakin banyak pula air yang akan menguap. 2. Transpirasi Proses kedua yang terjadi pada siklus ini ialah proses transpirasi. Penguapan yang terjadi bukan hanya pada air dan tanah saja, tetapi penguapan ini juga dapat terjadi pada mahkluk hidup, seperti tumbuhan dan hewan. Proses penguapan yang terjadi pada tumbuhan dan hewan ini lah yang dinamakan proses transpirasi. Namun, air yang di hasilkan dari proses penguapan transpirasi jumlahnya lebih sedikit daripada proses evaporasi. 3. Evaprotranspirasi Proses ini merupakan proses gabungan dari proses evaporasi dan proses transpirasi. Laju dari proses evapotranspirasi memberikan pengaruh yang sangat besar terhadap jumlah air yang akan naik ke atmosfer bumi. 4. Sublimasi Selain melewati proses evaporasi, proses transpirasi, dan proses evapotranspirasi, naiknya air berwujud cair menjadi air berwujud uap dari permukaan bumi menuju atmosfer juga dipengaruhi oleh sublimasi. Sublimasi merupakan proses perubahan es yang ada di kutub atau puncak- puncak gunung menjadi uap air tanpa mengalami fase pencairan terlebih dahulu. Meskipun jumlahnya sedikit, namun proses sublimasi juga memiliki kontribusi terhadap berapa jumlah air yang naik ke atmosfer bumi. Siklus ini masuk dalam kategori siklus hidrologi panjang dan mengalami proses yang berjalan lambat. 5. Kondensasi Proses yang keempat ialah proses kondensasi. Proses ini merupakan proses perubahan wujud uap air hasil proses evaporasi. menjadi kembali kebentuk yang lebih padat yaitu butiran-butiran air mikro yang membentuk awan. Proses kondensasi ini dipengaruhi oleh suhu udara, awan dapat terbentuk pada saat suhu udara dingin. 6. Adveksi Awan yang terbentuk dari proses kondensasi selanjutnya akan mengalami adveksi. Adveksi adalah proses perpindahan awan dari satu titik ke titik lain dalam satu horizontal akibat arus angin atau perbedaan tekanan udara. Adveksi memungkinkan awan akan menyebar dan berpindah dari atmosfer lautan menuju atmosfer daratan. Perlu diketahui bahwa, tahapan adveksi tidak terjadi pada siklus hidrologi pendek. 7. Presipitasi Proses presipitasi merupakan suatu proses dimana butiran-butiran air mikro dalam awan menjadi dinamis ketika ditekan oleh angin, sehingga menyebabkan bertabrakan. Tabrakan antar butir ini menyebabkan terjadinya curahan. Jenis curahan dipengaruhi oleh temperatur pada iklim suatu daerah, dapat berwujud air ataupun salju, atau dimungkinkan terjadi hujan es apabila suhu memungkinkan. 8. Surface run-off Setelah proses prestipisasi terjadi, maka proses selanjutnya disebut dengan run off atau proses pergerakan air dari suatu tempat yang tinggi menuju tempat rendah di permukaan bumi. Contoh dari proses pergerakan air tersebut dapat dilihat di selokan atau saluran air, sungai, muara, danau, laut, hingga samudra. Pada proses ini, air yang mengalir akan kembali lagi menuju lapisan hidrosfer. 9. Infiltrasi Tidak semua air hujan yang muncul dari proses presipitasi akan mengalir di atas permukaan bumi, melalui proses run off. Ada sebagian kecil air tersebut yang juga bergerak di dalam pori-pori tanah dan akhirnya terakumulasi menjadi air tanah. Proses pergerakan air yang turun dari atmosfer dan mengalir di pori-pori tanah itulah yang disebut dengan proses inflitrasi. Lambat laun, air dalam pori-pori tanah tersebut akan kembali lagi ke laut.
Berdasarkan waktu yang di butuhkan untuk terjadi suatu siklus hidrologi,
dapat dibedakan menjadi 3 macam, yaitu: 1. Siklus hidrologi pendek
Siklus hidrologi pendek adalah siklus hidrologi yang tidak melalui
proses adveksi. Uap air yang terbentuk melalui siklus ini akan diturunkan melalui hujan di daerah sekitar laut. Berikut penjelasan singkat dari siklus hidrologi pendek ini: Air laut mengalami proses evaporasi dan berubah menjadi uap air akibat adanya panas matahari. Uap air akan mengalami kondensasi dan membentuk awan. Awan yang terbentuk akan menjadi hujan di permukaan laut. 2. Siklus hidrologi sedang Siklus hidrologi sedang adalah siklus hidrologi yang umum terjadi di Indonesia. Siklus hidrologi ini menghasilkan hujan di daratan karena proses adveksi membawa awan yang terbentuk ke atas daratan. Berikut penjelasan singkat dari siklus hidrologi sedang ini: Air laut mengalami proses evaporasi dan berubah menjadi uap air akibat adanya panas matahari. Uap air mengalami adveksi karena angin sehingga bergerak menuju daratan. Di atmosfer daratan, uap air membentuk awan dan berubah menjadi hujan. Air hujan di permukaan daratan akan mengalami run off menuju sungai dan kembali ke laut 3. Siklus hidrologi panjang
Siklus hidrologi panjang adalah siklus hidrologi yang umumnya
terjadi di daerah beriklim subtropis atau daerah pegunungan. Dalam siklus hidrologi ini, awan tidak langsung diubah menjadi air, melainkan terlebih dahulu turun sebagai salju dan membentuk gletser. Berikut penjelasan singkat dari siklus hidrologi panjang ini: Air laut mengalami proses evaporasi dan berubah menjadi uap air akibat adanya panas matahari. Uap air yang terbentuk kemudian mengalami sublimasi Awan yang mengandung kristal es kemudian terbentuk. Awan mengalami proses adveksi dan bergerak ke daratan Awan mengalami presipitasi dan turun sebagai salju. Salju terakumulasi menjadi gletser. Gletser mencair karena pengaruh suhu udara dan membentuk aliran sungai. Air yang berasal dari gletser mengalir di sungai untuk menuju laut kembali. Daftar Pustaka