PROCEDURESDESAINJALANKERETAAPI
Wesel Biasa
Wesel Simetris
Wesel Inggris
Wesel Tergeser
|1
STANDARD OPERATING
PROCEDURESDESAINJALANKERETAAPI
Selain perhitungan wesel yang produk akhirnya adalah koordinat atau titik-titik plot
untuk penggambaran, kita juga diharuskan menghitung beban gaya sentrifugal dengan beban
tiap-tiap bagian kereta api.
Adapun contoh hasil perhitungan dari koordinat wesel biasa dan juga hasil
perhitungan gaya sentrifugal :
Hasil koordinat perhitungan wesel biasa
Tahapan 2
Di tahapan ini kita melanjutkan dari tahapan sebelumnya, apabila pada tahapan
pertama kita sudah mendapatkan koordinat pada tiap-tiap perhitungan, kemudian dapat di
plotkan kedalam bentuk gambar digital dengan menggunkan AutoCad. Dalam penggambaran
penulis menggunakan AutoCad versi 2010, berikut contoh produk akhir perhitungan wesel
biasa :
|2
STANDARD OPERATING
PROCEDURESDESAINJALANKERETAAPI
Tahapan 3
Tahapan kali ini kita masuk pada perhitungan dan penggambaran geometrik jalan rel,
namun tahapan kali ini lebih khususnya kita akan menghitung dan menggambar Standard
Sheet 1 yang menampilkan tampak atas peta dan profil memanjang permukaan tanah yang
dilewati trase.
Pertama yang harus kita lakukan adalah mencari peta dengan spesifikasi interval
kontur 1 meter dan panjang peta kurang lebih 6 km x 6 km.
Setelah kita memiliki peta, kita asistensikan terlebih dahulu kepada dosen pengampu
Bapak Dr. Ir. Drs. H. Iskandar Muda Purwaamijaya, MT. untuk diberikan titik awal dan titik
akhir, yang selanjutnya disebut titik A dan titik B.
Setelah kita diberi titik A dan titik B, kita diharuskan membuat tiga trase pilihan yang
masing-masing ketiga trase pilihan tersebut dihitung geometriknya dan digambarkan pada
bentuk Standard Sheet 1.
Dengan memperhatikan beberapa ketentuan persyaratan desain alignment horizontal
sebagai berikut :
a) Perencanaan garis trase jalan rel sedapat mungkin dipilih rute yang sedatar-datarnya,
selurus-lurusnya dan sependek mungkin.
b) Perencanaan sudut belok () pada masing-masing tikungan disesuaikan kecepatan
rencana (Vr).
c) Volume tanah galian dan timbunan sedapat mungkin direncanakan berbanding sama
besar 1:1 atau dapat juga toleransi perbandingan 3:1.
Apabila ketiga trase tersebut telah dibuat, maka kita masuk ke evaluasi trase atau
pembobotan pada lembar justifikasi yang bentuknya sebagai berikut :
|3
STANDARD OPERATING
PROCEDURESDESAINJALANKERETAAPI
Dari Jumlah score terbesar yang didapat, kita bisa tentukan trase mana yang akan kita
pakai pada pekerjaan selanjutnya, score terbesar yang menjadi pilihan.
Langkah-langkah penggambaran Standard Sheet 1 adalah sebagai berikut :
1. Dari trase yang dipilih, kita buat stasioning atau pematokan tiap 100 meter, dan apabila
melewati tikungan/belokan 100 meter tersebut dilanjutkan dengan kata lain tidak terputus.
Adapun perintah yang diberikan pada AutoCAD adalah :
Format > Point Style
Lakukan perintah divide, dengan dengan mengetik div
Tekan Enter, pilih objek, lalu input jumlah segmen yang diinginkan
Tekan Enter
|4
STANDARD OPERATING
PROCEDURESDESAINJALANKERETAAPI
Setelah itu, dari garis penarikan trase tersebut,dibatasi dengan dua buah garis sebagai
garis damija (daerah milik jalan) dari rel rencana. Untuk membuat garis tersebut,
digunakan perintah offset pada program AutoCad 2010.
2. Tentukan skala pada bagian bawah tampak atas peta untuk penggambaran profil
memanjang, baik skala absis dan ordinatnya diusahakan proporsional.
Skala Absis
3. Apabila keduanya sudah dilakukan, maka kita akan masuk pada tahapan yang sedikit
panjang, ialah interpolasi kontur, pada setiap 100 meter pada trase, kita interpolasi
4. untuk membentuk ketinggian tanah asli pada profil memanjang. Pada tahap ini interpolasi
akan lebih cepat menggunakan perintah div pada AutCad 2010.
|5
STANDARD OPERATING
PROCEDURESDESAINJALANKERETAAPI
Cara interpolasi kontur ini sangat mudah namun membutuhkan waktu yang cukup
panjang karna jumlah titik yang diinterpolasi cukup banyak tergantung dari berapa
panjangnya desain trase yang kita buat.
Caranya adalah sebagai berikut :
a.
b.
c.
d.
e.
Tentukan titik kontur yang akan diinterpolasi (pada setiap 100 meter di trase),
Buat garis tegak lurus trase untuk penanda stasioning kita,
Lihat kondisi titik kontur yang akan diinterpolasi,
Lihat kontur yang mengapit titik tersebut,
Jika sudah diketahui kontur dengan ketinggian mana saja yang mengapit titik tersebut,
maka kita sudah bisa menentukan berapa ketinggian pada titik yang sedang kita cari.
f. Buat garis yang menghubungkan antar kontur dengan memotong pada titik yang ingin
kita cari (lihat gambar di atas),
g. Ketik perintah DIV (pada autoCAD) dan ketik 10 lalu Enter,
h. Setelah ada point-pointnya, kita bisa hitung dengan melihat keaadaan kontur sekitar.
i. Dan kerjakan pada titik-titik berikutnya hingga titik B.
Setelah semua stasioning kita dapatkan ketinggian permukaan tanah aslinya, maka kita
tuliskan pada profil memanjang di bawah tampak atas peta.
Hasil Interpolasi
|6
STANDARD OPERATING
PROCEDURESDESAINJALANKERETAAPI
Setelah itu, kita buat tinggi permukaan rencana yang diinginkan, dengan persyaratan
untuk jalan rel adalah 5/1000, dengan kata lain setiap 1000 meter atau 1 kilometer, kita
hanya diperbolehkan naik atau turun sebesar 5 meter.
Setelah kita mendapatkan garis rencana jalan rel yang kita desain, maka kita masukan
pada kelengkapan profil memanjang, seperti sebagai berikut :
Untuk belokan, kita lakukan dengan sama, adapun rumus dan cara untuk menentukan
jenis lengkung adalah sebagai berikut :
|7
STANDARD OPERATING
PROCEDURESDESAINJALANKERETAAPI
|8
STANDARD OPERATING
PROCEDURESDESAINJALANKERETAAPI
Interpolasi kontur yang dari mulai titik Sta. TS hingga Sta. ST.
Selanjutnya membentuk belokan dengan cara absis ordinat, panjang LS dan LC dibagi
beberapa segmen, di usahakan sedetail mungkin.
Dan akan membentuk seperti ini untuk belokan Spiral-Circle-Spiral
Untuk Standar Sheet 1 adapula diagram super elevasi, sebagai berikut :
Tahapan 4
|9
STANDARD OPERATING
PROCEDURESDESAINJALANKERETAAPI
Penggambaran Standard Sheet 2, bentuk ini adalah gambar profil melintang pada
setiap stasioning, termasuk Sta. TS sampai Sta. ST pada belokan.
Yang diperlukan untuk penggambaran bentuk profil melintang ini adalah data
ketinggian tanah asli, data ketinggian tanah rencana, data ketinggian tanah sebelah kanan dari
ukuran damija (daerah milik jalan) serta data ketinggian tanah sebelah kiri ukuran damija
(daerah milik jalan), kurang lebih gambarnya seperti di atas.
Pada Standard Sheet 2 kita juga diharuskan untuk melakukan pekerjaan interpolasi
ketinggian kontur kembali, namun kali ini yang diinterpolasi adalah ketinggian kontur 15
meter kiri dan 15 meter kanan dari trase rencana.
Interpolasi Kiri
Interpolasi Kanan
Setelah kita dapatkan hasil interpolasi tersebut, maka kita plot data tersebut pada
penggambaran profil melintang jalan rel.
| 10
STANDARD OPERATING
PROCEDURESDESAINJALANKERETAAPI
Hasil Interpolasi
Tanah rencana
Perlu diketahui, untuk ukuran kertas dalam pencetakan pekerjaan Standard Sheet 1 dan
Standard Sheet 2 adalah ukuran kertas A1.
Tahapan 5
Pekerjaan selanjutnya adalah staking out atau pematokan dengan cara absis dan
ordinat (untuk tikungan spiral-spiral), pada cara absis dan ordinat diperlukan data ukuran
absis (X) pada tangen dan ordinat (Y) pada garis yang tegak lurus tangen pada setiap titik di
tangen. Data ukuran tersebut untuk keperluan pematokan harus dihitung terlebih dahulu dari
data lengkungan adalah :
| 11
STANDARD OPERATING
PROCEDURESDESAINJALANKERETAAPI
Dari data lengkungan yaitu Ls, Lc, Rc, dan s dapat dihitung data untuk pematokan
sebagai berikut :
a). Ii = jarak antara titik TS dengan titik-titik I pada busur spiral
i = titik-titik pada busur spiral
b). Xi = jarak titik TS ke titik i pada garis tangen
i = titik-titik pada garis tangen
Xi = Li Li5 / (40Rc2Ls2) li cos i
Dimana :
c). Yi = jarak titik I pada garis tangen ke titik I pada busur spiral
Yi = (li.s)/3 = li3/6Rc.Ls li sin i
Dimana :
c = 1/3 s Cs
| 12
STANDARD OPERATING
PROCEDURESDESAINJALANKERETAAPI
Nilai Y yang
sebenarnya
Bulan
1
2
3
4
5
6
Januari
Februari
Maret
April
Mei
Juni
R1
(mm)
224.5
393.4
9.6
154
546
| 13
STANDARD OPERATING
PROCEDURESDESAINJALANKERETAAPI
7
8
9
10
11
12
Juli
Agustus
September
Oktober
November
Desember
202
172
35.5
241
243.5
224.5
1
1
x
30 24
= 0,694 mm/hari
STANDARD OPERATING
PROCEDURESDESAINJALANKERETAAPI
A 0,1125
=
=0,1225 m
P 0,918
2
1
1
3
Q= Ax V = x R 3 x S 2 =
x 0,1225 3 x 0,001 2 =0,03 m / det
n
0,015
Syarat
Q > Qp = 0,519 m3/det > 0,03 m3/det ....... ok
Maka dimensi saluran diatas dapat digunakan.
| 15
STANDARD OPERATING
PROCEDURESDESAINJALANKERETAAPI
Setelah semua pekerjaan di atas selesai, tahap akhir adalah pengerjaan bestek berupa
denah dan detail emplasemen dan wesel :
| 16
TER
M OF REFERENCES (TOR)
Peraturan Dinas No. 10 Tahun 1986 tentang PERENCANAN DAN PERSYARATAN TEKNIS
JALUR KERETA API
Persyaratan Teknis Jalur Kereta Api dalam peraturan ini mengatur persyaratan jalur kereta
api untuk lebar jalan rel 1067 mm dan 1435 mm.
Persyaratan Teknis Jalur Kereta Api yaitu :
a. Persyaratan Sistem
Persyaratan sistem merupakan kondisi yang harus dipenuhi untuk berfungsinya suatu
sistem. Persyaratan sistem ada 3 yaitu :
1. Jalan
2. Jembatan
3. Terowongan
b. Persyaratan Komponen
Persyaratan Komponen merupakan spesifikasi teknis yang harus dipenuhi setiap
komponen sebagai bagian dari suatu sistem. Persyaratan sistem ada 3 yaitu :
1. Jalan
2. Jembatan
3. Terowongan
c. Kecepatan Rencana dan Beban Gandar
Kecepatan rencana adalah kecepatan yang digunakan untuk merencanakan konstruksi
jalan rel.
1. Untuk Perencanaan struktur jalan rel
Vrencana = 1,25 x Vmaks
| 17
| 18
Untuk kepentingan operasi suatu jalur kereta api harus memiliki pengaturan ruang yang terdiri dari :
1. ruang bebas adalah ruang di atas jalan rel yang senantiasa harus bebas dari segala
rintangan dan benda penghalang; ruang ini disediakan untuk lalu lintas
rangkaian kereta api.
2. ruang bangun adalah ruang di sisi jalan rel yang senantiasa harus bebas dari
segala
bangunan tetap. Batas ruang bangun diukur dari sumbu jalan rel pada
tinggi 1 meter sampai
3,55 meter.
Jarak Ruang Bangun
| 19
Sistem jalan rel terdiri dari konstruksi bagian atas dan konstruksi bagianbawah.
| 20
120
110
100
90
80
70
60
2370
1990
1650
1330
1050
810
600
780
660
550
440
350
270
200
Lengkung S terjadi bila dua lengkung dari suatu lintas yang berbeda
arah lengkungnya terletak bersambungan dan harus memiliki transisi
lurusan sekurang-kurangnya sepanjang 20 m di luar lengkung
peralihan.
d) pelebaran jalan rel
Pelebaran Jalan Rel Untuk 1067 mm
Jari Jari Tikungan (m)
Pelebaran (mm)
R > 600
550 < R 600
400 < R < 550
350 < R 400
100 < R 350
0
5
10
15
20
e) peninggian rel.
Peninggian Jalan Rel 1067 mm
Tanda dalam kurung berarti jarak yang akan digunakan dalam kasus-kasus
seperti kondisi topografi yang tidak dapat dielakkan.
Besaran L yang telah dijelaskan di atas harus ditambah dengan nilai yang lebih
besar dari y, sebagaimana dihitung dengan rumus berikut :
y = 3,35 C
Dimana,
y : Besarnya pelebaran (mm), satuan pelebaran adalah 50mm
C : Peninggian rel yang tersedia (mm)
Namun apabila dilakukan proteksi balas, maka tambahan
lebar karena peninggian rel dapat diabaikan.
Lebar badan jalan untuk jalan rel di atas permukaan tanah (jalan rel layang) harus
2,75 m dari as jalan rel untuk jalan lurus dan pada jalan lengkung ditambah
dengan pelebaran ruang bebas sesuai besarnya jari-jari lengkung.
Pada setiap kedalaman 6 m dari batas antara timbunan atas dan timbunan bawah.
Jika tinggi timbunan kurang dari 6 m, berm dapat ditiadakan.
harus
memenuhi
persyaratan
Panjang : 2.000 mm
b.
Bantalan kayu, harus memenuhi persyaratan kayu mutu A kelas 1 dengan modulus
elastisitas (E) minimum 125.000 kg/cm2. Harus mampu menahan momen maksimum
sebesar 800 kg-m, lentur absolute tidak boleh kurang dari 46 kg/cm2. Berat jenis kayu
minimum = 0.9, kadar air maksimum 15%, tanpa mata kayu, retak tidak boleh
sepanjang 230 mm dari ujung kayu.
c. Bantalan besi harus memiliki kandungan Carbon Manganese Steel Grade 900 A,
pada bagian tengah bantalan maupun pada bagian bawah rel, mampu menahan momen
maksimum sebesar 650 kg m, tegangan tarik 88 103 kg m. Elongation A1 > 10%.
a. Sifat mekanis yang dibutuhkan pelat sambung sesudah perlakuan panas sebagai berikut:
5. Rel
a. Rel harus memenuhi persyaratan berikut:
1. Minimum perpanjangan (elongation) 10%;
2. Kekuatan tarik (tensile strength) minimum 1175 N/mm2;
3. Kekerasan kepala rel tidak boleh kurang dari 320 BHN.
b. Penampang Rel harus memenuhi ketentuan dimensi rel seperti pada tabel dan gambar
berikut :
c. Ukuran Penampang Rel untuk berbagai tipe adalah seperti yang tertera pada Gambar 41, Gambar 4-2, Gambar 4-3 dan Gambar 4-4 pada Lampiran.
1. Beban Mati
Berat jenis bahan yang biasanya digunakan dalam perhitungan beban
mati sebagaimana tersebut dalam Tabel 3-11.
2. Koefisien lendutan maksimum jembatan beton, sebagaimana tersebut dalam Tabel 314.
LAMPIRAN GAMBAR
I.
Gambar 1-1 Ruang Bebas Lebar Rel 1067 mm Pada Bagian Lurus
Keterangan :
Batas I = Untuk jembatan dengan kecepatan sampai 60 km/jam
Batas II = Untuk Viaduk dan terowongan dengan keceptan sampai 60 km/jam dan untuk
jembatan tanpa pembatasan kecepatan
Batas III
= Untuk Viaduk baru dan bangunan lama kecuali terowongan dan jembatan
Batas IV= Untuk lintas kereta listrik
Gambar 1-2 Ruang Bebas Lebar Rel 1435 mm Pada Bagian Lurus
Keterangan :
Batas I = Untuk jembatan dengan kecepatan sampai 60 km/jam
Batas II = Untuk Viaduk dan terowongan dengan keceptan sampai 60 km/jam dan untuk
jembatan tanpa pembatasan kecepatan
Batas III
= Untuk Viaduk baru dan bangunan lama kecuali terowongan dan jembatan
Batas IV= Untuk lintas kereta listrik
Gambar 1-5 Ruang Bebas Lebar Rel 1067 mm Pada Jalur Lurus Untuk Jalur Ganda
Gambar 1-6 Ruang Bebas Lebar Rel 1435 mm Pada Jalur Lurus Untuk Jalur Ganda
II.
V Maks
(km/jam)
d1
(cn)
b
(cm)
C
(cm)
k1
(cm)
d2
(cm)
E
(cm)
k2
(cm)
120
30
150
235
265
15 50
25
375
II
110
30
150
235
265
15 50
25
375
III
100
30
140
225
240
15 50
22
325
IV
90
25
140
215
240
15 50
20
300
80
25
135
210
240
15 50
20
300
III.