Anda di halaman 1dari 37

STANDARD OPERATING

PROCEDURESDESAINJALANKERETAAPI

(halaman 3-11 dan 16 print warna !!!)


STANDARD OPERATING PROCEDURES (SOP)
Dalam perencanaan jalan rel di tugas terstruktur mata kuliah Rekayasa Teknik Jalan
Rel dengan dosen pengampu Dr. Ir. Drs. H. Iskandar Muda Purwaamijaya, MT, terdapat
beberapa tahapan penyelesaian tugas, yakni Standard Operating Procedures (SOP), yang
terdiri dari hal-hal sebagai berikut :
Perhitungan Wesel (Tulis Tangan di Kertas A4)
Penggambaran Wesel Manual
1. Wesel Biasa
2. Wesel Simetris
3. Wesel Inggris
4. Wesel Tergeser
Penggambaran Wesel Digital (dengan AutoCAD)
Standar Sheet 1
1. Peta Topografi : interval kontur 1 m dengan luas daerah cakupan minimal 6 km x 6 km
2. Perencanaan 3 alternatif trase
3. Penggambaran Alignment Horizontal dan Alignment Vertikal
Standar Sheet 2
1. Perhitungan dan penggambaran Galian dan Timbunan (Cut and Fill)
2. Penggambaran Saluran Samping dan Gorong-gorong
3. Staking Out
Berikut adalah uraian SOP di atas :
Tahapan 1
Menghitung perhitungan wesel dengan acuan buku Rekayasa Teknik Jalan Rel yang
diterbitkan oleh Laboratorium Servey dan Pemetaan JPTS FPTK Universitas Pendidikan
Indonesia.
Wesel yang perlu dihitung untuk berikutnya penggambaran adalah :
1.
2.
3.
4.

Wesel Biasa
Wesel Simetris
Wesel Inggris
Wesel Tergeser
|1

STANDARD OPERATING
PROCEDURESDESAINJALANKERETAAPI

Selain perhitungan wesel yang produk akhirnya adalah koordinat atau titik-titik plot
untuk penggambaran, kita juga diharuskan menghitung beban gaya sentrifugal dengan beban
tiap-tiap bagian kereta api.
Adapun contoh hasil perhitungan dari koordinat wesel biasa dan juga hasil
perhitungan gaya sentrifugal :
Hasil koordinat perhitungan wesel biasa

Hasil perhitungan gaya sentrifugal

Tahapan 2
Di tahapan ini kita melanjutkan dari tahapan sebelumnya, apabila pada tahapan
pertama kita sudah mendapatkan koordinat pada tiap-tiap perhitungan, kemudian dapat di
plotkan kedalam bentuk gambar digital dengan menggunkan AutoCad. Dalam penggambaran
penulis menggunakan AutoCad versi 2010, berikut contoh produk akhir perhitungan wesel
biasa :

|2

STANDARD OPERATING
PROCEDURESDESAINJALANKERETAAPI

Tahapan 3
Tahapan kali ini kita masuk pada perhitungan dan penggambaran geometrik jalan rel,
namun tahapan kali ini lebih khususnya kita akan menghitung dan menggambar Standard
Sheet 1 yang menampilkan tampak atas peta dan profil memanjang permukaan tanah yang
dilewati trase.
Pertama yang harus kita lakukan adalah mencari peta dengan spesifikasi interval
kontur 1 meter dan panjang peta kurang lebih 6 km x 6 km.
Setelah kita memiliki peta, kita asistensikan terlebih dahulu kepada dosen pengampu
Bapak Dr. Ir. Drs. H. Iskandar Muda Purwaamijaya, MT. untuk diberikan titik awal dan titik
akhir, yang selanjutnya disebut titik A dan titik B.
Setelah kita diberi titik A dan titik B, kita diharuskan membuat tiga trase pilihan yang
masing-masing ketiga trase pilihan tersebut dihitung geometriknya dan digambarkan pada
bentuk Standard Sheet 1.
Dengan memperhatikan beberapa ketentuan persyaratan desain alignment horizontal
sebagai berikut :
a) Perencanaan garis trase jalan rel sedapat mungkin dipilih rute yang sedatar-datarnya,
selurus-lurusnya dan sependek mungkin.
b) Perencanaan sudut belok () pada masing-masing tikungan disesuaikan kecepatan
rencana (Vr).
c) Volume tanah galian dan timbunan sedapat mungkin direncanakan berbanding sama
besar 1:1 atau dapat juga toleransi perbandingan 3:1.
Apabila ketiga trase tersebut telah dibuat, maka kita masuk ke evaluasi trase atau
pembobotan pada lembar justifikasi yang bentuknya sebagai berikut :

|3

STANDARD OPERATING
PROCEDURESDESAINJALANKERETAAPI

Dari Jumlah score terbesar yang didapat, kita bisa tentukan trase mana yang akan kita
pakai pada pekerjaan selanjutnya, score terbesar yang menjadi pilihan.
Langkah-langkah penggambaran Standard Sheet 1 adalah sebagai berikut :
1. Dari trase yang dipilih, kita buat stasioning atau pematokan tiap 100 meter, dan apabila
melewati tikungan/belokan 100 meter tersebut dilanjutkan dengan kata lain tidak terputus.
Adapun perintah yang diberikan pada AutoCAD adalah :
Format > Point Style
Lakukan perintah divide, dengan dengan mengetik div
Tekan Enter, pilih objek, lalu input jumlah segmen yang diinginkan

Tekan Enter

|4

STANDARD OPERATING
PROCEDURESDESAINJALANKERETAAPI

Stasioning yang di buat

Setelah itu, dari garis penarikan trase tersebut,dibatasi dengan dua buah garis sebagai
garis damija (daerah milik jalan) dari rel rencana. Untuk membuat garis tersebut,
digunakan perintah offset pada program AutoCad 2010.
2. Tentukan skala pada bagian bawah tampak atas peta untuk penggambaran profil
memanjang, baik skala absis dan ordinatnya diusahakan proporsional.

Skala Absis

3. Apabila keduanya sudah dilakukan, maka kita akan masuk pada tahapan yang sedikit
panjang, ialah interpolasi kontur, pada setiap 100 meter pada trase, kita interpolasi
4. untuk membentuk ketinggian tanah asli pada profil memanjang. Pada tahap ini interpolasi
akan lebih cepat menggunakan perintah div pada AutCad 2010.

|5

STANDARD OPERATING
PROCEDURESDESAINJALANKERETAAPI

Garis bantu Interpolasi

Cara interpolasi kontur ini sangat mudah namun membutuhkan waktu yang cukup
panjang karna jumlah titik yang diinterpolasi cukup banyak tergantung dari berapa
panjangnya desain trase yang kita buat.
Caranya adalah sebagai berikut :
a.
b.
c.
d.
e.

Tentukan titik kontur yang akan diinterpolasi (pada setiap 100 meter di trase),
Buat garis tegak lurus trase untuk penanda stasioning kita,
Lihat kondisi titik kontur yang akan diinterpolasi,
Lihat kontur yang mengapit titik tersebut,
Jika sudah diketahui kontur dengan ketinggian mana saja yang mengapit titik tersebut,

maka kita sudah bisa menentukan berapa ketinggian pada titik yang sedang kita cari.
f. Buat garis yang menghubungkan antar kontur dengan memotong pada titik yang ingin
kita cari (lihat gambar di atas),
g. Ketik perintah DIV (pada autoCAD) dan ketik 10 lalu Enter,
h. Setelah ada point-pointnya, kita bisa hitung dengan melihat keaadaan kontur sekitar.
i. Dan kerjakan pada titik-titik berikutnya hingga titik B.
Setelah semua stasioning kita dapatkan ketinggian permukaan tanah aslinya, maka kita
tuliskan pada profil memanjang di bawah tampak atas peta.

Hasil Interpolasi

|6

STANDARD OPERATING
PROCEDURESDESAINJALANKERETAAPI

Setelah itu, kita buat tinggi permukaan rencana yang diinginkan, dengan persyaratan
untuk jalan rel adalah 5/1000, dengan kata lain setiap 1000 meter atau 1 kilometer, kita
hanya diperbolehkan naik atau turun sebesar 5 meter.

Garis tanah rencana

Setelah kita mendapatkan garis rencana jalan rel yang kita desain, maka kita masukan
pada kelengkapan profil memanjang, seperti sebagai berikut :

Untuk belokan, kita lakukan dengan sama, adapun rumus dan cara untuk menentukan
jenis lengkung adalah sebagai berikut :

|7

STANDARD OPERATING
PROCEDURESDESAINJALANKERETAAPI

|8

STANDARD OPERATING
PROCEDURESDESAINJALANKERETAAPI

Interpolasi kontur yang dari mulai titik Sta. TS hingga Sta. ST.
Selanjutnya membentuk belokan dengan cara absis ordinat, panjang LS dan LC dibagi
beberapa segmen, di usahakan sedetail mungkin.
Dan akan membentuk seperti ini untuk belokan Spiral-Circle-Spiral
Untuk Standar Sheet 1 adapula diagram super elevasi, sebagai berikut :

Tahapan 4

|9

STANDARD OPERATING
PROCEDURESDESAINJALANKERETAAPI

Penggambaran Standard Sheet 2, bentuk ini adalah gambar profil melintang pada
setiap stasioning, termasuk Sta. TS sampai Sta. ST pada belokan.

Yang diperlukan untuk penggambaran bentuk profil melintang ini adalah data
ketinggian tanah asli, data ketinggian tanah rencana, data ketinggian tanah sebelah kanan dari
ukuran damija (daerah milik jalan) serta data ketinggian tanah sebelah kiri ukuran damija
(daerah milik jalan), kurang lebih gambarnya seperti di atas.
Pada Standard Sheet 2 kita juga diharuskan untuk melakukan pekerjaan interpolasi
ketinggian kontur kembali, namun kali ini yang diinterpolasi adalah ketinggian kontur 15
meter kiri dan 15 meter kanan dari trase rencana.

Interpolasi Kiri

Interpolasi Kanan

Setelah kita dapatkan hasil interpolasi tersebut, maka kita plot data tersebut pada
penggambaran profil melintang jalan rel.

| 10

STANDARD OPERATING
PROCEDURESDESAINJALANKERETAAPI

Hasil Tanah Asli

Hasil Interpolasi
Tanah rencana

Hasil Interpolasi Kiri

Hasil Interpolasi Kanan

Produk akhir Standard Sheet 2 adalah sebagai berikut :

Perlu diketahui, untuk ukuran kertas dalam pencetakan pekerjaan Standard Sheet 1 dan
Standard Sheet 2 adalah ukuran kertas A1.
Tahapan 5
Pekerjaan selanjutnya adalah staking out atau pematokan dengan cara absis dan
ordinat (untuk tikungan spiral-spiral), pada cara absis dan ordinat diperlukan data ukuran
absis (X) pada tangen dan ordinat (Y) pada garis yang tegak lurus tangen pada setiap titik di
tangen. Data ukuran tersebut untuk keperluan pematokan harus dihitung terlebih dahulu dari
data lengkungan adalah :
| 11

STANDARD OPERATING
PROCEDURESDESAINJALANKERETAAPI

Dari data lengkungan yaitu Ls, Lc, Rc, dan s dapat dihitung data untuk pematokan
sebagai berikut :
a). Ii = jarak antara titik TS dengan titik-titik I pada busur spiral
i = titik-titik pada busur spiral
b). Xi = jarak titik TS ke titik i pada garis tangen
i = titik-titik pada garis tangen
Xi = Li Li5 / (40Rc2Ls2) li cos i
Dimana :

= sudut spiral dalam derajat


i = 1/3 (li/Ls)2 s Cs
Ls = panjang spiral
Cs = koreksi spiral dalam detik = 0,0031 s

c). Yi = jarak titik I pada garis tangen ke titik I pada busur spiral
Yi = (li.s)/3 = li3/6Rc.Ls li sin i
Dimana :

c = 1/3 s Cs
| 12

STANDARD OPERATING
PROCEDURESDESAINJALANKERETAAPI

Penggambaran pada autoCAD nya adalah sebagai berikut :

Nilai Y yang
sebenarnya

Garis tangen yang dibagi sesuai drengan beberapa banyak X.


Panjang tangent TS ke 1/2 Lc dibagi berapa banyak X, dengan perintah DIV dan
masukan jumlah X lalu Enter.
Lalu untuk Y adalah tegak lurus terhadap tangent
Tahapan 6
Perencanaan drainase untuk jalan rel sangat penting, mengingat beban yang dilalui
oleh permukaan rel sangatlah besar.
Contoh perhitungan drainase dengan data random :
Pada perencanaan dimensi saluran samping diperlukan data curah hujan, dan data yang
diperoleh adalah sebagai berikut :
NO

Bulan

1
2
3
4
5
6

Januari
Februari
Maret
April
Mei
Juni

R1
(mm)
224.5
393.4
9.6
154
546

| 13

STANDARD OPERATING
PROCEDURESDESAINJALANKERETAAPI
7
8
9
10
11
12

Juli
Agustus
September
Oktober
November
Desember

Didapat (Rmaks) adalah 546 mm/bulan = 546 x

202
172
35.5
241
243.5
224.5

1
1
x
30 24

= 0,694 mm/hari

Perhitungan Dimensi Saluran


Data yang diperoleh :
C =1
Cs = 0,8
I = 0,694 mm/hari
L = 6491,37 m
b = 30 m ket : 15 m ke kanan dan 30 m ke kiri
A = L x b = 6491,37 x 30 = 194741,1 m2 = 0,195 km2
Debit rencana
Qp = 0,0278 x C x Cs x A x I = 0,0278 x 1 x 0,8 x 0,195 x 0,694 = 0,03 m3/det
Dimensi Saluran
Dicoba untuk dimensi saluran dengan data :
Bentuk saluran = trapesium
b = 30 cm = 0,3 m
h = 30 cm = 0,3 m
m = 0,25
v = 1 m2/det
s = 0,001
n = 0,015
Penyelesaian :
Luas penampang basah saluran (A) dapat dihitung dengan menggunakan
persamaanrumus :
A = (b+mxh)xh = (0,3+0,25x0,3)x0,3 = 0,1125 m2
Keliling basah saluran (P)
P=b+ 2 x h x 12+ m2 =0,3+2 x 0,3 x 12 +0,252=0,918 m
| 14

STANDARD OPERATING
PROCEDURESDESAINJALANKERETAAPI

Jari-jari hidrolis (R)


R=

A 0,1125
=
=0,1225 m
P 0,918
2

1
1
3
Q= Ax V = x R 3 x S 2 =
x 0,1225 3 x 0,001 2 =0,03 m / det
n
0,015

Syarat
Q > Qp = 0,519 m3/det > 0,03 m3/det ....... ok
Maka dimensi saluran diatas dapat digunakan.

| 15

STANDARD OPERATING
PROCEDURESDESAINJALANKERETAAPI

Setelah semua pekerjaan di atas selesai, tahap akhir adalah pengerjaan bestek berupa
denah dan detail emplasemen dan wesel :

Denah dan Detail Emplasemen

Denah dan Detail Wesel

| 16

TERMS OF REFERENCE DESAIN


JALAN KERETA API

TER
M OF REFERENCES (TOR)
Peraturan Dinas No. 10 Tahun 1986 tentang PERENCANAN DAN PERSYARATAN TEKNIS
JALUR KERETA API
Persyaratan Teknis Jalur Kereta Api dalam peraturan ini mengatur persyaratan jalur kereta
api untuk lebar jalan rel 1067 mm dan 1435 mm.
Persyaratan Teknis Jalur Kereta Api yaitu :
a. Persyaratan Sistem
Persyaratan sistem merupakan kondisi yang harus dipenuhi untuk berfungsinya suatu
sistem. Persyaratan sistem ada 3 yaitu :
1. Jalan
2. Jembatan
3. Terowongan
b. Persyaratan Komponen
Persyaratan Komponen merupakan spesifikasi teknis yang harus dipenuhi setiap
komponen sebagai bagian dari suatu sistem. Persyaratan sistem ada 3 yaitu :
1. Jalan
2. Jembatan
3. Terowongan
c. Kecepatan Rencana dan Beban Gandar
Kecepatan rencana adalah kecepatan yang digunakan untuk merencanakan konstruksi
jalan rel.
1. Untuk Perencanaan struktur jalan rel
Vrencana = 1,25 x Vmaks
| 17

TERMS OF REFERENCE DESAIN


JALAN
KERETA API
2. Untuk perencanaan
peninggian
Vrencana = C x
3. Untuk perencanaan jari jari lengkung peralihan
Vrencana = Vmaks
Beban gandar adalah beban yang diterima oleh jalan rel dari satu gandar.
Beban gandar untuk lebar jalan rel 1067 mm pada semua kelas jalur maksimum sebesar
18 ton.
Beban gandar untuk lebar jalan rel 1435 mm pada semua kelas jalur maksimum sebesar 22,5
ton.
d. Kelas Jalan Rel
Lebar Jalan Rel 1067 mm

| 18

Lebar Jalan Rel 1435 mm

Untuk kepentingan operasi suatu jalur kereta api harus memiliki pengaturan ruang yang terdiri dari :
1. ruang bebas adalah ruang di atas jalan rel yang senantiasa harus bebas dari segala
rintangan dan benda penghalang; ruang ini disediakan untuk lalu lintas
rangkaian kereta api.
2. ruang bangun adalah ruang di sisi jalan rel yang senantiasa harus bebas dari
segala
bangunan tetap. Batas ruang bangun diukur dari sumbu jalan rel pada
tinggi 1 meter sampai
3,55 meter.
Jarak Ruang Bangun

| 19

Sistem jalan rel terdiri dari konstruksi bagian atas dan konstruksi bagianbawah.

| 20

a. Konstruksi bagian atas harus memenuhi persyaratan :


1. Persyaratan geometri
Geometri jalan rel direncanakan berdasarkan pada kecepatan rencana serta ukuran
kereta yang melewatinya dengan memperhatikan faktor keamanan, kenyamanan,
ekonomi dan keserasian dengan lingkungan sekitarnya.
Persyaratan geometri yang wajib dipenuhi
:
a) lebar jalan rel :
jarak minimum kedua sisi kepala rel yang diukur pada 0-14 mm
dibawah permukaan teratas rel
Penyimpangan lebar jalan rel untuk lebar 1067 mm yang dapat diterima
+2 mm dan -0 untuk jalan rel baru dan +4 mm dan -2 mm untuk
jalan rel yang telah dioperasikan
Toleransi pelebaran jalan rel untuk lebar jalan rel 1435 mm adalah 3dan +3.
b) kelandaian

Kelandaian di emplasemen maksimum yg diijinkan adalah 1,5


c) lengkung
Lengkung vertikal merupakan proyeksi sumbu jalan rel pada bidang
vertikal yang melalui sumbu jalan rel.

Pengukuran lengkung vertikal dilakukan pada titik awal


peralihan kelandaian.
Dua lengkung vertikal yang berdekatan harus memiliki transisi lurusan
sekurang-kurangnya sepanjang 20 m.
Jari- jari lengkung horizontal yang diijinkan :
Jari jari minimum
Jari jari minimum
lengkung lingkaran
Kecepatan
lengkung lingkaran
tanpa
lengkung
Rencana
yang diijinkan dengan
peralihan (m)
(Km/ jam)
lengkung peralihan
(m)
| 21

120
110
100
90
80
70
60

2370
1990
1650
1330
1050
810
600

780
660
550
440
350
270
200

Panjang minimum dari lengkung peralihan ditetapkan dengan


rumus berikut :

Lengkung S terjadi bila dua lengkung dari suatu lintas yang berbeda
arah lengkungnya terletak bersambungan dan harus memiliki transisi
lurusan sekurang-kurangnya sepanjang 20 m di luar lengkung
peralihan.
d) pelebaran jalan rel
Pelebaran Jalan Rel Untuk 1067 mm
Jari Jari Tikungan (m)

Pelebaran (mm)

R > 600
550 < R 600
400 < R < 550
350 < R 400
100 < R 350

0
5
10
15
20

e) peninggian rel.
Peninggian Jalan Rel 1067 mm

Peninggian Jalan Rel 1435 mm

2. Persyaratan ruang bebas


3. Persyaratan beban gandar
4. Persyaratan frekuensi
b. Konstruksi bagian bawah harus memenuhi persyaratan stabilitas dan persyaratan
daya dukung.
1. Badan Jalan

Tanda dalam kurung berarti jarak yang akan digunakan dalam kasus-kasus
seperti kondisi topografi yang tidak dapat dielakkan.

Besaran L yang telah dijelaskan di atas harus ditambah dengan nilai yang lebih
besar dari y, sebagaimana dihitung dengan rumus berikut :
y = 3,35 C
Dimana,
y : Besarnya pelebaran (mm), satuan pelebaran adalah 50mm
C : Peninggian rel yang tersedia (mm)
Namun apabila dilakukan proteksi balas, maka tambahan
lebar karena peninggian rel dapat diabaikan.

Lebar badan jalan untuk jalan rel di atas permukaan tanah (jalan rel layang) harus
2,75 m dari as jalan rel untuk jalan lurus dan pada jalan lengkung ditambah
dengan pelebaran ruang bebas sesuai besarnya jari-jari lengkung.

Pada setiap kedalaman 6 m dari batas antara timbunan atas dan timbunan bawah.
Jika tinggi timbunan kurang dari 6 m, berm dapat ditiadakan.

Jika penurunan sisa (residual settlement) tanah dasar akibat pembebanan


timbunan dan beban di atas timbunan lebih besar dari 20 cm, maka tanah dasar
tersebut harus diperbaiki.
Bagian bawah lapis dasar harus terletak minimum 0,75 m di atas elevasi muka
air tanah tertinggi.
Bila tinggi timbunan lebih besar dari 6.00 m, maka untuk setiap ketinggian 6.00 m
harus dibuat berm selebar 1,50 m.

Penghubung Timbunan Dengan Struktur

Konstruksi Badan Jalan Pada Daerah Galian


1. Bila badan jalan pada galian atau tanah asli, maka jenis tanah dasar
tersebut tidak boleh termasuk klasifikasi tanah tidak stabil/kestabilan
rendah.

2. Kemiringan tanah dasar harus miring ke arah luar sebesar 5%.


3. Tanah dasar harus terletak minimum 0,75 m di atas elevasi muka air
tanah tertinggi.
4. Bila kedalaman galian lebih besar dari 10 m, maka pada setiap kedalaman
6(enam) m harus dibuat berm selebar 1,50 m.
Perbaikan jalan untuk konstruksi apabila pada daerah
Penurunan sisa
(residual settlement) yang diijinkan maksimum 10 cm.
2. Proteksi lereng
3. Drainase
Diameter
minimum
saluran
pipa
haruslah
15
cm
untuk
memudahkan pembersihan.
Pada daerah galian yang terdapat mata air, drainase dan dinding galian harus
dilengkapi dengan sulingan (weephole) dengan ukuran diameter pipa
sekurang- kurangnya 2 inch dan jarak (0,5 1,0) m.
Apabila drainase menggunakan saluran pipa, ukuran diameter pipa sekurangkurangnya 6 inch.
Untuk badan jalan yang merupakan tanah timbunan, maka permukaan lapis
dasar harus memiliki kemiringan 5% ke arah luar dan air hujan di sekitar rel
harus mengalir dengan lancar ke lereng.
4. Bantalan
Bantalan berfungsi untuk meneruskan beban kereta api dan berat konstruksi jalan rel ke
balas, mempertahankan lebar jalan rel dan stabilitas ke arah luar jalan rel. Bantalan dapat
terbuat dari kayu, baja/besi, ataupun beton. Pemilihan jenis bantalan didasarkan pada kelas
dan kondisi lapangan serta ketersediaan. Spesifikasi masing-masing tipe bantalan harus
mengacu kepada persyaratan teknis yang berlaku. Bantalan terdiri dari bantalan
beton, bantalan kayu, dan bantalan besi.
Bantalan
berikut:

harus

memenuhi

persyaratan

a. Bantalan beton merupakan struktur prategang:


1) Untuk lebar jalan rel 1067 mm dengan kuat tekan karakteristik beton tidak kurang
2
dari 500 kg/cm , dan mutu baja prategang dengan tegangan putus (tensile strength)
2
minimum sebesar 16.876 kg/cm (1.655 MPa). Bantalan beton harus mampu
memikul momen minimum sebesar +1500 kg m pada bagian dudukan rel dan -930
kg m pada bagian tengah bantalan.
2) Untuk lebar jalan rel 1435 mm dengan kuat tekan karakteristik beton tidak kurang
dari 600 kg/cm2, dan mutu baja prategang dengan tegangan putus (tensile
strength) minimum sebesar 16.876 kg/cm2 (1.655 MPa). Bantalan beton harus
mampu memikul momen minimum sesuai dengan desain beban gandar dan
kecepatan.
3) Dimensi bantalan beton
a) Untuk lebar jalan rel 1067 mm:
-

Panjang : 2.000 mm

Lebar maksimum : 260 mm

Tinggi maksimum : 220 mm

b) Untuk lebar jalan rel 1435 mm:


-

Panjang : 2.440 mm untuk beban gandar sampai dengan 22,5 ton;

2.740 mm untuk beban gandar di atas 22,5 ton


-

Lebar maksimum : 330 mm

Tinggi di bawah dudukan rel : 220 mm

b.

Bantalan kayu, harus memenuhi persyaratan kayu mutu A kelas 1 dengan modulus
elastisitas (E) minimum 125.000 kg/cm2. Harus mampu menahan momen maksimum
sebesar 800 kg-m, lentur absolute tidak boleh kurang dari 46 kg/cm2. Berat jenis kayu
minimum = 0.9, kadar air maksimum 15%, tanpa mata kayu, retak tidak boleh
sepanjang 230 mm dari ujung kayu.
c. Bantalan besi harus memiliki kandungan Carbon Manganese Steel Grade 900 A,
pada bagian tengah bantalan maupun pada bagian bawah rel, mampu menahan momen
maksimum sebesar 650 kg m, tegangan tarik 88 103 kg m. Elongation A1 > 10%.
a. Sifat mekanis yang dibutuhkan pelat sambung sesudah perlakuan panas sebagai berikut:

b. Sifat-sifat mekanis mur, baut dan ring pegas sebagai berikut:

5. Rel
a. Rel harus memenuhi persyaratan berikut:
1. Minimum perpanjangan (elongation) 10%;
2. Kekuatan tarik (tensile strength) minimum 1175 N/mm2;
3. Kekerasan kepala rel tidak boleh kurang dari 320 BHN.
b. Penampang Rel harus memenuhi ketentuan dimensi rel seperti pada tabel dan gambar
berikut :

c. Ukuran Penampang Rel untuk berbagai tipe adalah seperti yang tertera pada Gambar 41, Gambar 4-2, Gambar 4-3 dan Gambar 4-4 pada Lampiran.
1. Beban Mati
Berat jenis bahan yang biasanya digunakan dalam perhitungan beban
mati sebagaimana tersebut dalam Tabel 3-11.

2. Beban Kejut (i)


Beban kejut diperoleh dengan mengalikan faktor i terhadap beban kereta.
Perhitungan paling sederhana untuk faktor i adalah dengan menggunakan rumus
sebagai berikut :
a) untuk rel pada alas balas,
b) untuk rel pada Perletakan kayu,
c) untuk rel secara langsung pada baja,
dimana i = faktor kejut, L = panjang bentang (m)
3. Beban Horizontal
a) Beban Sentrifugal
Beban sentrifugal diperoleh dengan mengalikan faktor terhadap beban kereta.
Beban bekerja pada pusat gaya berat kereta pada arah tegak lurus rel
secara horisontal.

Dimana : : Koefisien Beban Sentrifugal


V : Kecepatan maksimum kereta pada tikungan
(km/jam) R : Radius tikungan (m)
b) Beban Lateral Kereta (LR)

Beban lateral kereta adalah sebagaimana ditunjukkan pada Gambar di bawah.


Beban bekerja pada bagian atas dan tegak lurus arah rel, secara
horizontal. Besaran adalah 15% atau 20% dari beban gandar untuk masingmasing lokomotif atau kereta listrik/diesel.

Gambar Lateral Kereta


c) Beban Pengereman dan Traksi
Beban Pengereman dan Traksi masing-masing adalah 25% dari beban
kereta,
bekerja pada pusat gaya berat kereta ke arah rel (secara
longitudinal). d) Beban Rel Panjang Longitudinal (LF)
Beban rel panjang longitudinal pada dasarnya adalah 10 kN/m, maksimum
2,000
kN.
4. Beban Angin
Beban angin bekerja tegak lurus rel, secara horisontal, tipikal nilainya
adalah:
a) 3.0 kN/m2 pada areal proyeksi vertikal jembatan tanpa kereta diatasnya. Namun
demikian, 2.0 kN/m2, pada areal proyeksi rangka batang pada arah datangnya
angin, tidak termasuk areal sistem lantai.
b) 1.5 kN/m2 pada areal kereta dan jembatan, dengan kereta di atasnya,
pengecualian 1.2 kN/m2 untuk jembatan selain gelagar dek/rasuk atau jembatan
komposit, sedangkan 0.8 kN/m2 untuk areal proyeksi rangka batang pada arah
datangnya angin.
5. Beban Gempa
Beban gempa yang digunakan sesuai dengan peraturan gempa yang
berlaku.
6. Kombinasi Pembebanan
Perhitungan konstruksi jembatan dihitung dari hasil kombinasi pembebanan
yang terbesar. Kombinasi pembebanan akan diatur lebih lanjut dengan Peraturan
Direktur Jenderal.
g. Lendutan
Lendutan didefinisikan sebagai besaran penyimpangan (deflection) yang tidak
boleh melebihi persyaratan koefisien terhadap panjang teoritis.
1. Koefisien lendutan maksimum jembatan baja, sebagaimana tersebut dalam Tabel 313.

2. Koefisien lendutan maksimum jembatan beton, sebagaimana tersebut dalam Tabel 314.

Tinggi Jagaan (Free Board)


Untuk perencanaan jembatan di atas sungai, harus memperhitungkan tinggi jagaan
minimal 1,0 meter dibawah gelagar jembatan paling bawah terhadap muka air banjir
rencana.

LAMPIRAN GAMBAR
I.

GAMBAR RUANG BEBAS

Gambar 1-1 Ruang Bebas Lebar Rel 1067 mm Pada Bagian Lurus
Keterangan :
Batas I = Untuk jembatan dengan kecepatan sampai 60 km/jam
Batas II = Untuk Viaduk dan terowongan dengan keceptan sampai 60 km/jam dan untuk
jembatan tanpa pembatasan kecepatan
Batas III
= Untuk Viaduk baru dan bangunan lama kecuali terowongan dan jembatan
Batas IV= Untuk lintas kereta listrik

Gambar 1-2 Ruang Bebas Lebar Rel 1435 mm Pada Bagian Lurus
Keterangan :
Batas I = Untuk jembatan dengan kecepatan sampai 60 km/jam
Batas II = Untuk Viaduk dan terowongan dengan keceptan sampai 60 km/jam dan untuk
jembatan tanpa pembatasan kecepatan
Batas III
= Untuk Viaduk baru dan bangunan lama kecuali terowongan dan jembatan
Batas IV= Untuk lintas kereta listrik

Gambar 1-3 Ruang Bebas Lebar Rel 1067 mm Pada Lengkungan


Keterangan :
Batas ruang bebas pada lintas lurus dan pada bagian lengkungan dengan jari
jari > 3000 m.
Batas ruang bebas pada lengkungan dengan jari jari 300 sampai 3000 m.
-- - - - - - - - - - -Batas ruang bebas pada lengkungan dengan jari jari < 300 m.
Gambar 1-4 Ruang Bebas Lebar Rel 1435 mm Pada Lengkungan
Keterangan :
Batas ruang bebas pada lintas lurus dan pada bagian lengkungan dengan jari
jari > 3000 m.
Batas ruang bebas pada lengkungan dengan jari jari 300 sampai 3000 m.
-- - - - - - - - - - -Batas ruang bebas pada lengkungan dengan jari jari < 300 m.

Gambar 1-5 Ruang Bebas Lebar Rel 1067 mm Pada Jalur Lurus Untuk Jalur Ganda

Gambar 1-6 Ruang Bebas Lebar Rel 1435 mm Pada Jalur Lurus Untuk Jalur Ganda
II.

GAMBAR PENAMPANG MELINTANG

Gambar 3-1 Penampang Melintang Jalan Rel Pada Bagian Lurus


(Leber Jalan Rel 1435 mm)

Gambar 3-2 Penampang Melintang Jalan Rel Pada Lengkungan


(Leber Jalan Rel 1435 mm)

Gambar 3-3 Penampang Melintang Jalan Rel Pada Bagian Lurus


(Leber Jalan Rel 1067 mm)

Gambar 3-4 Penampang Melintang Jalan Rel Pada Lengkungan


(Leber Jalan Rel 1067 mm)
Tabel Penampang Melintang Jalan Rel
KELAS
JALAN

V Maks
(km/jam)

d1
(cn)

b
(cm)

C
(cm)

k1
(cm)

d2
(cm)

E
(cm)

k2
(cm)

120

30

150

235

265

15 50

25

375

II

110

30

150

235

265

15 50

25

375

III

100

30

140

225

240

15 50

22

325

IV

90

25

140

215

240

15 50

20

300

80

25

135

210

240

15 50

20

300

III.

GAMBAR UKURAN PENAMPANG REL

Gambar 4-1 Ukuran Penampang Rel R.42

Anda mungkin juga menyukai