Anda di halaman 1dari 140

Komponen Jembatan

Dan perencanaan

REKAYASA JEMBATAN
Ir. Azwar, MT
Jurusan Teknik Sipil
Institut Teknologi Medan
I
N Komponen- Komponen Jembatan
S
T
I
Pada umumnya suatu Bangunan Jembatan dibagi atas 2(dua) Bangunan Utama; yakni:
T 1. Bangunan Atas.
U 2. Bangunan Bawah.
T
1. Bangunan Atas (Super Structure)
T Dapat dibagi atas 5 (lima) bagian antara lain :
E 1. Sistem lantai kendaraan (floor system), adalah jalur lalu-lintas dan bagian-
K bagian pemikul yang meneruskan beban pada konstruksi utama. Sistem lantai
N kendaraan dibagi menjadi 3 (tiga) bagian:
O a. Lantai kendaraan.
L b. Gelagar memanjang (Stringer) .
O c. Gelagar melintang (Floor Beam).
G 2. Gelegar – gelegar.
I 3. Ikatan –ikatan (Bracing) atau penambatan-penambatan.
4. Struktur pelengkap antara lain :
M a. Expansion Joint (Besi /Karet), untuk lebih jelasnya (lihat gambar: 3.a.1&
E 3.a.2)
D b. Seperator (pemisah), Kerb.
A c. Pegangan Jembatan pada tepi kiri dan kanan Jembatan (Railing)
N 5. Perletakan Jembatan / Landasan atau Bearing structure,
M II
N
A
N
S
G
S
T
T I
SII
T
T
U
U
E
T
R
T

T
T
E
E
K
K
N
N
O
O
I
L
K
L
O
O
G
G
S
II
P
M
MI
E
L
E
D
D
A
U
A
N
N
S
U
M II *
A
N
N
G
S
S
T
T I Ikatan-ikatan (Bracings).
SII Jembatan merupakan struktur ruang, menerima atau memikul beban-beban
T
T vertikal yang diteruskan ke Pondasi, dan menahan gaya Lateral & Longitudinal
U
E yang disebabkan oleh Angin, gaya Rem dll.
U
R
T
T Untuk mendapatkan kekakuan dalam arah melintang dan menjaga timbulnya Torsi,
maka
T
T Diperlukan ikatan-ikatan (bracings).
E
E Meskipun jembatan dalam keseluruhannya merupakan struktur ruang, tetapi
K
K dalam perhitungan nya setiap komponennya dihitung sendiri-sendiri sebagai suatu
N komponen yang Linier dan sebidang .
N
O
I
O - Ikatan Angin Atas / Lateral Atas (Top Lateral Bracing) :
K
L
L Fungsinya : - Memberikan kekuatan pada jembtan.
O
O - Stabilitasasi terhadap batang tepi atas yang tertekan
G
S
G - Meneruskan sebagian besar dari beban angin ke tiang ujung (end
II
P post), kemudian meneruskan kepada landasan.
M
MI - Pengukuhan Portal (Sway Bracing) :
L
E
E Diperlukan untuk mendapatkan kekakuan terhadap Torsi, dan dipasang pada
D
D bidang vertikal di sebelah atas jembatan.
U
A
A Fungsinya : - Menambah kekakuan nya saja. (tidak menambah kekuatan)
N
S
N
U
M II
I
N
A
N
N
S
G
S
S Penjelasan gambar . 3.2 sebagai berikut :
T
T I
T
SIII 1. Tiang Vertikal (Vertikal Post)
T Fungsinya : a.Kolom dari rangka pengukuhan (sway frame) yg menahan beban vertikal.
T
T
U
E Beban yg ditahan : Normal & Lentur.
U
U
T
R
T Perhitungan kapasitasnya : Kolom Balok (Beam Column).
T
b. Elemen-elemen vertikal dari rangka batang yang menahan beban gravitasi.
T
T Beban yg ditahan : Gaya Normal
T
E
E Perhitungan kapasitasnya : seperti batang tarik atau batang tekan.
E
K
K
K
N
N 2. Tiang Ujung (End Post).
N
O
I
O Fungsinya : a. Kolom dari portal yang menerima beban lateral dari ikatan angin atas.
O
L
K
L Beban yang ditahan : Gaya Normal & Lentur
L
O
O Perhitungan kapasitasnya : Kolom Balok (Beam Column)
O
G
S
G b. Elemen diagonal terakhir dari rangka batang yg menahan beban gravitasi
G
II Beban yang ditahan : Normal
I
P Perhitungan kapasitasnya : Batang Tarik atau Tekan.
M
MI
M
E
L
E 3. Batang Desak Lateral Atas ( Top Lateral Structure ).
E
D
D Fungsinya : a. Balok dari portal-portal maupun sway frame
D
A
U
A Beban yang diterima : Beban Lentur
A
N
S
N Perhitungan kapasitasnya : Balok (Beam)
N
U
M II
A
N
N b. Elemen-elemen tegak dari rangka batang yg meneruskan
G
S
S
T I beban lateral kepada portal
T
SII Beban yang diterima : Beban Normal
T
T Perhitungan kapasitasnya : Batang Tarik / Tekan.
E
U
U
R
T
T 4. Batang Tepi Atas (Top Chord / Upper Chord).
Fungsinya : a. Elemen dari rangka batang yg menahan beban Gravitasi.
T
T Beban yang ditahan : Beban Normal
E
E Perhitungan kapasitasnya : Batang Tarik / Tekan.
K
K
N b. Elemen dari rangka batang yg meneruskan beban lateral kepada Portal
N ujung.
I
O
O
K Perhitungan kapasitasnya : Batang Tekan.
L
L
O
O
S 5.Balok Tepi Bawah (Bottom Chord / Lower Chord).
G
G
II Fungsinya : a. Elemen dari rangka batang yg menahan beban gravitasi.
P Beban yang ditahan : Beban Normal
M
MI Perhitungan kapasitasnya : Batang Tarik.
L
E
E b. Elemen dari rangka batang yang meneruskan beban lateral ke pondasi.
D
D Beban yang dipikul : Gaya Normal
U
A
A Perhitungan kapasitasnya : Batang Tarik / Tekan.
S
N
N
U
MI
A
N
G
S
6. Lateral Atas (Top Lateral / Upper Lateral) dan Lateral Bawah
TI
(Bottom Lateral /Lower Lateral)
SI
T Fungsinya : Lateral atas dan lateral bawah sebagai elemen diagonal darai rangka
batang yang meneruskan beban lateral ke portal & ke pondasi.
U
E
R
T Perhitungan kapasitasnya ; Batang Tarik.

T 7. Balok Melintang (Floor Beam)


E Fungsinya : Meneruskan beban gravitasi kepada rangka batang.
K Beban yang diterima : Beban Lentur.
N Perhitungan kapasitasnya : Balok.
O
I
K
L
8. Balok Memanjang (Stringer)
O
Fungsinya : Meneruskan beban gravitasi kepada floor beam.
G
S
I Beban yang diterima : Beban Lentur.
P Perhitungan kapasitasnya : Batang Balok.
M
I
L
E 9. Diagonal (Counter)
D Fungsinya : Elemen diagonal dari rangka batang utama.
U
A Perhitungan kapasitasnya : Batang Tarik / Tekan.
N
S
U
MI
A
N
G
S
TI
SI
T
U
E
R
T

T
E
K
N
O
I
K
L
O
G
S
I
P
M
I Prespektif Jembatan Transfield (Trans-Bakrie)
L
E Pada jembatan di atas, teknologi las meskipun hanya terbatas pada pemasangan pelat stiffner, dan
D Top Cord End Beam ternyata juga digunakan. Adapun sistem sambungan utamanya adalah baut
mutu tinggi, seperti terlihat pada detail typical Bottom Chord berikut.
U
A
N
S
U
MI
A
N Jembatan Poncol (Jateng) dengan tipe Transfield
G
S Tipe jembatan Transfield ,yang umum digunakan dan yang dijadikan jembatan standar
TI oleh Departemen PU adalah tipe jembatan sebagai berikut :
SI
T
U
E
R
T

T
E
K
N
O
I
K
L
O
G
S
I
P
M
I
L
E
D
.

U
A
N
S
U
M
A
N
I * Gambar 4. Jembatan Standar PU
G
S
TI
SI
T
U
E
R
T

T
E
K
N
O
I
K
L
O
G
S
I
P
M
I
L
E
D Jembatan Standar PU
U
A Detailnya mirip dengan jembatan Transfield dimana sistem sambungan dengan baut digunakan
N
S secara mayoritas pada jembatan tersebut.
U
MI
A
N
G
S
TI
SI
T
U
E
R
T

T
E
K
N
O
I
K
L
O
G
S
I
P
M
I
L
E
D
U
A
N
S Jembatan baja tipe Austria
U
MI
A
N
G
S
TI
SI
T
U
E
R
T

T
E
K
N
O
I
K
L
O
G
S
I
P
M
I
L
E Jembatan baja tipe Calender Hamilton
D Tipe Austria maupun tipe Calender Hamilton juga terlihat seperti Transfield, yaitu
U memakai baut mutu tinggi sebagai sistem sambungannya. Sistem serupa juga terlihat
A
N
S pada jembatan-jembatan non-standar seperti :
U
MI
A
N
G
S
TI
SI
T
U
E
R
T

T
E
K
N
O
I
K
L
O
G
S
I
P
M
I
L
E
D
U
A
N
S Jembatan Martadipura dalam masa pembangunan
U
MI
A
N
G
S
TI
SI
T
U
E
R
T

T
E
K
N
O
I
K
L
O
G
S
I
P
M
I
L
E
D
U
A
N
S
U
Jembatan Kapuas
MI
A
N
G
S
TI
SI
T
U
E
R
T

T
E
K
N .

O
I
K
L
O
G
S
I
P
M
I
Jembatan Pela, Kutai Kartanegara
Ternyata memang benar, banyak fakta empiris yang menunjukkan bahwa jembatan baja di Indonesia
L
E umumnya banyak menggunakan sistem sambungan baut. Sedangkan sistem las, kecuali detail-detail
D yang kecil kesannya tidak ada. Mungkin karena fakta-fakta empiris yang dijumpai seperti itulah maka
U
A akhirnya membentuk pengetahuan bahwa semua jembatan baja yang sukses (yang berdiri) adalah
jembatan-jembatan yang memakai sambungan baut mutu tinggi dan bukan sistem sambungan las,
N
S meskipun itu pemakaiannya di fabrikasi.
U
MI
A
N
G
S 3.2 . Perletakan Jembatan : Bearing
TI
SI
Ada 4 ( Empat ) jenis antara lain:
T
U
E
a. Perletakan/tumpuan : Sendi dan Rol/Gelinding, jenis tumpuan ini
R
T
merupakan tumpuan yang paling umum digunakan pada jembatan-jembatan
lama yang ada di Indonesia.
T
E
b. Tumpuan Garis, tumpuan tetap.
K
N
c. Tumpuan Elastomer : dapat mengikuti perpindahan tempat ke arah vertikal
O
I
dan horizontal serta rotasi atau kombinasi gerakan-gerakan bangunan atas
K
L
jembatan .
O
G
S
d. Tumpuan Pelat, untuk jembatan bentang–bentang pendek, tumpuan dapat
I
diberikan berupa pelat-pelat baja rata/lonjong, pelat timah / atau keras
P
M
I
Untuk lebih jelas nya dapat dilihat pada gambar-gambar selanjutnya.!!!!!.
L
E
( Gambar : 5a.1 sampai dengan 5a.4 dan 5b.1 s/d 5b.2 )
D
U
A
N
S
U
MI
A
N
G
S
TI
SI
T
U
E
R
T

T
E
K
N
O
I
K
L
O
G
S
I
P
M
I
L
E
D
U
A
N
S
U
MI
A
N
G
S
TI
SI
T
U
E
R
T

T
E
K
N
O
I
K
L
O
G
S
I
P
M
I
L
E
D
U
A
N
S
U
MI
A
N
G
S
TI
SI
T
U
E
R
T

T
E
K
N
O
I
K
L
O
G
S
I
P
M
I
L
E
D
U
A
N
S
U
MI
A
N
G
S
TI
SI
T
U
E
R
T

T
E
K
N
O
I
K
L
O
G
S
I
P
M
I
L
E
D
U
A
N
S Tipikal Detail Sambungan pada Jembatan Transfield
U
MI
A
N
G
S
TI
SI
T
U
E
R
T

T
E
K
N
O
I
K
L
O
G
S
I
P
M
I
L
E
D
U
A
N
S
U
MI
A
N Tampak samping dan depan tumpuan sendi pada jembatan baja
G
S Trasfield
TI
SI
T
U
E
R
T

T
E
K
N
O
I
K
L
O
G
S
I
P
M
I
L
E
D
U
A
N
S
U
MI
A
N
G
S
TI
SI
T
U
E
R
T

T
E
K
N
O
I
K
L
O
G
S
I Tumpuan Sendi (Tradisionil)
P
M
* Jika tumpuan struktur tersebut (bentuknya boleh apa saja) pada saat dibebani
I tidak mengalami translasi tapi hanya berotasi saja maka dalam pemodelan
L struktur dapat dianggap sebagai sendi, jika hanya ditahan terhadap translasi
E
D vertikal yang lain bebas maka dapat dianggap rol.
U * Jika bisa berdeformasi terbatas pada suatu nilai tertentu (baik translasi atau
A
S rotasi) maka bisa disebut tumpuan elastis
N
U
MI Untuk elastomer karena bisa berotasi (ditentukan oleh ketebalan) dan juga bisa
A
N bertranlasi horizontal (terbatas yang juga ditentukan oleh ketebalan) maka fungsinya
G
S untuk pembebanan vertikal pada suatu girder jembatan bisa seperti tumpuan sendi-rol,
TI meskipun jika ada gaya lateral yang besar (misal gempa) perlu dipasang elastomer lain
SI pada posisi melintang (tegak lurus elastomer yang pertama). Lihat gambar di bawah
T untuk contoh elastomer untuk tumpuan sendi jembatan kali Krasak, Jawa Tengah.
U
E
R
T

T
E
K
N
O
I
K
L
O
G
S
I
P
M
I
L
E
D
U
A
N
S
U Sendi dengan Elastomer
MI
A
N * sendi dengan elastomer
G
S
TI
SI
T
U
E
R
T

T
E
K
N
O
I
K
L
O
G
S
I
P
M
I
L
E
D
U
A
N
S
U
MI
A
N
G
S
TI
SI
T
U
E
R
T

T
E
K
N
O
I
K
L
O
G
S
I
P
M
I ini juga sama-sama di kali Krasak, Jawa Tengah
L
E Ini foto jembatan tipe Transfield dari Australia yang banyak
D
U
A
dijumpai di Indonesia
N
S
U
M
A Walaupun sifat elastomer ‘utama’ ini tidak mutlak berperilaku sebagai ’sendi’ atau ‘roll’
G murni, tapi dalam aktual fisik di lapangan, jembatan yang menggunakan tipe tumpuan
I seperti ini berperilaku layaknya bertumpuan sendi-roll murni dalam pemodelan (komputer).
S Memang ada banyak ‘tambahan’ komponen selain tumpuan utama untuk mencapai keadaan
T tersebut dan perilakunya menyerupai mekanika sendi-roll.
E Set lengkap tumpuan elastomeric untuk jembatan antara lain sbb :
R
1. Elastomeric bearing utama (menahan displacement vertikal; sedikit displacement
T horisontal dan kemampuan rotasi-sesuai desain)
E
K 2. Lateral stopper (menahan displacement horisontal berlebih & mengunci posisi lateral
N jembatan)
I
K 3. Seismic buffer (menahan displacement horisontal berlebih arah memanjang jembatan)

S 4. Anchor bolt (menahan uplift yang mungkin terjadi pada salah satu tumpuan pada saat
I gempa)
P
I Bahan elastomeric bearing sendiri terbuat dari karet yang biasanya sudah dicampur dengan neoprene
(aditif yang memperbaiki sifat karet alam murni) dan didalamnya diselipkan berlapis2 pelat baja dengan
L
I ketebalan dan jarak tertentu untuk memperkuat sifat tegarnya.
N
U
S
S
T
U
MI
A
N
G
S 3.3. Struktur Pelengkap Atas :
TI
SI
A. Expansion Joint
T
U
E B. Separator (jalur Pemisah ) pada Jembatan
R
T
C. Kerb dan Trotoar Jembatan.
T
E D. Railing Jembatan
K
Katalog Produk: Expansion Joints
N
Negara Asal: Indonesia
O
I Harga: Negotiable
K
L Cara
Transfer Bank (T/T)
Pembayaran:
O
Kemas &
G
S Requested
Pengiriman:
I Keterangan: Expansion joint, ialah
sambungan beton jembatan
P berupa karet jadi yang dapat
M
I dicetak sesuai dengan model,
ukuran, spesifikasi sesuai
L
E dengan permintaan
D
U
A (Gambar)
Gambar: 3.a.1
N
S
U
MI
A
N Expansion joint
G
S From Wikipedia, the free encyclopedia

TI Jump to: navigation, search

SI unreferenced|date=January 2009}}

T
U
E
R
T

T
E
K
N
O
I Expansion joint, upstate New York

K
L
O
G
S
I
P
M
I Gambar : 3.a. 2
L
E
D
Open expansion joint in winter, Germany
U
A
An expansion joint is an assembly designed to safely absorb the heat-induced expansion
N
S and contraction of various construction materials, to absorb vibration, or to allow
U
MI
A 4. Bangunan Bawah ( Sub Structure ).
N
S Fungsi nya : Menerima / memikul beban-beban yang diberikan bangunan atas dan kemudian
G
TI menyalurkannya ke pondasi, selanjutnya beban-beban tersebut oleh pondasi
SI disalurkan ke tanah.
Bangunan bawah pada umumnya terletak disebelah bawah bangunan atas, jenisnya sbb:
T
(Lihat pada Gambar. 4C)
U
E 1. Oprit-Jembatan : berupa timbunan tanah dibelakang Abutment timbunan
R
T tanah ini harus dibuat sepadat mungkin untuk menghindari terjadinya
penurunan (Settlement).
T 2. Plat Injak : dipasang diatasnya tibunan tanah (Oprit) dan dibelakang
E Abutment
K 3. Bangunan Pengaman Jembatan : berfungsi sebagai pengaman
N terhadap pengaruh aliran air Sungai baik langsung/tak langsung.
Disamping Jembatan yang diamankan, Sungainyapun harus diamankan.
O
I
Dimana biaya pengamanan Sungai lebih mahal dari pengamanan
K
L Jembatan.
O 4. Abutment atau Kepala Jembatan : bagian bangunan pada ujung-ujung
G
S Jembatan, selain sebagai pendukung bagi bangunan atas juga berfungsi
I sebagai penahan tanah. Dari pasanangan batu / beton
P bertulang.
M
I 5. Pilar atau Pier Jembatan : fungsi sebagai pendukung bangunan atas
L
E Letaknya diantara kedua Abutment dan jumlahnya tergantung keperluan,
sering juga pilar tidak diperlukan
D
U
A
N
S
U
MI
A
N
6. Pondasi : berfungsi menerima beban-beban dari bangunan bawah dan
G
S
TI menyalurkannya ke tanah.
SI Secara umum, pondasi dapat dbedakan 2 macam :
T a. Pondasi Dangkal atau Pondasi Langsung. (Shallow Foundations)
U
E b. Pondasi Dalam atau Pondasi Tak Langsung.(Deep Foundations)
R
T

T Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar : 4.a, 4b, dan 4c -
E tersebut:.
K Gambar : 4a.
N
O
I
K
L
O
G
S
I
P
M
I
L
E
D
U
A
N
S Abutment dari Pasangan Batu Abutment dari Beton Bertulang
U
MI
A
N Gambar : 4b
G
S
TI
SI
T
U
E
MATT
R
T

T MATR
E
K
N
O
I
K
L
O
G
S
I
P Pilar ( Pier ) Abutment
M
I
L
E
D
U
A
N
S
U
MI
A
N
G
S
TI
SI
T
U
E
R
T

T
E
K
N
O
I
K
L
O
G
S
I
P
M
I
L
E
D
U
A
N
S
U
MI
A
N -.Digunakan : bila lapisan tanah
G
S Pondasi yang telah diperhitungkan
TI mampu memikul beban-beban di
SI atasnya dan terletak pada lokasi yang
Pondasi Dangkal dangkal dari tanah.
T
atau Pondasi Langsung a. Pondasi Bata/Batu kali
U
E (Shallow Foundation) b. Pondasi Plat Kaki (Footing).
R
T c. Pondasi Plat.
d. Pondasi Sarang Laba-laba.
T
Pondasi Jembatan
E ( Bridge Foundation )
K Pondasi Sumuran
N (Caisson Foundation)
O
I
K
L Pondasi Dalam atau -.Digunakan apabila lapisan tanah
O Pondasi Tak Langsung keras yang mampu memikul beban, dan
G
S (Deep Foundation) letaknya cukup dalam
I
P
M
I Pondasi Tiang Pancang
L
E (Pile Foundation)
D - Pilecap
U
A
N
S
U
MI
A
N Pondasi Tiang Pancang dibagi 4 yakni :
G
S 1.Tiang Pancang Kayu.
TI 2.Tiang Pancang Beton.
SI
a. Precast Reinforced Concrete Pile.
T
b. Precast Prestressed Concrete Pile.
U
E
c. Cast in place : - Franki, Raymond, Simplex, Mac Arthur dsb.
R
T
3. Tiang Pancang Baja.
T a. H. Pile.
E b. Pipe Pile.
K 4. Tiang Pancang Komposite.
N a. Kayu- Beton.
O
I b. Baja – Beton.
K
L
O Kegagalan Bangunan Jembatan
G
S Yang potensial memberikan kontribusi terhadap kegagalan Sbb :
I 1. Bangunan Bawah.
P a. Pondasi Langsung :
M
I - Amblas/Penurunan.
L
E - Miring.
D - Puntir.
U
A
N
S
U
MI
A
N
G
S b. Pondasi Sumuran :
Secara fisik sama dengan Pondasi Langsung.
TI
c. Pondasi Tiang Pancang Beton/Baja :
SI - Penurunan/ambles.
T - Patah.
U
E 2. Bangunan Atas.
R
T a. Retak struktural..
b. Lendutan.
T c. Getaran/Goyangan.
E d. Kerusakan Lantai Kendaraan (jembatan siak III)
e. Tumpuan (Bearing).
K
f. Expansion Joint.
N
O
I Acuan Standar :
K
L Standar Nasional Indonesia (SNI) yg merujuk kepada standar secara
O Internasional : AASHTO, ASTM, BS, NAASRA, standar-standar tsb berupa :
G
S Metode, Tata Cara, dan Spesifikasi.
I
P Parameter Yang diukur dan Persyaratannya :
a. Untuk Jalan : Kecepatan Rencana dan Volume Kendaraan Yang lewat (LHR)
M
I
yang akan menentukan kelas jalan tersebut.
L
E b. Untuk Jembatan : tergantung dari jenis dan tipe Jembatan yang dipengaruhi
D oleh panjang bentang Jembatan
U
A
N
S
U
MI
A
N Jembatan Comal
G
S Pemalang, Jawa Tengah (Ambles)
TI
SI
T
U
E
R
T

T
E
K
N
O
I
K
L
O
G
S
I
P
M
I
L
E
D
U
A
N
S
U
MI
A
N Expansion Joint
G
S
TI
SI
T
U
E
R
T

T
E
K
N
O
I
K
L
O
G
S
I
P
M
I
L
E
D
U
A
N
S
U
MI
A
N
S Contoh : Pelaksanaan Pondasi Tiang Bor
G
TI
SI
T
U
E
R
T

T
E
K
N
O
I
K
L
O
G
S
I
P
M
I
L
E Halaman: 63 s/d 107 dari Sumber : The Works of Wiryanto Dewobroto, Dr.Ir.MT
D
U
A
N
S
U
MI
A
N
S Excavator mempersiapkan areal proyek agar alat-alat berat yang lain bisa
G
TI masuk.
SI
T
U
E
R
T

T
E
K
N
O
I
K
L
O
G
S
I
P
M
I
L
E
D
U
A
N
S
U
MI
A
N
G
S
TI
SI
T
U
E
R
T

T
E
K
N
O
I
K
L
O
G
S Bahkan bila perlu, dipasang juga pelat-pelat baja.
I
Pelat baja tersebut dimaksudkan agar alat-alat berat tidak ambles jika
P kekuatan tanahnya diragukan. Jika sampai ambles, untuk ‘ngangkat’ itu
M
I saja biayanya lebih besar dibanding biaya yang diperlukan untuk
L
E mengadakan pelat-pelat tersebut. Perlu tidaknya pelat-pelat tersebut
D tentu didasarkan dari pengalaman-pengalaman sebelumnya,
U
A
N
S
U
MI
A
N * Pekerjaan penulangan pondasi tiang bor.
G
S
TI
SI
T
U
E
R
T

T
E
K
N
O
I
K
L
O
G
S
I
P
M
I
L
E
D
U
A
N
S
U
MI
A
N
G
S
TI
SI
T
U
E
R
T
Ada, sampai diameter 1 m lebih, tapi
prinsipnya hampir sama, kedalaman
T pondasi adalah sampai tanah keras (SPT
E 50) dalam hal ini adalah 17-18 m (lokasi
K di Bogor).
N
O
I
K
L
O
G
S
I
P
M
I
L
E
D
U
A
N
S
U
MI
A
N
G
S
TI
SI
T
U
E
R
T

T
E
K
N
O
I
K
L
O
G
S
I
P
M
I
L
E
D
U
A Perhatikan mesin bor warna kuning belum dipasangkan dengan mata bornya yang
N
S dibawah itu. Saat ini difoto, alat bor sedang dipersiapkan untuk memulai.
U
MI
A
N * Pengeboran
G
S Proses awal dimulainya pengerjaan pondasi tiang bor, kedalaman dan
TI diameter tiang bor menjadi parameter utama dipilihnya alat-alat bor. Juga
SI terdapatnya batuan atau material dibawah permukaan tanah. Ini perlu
diantisipasi sehingga bisa disediakan metode, dan peralatan yang cocok.
T Kalau asal ngebor, bisa-bisa mata bor-nya stack di bawah. Ini contoh mesin
U
E bor dan auger dengan berbagai ukuran siap ngebor.
R
T

T
E
K
N
O
I
K
L
O
G
S
I
P
M
I
L
E
D * Setelah mencapai suatu kedalaman yang ‘mencukupi’ untuk menghindari
tanah di tepi lubang berguguran maka perlu di pasang casing, yaitu pipa yang
U
A mempunyai ukuran diameter dalam kurang lebih sama dengan diameter
N
S lubang bor.
U
MI
A
N
G
S
TI
SI
T
U
E
R
T

T
E
K
N
O
I
K
L
O
G
S
I
P Setelah casing terpasang, maka
M
I pengeboran dapat dilanjutkan.
L
E Gambar di atas, mata auger sudah
D diganti dng Cleaning Bucket yaitu
U
A untuk membuang tanah atau lumpur
N
S di dasar lubang.
U
MI
A Apabila kedalaman dan juga lubang bor
N
telah siap, maka selanjutnya adalah
G
S penempatan tulangan rebar.
TI
SI
T
U
E
R
T

T
E
K
N
O
I
K
L
O
G
S
I
P
M
I
L
E
D
U
A
N
S
U
MI
A
N
G
S
TI
SI
T
U
E
R
T

T
E
K
N
O
I
K
L
O
G
S
I
P
M
I
L
E
D
U
A
N
S
U
MI
A * Dampak Akibat Galian Tanah Dekat Pada Lokasi Pondasi Jembatan
N
G
S Dengan Ilustrasi pada: Bangunan Gedung (Apartemen)
TI
SI
T
U
E
R
T

T
E
K
N
O
I
K
L
O
G
S
I
P
M
I
L
E
D Terjadi sekitar pukul 5:30am, 27 Juni 2009 pada bangunan yang sedang dibangun di
jalan Lianhuanan, distrik Minhang kota Shanghai, China.
U
A Bangunan tersebut roboh bukan karena gempa cina, tetapi karena dampak galian
N
S tanah.
U
MI
A
N
G
S
TI
SI
T
U
E
R
T

T
E
K
N
O
I
K
L
O
G
S
I
P
M
I
L
E
D
U
A
N
S
U
MI
A
N
G
S
TI
SI
T
U
E
R
T

T
E
K
N
O
I
K
L
O
G
S
I
P
M
I
L First, the apartment building was
E Then the plan called for an
D constructed underground garage to be dug out.
U
A The excavated soil was piled up on
N
S the other side of the building.
U
MI
A
N
G
S
TI
SI
T
U
E
R
T

T
E
K
N
O
I
K
L
O
G
S
I
P
M
I
L
E
D
U Heavy rains resulted in water seeping into
A The building began to tilt.
N
S the ground.
U
MI
A
N
G
S
TI
SI
T
U
E
R
T

T
E
K
N
O
I
K
L
O
G
S
I
P
M
I
L
E
D
U
A
N
S
U
MI
A
N
G
S
TI
SI
T
U
E
R
T

T
E
K
N
O
I
K
L
O
G
S
I
P
M
I
L
E
D
U
A
N
S
U
MI *
A
N
Contoh : Jembatan Beton Prategang.
G
S ( Sumber : August 14, 2010 Benyamin Ndu Ufi 8, dari halaman 111 s/d 137 )
TI
SI
T
U
E
R
T

T
E
K
N
O
I
K
L
O
G
S
I
Gambar : Bentang /Potongan Melintang Jembatan
P
M
I Data Teknis Perencanaan Jembatan
a. Jembatan
L
E
D* Kelas jalan : kelas 1

U*
A Jumlah jalur : 2 jalur

S*
N Panjang jembatan : 40 meter

U
MI * Lebar jembatan : 9 meter
A
N * Lebar lantai kendaraan : 7 meter
G
S * Tipe gelagar : balok I
TI * Tebal Perkerasan : 5 cm

SI b. Trotoar
T * Jenis konstruksi : beton bertulang Gambar : d. Gelagar
U
E * Pipa sandaran :Circular Hollow Sections D 60.5 mm
R
T * Dimensi tiang sandaran : 20/15 cm
* Jarak antar tiang : 2 m
* Mutu beton, f’c : 30 Mpa
T * Mutu baja tulangan, fy : 240 Mpa (polos)
E * Mutu baja pipa sandaran : 1600 Mpa
K * Lebar trotoar : 100 cm
* Tebal trotoar : 25 cm
N * Balok kerb : 20/25 cm
O
I * Jenis plat trotoar : beton tumbuk
K
L
O c. Plat lantai kendaraan
* Tebal plat : 20 cm
G
S
* Mutu beton, f’c : 30 Mpa
I * Mutu baja tulangan, fy : 350 Mpa (ulir) Gambar : e. Abutment
P
M
I d. Gelagar

L
E * Jenis konstruksi : beton prategang tipe balok I
* Mutu beton, f’c : 50 Mpa
D * Mutu baja tulangan, fy : 350 Mpa (ulir)
U
A * Tipe tendon & angkur : Angker hidup VSL tipe Sc
N
S
U
MI
e. Abutment
A
N Tinggi Abutment : 6 meter
G
S Lebar Abutment : 11.6 meter
TI Tipe Abutment : Type Kantilever
Mutu beton, f’c : 30 Mpa
SI
Mutu baja tulangan, fy : 240 Mpa (polos)
T Mutu baja tulangan, fy : 350 Mpa (ulir
U
E
R
T
1). Pada Perencanaan Trotoar.
a. Pendimensian Sandaran dari Besi Pipa Bulat.
T - Beban Mati (Berat Sendiri/BS) Besi Pipa
E - Beban Hidup (Beban Merata Horizontal ; 0,75
K kN/m)
N b.Tiang Sandaran
O
I - Beban Mati ( BS Tiang )
- Beban Hidup ( Horizontal pd Ketinggian 0,90 m dari Permukaan Trotoar)
K
L
O c. Perencanaan Kerb
G
S - Menahan Beban Tambahan Arah Menilang sebesar 100 KN yg bekerja sebagai beban titik.
I
P 2). Perencanaan Plat lantai
- a. Beban Mati :
M
I -1. Beban Pada Plat Trotoar.
L
E - Beban Merata : dan – Beban Terpusat.
D -- BS Plat Lantai
-- BS Plat Lantai Trotoar
U
A -- BS air Hujan tinggi = 5 Cm
N
S
U
MI
A
N
G
S
TI
SI Gambar : Penulangan
T Plat Lantai Kendaraan
U
E
R
T

T
E
K
N
O
I
K
L
O
G
S
I
P
M
I
L
E
Gambar : Bagian-bagian
D Penampang Jembatan
U
A
N
S
U
MI *
A
N
G
S
TI
SI
T - b. Beban Hidup.
U
E - Beban Pada Plat Trotoar.
R
T Beban Merata Dari Beban Pejalan kaki.
- Beban Pada Plat Lantai Kendaraan.
T Beban Terpusat Dari Beban Truk : T, (dapat dilihat pada kondisi 1 s/d 6).
E # Faktor Beban Dinamis (DLA),-----K = 1 + DLA,---------- DLA Utk Truk = 0,30
K
K = 1 + 0,30=1,30,---- (BMS1992- hal 2-20).
N
# Beban Truk: T sebesar=200KN (Beban Rencana Sumbu)
O
I
K
L *utk tekanan satu sisi (roda gandar) = P ͧ = T/2 x K x FaktorBeban = 200/2 KN x 1,30 x 2 =
260KN.
O
G
S
I
P
M
I
L
E
Gambar : Skema Pembebanan Gambar : Skema Pembebanan
D ( BH pd Lantai Kendaraan) Kondisi.2
( BH pd Lantai Kendaraan) Kondisi.1
U
A
N
S
U
MI
A
N
G
S
TI
SI
T
U
E
R
T
Gambar : Skema Pembebanan
( BH pd Lantai Kendaraan) Kondisi. 3
T
E
K
N
O
I
K
L Gambar : Skema Pembebanan Gambar : Skema Pembebanan
O ( BH pd Lantai Kendaraan) Kondisi. 4 ( BH pd Lantai Kendaraan) Kondisi. 5
G
S
I
P
M
I
L
E
D
U
A
Gambar : Skema Pembebanan
N
S ( BH pd Lantai Kendaraan) Kondisi. 6
U
MI
A *
N
G
S a.Beban Tetap ( Beban Mati) :
TI 1. Berat Sendiri (BS) Balok.
SI
2. Akibat Beban Mati ( B S Plat Lantai, BS Lapisan Aspal, B S Air Hujan-t =10Cm ).
T
3. Akibat Diafragma ( B S ).
U
E
R
T

T
E
K
N
O
I
K
L
O
G
S
I
P
Gambar : Diagram Momen dan Gaya Lintang Akibat Berat Sendiri Balok
M
I
L
E
D kPa = 1 kN/m²
1 Ton = 10 kN
U
A 1 kN = 1/10 Ton
N
S
U
MI
A
N Akibat Berat Sendiri Balok : Akibat Beban Mati (plat lantai, lapisan aspal & air hujan) :
G
S
Bj beton = 24 kN/m3
TI Bj beton = 25 kN/m3
SI Luas penampang (Ap) = 9200 cm2 Bj aspal = 22 kN/m3
T = 0.92 m2
U
E Bj air = 10 kN/m3
qd1 = Bj x Ap
R
T Jarak efektif antar gelagar = 175 cm = 1.75 m
= 25 x 0.92 Tebal plat = 20 cm = 0.2 m
T Tebal aspal = 5 cm = 0.05 m
= 23 kN/m Tebal air = 10 cm = 0.1 m
E Luas penampang plat (A1) = 1.75 x 0.2 = 0.35 m2
K
N Luas penampang aspal (A2) = 1.75 x 0.05 = 0.0875 m2
O
I
Luas penampang air hujan (A3) = 1.75 x 0.1 = 0.175 m2
K
L
O qd2 = Bj beton x A3 + Bj aspal x A2 + Bj air x A3
G
S
= 24 x 0.35 + 22 x 0.0875 + 10 x 0.175
I = 12.075 kN/m
P
M
I
L
E
D
U
A
N
S
U
M
A
N
I *
Qt = 12.075 KN/m
G
S
TI
SI
T
U
E
R
T

T
E
K
N
O
I
K
L
O
G
S
I
P
M
I
L
E
D
U
A
N
S Gambar : Diagram Momen dan Gaya Lintang Akibat Diafragma
U
MI
A
N
G
S
TI
SI
T
U
E
R
T

T
E
K
N
O
I
K
L * Luas penampang (A) = (135 x 105) – (2 Gambar Penampang Diafragma
O x (AIV + AV))
G
S * = 13975 cm2 = 1.3975 m2 Momen & Gaya Lintang pada setiap titik:
Momen pada titik X dengan jarak setiap 2.0 m;
I * Pd = Bj x A x t
P * = 25 x 1.3975 x 0.15 = 5.24 kN Mx = (RAx X) – (p x X)
M
I # Akibat diafragma
Gaya Lintang pada titik X dengan jarak setiap 2.0 m;
L
E * Reaksi tumpuan:
D * RA = RB = ½ x ∑ P Vx = VA – p
U
A * = ½ x 5.24 x 11
N
S * = 28.823 kN
U
MI
A*
N
G
S
TI
SI
T
U
E
R
T

T
E
K
N
O
I
K
L
O
G
S
I
P
M
I
L
E
D
U
A Gambar : Penyebaran Beban Lajur : D
N
S
U
MI
A
N Beban Terbagi Merata ( q )= UDL----- Tergantung Panjang
a)
G
S Tumpuan Gelagar (L) : L < 30 m ; 30 m < L < 60 m ; L >60 m
TI
SI Beban Garis : Beban Terpusat (P) = 44,0 KN/m = KEL ┴
T b) arah L-L pd Jembatan.
U
E PL = jarak gelagar (m) x P (KN/m) x K=1+DLA
R
T

T
E
K
N
O
I
K
L
O
G
S
I
P
M
I
L
E
D
U
A
N
S Gambar : Beban yang bekerja pada arah melintang Jembatan
U
MI
a). Besarnya beban terbagi rata (UDL) tergantung pada panjang total yang dibebani
A
N (L).
G
S * L = 40 m > 30 m, maka:
TI q =
SI q =
T
U
E q = 7 kPa
R
T Jarak efektif antar gelagar = 175 cm = 1.75 m, maka beban merata yang bekerja di sepanjang
gelagar adalah:
T ql1 = 1.75 x q
E ql1 = 1.75 m x 7 kPa -------------- 1 kPa = 1 kN/m²
K ql1 = 12,25 kNm
N
O
I b). Beban terpusat P yang ditempatkan tegak lurus arah lalu lintas pada jembatan
K
L adalah sebesarnya : 44.0 kN/m.
O * Faktor Beban Dinamik untuk “KEL” lajur “D”, untuk bentang (LE) = 40 m, nilai DLA = 0.4.
G
S * Maka: K = 1 + DLA
I * K = 1 + 0.4 = 1.4
P Jarak efektif antar gelagar = 175 cm = 1.75 m, maka beban terpusat yang bekerja pada gelagar
adalah:
M
I
L
E * pl1 = 1.75 x P x K

D * = 1.75 x 44 x 1.4

U
A * = 107,8 kN

N
S
U
MI
A
N *Reaksi tumpuan:
G
S *Reaksi tumpuan terbesar terjadi pada saat
beban p berada di atas tumpuan.
TI
SI RA = RB = (½ x q x L) + P
= (½ x 12.25 x 40) + 107.8
T
= 352.8 kN
U
E
R
T *Mencari ordinat max (Y) & luas garis pengaruh (A):
Titik A, X = 0 m YA = 0 m
AA = 0 m2
T
E Titik 1, X = 2 m Y1 = = 1.9 m
K Titik 6, X = 12 m Y6 = = 8.4 m
A1 = ½ x 1.9 x 40 = 38 m2 A6 = ½ x 8.4 x 40 = 168 m2
N
O
I Titik 2, X = 4 m Y2 = = 3.6 m Titik 7, X = 14 m Y7 = = 9.1 m
K
L A2 = ½ x 3.6 x 40 = 72 m2 A7 = ½ x 9.1 x 40 = 182 m2
O
Titik 8, X = 16 m Y8 = = 9.6 m
G
S Titik 3, X = 6 m Y3 = = 5.1 m A8 = ½ x 9.6 x 40 = 192 m2
I A3 = ½ x 5.1 x 40 = 102 m2
P Titik 9, X = 18 m Y9 = = 9.9 m
Titik 4, X = 8 m Y4 = = 6.4 m A9 = ½ x 9.9 x 40 = 198 m2
M
I
L
E A4 = ½ x 6.4 x 40 = 128 m2
Titik 10, X = 20 m Y10 = = 10 m
D A10 = ½ x 10 x 40 = 200 m2
Titik 5, X = 10 m Y5 = = 7.5 m
U
A
A5 = ½ x 7.5 x 40 = 150 m2
N
S
U
MI
A
N
S Momen & Gaya Lintang pada setiap titik: Momen pada titik X dengan jarak setiap 2.0 m;
G
TI Mx = (Yxx P) + (Axx q )
SI Gaya Lintang pada titik X dengan jarak setiap 2.0 m;
T Vx = RA – (q x X )
E Maka:
U
R
T
* Titik A, X = 0 m MA = 0 kNm •Titik 6, X = 12 m M6 = 2963.52 kNm
VA = 352.8 kN V6 = 205.8 kN
T
E •Titik 7, X = 14 m M7 = 3210.48 kNm
K * Titik 1, X = 2 m M1 = 670.32 kNm V7 = 181.3 kN
V1 = 328.3 kN
N
•Titik 8, X = 16 m M8 = 3386.88 kNm
O
I
* Titik 2, X = 4 m M2 = 1270.08 kNm V8 = 156.8 kN
K
L V2 = 303.8 kN
O •Titik 9, X = 18 m M9 = 3492.72 kNm
V9 = 132.3 kN
G
S * Titik 3, X = 6 m M3 = 1799.28 kNm
I V3 = 279.3 kN •Titik 10, X = 20 m M10 = 3528 kNm
P V10 = 107.8 kN
M
I * Titik 4, X = 8 m M4 = 2257.92 kNm
L
E V4 = 254.8 kN
D
U
A * Titik 5, X = 10 m M5 = 2646 kNm
N
S V5 = 230.3 kN

U
MI
A *
N
G
S
TI
SI
T 1. Beban Terbagi Rata (UDL) tergantung panjang total yang di bebani (L).
U
E 2. Beban Terpusat (P) yang tegak lurus arah Lalu-lintas pd jembatan sebesar: 44,0 KN/m
R
T
c. Beban Rem : Tergantung panjang Struktur ; L ≤ 80 m, Gaya Rem = 250 KN.
T
E
K
N
O
I
K
L
O
G
S
I
P
M
I
L
E
D
U
A
N
S Gambar Diagram Momen akibat : Beban REM
U
MI *
A
N
G
S
TI
SI
T
U
E
R
T

T
E
K
N
O
I
K
L
O
G
S Gambar : Diagram Momen & Gaya Lintang akibat Beban ANGIN
I
P
M
I # Beban angin
L
E
Kendaraan yang sedang berada di atas jembatan, beban garis merata tambahan arah
D horizontal diterapkan pada permukaan lantai sebesar:
U
A
N
S TEW = 0.0012CW(VW)2 kN/m
U
MI
Dimana: Vw = kecepatan angin rencana = 30 m/det
A
N
G
S Cw = koefisien Seret = 1.2
TI
TEW = 0.0012 x 1.2 x 302
SI
T TEW = 1,296 kN/m
U
E
4). Perencanaan Perletakan : Elastomer.
R
T
Gaya Lintang Maksimum = Reaksi Perletakan < V perletakan.
T Dengan menggunakan tabael perkiraan berdasarkan pengalaman yang tertera pada :
E B M S 1992 bagian 7.
K
N
O
I
K
L
O
G
S
I
P
M
I * Ukuran denah 810 mm
L
E * Tebal selimut atas dan bawah = 9 mm
D * Tebal pelat baja = 5 mm
U
A * Tebal karet dalam = 18 mm Gambar : Bentuk Denah Perletakan Elastomer

N
S * Tinggi keseluruhan = 92 mm
U
MI
*
A
N
G
S
TI
SI
T
U
E
R
T

T
E
K
N
Gambar : Tampak Memanjang Jembatan
O
I
K
L
O
G
S
I
P
M
I BEBAN MATI.
L
E -Berat Sendiri Pipa Sandaran.
D a. Beban Sandaran :
U
A - Berat Sendiri Tiang Sandaran
N
S
U
MI
A
N - Berat Sendiri Plat Trotoar.

G
S b. Beban Trotoar :
TI - Berat Sendiri Kerb
SI
T - Berat Sendiri Plat Kendaraan.
U
E c. Beban Plat Kendaraan :
R
T - Berat Sendiri Aspal .

T
E d. Beban Gelagar : - Berat Sendiri Gelagar.
K
N e. Beban Diafragma : - Berat Sendiri Diafragma.
O
I
K
L f. Beban Mati Tambahan : - Berat Sendiri Aspal.
O
G
S BEBAN HIDUP.
I
P a. Beban sandaran : L Jembatan=40 m, Beban Hidup = 0,75 kN/m
M
I B H Pipa Sandaran = 2 x ( 40 x 0,75 ) = 60 kN.
L
E
D b. Beban Trotoar :
U
A B H trotoar = 2 x ( 40 m x 1 m x 5 k Pa ) = 400 kN.
N
S
U
MI *
A
N
S Gambar Penyebaran Beban Lajur
G dan Gambar Beban Yang Bekerja Pada Arah Melintang Jembatan

TI
SI
T
U
E
R
T

T
E
K
N
O
I
K
L
O
G
S
I
P
M
I
L
E
D
U
A
N
S
U
MI
A
N 1. Beban Terbagi Rata (UDL).
G
S Beban Hidup (UDL)=(40 x 5,50 x q)x100% + (40 x 1,50 x q )x 50%.
TI 2. Beban Terpusat P ditempatkan pada tegak lurus arah lalu-lintas pada
SI jembatan= 44 kN/m, faktor beban dinamis utk (KEL) K=1+DLA=1,40.
T Beban Hidup (KEL)= 7 x 44 x1,40 = 431,2 kN.
U
E d. Beban Air Hujan.
R
T
Lebar plat lantai kendaraan= 7,00 m, & tinggi air hujan(t) =10 Cm

T Lebar plat trotoar= 1,00m, & tinggi air hujan (t) = 5 Cm.
E e. Beban Angin.
K Panjang bentang kendaraan = 40 m
N Berat Angin = 40 x ( Tew = 0,0012 Cw x (Vw)² ).
O
I f. Beban Gesekan.
K
L
Gaya Gesekan antara Beton dengan karet Elastomer : f = 0,15, (PPPJJR1987).
O
G
S Hg = f x Rd= beban mati tptal yg bekerja pada Abuitment = 0,15 x 3648,218 kN.
I Hg = 547,2327 kN
P g. Beban Rem.
M
I Pengaruh percepatan dan pengereman dari lalu lintas diperhitungkan sebagai
L
E gaya dalam arah memanjang. Besarnya gaya rem tersebut tergantung dari
D panjang struktur (L), yaitu untuk L = 40 m ≤ 80 m, gaya rem (Hr = 250 kN).
U
A Gaya Horizontal= Gaya Rem + Gaya Gesekan
N
S Hs = Hr + Hg
U Hs = 250 + 547,2327 = 797,2327 kN
MI
A
N
G
S
TI
SI
T
U
E
R
T

T
E
K
N
O
I
K
L
O
G
S
I Beban Mati : total yang Bekerja pada Abutment
P
Pd1=41,8484 kN = Beban Mati Pipa Sandaran.
M
I Pd2=464 kN = Beban Mati trotoar, Pd5=230,5875 kN= Beban Mati Diafragma,
L
E Pd3=1652 kN= Beban Mati Plat Kearaan, Pd6=308 kN= Beban Mati Tambahan
D Pd4=4600 kN= Beaban Mati Gelagar.
U
A
N
S Rd = Pd1 + Pd2 + Pd3 + Pd4 + Pd5 + Pd6. = 3648,218 kN
U 2
MI
A
N
G
S
TI
SI
T
U
E
R
T

T
E
K
N
O
I
K
L
O
G
S
I
P
M
I
L
E
D
U
A
N
S
U
MI
A
N
G
S 6). Perhitungan Berat Sendiri Abuitment
TI 7). Perhitungan Berat Sendiri Plat Injak & Wing Wall
SI 8). Perhitungan Berat Tanah.
T 9). Perhitungan Gempa.
U
E 10). Perhitungan Tekanan Tanah Aktif.
R
T a. Tekanan Tanah akibat Beban Lalu-lintas di atas Plat Injak.
b. Tekanan Tanah akibat Beban di atas Plat Injak.
T Beben di atasPlat injak diasumsikan = berat tanah tibunan dg
E tinggi/tebal = 60 cm. ( BMS, 1992 )
K c.Tekanan Tanah akibat Plat Injak.
N e.Tekanan Tanah akibat Tekanan tanah di belakang Abuitment.
O
I 11). Gaya-gaya yang bekerja pada Abuitment.
K
L a. Gaya Vertikal (V).
O b. Gaya Horizontal (H).
G
S c. Momen (M) : - Momen Guling.
I - Momen Penahan.
P 12). Perhitungan Dari data Tanah ( Kontrol Stabilitas).
M
I a. Terhadap Daya Dukung Vertikal.
L
E b. Terhadap Daya Dukung Horizontal ( Geser )
D c.Terhadap Guling.
U
A 13). Perhitungan untuk Tiang Pancang dan lain-lain.
N
S
U
MI
A
N
G
S
TI 5.3. Type Bangunan Atas pada Jembatan Beton.
SI
T Ada beberapa macam type bangunan atas dari suatu Jembatan beton Bertulang.
U
E Secara Umum dibagi menjadi 2 type yakni: Type-Pelat (Slab) dan Type–Gelagar
R
T (Girder) atau Type-Balok (Beam). Dari type-type tersebut diatas oleh Bina Marga
disusun suatu Standard Jembatann yang dikenal Sbb :
T
E 1. Jembatan Type Pelat Beton
K 2. Jembatan Type Balok – T
N 3. Jembatan Tytpe Balok-Komposit.
O
I
K
L Jembatan pelat beton adalah type jembatan yang paling sederhana,
pelaksanaanya mudah dan ekonomis serta terbatas untuk bentang-bentang yang
O pendek.
G
S
I Analisa penampang dari penentuan momen-momen maksimum dan gaya lintang
P pada penampang kritis yang diakibatkan beban roda (Wheel Road).
M
I
L
E Jembatan pelat tanpa gelagar memanjang disebut Jembatan Pelat Beton.
D Jembatan Pelat yang dipikul oleh gelagar memanjang disebut Jembatan type
U
A Balok.
N
S
U
MI
A
N
S 1. Pelat atas Dua Tumpuan :
G
TI Pelat memikul beban-beban terpusat harus mampu menahan momen maksimum yang
SI ditimbulkan oleh sistem pembebanan.
T Momen lentur tsb dianggap ditahan oleh suatu lebar pelat yang Efektip (diukur
sejajar dg ujung-ujung tumpuan).
U
E
Ada beberapa cara di dalam menghitung lebar efektip diantara nya :
R
T
1.Cara I.R.C ( Indian Road Conggress ), cara ini berdasarkan British Standard.
T
E
e = KX ( 1- X/L ) + W.
K
Dimana : e = lebar efektip pelat (dimana beban terpusat bekerja).
N
O
I L = Lebar efektip pada pelat atas dua tumpuan (dan merupakan
bentang bersih pada pelat menerus).
K
L X =Jarak puast beban terhadap tumpuan terdekat.
O W = Lebar luas konsentrasi beban, yaitu lebar bidang kontak (roda)
G
S pada arah terhadap arah bentang + 2 kali tebat lapis penutup
I di atas pelat.
P = g +2 h. ( lihat gambar pada Foto Copy halaman; 126 )
M
I K = Konstanta, bergantung pada ratio B/L
L
E dimana : B = bentang pelat,
D . K= dalam tabel, untuk B/L = 0,1 : 28 > 2
U
A
N
S
U
MI
A
N
2. Rumus Distribusi dari Engineering News Formula menurut AASHO
G
S
TI (American Association of State Highway Officials).
SI Untuk suatu beban terpuast, lebar efektip ditentukan berdasarkan rumus
T sebagai berikut :
U
E E =4 + 0,06.S.
R
T Dimana : E = lebar efektip ( feet )
S = Bentang ( feet )
T
1 m = 1/0,305 feet.
E
K
N A. Perhitungan Pelat Cara “ SiMPLIFIED ‘ ( lihat foto copy halaman 143-145 )
O
I 1. Momen akibat Beban Hidup.
K
L 2. Momen akibat Beban Tetap (pelat + Aspal).
O 3. Untuk one way reinforcement : rumus “Simplified “.
G
S
I B. Perhitungan Pelat Cara Analitis : ( lihat foto copy halaman 146 – 151 )
P
1. Momen akibat Beban Hidup.
M
I
2. Momen akibat Beban Tetap ( pelat +aspal ).
L
E
D 3. Untuk two way reinforrcement : Rumus analitis & Tabel
U
A
N
S
U
MI
A *
N
G
S
TI
SI
T
U
E
R
T

T
E
K
N
O
I
K
L 6. PERENCANAAN BOX CULVERT.
O
G
S
Apabila perencanaan suatu Jembatan dengan bentang kecil sudah tidak
I ekonomis dan tidak efisien di tinjau dari segi pelaksanaan dan type
P pondasi dalam (deep foundation) yang digunakan , maka dapat
M
I mengusahakan alternatif sbb:
L
E
D 1 .Memanfaatkan daya dukung tanah yang ada.
U
A 2 .Menaikkan daya dukung tanah yang ada.
N
S
U
MI
A
N Pada umumnya pemakai Box Culvert dapat ditetapkan pada kondisi-
G
S kondisi sbb:
TI a. Pada Sungai-Sungai dengan lebar aliran yang relatip kecil.
SI b. Untuk pengaliran air buangan dari sistim Drainase Jalan.
T c. Pengaliran air di daerah Flat Area seperti rawa-rawa,
U
E persawahan dan lain-lain.
R
T
Jumlah dari dimensi Box Culvert yang dipasang dapat ditentukan apabila
air yang akan dialirkan diketahui.
T
E Ad.1.
B B”
K
N
O
I
K
L
O Jembatan Dgn Bentang Kecil BOX CULVERT
G
S
I
P Menjadi
M
I
L
E A1 + A2 = A A”= B”
D
U
A
N
S A1 A”
A2
U
MI
Ad.2.
A
N
G
S
TI
SI D = 10 Cm
T B = 50 s/d 100 Cm
H = 2,00 s/d 3,00 m
U
E
R
T

T
E Alternatip Lain
K
N
O
I
K
L Box Culvert
O
G
S
Box Tertutup
I
P
M
I
L
E
Trucuk
D
U
A
N
S
U
MI
A 7. JEMBATAN GELAGAR BETON PRATEKAN
N
G
S a.Tempat Pencetak.
TI b. Acuan ( Unit Acuan )
SI - Bila diperlukan rongga dalam beton
T - Di pasang kaku supaya tidak terjadi penggeseran.
U
E c. Perlengkapan Pra-Tegang / Penarik Kabel.
R
T - Minimal 2 alat pengukur tekanan dengan permukaan diameter minimal = 150
mm
T -1 (satu) pembaca lendutan dan 1 (satu) pembaca pembebanan.
E d. Perakitan Kabel Pra Tegang
K - Kabel Pra tegang harus dirakit bebas korosi (karat)
N - Benda-benda asing yang melekat pada baja dihilangkan setelah Pra tegang
O
I atau sebelum penempatan dalam selongsong.
K
L - Pre – Tension =Penegangan Sebelum Pengecoran.
O - Selimut Beton, lebih besar = 2 x Ø kabel atau 3 Cm diambil yang lebih besar.
G
S - Selimut Beton harus + 1,50 Cm untuk Beton yang kontak langsung dgn
I permukaan tanahu
P - 3,00 Cm untuk elemen Beton yang dipasang dalam Air.
M
I f. Pengecoran----- Beton harus di getar dengan hati-hati, untuk menghindari
L
E pergeseran : kabel, kawat, selongsong, atau baja tulangan, jangkar dan baja
prategang.
D
Selongsong yang robek atau rusak harus di ganti.
U
A
N
S g. Perawatan Dengan Uap Air.
U
MI
#). Pra – Penegangan ( Pre- Stressing):
A
N
Penegangan Kabel Sebelum Pengecoran.
G
S
TI #). Post – Tension ( Penegangan Setelah Pengecoran).

SI Metode : PRE –TENSION ( PENEGANGAN SEBELUM PENGECORAN)


T 1. Landasan gaya Pra tegang.
U
E 2. Penempatan kabel.
R
T 3. Besar nya gaya penegangan yang dikehendaki
4. Prosedur Pra tegang.
T 5. Pemindahan gaya Pra tegang
E
K
N
O
I
K
L
O
G
S
I
P
M
I
L
E
D
U
A
N
S Gambar 2 – Perakitan Kabel Prategang – Untuk : Pre Tension
U
MI
A
N
G
S
TI METODE : POST - TENSION ( PENEGANGAN SETELAH PENGECORAN ).

SI
T 1. Persetujuan.
U
E 2. Penempatan jangkar.
R
T 3. Penempatan kabel.
4. Kekutan Beton yang diperlukan.
T 5. Besarnya gaya Pra –tegang yang diperlukan.
E 6. prosedur penarik kabel.
K - Penarik kabel dengan 2 dongkrak atau dengan 1 dongkrak.
N 7. Lubang penyuntik (grouting hole)
O
I # Jangkar harus dirakit dengan kabel dengan cara sedemikian sehingga dapat
K
L mencegah setiap pergeseran posisi, baik selama pemasangan maupun
O pengecoran.
G
S
I
P
M
I
L
E
D
U
A
N
S
U
MI
A
N
G
S
TI
SI
T
U
E
R
T

T
E
K
N
O
I
K
L
O
G
S
I
P
M
I
L
E
Gambar : - Box Girder
D
U
A
N
S
U
MI
A
N 10. JEMBATAN DINDING PENUH (PELAT GIRDER)
G
S 10.1. Bentuk Pelat Girder
TI Balok Pelat Berdinding Penuh atau Yang lebih sering disebut Pelat Girder =
SI merupakan komponen struktur lentur yang tersusun dari beberapa pelat.
T ( Pada dasarnya : pelat girder = merupakan balok yang tinggi)
U
E
Beberapa penampang melintang dari balok pelat berdinding penuh:
R
T

T
E
K
N
O
I
K
L
O
G
S
I Sambungan : Baut atau Sambungan : Las
P Paku Keling
Flens: Bj.41
M
I
L
E Web :Bj.37 Penampang : Kotak, Sambungan : Las
D Tahan : Torsi
U
A Flens: Bj.41 Lebih jelasnya dapat di lihat pada
S Balok; Hibrida.
N halaman :182 s/d 189
U
MI
A
N
G
S
TI . Jembatan laut terpanjang di dunia telah dibuat oleh Cina, sekali lagi
SI ini membuktikan bagaimana teknologi dan ekonomi merupakan titik
T terkuat ekonominya. Menurut Telegraph, Jembatan Qingdao Haiwan
U
E 26,4 mil (42,6 km) dan kota Qingdao di provinsi timur Shandong
R
T Cina dengan distrik Huangdao.
* Memiliki arsitektur yang menakjubkan, Jembatan Qingdao Haiwan
T membantu mengurangi jarak antara dua titik sejauh 30 km bagi hidup
E masyarakat yang sibuk seperti Cina, belum lagi menambah daya tarik
K wisata. Jembatan ini hampir 3 Km lebih panjang dari pemegang
N rekor sebelumnya, di Danau Pontchartrain Causeway di Louisiana.
O
I * Proyek infrastruktur utama terdiri dari empat tahun kerja dan US $
K
L 8,6 miliar uang yang dihabiskan. Uang itu masuk ke 450.000 ton
O baja, mampu menahan gempa berkekuatan 8,0. Dibangun di delta
G
S sungai Jiaozhou, struktur jembatan yang luar biasa ini seharusnya
I memegang rekor dalam waktu yang singkat, karena para pejabat sudah
P mengumumkan bahwa mereka mulai bekerja pada jembatan yang
M
I menghubungkan provinsi selatan Guangdong dengan Hong Kong dan
L
E Makau.
D Simak lah foto jembatan yang menakjubkan ini :
U
A
N
S
U
MI
A
N
G
S
TI
SI
T
U
E
R
T

T
E
K
N
O
I
K
L
O
G
S
I
P
M
I
L
E
D
U
A
N
S
U
MI
A
N
G
S
TI
SI
T
U
E
R
T

T
E
K
N
O
I
K
L
O
G
S
I
P
M
I
L
E
D
U
A
N
S
U
MI
A
N
S *
G
TI Jembatan Lalu- lintas di Atas /Jembatan Layang ( Fly Over ).
SI Apabila Jembatan tersebut melengkung/tidak lurus pembebanan yang dihitung sama
T seperti pada jembatan pada umumnya dan ada tambahan pembebanan lain akibat
U
E beban khusus adalah :sebagai berikut :
R
T 1. Gaya Sentrifugal
2. Gaya Tumbuk pada Jembatan Layang.
T
3. Gaya dan beban selama pelaksanaan
E
K Contoh- contoh Jembatan Layang dari yang sederhana s/d yang rumit.
N
O
I
K
L
O
G
S
I
P
M
I
L
E
D
U
A
N
S
U
MI
A
N
G
S
TI
SI
T
U
E
R
T

T
E Gambar: Rencana Jalan Tol Tengah Kota yg jadi wacana di Kota Surabaya (berupa Jembatan Layang)
K
N
O
I
K
L
O
G
S
I
P
M
I
L
E
D
U
A
N
S
U
MI
A
N
G
S
TI
SI
T
U
E
R
T

T
E
K
N
O
I
K
L
O
G
S
I
P
M
I
L
E
D
U
A
N
S
U
MI
A
N
G
S
TI
SI
T
U
E
R
T

T
E
K
N
O
I
K
L
O
G
S
I
P
M
I
L
E
D
U
A
N
S
U
MI
A
N
G
S
TI
SI
T
U
E
R
T

T
E
K
N
O
I
K
L
O
G
S
I
P
M
I
L
E
D
U
A
N
S
U
MI
A
N
G
S
TI
SI
T Jembatan layang di
U
E Jakarta
R
T

T
E
K
N
O
I
K
L
O
G
S
I
P
M
I
L
E
D
U
A
N
S
U
MI
A
N
G
S
TI
SI
T
U
E
R
T

T
E
K
N
O
I
K
L
O
G
S
I
P
M
I
L
E
D
U
A
N
S Jembatan Layang Tingkat : 6
U
MI
A
N
G
S
TI
SI
T
U
E
R
T

T
E
K
N
O
I
K
L
O
G
S
I
P
M
I
L
E
D
U
A Jembatan Layang Tingkat : 8
N
S Halaman: 172 s/d 181 dari Sumber : Anonim, Google
U
MI
A
N
G
S
TI
SI
T
U
E
R
T

T
E
K
N
O
I
K
L
O
G
S
I
P
M
I
L
E
D
U
A
N
S
U
MI
A
N
G
S
TI
SI
T
U
E
R
T

T
E
K
N
O
I
K
L
O
G
S
I
P
M
I
L
E
D
U
A
N
S
U
MI
A
N
G
S
TI
SI
T
U
E
R
T

T
E
K
N
O
I
K
L
O
G
S
I
P
M
I
L
E
D
U
A
N
S
U
MI
A
N
G
S
TI
SI
T
U
E
R
T

T
E
K
N
O
I
K
L
O
G
S
I
P
M
I
L
E
D
U
A
N
S
U
MI
A
N 13. JEMBATAN RANGKA BAJA.
G
S 13.1. Perkembangan Jembatan di Indonesia.
TI Prospek perkembangan pembangunan Jembatan dalam era otonomi di RI semakin baik dan meningkat.
SI Tidak sekedar alat penghubung, tetapi dapat pula menjadi ikon Daerah tsb.
T Prinsip Dasar Standarisasi Jembatan :
U
E 1. Produk Konstruksi Jembatan yang aman & berkualitas(adanya jaminan mutu konstruksi)
R
T 2. Mudah & siap dipasang di segala tempat dengan resiko yang minimal.
3. Pembagian biaya konstruksi dengan pemerintah pusat.

T Alasannya:
- Sungai di Indonesia kecil-kecil.
E
- 2 % Jembatan yang melintasi Sungai-sungai besar ( > 100 m ).
K
Jembatan di indonesia & Populasinya :
N - Terdapat 89.000 buah Jembatan (=1050 Km).
O
I - 60.000 buah Jembatan (=550 Km) di Ruas Jalan Kabupaten /Kota.
K
L - 29.000 buah Jembatan (=500 Km) di Ruas Nasional & Provinsi.
O Program Pengembangan Jembatan di Indonesia :
G
S - Dimulai Pelita I s/d VI.
I - Prioritas peningkatan pelayanan ruas jalan Nasional & Provinsi.
P - Saat ini lebih dari 29.000 buah Jembatan (=500Km) telah terbangun ±16.500 buah Jembatan (=316,2 Km)
Jembatan pada Ruas Nasional.
M
I - Didominasi oleh Jembatan Standart, terutama Jembatan Rangka Baja(Belanda, Australia, Austria, Kanada,
L
E Inggris, Spanyol, & Jembatan Lokal ).
D - Jembatan Komposit.
- Jembatan Gelagar Beton Bertulang.
U
A
N
S
U
MI
I
A 1. Bentang
N
N 2. Kondisi
G
S
S Kondisi Persentase Panjang
TI Bentang Persentase Panjang
T
SI 0 46% 230 km
I
T 0-20 78% 390 km
T 1 22% 110 km
U
E 20-30 9% 45 km
U
R
T 2 15% 75 km
T 30-60 9% 45 km
3 8% 40 km
T 60-100 2% 10 km
T > 100 2% 10 km 4 6% 30 km
E
E 5 3% 15 km
K
K Keterangan:
N
N Kondisi = 0, berarti belum ada kerusa
O
I
O Atau 100% kondisi baik,
K
L
L
O
O
S Perkembangan Jembatan Bentang Panjang di Indonesia
G
G
I 1996 Membramo (235 m) 1st generation
I
P 1997 Barito (240 m) 1st generation
I 1998 Mahakam II (270 m) 1st generation
M
M
L 1998 Batam-Tonton (350 m) 2nd generation cable-stayed
E
E (?) Bali Strait 2100 m 3rd generation or 4rd generation
D (?) Sunda Strait > 3000 m 3rd generation or 4rd generation
D
U
A
A
N
S
N
U
MI
A 3. Distribusi Jembatan Berdasarkan Tipe Bangunan Atas
N
G
S
No Jenis Panjang Jumlah
TI
SI Jembatan km % Buah %
T
1 Culvert 20.6 7 2.823 17
U
E
2 Gelagar 164.4 51 11.384 69
R
T
3 Rangka 100.5 32 1.589 10
T 4 Lain-lain 30.7 10 791 5
E 316.2 100 16.587 100
K
N
4. Distribusi Jembatan Berdasarkan Tahun Bangun
O
I
K
L
No Tahun Panjang Jumlah
O
G
S km % Buah %
I 1 <1970 50.4 16 3.388 20
P 2 1970-1980 54.9 17 3.910 24
M
I 3 1980-1990 86.1 27 4.508 27
L
E 4 1990-2000 112.7 36 4.481 27
D 5 > 2000 11.8 4 300 2
U
A 316.2 100 16.587 100
N
S
U
MI
A
N
G
S 6. Beton
5. Jenis Material
TI
SI
Material Persentas Panjang Beton Persentase
T e
U
E Concrete 36% 180 km Gelagar Pratekan 5,0 %
R
T Gelagar Beton 49,4 %
Steel 46% 230 km
Bertulang
Others 18% 90 km
T Pelat Pratekan 0,7 %
E Pelat Beton 38,4 %
K Bertulang
N Pelengkung Beton 6,4 %
O
I Lain-lain 0,1 %
K
L
O
G
S
I
P
M
I
L
E
D
U
A
N
S
U
MI
PEKEMBANGAN PEMBANGUNAN JEMBATAN
A
N
G
S A. Jembatan Standar di Indonesia
TI
SI Jenis bangunan atas jembatan di Indonesia terdiri dari :
• Box Culvert,
T • Jembatan Flat Slab,
U
E • Gelagar Beton T,
T • Gelagar Pratekan I,
R
• Rangka Baja dari beberapa sumber yaitu:
• Belanda (Warren Truss),
T • Australia,
E • Austria,
K • Canada,
• UK yang dikenal dengan Callender Hamilton,
N • Spanyol dan
O
I • dari fabrikator local selain juga jembatan Gantung dan Cable Stayed
K
L • dengan populasi yang tidak banyak.
O Bangunan jembatan yang ada didominasi oleh jembatan standar.
Itu wajar karena memang menjadi salah satu strategi dari PU dalam mengembangkan infrastruktur
G
S jalan
I sebagaimana telah diungkapkan didepan.
P
M
I
Callender - Hamilton :
L
E Callender Hamilton, United Kingdom ( 55m ).
D Dutch - Bridge :
U
A Warren Truss, Dutch ( 55m )
N
S
U
MI
A
N
G
S
TI B. Jembatan Non-Standar di Indonesia
SI
T
U
E No Nama Jembatan Provinsi
Bentang Utama Total Bentang
Tahun Bangun
R
T (m) (m)
.
1 Box Beton Menerus
T Rantau Berangin Riau 121 200 1972 – 1974
E Rajamandala Jabar 132 222 1972 – 1979
K Serayu Kesugihan Jateng 128 274 1978 – 1985
N Mojokerto Jatim 62 230 1975 – 1977
O
I Arakundo Aceh 96 210 1987 – 1990
K
L Tonton-Nipah Riau 160 420 1995- 1998
O Setoko-Rempang Riau 145 365 1994 – 1997
G
S Siti Nurbaya Sumbar 76 156 1995-2002
I Tukat Bangkung Bali 120 240 2006
P Teluk Efil Sumsel 104 208 2006
M
I 2 Gelagar Baja Menerus
L
E Ampera Sumsel 75 354 1962–1965
D Danau Bingkuang Riau 120 200 1968 – 1970
U
A
N
S
U
MI 3 Pelengkung Beton
A
N
Rempang-Galang Riau 245 385 1995-1998
G
S
Serayu Cindaga Jateng 90 90 1993-1998
TI
Besok Koboan Jatim 80 125 2000
SI
Bajulmati Jatim 60 90 2007
T
Kelok-9 Sumbar 90 945 Construction
U
E
4 Pelengkung Baja
R
T
Kahayan Kalteng 150 150 1995 – 2000

T Martadipura Kaltim 200 560 2004

E Rumbai Jaya Riau 150 780 2003

K Rumpiang Kalsel 200 754 2008

N Batang Hari I Jambi 150 804 Dec 2008

O
I Teluk Mesjid Riau 250 1500 Dec 2008
K
L Siak III Riau 120 520 Construction
O 5 Suspension /
G
S Cablestayed
I Memberamo Papua 235 1996

P Barito Kalsel 240 1997

M
I Batam-Tonton Kepri 350 1998
L
E Pasupati Jabar 106 161 1999
D Mahakam II Kaltim 270 710 2001
U
A Mahkota II Kaltim 370 1388 Construction
N
S Suramadu Jatim 434 5380 Apr 2009
U
MI
A
N
G
S
TI
SI
T
U
E
R
T

T
E
K
N
O
I
K
L
O
G
S
I
P
M
I
L
E
D
U
A
Pengaku Melintang Batang/Balok Diagonal Plate Girder
N
S
U
MI
A
N
G
S
TI
SI
T
U
E
R
T

T
E
K
N
O
I
K
L
O
G
S
I
P
M
I
L
E
D
U
A Batang/Balok Diafragma
N
S
U
MI
A
N
G
S
TI
SI
T
U
E
R
T

T
E
K
N
O
I
K
L
O
G
S
I
P
M
I
L
E
D
U
A
N
S
U
MI
A
N
G
S
TI .
SI 13.2. Type Jembatan Rangka Baja
T
U
E Jembatan rangka (truss bridges) memiliki tipe yang cukup banyak dan telah berkembang sejak
R
T lama.
- Jembatan rangka biasanya terbuat dari bahan baja yang dibuat dengan menyambung beberapa
T batang dengan las atau baut yang membentuk pola-pola segitiga sehingga pada batang hanya
akan timbul gaya batang tekan atau tarik.
E
- Ada beberapa tipe jembatan rangka (truss bridges) yang dapat digunakan diantaranya sebagai
K berikut dan dapat dilihat pada Gambar dibawah.
N
O
I 1. Tipe Pratt truss
K
L 2. Tipe Parker Pratt truss
O 3. Tipe Baltimore Pratt truss
4. Tipe Pennsylvania-petit Pratt truss
G
S 5. Tipe Warren truss
I 6. Tipe subdivided Warren truss
P 7. Tipe Howe truss
8. Tipe Witchert truss
M
I 9. Tipe cantilever through top truss
L
E 10. Tipe cantilever through top and bottom truss
D
U
A
N
S
U
MI
A
N
G
S
TI
SI
T
U
E
R
T

T
E
K
N
O
I
K
L
O
G
S
I
P
M
I
L
E
D
U
A
N
S
U
MI
A
N
G
S
TI
SI
T
Gambar: 1 b Gelagar Pembagi Empat (Dari Bahan:Gelagar Balok beton/Baja)
U
E
R
T

T
E
K
N
O
I
K
L
O
G
S
I
P
M
I
L
E
D
U
A
N
S
U
MI
A
N Gambar : 2 a Gelagar Jajar
G
S
TI
SI
T
U
E
R
T

T
E
K
N Gambar : 2b . Gelagar Trapisium
O
I
K
L
O
G
S
I
P
M
I
L
E
D
U
A
N
S
U
MI
A
N
G
S
TI Gambar: 2c . Gelagar Parbola
SI
T
U
E
R
T

T
E
K
N
O
I
K
L Gambar: 2d. Gelagar Setengah Parabola
O
G
S
I
P
M
I
L
E
D
U
A
N
S
U
MI
A
N
Gambar : 2e . Gelagar Trapisium
G
S
TI
SI
T
U
E
R
T

T
E
K
N
O
I
K
L Gambar: 2f . Gelagar Parbola
O
G
S
I
P
M
I
L
E
D
U
A
N
S
U
MI
A
N
G
S
TI
SI
T
U
E
R
T

T
E
K
N
O
I
K
L
O
G
S
I
P
M
I
L
E
D
U
A
N
S Batang Diagonal Penambatan Melintang ( Cross Bracing )
U
MI
A
N
G
S
TI
SI
T
U
E
R
T

T
E
K
N
O
I
K
L
O
G
S
I
P
M
I
L
E
D
U
A
N
S
U
MI
A
N
G
S
TI
SI
T
U
E
R
T

T
E
K
N
O
I
K
L
O
G
S
I
P
M
I
L
E
D
U
A
N
S
U
MI
A
N
G
S
TI
SI
T
U
E
R
T

T
E
K
N
O
I
K
L
O
G
S
I
P
M
I
L
E
D
U
A
N
S
U
MI
A
N
G
S
TI
SI
T
U
E
R
T

T
E
K
N
O
I
K
L
O
G
S
I
P
M
I
L
E
D
U
A Penambatan Melintang ( Cross Bracing )
N
S
U
MI
A
N
G
S
TI
SI
T
U
E
R
T

T
E
K
N
O
I
K
L
O
G
S
I
P
M
I
L
E
D
U
A
N
S Penambatan Melintang ( Cross Bracing )
U
MI
A
N
G
S
TI
SI
T
U
E
R
T

T
E
K
N
O
I
K
L
O
G
S
I
P
M
I
L
E
D
Ikatan Angin Bawah (Bottom Lateral) Tidak Ada
U
A
N
S
U
MI
A
N
G
S
TI
SI
T
U
E
R
T

T
E
K
N
O
I
K
L
O
G
S
I
P
M
I
L
E
D
U
A
N
S
U
MI
A
N
G
S
TI
SI
T
U
E
R
T

T
E
K
N
O
I
K
L
O
G
S
I
P
M
I
L
E
D
U
A
N
S
U
MI
A
N
G
S
TI
SI
T
U
E
R
T

T
E
K
N
O
I
K
L
O
G
S
I
P
M
I
L
E
D
U
A
N
S
U
MI
A
N
G
S
TI
SI
T
U
E
R
T

T
E
K
N
O
I
K
L
O
G
S
I
P
M
I
L
E
D
U
A
N
S
U
MI
A
N
G
S
TI
SI
T
U
E
R
T

T
E
K
N
O
I
K
L
O
G
S
I
P
M
I
L
E
D
U
A
N
S
U
MI
A
N Top Lateral (Ikatan Angin Atas)
G
S
TI Balok Melintang
SI
T
U
E
R
T Penambatan Melintang ( Cross
T
E
K
N
O
I
K
L
O
G
S
I
P
M
I
L
E
D
U
A
N
S
U
MI
A
N
G
S
TI
SI
T
U
E
R
T

T
E
K
N
O
I
K
L
O
G
S
I
P
M
I
L
E
D
U
A
Ikatan Angin Bawah ( Bottom Lateral )
N
S
U
MI
A
N
G
S Gambar; 2g Gelagar Setengah Parabola
TI
SI
T
U
E
R
T

T
E
K
N Gambar: 2h Gelagar Belah Ketupat
O
I
K
L
O
G
S
I
P
M
I
L
E
D
U
A
N
S
U
MI
A
N
G
S Gambar: 2 I , Gelagar Berbentuk Ikan
TI
SI
T
U
E
R
T

T
E
K
N
O
I Gambar: 3 a.Jembatan Lengkung Yang Di Perteguh Atau Jembatan Langerse
K
L
O
G
S
I
P
M
I
L
E
D
U
A
N
S
U
MI
A
N Gambar: 3 b. Jembatan Busur Berlantai Kendaraan Rendah
G
S
TI
SI
T
U
E
R
T

T
E
K Gambar: 3 c. Jembatan Busur Berlantai Kendaran Terbenam
N
O
I
K
L
O
G
S
I
P
M
I
L
E
D
U
A
N
S
U
MI
A
N
G
S Gambar: 3 d.Jembatan Busur Berlantai Kendaraan Tinggi
TI
SI
T
U
E
R
T

T
E
K Gambar: 4 a.Jembatan Gantung
N
O
I
K
L
O
G
S
I
P
M
I
L
E
D
U
A
N
S
U
MI
A
N
G
S
TI
SI
T
U
E
R
T

T
E
K
N
O
I
K
L
O
G
S
I
P
M
I
L
E
D
U
A
N
S
U

Anda mungkin juga menyukai