Anda di halaman 1dari 35

Pemetaan Situasi Rencana Trase Saluran III - 1

1. IKHTISAR PEKERJAAN

1.1 Umum
Pengukuran rencana trase saluran ada 2 (dua) pendekatan yaitu sistem
kontur dan sistem Intersection Point (IP), untuk efisiensi pekerjaan luas
Irigasi di bawah 10.000 ha gunakan sistem kontur sedangkan untuk luas
Irigasi di atas 10.000 ha gunakan Sistem IP yang maksudnya adalah
untuk memberikan kepastian perencanan saluran utama dan sekunder
termasuk bangunan yang harus ada disaluran tersebut, demikian juga
dengan pengukuran rencana saluran tersier.
Dalam hal ini diperlukan data-data situasi sepanjang trase tersebut
dengan lebar kiri-kanan trase yang sudah ditentukan dan data-data
potongan memanjang/melintang sehingga diperlukan koordinat (x,y) dan
tinggi (z) yang memenuhi syarat dengan ketelitian yang telah disetujui
dalam ketentuan teknis.
Pelaksana pekerjaan harus mempekerjakan personil yang telah mendapat
latihan dalam bidangnya serta cukup berpengalaman dalam berbagai
pekerjaan yang diberikan sehingga dipelukan sertifikasi keahlian termasuk
manajer poyek yang mempunyai keahlian manager proyek dipekerjakan
selama masa kontrak berlangsung.
Pelaksana pekerjaan harus dapat memberikan hasil yang berkualitas
sesuai dengan ketentuan teknis, pekerjaan akan diperiksa sewaktu-waktu
untuk menjamin terpenuhinya ketentuan teknis yang telah ditetapkan, bila
ternyata ketentuan tidak terpenuhi menurut penilaian pihak pemilik
pekerjaan maka pelaksana pekerjaan harus menanggung risiko
pengulangan pengukuran.

Persyaratan teknis – Pemetaan Topografi


Pemetaan Situasi Rencana Trase Saluran III - 2

1.2 Ruang Lingkup Pekerjaan


Garis besar pengukuran rencana trase saluran terdiri dari :
ƒ Pemasangan Benchmark.
ƒ Pengukuran Poligon .
ƒ Pengukuran Azimut Matahari
ƒ Pengukuran Sipat Datar .
ƒ Pengukuran RencanaTrase Saluran.
ƒ Pengukuran Potongan Memanjang.
ƒ Pengukuran Potongan Melintang .
ƒ Pencatatan, Reduksi, Pemrosesan Data.
ƒ Penggambaran

1.3 Basis Survei


Peta yang dibutuhkan untuk menetapkan daerah pengukuran rencana
trase saluran adalah peta situasi teristris skala 1 : 5.000 atau peta ortofoto
digital skala 1 : 5.000 atau peta garis skala 1 : 5.000.
Referensi yang digunakan sebagai titik ikat pengukuran trase saluran
adalah minimal 2 (buah) benchmark yang sudah dipasang pada saat
pengukuran situasi skala 1 : 5.000 dan minimal 1 (satu) buah koordinat
(x,y) titik tetap Bakosurtanal orde 0 atau orde 1 sedangkan pengukuran
tinggi (z) menggunakan titik tetap Bakosurtanal.

2. HASIL DAN DATA YANG HARUS DISERAHKAN KEPADA


PIHAK PEMILIK PEKERJAAN
1) Tiga kopi (cetakan) dan satu set negatif dan gambar-gambar dan
dalam bentuk VCD atau DVD berikut :
ƒ Peta situasi rencana trase saluran yang dilengkapi dengan garis-garis
tinggi skala 1 : 2.000.

Persyaratan teknis – Pemetaan Topografi


Pemetaan Situasi Rencana Trase Saluran III - 3

ƒ Gambar potongan melintang skala 1 : 200 ke arah horizontal dan


vertikal.
ƒ Gambar potongan memanjang rencana trase saluran skala 1 : 2.000
ke arah horizontal dan 1 : 200 ke arah vertikal.
2) Semua eksemplar asli dan satu set fotokopi semua hasil pekerjaan
pengukuran, perhitungan diberi indeks, di jilid dan dilengkapi dengan
keterangan/referensi dalam bentuk VCD atau DVD.
3) Daftar koordinat dari patok beton yang di buat, lengkap dengan data-
data titik ikat Bakosurtanal.
4) Gambaran letak titik-titik Benchmark secara lengkap termasuk elevasi,
koordinat-koordinat dan 5 (lima) foto dari 4 (empat) penjuru angin
dan 1 (satu) dari atas.
5) Tiga salinan laporan akhir yang meliputi penelitian lapangan, proses
serta hasilnya, laporan tersebut harus merinci metode sebenarnya
yang digunakan, ketelitian sebenarnya yang diperoleh dan kesulitan-
kesulitan yang dijumpai serta pemecahannya pada seluruh tahap
pekerjaan, laporan itu meliputi diagram-diagram jaring poligon dan
sifat-sifat dasar serta penjelasan mengenai semua titik-titik tetap dan
titik-titik koordinat, laporan tersebut tidak boleh semata-mata
mengulangi isi ketentuan teknis tetapi harus benar-benar berdasarkan
hasil pelaksanaan pekerjaan.

3. TITIK KONTROL TANAH


Titik kontrol tanah dalam bentuk tugu sebagai benchmark untuk
menyimpan data koordinat (x,y) dan tinggi (z) yang digunakan untuk
kepentingan pembangunan irigasi dan kontrol pemetaan, ketentuannya
mengikuti dibawah ini :

Persyaratan teknis – Pemetaan Topografi


Pemetaan Situasi Rencana Trase Saluran III - 4

3.1 Ketentuan Umum Pemasangan Benchmark


1) Seluruh pengukuran koordinat (x,y) dan tinggi (z) harus diikatkan
pada titik tetap orde 0 atau orde 1 Bakosurtanal dan Benchmark skala
1 : 5.000.
2) Kerapatan setiap satu titik benchmark setiap jarak 2,5 km di sepanjang
jalur as trase saluran, ketepatan dari titik tersebut harus memenuhi
ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan.
3) Benchmark dalam bentuk tugu harus mencakup sepanjang rencana
trase saluran yang akan dipetakan dan sebagai kontrol perimeter,
sebagai catatan jumlah keseluruhan dari titik-titik tetap tersebut dapat
melebihi jumlah yang telah dihitung dari daerah nominal yang akan
dipetakan, pemasangan benchmark di pasang lebih dulu sebelum
pekerjaan lapangan dimulai.
4) Bila trase saluran memotong sungai atau lembah yang lebar maka
akan dipasang benchmark-benchmark sementara di kedua sisi sungai
atau lembah, jauhnya paling tidak 25,0 meter dari tepi dan bila trase
saluran memotong sungai atau lembah yang lebih kecil maka hanya
satu benchmark sementara saja yang akan dipasang dengan sebuah
penanda azimut didekatnya jika tidak ada penanda azimut atau
benchmark lain yang langsung kelihatan.

3.2 Pemasangan Benchmark


1) Benchmark yang harus dipasang ada 2 macam yaitu benchmark besar
dan kecil, bagian yang muncul diatas tanah setinggi 20 cm, benchmark
besar dan kecil di pasang dengan jarak antara 100-150 m, harus
kelihatan satu sama lainnya karena akan digunakan untuk pengikatan
azimut matahari, konstruksi penanda azimut akan dibuat pada titik
pertama di sepanjang jalur rencana trase saluran, jenis konstruksi
untuk penanda azimut terserah pada pelaksana pekerjaan tetapi

Persyaratan teknis – Pemetaan Topografi


Pemetaan Situasi Rencana Trase Saluran III - 5

sebelumnya harus diperlihatkan untuk kemudian disetujui oleh pihak


pemilik pekerjaan.
2) Bilamana mungkin benchmark tersebut harus ditempatkan sesuai
dengan kriteria berikut :
ƒ Benchmark ditempatkan pada tanah keras (hindarkan pemasangan
didaerah rawa atau sawah).
ƒ Benchmark dan tanda lapangan dipasang paling sedikit 10 meter dari
pinggir jalan dan di daerah yang tidak akan terkena perubahan.
ƒ Benchmark ini akan ditempatkan di sekitar jalur saluran irigasi dan
pembuang yang sudah ada atau yang baru diusulkan.
3) Semua harus dijelaskan selengkap mungkin pada saat pemasangan
antara lain mencakup :
ƒ Sketsa ukuran (penampang melintang) benchmark yang dibuat.
ƒ Lima foto untuk setiap benchmark yang sudah jadi di lengkapi dengan
pelat nomor dan baut kuningannya, empat buah foto dari empat mata
angin satu buah foto dari atas lengkap dengan daerah sekitarnya.
ƒ Sketsa lokasi lengkap dengan jarak-jarak titik detail yang ada di sekitar
benchmark dan lokasi penanda azimut (azimut mark).
ƒ Sketsa gambaran umum lokasi, lengkap dengan deskripsi pendekatan
ke sekitar titik tetap.
4) Penanda azimut dapat dideskripsikan dalam formulir yang sama
dengan benchmark atau dalam formulir lain, menurut keinginan
pelaksana pekerjaan.
5) Koordinat-koordinat titik akan ditambahkan pada deskripsi apabila
perhitungannya sudah tuntas.
6) Titik-titik koordinat selain benchmark atau penanda azimut dibuat dari
patok kayu yang kuat, ukuran panjang sekurang-kurangnya 50 cm
dengan penampang melintang 5 x 5 cm, dipasang sedemikian rupa
sehingga patok-patok tersebut dapat bertahan selama pengukuran

Persyaratan teknis – Pemetaan Topografi


Pemetaan Situasi Rencana Trase Saluran III - 6

(sekurang-kurangnya 6 bulan), tanah yang lebih lunak membutuhkan


patok-patok yang lebih panjang, patok-patok tersebut harus muncul ±
10 cm dari permukaan tanah dan pada ujungnya diberi paku agar titik
yang tepat mudah ditemukan, letak titik itu harus diperlihatkan
dengan patok lain atau pohon yang mudah dilihat yang jaraknya tidak
lebih dari 3,0 meter, nomor titik ditulis pada patok yang dicat merah.

4. METODA PENGUKURAN RENCANA TRASE SALURAN SISTEM


KONTUR
Pengamatan dan pengukuran koordinat (x,y) dan tinggi (z) di lapangan
untuk memperoleh data lapangan (darat) dalam membuat peta situasi
rencana trase saluran skala 1 : 2.000 dan Skala 1 : 5.000, alat ukur yang
digunakan Total Station (x,y) dan level automatic atau automatic digital
(z), seluruh benchmark harus diukur koordinat (x,y) maupun tinggi (z).
Ketentuan pengukuran dengan menggunakan alat Total Station dan level
automatic atau level automatic digital sebagai berkut :

4.1. Pengamatan GPS


1) Alat ukur yang digunakan minimal 3 (tiga) buah GPS Geodetic model
digital yang mempunyai ketelitian 5 mm + 1ppm(H) dan 10 mm + 2
ppm(V)
2) Pengamatan receiver GPS Geodetic dilakukan dengan cara Double
Difference berdasarkan data fase dengan metoda Static atau Rapid
static (static singkat) dengan alat Receiver GPS single frekuensi (L1)
atau dual frekuensi (L1 + L2)
3) Kententuan pengamatan harus mengikuti ketentuan berikut :
ƒ Satelit yang diamati minimum 4 (empat) buah dalam kondisi tersebar
ƒ Besaran GDOP (geometrical dilution of precisition) lebih kecil dari 8
ƒ Pengamatan dilakukan siang hari atau malam hari

Persyaratan teknis – Pemetaan Topografi


Pemetaan Situasi Rencana Trase Saluran III - 7

ƒ Level aktifitas atmosfer dan ionosfer relative sedang


ƒ Lama pengamatan berdasarkan panjang baseline

Panjang Metoda Lama Lama Pengamatan(L1+L2)


Baseline Pengam Pengamat
(km) atan an(L1)
0–5 Statis 30 menit 15 menit
singkat
5 – 10 Statik 60 menit 30 menit
singkat
10 – 30 Statik 90 menit 60 menit

4) Pengamatan GPS dengan data fase digunakan dalam model penentuan


posisi relatif untuk menentukan komponen baseline antara dua titik,
memastikan bahwa semua receiver melakukan pengamatan terhadap
satelit-satelit yang sama secara bersamaan, mengumpulkan data
dengan kecepatan dan epoh yang sama.
5) Setiap receiver GPS harus dapat menyimpan data selama mungkin dari
minimum 4 (empat) buah satelit dengan kecepatan minimum 4
(empat) epoh dalam 1 (satu) menit masing-masing 15 (lima belas)
detik.
6) Tidak diizinkan untuk menggunakan merek dan jenis receiver GPS
yang berbeda dalam satu session.
7) Terdapat minimal 1 (satu) titik sekutu yang menghubungkan 2 (dua)
session.
8) Tidak diizinkan untuk mengamati satelit dengan elevasi dibawah 15
derajat.
9) Setelah session pengamatan seluruh data harus di download dan di
simpan dalam sebuah CD dan dibuatkan cadangannya.

Persyaratan teknis – Pemetaan Topografi


Pemetaan Situasi Rencana Trase Saluran III - 8

4.1.1. Reduksi Baseline


1) Geometri dari jaringan harus memenuhi spesifikasi ketelitian dan
persyaratan strenght of figure yaitu :
a. Statistik reduksi baseline
Untuk setiap jaring orde 3 standar deviation (s) hasil hitungan dari
komponen baseline toposentrik (dN,dE,dH) yang dihasilkan oleh
software reduksi baseline harus memenuhi hubungan berikut :
σN ≤ σM
σE ≤ σM
σH ≤ 2σM
dimana σM = [102 + (10d)2]1/21.96 mm dan d = panjang baseline
b. Baseline yang diamati 2(dua) kali
- Baseline yang lebih pendek dari 4 (empat) km
Komponen lintang dan bujur dari kedua baseline tidak boleh berbeda
lebih besar dari 0.03 m sedangkan komponen tinggi tidak boleh
berbeda lebih dari 0.06 m.
- Baseline yang lebih panjang dari 4(empat) km
Komponen lintang dan bujur dari kedua baseline tidak boleh berbeda
lebih besar dari 0.05 m sedangkan komponen tinggi tidak boleh
berbeda lebih dari 0,10 m
2) Seluruh reduksi baseline harus dilakukan dengan menggunakan
software processing GPS yang telah dikenal dibuat oleh agen software
atau badan peneliti ilmiah yang bereputasi baik
3) Koordinat pendekatan dari titik referensi yang digunakan dalam
reduksi baseline tidak boleh lebih dari 10 m dari nilai sebenarnya.
4) Proses reduksi baseline harus mampu menghitung besarnya koreksi
troposfer untuk semua data pengamatan.
5) Proses reduksi baseline harus mampu menghitung besarnya koreksi
ionosfer untuk semua data pengamatan. Data dual frekuensi harus

Persyaratan teknis – Pemetaan Topografi


Pemetaan Situasi Rencana Trase Saluran III - 9

digunakan untuk mengeliminasi pengaruh ionosfer jika ambiguiti fase


single tidak dapat dipecahkan.

4.1.2. Perataan Jaring


1) Perataan jaring bebas dan terikat dari seluruh jaring harus dilakukan
dengan menggunakan software perataan kuadrat terkecil yang telah
dikenal dibuat oleh agen software atau badan peneliti ilmiah
bereputasi baik.
2) Informasi di bawah ini harus dihasilkan dari setiap perataan
- Hasil dari test Chi-Square atau Variance Ratio pada residual setelah
perataan (test ini harus dapat melalui confidence 99 % yang berarti
bahwa data-data tersebut konsisten terhadap model matematika yang
digunakan).
- Daftar koordinat hasil perataan.
- Daftar baseline hasil perataan termasuk koreksi dari komponen-
komponen hasil pengamatan.
- Analisis statistik mengenai residual komponen baseline termasuk jika
ditemukan koreksi yang besar pada confidence level yang digunakan.
- Ellip kesalahan titik untuk setiap stasiun/titik.

4.1.3 Analisa
1) Integritas pengamatan jaring harus dinilai berdasarkan :
- Analisis dari baseline yang diamati 2 (dua) kali (penilaian
keseragaman)
- Analisis terhadap perataan kuadrat terkecil jaring bebas (untuk menilai
konsistensi data)
- Analisis perataan kuadrat terkecil untuk jaring terikat berorde lebih
tinggi (untuk menilai konsistensi terhadap titik kontrol)

Persyaratan teknis – Pemetaan Topografi


Pemetaan Situasi Rencana Trase Saluran III - 10

2) Akurasi komponen horizontal jaring akan dinilai terutama dari analisis


ellip kesalahan garis 2D yang dihasilkan oleh perataan jaring bebas
3) Koordinat benchmark dari hasil pengamatan GPS disajikan dalam
system proyeksi UTM dan ellipsoid WRG 84.
4) Tinggi benchmark hasil ukuran GPS dikoreksi terhadap besaran
undulasi (N) atau dikoreksi terhadap titik MSL yang ada disekitar
lokasi.

4.2 Pengukuran Poligon


1) Alat ukur yang digunakan adalah Theodolit Total Station yang
mempunyai ketelitian 5” dengan kemampuan memory minimal 15.000
titik.
2) Basis poligon meliputi daerah pemetaan yang merupakan jaring-jaring
terbuka dan diikatkan ke titik tetap orde 0 atau orde 1 Bakosurtanal
dan benchmark skala 1 : 5.000, kaki-kaki poligon harus sepanjang
mungkin dan sistem statip tetap (fixed tripod) seperti yang diuraikan
di bawah ini dipakai untuk mendapatkan ketelitian yang diisyaratkan.
3) Apabila mungkin titik-titik yang ada akan digunakan sebagai azimut
awal dan azimut akhir, titik-titik tetap yang digunakan harus saling
berhubungan dengan titik tetap yang lainnya.
4) Untuk kontrol orientasi harus dilakukan pengamatan azimut matahari,
jika titk-titik tetap yang sudah tidak ada dan/atau pada interval 25 titik
di sepanjang masing-masing poligon.
5) Statip harus ditempatkan pada tanah yang stabil untuk memperoleh
hasil pengamatan sudut horizontal dan jarak yang teliti, poligon yang
melalui daerah sawah harus di ikuti secara hati-hati untuk menghindari
lokasi-lokasi sulit di daerah genangan sawah atau pada pematang-
pematang yang tidak stabil.

Persyaratan teknis – Pemetaan Topografi


Pemetaan Situasi Rencana Trase Saluran III - 11

6) Semua theodolit harus dalam keadaan baik dan setelannya akan


diperiksa terus selama pengamatan berlangsung, kolimasi akan
diperiksa apabila melebihi 1’ (satu menit), pelaksana pekerjaan harus
menyiapkan semua catatan yang berkenaan dengan pemeriksaan dan
penyesuaian peralatan yang dilakukan.
7) Theodolit harus mampu mengukur sampai 1” (satu detik ) dan
dilengkapi dengan komponen yang diperlukan.
8) Untuk menghindari kesalahan-kesalahan yang tidak perlu pada saat
melakukan sentering maka perlu digunakan 4 buah statip dan 4 buah
kiap (tribrach). Selama pengamatan berlangsung statip dan kiap
tersebut harus tetap berada disatu titik, hanya target dan teodolit saja
yang berpindah/berubah.
9) Di titik-titik dimana pekerjaan hari itu berakhir dan pekerjaan hari
berikutnya mulai sentering harus dilakukan dengan hati-hati, hal yang
sama berlaku juga pada waktu dilakukan pengamatan ulang ditempat
yang sama.
10) Kedudukan nivo kotak dan pengunting optic harus sering diperiksa
dengan bantuan unting-unting gantung dan penyesuaian-penyesuaian
dilakukan bilamana perlu.
11) Sebelum pengamatan dilakukan theodolit harus disetel sebaik-baiknya,
pengukuran sudut horizontal dan jarak dilakukan minimum 1 (satu)
kali pengamatan dengan jumlah urutan pembacaan sebagai berikut :
ƒ Bidik kiri (FL) untuk bacaan target belakang.
ƒ Bidik kiri (FL) untuk bacaan target ke depan.
ƒ Bidik kanan (FR) untuk bacaan target ke depan.
ƒ Bidik kanan (FR) untuk bacaan target ke belakang
12) Ketelitian pengukuran poligon :

Persyaratan teknis – Pemetaan Topografi


Pemetaan Situasi Rencana Trase Saluran III - 12

ƒ Semua hasil pengamatan di reduksi di lapangan jika perbedaan antara


keempat harga sudut yang diperoleh (2FL, 2FR) melebihi 5”, maka
harus dilakukan pengukuran ulang.
ƒ Toleransi untuk kesalahan penutup pada azimut matahari harus 10”
√n dimana n adalah jumlah sudut, jika kesalahan penutupnya masih
berada dalam toleransi maka sudut itu akan disesuaikan dengan
azimut matahari dan jika toleransi tersebut dilampaui, maka azimut
dan/atau sudut-sudut tersebut harus diulang.
ƒ Kesalahan penutup linear poligon utama tidak boleh lebih besar dari 1
: 10.000 dari panjang totalnya, poligon akan dijaga agar tetap pendek
untuk menjamin bahwa kesalahan penutup pada jaring-jaring atau
bagian tidak lebih dari satu meter.

4.3 Pengukuran Azimut Matahari


1) Untuk menentukan arah rencana trase saluran dilakukan Azimut
matahari yang diamati pagi dan sore hari, masing-masing sedikitnya 3
(tiga) kali pengamatan, dalam satu seri tidak boleh lebih dari 30”.
2) Pengamatan dilakukan sebagai berikut :
ƒ Bidik kiri (target).
ƒ Bidik kiri (matahari).
ƒ Bidik kanan (matahari).
ƒ Bidik kanan (target)
Seri ini merupakan satu kali pengamatan.
3) Pembacaan sudut horizontal pada pengamatan azimut matahari harus
diberikan koreksi akibat tidak mendatarnya kedudukan alat, koreksi ini
sangat penting dan dapat dihitung dari hasil bacaan kedudukan
gelembung nivo tabung tersebut atau apabila alat theodolit di lengkapi
dengan kompensator otomatis, dari pembacaan lingkaran vertikal pada
sudut kanan pada masing-masing sisi garis bidik.

Persyaratan teknis – Pemetaan Topografi


Pemetaan Situasi Rencana Trase Saluran III - 13

4) Metode yang dipakai untuk menentukan azimut tergantung keinginan


pelaksana pekerjaan, walaupun demikian hal-hal berikut harus
diperhatikan bila akan digunakan azimut dengan metode ketinggian
matahari.
ƒ Pengamatan matahari dilakukan apabila tinggi matahari lebih besar
dari 200 karena apabila dilakukan pengamatan pada waktu tinggi
matahari dibawah 200 refraksi (pembiasan) menjadi terlalu besar dan
tidak menentu, jika mungkin usahakan ketinggian matahari di bawah
400.
ƒ Pembacaan temperatur dan tekanan udara akan dilakukan untuk
keperluan koreksi refraksi.
ƒ Perlengkapan-perlengkapan tambahan yang diperlukan terdiri dari jam
tangan yang ketepatannya dicocokkan satu menit sebelum tanda
waktu resmi berbunyi, prisma Reoloff, tabel deklimasi matahari dan
tabel refraksi.
5) Jika untuk pengukuran azimut digunakan metode sudut waktu maka
bisa dilakukan pengamatan pada saat tinggi matahari di bawah 20°,
tetapi waktu pengamatan harus jauh lebih teliti.

4.4 Pengukuran Sipat Datar


1) Pengukuran sipat datar digunakan dengan alat ukur level automatic
atau level automatic digital.
2) Sistem patok benchmark sudah terpasang sebelum dilakukan
pengukuran sipat datar, pemindahan elevasi ke benchmark yang
dibuat sesudah selesainya penyipatan datar tidak akan diterima.
3) Pengukuran digunakan alat rambu ukur metrik dan tatakan rambu
yang terbuat dari metal, untuk jaring sipat datar utama digunakan alat
sipat datar digital atau non digital

Persyaratan teknis – Pemetaan Topografi


Pemetaan Situasi Rencana Trase Saluran III - 14

4) Setiap alat harus dicek kolimasinya (kesalahan garis bidik) setiap hari
dengan menggunakan 2 patok-uji (peg test), mid-base atau cara-cara
sejenis sampai dengan jarak 100 m, dalam metode mid-base dicari
perbedaan tinggi antara dua titik, di mana hasil ukuran disaat alat
ditempatkan di tengah harus dibandingkan dengan hasil ukuran di saat
alat ditempatkan di dekat salah satu titik. Penyesuaian harus dilakukan
apabila kesalahan kolimasinya labih dari 0,05 mm/m. Nivo kotak dan
kompensator otomatis juga harus selalu dicek secara teratur.
Pelaksana pekerjaan harus membuat catatan lengkap mengenai
seluruh hasil pengecekan dan penyesuaian yang telah dilakukan.
5) Rambu ukur ditempatkan pada tatakan dari metal pada setiap
pengukuran (kecuali pada benchmark atau benchmark sementara).
Juru ukur harus menginstruksikan kepada pemegang rambu, agar
rambu ukur selalu tepat vertikal dengan menggunakan stafflevel atau
carpenters level (penempatannya harus juga dicek).
6) Metode stan ganda (double-stand) pada pengukuran sifat datar tidak
boleh digunakan, jarak bidikan tidak diperkenankan lebih dari 50 m.
Bidikan ke belakang kira-kira sama dengan bidikan ke muka, untuk
menghindari kesalahan kolimasi. Tidak dibenarkan melakukan
pembidikan silang (intermediate sight).
7) Pembacaan rambu tidak boleh dilakukan melebihi 20 cm dari batas
bawah rambu dan juga 20 cm dari batas bagian atas rambu.
8) Untuk membantu pelaksanaan pengukuran titik-titik rincik ketinggian
dianjurkan agar titik tinggi sementara dipasang pada waktu
pengukuran sipat datar utama antara lain : gorong-gorong, tangga
rumah, lantai pengeringan padi, dan lain sebagainya. Titik-titik
tersebut ditandai serta dicatat secara lengkap.
9) Juru ukur harus memasukkan data-data mengenai tinggi dan
rendahnya hasil ukuran pada setiap formulir yang sudah ditentukan,

Persyaratan teknis – Pemetaan Topografi


Pemetaan Situasi Rencana Trase Saluran III - 15

bacaan belakang, bacaan muka, beda tinggi ∆h (+ dan -) harus


dijumlahkan. Perbedaan antara hasil bacaan belakang, dan muka
harus sama dengan hasil beda tinggi (∆h), hanya merupakan
pengecekan aritmatik dapat menghindarkan kesalahan yang tidak
terlihat karena data yang tidak benar.
10) Pengecekan harus dilakukan pada setiap halaman dan setiap bagian
pengukuran sipat datar, secara sistematis setiap hari, serta harus
ditandatangani oleh juru ukur yang bersangkutan.
11) Ketelitian sipat datar sebagai berkut :
Jalur utama yang pada umumnya merupakan jaring terbuka yang
terikat dengan titik referensi harus diukur dua kali yaitu pergi dan
pulang, perbedaan antara kedua harga untuk masing-masing seksi
harus kurang dari 10√k mm, dimana k adalah jarak dalam km antar
benchmark tersebut.

4.5 Pengukuran Situasi Rencana Trase Saluran


1) Menentukan elevasi tanah untuk situasi trase saluran akan dilakukan
dengan metode potongan melintang sedangkan detail-detail yang ada
di antara potongan-potongan melintang akan ditentukan dengan
pengukuran rincikan agar variasi dalam relief dapat digambarkan
dengan tepat pada waktu dilakukan penggambaran kontur.
2) Semua jarak diukur langsung di lapangan dengan menggunakan alat
total station.
3) Jarak antara potongan melintang yang akan diambil tegak lurus
terhadap as saluran adalah sekitar 50,0 meter untuk saluran lurus dan
25,0 meter untuk potongan saluran melengkung, atau menurut
petunjuk pemilik pekerjaan.
4) Letak potongan-potongan melintang akan ditetapkan dengan
menggunakan patok-patok kayu seperti dijelaskan di atas, poligon

Persyaratan teknis – Pemetaan Topografi


Pemetaan Situasi Rencana Trase Saluran III - 16

(garis kerangka peta situasi trase saluran) yang terbentuk oleh patok-
patok itu, akan sedekat mungkin mengikuti trase saluran yang
ditunjukkan yang ditandai pada peta skala 1 : 5.000.
5) Poligon harus tertutup terhadap titik terdekat yang sudah ditetapkan
(benchmark atau penanda azimut) guna mencek ketelitian.
6) Potongan melintang yang akan diukur akan membentang sedikit-
dikitnya 75.0 meter di kedua sisi as saluran atau mengikuti petunjuk
dari pemilik pekerjaan.
7) Semua jalan air berapapun ukurannya (saluran, pembuang, parit-parit
di sawah) akan diamati termasuk lebar dasar, elevasi dan arah aliran .
8) Semua tampakan seperti rumah-rumah, fasilitas, jalan, jembatan,
gorong-gorong, pagar, patok beton dan vegetasi (jenis dan
kerapatannya) akan dicatat.
9) Bahan-bahan khusus yang dijumpai di permukaan tanah, seperti
batuan, rawa-rawa, tanah longsor dan sebagainya harus dicatat.
10) Ketinggian-ketinggian potongan melintang akan dicatat dalam
software total station.

4.5.1 Pengukuran Situasi Lokasi Khusus


Pengukuran situasi lokasi khusus maksudnya adalah lokasi trase saluran
yang memotong sungai atau lembah dengan ketentuan sebagai berikut :
1) Lokasi khusus sebagaimana ditunjukkan pada peta skala 1 : 5.000 di
mana trase saluran memotong sungai atau lembah yang lebar, alur
saluran akan diukur dengan potongan melintang dari jarak 500 meter
ke hulu sampai 500 meter ke hilir dari titik potong, potongan
melintang ini akan dibuat 10,0 meter jauhnya.
2) Bila trase saluran memotong sungai atau lembah yang kecil maka alur
saluran akan diukur dengan potongan melintang dari jarak 100 meter

Persyaratan teknis – Pemetaan Topografi


Pemetaan Situasi Rencana Trase Saluran III - 17

ke hulu sampai 100 meter ke hilir dari titik potong, potongan


melintang ini akan dibuat 10,0 meter jauhnya.
3) Detail-detail berikut akan ditentukan dan dicatat :
ƒ Elevasi maksimum banjir.
ƒ Tinggi normal permukaan air dan tanggal pencatatan.
ƒ Sifat-sifat bahan tanah di dasar dan pinggir sungai atau lembah
ƒ Tumbuhan atau tanaman yang punya nilai tinggi
4) Ketinggian-ketinggian di dalam potongan melintang akan dicatat
dalam software total station.
5) Ketelitian titik-titik tinggi potongan melintang akan ditentukan
sebagaimana diuraikan bawah.

4.5.2 Pengukuran Titik Rincik (Detail) Antara Potongan


Melintang
1) Titik-titik tinggi di antara potongan-potongan melintang akan dicatat
sebagai berikut:
ƒ Posisi tinggi diukur dengan cara tacheometri.
ƒ Posisi titik dan jarak langsung terukur dengan software alat total
station dan dicatat dengan penjelasan singkat mengenai posisi titik
rincik, misalnya sawah, kampung, tanggul jalan (bagian atas atau
bawah), dasar sungai.
ƒ Jarak ke titik-titik rincik tidak boleh lebih dari 100 m.
ƒ Cara tacheometri hanya dapat dipakai untuk penentuan tinggi titik
rincik di daerah curam dan hanya atas persetujuan pemilik pekerjaan.
ƒ Daerah landai titik-titik tinggi akan diambil dengan beda tinggi
maksimum 0,25 meter atau pada setiap 20 meter di lapangan mana
saja yang lebih segera dapat dicapai.
ƒ Daerah yang tidak teratur misalnya di daerah berbukit-bukit,
perbatasan kampung, lembah dan semacamnya, titik-titik tinggi

Persyaratan teknis – Pemetaan Topografi


Pemetaan Situasi Rencana Trase Saluran III - 18

dengan jarak yang lebih pendek agar bisa diperoleh gambar yang lebih
jelas dengan situasi lengkap di daerah ini.
2) Pada umumnya titik-titik tinggi akan diberikan di semua lokasi di mana
kemiringan bisa berubah dan di tempat-tempat di mana bisa terjadi
perubahan ketinggian secara mendadak.
3) Pada daerah sawah titik rincik ketinggian harus ada pada setiap sawah
tersebut yang kira-kira jaraknya lebih dari 50 x 50 m, untuk daerah
pengukuran yang tidak luas selang/jarak antara tiap titik kira-kira 75
m, untuk daerah sawah yang kering rambu ukur harus ditempatkan
tepat ditengah, untuk daerah sawah basah rambu ukur boleh
ditempatkan di tepi sawah tersebut (tidak di pematang), rambu ukur
tidak boleh ditenggelamkan pada tanah sawah tersebut tetapi
diletakkan setinggi permukaan tanah sawah dan harus dilakukan
dengan hati-hati.
4) Lokasi dari titik rincik tersebut harus diletakkan pada perbatasan
antara kampung dan sawah, satu titik pada sawah yang lainnya di
kampung, apabila jalan melewati sawah maka titik rincik tersebut
harus ditempatkan satu titik pada jalan dan titik lainnya pada kedua
sisi sawah.
5) Rincik ketinggian akan diambil sepanjang dasar dari lembah-lembah
baik yang memiliki anak sungai maupun yang tidak dan pada
punggung bukit serta pada titik-titik bukit yang teratas.
6) Pelaksana pekerjaan harus memeriksa apakah rincik ketinggian di
lapangan sudah diamati secara memadai sesuai dengan perubahan-
perubahan elevasi antara rincik ketinggian dan detail yang
diperlihatkan dalam peta.

Persyaratan teknis – Pemetaan Topografi


Pemetaan Situasi Rencana Trase Saluran III - 19

4.5.3 Ketelitian Pengukuran Titik Rincik


1) Seluruh perhitungan rincik ketinggian harus diselesaikan dan diperiksa
ketelitiannya sebelum meninggalkan lapangan.
2) Ketinggian relatif tinggi titik rincik harus memenuhi ketelitian ± 5 cm.
3) Harga tinggi titik rincik dihitung sampai dengan sentimeter terdekat,
posisi titik-titik tersebut ditandai dengan koma (titik) desimal dari
harga ketinggiannya atau koma yang terpisah dengan menggunakan
tanda panah apabila detailnya menjadi kabur karena nomor-nomor
lokasi sebelumnya.
4) Semua titik rincik diberi nomor yang jelas sehingga pemeriksaan yang
dilakukan lewat lembar-lembar pengamatan pada tahap berikutnya
akan lebih mudah.

4.6 Pencatatan, Reduksi, Pemrosesan Hasil Pengamatan di


Lapangan
Pencatatan, reduksi, pemrosesan hasil pengamatan di lapangan harus
mengikuti ketentuan di bawah ini :

4.6.1 Pencatatan
1) Seluruh proses perhitungan koordinat (x,y) dalam proyeksi UTM, tinggi
(z) terhadap permukaan air laut rata-rata, azimut matahari, dan
perhitungan titik detail menggunakan software distributor alat merk
apa saja yang berlaku di Indonesia.
2) Pelaksana pekerjaan harus menyerahkan laporan hasil hitungan
dengan menggunakan software dari distributor alat alat merk apa saja
dalam bentuk softcopy VCD atau DVD.
3) Penjelasan-penjelasan yang dibutuhkan dimasukkan ke lembar
pengamatan sementara pekerjaan berlangsung, hal ini menyangkut
nama pengamat, tanggal, nomor titik, nomor alat juga penjelasan-

Persyaratan teknis – Pemetaan Topografi


Pemetaan Situasi Rencana Trase Saluran III - 20

penjelasan lainnya seperti ketinggian alat, temperatur dan tekanan


udara, seluruh lembar data harus disertai tanggal dan tanda tangan
pengamat dan orang yang telah melakukan pemeriksaan.
4) Seluruh laporan pengamatan yang dilakukan di lapangan diserahkan
kepada pihak pemilik pekerjaan, termasuk juga bagian-bagian yang
telah diulang, yang disebut terakhir ini harus ditandai dengan jelas
sehingga bisa saling dicocokkan.

4.6.2 Reduksi
1) Koordinat (x,y) perlu di reduksi dan dirata-ratakan pada setiap titik dan
diperiksa apakah memenuhi toleransi yang sudah ditetapkan, reduksi
koordinat (x,y) termasuk juga koreksi kesalahan titik nol alat, dan
koreksi faktor skala dimana dianggap perlu.
2) Pengamatan di lapangan perlu di reduksi setiap harinya lalu
ditandatangani, disertai tanggal pemeriksaan oleh pelaksana
pekerjaan, hasil pengamatan harus disimpan dengan rapi dan diberi
nomor referensi agar mudah di cari bilamana diperlukan dikemudian
hari, bila sudah diarsipkan, hasil-hasil pengamatan itu tidak boleh
dibawa ke lapangan lagi.

4.6.3 Pemrosesan Data


1) Penghitungan harus dilakukan di lapangan untuk memeriksa apakah
pengamatan telah sesuai dengan standar ketelitian.
2) Untuk kontrol planimeter ini meliputi :
ƒ Pengecekan hasil penghitungan koordinat.
ƒ Pengecekan penutup koordinat tertutup.
ƒ Pengecekan azimut antara titik-titik triangulasi dan hasil pengamatan.
ƒ Penyesuaian kesalahan koordinat.
ƒ Penghitungan dari Δx dan Δy untuk mencek hasil planimetrik.

Persyaratan teknis – Pemetaan Topografi


Pemetaan Situasi Rencana Trase Saluran III - 21

3) Untuk kontrol ketinggian kegiatan pemrosesan ini meliputi :


ƒ Pemeriksaan hasil hitungan dari ∑ Bacaan belakang, ∑ Bacaan muka,
∑ Perbedaan tinggi (∆h).
ƒ Perhitungan ∆h untuk seksi-seksi antara titik-titik tetap (benchmark) .
ƒ Perhitungan dari tiap loop/kring.
ƒ Perataan dari loop dengan metode Dell (atau metode lainnya), agar
memperoleh ketinggian yang tepat untuk dipakai pada perhitungan
rincik ketinggian nantinya.
4) Perhitungan blok-blok pengukuran lapangan harus disesuaikan dengan
batas-batas trianggulasi udara, hal ini dimaksudkan untuk menghindari
kelambatan pada tahapan selanjutnya.
5) Apabila hasil pekerjaan lapangan telah disetujui oleh pengawas, hasil
pengamatan serta hasil hitungannya segera dikirim ke kantor
pelaksana pekerjaan untuk dilakukan perhitungan akhir.
6) Penyesuaian planimetri harus dihitung mencakup seluruh titik-titik
trianggulasi yang ada di lapangan.
7) Penyesuaian titik-titik poligon harus sesuai dengan jarak, hal ini berarti
bahwa koreksi dalam koordinat simpangan timur (easting) sama
dengan:
salah-penutup dalam simpangan timur
--------------------------------------------------- x jarak akumulasi
jumlah jarak poligon seluruhnya
Hal yang sama berlaku untuk simpangan utara.
8) Seluruh hasil penghitungan, pengamatan dan informasi seperti yang
didaftar dibawah ini harus diserahkan kepada pihak pemilik pekerjaan
dalam bentuk VCD atau DVD untuk mendapatkan persetujuan
sementara.
ƒ Urutan cara perhitungan loop atau jalur koordinat antara benchmark.

Persyaratan teknis – Pemetaan Topografi


Pemetaan Situasi Rencana Trase Saluran III - 22

ƒ Kesalahan penutup sudut pada setiap bagian/seksi, azimut kontrol


atau azimut yang diperoleh dari loop yang berdekatan, bersama-sama
dengan jumlah titik dalam setiap seksi.
ƒ Kesalahan penutup linier ∆x, ∆y dari setiap loop atau jalur koordinat
antara titik-titik simpul dan kesalahan penutup fraksi yang dipilih
dengan jumlah titik.
ƒ Detail-detail hasil pengamatan yang ditolak, diragukan, tidak dipakai
lagi.

5. PENGGAMBARAN PETA RENCANA TRASE SALURAN SKALA


1 : 2.000
Penggambaran dilakukan dengan Autocad ukuran A-1 type apa saja yang
dikeluarkan dari distributor tunggal yang berlaku di Indonesia, mengikuti
ketentuan dibawah ini :

5.1 Peta Situasl Rencana Trase Saluran


1) Secara umum kemiringan untuk situasi trase saluran akan ditunjukkan
dengan interpolasi kontur 0,5 meter.
2) Untuk mencegah terlalu padat garis kontur pada detail peta situasi
trase yang mengakibatkan kekurangjelasan dan agar bentuk
permukaan tanah tetap tergambarkan dengan memadai, tabel berikut
ini dapat digunakan sebagai dasar penentuan interval garis kontur :

Kemiringan Interval
0-2% 0.5 m
2-5% 1.0 m
5 – 20 % 2.0 m
Lebih curam dari 20 % 10.0 m

Persyaratan teknis – Pemetaan Topografi


Pemetaan Situasi Rencana Trase Saluran III - 23

3) Indeks kontur harus ada pada interval 10 m pada semua hal kecuali di
mana keseluruhan pemetaan harus digambarkan dengan kontur 0,5
dan 1,0 m maka indeks kontur harus ada pada interval 5 m.
4) Kriteria yang diberikan hanya merupakan panduan saja, tujuannya
adalah untuk menjaga kesamaan garis kontur pada seluruh lembar
peta (kecuali di daerah yang sangat curam/terjal), walaupun demikian
perubahan interval dalam lembar peta akan diizinkan dalam hal
adanya perubahan kecuraman menyeluruh dalam suatu daerah tetapi
tidak dalam hal perubahan kemiringan setempat.
5) Semua garis kontur harus benar sesuai dengan ketentuan dalam
penarikan interval kontur, dan sekurang-kurangnya 85% dari semua
kontur harus mempunyai harga yang sesuai dengan harga ½
(setengah) interval kontur apabila dicek berdasarkan hasil pengukuran
lapangan dengan alat ukur sipat datar yang diikatkan dari kontrol titik
tetap (benchmark) yang terdekat, semua kontur tersebut harus masuk
toleransi dengan pergeseran dalam perubahan posisi vertikalnya yang
telah diplot tidak lebih dari 0,5 milimeter atau 1/10 jarak mendatar
antara kontur tersebut dan dimana saja di dalam skala peta yang
dianggap lebih besar dapat diterima.
6) Apabila ada 2 (dua) kontur atau lebih yang berdekatan dan hampir
berimpit (misalnya batas kampung, tanggul, jalan, kelokan saluran)
kontur digambarkan dengan garis putus-putus .
7) Detail mengenai metode kontur yang digunakan harus jelas
dicantumkan pada semua lembar peta, termasuk informasi mengenai
datum (duga) titik tinggi dan sumber informasi yang dipakai.
8) Titik rincik harus digambar selambat-lambatnya sebelum
penggambaran halus garis kontur dan sebelum dilakukan interpolasi
garis kontur atau editing.

Persyaratan teknis – Pemetaan Topografi


Pemetaan Situasi Rencana Trase Saluran III - 24

9) Titik rincik harus ditulis dengan menggunakan ukuran 1,5 mm, letak
titik rincik harus diindikasikan sampai dengan fraksi desimal, jika
bentuk detail terganggu oleh harga titik rincik maka angkanya dapat
ditulis di sebelahnya.
10) Semua garis kontur digambar dengan menggunakan ukuran 0,1 mm
kecuali untuk indeks kontur digunakan ukuran 0,3 mm, harga-harga
garis kontur dituliskan hanya pada indeks kontur setiap lima garis
kontur.
11) Harga-harga garis kontur dituliskan dengan arah dari puncak ke
lereng, secara kasar untuk pengarahan, diperlihatkan sebagai berikut :
Benar Benar salah
29 32 28
30 31 29
indek kontur 31 30 30
0.5m kontur
1m kontur 32 29 31
Benar Benar salah

12) Garis kontur harus berhenti pada jalan-jalan raya dan sungai-sungai
besar, dalam hal ini garis kontur tidak boleh digambarkan memotong
sungai tetapi harus berhenti pada salah satu tebing sungai dan
selanjutnya bersambung pada tebing sungai yang di seberang lainnya.

5.2 Penulisan Nama, Benchmark, Grid


1) Nama-nama sungai, kampung, gunung dsb, ditulis pada peta dengan
ukuran huruf tersebut adalah sbb :
ƒ Kampung dengan ukuran 0,3 mm.
ƒ Sungai ukuran huruf seimbang dengan lebar sungai, aliran sungai
harus digambarkan dengan tanda panah.
ƒ Nama ditulis dengan huruf besar tiap awal tulisan, contoh : Tanah
Merah, bukan TANAH MERAH.

Persyaratan teknis – Pemetaan Topografi


Pemetaan Situasi Rencana Trase Saluran III - 25

2) Benchmark ditulis dengan cara di atas ukurannya 2 mm, dapat dilihat


bentuknya sbb:

N o m o r p ila r (B M ) TR 24 2m m

4 2 .7 6 2m m
T in g g i p ila r (B M ) 3m m

Posisi benchmark harus dicek pada deskripsi lapangan dari titik


tersebut untuk memastikan bahwa pengeplotan yang dilakukan sesuai
dengan detail sekelilingnya, titik-titik tetap yang ada juga diplot
dengan cara yang sama tetapi simbolnya berbentuk segitiga.
3) Garis silang (grid) panjang 10 x 10 mm, dan pada sisi peta garis
silangnya sepanjang 5 mm dan koordinat-koordinat garis silang ditulis
di dalam atau di luar batas lembar peta bergantung dari keinginan
pemilik pekerjaan, koordinat-koordinat tersebut ditulis dengan selang
250 m sepanjang keempat sisi dari peta, angka harus ditulis dengan
tinggi tulisan 2,5 mm.
3) Kertas yang akan dipakai adalah transparan stabil atau yang sejenis,
peta-peta dilengkapi dengan keterangan (legenda) situasi menurut
standar yang berlaku berkenaan dengan ukuran garis, arsiran dan
simbol yang diserahkan kepada pihak pemilik pekerjaan.

5.3 Peta Situasi Lokasi Khusus


ƒ Dimensi peta, blok judul dan tebal garis akan sesuai dengan standar
yang sudah diberikan oleh pemilik pekerjaan.
ƒ Simbol-simbol standar situasi, titik duga (datum) yang dipakai untuk
kontrol horizontal dan vertikal serta data-data teknis yang lain akan
diperlihatkan pada lembar peta.
ƒ Pada tiap lembar set peta akan menunjukkan peta petunjuk lembar.
ƒ Pada gambar-gambar tersebut aliran saluran akan diarahkan dari kiri
ke kanan.

Persyaratan teknis – Pemetaan Topografi


Pemetaan Situasi Rencana Trase Saluran III - 26

ƒ Garis hubung untuk lembar di sebelahnya dari masing-masing peta


adalah berupa garis koordinat, tanpa pertampalan (overlap).
ƒ Semua titik-titik poligon akan diplot dengan koordinat sebelum
memplot penunjuk ketinggian.
ƒ Semua benchmark akan ditunjukkan dalam semua gambar yang
bersangkutan dengan perencanaan, deskripsi dan elevasi.
ƒ Garis-garis kontur situasi akan digambar dengan Autocad ukuran A-1.
ƒ Peta-peta itu akan memperlihatkan semua tampakan (feature) buatan
yang biasanya ditunjukkan pada peta-peta situasi, tampakan-
tampakan ini termasuk (tetapi tidak perlu dibatasi sampai pada) hal-
hal berikut :
9 batas-batas dan jenis pengolahan tanah, padang rumput, hutan, hutan
belantara dan rawa- rawa.
9 jalan-jalan, saluran, parit-parit sawah dan bangunan-bangunan yang
ada.
9 batas-batas desa, kelompok rumah, termasuk elevasi tanah desa.
9 elevasi banjir besar.
9 batu singkapan, daerah-daerah berpasir atau berbatu-batu.
9 interval kontur akan diatur seperti telah diuraikan di atas.
ƒ Peta situasi saluran akan selalu digambar terpisah dari peta situasi
umum dengan skala 1 : 2.000.
ƒ Peta peta lokasi khusus akan dibuat dengan aliran saluran dari kiri ke
kanan, skala peta akan dibuat 1 : 100, 1 : 200 atau 1 : 500 agar
seluruh daerah yang diukur bisa diliput dalam satu lembar peta.
Interval kontur adalah 0,25 m untuk skala 1 : 100 dan 1 : 200, dan
0,50/0,25 meter untuk skala 1 : 500.

Persyaratan teknis – Pemetaan Topografi


Pemetaan Situasi Rencana Trase Saluran III - 27

5.4 Peta Potongan Melintang


Pada gambar-gambar tersebut menunjukkan potongan-potongan
melintang sebagai berikut :
ƒ nomor masing-masing potongan melintang.
ƒ semua titik-titik tinggi potongan melintang yang berhasil diamati di
lapangan serta jarak antara titik-titik itu.
ƒ sebuah garis vertikal yang menunjukkan titik potong as dan potongan
melintang saluran, jika dalam satu gambar dijumpai beberapa as
sekaligus dalam potongan melintang, maka as-as itu akan digambar ke
arah vertikal, satu di atas yang lain.
ƒ potongan-potongan melintang akan digambar menghadap ke arah
aliran hilir.
ƒ potongan-potongan melintang akan digambar dengan skala 1 : 200
atau 1 : 100 ke arah horizontal dan vertikal.

5.5 Peta Potongan Memanjang


1) Peta situasi saluran dan potongan memanjang bentang saluran yang
sama yang mengalir dari kiri ke kanan akan di gambar pada lembar
yang sama.
2) Panjang potongan memanjang adalah panjang total trase saluran
sebagaimana ditetapkan di lapangan.
3) Bila potongan memanjang dan dengan demikian juga peta situasi
saluran harus digambar pada beberapa lembar kertas maka jarak
akumulasi (chainage) akan diteruskan pada setiap lembar berikutnya,
jarak akumulasi dalam kilometer dengan dua desimal, dimulai dari
pengambilan di dekat bendung untuk saluran primer atau di bangunan
sadap dari saluran primer untuk saluran sekunder.
4) Pada gambar itu, yang memperlihatkan potongan memanjang saluran,
hal-hal berikut akan ditunjukkan :

Persyaratan teknis – Pemetaan Topografi


Pemetaan Situasi Rencana Trase Saluran III - 28

ƒ nomor-nomor potongan melintang.


ƒ jarak antara potongan-potongan melintang dan jarak akumulasi
bentang saluran.
ƒ elevasi tanah pada titik potong trase saluran dan potongan melintang.
ƒ skala untuk potongan-potongan memanjang adalah 1 : 2.000 ke arah
horizontal dan 1 : 200 ke arah vertikal, atau 1 : 100 ke arah vertikal,
menurut pengarahan dari pihak pemilik pekerjaan.

6. METODA PENGUKURAN RENCANA TRASE SALURAN SISTEM IP


Metoda pengukuran trase saluran sistem IP menunjukkan trase saluran
tersebut sudah ada kepastian arah trase saluran sehingga ada kepastian
dimana lokasi benchmark harus dipasang, sedangkan pengukuran poligon,
sipat datar, azimut matahari, potongan memanjang, potongan melintang,
dan penggambaran sama dengan ketentuan metoda pengukuran trase
sistem kontur.

6.1 Pemasangan Benchmark dan Patok Kayu


1) Sepanjang jalur trase akan dipasang 3 (tiga) macam benchmark yaitu
benchmark A, B dan C dimana benchmark tersebut diberi warna untuk
membedakan satu dan lainnya Benchmark A diberi warna merah, B
warna putih dan C warna kuning.
2) Benchmark A dipasang pada ujung awal, ujung akhir, dan tiap jarak
2,5 km dari trase saluran.
3) Benchmark C dipasang pada ujung awal, ujung akhir, dan tiap jarak 5
km dari trase saluran.
4) Benchmark A dan C digunakan untuk pengamatan azimut matahari,
benchmark C sebagai target azimut sisi poligon, jarak antara
benchmark A dan C sekitar 100 m-150 m dan trase C harus terlihat
dari benchmark A.

Persyaratan teknis – Pemetaan Topografi


Pemetaan Situasi Rencana Trase Saluran III - 29

5) Benchmark B juga dipasang pada lokasi titik potong (IP) final.


6) Benchmark B dipasang pada (sekitar) lokasi bangunan dan benchmark
C sebagai penanda azimutnya.
7) Benchmark A dan C dipasang ± 50 m dari sumbu trase saluran kecuali
benchmark B untuk IP.
8) Lokasi benchmark pada trase harus dicantumkan juga pada peta 1 :
5.000.
9) Tiap benchmark harus dibuat sketsa lokasinya dan difoto dalam 5
(lima) posisi yaitu 4 (empat) posisi mata angin dan 1 (satu) dari atas.
10) Agar mudah di kenal dari jauh, maka patok-patok kayu yang dipasang
sepanjang trase saluran diberi warna sebagai berikut :
ƒ Merah untuk patok-patok profil tiap jarak 50 m dan patok-patok pada
lengkungan.
ƒ Putih untuk patok-patok poligon sementara.
ƒ Kuning untuk patok-patok sipat datar sementara
Ukuran kayu 5 cm x 5 cm x 40 cm, ditanam sedalam 30 cm dan 10 cm
muncul di atas permukaan tanah.

6.2 Penyelusuran Trase Saluran


1) Penelusuran dan pemasangan patok IP (sementara) dilakukan oleh
tenaga-tenaga perencanaan dan pengukuran.
2) Penelusuran dan pemasangan patok IP (sementara) berdasarkan tata
letak pendahuluan saluran di atas peta skala 1 : 5.000.
3) Lokasi IP (sementara) dilapangan dinyatakan dengan patok kayu
berwarna putih.
4) Lokasi IP (final) dilapangan dinyatakan dengan pilar beton
(benchmark) tipe B warna putih.
5) Pelaksana pekerjaan harus melakukan pengukuran tambahan
seandainya ada instruksi dari Perencana.

Persyaratan teknis – Pemetaan Topografi


Pemetaan Situasi Rencana Trase Saluran III - 30

(UNTUK PEKERJAAN PENGUKURAN POLIGON, SIPAT DATAR, AZIMUT


MATAHARI KETENTUANNYA SAMA SEPERTI DI ATAS)

6.3 Pengukuran Potongan Memanjang dan Melintang


1) Pengukuran penampang melintang dilakukan tiap interval jarak 50
meter (untuk jarak trase lurus).
2) Untuk trase yang berbelok dilakukan tiap interval lebih kecil dari
ketentuan tersebut di atas dengan memperhatikan busur
kelengkungannya yaitu tiap 25 meter.
3) Bila trase saluran melintas (memotong) sungai besar, lembah besar,
maka harus dibuat penampang melintang dan memanjang
sungai/lembah tersebut dengan ketentuan :
ƒ Penampang melintang dibuat 200 m ke udik dan 200 m ke hilir dari
pertemuan tersebut.
ƒ Penampang melintang tiap 50 m untuk bagian yang lurus dan 25 m
untuk bagian yang berbelok-belok dengan lebar 75 m ke kiri dan 75 m
ke kanan dari tepi saluran.
ƒ Penampang memanjang skala jarak 1 : 2.000 dan skala tinggi1 : 200
ƒ Penampang melintang, skala jarak 1 : 200 dan skala tinggi1 : 200
4) Bila trase saluran memotong sungai/lembah kecil, maka harus dibuat :
ƒ Penampang melintang 100 m ke udik dan 100 m ke hilir.
ƒ Penampang melintang dibuat tiap 25 meter untuk bagian yang lurus
dan untuk belokan harus ditambah pada belokannya.
ƒ Skala seperti di atas.
5) Setiap perubahan elevasi tanah harus diambil sebagai titik detail untuk
penampang melintang/memanjang.
ƒ Pengukuran penampang melintang saluran adalah tegak lurus trase
dengan lebar 75 m ke kiri dan 75 m ke kanan (sudut profil melintang
harus diukur).

Persyaratan teknis – Pemetaan Topografi


Pemetaan Situasi Rencana Trase Saluran III - 31

ƒ Jarak-jarak penampang melintang diambil secara optis dengan


membaca ketiga benang pada alat ukur, yaitu benang atas, benang
tengah dan benang bawah atau dengan pita ukur baja sampai
pembacaan dalam sentimeter.
ƒ Sketsa dari pengukuran harus dibuat dengan rapih dan jelas, untuk
memudahkan penggambaran.

(KETENTUAN PENGGAMBARAN SAMA SEPERTI DIATAS)

7. METODA PENGUKURAN RENCANA TRASE SALURAN TERSIER


Pengukran trase tersier dilaksanakan setelah tata letak jaringan tersier
telah disetujui oleh pemilik pekerjaan sehingga trase saluran tersier sudah
ada kepastian arah dan jarak, tidak diperlukan pemasangan benchmark
baru tetapi menggunakan benchmark yang ada sepanjang jaringan utama
dan sekunder.
7.1 Pengukuran Poligon
ƒ Sudut horizontal pada setiap titik poligon harus di ukur dengan alat
yang mempunyai ketelitian di atas 1’.
ƒ Jarak antar patok kayu adalah 50 m dan harus diukur sekurang-
kurangnya dua kali dengan pita ukur, metode spring station tidak
diperbolehkan.
ƒ Setiap boks kuarter atau tersier harus merupakan titik poligon.
ƒ Pengamatan matahari untuk kontrol azimut harus dilakukan setiap 50
titik poligon.
ƒ Untuk pembacaan sudut akan dipakai metode pembacaan satu seri.
ƒ Pengukuran poligon mulai dari bangunan yang sudah ada atau yang
baru direncana dan mengikuti arah aliran air.
ƒ Pengukuran poligon mulai dan berakhir pada titik kontrol, dan harus
diplot untuk menggambarkan trase saluran.

Persyaratan teknis – Pemetaan Topografi


Pemetaan Situasi Rencana Trase Saluran III - 32

ƒ Ketelitian sudut adalah 2,5√N, dimana N = jumlah sudut. Ketelitian


linier adalah 1/1.000.
ƒ Jika ternyata gambarnya berbeda dari tata letak akhir (definitive) yang
telah di buat sebelumnya, maka harus dilakukan pengukuran ulang.

7.2 Pengukuran Sipat Datar


ƒ Bila trase saluran yang akan diukur adalah trase baru maka elevasi
bagian atas patok kayu dan elevasi tanah harus langsung di ukur sipat
datar.
ƒ Elevasi bagian atas setiap patok (5 cm) harus diukur sekurang-
kurangnya dua kali dengan pengukuran sipat datar.
ƒ Sipat datar harus di ukur dua kali dengan arah yang berlawanan.
ƒ Kesalahan penutup dalam penyipatan datar yang telah disebutkan di
atas harus kurang dari kesalahan yang diizinkan dan diperkirakan,
kesalahan yang diizinkan (mm) = 10 mm √D dimana D = jarak total
penyipatan datar ( km).
ƒ Jika trase saluran yang baru bertepatan dengan trase saluran yang
sudah ada maka elevasi patok, dasar saluran dan tinggi tanggul kanan
dan kiri harus diukur.
ƒ Jika trase saluran yang baru bertepatan dengan tanggul sawah, maka
permukaan tanah yang harus diukur adalah yang lebih tinggi.
ƒ Penyipatan datar harus mulai dan berakhir pada titik kontrol.

7.3 Pengukuran Potongan Melintang dan Memanjang


ƒ Alat yang dipakai untuk pekerjaan ini adalah automatic level .
ƒ Pengukuran potongan melintang harus dilakukan di setiap titik dengan
lebar minimum 7,5 meter untuk masing-masing sisi as saluran.
ƒ Lebar pengukuran harus ditambah di tempat-tempat tertentu jika hal
ini dikehendaki oleh pemilik pekerjaan.

Persyaratan teknis – Pemetaan Topografi


Pemetaan Situasi Rencana Trase Saluran III - 33

ƒ Untuk pengukuran ini, dapat dipakai metode stadia (stadia surveying


method) atau menggunakan pita ukur.
ƒ Pada lokasi bangunan harus dilakukan pengukuran potongan
melintang.
ƒ Potongan melintang harus dibuat setiap jarak 50 m dan untuk daerah
berkelok-kelok setiap jarak 25 m.
ƒ Sketsa relief lapangan harus dicatat dalam buku ukur pada waktu
melakukan pengukuran potongan melintang.

7.4 Pengukuran Rencana Trase Saluran Tersier


ƒ Lebar trase saluran yang diukur minimum 7,5 m dengan skala 1 :
2.000 dan interval garis-garis kontur 0,5 m.
ƒ Trase harus sejauh mungkin mengikuti tanggul sawah.
ƒ Sketsa kondisi lapangan harus dicatat dalam buku ukur pada waktu
dilakukan pengukuran topografi.
ƒ Untuk menghindari kekeliruan trase saluran, gambar-gambar
pengukuran situasi harus cocok dengan tata letak akhir.
ƒ Tanggul, jalan dan sebagainya harus di ukur jika di lewati oleh trase
saluran.

7.5 Perhitungan dan Penggambaran


Perhitungan dilaksanakan sebagai dasar penggambaran di samping untuk
memeriksa ketelitian pengamatan dengan ketentuan sebagai berikut :

7.5.1 Perhitungan
ƒ Koordinat masing-masing titik potongan harus di ukur dengan system
proyeksi seperti peta dasar skala 1 : 2.000, perhitungan dilakukan
dengan metode Bowdich.
ƒ Kontrol horizontal akan mencakup :

Persyaratan teknis – Pemetaan Topografi


Pemetaan Situasi Rencana Trase Saluran III - 34

9 Sudut rata-rata dan jarak rata-rata aritmatik metode stadia dan pita
ukur.
9 Cek penutup sudut untuk jaring-jaring tertutup (closed loop).
9 Cek azimut antara titik ikat atau azimut matahari.
9 Perataan kesalahan penutup.
9 Perhitungan ∆x, ∆y untuk mencek penutup planimetris.
ƒ Kontrol tinggi akan mencakup :
9 Cek perhitungan untuk ∑ bidikan ke belakang, ∑ bidikan ke muka, ∑
∆h.
9 Perhitungan ∆h untuk seksi-seksi antara dua benchmark.
9 Perhitungan jaring-jaring (loop).
ƒ Seluruh titik poligon harus di hitung dengan proyeksi yang sama
dengan skala 1 : 2.000.
ƒ Konsultan boleh menggunakan system yang umum di pakai di daerah
setempat dengan seizin pemilik pekerjaan.
ƒ Koordinat-koordinat sistem proyeksi tidak boleh memakai metode
grafis.
ƒ Jarak dan tinggi tempat akan dihitung dengan metoda trigonometris
dan tacheometri.

7.5.2 Penggambaran
ƒ Konsep peta dan gambar harus di buat pada kertas millimeter yang
berkualitas baik.
ƒ Titik poligon di gambar dengan titik poligon koordinat bukan dengan
metode grafik kecuali untuk titik tinggi.
ƒ Jalur poligon dan kontrol vertikal harus di gambar pada peta.
ƒ Titik tinggi harus di plot pada peta hingga sentimeter.
ƒ Lembar indeks peta di gambar berdasarkan grid peta.
ƒ Pertampalan (overlap) peta adalah 5 cm.

Persyaratan teknis – Pemetaan Topografi


Pemetaan Situasi Rencana Trase Saluran III - 35

ƒ Garis-garis kontur diplot dengan menginterpolasikan permukaan tanah


asli sawah bukan dari tanggul sawah.
ƒ Keterangan peta (legenda) harus sesuai dengan yang digunakan
dalam Buku Petunjuk Perencanaan Peta Tersier dari Direktorat Irigasi.

7.5.3 Penggambaran Situasi Rencana Trase Saluran Tersier


ƒ Peta situasi trase saluran tersier harus disetujui oleh pemilik
pekerjaan.
ƒ Peta topografi trase harus digambarkan pada kertas transparan stabil.
ƒ Jika mungkin peta tersier tercakup dalam satu lembar peta jika tidak
mungkin boleh beberapa lembar peta dengan pertampalan 5 cm.
ƒ Peta-peta dan gambar-gambar berikut dengan skalanya harus
diserahkan kepada pemilik pekerjaan
9 Peta topografi daerah irigasi dengan ketentuan sebagai berikut :
o daerah datar skala 1 : 2.000 dan interval garis kontur 0,25 m.
o daerah berbukit-bukit skala 1 : 200 dan interval garis kontur 0,50
m.
9 Peta topografi trase saluran dengan skala 1 : 2.000.
9 Gambar-gambar potongan memanjang dengan skala horizontal dan
vertikal 1 : 2.000.

Persyaratan teknis – Pemetaan Topografi

Anda mungkin juga menyukai