1. IKHTISAR PEKERJAAN
1.1 Umum
Pengukuran rencana trase saluran ada 2 (dua) pendekatan yaitu sistem
kontur dan sistem Intersection Point (IP), untuk efisiensi pekerjaan luas
Irigasi di bawah 10.000 ha gunakan sistem kontur sedangkan untuk luas
Irigasi di atas 10.000 ha gunakan Sistem IP yang maksudnya adalah
untuk memberikan kepastian perencanan saluran utama dan sekunder
termasuk bangunan yang harus ada disaluran tersebut, demikian juga
dengan pengukuran rencana saluran tersier.
Dalam hal ini diperlukan data-data situasi sepanjang trase tersebut
dengan lebar kiri-kanan trase yang sudah ditentukan dan data-data
potongan memanjang/melintang sehingga diperlukan koordinat (x,y) dan
tinggi (z) yang memenuhi syarat dengan ketelitian yang telah disetujui
dalam ketentuan teknis.
Pelaksana pekerjaan harus mempekerjakan personil yang telah mendapat
latihan dalam bidangnya serta cukup berpengalaman dalam berbagai
pekerjaan yang diberikan sehingga dipelukan sertifikasi keahlian termasuk
manajer poyek yang mempunyai keahlian manager proyek dipekerjakan
selama masa kontrak berlangsung.
Pelaksana pekerjaan harus dapat memberikan hasil yang berkualitas
sesuai dengan ketentuan teknis, pekerjaan akan diperiksa sewaktu-waktu
untuk menjamin terpenuhinya ketentuan teknis yang telah ditetapkan, bila
ternyata ketentuan tidak terpenuhi menurut penilaian pihak pemilik
pekerjaan maka pelaksana pekerjaan harus menanggung risiko
pengulangan pengukuran.
4.1.3 Analisa
1) Integritas pengamatan jaring harus dinilai berdasarkan :
- Analisis dari baseline yang diamati 2 (dua) kali (penilaian
keseragaman)
- Analisis terhadap perataan kuadrat terkecil jaring bebas (untuk menilai
konsistensi data)
- Analisis perataan kuadrat terkecil untuk jaring terikat berorde lebih
tinggi (untuk menilai konsistensi terhadap titik kontrol)
4) Setiap alat harus dicek kolimasinya (kesalahan garis bidik) setiap hari
dengan menggunakan 2 patok-uji (peg test), mid-base atau cara-cara
sejenis sampai dengan jarak 100 m, dalam metode mid-base dicari
perbedaan tinggi antara dua titik, di mana hasil ukuran disaat alat
ditempatkan di tengah harus dibandingkan dengan hasil ukuran di saat
alat ditempatkan di dekat salah satu titik. Penyesuaian harus dilakukan
apabila kesalahan kolimasinya labih dari 0,05 mm/m. Nivo kotak dan
kompensator otomatis juga harus selalu dicek secara teratur.
Pelaksana pekerjaan harus membuat catatan lengkap mengenai
seluruh hasil pengecekan dan penyesuaian yang telah dilakukan.
5) Rambu ukur ditempatkan pada tatakan dari metal pada setiap
pengukuran (kecuali pada benchmark atau benchmark sementara).
Juru ukur harus menginstruksikan kepada pemegang rambu, agar
rambu ukur selalu tepat vertikal dengan menggunakan stafflevel atau
carpenters level (penempatannya harus juga dicek).
6) Metode stan ganda (double-stand) pada pengukuran sifat datar tidak
boleh digunakan, jarak bidikan tidak diperkenankan lebih dari 50 m.
Bidikan ke belakang kira-kira sama dengan bidikan ke muka, untuk
menghindari kesalahan kolimasi. Tidak dibenarkan melakukan
pembidikan silang (intermediate sight).
7) Pembacaan rambu tidak boleh dilakukan melebihi 20 cm dari batas
bawah rambu dan juga 20 cm dari batas bagian atas rambu.
8) Untuk membantu pelaksanaan pengukuran titik-titik rincik ketinggian
dianjurkan agar titik tinggi sementara dipasang pada waktu
pengukuran sipat datar utama antara lain : gorong-gorong, tangga
rumah, lantai pengeringan padi, dan lain sebagainya. Titik-titik
tersebut ditandai serta dicatat secara lengkap.
9) Juru ukur harus memasukkan data-data mengenai tinggi dan
rendahnya hasil ukuran pada setiap formulir yang sudah ditentukan,
(garis kerangka peta situasi trase saluran) yang terbentuk oleh patok-
patok itu, akan sedekat mungkin mengikuti trase saluran yang
ditunjukkan yang ditandai pada peta skala 1 : 5.000.
5) Poligon harus tertutup terhadap titik terdekat yang sudah ditetapkan
(benchmark atau penanda azimut) guna mencek ketelitian.
6) Potongan melintang yang akan diukur akan membentang sedikit-
dikitnya 75.0 meter di kedua sisi as saluran atau mengikuti petunjuk
dari pemilik pekerjaan.
7) Semua jalan air berapapun ukurannya (saluran, pembuang, parit-parit
di sawah) akan diamati termasuk lebar dasar, elevasi dan arah aliran .
8) Semua tampakan seperti rumah-rumah, fasilitas, jalan, jembatan,
gorong-gorong, pagar, patok beton dan vegetasi (jenis dan
kerapatannya) akan dicatat.
9) Bahan-bahan khusus yang dijumpai di permukaan tanah, seperti
batuan, rawa-rawa, tanah longsor dan sebagainya harus dicatat.
10) Ketinggian-ketinggian potongan melintang akan dicatat dalam
software total station.
dengan jarak yang lebih pendek agar bisa diperoleh gambar yang lebih
jelas dengan situasi lengkap di daerah ini.
2) Pada umumnya titik-titik tinggi akan diberikan di semua lokasi di mana
kemiringan bisa berubah dan di tempat-tempat di mana bisa terjadi
perubahan ketinggian secara mendadak.
3) Pada daerah sawah titik rincik ketinggian harus ada pada setiap sawah
tersebut yang kira-kira jaraknya lebih dari 50 x 50 m, untuk daerah
pengukuran yang tidak luas selang/jarak antara tiap titik kira-kira 75
m, untuk daerah sawah yang kering rambu ukur harus ditempatkan
tepat ditengah, untuk daerah sawah basah rambu ukur boleh
ditempatkan di tepi sawah tersebut (tidak di pematang), rambu ukur
tidak boleh ditenggelamkan pada tanah sawah tersebut tetapi
diletakkan setinggi permukaan tanah sawah dan harus dilakukan
dengan hati-hati.
4) Lokasi dari titik rincik tersebut harus diletakkan pada perbatasan
antara kampung dan sawah, satu titik pada sawah yang lainnya di
kampung, apabila jalan melewati sawah maka titik rincik tersebut
harus ditempatkan satu titik pada jalan dan titik lainnya pada kedua
sisi sawah.
5) Rincik ketinggian akan diambil sepanjang dasar dari lembah-lembah
baik yang memiliki anak sungai maupun yang tidak dan pada
punggung bukit serta pada titik-titik bukit yang teratas.
6) Pelaksana pekerjaan harus memeriksa apakah rincik ketinggian di
lapangan sudah diamati secara memadai sesuai dengan perubahan-
perubahan elevasi antara rincik ketinggian dan detail yang
diperlihatkan dalam peta.
4.6.1 Pencatatan
1) Seluruh proses perhitungan koordinat (x,y) dalam proyeksi UTM, tinggi
(z) terhadap permukaan air laut rata-rata, azimut matahari, dan
perhitungan titik detail menggunakan software distributor alat merk
apa saja yang berlaku di Indonesia.
2) Pelaksana pekerjaan harus menyerahkan laporan hasil hitungan
dengan menggunakan software dari distributor alat alat merk apa saja
dalam bentuk softcopy VCD atau DVD.
3) Penjelasan-penjelasan yang dibutuhkan dimasukkan ke lembar
pengamatan sementara pekerjaan berlangsung, hal ini menyangkut
nama pengamat, tanggal, nomor titik, nomor alat juga penjelasan-
4.6.2 Reduksi
1) Koordinat (x,y) perlu di reduksi dan dirata-ratakan pada setiap titik dan
diperiksa apakah memenuhi toleransi yang sudah ditetapkan, reduksi
koordinat (x,y) termasuk juga koreksi kesalahan titik nol alat, dan
koreksi faktor skala dimana dianggap perlu.
2) Pengamatan di lapangan perlu di reduksi setiap harinya lalu
ditandatangani, disertai tanggal pemeriksaan oleh pelaksana
pekerjaan, hasil pengamatan harus disimpan dengan rapi dan diberi
nomor referensi agar mudah di cari bilamana diperlukan dikemudian
hari, bila sudah diarsipkan, hasil-hasil pengamatan itu tidak boleh
dibawa ke lapangan lagi.
Kemiringan Interval
0-2% 0.5 m
2-5% 1.0 m
5 – 20 % 2.0 m
Lebih curam dari 20 % 10.0 m
3) Indeks kontur harus ada pada interval 10 m pada semua hal kecuali di
mana keseluruhan pemetaan harus digambarkan dengan kontur 0,5
dan 1,0 m maka indeks kontur harus ada pada interval 5 m.
4) Kriteria yang diberikan hanya merupakan panduan saja, tujuannya
adalah untuk menjaga kesamaan garis kontur pada seluruh lembar
peta (kecuali di daerah yang sangat curam/terjal), walaupun demikian
perubahan interval dalam lembar peta akan diizinkan dalam hal
adanya perubahan kecuraman menyeluruh dalam suatu daerah tetapi
tidak dalam hal perubahan kemiringan setempat.
5) Semua garis kontur harus benar sesuai dengan ketentuan dalam
penarikan interval kontur, dan sekurang-kurangnya 85% dari semua
kontur harus mempunyai harga yang sesuai dengan harga ½
(setengah) interval kontur apabila dicek berdasarkan hasil pengukuran
lapangan dengan alat ukur sipat datar yang diikatkan dari kontrol titik
tetap (benchmark) yang terdekat, semua kontur tersebut harus masuk
toleransi dengan pergeseran dalam perubahan posisi vertikalnya yang
telah diplot tidak lebih dari 0,5 milimeter atau 1/10 jarak mendatar
antara kontur tersebut dan dimana saja di dalam skala peta yang
dianggap lebih besar dapat diterima.
6) Apabila ada 2 (dua) kontur atau lebih yang berdekatan dan hampir
berimpit (misalnya batas kampung, tanggul, jalan, kelokan saluran)
kontur digambarkan dengan garis putus-putus .
7) Detail mengenai metode kontur yang digunakan harus jelas
dicantumkan pada semua lembar peta, termasuk informasi mengenai
datum (duga) titik tinggi dan sumber informasi yang dipakai.
8) Titik rincik harus digambar selambat-lambatnya sebelum
penggambaran halus garis kontur dan sebelum dilakukan interpolasi
garis kontur atau editing.
9) Titik rincik harus ditulis dengan menggunakan ukuran 1,5 mm, letak
titik rincik harus diindikasikan sampai dengan fraksi desimal, jika
bentuk detail terganggu oleh harga titik rincik maka angkanya dapat
ditulis di sebelahnya.
10) Semua garis kontur digambar dengan menggunakan ukuran 0,1 mm
kecuali untuk indeks kontur digunakan ukuran 0,3 mm, harga-harga
garis kontur dituliskan hanya pada indeks kontur setiap lima garis
kontur.
11) Harga-harga garis kontur dituliskan dengan arah dari puncak ke
lereng, secara kasar untuk pengarahan, diperlihatkan sebagai berikut :
Benar Benar salah
29 32 28
30 31 29
indek kontur 31 30 30
0.5m kontur
1m kontur 32 29 31
Benar Benar salah
12) Garis kontur harus berhenti pada jalan-jalan raya dan sungai-sungai
besar, dalam hal ini garis kontur tidak boleh digambarkan memotong
sungai tetapi harus berhenti pada salah satu tebing sungai dan
selanjutnya bersambung pada tebing sungai yang di seberang lainnya.
N o m o r p ila r (B M ) TR 24 2m m
4 2 .7 6 2m m
T in g g i p ila r (B M ) 3m m
7.5.1 Perhitungan
Koordinat masing-masing titik potongan harus di ukur dengan system
proyeksi seperti peta dasar skala 1 : 2.000, perhitungan dilakukan
dengan metode Bowdich.
Kontrol horizontal akan mencakup :
9 Sudut rata-rata dan jarak rata-rata aritmatik metode stadia dan pita
ukur.
9 Cek penutup sudut untuk jaring-jaring tertutup (closed loop).
9 Cek azimut antara titik ikat atau azimut matahari.
9 Perataan kesalahan penutup.
9 Perhitungan ∆x, ∆y untuk mencek penutup planimetris.
Kontrol tinggi akan mencakup :
9 Cek perhitungan untuk ∑ bidikan ke belakang, ∑ bidikan ke muka, ∑
∆h.
9 Perhitungan ∆h untuk seksi-seksi antara dua benchmark.
9 Perhitungan jaring-jaring (loop).
Seluruh titik poligon harus di hitung dengan proyeksi yang sama
dengan skala 1 : 2.000.
Konsultan boleh menggunakan system yang umum di pakai di daerah
setempat dengan seizin pemilik pekerjaan.
Koordinat-koordinat sistem proyeksi tidak boleh memakai metode
grafis.
Jarak dan tinggi tempat akan dihitung dengan metoda trigonometris
dan tacheometri.
7.5.2 Penggambaran
Konsep peta dan gambar harus di buat pada kertas millimeter yang
berkualitas baik.
Titik poligon di gambar dengan titik poligon koordinat bukan dengan
metode grafik kecuali untuk titik tinggi.
Jalur poligon dan kontrol vertikal harus di gambar pada peta.
Titik tinggi harus di plot pada peta hingga sentimeter.
Lembar indeks peta di gambar berdasarkan grid peta.
Pertampalan (overlap) peta adalah 5 cm.