III.1.1 Persiapan
1
Pengukuran Topografi
LAPORAN AKHIR
- Patok terbuat dari kayu ukuran 5 / 7 atau bambu bulat, panjang ± 50 cm, ditanam 40
cm dan bagian atasnya + 10 cm diberi cat merah dan paku payung.
- Patok dipasang sepanjang / melingkupi batas areal lahan yang berfungsi sebagai
kerangka pengukuran. Apabila kerangka ini terlalu besar agar dibuat menjadi beberapa
loop sesuai petunjuk supervisi.
- Patok dipasang setiap jarak ± 20 m.
- BM harus dipasang sebelum dilaksanakan pengukuran. BM dipasang di tempat yang
stabil, aman dari gangguan dan mudah dicari. Setiap BM harus difoto, dibuat
diskripsinya, diberi nomor dan kode sesuai petunjuk supervisi pengukuran.
- Bench Mark (BM) dibuat dengan ukuran 20x20x100 cm
- Semua Bench Mark (BM) dan Control Point (CP) serta patok polygon ditunjukkan pada
peta situasi yang berskala 1: 2.000, 1: 1.000, 1: 500. Nama Bench Mark (BM) dan
Control Point (CP) serta elevasinya dicantumkan dengan jelas, elevasi tanah ditunjukkan
sebagai pusat ketinggian. Untuk hal patok polygon, hanya nama nomor dan elevasi
tanah asli yang dicantumkan.
- Bentuk dan Konstruksi BM sesuai ketentuan yang berlaku (KP).
BAB VII Pengukuran Kerangka Horizontal (Poligon)
Pengukuran kerangka horisontal adalah sebagai berikut :
- Menggunakan metode pengukuran polygon.
Alat ukur sudut yang digunakan adalah Theodolite T-2 atau alat yang lain yang sejenis.
- Alat ukur jarak yang digunakan roll meter.
- Jalur pengukuran polygon megikuti jalur kerangka pengukuran.
- Sudut horisontal diukur 1 (satu) seri lengkap (B,LB).
- Perbedaan sudut horisontal bacaan biasa dan luar biasa < 5".
- Jarak antara patok diukur 2 (dua) kali atau bolak-balik, perbedaannya harus < 1 :
1/10.000 (L = jarak rata-rata).
- Panjang seksi pengukuran polygon maksimum 2,5 Km dan setiap ujungnya ditandai
dengan BM.
BAB VIII Pengukuran Kerangka Vertikal (Sipat Datar)
Pelaksanaan pengukuran kerangka vertikal adalah sbb :
- Menggunakan metode pengukuran sifat datar / waterpass.
- Alat yang digunakan harus alat waterpass otomatis dan rambu ukur yang dilengkapi
dengan nivo.
- Ketinggian / elevasi setiap titik polygon dan BM ditentukan dengan pengukuran
waterpass.
- Sebelum dan sesudah pengukuran (setiap hari) harus dilakukan checking garis bidik.
- Metode pengukuran waterpass adalah double stand dan pergi pulang.
Absis X
XP1 = XBM + XBM-P1
XP2 = XP1 + XP1-P2
XP3 = XP2 + XP3-P3 .... dst
Ordinat (Y)
YP1 = YBM + YBM-P1
YP2 = YP1 + YP1-P2
YP3 = YP2 + YP3-P3 .... dst
Dimana :
X = Jarak Sumbu X (m)
Y = Jarak Sumbu Y (m)
= Sudut Azimuth
XP = Absis (m)
YP = Ordinat (m)
Kontrol Perhitungan sebagai berikut :
X1-n = XP1- XPn
Y1-n = YP1 - Ypn
BAB XII Perhitungan Sipat Datar / Waterpass Memanjang
Beda tinggi antara dua titik diperoleh dari selisih bacaan benang tengah rambu belakang
(BTb) dengan benang tengah rambu muka (BTm), secara matematis dapat dirumuskan
sebagai berikut :
T = Tn + H
H = BTb - BTm
Do = (BA - BB) x 100
dimana :
T : Tinggi Titik (m)
Tn : Tinggi Titik Belakang (m)
OH : Beda tinggi antara dua titik (m).
BTb : Bacaan Benang Tengah Rambu Belakang (m)
BTm : Bacaan Benang Tengah Rambu Muka (m)
do : Jarak Optis antara titik ke pesawat (m).
BA : Bacaan Benang Atas (m).
BB : Bacaan Benang Bawah (m).
Pengukuran dilakukan 2 kali (Double Stand / Pulang Pergi), hasil beda tinggi diambil rata-
ratanya.
Tp2 = Tp, + h P1 – P2
Tp3 = Tp2 + h P2 - P3 .....................dst.
Dimana :
dh : Jarak Datar (m)
BA : Bacaan Benang Atas
BB : Bacaan Benang Bawah
BT : Bacaan Benang Tengah
Z : Bacaan Sudut Vertikal
h : Beda Tinggi (m)
Ta : Tinggi Alat (m)
Tp : Tinggi Titik (m)
XIII.1.1 Penggambaran dan Penyajian Peta
1. Peta dasar pendahuluan skala 1 : 1000 atau 1 : 2000 harus memperlihatkan keadaan
pada saat dilakukan pengukuran.
2. Peta harus digambar di atas kertas dengan tata laksana penggambaran sesuai dengan
Kriteria Perencanaan (KP. 07).
3. Ukuran tulisan, angka dan ketebalan garis harus sesuai dengan Kriteria Perencanaan
(KP. 07).
4. Setelah perhitungan - perhitungan koordinat selesai, sambil menunggu hasil
perhitungan elevasi dan titik-titik detail, pengeplotan koordinat dengan system grafis
tidak diperbolehkan.
5. Seperti pekerjaan-pekerjaan pengukuran; perhitungan; pekerjaan penggambaran ini
harus dipimpin oleh seorang koordinator yang berpengalaman, hal ini dimaksudkan
agar dapat terkoordinir dengan baik serta hasil survey yang maksimum dengan waktu
yang tepat.
6. Ketentuan gambar sebagai berikut :
Garis silang grid dibuat setiap 10 cm arah x dan arah y.
Name Ground Northing (m) Ground Easting (m) Elevation (m) Code
BM1 9224399.010 274040.740 14.6435 BM1
BM2 9224899.310 273204.682 19.549 BM2
BM3 9223645.144 272911.392 18.960 BM3
BM4 9222224.595 271852.025 27.656 BM4
BM5 9221616.855 270952.447 28.971 BM5
BM6 9220511.729 269817.673 34.795 BM6
BM7 9218973.916 269145.802 51.1895 BM7
BM8 9217458.511 268326.934 64.4195 BM8
Name Ground Northing (m) Ground Easting (m) Elevation (m) Code
BMPi02 9224711.78 275542.811 22.094 BMPi02
CP1 9224305.281 274981.739 11.7405 CP1
CP10 9220527.232 269867.528 34.022 CP10
CP11 9219996.095 268997.302 41.3955 CP11
CP12 9219338.050 269222.639 47.468 CP12
CP13 9218919.450 269118.630 55.980 CP13
CP14 9218062.226 268557.748 55.796 CP14
CP15 9217458.511 268326.934 64.2965 CP15
CP2 9224947.109 273864.320 14.9985 CP2
CP3 9224981.055 273138.985 19.990 CP3
CP4 9223974.748 272895.955 18.567 CP4
CP5 9223655.931 272855.805 18.364 CP5
CP6 9223649.114 272142.767 19.689 CP6
CP7 9222320.250 271792.267 24.0485 CP7
CP8 9221647.995 270957.668 28.752 CP8
CP9 9219999.321 269786.911 40.2545 CP9
10
XIII.2 KONDISI GEOLOGI
11
Pengukuran Topografi
LAPORAN AKHIR
2. Stratigrafi
Formasi ini tersusun oleh lapisan napal Globigerina berwarna biru keabu-
abuan dan hijau keabu-abuan. Jarang sekalai berlapis baik dan kadang-
kadang terdapat sisipan batugamping pasiran berwarna biru ke abu-abuan.
Tebal formasi ini mencapai 900 m dan berumur Miosen Awal.
Formasi ini berupa jenis sedimen turbidit dengan struktur sedimen yang
jelas antara lain perlapisan bersusun, lapisan sejajar, laminasi konvolut,
silang siur dan lain-lain. Litologi penyusun formasi ini adalah batupasir
tufaan, konglomerat, napal dan batulempung. Batupasir umumnya berupa
wack, dan pada beberapa tempai dijumpai fosil foraminifera dan moluska.
Pada bagian bawah terdapat lensa-lensa brekasi andesit. Formasi ini
menindih selaras di atas Formasi Lawak, berumur Miosen Tengah hingga
pliosen Awal dengan ketebalan seluruhnya mencapai 2.400 m.
Satuan ini terdiri dari lahar dengan beberapa lapisan lava di bagian bawah,
setengah mengeras dan membentuk topografi hamper rata dan
Terdiri dari kerikil, pasir, kerakal dan lanau berwarna kelabu dengan tebal
kurang dari 5 m yang merupakan endapan dataran banjir sungai Pemali dan
Sungai Rambutan
3. Struktur Geologi
Bidang Gelincir
Gambar III.4 Kiri : Penampakan longsoran pada tebing sungai dengan litologi
pasir lanauan, kanan : bronjong masih bertahan, namun tanah di
atasnya yang longsor
b. Pada Koordinat UTM zone 49 0272297; 922373 di Ujung Barat Desa Larangan
dijumpai alur sungai yang berkelok. Pada sisi cut off telah terjadi erosi kuat
dan gerakan tanah. Batuan dasar di lokasi ini berupa napal abu-abu dari
Formasi Pemali (Gambar II.8. Kanan). Batuan ini mudah sekali hancur jika
kontak dengan udara sehingga mudah tererosi jika kena arus sungai. Di atas
napal dijumpai soil berupa lempung yang dalam kondisi kering dan retak-retak,
mengindikasikan mempunyai sifat kembang susut tinggi. Kenampakan gerakan
tanah (longsoran) terlihat jelas dengan membentuk pola tapal kuda.
Mekanisme gerakan tanah dimulai dari tererosinya batuan dasar napal,
sehingga penopang lempung diatasnya menjadi hilang dan akhirnya longsor.
Longsoran / gerakan tanah akan menjadi lebih intensif jika turun hujan akibat
ratakan-retakan pada permukaan tanah terisi oleh air hujan, bahkan pada
napal yang hancur bercampur dengan lempung dapat berubah menjadi seperti
lumpur yang mudah sekali meluncur turun.
Gambar III.5. Kanan : batuan dasar berupa napal abu-abu yang mudah hancur,
tengah : lempung di bagian atas permukaan tanah yang retak-retak, kiri :
gerakan tanah dengan area berbentuk tapal kuda yang akan bertambah
parah jika hujan
a. Pada Pada Koordinat UTM zone 49 0269209; 9219309 di dekat lapangan Desa
Pamulihan terlihat singkapan perlapisan batulempung dengan sisipan batupasir.
Batulempung berwarna abu-abu, dalam kondisi mudah hancur menyerpih,
tebal 20 cm – 50 cm. Batupasir berwarna coklat ke abu-abuan, pasir halus,
struktur laminasi dan tebal 10 – 15 cm. Perlapisan batuan tersebut
mengindikasikan bahwa secara regional merupakan bagian dari Formasi
Halang. Kedudukan lapisan batuan tersebut beragam, namun secara umum
adalah N 190º E/42º. Pada bagian lain dijumpai kedudukan lapisan batuan N
312º E/45º hingga N 330 º/62º. Pada singkapan tersebut terlihat jelas adanya
micro antiklin (Gambar II.9 Kiri) yang mengindikasikan adanya sesar. Lokasi
singkapan berada pada daerah cut off aliran sungai sehingga mengalami
penggerusan dan tanah di atasnya runtuh.
d. Pada Pada Koordinat UTM zone 49 0268123; 9217715 di Desa Kamal, batuan
penyusunnya berupa perlapisan batupasir dan batulempung dengan tebal 20 –
40 cm. Batupasir berwarna hitam keabuan, kompak dan keras. Batulempung
abu-abu kehitaman, agak keras dalam keadaan lapuk berwarna kecoklatan..
Satuan batuan ini merupakan bagian dari Formasi Rambatan dan mempunyai
kedudukan lapisan batuan N 170ºE / 34º. Pada bagain cut off, terjadi massa
batuan yang runtuh diikuti dengan longsoran tanah yang ada di atas dan
sekitarnya (Gambar II.10) Tanah tersebut berupa pasir lanauan yang bersifat
agak urai sehingga mudah sekalai tererosi.
Longsoran
Contents