Anda di halaman 1dari 19

BAB III

SURVEY TOPOGRAFI & GEOLOGI

III.1 SURVEY TOPOGRAFI

III.1.1 Persiapan

 Persiapan administrasi / laporan, peralatan dan personil.

 Pengumpulan data pendukung dan instansi terkait, antara lain :


1. Peta Topografi 1 : 25.000
2. Foto produk baru (jika ada) skala 1 : 10.000 atau skala lebih besar.
3. Titik referensi yang akan digunakan.
4. Sistem Proyeksi (UTM)
5. Batas areal pengukuran.
6. Data-data yang diperlukan.

 Survey lapangan pendahuluan dilakukan bersama-sama antara Tim Konsultan,


perwakilan Satker Jabotabek serta perwakilan direksi Stasiun Tangerang, untuk
memperoleh informasi antara lain :
1. Batas lokasi untuk pemetaan.

1
Pengukuran Topografi
LAPORAN AKHIR

2. Data-data yang diperlukan.

III.1.2 Personil Dan Peralatan


BAB IV Personil
Untuk menghasilkan suatu produk survey Topografi yang optimal, diperlukan Tenaga Ahli
yang profesional dengan tingkat disiplin ilmu sekurang-kurangnya setingkat strata 1.
Selain Tenaga Ahli yang mutlak harus dipenuhi sesuai dengan disiplin ilmunya untuk
kelancaran dan ketertiban serta optimalnya produk akhir pengukuran yang diinginkan,
seyogyanya perlu ditunjang oleh tenaga pendukung yang profesional dan berpengalaman.
Oleh sebab itu dalam pelaksanaan kegiatan ini diperlukan tenaga pendukung sesuai
dengan keahliannya dengan tingkat disiplin ilmu yang dapat melaksanakan tugas sesuai
pula dengan kedudukannya.
BAB V Peralatan
Kebutuhan peralatan survey lapangan untuk pekerjaan pemetaan Topografi disesuaikan
dengan penugasan tenaga teknis yang melaksanakan pekerjaan tersebut di lapangan,
seperti rincian berikut :
1. Theodholite T2 : 1 unit
2. Theodholite T0 : 1 unit
3. Waterpass : 1 unit
4. Kamera Digital : 1 bh
5. GPS : 1 bh
6. Roll Meter (50 m) : 1 bh
7. Meteran (10 m) : 2 bh
8. Kendaraan Roda 2 : 1 unit
Alat ukur sebelum dibawa ke lapangan terlebih dahulu dilakukan pengecekan, di antaranya
pengecekan salah Indeks dan salah kolminasi untuk alat jenis theodolit dan salah garis
bidik untuk alat jenis waterpass yang akan dipakai tersebut.
Formulir yang dipakai adalah formulir standard yang biasa dipakai untuk pekerjaan
pengukuran yaitu :
• Formulir Pengukuran Sudut dan Jarak (Poligon)
• Formulir Pengukuran Waterpass
• Formulir Pengukuran Detail Dan Situasi

V.1.1 PENGUKURAN TOPOGRAFI


BAB VIPemasangan Patok, CP dan BM
Pelaksanaan pemasangan patok dan BM sbb :

Perencanaan Konservasi S. Rambutan DAS Pemali Paket P.17 2


Pengukuran Topografi
LAPORAN AKHIR

- Patok terbuat dari kayu ukuran 5 / 7 atau bambu bulat, panjang ± 50 cm, ditanam 40
cm dan bagian atasnya + 10 cm diberi cat merah dan paku payung.
- Patok dipasang sepanjang / melingkupi batas areal lahan yang berfungsi sebagai
kerangka pengukuran. Apabila kerangka ini terlalu besar agar dibuat menjadi beberapa
loop sesuai petunjuk supervisi.
- Patok dipasang setiap jarak ± 20 m.
- BM harus dipasang sebelum dilaksanakan pengukuran. BM dipasang di tempat yang
stabil, aman dari gangguan dan mudah dicari. Setiap BM harus difoto, dibuat
diskripsinya, diberi nomor dan kode sesuai petunjuk supervisi pengukuran.
- Bench Mark (BM) dibuat dengan ukuran 20x20x100 cm
- Semua Bench Mark (BM) dan Control Point (CP) serta patok polygon ditunjukkan pada
peta situasi yang berskala 1: 2.000, 1: 1.000, 1: 500. Nama Bench Mark (BM) dan
Control Point (CP) serta elevasinya dicantumkan dengan jelas, elevasi tanah ditunjukkan
sebagai pusat ketinggian. Untuk hal patok polygon, hanya nama nomor dan elevasi
tanah asli yang dicantumkan.
- Bentuk dan Konstruksi BM sesuai ketentuan yang berlaku (KP).
BAB VII Pengukuran Kerangka Horizontal (Poligon)
Pengukuran kerangka horisontal adalah sebagai berikut :
- Menggunakan metode pengukuran polygon.
Alat ukur sudut yang digunakan adalah Theodolite T-2 atau alat yang lain yang sejenis.
- Alat ukur jarak yang digunakan roll meter.
- Jalur pengukuran polygon megikuti jalur kerangka pengukuran.
- Sudut horisontal diukur 1 (satu) seri lengkap (B,LB).
- Perbedaan sudut horisontal bacaan biasa dan luar biasa < 5".
- Jarak antara patok diukur 2 (dua) kali atau bolak-balik, perbedaannya harus < 1 :
1/10.000 (L = jarak rata-rata).
- Panjang seksi pengukuran polygon maksimum 2,5 Km dan setiap ujungnya ditandai
dengan BM.
BAB VIII Pengukuran Kerangka Vertikal (Sipat Datar)
Pelaksanaan pengukuran kerangka vertikal adalah sbb :
- Menggunakan metode pengukuran sifat datar / waterpass.
- Alat yang digunakan harus alat waterpass otomatis dan rambu ukur yang dilengkapi
dengan nivo.
- Ketinggian / elevasi setiap titik polygon dan BM ditentukan dengan pengukuran
waterpass.
- Sebelum dan sesudah pengukuran (setiap hari) harus dilakukan checking garis bidik.
- Metode pengukuran waterpass adalah double stand dan pergi pulang.

Perencanaan Konservasi S. Rambutan DAS Pemali Paket P.17 3


Pengukuran Topografi
LAPORAN AKHIR

BAB IXPengukuran Long dan Cross


Pengukuran Long dimaksudkan untuk mendapatkan potongan memanjang dan melintang,
adapun teknis pekerjaannya adalah sebagai berikut :
- Pengukuran trase dilakukan pada rencana track pada stasiun yang direncanakan
sesuai dengan layout yang definitive
- Penampang memanjang
 Dalam melaksanakan pengukuran ini dilakukan pengukuran beda tinggi dengan
jarak maksimum tiap 100 m, kecuali pada daerah-daerah khusus yang
kemiringannya cukup besar dan kondisi medan yang spesifik, maka pengukuran
harus dilaksanakan secara lebih teliti (dirapatkan)
 Hasil review tersebut di atas, sudah harus dapat memberikan sistem yang akan
direncanakan
 Setiap sudut atau belokan harus dilaksanakan dengan cermat, baik untuk
menentukan bend horisontal maupun bend vertikal pada tanjakan yang pada
tanjakan yang memang diperlukan
 Pada MAR pengukuran rencana bangunan, harus diberi tanda dengan
menggunakan cat atau patok sehingga secara jelas dapat dibuat pedoman didalam
pelaksanaan fisik pekerjaan
- Penampang melintang
 Lebar potongan melintang diukur sampai batas tanah ( groundkaart )
 Alat ukur yang digunakan adalah Theodolit T. 0
 Jarak pengamatan disesuaikan dengan sifat kemiringan tanah dengan kerapatan
titik maksimum 2 m
 Interval penampang 100 m pada tempat yang lurus dan pada tikungan dirapatkan
sesuai kondisi tikungan
 Pengukuran posisi titik penampang akan menggunakan cara pengukuran poligon
sedang ketinggian dengan cara tachymetri
BAB X Pengukuran Situasi
- Menggunakan metode pengukuran Tachymetri.
- Alat ukur yang digunakan adalah Theodholite T-0.
- Posisi titik detail ditentukan oleh arah dan jarak atau sudut dan jarak.
- Kerapatan elevasi pada daerah padat maksimum tiap ± 100 m.
- Batas-batas daerah padat di lapangan harus diukur.
- Semua kenampakan yang ada baik alami maupun buatan manusia harus
diukur (jaringan telkom, persinyalan, tiang listrik dan lain-lain ).
- Pengukuran harus diikatkan pada titik polygon.

Perencanaan Konservasi S. Rambutan DAS Pemali Paket P.17 4


Pengukuran Topografi
LAPORAN AKHIR

X.1.1 Perhitungan Data


Hasil pengukuran yang didapatkan dari lapangan harus segera dihitung dengan demikian
bila terjadi kesalahan dapat dengan segera diadakan pengukuran ulang. Sebelum memulai
pengukuran koordinat, harus diadakan terlebih dahulu pengecekan-pengecekan hasil
ukuran misalnya syarat-syarat pengukuran polygon kring, ketelitian sudut yang diijinkan
dan lain-lain, sehingga sebelum memulai hitungan koordinat dan elevasi syarat-syarat
tersebut harus sudah terpenuhi.
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam proses pendataan dan perhitungan hasil
pengukuran, antara lain :
 Sistem pendataan, blangko data maupun tata cara perhitungan sebelumnya
memperoleh persetujuan dari Supervisi Pengukuran.
 Perhitungan dan koreksi dilapangan diperlukan untuk menghindari kekeliruan
(perhitungan sementara)
 Perhitungan Definitif meliputi :
 Perhitungan koordinat sesuai dengan system koordinat titik ikat.
 Perhitungan ketinggian sesuai dengan titik referensi dan dihitung per
section
Perhitungan situasi terdiri dari perhitungan beda tinggi dan jarak datar.
Data ukur hasil pengukuran di lapangan berupa :
1. Data Ukur Pengukuran Waterpass.
2. Data Ukur Pengukuran Melintang.
3. Data Ukur Pengukuran Polygon.
4. Data Ukur Pengukuran Situasi.
Cara perhitungan data ukur sebagai berikut :
BAB XIPerhitungan Koordinat Titik Poligon
a. Sudut Datar ()
 = Bacaan Hz Muka - Bacaan Hz Belakang
Pengukuran dilakukan 2 kali, yaitu bacaan "Sudut Biasa" dan bacaan "Sudut Luar
Biasa", hasil Sudut Datar diambil rata-ratanya.

b. Sudut Azimuth ()


 P1-P2 =  awal
 P2-P3 =  awal + P2 - 180°
 P3-P4 =  PZ-P3 + P3 - 180° ..... dst
c. Koordinat Absis (X) dan Ordinat (Y)
X = dh . Sin 
Y = dh . Cos 

Perencanaan Konservasi S. Rambutan DAS Pemali Paket P.17 5


Pengukuran Topografi
LAPORAN AKHIR

Absis X
XP1 = XBM + XBM-P1
XP2 = XP1 + XP1-P2
XP3 = XP2 + XP3-P3 .... dst
Ordinat (Y)
YP1 = YBM + YBM-P1
YP2 = YP1 + YP1-P2
YP3 = YP2 + YP3-P3 .... dst
Dimana :
X = Jarak Sumbu X (m)
Y = Jarak Sumbu Y (m)
 = Sudut Azimuth
XP = Absis (m)
YP = Ordinat (m)
Kontrol Perhitungan sebagai berikut :
 X1-n = XP1- XPn
 Y1-n = YP1 - Ypn
BAB XII Perhitungan Sipat Datar / Waterpass Memanjang
Beda tinggi antara dua titik diperoleh dari selisih bacaan benang tengah rambu belakang
(BTb) dengan benang tengah rambu muka (BTm), secara matematis dapat dirumuskan
sebagai berikut :
T = Tn + H
H = BTb - BTm
Do = (BA - BB) x 100
dimana :
T : Tinggi Titik (m)
Tn : Tinggi Titik Belakang (m)
OH : Beda tinggi antara dua titik (m).
BTb : Bacaan Benang Tengah Rambu Belakang (m)
BTm : Bacaan Benang Tengah Rambu Muka (m)
do : Jarak Optis antara titik ke pesawat (m).
BA : Bacaan Benang Atas (m).
BB : Bacaan Benang Bawah (m).
Pengukuran dilakukan 2 kali (Double Stand / Pulang Pergi), hasil beda tinggi diambil rata-
ratanya.

Perencanaan Konservasi S. Rambutan DAS Pemali Paket P.17 6


Pengukuran Topografi
LAPORAN AKHIR

BAB XIII Perhitungan Ketinggian Titik Detail dengan Theodolite (Cross


Section dan Situasi)
a. Jarak Datar (dh)
dh = (BA - BB) x 100 x Sin2 Z
b. Beda Tinggi (h)
h = Ta + (dh / tan Z) - BT
c. Ketinggian Titik Detail (Tp)
Tp1 = BM + h BM - P1

Tp2 = Tp, + h P1 – P2
Tp3 = Tp2 + h P2 - P3 .....................dst.
Dimana :
dh : Jarak Datar (m)
BA : Bacaan Benang Atas
BB : Bacaan Benang Bawah
BT : Bacaan Benang Tengah
Z : Bacaan Sudut Vertikal
h : Beda Tinggi (m)
Ta : Tinggi Alat (m)
Tp : Tinggi Titik (m)
XIII.1.1 Penggambaran dan Penyajian Peta
1. Peta dasar pendahuluan skala 1 : 1000 atau 1 : 2000 harus memperlihatkan keadaan
pada saat dilakukan pengukuran.
2. Peta harus digambar di atas kertas dengan tata laksana penggambaran sesuai dengan
Kriteria Perencanaan (KP. 07).
3. Ukuran tulisan, angka dan ketebalan garis harus sesuai dengan Kriteria Perencanaan
(KP. 07).
4. Setelah perhitungan - perhitungan koordinat selesai, sambil menunggu hasil
perhitungan elevasi dan titik-titik detail, pengeplotan koordinat dengan system grafis
tidak diperbolehkan.
5. Seperti pekerjaan-pekerjaan pengukuran; perhitungan; pekerjaan penggambaran ini
harus dipimpin oleh seorang koordinator yang berpengalaman, hal ini dimaksudkan
agar dapat terkoordinir dengan baik serta hasil survey yang maksimum dengan waktu
yang tepat.
6. Ketentuan gambar sebagai berikut :
 Garis silang grid dibuat setiap 10 cm arah x dan arah y.

Perencanaan Konservasi S. Rambutan DAS Pemali Paket P.17 7


Pengukuran Topografi
LAPORAN AKHIR

 Gambar konsep draft harus diperiksa terlebih dahulu kepada supervisi


pengukuran sebelum digambar final pada drafting ukuran 80/90 gram/m 2.
 Semua BM baik yang lama maupun yang baru atau yang digunakan
sebagai BM referensi harus digambar pada peta lengkap dengan ketinggiannya.
 Pada tiap kelipatan 5 m, garis kontur dibuat tebal dan dilengkapi dengan
elevasinya.
 Setiap lembar gambar dilengkapi dengan arah orientasi, daftar legenda,
nomor urut dan jumlah lembar gambar serta titik referensi yang digunakan lengkap
dengan data x, y dan z - nya.
7. Penggambaran peta situasi sebagai berikut :
 Kerangka pemetaan dengan system koordinat siku - siku, grid standar =
10 cm, overlapping peta = 5 cm.
 Detail situasi dengan system POLAR, lengkapi legenda dan peta situasi
berskala 1 : 2.000
 Contour dengan interpolasi interval 1 m, setiap kenaikan 5 m dibuat
dengan ketebalan garis yang berbeda.
8. Peta petunjuk skala 1 : 50.000 dilengkapi dengan posisi cross section , Bench Mark dll
9. Penggambaran Long Cross Section sebagai berikut :
 Cross Section digambar dengan skala tinggi 1 : 200, skala panjang 1 :
200, tinggi patok dan BM.
 Long Section digambar dengan skala tinggi 1 : 200, skala panjang 1 :
1.000.

XIII.1.2 Hasil Kegiatan Pengukuran Survey Topografi


Hasil dari kegiatan survei Topografi Pekerjaan Perencanaan Konservasi Sungai Rambatan
adalah sebagai berikut :
1. Patok BM, daftar koordinat dan elevasi patok CP dan BM
ditampilkan pada tabel berikut ini :
Tabel III.1 Daftar Koordinat dan Elevasi Patok BM

Name Ground Northing (m) Ground Easting (m) Elevation (m) Code
BM1 9224399.010 274040.740 14.6435 BM1
BM2 9224899.310 273204.682 19.549 BM2
BM3 9223645.144 272911.392 18.960 BM3
BM4 9222224.595 271852.025 27.656 BM4
BM5 9221616.855 270952.447 28.971 BM5
BM6 9220511.729 269817.673 34.795 BM6
BM7 9218973.916 269145.802 51.1895 BM7
BM8 9217458.511 268326.934 64.4195 BM8

Perencanaan Konservasi S. Rambutan DAS Pemali Paket P.17 8


Pengukuran Topografi
LAPORAN AKHIR

Name Ground Northing (m) Ground Easting (m) Elevation (m) Code
BMPi02 9224711.78 275542.811 22.094 BMPi02
CP1 9224305.281 274981.739 11.7405 CP1
CP10 9220527.232 269867.528 34.022 CP10
CP11 9219996.095 268997.302 41.3955 CP11
CP12 9219338.050 269222.639 47.468 CP12
CP13 9218919.450 269118.630 55.980 CP13
CP14 9218062.226 268557.748 55.796 CP14
CP15 9217458.511 268326.934 64.2965 CP15
CP2 9224947.109 273864.320 14.9985 CP2
CP3 9224981.055 273138.985 19.990 CP3
CP4 9223974.748 272895.955 18.567 CP4
CP5 9223655.931 272855.805 18.364 CP5
CP6 9223649.114 272142.767 19.689 CP6
CP7 9222320.250 271792.267 24.0485 CP7
CP8 9221647.995 270957.668 28.752 CP8
CP9 9219999.321 269786.911 40.2545 CP9

Diskripsi BM dan CP secara lengkap ditampilkan pada Laporan Diskripsi BM / CP.


2. Gambar hasil Survey Pengukuran Topografi terdiri dari :
a. Peta Situasi Site Saluran skala 1 :
500

b. Potongan Melintang Site


c. Saluran skala H = 1 : 100, V =
1 : 100

Perencanaan Konservasi S. Rambutan DAS Pemali Paket P.17 9


Gambar III.1 : Situasi Pengukuran Topografi

10
XIII.2 KONDISI GEOLOGI

XIII.2.1 Geologi Regional


1. Fisiografi

Secara umum daerah penelitian berupa dataran bergelombang kuat


hingga perbukitan rendah yang terletak pada elevasi 50 – 135 m dpl dengan lereng 4
– 20 %, kecuali pada tebil sungai dapat mencapai 80 %. Secara fisiografi regional
daerah studi termasuk dalam zona Antiklinoriom Bogor Kendeng yang terletak di
Pegunungan Serayu Utara yang merupakan bagian dari Fisiografi Cekungan Jawa
Tengah (Van Bemmelen,1949) sebagimana terlihat pada Gambar II.5. Zona
Pegunungan Serayu Utara ini dipisahkan dari Zona Pegunungan Serayu Selatan oleh
Zona Depresi Tengah yang membentang pada lembah Sungai Serayu dan melampar
ke timur hingga Pematang Kendeng. Batuan penyusun lokasi DAS Sungai Rambutan
didoninansi oleh batuan sedimen berumur Miosen.

Gambar III.2 Geologi Sungai Rambutan

11
Pengukuran Topografi
LAPORAN AKHIR

2. Stratigrafi

Berdasarkan Peta Geologi Lembar Majenang yang disusun oleh Kastowo


dan Suwarna (1996) dari Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi, maka tatanan
stratigrafi daerah penelitian dan sekitarnya secara regional dapat dikelompokan
menjadi beberapa satuan yaitu :
a. Formasi Pemali (Tmp)

Formasi ini tersusun oleh lapisan napal Globigerina berwarna biru keabu-
abuan dan hijau keabu-abuan. Jarang sekalai berlapis baik dan kadang-
kadang terdapat sisipan batugamping pasiran berwarna biru ke abu-abuan.
Tebal formasi ini mencapai 900 m dan berumur Miosen Awal.

b. Formasi Rambatan (Tmr)

Bagian bwah formasi ini berupa batupasir gampingan dan konglomerat


berselang-seling dengan lapisan tipis napal dan serpih, sedangkan bagian
atas terdiri dari batupasir gampingan berwarna abu-abu muda sampai biru
keabu-abuan. Formasi ini menunmpang selaras di atas Formasi Pemali dan
berumur Miosen Tengah dengan ketebalan mencapai 300 m.

c. Formasi Lawak (Tml)

Bagian bawah berupa napal kehijauan dengan sisipan batugamping


foraminifera dan barupasir gampingan, sedangkan bagian atas terdiri dari
napal Globigerina dengan sisipan tipir batupasir. Formasi Lawak diendapkan
selaras di atas Formasi Rambatan dengan tebal sekitar 150 m pada Miosen
Tengah.

d. Formasi Halang (Tmph)

Formasi ini berupa jenis sedimen turbidit dengan struktur sedimen yang
jelas antara lain perlapisan bersusun, lapisan sejajar, laminasi konvolut,
silang siur dan lain-lain. Litologi penyusun formasi ini adalah batupasir
tufaan, konglomerat, napal dan batulempung. Batupasir umumnya berupa
wack, dan pada beberapa tempai dijumpai fosil foraminifera dan moluska.
Pada bagian bawah terdapat lensa-lensa brekasi andesit. Formasi ini
menindih selaras di atas Formasi Lawak, berumur Miosen Tengah hingga
pliosen Awal dengan ketebalan seluruhnya mencapai 2.400 m.

e. Endapan Lahar Slamet (Qls)

Satuan ini terdiri dari lahar dengan beberapa lapisan lava di bagian bawah,
setengah mengeras dan membentuk topografi hamper rata dan

Perencanaan Konservasi S. Rambutan DAS Pemali Paket P.17 12


Pengukuran Topografi
LAPORAN AKHIR

punggungan tajam sepanjang tepi sungai. Endapan ini menumpang secara


tidak selaras di atas satuan yang lebih tua.

f. Endapan Aluvium (Qa)

Terdiri dari kerikil, pasir, kerakal dan lanau berwarna kelabu dengan tebal
kurang dari 5 m yang merupakan endapan dataran banjir sungai Pemali dan
Sungai Rambutan

3. Struktur Geologi

Berdasarkan Peta Geologi Lembar Majenang (Kastowo dan Suwarna,1996),


daerah sekitar DAS Rambutan terdapat berbagai struktur geologi dan membentuk pola
utama barat laut – tenggara dan timur laut barat-daya. Struktur antiklin di selatan G.
Manggir berarah barat laut- tenggara sepanjang sekitar 3 km yang hamper sejajar
dengan antiklin di sebelah selatannya, namun antiklin ke dua ini belok kearah barat
timur di sisi baratnya. Sesar naik yang saling sejajar berarah barat laut – tenggara
banyak di jumpai di derah kajian, dimana bagian selatan (hanging wall) relatif naik
terhadap bagian utara sesar (foot wall). Panjang sesar-sesar ini bervariasi dari 4 km –
20km. Beberapa sesar tersebut berbelok arah menjadi utara-selatan pada sisi timur.
Beberapa sesar yang lain, diantaranya di Sembung dan sebelah timur G.
Cicanggayung terpotong oleh sesar geser berarah barat daya – timur laut. Sesar turun
banyak dijumpai di bagian timur lembar peta dengan arah relative utara-selatan.

Keberadaan sesar yang sangat kompleks tersebut mengindikasikan bahwa


lokasi kajian merupakan daerah yang telah mengalami aktifitas tektonik cukup kuat.

XIII.2.2 Geologi S. Rambutan


Sungai Rambutan dari bagian hilir di daerah Desa Larangan hingga bagian
hulu di Desa Kamal mengalir di atas endapanya sendiri yang berupa pasir kerikilan
hinggga kerakal. Secara umum penampang melintang sungai berbentuk U asimetri
yang mengindikasikan telah terjadi erosi ke samping pada satu sisi terutama pada
bagian luar kelokan (cut off) dan pengendapan pada sisi seberangnya yaitu pada sisi
dalam kelokan (Gambar II.6 Kanan). Pada bagian yang terjadi pengendapan memang
merupakan endapan liampas banjir yang menjadikan kenampakan sungai tidak
mempunyai batas, menyatu dengan lahan pertanian.

Perencanaan Konservasi S. Rambutan DAS Pemali Paket P.17 13


Pengukuran Topografi
LAPORAN AKHIR

Endapan limpas banjir

Gambar III.3 Kanan : Penampakan penampang sungai berbentuk U asimetri,


kanan : kenampakan endapan pasir, kerikil, dankerakal di dasar sungai

Pengamatan rinci pada beberapa bagian yang mengalami kerusakan parah


pada tebing sungai menunjukan hal-hal sebagai berikut :
a. Pada Koordinat UTM zone 49 0273073; 9224787 di Desa Larangan tebing
sungai terlihat telah mengalami erosi yang sangat kuat hingga menjadingan
longsoran hingga mendekati pemukiman. Bagian yang tererosi tersusun oleh
litologi pasir lanauan dalam kondisi lepas sehingga mudah sekali tererosi jika
terkena hantaman arus sungai. Bagian dasar tebing telah dilengkapi dengan
pelindung berupa bronjong, tetapi karena bronjong kurang tinggi, maka
bagian di atas bronjong yang mengalami erosi dan akhirnya longsor (Gambar
II.7 Kiri)

Bidang Gelincir

Gambar III.4 Kiri : Penampakan longsoran pada tebing sungai dengan litologi
pasir lanauan, kanan : bronjong masih bertahan, namun tanah di
atasnya yang longsor

b. Pada Koordinat UTM zone 49 0272297; 922373 di Ujung Barat Desa Larangan
dijumpai alur sungai yang berkelok. Pada sisi cut off telah terjadi erosi kuat
dan gerakan tanah. Batuan dasar di lokasi ini berupa napal abu-abu dari

Perencanaan Konservasi S. Rambutan DAS Pemali Paket P.17 14


Pengukuran Topografi
LAPORAN AKHIR

Formasi Pemali (Gambar II.8. Kanan). Batuan ini mudah sekali hancur jika
kontak dengan udara sehingga mudah tererosi jika kena arus sungai. Di atas
napal dijumpai soil berupa lempung yang dalam kondisi kering dan retak-retak,
mengindikasikan mempunyai sifat kembang susut tinggi. Kenampakan gerakan
tanah (longsoran) terlihat jelas dengan membentuk pola tapal kuda.
Mekanisme gerakan tanah dimulai dari tererosinya batuan dasar napal,
sehingga penopang lempung diatasnya menjadi hilang dan akhirnya longsor.
Longsoran / gerakan tanah akan menjadi lebih intensif jika turun hujan akibat
ratakan-retakan pada permukaan tanah terisi oleh air hujan, bahkan pada
napal yang hancur bercampur dengan lempung dapat berubah menjadi seperti
lumpur yang mudah sekali meluncur turun.

Gambar III.5. Kanan : batuan dasar berupa napal abu-abu yang mudah hancur,
tengah : lempung di bagian atas permukaan tanah yang retak-retak, kiri :
gerakan tanah dengan area berbentuk tapal kuda yang akan bertambah
parah jika hujan

a. Pada Pada Koordinat UTM zone 49 0269209; 9219309 di dekat lapangan Desa
Pamulihan terlihat singkapan perlapisan batulempung dengan sisipan batupasir.
Batulempung berwarna abu-abu, dalam kondisi mudah hancur menyerpih,
tebal 20 cm – 50 cm. Batupasir berwarna coklat ke abu-abuan, pasir halus,
struktur laminasi dan tebal 10 – 15 cm. Perlapisan batuan tersebut
mengindikasikan bahwa secara regional merupakan bagian dari Formasi
Halang. Kedudukan lapisan batuan tersebut beragam, namun secara umum
adalah N 190º E/42º. Pada bagian lain dijumpai kedudukan lapisan batuan N
312º E/45º hingga N 330 º/62º. Pada singkapan tersebut terlihat jelas adanya
micro antiklin (Gambar II.9 Kiri) yang mengindikasikan adanya sesar. Lokasi
singkapan berada pada daerah cut off aliran sungai sehingga mengalami
penggerusan dan tanah di atasnya runtuh.

Perencanaan Konservasi S. Rambutan DAS Pemali Paket P.17 15


Pengukuran Topografi
LAPORAN AKHIR

Gambar III.6 Kiri : Perlapisan batulempung dan batupasir yang membentuk


struktur mikro sinklin, kanan : lapisan batuan dengan kemiringan yang
berubah mengindikasikan telah terjadi seretan akibat sesar.

d. Pada Pada Koordinat UTM zone 49 0268123; 9217715 di Desa Kamal, batuan
penyusunnya berupa perlapisan batupasir dan batulempung dengan tebal 20 –
40 cm. Batupasir berwarna hitam keabuan, kompak dan keras. Batulempung
abu-abu kehitaman, agak keras dalam keadaan lapuk berwarna kecoklatan..
Satuan batuan ini merupakan bagian dari Formasi Rambatan dan mempunyai
kedudukan lapisan batuan N 170ºE / 34º. Pada bagain cut off, terjadi massa
batuan yang runtuh diikuti dengan longsoran tanah yang ada di atas dan
sekitarnya (Gambar II.10) Tanah tersebut berupa pasir lanauan yang bersifat
agak urai sehingga mudah sekalai tererosi.

Longsoran

Masa batuan runtuh

Gambar III.7 Kiri : Singkapan perlapisan batupasir dan batulempung di


Desa Kamal, kanan : masa batuan yang runtuh dan longsoran
tanah di sekitarnya.

Perencanaan Konservasi S. Rambutan DAS Pemali Paket P.17 16


Pengukuran Topografi
LAPORAN AKHIR

Perencanaan Konservasi S. Rambutan DAS Pemali Paket P.17 17


Pengukuran Topografi
LAPORAN AKHIR

Contents

BAB III III-1


Survey Topografi & Geologi III-1
3.1 Survey Topografi III-1
3.1.1 Persiapan III-1
3.1.2 Personil Dan Peralatan III-2
3.1.3 Pengukuran Topografi III-3
3.1.4 Perhitungan Data III-5
3.1.5 Penggambaran dan Penyajian Peta III-7
3.1.6 Hasil Kegiatan Pengukuran Survey Topografi III-8
3.2 Kondisi Geologi III-11
3.2.1 Geologi Regional III-11
3.2.2 Geologi S. Rambutan III-13

Perencanaan Konservasi S. Rambutan DAS Pemali Paket P.17 18


Pengukuran Topografi
LAPORAN AKHIR

Gambar III.1 : Situasi Pengukuran Topografi........................................................................III-10


Gambar III.2 Geologi Sungai Rambutan...............................................................................III-11
Gambar III.3 Kanan : Penampakan penampang sungai berbentuk U asimetri, kanan : kenampakan
endapan pasir, kerikil, dankerakal di dasar sungai...............................................................III-14
Gambar III.4 Kiri : Penampakan longsoran pada tebing sungai dengan litologi pasir lanauan, kanan
: bronjong masih bertahan, namun tanah di atasnya yang longsor........................................III-14
Gambar III.5. Kanan : batuan dasar berupa napal abu-abu yang mudah hancur, tengah : lempung
di bagian atas permukaan tanah yang retak-retak, kiri : gerakan tanah dengan area berbentuk
tapal kuda yang akan bertambah parah jika hujan................................................................III-15
Gambar III.6 Kiri : Perlapisan batulempung dan batupasir yang membentuk struktur mikro sinklin,
kanan : lapisan batuan dengan kemiringan yang berubah mengindikasikan telah terjadi seretan
akibat sesar........................................................................................................................III-16
Gambar III.7 Kiri : Singkapan perlapisan batupasir dan batulempung di Desa Kamal, kanan : masa
batuan yang runtuh dan longsoran tanah di sekitarnya.........................................................III-16

Tabel III.1 Daftar Koordinat dan Elevasi Patok BM..................................................................III-8

Perencanaan Konservasi S. Rambutan DAS Pemali Paket P.17 19

Anda mungkin juga menyukai