Efisiensi Jaringan Rendah, untuk jenis Efisiensi dapat Efisiensi dalam petak
tanaman dengan dikendalikan, namun tersier dapat menjadi
varietas tinggi yang demikian efisiensi di sangat rendah jika
memerlukan alokasi jaringan utama bisa tidak diberi bimbingan
air yang fleksibel menjadi rendah jika atau pengarahan tapi
(irigasi produktif). pengaturan yang efisiensi di jaringan
sudah tetap sering utama bisa sangat
dirubah. tinggi.
Tingkat Pelayanan Ketat, tidak fleksibel, Agak fleksibel, namun Fleksibel, berkeadilan
petani harus kepastian baik volume dan adanya kepastian
menyesuaikan dengan maupun durasi kurang
pemberian yang telah menjamin
ditetapkan
Catatan :
1. Jaringan irigasi yang memanfaatkan air langsung dari sungai akan mengalami fluktuasi
pemberian air dikarenakan tidak teraturnya debit sungai.
2. Jaringan irigasi yang memanfaatkan air waduk mempunyai jadwal yang lebih pasti, terutama
untuk sistem permintaan (on demand supply)
Perbandingan Keuntungan dan Kerugian
Pada Sistem Kendali Hulu dan Hilir
No. Upstream Control Downstream Control
1. Pengelolaan Air harus dikendalikan oleh “water Kebutuhan air akan dipenuhi
operator center” dimana instruksi bukaan pintu sepanjang debit di bendung tersedia.
diberikan ke setiap regulator, berdasarkan
ketersediaan air dan kebutuhan air.
2. Pengetahuan sebelumnya tentang pola tanam dan Pengetahuan sebelumnya tentang
kebutuhan air diperlukan untuk mendapat distribusi pola tanam dan kebutuhan air, tidak
air yang tepat waktu. diperlukan.
3. Pengukur debit dan pengatur debit diperlukan untuk Pengukur debit tidak diperlukan.
mendistribusikan air dari bendung sampai ke sadap Parameter yang dikendalikan adalah
tersier. elevasi muka air.
4. Pasok air yang diperlukan hanya tersedia secara Debit yang diinginkan cepat segera
bertahap dan selalu berkurang. tersedia sesuai kebutuhan.
Perbandingan Keuntungan dan Kerugian
Pada Sistem Kendali Hulu dan Hilir
No. Upstream Control Downstream Control
5. Pengguna air sebelah hulu akan lebih diuntungkan Pada waktu kekurangan air,
daripada pengguna hilir, pada waktu terjadi kekurangan pengguna sebelah hilir masih
air. diuntungkan.
6. Aliran super kritis (misal: bangunan terjun) dalam ruas Aliran super kritis (misal:
saluran antar regulator masih diijinkan. bangunan terjun) dalam ruas
saluran antar regulator tidak
diijinkan. Hanya diijinkan pada
regulator saja.
7. Bangunan terjun dapat dipilih dikombinasikan dengan Bangunan terjun hanya
regulator. mungkin pada regulator.
1 Obyektif Menyelamatkan tanaman dari kekurangan Optimum kecukupan air untuk budidaya
air karena penyimpangan cuaca tanaman
2 Asas manajemen irigasi Pemerataan perolehan air diseluruh petak Nilai produktifitas lahan yang
yang dilayani memperoleh layanan air irigasi
3 Tanaman yang Tanaman pangan sebagai bagian dari Tanaman niaga yang dibutuhkan pasar
dibudidayakan subsistence farming
4 Orientasi produksi Kepastian usaha tani Produksi optimal dengan keuntungan
finansial
5 Status air Air sebagai masukan penyelamat produksi Air sebagai modal usaha tani dan sarana
yang disediakan produksi lain
6 Sistem manajemen yang Penyebaran air di seluruh petak layanan Pemberian air dengan produktivitas
dikehendaki (suply oriented system) usaha tani secara optimal (Demand
oriented system)
7 Jaringan irigasi Sistem irigasi yang baik Sistem penyediaan, distribusi dan kontrol
pemakaian air untuk kekurangan dan
kelebihan air
Pola Pemberian Air pada Irigasi
Protektif dan Irigasi Produktif
IRIGASI PROTEKTIF Pemberian air ditetapkan ke setiap
Hasil Maksimum Per m3 air petak tersier
Menetapkan
pembagian air
Menetapkan sistem
dengan sistem
giliran
pemberian air
menerus / giliran
Rencana Pembagian dan
Pemberian Air Irigasi
• Dari RTTD dan kebutuhan air lain-lain (industri, PDAM, dll) dapat
disusun rencana pembagian air untuk setiap saluran sekunder.
• Pembagian air berdasarkan luas dan jenis tanam yang ada
• Menggunakan metode FPR
• Menggunakan metode faktor K
• Berdasarkan proporsional area
• Pembagian air berdasarkan debit yang tersedia
• Menerus dengan jumlah debit yang berbeda
• Pemberian Air Secara bergiliran
Menggunakan Metode FPR
(Faktor Palawija Relatif)
• Khusus berlaku di Jawa Timur sebagai pengembangan dari
metode pasten.
• Metoda pasten adalah suatu cara pembagian air berdasarkan
pada kesediaan air untuk irigasi terhadap total luas areal palawija
relatif.
• FPR adalah kebutuhan air untuk tanaman palawija di tingkat pintu
tersier (merupakan pengembangan dari pasten ~ kebutuhan air
untuk palawija di lahan sawah / NFR (Nett Field Requirement)).
Menggunakan Metode FPR
(Faktor Palawija Relatif)
• Sedangkan kebutuhan air untuk tanaman lain dikoversikan
terhadap kebutuhan air palawija yang disebut koefisien palawija
relatif dimana besarannya sbb:
Jenis Tanaman Koefisien Palawija
Relatif
Padi :
Pembibitan 20
Penyiapan lahan 6
Pertumbuhan 4
Panen 0
Palawija 1
Tebu :
Muda 1,5
Tua 0
Menetapkan besaran FPR rencana
• Besaran FPR pada setiap daerah irigasi berbeda tergantung
jenis tanah dan iklim/klimatologi setempat.
• Adapun besaran FPR dapat ditentukan berdasarkan perhitungan
kebutuhan air untuk tanaman (crop water requirement) dan
effisiensi di petak tersier serta membandingkan dengan
kebiasaan yang telah berjalan yang didapat dari pencatatan data
selama beberapa tahun terakhir.
Sebagai contoh :
• Pada perhitungan kebutuhan air alternatif 1 (awal tanam
november 1) apabila EI t = 0,8 didapat :
Musim Jenis tanaman Dengan memperhitungkan Re Tanpa memperhitungkan Re
MH Padi :
-Penyiapan lahan 1,31 1,64 0,27 1,54 1,93 0,32
-Pertumbuhan 1,01 1,26 0,32 0,914 1,43 0,29
MK I Padi :
-Penyiapan lahan 0,88 1,1 0,18 1,46 1,82 0,30
-Pertumbuhan 0,54 1,08 0,27 1,017 1,27 0,32
MK II Palawija/Kedelai 0,58 0,72 0,72 0,81 1,02 1,02
▪ Rencana Pembagian / Pemberian Air
berdasarkan FPR yang telah ditetapkan dapat dihitung besarnya
kebutuhan air di intake :
QIR = Σ Qt
EI tot
Qt = FPRren x LPRren.t
dimana :
QIR = Q yang diperlukan / direncanakan di intake
EI total = EIp x EIs
EIp = efisiensi irigasi di saluran primer
EIs = efisiensi irigasi di saluran sekunder
LPR ren.t = luas polowijjo relatif rencana di petak tersier
LPR = luas areal tanam x koefisien Palawija relatif
19
▪ Dalam pelaksanaan bisa terjadi Qintake tersedia < Qrencana
sehingga dapat dihitung FPR pelaksanaan.
FPR pelaks. = QIp x EItot
LPRp
Dimana :
Q Ip = Realisasi Debit pada intake (l/dt)
E.I tot = Efisiensi irigasi pada tingkat jaringan utama
LPR = Realisasi Luas Palawija Relatif
FPRp = Faktor Palawija Relatif pelaksanaan
20
• Apabila :
• FPRp = FPRrenc. maka dilakukan pembagian dan
pemberian air tanpa giliran
• FPRp ≤ 70% FPRrenc. maka dilakukan pembagian dan
pemberian air dengan giliran antar petak
• FPRp ≤ 50% FPRrenc. maka dilakukan pembagian dan
pemberian air dengan giliran antar sekunder
• Catatan : Besarnya FPR rencana untuk masing-masing
saluran diinformasikan ke para juru/mantri pengairan yang
selanjutnya juru pengairan akan mengatur pembagian air
untuk masing-masing petak tersier sesuai dengan luas
tanaman yang ada dan FPR yang telah ditetapkan.
Mekanisme Pusat Operasi
Irigasi
Perhitungan luas
Pengumpulan data Perhitungan faktor
Palawija relatif
oleh Pengamat FPR
(LPR total)
Perhitungan
Pengumpulan data
ketersediaan air Perhitungan faktor
oleh Juru Pintu
bangunan utama FPR
Bangunan Utama
“Q intake”
Catatan :
Apabila K = 80% - 100% dilakukan pembagian biasa (tanpa giliran)
K = 60% - 80% giliran antar petak
K = 40% - 60% giliran antar sekunder
K = > 40% giliran dalam primer
25
Mekanisme Pusat Operasi
Irigasi
Perhitungan
Pengumpulan data kebutuhan air untuk Perhitungan faktor
oleh Pengamat seluruh jaringan K
“Q kebutuhan”
Perhitungan
Pengumpulan data
ketersediaan air
oleh Juru Pintu Perhitungan faktor K
bangunan utama
Bangunan Utama
“Q sungai”
Pemberitahuan kepada
Pengaturan Pintu
Pengamat di Bangunan
Bangunan Sadap Tersier
Sadap Tersier
Perhitungan pengaturan
baru pada Bangunan
Sadap Tersier
Pemberitahuan kepada
Faktor “K” untuk masa-
Kelompok Petani/P3A di
masa tanam
Petak Tersier
Pembagian Air Berdasarkan
Proporsional Area
• Untuk daerah irigasi yang luas, pengaturan pembagian dan pemberian air
dapat didasarkan secara proporsional pada masing-masing sekunder
atau wilayah (untuk lintas DI).
• Pembagian air di masing-masing petak diatur berdasdarkan luas dan
jenis tanaman (bisa berdasarkan metode FPR atau Faktor K). Hal ini
untuk mencegah terjadinya konflik antar sekunder atau wilayah.
• Alokasi air untuk masing-masing sekunder:
QSII = ASII X (EI x QAI) x (KHS)
Atot
Dimana :
QSII = Debit pada Saluran Sekunder (l/dt) Atot = Luas areal pelayanan irigasi
QAI = Debit Andalan Irigasi ASII = Luas areal pelayanan sal. sekunder
= Q intake – Q lain-lain EI = Efisiensi jaringan utama
Q lain-lain meliputi : KHS = Koef. kehilangan air sal. sekunder
Q suplesi pada industri = 100%
Q suplesi pada PDAM & lain-lain 100% - QHS (%)
Q suplesi pada daerah irigasi yang lain QHS = Prosentase kehilangan air sal. sekunder
Pembagian Air Berdasarkan
Proporsional Area
• Selanjutnya berdasarkan alokasi di masing-masing tersier pada
saluran sekunder dihitung besaran:
FPRs = Qsek x EIsek
LPR sek
Qt = LPRt x FPRs
Pembagian air berdasarkan
debit yang tersedia
Berdasarkan debit yang tersedia pada periode tertentu pemberian
air dapat dilakukan dengan cara:
• Menerus dengan jumlah debit persatuan waktu yang berbeda
• Secara bergiliran dengan interval (selang waktu) dan durasi
(jangka waktu pemberian air) yang berbeda sesuai dengan
ketersediaan air.
Pemberian air secara menerus
dengan jumlah debit yang berbeda
• Air diberikan secara menerus dengan debit yang berbeda
tergantung dari besarnya FPR pelaksanaan atau faktor K
pelaksanaan.
• Dengan demikian lahan menerima air tidak sesuai dengan
yang diperlukan.
• Pada kondisi seperti ini perlu memperhatikan kecepatan
aliran di dalam saluran (primer, sekunder ataupun tersier)
dengan kecepatan yang pelan maka kemungkinan resapan
di saluran akan menjadi lebih besar (efifiensi saluran
rendah).
• Dengan demikian perlu dilakukan pemberian air secara
bergilir.
Pemberian air secara bergilir
• Pemberian air dengan giliran dalam petak satu sekunder
• Apabila kondisi air yang tersedia masih memungkinkan dilakukan
secara kontinu di dalam sekunder
• Namun jika dilakukan secara menerus, di petak tersier akan
mengalami kesulitan di dalam pembagian air (elevasi air di saluran
tersier rendah, sehinga membutuhkan waktu untuk membagi ke
petak – petak sawah). Hal ini perlu dilakukan dengan cara
pengaturan giliran didalam petak tersier.
• FPR > 70% FPR yang diperlukan atau Faktor K = 80%.
• Pemberian air dengan giliran antar petak tersier
• Apabila kondisi diatas sulit dilaksanakan maka dilakukan giliran antar
petak tersier dengan durasi dan interval yang disesuaikan dengan
proporsional kebutuhn air di masing-masing petak
• FPR < (70 – 50 %) dari FPR yang dibutuhkan atau Faktor K = 60% –
80 %.
Pemberian air secara bergilir
▪ Pembagian air dengan giliran antar saluran
sekunder
▪ Apabila kondisi air yang tersedia lebih kecil lagi dan
apabila dilakukan secara menerus di dalam sekunder
membutuhkan waktu yang lebih lama (elevasi dan
kecepatan di saluran sekunder rendah)
▪ FPR < 50% dari FPR renc. atau faktor K 40-60%.
▪ Pembagian air dengan giliran dalam primer
▪ Apabila kondisi air yang tersedia jauh lebih kecil dari
yang dibutuhkan maka dapat dilakukan giliran dalam
primer
▪ FPR < 40% dari FPR rencana atau faktor K < 40%.
Hal yang perlu diperhatikan
dalam pengaturan sistem giliran
• Kapasitas saluran : giliran antar petak tersier maupun
antar saluran sekunder pada interval dan durasi
tertentu, air yang dialirkan tidak diperkenankan melalui
kapasitas saluran.
• Jenis tanah : Interval antar giliran perlu
memperhatikan kondisi layu permanen. Artinya jangka
waktu penghentian aliran tidak melampaui batas
waktu tanaman akan layu (kondisi lengas tanah) untuk
berbagai macam jenis tanah.
Mengapa pemberian air bisa
dilakukan terputus-putus/gilir?
Tanaman memiliki kemampuan bertahan dari
cekaman kekurangan air dalam waktu
tertentu
1 75% sampai 100% Aliran terus menerus Aliran terus menerus Aliran terus menerus
Q rencana 75%-100% 75%-100% 75%-100%
Q rencana pada 100% Q rencana pada 100% Q rencana pada 100%
waktu pemberian air waktu pemberian air waktu pemberian air
2 50% sampai 75% Aliran terus menerus Aliran terus menerus Aliran berselang
Q rencana 50% - 75% 50% - 75% 67% - 100%
Q rencana pada 100% Q rencana pada 100% Q rencana pada 75%
waktu pemberian air waktu pemberian air waktu pemberian air
3 25% sampai 50% Aliran terus menerus Aliran berselang Aliran berselang
Q rencana 25% - 50% 50% - 100% 50% - 100%
Q rencana pada 100% Q rencana pada 50% Q rencana pada 50%
waktu pemberian air waktu pemberian air waktu pemberian air
36
To be continued…
Pengoperasian Bangunan Pengatur Irigasi
Monitoring dan Evaluasi