Anda di halaman 1dari 37

RC18-4718 PENGOPERASIAN DAN

PEMELIHARAAN BANGUNAN AIR


PERENCANAAN PENYEDIAAN
AIR IRIGASI
PROGRAM SARJANA
DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK SIPIL, PERENCANAAN DAN KEBUMIAN
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
2021
Pokok Bahasan
• Perencanaan Penyediaan Air Irigasi Tahunan
• Perencanaan Penyediaan Air Irigasi di Tingkat
DI
• Rencana Pembagian dan Pemberian Air Irigasi
• Pengoperasian Bangunan Pengatur Irigasi
• Monitoring dan Evaluasi
Perencanaan Penyediaan Air
Irigasi Tahunan
• Perencanaaan penyediaan air irigasi tahunan dibuat oleh Dinas
yang membidangi pengairan provinsi/ kabupaten/kota atau Balai
Besar Wilayah Sungai sesuai kewenangan.
• Berdasarkan ketersediaan air (debit andalan) dan
mempertimbangkan RTTG (Rencana Tata Tanam Global),
rencana kebutuhan air lainnya (industri, PDAM, dll) serta kondisi
klimatologi (tahun basah, normal, kering).
Tata Cara Penyediaan Air

Catatan dan rekapitulasi


debit air sungai harian,
Perhitungan kebutuhan Perhitungan penggunaan
bulanan dan tahunan
air tahunan berdasarkan air di dalam satu wilayah
pada setiap bangunan
RTTG. sungai.
pengambilan (debit
andalan sungai)

Penetapan alokasi air


Menyusun perhitungan Penetapan alokasi air
dibahas didalam rapat
debit antara kebutuhan air untuk masing-masing
TKPSDA (tim koordinasi
dengan debit andalan pengambilan (pertanian
pengelolaan sumber daya
yang tersedia (neraca air) dan kegunaan lain)
air)
Pola Pemberian Air
Pola pemberian air ke petak tersier dapat dilakukan
dengan 3 cara:
• Pemberian yang ditetapkan (arranged supply)
• Pengaturan ditetapkan pengelola, baik jadwal, volume dan pola
tanam (perubahan dapat dikendalikan)
• Pemberian semi permintaan (Semi-demand supply)
• Pengaturan ditetapkan pengelola berdasarkan permohonan awal
dibandingkan dengan ketersediaan air (butuh waktu/timelag)
• Pemberian sesuai permintaan
• Pengaturan ditetapkan berdasarkan permintaan dari petani dan
dipenuhi, baik volume dan jadwal
Ciri-ciri Pola Pemberian Air
Manajemen Diatur/Ditetapkan Semi-Permintaan Sesuai Permintaan

Kendali Muka Air Kendali hulu Kendali hulu Kendali hilir


(upstream control) : (upstream control) : (downstream control) :
▪ Muka air konstan di ▪ Muka air konstan di ▪ Pengambilan ke
bagian hulu bagian hulu petak tersier sesuai
▪ Pengambilan air ke ▪ Pengambilan tersier permintaan
petak tersier sesuai dengan ▪ Debit dan muka air
proporsional kebutuhan air untuk disetiap regulator
▪ Perubahan debit di setiap jenis tanaman otomatis sesuai
bendung bergerak ▪ Perubahan debit di dengan kebutuhan
ke hilir secara bendung bergerak dihilir
bertahap hingga ke hilir secara
waktu cukup lama bertahap hingga
waktu cukup lama

Bangunan Regulator ▪ Sederhana, bisa ▪ Menggunakan pintu ▪ Pintu otomatis,


menggunakan balok ulir untuk untuk mengatasi
pembatas mempercepat perubahan muka air
▪ Alat ukur cukup pengaturan muka air dihilir
dibangun di di hulu ▪ Pengelola dapat
bangunan sadap ▪ Alat ukur juga membuka pintu
diperlukan di saluran sadap tersier setiap
utama selain di saat sesuai dengan
bangunan sadap permintaan
Ciri-ciri Pola Pemberian Air
Manajemen Diatur/Ditetapkan Semi-Permintaan Sesuai Permintaan

Efisiensi Jaringan Rendah, untuk jenis Efisiensi dapat Efisiensi dalam petak
tanaman dengan dikendalikan, namun tersier dapat menjadi
varietas tinggi yang demikian efisiensi di sangat rendah jika
memerlukan alokasi jaringan utama bisa tidak diberi bimbingan
air yang fleksibel menjadi rendah jika atau pengarahan tapi
(irigasi produktif). pengaturan yang efisiensi di jaringan
sudah tetap sering utama bisa sangat
dirubah. tinggi.

Tingkat Pelayanan Ketat, tidak fleksibel, Agak fleksibel, namun Fleksibel, berkeadilan
petani harus kepastian baik volume dan adanya kepastian
menyesuaikan dengan maupun durasi kurang
pemberian yang telah menjamin
ditetapkan

Penyediaan Air, dari Kurang Cukup Baik


segi kecukupan,
keadilan, keluwesan
Pemanfaatan Curah Rendah Cukup Tinggi
Hujan
Ciri-ciri Pola Pemberian Air
Manajemen Diatur/Ditetapkan Semi-Permintaan Sesuai Permintaan

Komunikasi Mudah, tidak perlu Diperlukan pusat Diperlukan pusat


pusat operasi irigasi irigasi untuk operasi irigasi untuk
memperlancar mengantisipasi
pengaturan bilamana terjadi
pembagian atau kekurangan air
pemberian air
SDM Pengelola Seadanya (tidak Diperlukan jumlah Tidak diperlukan
diperlukan yang terlalu tenaga yang banyak jumlah tenaga yang
tinggi karena dengan pengetahuan banyak, namun
tanggung jawabnya yang tinggi karena dengan pengetahuan
tidak terlalu besar) tanggung jawabnya yang tinggi karena
yang tinggi pengaturan dilakukan
secara otomatis
Pembiayaan Murah Cukup mahal Sangat mahal
Pengelolaan

Catatan :
1. Jaringan irigasi yang memanfaatkan air langsung dari sungai akan mengalami fluktuasi
pemberian air dikarenakan tidak teraturnya debit sungai.
2. Jaringan irigasi yang memanfaatkan air waduk mempunyai jadwal yang lebih pasti, terutama
untuk sistem permintaan (on demand supply)
Perbandingan Keuntungan dan Kerugian
Pada Sistem Kendali Hulu dan Hilir
No. Upstream Control Downstream Control

1. Pengelolaan Air harus dikendalikan oleh “water Kebutuhan air akan dipenuhi
operator center” dimana instruksi bukaan pintu sepanjang debit di bendung tersedia.
diberikan ke setiap regulator, berdasarkan
ketersediaan air dan kebutuhan air.
2. Pengetahuan sebelumnya tentang pola tanam dan Pengetahuan sebelumnya tentang
kebutuhan air diperlukan untuk mendapat distribusi pola tanam dan kebutuhan air, tidak
air yang tepat waktu. diperlukan.

3. Pengukur debit dan pengatur debit diperlukan untuk Pengukur debit tidak diperlukan.
mendistribusikan air dari bendung sampai ke sadap Parameter yang dikendalikan adalah
tersier. elevasi muka air.

4. Pasok air yang diperlukan hanya tersedia secara Debit yang diinginkan cepat segera
bertahap dan selalu berkurang. tersedia sesuai kebutuhan.
Perbandingan Keuntungan dan Kerugian
Pada Sistem Kendali Hulu dan Hilir
No. Upstream Control Downstream Control

5. Pengguna air sebelah hulu akan lebih diuntungkan Pada waktu kekurangan air,
daripada pengguna hilir, pada waktu terjadi kekurangan pengguna sebelah hilir masih
air. diuntungkan.

6. Aliran super kritis (misal: bangunan terjun) dalam ruas Aliran super kritis (misal:
saluran antar regulator masih diijinkan. bangunan terjun) dalam ruas
saluran antar regulator tidak
diijinkan. Hanya diijinkan pada
regulator saja.
7. Bangunan terjun dapat dipilih dikombinasikan dengan Bangunan terjun hanya
regulator. mungkin pada regulator.

8. Tidak ada pembatas kemiringan dasar saluran. Kemiringan saluran harus


cukup kecil
Tipe Pengelolaan Sistem Irigasi
Deskriptor pembeda Tipe pengelolaan sistem irigasi
No
Irigasi protektif Irigasi produktif

1 Obyektif Menyelamatkan tanaman dari kekurangan Optimum kecukupan air untuk budidaya
air karena penyimpangan cuaca tanaman
2 Asas manajemen irigasi Pemerataan perolehan air diseluruh petak Nilai produktifitas lahan yang
yang dilayani memperoleh layanan air irigasi
3 Tanaman yang Tanaman pangan sebagai bagian dari Tanaman niaga yang dibutuhkan pasar
dibudidayakan subsistence farming
4 Orientasi produksi Kepastian usaha tani Produksi optimal dengan keuntungan
finansial
5 Status air Air sebagai masukan penyelamat produksi Air sebagai modal usaha tani dan sarana
yang disediakan produksi lain
6 Sistem manajemen yang Penyebaran air di seluruh petak layanan Pemberian air dengan produktivitas
dikehendaki (suply oriented system) usaha tani secara optimal (Demand
oriented system)
7 Jaringan irigasi Sistem irigasi yang baik Sistem penyediaan, distribusi dan kontrol
pemakaian air untuk kekurangan dan
kelebihan air
Pola Pemberian Air pada Irigasi
Protektif dan Irigasi Produktif
IRIGASI PROTEKTIF Pemberian air ditetapkan ke setiap
Hasil Maksimum Per m3 air petak tersier

IRIGASI PRODUKTIF Pemberian air semi permintaan ke


setiap petak tersier
Hasil Maksimum Per Ha
Luas Daerah Irigasi

Pemberian air sesuai permintaan


ke setiap petak tersier
Perencanaan Penyediaan Air
Irigasi di Tingkat DI
• Berdasarkan debit alokasi air yang ditetapkan oleh TKPSDA maka
segera ditindaklanjuti dengan rencana penyediaan air irigasi di
tingkat DI untuk masing-masing saluran (primer, sekunder dan
tersier) sesuai dengan RTTG yang ada.
• Apabila ternyata terdapat perbedaan antara kebutuhan air irigasi
berdasarkan RTTG dengan alokasi yang ditetapkan maka
dilakukan penyesuaian RTTG yang baru dan ditindaklanjuti
dengan penyusunan RTTD (Rencana Tata Tanam Detail) untuk
masing-masing sekunder.
Tata Cara Pembuatan
Rencana Pembagian Air (RPA)

Menghitung potensi Mengevaluasi debit Menetapkan


air atau debit yang air yang sudah perkiraan kehilangan
tersedia ditetapkan air

Menetapkan
pembagian air
Menetapkan sistem
dengan sistem
giliran
pemberian air
menerus / giliran
Rencana Pembagian dan
Pemberian Air Irigasi
• Dari RTTD dan kebutuhan air lain-lain (industri, PDAM, dll) dapat
disusun rencana pembagian air untuk setiap saluran sekunder.
• Pembagian air berdasarkan luas dan jenis tanam yang ada
• Menggunakan metode FPR
• Menggunakan metode faktor K
• Berdasarkan proporsional area
• Pembagian air berdasarkan debit yang tersedia
• Menerus dengan jumlah debit yang berbeda
• Pemberian Air Secara bergiliran
Menggunakan Metode FPR
(Faktor Palawija Relatif)
• Khusus berlaku di Jawa Timur sebagai pengembangan dari
metode pasten.
• Metoda pasten adalah suatu cara pembagian air berdasarkan
pada kesediaan air untuk irigasi terhadap total luas areal palawija
relatif.
• FPR adalah kebutuhan air untuk tanaman palawija di tingkat pintu
tersier (merupakan pengembangan dari pasten ~ kebutuhan air
untuk palawija di lahan sawah / NFR (Nett Field Requirement)).
Menggunakan Metode FPR
(Faktor Palawija Relatif)
• Sedangkan kebutuhan air untuk tanaman lain dikoversikan
terhadap kebutuhan air palawija yang disebut koefisien palawija
relatif dimana besarannya sbb:
Jenis Tanaman Koefisien Palawija
Relatif
Padi :
Pembibitan 20
Penyiapan lahan 6
Pertumbuhan 4
Panen 0
Palawija 1
Tebu :
Muda 1,5
Tua 0
Menetapkan besaran FPR rencana
• Besaran FPR pada setiap daerah irigasi berbeda tergantung
jenis tanah dan iklim/klimatologi setempat.
• Adapun besaran FPR dapat ditentukan berdasarkan perhitungan
kebutuhan air untuk tanaman (crop water requirement) dan
effisiensi di petak tersier serta membandingkan dengan
kebiasaan yang telah berjalan yang didapat dari pencatatan data
selama beberapa tahun terakhir.
Sebagai contoh :
• Pada perhitungan kebutuhan air alternatif 1 (awal tanam
november 1) apabila EI t = 0,8 didapat :
Musim Jenis tanaman Dengan memperhitungkan Re Tanpa memperhitungkan Re

NFR DRT FPR NFR DRT FPR

MH Padi :
-Penyiapan lahan 1,31 1,64 0,27 1,54 1,93 0,32
-Pertumbuhan 1,01 1,26 0,32 0,914 1,43 0,29
MK I Padi :
-Penyiapan lahan 0,88 1,1 0,18 1,46 1,82 0,30
-Pertumbuhan 0,54 1,08 0,27 1,017 1,27 0,32
MK II Palawija/Kedelai 0,58 0,72 0,72 0,81 1,02 1,02
▪ Rencana Pembagian / Pemberian Air
berdasarkan FPR yang telah ditetapkan dapat dihitung besarnya
kebutuhan air di intake :
QIR = Σ Qt
EI tot
Qt = FPRren x LPRren.t
dimana :
QIR = Q yang diperlukan / direncanakan di intake
EI total = EIp x EIs
EIp = efisiensi irigasi di saluran primer
EIs = efisiensi irigasi di saluran sekunder
LPR ren.t = luas polowijjo relatif rencana di petak tersier
LPR = luas areal tanam x koefisien Palawija relatif

19
▪ Dalam pelaksanaan bisa terjadi Qintake tersedia < Qrencana
sehingga dapat dihitung FPR pelaksanaan.
FPR pelaks. = QIp x EItot
LPRp

Dimana :
Q Ip = Realisasi Debit pada intake (l/dt)
E.I tot = Efisiensi irigasi pada tingkat jaringan utama
LPR = Realisasi Luas Palawija Relatif
FPRp = Faktor Palawija Relatif pelaksanaan

selanjutnya pemberian air di petak tersier : Qt = FPRp x LPRt

20
• Apabila :
• FPRp = FPRrenc. maka dilakukan pembagian dan
pemberian air tanpa giliran
• FPRp ≤ 70% FPRrenc. maka dilakukan pembagian dan
pemberian air dengan giliran antar petak
• FPRp ≤ 50% FPRrenc. maka dilakukan pembagian dan
pemberian air dengan giliran antar sekunder
• Catatan : Besarnya FPR rencana untuk masing-masing
saluran diinformasikan ke para juru/mantri pengairan yang
selanjutnya juru pengairan akan mengatur pembagian air
untuk masing-masing petak tersier sesuai dengan luas
tanaman yang ada dan FPR yang telah ditetapkan.
Mekanisme Pusat Operasi
Irigasi

Perhitungan luas
Pengumpulan data Perhitungan faktor
Palawija relatif
oleh Pengamat FPR
(LPR total)

Perhitungan
Pengumpulan data
ketersediaan air Perhitungan faktor
oleh Juru Pintu
bangunan utama FPR
Bangunan Utama
“Q intake”

Faktor FPR = (Qintake – Qlain-lain) x EItot


LPR tot
Mekanisme Pusat Operasi
Irigasi
Qi = ( LPRp x FPR) + Qlain
EIp
Perhitungan pengaturan
Pemberitahuan kepada juru Pengaturan Pintu
baru pada Bangunan
pintu di Bangunan Utama Bangunan Utama
Utama

Perhitungan pengaturan Pengaturan Pintu


Pemberitahuan kepada juru
baru pada Bangunan Bangunan Pengatur
pintu di Jaringan Utama
Perhitungan faktor FPR Pengatur Jaringan Utama Jaringan Utama
Qs = LPRs x FPRrenc
EIs Pemberitahuan kepada
Pengaturan Pintu
Pengamat di Bangunan
Bangunan Sadap Tersier
Sadap Tersier
Perhitungan pengaturan
baru pada Bangunan
Sadap Tersier
Pemberitahuan kepada
Qt = LPRt x FPRrenc Kelompok Petani/P3A di FPR untuk masa tanam
Petak Tersier
Menggunakan Metode Faktor “K”
Besaran faktor K di hitung atas :

K = total debit yang tersedia di pintu pengambilan


total kebutuhan air di pintu tersier

K = (Q dialirkan + Q suplesi) – (Q lain-lain) - (Q kehilangan)


Q tersier total

Qtersier renc = (K x kebutuhan air di pintu tersier)/EIt


= K x luas tanam x kebutuhan air untuk tanaman (NFR)
EIt

Q sekunder renc = (K x kebutuhan air di pintu sekunder)/EIs


= K x Σ Qt
EIs
Qp.renc = K x Σ Qs + (K x Σ Qtrp) / EIt + Qlain-lain
EIp
Dimana :
Qt yang dibutuhkan didapat dari luas dan jenis tanaman dikalikan
kebutuhan masing-masing tanaman di setiap periodenya.
Besaran kebutuhan air didapat dari perhitungan dan dapat di
sederhanakan. Misalnya dari perhitungan di tingkat lahan (NFR)
didapat :
- Padi : pengolahan = 1,31 l/dt/Ha
pertumbuhan = 1,01 l/dt/Ha
pemasakan = 0,66 l/dt/Ha
panen = 0 l/dt/Ha

Catatan :
Apabila K = 80% - 100% dilakukan pembagian biasa (tanpa giliran)
K = 60% - 80% giliran antar petak
K = 40% - 60% giliran antar sekunder
K = > 40% giliran dalam primer
25
Mekanisme Pusat Operasi
Irigasi

Perhitungan
Pengumpulan data kebutuhan air untuk Perhitungan faktor
oleh Pengamat seluruh jaringan K
“Q kebutuhan”

Perhitungan
Pengumpulan data
ketersediaan air
oleh Juru Pintu Perhitungan faktor K
bangunan utama
Bangunan Utama
“Q sungai”

Faktor K = Q yang tersedia di bangunan utama


Q yang dibutuhkan
Mekanisme Pusat Operasi
Irigasi
Perhitungan pengaturan
Pemberitahuan kepada juru Pengaturan Pintu
baru pada Bangunan
pintu di Bangunan Utama Bangunan Utama
Utama

Perhitungan pengaturan Pengaturan Pintu


Pemberitahuan kepada juru
baru pada Bangunan Bangunan Pengatur
pintu di Jaringan Utama
Perhitungan faktor K Pengatur Jaringan Utama Jaringan Utama

Pemberitahuan kepada
Pengaturan Pintu
Pengamat di Bangunan
Bangunan Sadap Tersier
Sadap Tersier
Perhitungan pengaturan
baru pada Bangunan
Sadap Tersier
Pemberitahuan kepada
Faktor “K” untuk masa-
Kelompok Petani/P3A di
masa tanam
Petak Tersier
Pembagian Air Berdasarkan
Proporsional Area
• Untuk daerah irigasi yang luas, pengaturan pembagian dan pemberian air
dapat didasarkan secara proporsional pada masing-masing sekunder
atau wilayah (untuk lintas DI).
• Pembagian air di masing-masing petak diatur berdasdarkan luas dan
jenis tanaman (bisa berdasarkan metode FPR atau Faktor K). Hal ini
untuk mencegah terjadinya konflik antar sekunder atau wilayah.
• Alokasi air untuk masing-masing sekunder:
QSII = ASII X (EI x QAI) x (KHS)
Atot
Dimana :
QSII = Debit pada Saluran Sekunder (l/dt) Atot = Luas areal pelayanan irigasi
QAI = Debit Andalan Irigasi ASII = Luas areal pelayanan sal. sekunder
= Q intake – Q lain-lain EI = Efisiensi jaringan utama
Q lain-lain meliputi : KHS = Koef. kehilangan air sal. sekunder
Q suplesi pada industri = 100%
Q suplesi pada PDAM & lain-lain 100% - QHS (%)
Q suplesi pada daerah irigasi yang lain QHS = Prosentase kehilangan air sal. sekunder
Pembagian Air Berdasarkan
Proporsional Area
• Selanjutnya berdasarkan alokasi di masing-masing tersier pada
saluran sekunder dihitung besaran:
FPRs = Qsek x EIsek
LPR sek
Qt = LPRt x FPRs
Pembagian air berdasarkan
debit yang tersedia
Berdasarkan debit yang tersedia pada periode tertentu pemberian
air dapat dilakukan dengan cara:
• Menerus dengan jumlah debit persatuan waktu yang berbeda
• Secara bergiliran dengan interval (selang waktu) dan durasi
(jangka waktu pemberian air) yang berbeda sesuai dengan
ketersediaan air.
Pemberian air secara menerus
dengan jumlah debit yang berbeda
• Air diberikan secara menerus dengan debit yang berbeda
tergantung dari besarnya FPR pelaksanaan atau faktor K
pelaksanaan.
• Dengan demikian lahan menerima air tidak sesuai dengan
yang diperlukan.
• Pada kondisi seperti ini perlu memperhatikan kecepatan
aliran di dalam saluran (primer, sekunder ataupun tersier)
dengan kecepatan yang pelan maka kemungkinan resapan
di saluran akan menjadi lebih besar (efifiensi saluran
rendah).
• Dengan demikian perlu dilakukan pemberian air secara
bergilir.
Pemberian air secara bergilir
• Pemberian air dengan giliran dalam petak satu sekunder
• Apabila kondisi air yang tersedia masih memungkinkan dilakukan
secara kontinu di dalam sekunder
• Namun jika dilakukan secara menerus, di petak tersier akan
mengalami kesulitan di dalam pembagian air (elevasi air di saluran
tersier rendah, sehinga membutuhkan waktu untuk membagi ke
petak – petak sawah). Hal ini perlu dilakukan dengan cara
pengaturan giliran didalam petak tersier.
• FPR > 70% FPR yang diperlukan atau Faktor K = 80%.
• Pemberian air dengan giliran antar petak tersier
• Apabila kondisi diatas sulit dilaksanakan maka dilakukan giliran antar
petak tersier dengan durasi dan interval yang disesuaikan dengan
proporsional kebutuhn air di masing-masing petak
• FPR < (70 – 50 %) dari FPR yang dibutuhkan atau Faktor K = 60% –
80 %.
Pemberian air secara bergilir
▪ Pembagian air dengan giliran antar saluran
sekunder
▪ Apabila kondisi air yang tersedia lebih kecil lagi dan
apabila dilakukan secara menerus di dalam sekunder
membutuhkan waktu yang lebih lama (elevasi dan
kecepatan di saluran sekunder rendah)
▪ FPR < 50% dari FPR renc. atau faktor K 40-60%.
▪ Pembagian air dengan giliran dalam primer
▪ Apabila kondisi air yang tersedia jauh lebih kecil dari
yang dibutuhkan maka dapat dilakukan giliran dalam
primer
▪ FPR < 40% dari FPR rencana atau faktor K < 40%.
Hal yang perlu diperhatikan
dalam pengaturan sistem giliran
• Kapasitas saluran : giliran antar petak tersier maupun
antar saluran sekunder pada interval dan durasi
tertentu, air yang dialirkan tidak diperkenankan melalui
kapasitas saluran.
• Jenis tanah : Interval antar giliran perlu
memperhatikan kondisi layu permanen. Artinya jangka
waktu penghentian aliran tidak melampaui batas
waktu tanaman akan layu (kondisi lengas tanah) untuk
berbagai macam jenis tanah.
Mengapa pemberian air bisa
dilakukan terputus-putus/gilir?
Tanaman memiliki kemampuan bertahan dari
cekaman kekurangan air dalam waktu
tertentu

• Hari stress tanaman (cekaman air/water stress):


jumlah hari suatu tanaman (padi) tidak mengalami
genangan.
• Kondisi sisa air dalam tanah selama 2-3 hari
setelah tanah mengalami jenuh air = kondisi
kapasitas lapang.
Tabel Contoh Penjatahan Pemberian Air Giliran

Giliran Bangunan Utama Saluran Induk Saluran Sekunder Sadap Tersier

1 75% sampai 100% Aliran terus menerus Aliran terus menerus Aliran terus menerus
Q rencana 75%-100% 75%-100% 75%-100%
Q rencana pada 100% Q rencana pada 100% Q rencana pada 100%
waktu pemberian air waktu pemberian air waktu pemberian air

2 50% sampai 75% Aliran terus menerus Aliran terus menerus Aliran berselang
Q rencana 50% - 75% 50% - 75% 67% - 100%
Q rencana pada 100% Q rencana pada 100% Q rencana pada 75%
waktu pemberian air waktu pemberian air waktu pemberian air

3 25% sampai 50% Aliran terus menerus Aliran berselang Aliran berselang
Q rencana 25% - 50% 50% - 100% 50% - 100%
Q rencana pada 100% Q rencana pada 50% Q rencana pada 50%
waktu pemberian air waktu pemberian air waktu pemberian air

4 0% sampai 25% Aliran terus menerus Aliran berselang Aliran berselang


Q rencana 0% - 25% 0% - 50% 0% - 100%
Q rencana pada 100% Q rencana pada 50% Q rencana pada 0% -
waktu pemberian air waktu pemberian air 25% waktu pemberian
air

36
To be continued…
Pengoperasian Bangunan Pengatur Irigasi
Monitoring dan Evaluasi

Anda mungkin juga menyukai