Anda di halaman 1dari 32

SISTEM PEMBAGIAN GOLONGAN

IRIGASI, MENGHITUNG WAKTU


TANAM, DAN PEMBAGIAN AIR
SISTEM GOLONGAN IRIGASI
Pada awal musim hujan, air sungai pada umumnya tidak dapat
langsung mencukupi kebutuhan air untuk tanaman dalam suatu
daerah irigasi. Debit sungai akan berangsur angsur membesar
hingga mencapai puncaknya kemudian kembali berangsur-angsur
mengecil kembali kestadium awal memasuki musim kemarau.
Pada saat debit mencapai puncaknya, umumnya ketersediaan air
akan berlebihan, karena dasar perhitungan dilakukan dengan debit
andalan. Debit andalan adalah besarnya debit yang tersedia di
sumber air yang dimanfaatkan sebagai penyediaan air dengan
resiko kegagalan yang telah diperhitungkan
SISTEM PEMBERIAN AIR IRIGASI

Sistem pembagian air irigasi ada tiga cara yaitu: sistem serentak,
sistem golongan dan sistem rotasi. Penerapan ketiga cara tersebut
tergantung pada jumlah air yang tersedia.
SISTEM PEMBERIAN AIR IRIGASI
1. Sistem Serentak

Sistem serentak pembagian air irigasi dilakukan


jika jumlah air yang tersedia cukup banyak
untuk memenuhi kebutuhan air tanaman.
Pembagian air dilakukan secara bersamaan
keseluruh areal yang ditanami.
SISTEM PEMBERIAN AIR IRIGASI
2. Sistem Golongan
Pemberian air dengan sistem golongan dapat
mengurangi kebutuhan puncak air irigasi. Pada musim
kemarau keadaan air mengalami penurunan atau kritis,
maka pemberian air tanaman akan diberikan kepada
tanaman yang telah direncanakan. Cara ini dilakukan
apabila jumlah air yang tersedia cukup terbatas,
sementara kebutuhan air sangat besar. Idealnya satu
daerah irigasi dibagi menjadi tiga sampai lima
golongan dengan jarak waktu tanam dua sampai tiga
minggu.
SISTEM PEMBERIAN AIR IRIGASI
3. Sistem Rotasi
Metode rotasi irigasi dilakukan apabila kebutuhan air irigasinya besar
sementara air yang tersedia kurang, maka perlu dilakukan pemberian
air secara sistem rotasi atau bergilir. Idealnya waktu giliran dua
sampai tiga hari dan tidak boleh lebih dari satu minggu karena akan
berpengaruh terhadap per tumbuhan tanaman. Cara pemberian air
di saluran tersier atau saluran utama dengan interval waktu tertentu
bila debit yang tersedia kurang dari faktor K. Jika persediaan air
cukup maka faktor K sama dengan satu (K=1) pembagian dan
pemberian air sama dengan rencana pembagian dan pemberian air
sedangkan pada persediaan air kurang maka faktor K kecil dari satu.
Sistem rotasi teknis dibentuk dari petak tersier
dibagi-bagi menjadi sejumlah golongan,
sedemikian rupa sehingga tiap golongan terdiri
dari petak–petak tersier yang tersebar di seluruh
daerah irigasi.

Sistem rotasi ini berguna untuk pengurangan


debit puncak, dengan membagi golongan minimal
3-4 golongan dan maksimal 5-6 golongan sistem
rotasi.
Terkadang rotasi teknis hanya diterapkan di petak sekunder. Seluruh
petak tersier hanya dilayani satu saluran sekunder termasuk dalam
golongan yang sama. Sistem rotasi teknis ini eksploitasinya tidak
rumit, tetapi kurang menguntungkan dibanding sistem rotasi petak
tersier, karena :
1. Tidak ada dampak pengurangan debit rencana pada saluran
sekunder
2. Kesempatan untuk berbagi tenaga kerja dan ternak penghela di
antara petak tersier terbatas karena seluruh petak sekunder mulai
menggarap tanah dalam waktu yang bersamaan.
Dalam menilai teknik sistem rotasi yang diperlukan,
harus diperhatikan hal berikut:

• Dari pertimbangan sosial, apakah sistem


tersebut diterima dan apakah pelaksanaan
dan eksploitasi secara teknik layak
• Jenis sumber air
• Sekali atau dua kali tanam.
• Luasnya area irigasi
SISTEM GOLONGAN IRIGASI

Persyaratan dan Kesimpulan Rotasi Teknis (KP-01 )


KEUNTUNGAN SISTEM GOLONGAN IRIGASI
• Pemakaian air hemat sesuai ketersediaan air di sungai
• Dimensi saluran dan bangunan diperkecil, karena pemberian air
berangsur, sehingga debit maksimum lebih
• Awal pengolahan tanah di awal musim hujan tanpa menunggu
air maksimum.
• Pengaturan tenaga kerja pengolahan tanah mudah, menghindari
pendadakan puncak kebutuhan tenaga
• Lebih praktis sebagai dasar pembagian air secara rotasi.
KERUGIAN SISTEM GOLONGAN
• Timbulnya konflik sosial
• Operasi lebih rumit
• Kehilangan air akibat operasi sedikit lebih tinggi
• Jangka waktu irigasi untuk tanaman pertama lebih lama,
akibatnya sedikit waktu untuk tanaman kedua
• Daus/siklus gangguan serangga, pemakaian insektisida
PERATURAN GOLONGAN
Pada permulaan pemberian air ditetapkan sesuai dengan
besarnya debit yang tersedia di sungai.
Bila banyaknya air belum mencukupi kebutuhan, maka air
irigasi tidak akan dialirkan ke daerah tersebut.

13
BANYAKNYA GOLONGAN
Jumlah bagian golongan tidak terlalu mengikat, tergantung waktu
pemberian air, serta kondisi yang berkembang setempat, namun
umumnya jumlah golongan yang efektif antara 2-6 golongan.
Jika jumlah golongan lebih banyak, maka golongan penerima air
paling akhir menjadi terlalu terlambat, sehingga tidak
berkecukupan airnya,
Umumnya, pelaksanaan pemberian air untuk jumlah golongan >
tiga, dilakukan secara bersama

14
SELANG WAKTU PEMBERIAN AIR
Secara umum kalau tidak ada hal-hal yang bersifat khusus,
selang waktu pemberian air antara golongan ke satu dan
golongan ke dua biasanya ditetapkan dalam dua mingguan,
disesuaikan dengan pekiraan debit yang tersedia.

Selang waktu ini dapat saja dibuat kurang atau lebih dari dua
minggu.

15
LUAS GOLONGAN
Pembagian luas golongan harus memperhatikan keseimbangan
luas golongan antara satu dengan yang lain.
Selain itu, juga mempertimbangkan hal-hal lain misalnya
rencana luas tanaman padi gadu, luas rencana tanaman tebu,
rencana tanaman palawija, dan tanaman lain yang mungkin akan
ditanam di daerah irigasi tersebut, serta luas golongan pertama
dan kemungkinan terjadinya banjir serta adanya pemberian air
untuk air baku air minum dan lain sebagainya.

16
Dasar
pengelompokan
daerah golongan
Dasar pengelompokan daerah golongan ialah
membagi daerah irigasi yang luasnya hampir sama,
serta jadwal dan jenis tanaman yang akan ditanam

Jenis-jenis Sistem Golongan


• Golongan vertikal
• Golongan Horizontal
• Golongan Tersebar
PEMILIHAN
GOLONGAN IRIGASI
Pemilihan golongan tergantung pada :

• Kesiapan petugas atau pelaksana lapangan yang


melaksanakan kegiatan operasi jaringan irigasi
• Kedisipilinan petani/P3A/GP3A terhadap kesepakatan
rencana tata tanam
• Kondisi bangunan jaringan irigasi (saluran, pintu,
bangunan/alat pengukur debit)
SISTEM GOLONGAN IRIGASI
P3A (Perkumpulan Petani Pemakai Air):
kelembagaan pengelolaan irigasi yang menjadi
wadah petani pemakai air dalam suatu daerah
pelayanan irigasi yang dibentuk oleh petani pemakai
air sendiri secara demokratis, termasuk Lembaga
lokal pengelola irigasi.
GP3A (Gabungan Perkumpulan Petani Pemakai Air):
Gabungan beberapa kelembagaan P3A yang
bersepakat bekerjasama memanfaatkan air irigasi dan
jaringan irigasi yang bertujuan untuk mempermudah
pola koordinasi.
SISTEM GOLONGAN IRIGASI
SISTEM GOLONGAN IRIGASI
• Untuk Daerah Irigasi yang P3A kurang/belum/tidak aktif
disarankan menggunakan rencana golongan vertikal
• untuk P3A yang sudah cukup aktif dan memadai dapat
menggunakan rencana golongan horizontal
• apabila P3A sudah maju/terampil/terlatih dalam operasi dan
kondisi jaringan irigasi bagus dapat diterapkan rencana
golongan tersebar.
MENGHITUNG WAKTU TANAM (RENCANA TATA TANAM)
Sistem penggolongan, juga memperhatikan atau menghitung waktu tanam
(rencana tata tanam), tujannya memanfaatkan air irigasi secara optimal pada
suatu daerah irigasi

Penyusunan rencana tata tanam dilakukan menjelang awal tahun tanam


untuk menentukan jenis tanaman dan waktu tanam di suatu Daerah Irigasi.
Tata tanam disusun oleh instansi teknis yang berwenang dengan prinsip
partisipatif, artinya melibatkan peran serta petani untuk mengusulkan
tanaman yang akan ditanam pada tahun tanam berikut.
Keterlibatan petani disalurkan melalui P3A.
MENGHITUNG WAKTU TANAM (RENCANA TATA TANAM)
Ketentuan rencana tata tanam :
• Beberapa besarnya debit sungai
• Berapa besar kebutuhan air irigasi
• Berapa luas tanaman pagi, palawija dan tanaman lainnya
• Kapan waktu mulai tanam dan tutup tanam
• Kapan ada pengeringan saluran
• Macam dan mekanisme golongan yang dilaksanakan
MENGHITUNG WAKTU TANAM
(RENCANA TATA TANAM)

Pada tata tanam yang baik, akan terdapat selang


atau jeda waktu diantara masa tanam musim
hujan dengan kemarau

Jeda waktu ini diatur bersamaan dengan


kebutuhan waktu pengeringan saluran untuk
keperluan pemeliharaan dan perbaikan
saluran
FAKTOR DALAM PEMILIHAN POLA DAN WAKTU TANAM
• Ketersedian dana
• Ketersedian buruh kerja
• Musim
• Penyakit tanaman
• Kutu
• Kebutuhan pasar
• Pertimbangan akan waktu penutupan saluran untuk
pemeliharaan
HASIL PERTIMBANGAN YANG DIHARAPKAN :
• Penggunaan air irigasi dapat ditekan dengan pengurangan durasi
tanam dan panen tanpa peningkatan kebutuhan buruh persatuan
waktu
• Terhindar dari kondisi musim yang merugikan (kekeringan, hujan
badai) pertumbuhan tanamani
• Menghindari kebutuhan puncak buruh kerja khususnya pada saat
tanam dan panen
• Puncak kebutuhan air irigasi khususnya saat penyiapan lahan
dapat dikurangi
PEMBAGIAN AIR

Kegiatan membagi air di bangunan


dibagi dalam jaringan primer dan/atau
jaringan sekunder.
PEMBAGIAN AIR
Perencanaan pembagian air dapat dimodifikasi dalam 2 kelompok:

1. Mengurangi alokasi air :


• dilakukan dengan 2 cara
Pengurangan dilakukan secara proporsional tanpa
mempertimbangkan pengaruh merugikan pada produksi tanaman.
Pengurangan dilakukan dengan pertimbangan memperkecil pengaruh
merugikan produksi tanaman.
• Memperpanjang interval/selang waktu pemberian air
• Memberi air hanya pada tanaman yang disepakati /ditetapkan
PEMBAGIAN AIR
2. Merubah cara pembagian air:
• Dilakukan dengan 2 cara
 Pemberian air secara terus-menerus (continuous flow)
Debit kecil diberikan terus-menerus pengganti evapotranspirasi tumbuhan dan
perkolasi hingga turun hujan

 Rotasi teknis golongan (Rev KP hal V-11)


Dapat mengurangi puncak kebutuhan air irigasi, namun mengakibatkan
eksploitasi yang lebih kompleks dan dianjurkan untuk daerah irigasi dengan luas
sekitar 10.000 ha atau lebih
PEMBAGIAN AIR
Perencanaan Pembagian dan Pemberian Air
 Perencanan Pembagian dan Pemberian Air Tahunan, caranya :
 Kondisi debit lebih besar dari 70% debit rencana, air irigasi dari saluran primer dan
sekunder dialirkan secara terus-menerus (continuous flow) ke petak-petak tersier melalui
pintu sadap tersier.
 Kondisi debit 50-70% dari debit rencana, air irigasi dialirkan ke petak-petak tersier dengan
cara rotasi.
 Cara pemberian air terputus-putus (intermitten) dilaksanakan dalam rangka efisiensi
penggunaan air pada jaringan irigasi yang mempunyai sumber air dari waduk atau sistem
irigasi pompa.
PEMBAGIAN AIR
Perencanaan Pembagian dan Pemberian Air
 Perencanaan Pembagian dan Pemberian Air pada Jaringan Sekunder dan Primer,
caranya :
 disesuaikan dengan luas areal yang telah ditetapkan akan mendapatkan pembagian
dan pemberian air dari jaringan sekunder dan primer.
 Perencanaan tersebut merupakan jumlah Rencana Pemberian Air (RPA) di petak
tersier ditambah kehilangan air di saluran primer dan sekunder
 Besarnya kehilangan air ini biasanya sebesar 10% sd. 20% (tergantung panjang
saluran, jenis tanah dll).
Thank You!!!

Anda mungkin juga menyukai