Anda di halaman 1dari 75

BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1. Pengertian Irigasi


Arti irigasi pada umumnya adalah usaha mendatangkan air atau dapat
diartikan sebagai suatu usaha yang di lakukan untuk mendapatkan air dari
sumbernya guna keperluan pertanian, mengalirkan dan membagikan air secara
teratur dan setelah digunakan dapat pula di buang kembali, (Hof Wegen.1992).
lrigasi juga merupakan kegiatan penyediaan dan pengaturan air untuk memenuhi
kepentingan pertanian dengan memanfaatkan air yang berasal dari air
permukaan dan air tanah. Sumber air permukaan yaitu dari sungai, danau,
waduk. dan curah air hujan. Sumber air bawah permukaan (air tanah) yaitu air
tanah bebas dan air tanah tertekan. Air tanah adalah air yang terdapat dalam
lapisan tanah atau batuan dibawah permukaan tanah, (Mc GrafafHill, 1964).
Secara hirarki jaringan irigasi dibagi menjadi jaringan utama dan jaringan
tersier. Jaringan utama meliputi: bangunan, saluran primer dan saluran sekunder;
Sedangkan jaringan tersier terdiri dari: bangunan dan saluran yang berada dalam
petak tersier. Suatu kesatuan wilayah yang mendapatkan air dari suatu jarigan
irigasi disebut dengan Daerah lrigasi.
2.2. Sistem Irigasi dan Klasifikasi Jaringan Irigasi
2.2.1. Sistem Irigasi
Menurut (Muhammad AsIan)dalam perkembangannya, sistem irigasi
dibagi menjadi 3 tipe yaitu :
1. Irigasi Sistem Gravitasi
Irigasi sistem merupakan sistem irigasi yang telah lama dikenal dan
diterapkan dalam kegiatan usaha tani. Dalam sistem irigasi ini, sumber air
diambil dari air yang berada di permuakan permukaan bumi yaitu dari
sungai, waduk dan danau yang berada didataran tinggi. Pengaturan dan
pembagian air irigasi menuju ke petak – petak yang membutuhkan, yang
dilakukan secara gravitasi.
2. Irigasi Sistem Pompa

1
Sistem irigasi dengan pompa biasanya dipertimbangkan, apabiala
pengambilan cara gravitasi ternyata tidak layak dari segi ekonomi maupun
teknik. Cara ini membutuhkan modal kecil, namun memrlukan biaya
ekspotasi yang besar.
3. Irigasi Sistem Pasang-Surut
Yang dimaksud dengan sistem irigasi pasang-surut adalah suatu tipe
irigasi yang memanfaatkan pengembangan air sungai akibat peristiwa
pasang-surut air laut. Area yang direncanakan untuk tipe irigasi ini adalah
area yang mendapat pengaruh langsung dari pasang surut air laut.

2.2.2. Klasifikasi Jaringan Irigasi


Klasifikasi jaringan irigasi bila ditinjau dari cara pengaturan, cara
pengukuran aliran air dan fasilitasnya, ada 3 tipe yaitu jaringan irigasi
sederhana, jaringan irigasi teknik, dan jaringan irigasi semi teknik.

1. Jaringan Irigasi sederhana


Jaringan irigasi sederhana, pembagian air tidak diukur atau diatur
sehingga air lebih akan mengalir ke saluran pembuang. Persedian airnya
berlimpah dan kemiringan berkisar antara sedang dan curam. Oleh karena
itu hampir - hampir tidak diperlukan teknik yang sulit untuk pembagian air.
Jaringan irigasi sederhana walaupun mudah diorganisir namun
memiliki kelemahan - kelemahan serius yaitu :
a. Ada pemborosan air dan karena pada umumnya jaringan irigasi ini
terletak di daerah yang tinggi, air yang terbuang tidak selalu dapat
mencapai daerah rendah yang subur.

b. Terdapat banyak pengendapan yang memerlukan lebih banyak biaya


dari penduduk karena tiap desa memebuat jaringan dan pengambilan
sendiri – sendiri.
c. Karena bangunan penagkap air bukan bangunan tetap/permanen,
maka umurnya pendek.

2
Sumber: Kp 01, 2013
Gambar 2.1. Jaringan Irigasi Sederhana

2. Jaringan Irigasi Semi Teknik


Salah satu perbedaan antara jaringan irigasi sederhana dan jaringan
irigasi semi teknik adalah jaringan semiteknik bendungnya terletak di
sungai lengkap dengan bangunan pengambilan dan bangunan pengukur di
bagian hilirnya. Mungkin juga dibangun beberapa bangunan permanen di
jaringan saluran. System pembagian air pada jaringa irigasi semi teknik
biasanya sama dengan jaringan irigasi sederhana (gambar 2.2.). Bangunan
pengambilan dipakai untuk melayani/mengairi daerah yang luas dari
daerah layanan pada jaringan sederhana. Organisasinya akan lebih rumit
jika bangunan tetapnya berupa bangunan pengambil dari sungai, karena
diperlukan lebih banyak keterlibatan dari pemerintah, dalam hal ini
departemen pekerjaan umum.

3
Sumber : Kp 01, 2013
Gambar 2.2. Jaringan Irigasi Semi Teknis

3. Jaringan Irigasi Teknis


Salah satu prinsip dalam perencanaan jaringan irigasi teknis adalah
pemisah antara jaringan irigasi dan jaringan pembuang/pematus. Hal ini
berarti baik saluran irigasi maupun pembuang tetap bekerja sasuai dengan
fungsinya masinga-masing, dari pangkal hingga ujung. Saluran pembawa
mengalirkan air irigasi ke sawah-sawah dan ke saluran pembuang
mengalirkan kelebihan air dari sawah-sawah ke saluran pembuang (gambar
2.3.).
Petak tersier menduduki fungsi sentral dalam jaringan irigasi teknis.
Sebuah petak tersier terdiri dari sejumlah sawah dengan luas keseluruhan
yang umumnya berkisar antara 50 – 100 ha kadang-kadang sampai 150 ha.
Jaringan saluran tersier dan kuarter mengalirkan air ke sawah. Kelebihan air
ditampung didalam suatu jaringan saluran pembuang tersier dan kuerter dan

4
selanjutnya dialirkan ke jaringan pembuang sekunder dan kuarter. Jaringan
irigasi teknik yang didasarkan pada prinsip-prinsip di atas adalah cara
pembagian air yang paling efesien dengan pertimbangan waktu-waktu
merosotnya persediaan air serta kebutuhan petani. Jaringan irigasi teknis
memungkinkan dilakukannya pengukuran aliran, pembagian air irigasi dan
pembuangan air lebih efesien. Jika petak tersier hanya memperoleh air pada
satu petak saja dari jaringan utama, hal ini akan memerlukan jumlah
bangunan yang lebih sedikit di saluran primer, ekspoitasi yang lebih baik
dan pemeliharaan yang lebih murah. Kesalahan dalam pengelolaan air di
petek-petak tersier juga tidak akan mempengaruhi pembagian air di jaringan
utama.

Sumber Kp 01, 2013


Gambar 2.3. Jaringan Irigasi Teknis
Sebagai perbandingan klasifikasi jaringan irigasi sederhana, jaringan irigasi
semi teknis dan jaringan irigasi teknik dapat dilihat pada tabel 2.1.

5
Tabel 2.1. Klasifikasi Jaringan Irigasi. ..

Klasifikasi Jaringan
No. Uraian
Teknis Semi Teknis Sederhana

1. Bangunan Utama Bangunan Bangunan permanen Bangunan


permanen atau semi permanen sementara
2 Kemampuan Baik Sedang Jelek
bangunan dalam
mengukuran dan
mengatur debit
3 Jaringan Saluran Sal.irigasi dan Sal. Irigasi dan Sal. Irigasi dan
pembuang pembuang tidak pembuang jadi satu
terpisah sepenuhnya terpisah
4 Petak Tersier Dikembangkan Belum Belum ada
sepenuhnya dikembangkan atau jaringan terpisah
densitas bangunan yang di
tersier jararang kembangkan
5 Efesiensi secara 50 – 60% 40 – 50% < 40%
keseluruhan
6 Ukuran Tak ada batasan Sampai 2000 ha < 500 ha
Sumber ; KP 01, 2013

2.3. Bangunan Irigasi


Bangunan irigasi diperlukan untuk menunjang pengambilan dan pengatur
air. Beberapa jenis bangunan irigasi yang sering dijumpai antara lain:
1. Bangunan Utama
Bangunan utama (head works) dapat didefinisikan sebagai kompleks
bangunan yang direncanakan disepanjang sungai atau aliran air untuk
membelokkan air ke dalam jaringan saluran agar dapat dipakai untuk
keperluan irigasi. Bangunan utama bisa mengurangi kandungan sedimen
yang berlebihan serta mengukur banyak air yang masuk. Bangunan utama
terdiri dari bendung dangan peredam energi, satu atau dua pengambilan

6
utama pintu bilas kolam olek dan tanggul banjir pekerjaan sungai dan
bangunan pelengkap.
2. Bangunan Bagi
Bangunan bagi adalah sebuah bangunan yang berfungsi untuk
membagi air dari saluran primer atau saluran sekunder kedua buah saluran
atau lebih yang masing-masing debitnya lebih kecil. Bangunan bagi
biasanya di saluran primer atau saluran sekunder pada titik cabang.
3. Bangunan Bagi - Sadap
Bangunan bagi-sadap adalah sebuah bangunan yang berfungsi
membagi air dan menyabang air dari saluran primer ke saluran primer yang
lain atau dari saluran primer ke saluran tersier, saluran primer ke saluran
sekunder atau saluran sekunder ke saluran tersier, atau saluran sekunder
yang satu saluran sekunder yang lain.
4. Bangunan Sadap
Bangunan sadap adalah sebuah bangunan yang digunakan untuk
menyadap/mengambil air dari saluran primer ke saluran sekunder / tersier
atu saluran sekender ke saluran tersier.

2.4. Bangunan Pembawa


Banguanan-bangunan pembawa berfungsi untuk membawa air dari ruas
hulu ke ruas hulir saluran. Aliran yang melalui bangunan ini bisa superkritis atau
subkritis.
1. Bangunan Pembawa Dengan Aliran Superkritis
Banguanan pembawa dengan aliran tetap di mana lereng medannya
maksimum saluran superkritis diperlukan di tempat lebih curam dari pada
kemiringan maksimal saluran. Jika di tempat dimana kemiringan medannya
lebih curam dari pada kemiringan dasar saluran, maka bisa terjadi aliran
superkritis yang akan dapat merusak saluran. Maka diperlukan bangunan
peredam seperti :

7
a. Bangunan Terjun
Bangunan terjun, untuk menurunkan muka air dan tinngi energi
dipusatkan di satu tempat. Banguanan terjun bisa memiliki terjun
miring atau terjun tegak. Jika perbedan tinggi mencapai beberapa
meter, maka konstruksi got miring perlu dipertimbangkan.
b. Got Miring
Got miring dibuat apabila trase saluran melewati ruas medan dengan
kemiringan yang tejam dengan jumlah perbedaan tinggi energi yang
besar. Got miring berupa potongan saluran yang diberi pasangan
dengan superkritis dan umumnya mengikuti kemiringan medan
alamiah.
2. Banguanan Pembawa
a. Gorong-gorong
Gorong-gorong dipasang di tempat-tempat dimana saluran lewat di
bawah bangunan, jalan, rel kereta api atau apabila pembuang lewat di
bawah saluran. Aliran didalam gorong-gorong umumnya aliran bebas.
b. Talang
Talang dipai untuk mengalirkan air irigasi lewat di atas saluran lain
saluran pembuang alamiah atau cekungan dan lembahlembah. Aliran
di dalam talang adalah aliran bebas.
c. Sipon
Sipon dipakai untuk mengaliri air irigasi dengan menggunakan
gravitasi di bawah saluran pembuang, cekungan, anak sungai atau
sungai. Sipon juga dipakai untuk melewatkan air di bawah jalan, jalan
kereta api, atau bangunan-bangunan yang lain. Sipon merupakan
saluran tertutup yang direncanakan untuk mengalirkan air secara
penuh dan sangat dipengaruhi oleh tinggi tekan.

8
d. Jembatan Sipon
Jembatan sipon adalah saliran tertutup yang bekerja atas dasar tinggi
tekan dan dipakai untuk mengurangi ketinggian bangunan penduduk
di atas lembah yang dalam.

2.5. Jenis-Jenis Saluran


2.5.1. Saluran Tanah Tanpa Pasangan
Sistem irigasi di Indonesian secara umum menerapkan saluran irigasi tanpa
pasangan sejauh secara teknis bisa dipertanggung jawabkan. Pada ruas tertantu
jika keadaan tidak memungkinkan dapat digunakan saluran pasangan.
Perencanaan saluran irigasi tanah tanpa pasangan, ada tiga keadaan yang harus
dibedakan sehubungan dengan terdapatnya sedimen dalam air irigasi dan bahan
tanggul yaitu: aliran irgasi tanpa sedimen di saluran tanah, air irigasi bersedimen
di saluran pasangan, dan aliran irigasi bersedimen di saluran tanah.

1. Aliran irigasi tanpa sedimen di saluran tanah


Keadaan ini terjadi apabila air diambil dari waduk secara langsung.
Perencanan saluran sekarang banyak dipengaruhi oleh kriteria erosi dan
dengan demikian oleh kecepatan maksimum aliran yang diizinkan.
Besarnya kecapatan ini bergantung kepada bahan permukaan saluran.
2. Air irigasi bersedimen di saluran pasangan
Perencanaan saluran dipengaruhi oleh persyaratan pengangkutan
sedimen melalui jaringan dan dengan demikian kriteria angkutan sedimen
mempengaruhi perencanaan.
3. Aliran irigasi bersedimen di saluran tanah
Masalah sedimen dan saluran tanah adalah situasi yang peling umum
dijumpai dalam pelaksanaan irigasi di Indonesia. Kini perencanaan irigasi
dipengaruhi oleh kriteria erosi dan angkutan sedimen. Biasanya sadimentasi
berperan penting dalam perencanaan saluran primer. Saluran ini saring di

9
rencanakan sebagai saluran garis tinggi dengan saluran dasar yang terbatas.
Saluran sekunder yan dirancankan dari saluran primer dan mengikuti
punggung sering mempunyai kemiringan dasar sedang dan dengan
demikian kapasitas angkut sedimen relatif lebih tinggi, sehingga kriteria
erosi bisa menjadi faktor pembatas.
2.5.2. Saluran Pasangan
Saluran pasangan (lining) dimaksutkan untuk : mencegah kehilangan air
akibat rembesan, mencegah gerusan dan erosi, mencegah merajalelanya tumbuhan
air, mengurangi biaya pemeliharaan, memberi kelonggaran untuk lengkung yang
lebih besar, dan tanah yang dibebaskan lebih kecil.

Ada banyak bahan yang digunakan untuk pasangan saluran. Tetapi pada
prakteknya di Indonesia hanya ada empat bahan yang dianjurkan pemakaiannya
yaitu: pasangan batu, beton, tanah, dan dapat juga menggunakan Beton Ferro
cement.

1. Lining permukan kasar


Lining permukaan kasar, dapat terdiri dari plesteran pasangan batu
kali atau beton. Tebal minimum untuk pasangan batu diambil 30 cm. untuk
beton tumbuk tebalnya paling tidak 8 cm, untuk saluran kecil yang
dikonstruksi dengan baik (sampai dengan 6 m3/dt), dan 10 cm untuk saluran
yang lebih besar. Tebal minimum pasangan beton bertulang adalah 7 cm.
tebal minimum pasangan beton ferrocement adalah 3 cm. untuk pasangan
semen tanah atau semen tanah yang dipedatkan, tebal minimum diambil 10
cmuntuk saluran kecil dan 15 cm untuk saluran yang lebih besar.
2. Tanah
Tebal pasangan tanah diambil 60 cm untuk dasar saluran dan 75 cm
untuk talut saluran. Pemilihan jenis pasangan akan bergantung kepada
kondisi dan bahan yang tersedia.
3. Lining ferrocemen

10
Ferrocement adalah suatu tipe dinding tipis beton bertulang yang
dibuat dari mortar semen hidrolis diberi tulangan dengan kawat
anyam/kawat jala yang menerus dan lapisan yang rapat serta ukuran kawat
relative kecil. Anyaman ini bisa berasal dari logam atau material yang
tersedia. Kehalusan dan komposisi matriks mortar seharusnya sesuai dengan
system anyaman dan selimut atau pembungkus. Untuk menghitung dimensi
saluran linning ferroncement tetap menggunakan parameter-parameter
rumus stickler dengan nilai kekasaran untuk beton (k=70).

Kecepatan maksimum yang diizinkan juga akan menentukan


kecepatan rencana untuk dasar saluran tanah dengan pasangan campuran.
Kecepatan-kecepatan maksimum untuk aliran subkritis berikut ini dapat
dilihat pada Tabel 2.2

Tabel 2.2. kecepatan ijin maksimum untuk saluran


Saluran V (m/dt)
Tanah 1
Pasangan batu 2
Beton, bentuk kayu 3
Beton baja 3
Besi baja 4
Sumber; Kp 03, 2013

Dan untuk koefisien kekasaran stricklerk ( m 1/3/dt ) dapat dilihat pada Tabel
2.3berikut

Tabel 2.3. parameter perhitungan untuk kekasaran saluran


Saluran k (m )
1/3/dt

Tanah 45
Pasangan batu 60
Beton, bentuk kayu 70
Baja beton 76
Besi baja 80
Sumber; Kp 03, 2013

11
q b q
wp

h H

t1

Dimana :
B : Lebar lantai bagian bawa saluran, m
H : Tinggi saluran, m
b : Lebar lantai bagian pemukan saluran, m
h : Tinggi permukaan air saluran, m
wb : Working pasangan, m
t1 : Tebal lantai saluran,m
q : Tebal dinding saluran, m

Sumber; CV. Wahyu Utama Karya, 2020


Gambar : 2.4. Potongan profil Saluran Irigasi

2.6. Pelaksanaan Pekerjaan Rehabilitasi Saluran


Pelaksanaan pekerjaan rehabilitasi saluran irigasi lingkup kegiatan sebagai
berikut :
1. Pembersihan / pengupasan saluran
2. Galian tanah untuk saluran
3. Bongkar pasang batu atau beton lama
4. Timbunan tanah dipadatkan
5. Beton K-100
6. Pemasangan dan pembongkaran perancah
7. Pembesian
8. Pemasangan dan pembongkaran bekisting
9. Beton K-225

12
10. Timbunan tanah kembali

2.7. Jenis-Jenis Peralatan Yang Dibutuhkan Dalam Pelaksanaan


Pekerjaan Saluran Sekunder
Jenis-jenis peralatan yang dibutuhkan dalam pelaksanaan pekerjaan saluran ruas
4 dibagi menjadi dua yaitu perlatan utama dan peralatan penunjang :
1. Peralatan utama
a. Exacavator
Adalah alat berat yang digunakan untuk keperluan penggalian,
meloading tananh yang distok dan diangkut oleh dump truck dan juga
untuk pembersihan lokasi dengan spesifikasi tertentudapat dilihat
padaIluatrasi Alat Berat Excavator gambar 2.6

Sumber : Ary, laporan kp. 2015


Gambar 2.6. Ilustrasi Alat Berat Excavator
b. Dum truck
Adalah alat yang digunakan untuk transportasi material yang
digunakan untuk keperluan pembangunan tubuh embung dan juga
untuk bahan buangan sperti tanah, akar-akar pohon dan semak-semak
dengan spesifikasi tertentudapat dilihat padaIluatrasi mobil dam truck
gambar 2.7.

13
Sumber : Ary, laporan kp.2015
Gambar 2.7. Ilustrasi Dum Truck

c. Water tank truck (Truck tangki air)


Adalah sebuah alat yang digunakan untuk penyiraman tanah/material
bagi keperluan pemadatan dan juga untuk penyediaan air bagi
keperluan konsumsidapat dilihat padaIluatrasi mobil tangki gambar
2.8.

Sumber : Ary, laporan kp.2015

Gambar 2.8. Ilustrasi Water Tank Truck

2. Peralatan penunjang
a. Theodolit
Adalah sebuah alat ukur tanah yang digunakan untuk melakukan
pengukuran guna mengetahui batas-batas lokasi dan ketinggian serta
penentuan titik as yang sangat diperlukan sebagai pedoman dalam

14
pelaksanaan pekerjaan yang didasarkan dari gambar rencana proyek.
Penentuan titik as diawali dengan mendapatkan Bench Mark (BM)
atau titik yang telah diketahui elevasi koordinatnya menggunakan
theodolit. Iluatrasi Alat penunjang teodolitdapat dilihat padagambar
2.9.

Sumber: anonymous, 2013


Gambar 2.9. Ilustrasi Teodolit

b. Waterpass
Adalah sebuah alat ukur tanah yang juga sering dipakai dalam
pengerjaan. Alat ini lebih simple dari theodolit meskipun
kegunaannya hampir sama tetapi alat ini mempunyai keterbatasan
dalam pengukuran sehingga alat ini tidak bisa menentukan koordinat
suatu titik namun alat ini sangat mudah digunakan untuk menentukan
atau mengetahui perbedaan elevasi permukaan tanah.Iluatrasi Alat
penunjang waterpasdapat dilihat pada gambar 2.10.

15
Sumber: anonymous, 2013
Gamabar 2.10. Ilustrasi Waterpass

c. Kompas
Adalah sebuah alat yang digunakan pada alat ukur theodolit untuk
menentukan arah utara dalam pengukuran sehingga dijadikan patokan
utama dalam pengukuran yang biasa di sebut sudut azimuth.Iluatrasi
Alat penunjang kompas dapat dilihat padagambar 2.11.

Sumber: anonymous, 2014


Gambar 2.11. Ilustrasi Kompas

d. Meter roll
Adalah sebuah alat ukur yang diperlukan dalam pengerjaan misalnya
mengukur jarak antara patok, panjang juga pengerjaan lainnya yang
membutuhkan pengukuran menggunakan meter rollIluatrasi Alat
penunjang meter roll dapat dilihat padagambar 2.12.

16
Sumber:anonymous, 2010
Gambar 2.12. Ilustrasi Meter Roll

e. Selang waterpass
Merupakan sebuah alat ukur yang bisa juga digunakan untuk
menentukan elevasi mukatanah.Iluatrasi Alat penunjangselang water
pass dapat dilihat padagambar 2.13.

Sumber: anonymous, 2012


Gambar 2.13. Ilustrasi Selang Waterpass

f. Sendok cor
Sendok cor merupakan sebuah alat yang digunakan untuk mengaduk
campuran beton juga meratakan permukaan dari sebuah beton cor.
Pengguanaannya daalam pengerjaan pengecoran pada dasar
bangunan.Iluatrasi Alat penunjang sendok cor dapat dilihat pada
gambar 2.14.

17
Sumber:anonymous, 2012
Gambar 2.14. Ilustrasi Sendok Cor

g. Ember takaran
Adalah sebuah alat yang digunakan untuk mengambil air juga
mengaduk campuran cor. Penggunaannya pada saat pengerjaan
pengecoran atau pekerjaaan lainnya yang membutuhkan air atau
tempat untuk pengadukan campuran cor. Iluatrasi Alat penunjang
ember takaran dapat dilihat padagambar 2.15.

Sumber: anonymous, 2013


Gambar 2.15. Ilustrasi Ember Takaran

h. Linggis
Adalah sebuah alat yang digunakaan untuk menggali dan juga
meratakan atau merapikan lubang dari haasil galian.Iluatrasi Alat
penunjang linggis dapat dilihat pada gambar 2.16.

18
Sumber: anonymous, 2013
Gambar 2.16. Ilustrasi Linggis

i. Sekop
Adalah sebuah alat yang digunakan untuk mengambil tanah hasil
galian dari lubang untuk dibuang keluar dan juga untuk mencampur
atau mengaduk campuran cor yang dipakai untuk pengecoran.Iluatrasi
Alat penunjang sekop dapat dilihat padagambar 2.17.

Sumber: anonymous, 2012


Gambar 2.17. Ilustrasi Sekop

j. Alat pemotong (Parang)


Adalah sebuah alat yang digunakan untuk memotong sisa-sisa akar
dan semak belukar yang masih ada pada area pembangunan atau juga
bisa dipalai untuk pembuatan patok-patok kayu yang

19
diperlukan.Iluatrasi Alat penunjang parangdapat dilihat padagambar
2.18.

Sumber: anonymous, 2014


Gambar 2.18. Ilustrasi Parang

k. Mesin Gerinda
Adalah salah satu jenis mesin pekakas dengan mata potong jamak,
dimna mata potongnya berjumlah sangat banyak yang mana
digunakan untuk mengasah maupun memotong benda kerja. Iluatrasi
Alat penunjang mesin gerinda dapat dilihat padagambar 2.19.

Sumber: anonymous, 2013


Gamabar 2.19. Ilustrasi Mesin Gerinda

20
21
BAB III
MENAJEMEN PROYEK

3.1. Pengertian Menajemen Proyek


Menajemen proyek terdiri dari dua kata yaitu menajemen dan proyek.
Kedua kata tersebut mempunyai pengertian yang berbeda-beda. Berikut ini
adalah pengertian Menajemen, Proyek, dan Menajemen Proyek :

1. Menajemen
Kata menajemen berasal dari kata manage, yang berarti
mengelola. Namun secara konseptual menajemen berarti suatu
kegiatan yang dilakuakan oleh dua orang atau lebih dengan
menggunakan prinsip - prinsip menajemen, dengan memberdayakan
sumbar daya menajemen dalam rangaka mencapai tujuan tertantu
secara efektif dan efesien.

2. Proyek
Proyek adalah suatu rangkaian kegiatan yang bersifat khusus
untuk mencapai hasil yang khusus pula. Sifat yang serba khusus itu
mengakibatkan bilamana suatu hasil yang diinginkan trsebut telah
tercapai, maka rangkaian kegiatan itu juaga dihentikan, dan dalam
jangka waktu pendek kegiatan semancam itu tidak akan dilakukan lagi.
Ini berarti bahwa suatu proyek bukanlah suatu kegiatan rutin yang
dilakuakan terus menerus, melainkan hanya menyangkut suatu jangka
waktu tertentu saja.

3. Menajemen Proyek

Dari pengertian menajemen dan pengertian proyek diatas, maka di


simpulkan pengertian tentang menajemen proyek. Jadi manajemen proyek
adalah mengatur rangkaian kegiatan dari sumber daya proyek, agar tujuan

22
proyek dapat tercapai sesuai biaya yang ditetapkan, waktu yang ditetapkan dan
mutu yang telah disyaratkan.

Atau menajemen proyek dapat juga diartikan suatu ilmu dan seni
untuk mengadakan perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing),
pengarahan (directing), pengoordinasian (coordinating), dan mengadakan
pengawasan (controlling) terhadap orang dan barang untuk mencapai tujuan
tertentu dari suatu proyek.

3.2. Fungsi Menajemen Proyek


Fungsi dari menajemen proyek adalah untuk meningkatkan efektifitas
dan efesiensi proyek-proyek. Selain itu fingsi yang paling utama adalah
mengurangi kemungkinan kegagalan dan meningkatkan kemungkinan
keberhasilan dalam suatu pekerjaan atau suatu proyek.

Menurut H. Kerzner (1982), yang melihat dari wawasan manajemen


berdasarkan fungsi dan bila digabungkan dengan pendekatan maka Manajemen
proyek itu adalah merencanakan, mengorganisir, memimpin, Mengendalikan
sumber daya perusahaan untuk mencapai sasaran jangka pendek yang telah
ditentukan.

Tujuan dan sasaran menajemen proyek Lalu setiap proyek dapat


diselesaikan dengan biaya yang semurah mungkin, dengan maksud tingkat
kebocoran anggaran harus seminimal mungkin. Fungsi-fungsi menajemen
proyek antara lain :Planning, Organizing, Actuating dan Controlling (POAC)
sebagai berikut:

1. Perencanaan (planning)
Berupa tindakan pengambilan keputusan yang mengandung data
dan informasi, maupun fakta kegiatan yang dilakuakan. Tidakan yang
dilakukan meliputi :
a. Menetapkan tujuan proyek
b. Menganalisis kendala dan resiko yang mungkin terjadi
c. Menetapkan penggunaan sumber daya

23
d. Menyusun induk jangka panjang dan pendek
e. Menyumbangkan SOP
f. Menyiapkan pendapatan serta standar kualitas yang ditargetkan
g. Menentukan metode yang diperlukan
Manfaat dari perencanaan adalah sebagai pengawasan mapun
pengendalian kegiatan, serta saran untuk memilih dan menetapkan
kegiatan yang diperlukan.

2. Pengorganisasian ( organizing )
Berupa tindakan-tindakan guna mempersatukan kumpulan
kegiatan manusia, yang mempunyai pekerjaan masing-masing, saling
berhubungan satu sama lain dengan tata cara tertentu dan berinteraksi
dengan lingkungannya dalam rangka mendukung tercapainya tujuan.
Tidakantindakannya antara lain:
a. Menetapkan daftar penegasan
b. Menyusun lingkup kegiatan
c. Menyusun struktur kegiatan
d. Menyusun daftar personil organisasi berikut lingkup tugasnya
Manfaat dari organisasi adalah pembagian tugas serta hubungan
tanggung jawab dan delegasi kewenangan terlihat jelas.
3. Pelaksanaan (actuating)
Berupa tindakan untuk menyelarakan seluruh anggota organisasi
dalam pelaksanaan, serta agar seluruh anggota organisasi dapat bekerja
sama dalam pelaksanaan. Tindakannya antara lain :
a. Mengkoordinasikan pelaksanaan kegiatan
b. Mendistribusikan tugas, wewenang, dan tanggung jawab
c. Memberikan pengarahan penugasan dan motivasi
Manfaat dari pelaksanaan adalah terciptanya keseimbangan
tugas, hak dan kewajiban masing-masing bagian dalam organisasi, dan
mendorong tercapainya efisiensi.
4. Pengendalian ( controlling )

24
Berupa tindakan pengukuran kualitas penampilan dan
penganalisaan serta pengevaluasian penampilan yang diikuti dengan
tindakan perbaikan yang harus diambil terhadap penyimpangan yang
terjadi diluar batas toleransi. Tindakan tersebut meliputi :
a. Mengukur kualitas hasil
b. Membandingkan hasil terhadap standar kualitas
c. Mengevaluasi penyimpangan-penyimpangan yang terjadi
d. Membarikan sasaran-sasaran perbaikan
e. Menyusun laporan kegiatan
Manfaat dari pengendalian adalah memperkecil kemungkinan
kesalahan yang terjadi dari segi kualitas, kuantitas, biaya maupun
waktu.
Setiap menajemen proyek memiliki tujuan dan manfaat khusus
dalam proses pencapaian suatu tujuan dan untuk mencapai tujuan
tersebut ada tiga constraint yang harus dipenuhi, yang dikenal dengan
Trade-off Triangle atau Triple Constraint adalah usaha mencapai
tujuan yang berdasarkan tiga batasan, yaitu :
a. Tepat Biaya
Proyek harus dikerjakan dengan biaya yang tidak melebihi
anggaran, baik biaya tiap item pekerjaan, biaya tiap periode
pelaksanaan maupun biaya total sampai akhir proyek.
b. Tepat waktu
Proyek harus dikerjakan sesuai dengan waktu sesuai dengan
jadwal pelaksanaan proyek ( schedule ) yang telah direncanakan
yang ditujukan dalam bentuk presentasi pekerjaan ( work
progress ).
c. Tepat Mutu
Mutu produk atau disebut sebagai kinerja ( performance ), harus
memenuhi spesifikasi dan kriteria dalam taraf yang disyaratkan
oleh pemilik.

25
3.3. Unsur-Unsur Menajemen
Setiap perusahaan memiliki unsur-unsur untuk membentuk system
manajerial yang baik. Unsur-unsur inilah yang disebut unsur menajemen.
Unsurunsur menajemen menjadi hal mutlak dalam menajemen karna sebagai
penentu arah perusahaan dalam melakukan kegiatan perusahaan. Unsur-
unsur tersebut diantaranya sebagai berikut :

1. Manusia ( human )
Dalam menajemen, faktor manusia adalah yang paling
menentukan. Manusia yang memebuat tujuan dan manusia pula yang
melakukan proses untuk mencapai tujuan. Tanpa adanya manusia
maka tidak ada proses kerja, sebab pada dasarnya manusia yang akan
menjadi pekerja.

2. Uang ( money )
Uang merupakan salah satu unsur yang tidak dapat diabaikan.
Uang merupakan alat tukar dan alat pengukur nilai. Besar-kecilnya
hasil kegiatan dapat diukur dari jumlah uang yang beredar dalam
perusahaan. Oleh karena itu uang merupakan alat yang penting untuk
mencapai tujuan karena segala sesuatu harus diperhitungkan secara
rasional. Hal ini akan berhubungan dengan berapa uang yang harus
disediakan untuk membiayai gaji tenaga kerja, alat-alat yang
dibutuhkan dan harus dibeli serta berapa hasil yang akan dicapai dari
suatu organisasi.
3. Bahan ( materials )
Material terdiri dari bahan setengah jadi ( raw material ) dan
bahan jadi. Dalam dunia usaha untuk mencapai hasil yang lebih baik,
selain manusia yang ahli dalam bidangnya juga harus dapat
menggunakan bahan/materialmaterial sebagai salah satu sarana. Sebab

26
materi dan manusia tidak dapat dipisahkan, tanpa materi tidak akan
tercapai hasil yang dikehendaki.
4. Mesin ( Machines)
Dalam kegiatan perusahaan, mesin sangat diperlukan.
Penggunaan mesin akan membawa kemudahan atau menghasilkan
keuntungan yang lebih besar serta menciptakan efisiensi kerja.
5. Metode ( Methods)
Dalam pelaksanaan kerja diperlukan metode-metode kerja. Suatu
tata cara kerja yang baik akan memperlancar jalannya pekerjaan.
Sebuah metode dapat dinyatakan sebagai penetapan cara pelaksanaan
kerja dengan memberikan berbagai pertimbangan-pertimbangan dari
sasaran, fasilitasfasilitas yang tersedia dan penggunaan waktu, serta
uang dan kegiatan usaha. Perlu diingat meskipun metode baik
sedangkan orang yang melaksanakannya tidak mengerti atau tidak
mempunyai pengalaman maka hasilnya tidak akan memuaskan.
Dengan demikian, peranan utama dalam manajemen tetap manusia itu
sendiri.

6. Pasar ( Market )
Memasarkan produk tentu sangat penting sebab bila barang yang
diproduksi tidak laku, maka proses produksi barang akan berhenti.
Artinya, proses kerja tidak akan berlangsung. Oleh sebab itu,
penguasaan pasar dalam arti menyebarkan hasil produksi merupakan
faktor yang menentukan dalam perusahaan. Agar pasar dapat dikuasai
maka kualitas dan harga barang harus sesuai dengan selera konsumen
dan daya beli (kemampuan) konsumen.
3.4. Unsur-unsur Pelaksanaan Proyek
Unsur pelaksanaan proyek merupakan faktor utama dalam
merealisasikan kegiatan–kegiatan pembangunan yang ada di suatu proyek.
Keberhasilan dalam usaha pembangunan proyek tergantung dari kerja sama
yang diciptakan oleh beberapa unsur pelaksana pembangunan, yakni
pengaturan masing-masing unsur serta pengaturan kerja yang tertib dan
teratur dalam menciptakan kesatuan fungsional dan tindakan untuk mencapai
tujuan yang ditetapkan. Unsur-unsur pelaksana pembangunan yang terlibat
dalam kegiatan pembangunan :

27
1.4.1 Pemilik Proyek (Owner)
Pemilik Proyek (Owner) yaitu pihak yang memiliki proyek atau
yang memiliki bangunan yang akan dibangun.
Fungsi pemilik proyek :
1. Memberikan gambaran bangunan yang akan dibangun
2. keputusan atas bangunan yang akan dibangun
3. Membayar pihak-pihak yang terlibat
1.4.2 Konsultan (Engineer)
Konsultan adalah ahli yang bertanggung jawab untuk
mewujudkan kebutuhan owner menjadi kenyataan. Fungsinya konsultan
: memberi bantuan/ nasehat pada pemilik dalam keahliannya pada
proses kegiatan konstruksi.
Macam-macam konsultan :
1. Konsultan perencana adalah orang/ badan yang membuat
perencanaan bangunan secara lengkap baik bidang arsitektur, sipil
dan bidang lain yang melekat erat membentuk sebuah sistem
bangunan. Konsultan perencana dapat berupa
perseorangan/perseorangan berbadan hukum/ badan hukum yang
bergerak dalam bidang perencanaan pekerjaan bangunan.
2. Konsultan pengawas adalah orang/ badan yang ditunjuk pengguna
jasa untuk membantu dalam pengelolaan pelaksanaan pekerjaan
pembangunan mulai awal hingga berakhir pekerjaan tersebut.
1.4.3 Kontraktor (Contractor)
Kontraktor adalah orang/ badan yang menerima pekerjaan dan
menyelenggarakan pelaksanaan pekerjaan sesuai biaya yang telah
ditetapkan berdasarkan gambar rencana dan peraturan serta syarat-
syarat yang ditetapkan.
Funsinya :
1. Menyediakan layanan jasa pelaksanaan konstruksi (construction)
2. Menyediakan pelayanan jasa pengadaan bahan

28
3. Menyediakan pelayanan jasa pelaksanaan konstruksi khusus/
special, misalnya sub kontraktor pondasi bore pile, sub kontraktor
peralatan bangunan seperti lift, AC, dll.

29
Struktur organisasi perencanaan proyek dapat dilihat pada gambar 3.1
sebagai berikut

Kepala Dinas Kabupaten Kupang

Maclon Joni Nomseo, S.IP


NIP : 19631130 198701 1003

Pejabat pembuat komitmen (PPK)

Anik Nurhayati, ST
NIP : 197201052000122005
Pelaksan Adm. Keuangan

David Heken, Amd.

Pelaksana Administrasi Pelaksana Teknik Pengawas

- Jibrael Kaik
- Maria Tolan, ST Jardy K. Boeday, ST Ricky Saubaki, S.ST

Juru Ukur

Yoyong Sutha Momang, Amd.

Sumber, CV. Wahyu Karya Utama, 2020


Gambar 3.1. Struktur organisasi pemilik proyek

1. Kepala Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Kupang (Maclon Joni Nomseo, S.IP)
dengan urain tugas sebagai berikut:

a. Melaksanakan tugas-tugas selaku atasan yang membina dan mengawasi


pemimpin proyek guna kelancaran proyek di lapangan
b. Mengadakan kordinasi dengan masalah yang timbul di lapangan
2. Pejabat pembuat komitmen (PPK)
a. Tugas
1) Melaksanakan koordinasi dengan instansi terkait baik
secara vertikal maupun horisontal

30
2) Menyusun dan melaporkan ke atasan langsung tentang
Program Jangka Pendek.
3) Melakukan pembinaan pengadaan jasa konsultan,
pengadaan barang serta pembinaan administrasi
perkantoran.
4) Melakukan ikatan kontrak pekerjaan jasa konsultan, dan
pengadaan barang.
5) Melakukan pembinaan pengawasan dan pengendalian
terhadap pelaksanaan pekerjaan yang dilaksanakan oleh
konsultan, kontraktor baik kualitas maupun waktu
pelaksanaanya.
6) Melaksanakan kegiatan yang ada serta pencapaian sasaran
yang ditetapkan oleh DIPA maupun Petunjuk pelaksanaan
serta bertanggung jawab baik dari segi fisik maupun waktu
penyelesaian pekerjaan serta Administrasi keuangannya.
7) Melakukan pembinaan Sumber Daya
Manusia (SDM) di wilayahnya.
8) Bertanggung jawab secara administratif terhadap hasil
pengujian meliputi aspek hukum, dan peraturan perundang-
undangan.
9) Bertanggung jawab kepada Kepala Satuan Kerja.
b. Tanggung Jawab
1) Menyusun rencana pelaksanaan kegiatan dan rencana
penarikan dana berdasarkan daftar isian pelaksana
anggaran
2) Menerbitkan surat penunjukan penyedia barang/jasa
3) Membuat,mendatangani dan melaksanakan
perjanjian/kontrak dengan penyedian barang/jasa.
4) Mengendalikan pelaksanaan perjanjian/kontrak.

31
3. Pelaksana administrasi keuangan
a. Tugas
5) Meneliti kebenaran dokumen atau bukti pengeluaran
sebelum melaksanakan pembayaran kepada pihak ketiga.
6) Menyiapkan Surat Permintaan Pembayaran (SPP), baik
Surat Permintaan Pembayaran Ganti Uang (SPP GU)
maupun Surat Permintaan Pembayaran Langsung (SPP LS)
ke pejabat penguji SPP di bagian penerbit Surat Perintah
Pencarian (SPM).
7) Menyelenggarakan tata kearsipan yang bersangkutan
dengan buktibukti pembukuan.
b. Tanggung jawab
1) Mengetahui semua bukti pengeluaran dalam pembayaran
2) Melaksanakan pembayaran atas perintah Pejabat Pembuat
Komitme (PPK)
3) Bertanggung jawab Menyetor setiap pengeluaran panjar.
4. Pelaksana Administrasi
a. Tugas
1) Menyelenggarakan tugas kerumah tanggaan,
kesekretariatan, kehumasan, dan keselamatan kerja pada
PPK terkait.
2) Menyelenggarakan pengadaan, penata usahaan barang-
barang kebutuhan PPK terkait.
3) Mengawasi dan mengendalikan distribusi serta pemakaian
barangbarang kebutuhan PPK terkait.
4) Menyelenggarakan pengadaan tanah dan sertifikasi atas
tanah tersebut dan melaksanakan sosialisasi pada PPK
terkait.
5) Membina Sumber Daya Manusia yang ada pada PPK
terkait. Bertanggung jawab terhadap tugas kerumah
tanggaan, penata usahaan barang didalam PPK terkait.

32
6) Bertanggung jawab kepada PPK terkait.

b. Tanggung jawab
1) Bertanggung jawab atas seluruh pelaksanaan kegiatan/
rencana kerja yang tertuang dalam DIPA
2) Bertanggung jawab atas semua penerimaan/pengeluaran
satuan kerja yang membebani APBN
3) Bertanggung jawab atas kebenaran material setup perintah
kerja/kontrak yang di tandatangani serta akibat yang timbul
dari perintah kerja/kontrak tersebut
4) Bertanggung jawab terhadap realisasi keuangan dan
pencapaian

5. Pelaksana Teknik
a. Tugas
1) Menyelenggarakan pengadaan jasa konstruksi dan
konsultan pada PPK terkait.
2) Menyiapkan dokumen tender dan menyelenggara
kan administrasi pelaksanakan pekerjaan konstruksi dan
konsultan PPK terkait.
3) Menyiapkan program penyerapan dan konstruksi pada PPk
terkait.
4) Menyusun laporan penggunaan dana konstruksi pada PPK
terkait.
b. Tanggung jawab
1) Bertanggung jawab terhadap tugas pengadaan jasa
konstruksi, konsultan dan dokumen tender pada PPK
terkait.
2) Bertanggung jawab kepada PPK terkait penggunaan dana
konstruksi PPK
6. Pengawas

33
a. Tugas
1) Mengawasi laju perkembangan proyek, baik kualitas
maupun konstruksi secara keseluruhan sesuai dengan
bestek.
2) Mengawasi pemakaian bahan bangunan agar mutu
pekerjaan sesuai dengan bestek.
3) Menyetujui perubahan-perubahan dan penyesuaian yang
terjadi selama pelaksanaan pekerjaan dengan mendapat
persetujuan pemimpin proyek.

b. Tanggung jawab
1) Bertanggung jawab atas laporan kerja yang di buat untuk
kemajuan proyek
2) Mengawasi ketepatan waktu pelaksanaan dengan waktu
yang direncanakan.
3) Bertanggung jawab atas pembuatan laporan harian,
mingguan dan bulanan mengenai kemajuan proyek

7. Juru Ukur
a. Tugas
1) Mengukur dan membuat patok-patok acuan serta
menyiapkan gambar kerja dengan jelas untuk pelaksanaan
pekerjaan di lapangan.
2) Mengawasi dan mengukur kembali pekerjaan yang telah
selesai dilaksanakan.
3) Membuat laporan periodik kepada pelaksana lapangan.
4) Apabila terjadi perbedaan volume pekerjaan yang
dilaksanakan maka segera mengadakan koordinasi dengan
pengawas lapangan dan pelaksana lapangan.
5) Melakukan koordinasi dengan Direksi Proyek.

34
6) Melakukan koordinasi dengan direksi teknis, pembantu
pengawas lapangan dan pengawas lapangan.

b. Tanggung Jawab
1) Bertanggung jawab kapada pelaksana lapangan.
2) Bertanggung jawab terhadap ketepatan volume pekerjaan
yang dilaksanakan dilapangan.

3.4.1. Kontraktor Pelaksana


Kontraktor Pelaksana adalah perorangan atau badan hukum, swasta
atau pemerintah yang melaksanakan suatu proyek yang diperoleh melalui
suatu pelelangan, penunjukan langsung atau pengadaan langsung. Hubungan
antara kontraktor pelaksana dengan konsultan pengawas yaitu pengawas
mengawasi pekerjaan kontraktor sesuai atau tidak dengan bestek. Tugas dan
tanggung jawab pelaksana adalah sebagai berikut:
1. Melaksanakan sarana penunjang bagi kelancaran pekerjaan;
2. Mempersiapkan bahan yang berkualitas dan memenuhi persyaratan
bestek;
3. Mengadakan tenaga kerja yang berpengalaman serta peralatan yang
diperlu kan;
4. Menyelesaikan dan menyerahkan pekerjaan tepat pada waktu yang
telah ditentukan dalam perjanjian/kontrak;
5. Mengadakan pemeliharaan selama proyek tersebut masih dalam
tanggung jawabnya;
6. Bertanggung jawab terhadap fisik bangunan selama dalam masa
pemeliharaan.
Kontraktor pelaksana pada Pekerjaan Rehabilitasi Jaringan Irigasi D.I
Takari yang terpilih melalui pelelangan adalah CV. Wahyu Karya Utama
sebagai kontraktor pelaksana proyek. Berikut ini merupakan gambaran
umum tugas dan tanggung jawab kontraktor pelaksana serta tugas dari
masing-masing seksi yang akan dijelaskan dalam bentuk struktur organisasi
dapat dilihat pada Gambar 3.2 berikut :

35
Kepala Proyek

Felipus Nopus

Pelaksan Adm. Keuangan

Rony Laos, SE

Pelaksana Teknik Pengawas


Logistik

Isidorus V. Funay Roy p Tahapary


Jardy K. Boeday, ST

Juru Gambar

Fery J. Jogo, Amd

Sumber : CV. Wahyu Karya Utama, 2020


Gambar 3.2. Struktur organisasi kontraktor pelaksana

Uraian tugas dan tanggung jawab dari unsusr-unsur kontraktor pelaksana


adalah sebagai berikut :

1. Kepala Proyek
a. Tugas
1) Membuat rencana kerja dan manejemen untuk semua
komponen pelaksanaan proyek.
2) Mengatur & manajemen Kep. Pelaksana, Pengendali Mutu,
Mekanik dan Peralatan Mesin dan semua bagian yang
terlibat dalam pelaksanaan proyek.
3) Mengkoordinasi seluruh staf dalam pelaksanaan fisik
sesuai struktur organisasi (terlampir)

36
4) Melakukan rapat-rapat koordinasi dan evaluasi terhadap
pelaksanaan proyek.
5) Melakukan koordinasi dengan Direksi Pekerjaan.

b. Tanggung Jawab :
1) Bertanggung jawab kepada Pemimpin Perusahaan/
Direktur dan kepada Pelaksana Teknis.
2) Bertanggung jawab atas pelaksanaan proyek secara
keseluruhan.
3) Bertanggung jawab kpd satker dan direksi / Pemilik Proyek
atas seluruh pekerjaan sesuai dengan volume, mutu dan
spesifikasi pekerjaan

2. Pelaksana Administrasi
a. Tugas
1) Membuat Laporan harian, mingguan dan bulanan kepada
pemberi tugas / pengawas.
2) Mengajukan ijin kerja / request, ijin test bahan, ijin test
pekerjaan.
3) Mengadakan perhitungan quantity dan pengendalian
quantity tersebut.
4) Membuat dokumentasi proyek
5) Mengumpulkan kelengkapan administrasi dalam rangka
PHO dan FHO.
b. Tanggung jawab
Bertanggung jawab kepada Kepala Proyek terhadap
administrasi dan laporan proyek.

3. Logistik
a. Tugas

37
1) Mengawasi dan mengatur penggunaan material/ bahan dan
alat serta perlengkapan lainnya di lapangan atas petunjuk
pelaksana lapangan.
2) Membuat daftar kebutuhan material/ bahan dan alat serta
perlengkapan lainnya baik secara keseluruhan maupun
terhadap kebutuhan per hari.
3) Membuat laporan periodik kepada pelaksana lapangan.
4) Melakukan koordinasi dengan bag. Administrsi dan
keuangan, pelaksana, pembantu pelaksana, pengawas
lapangan dan direksi teknis.

b. Tanggung Jawab
1) Bertanggung jawab kapada pelaksana lapangan dan Kepala
Proyek.
2) Bertanggung jawab terhadap ketersediaan bahan dan alat
serta perlengkapan lainnya untuk pelaksaaan pekerjaan di
lapangan.

4. Pelaksana Teknik
a. Tugas
1) Bersama Kepala Proyek membuat rencana kerja serta
strategis pelaksanaan proyek di lapangan.
2) Mengatur Pelaksana Lapangan dan semua komponen yang
berhubungan langsung dengan pelaksanaan pekerjaan di
lapangan.
3) Mengawasi dan mengatur seluruh pekerjaan di lapangan
atas petunjuk Kepala Proyek.
4) Membuat laporan periodik kepada kepala proyek.
5) Melakukan koordinasi dengan Direksi Teknis, Pengawas
Lapangan, Pembantu Pengawas Lapangan.
b. Tanggung Jawab

38
1) Bertanggung jawab kepada kepala proyek dan Pengawas.
Bertanggung jawab terhadap pelaksanaan di lapangan dan
koordinasi dengan Pelaksana QA (pengendalian mutu).
5. Pengawas
a. Tugas
1) Mengawasi laju perkembangan proyek, baik kualitas
maupun konstruksi secara keseluruhan sesuai dengan
bestek.
2) Mengawasi pemakaian bahan bangunan agar mutu
pekerjaan sesuai dengan bestek.
3) Menyetujui perubahan-perubahan dan penyesuaian yang
terjadi selama pelaksanaan pekerjaan dengan mendapat
persetujuan pemimpin proyek.
b. Tanggung jawab
1) Bertanggung jawab atas laporan kerja yang di buat untuk
kemajuan proyek
2) Mengawasi ketepatan waktu pelaksanaan dengan waktu
yang direncanakan.
3) Bertanggung jawab atas pembuatan laporan harian,
mingguan dan bulanan mengenai kemajuan proyek
6. Juru Gambar
Lulusan Serjana Muda Teknik Sipil/pengairan ( D3 ) Dengan pengalam
kerja minimal 3 tahun atau STM jurusan sipil/ bangunan surveyor pemetaan
dengan pengalaman kerja sebagi surveyor 4 tahun. Bertangung jawab dan
bias bekerjasama dengan juru gambar dalam melaksanakan pekerjaan
pengukuran dan survey lapangan.Juru Gambar/ACAD bertugas dan
bertangung jawab untuk hal berikut ini :
1) Bertangung jawab langsung kepada Tenaga Ahli atas
pelaksanaan survey dan pengukuran hasil analisa dan
pengukuran.

39
2) Bertangung jawab atas kualitas dan detai gambar yang dihasilkan
dari analisa dan pengukuran di lapangan.
3) Membantu Ass. Bangunan air dalam penyusaian volume RAB
dengan gambar agar sinkron.
4) Membantu dalam penyusunan laporan Album Gambar dengan
sekala yang diminta didalam TOR.

3.5. Hubungan Kerja Ketiga Unsur Pelaksanaan Proyek


Dalam pengelolaan suatu proyek perlu dijamin adanya hubungan kerja
sama yang baik antara instansi yang terkait. Skema Jaringan Kerja Antara 3
Pihak Menajemen Untuk lebih jelas mengenai hubungan antara ketiga unsur
pelaksanaan proyek di atas, dapat dilihat pada gambar 3.2. berikut ini :

Sumber : Soeradji,dkk,2019
Gambar 3.2. Skema Hubungan Kerja 3 Pihak

Hubungan ketiga pihak yang terjadi antara pemilik pekerjaan, konsultan dan
kontraktor diatas sebagai berikut :
1. Konsultan pengawas (Supervisi) dengan pihak pemilik proyek

40
Ikatan antara konsultan (dalam hal ini Konsultan Pengawas)
dengan pemilik proyek berdasarkan kontrak. Konsultan pengawas
memberikan layanan supervisi konstruksi berdasarkan pelaksanaan,
berikut syarat-syarat teknis pelaksanaannya. Sedangkan pemilik
proyek memberikan persetujuan dan biaya jasa atas layanan yang telah
diberikan oleh konsultan.
2. Kontraktor dengan pemilik proyek
Ikatan antara kontraktor dengan pemilik proyek berdasarkan
kontrak. Kontraktor memberikan layanan dasar profesional berupa
bangunan sebagai realisasi dari keinginan pemilik proyek yang telah
dituangkan ke dalam gambar-gambar pelaksanaan berikut syarat-syarat
yang telah ditentukan, sedangkan pemilik pekerjaan meberikan
persetujuan dan biaya jasa kepada kontraktor.
3. Konsultan pengawas dengan kontraktor
Ikatan antara konsultan pengawas dan kontraktor berdasarkan
peraturan pelaksanaan. Kontraktor memberikan gambar-gambar
pelaksanaan (construction drawing) berikut syarat-syarat yang telah
ditentukan, kemudian konsultan pengawas menyutujui untuk
direalisasikannya menjadi sebuah bangunan.
3.5.1. Contoh Hubungan Kerja 3 Unsur Menajemen
1. Contoh hubungan kerja antara Direksi dengan Konsultan
a. Hubungan dua arah ( ↔ ) Direksi dengan Konsultan sebagai
contoh adalah Kontrak
b. Hubungan satu arah (→) Direksi dengan Konsultan sebagai
contoh adalah Biaya
c. Hubungan satu arah (→) Konsultan dengan Direksisebagai
contoh adalah Jasa

2. Contoh hubungan kerja antara Direksi dengan Kontraktor


a. Hubungan dua arah ( ↔ ) Direksi dengan Kontraktor sebagai
contoh adalah Kontrak
b. Hubungan satu arah (→) Direksi dengan Kontraktor sebagai
contoh adalah Biaya
c. Hubungan satu arah (→) Kontraktor dengan Direksisebagai
contoh adalah Jasa
3. Contoh hubungan kerja antara Konsultan dengan Kontraktor

41
a. Hubungan dua arah ( ↔ ) Konsultan dengan Kontraktor sebagai
contoh adalah Peraturan Pelaksanaan
b. Hubungan satu arah (→) Konsultan dengan Kontraktor sebagai
contoh adalah Persyaratan Teknik
c. Hubungan satu arah (→) Kontraktor dengan Konsultan sebagai
contoh adalah Realisasi

3.6. Proses Administrasi Dalam Pelaksanaan Pekerjaan DiLapangan


Administrasi proyek merupakan hal yang penting dalam pelaksanaan
proyek. Salah satu diantaranya adalah pembuatan laporan berkala. Laporan
berkala merupakan alat komunikasi resmi untuk menyatakan menyampaikan
segala sesuatu yang berhubungan dengan penyelenggaraan proyek. Tujuan
dari pembuatan laporan berkala adalah membantu semua pihak dalam upaya
memantau dan mengendalikan secara terus menerus dan kesinambungan atas
berbagai aspek penyelenggara proyek sampai dengan saat pelaporan.
Laporan berkala dibuat oleh kontraktor, disetujui oleh konsultan pengawas
dan direksi pekerjaan. Laporan berkala dipakai pihak kontraktor sebagai
bahan utama dalam rapat intern kontraktor maupun rapat kordinasi dengan
semua pihak yang terlibat dalam proyek.
1. Lembar kendali (Request) pekerjaan
Sebelum memulai atau melaksanakan pekerjaan proyek
konstruksi merupakan suatu persyaratan yang harus dilakukan
kontraktor untuk mengajukan reguest mulai pekerjaan, dimana reguest
ini akan dipahami serta diteliti oleh pengawas konsultan serta akan
diberikan catatan atau arahan atas pekerjaan yang dimaksud.
Disamping itu diperlukan kecakapan staf quantity/pelaksana dalam
membuat request tersebut yang membuat rumusan perhitungan koefisien
yang berkaitan dengan volume yang direncanakan sehingga mendapat
estimasi jumlah bahan yang akan digunakan, demikian juga dengan jumlah
peralatan, penggunaan tenaga kerja, jumlah bahan rencana dan pemakaian
peralatan tidak sinkron atau jangan sampai di antara volume terjadi jumlah
tidak wajar. Pengecekan yang akan diperiksa oleh pengawas PU dengan
pengawas Konsultan antara lain : Volume pekerjaan yang rencana
dilaksanakan, lokasi pekerjaan, penggunaan tenaga kerja, penggunaan bahan,
penggunaan peralatan, lampiran gambar sesuai rencana dan lampiran back
up sesuai rencana. Dimana request mulai pekerjaan ini juga akan menjadi
catatan dan bahan evaluasi atas pencapaian hasil kinerja yang dilaksanakan
kontraktor sehingga mengajukan request sebelum memulai pekerjaan, hal ini

42
sangat penting dan bermanfaat bagi kontrakto maupun direksi/pengawas
konsultan dalam menjalankan suatu proyek. Dapat dilihat pada gambar 3.4

Sumber : CV. Wahyu Utama Karya, 2020


Gambar 3.3 :Contoh format Lembar kendali (Request) pekerjaan

43
2. Laporan harian, mingguan dan bulanan.
a. Laporan harian adalah laporan yang berisi data-data berikut :
tenaga kerja, peralatan, bahan, dan kemajuan pekerjaan yang
sedang dilaksanakan. Laporan ini dibuat oleh kontraktor dan
disetujui/diperiksa oleh konsultaan pengawas dan pengawas
lapangan.
b. Laporan mingguan adalah laporan yang berisi kemajuan
pekerjaan selama seminggu yang lalu, rencana kerja seminngu
berikutnya, hambatanhambatan yang terjadi selama seminggu
yang lalu dan lain-lain. Laporan ini dibuat oleh kontraktor dan
disetujui/diperiksa oleh konsultaan pengawas dan pengawas
lapangan.
c. Laporan bulanan berisi data dan kegiatan ringkas selama sebulan
dan dilengkapi dengan foto- foto yang mewakili, antara lain
berisi sebagai berikut : Data cuaca,data teknis, kemajuan fisik
pekerjaan bulan lalu sampai sekarang dan estimasi kemajuan
untuk bulan berikutnya. Tingkatan kemajuan berdasarkan jadwal
pelaksanaan, jumlah jenis barang-barang dan material yang
disuplai dan diguanakan oleh penyedia jasa bulan yang lalu, foto-
foto pekerjaan yang dilaksanakan bulan yang lalu dan hasil
pekerjaan termasuk progres pekerjaan, hal ini bertujuan untuk
audit dari pemilik proyek dan pengawas konsultan pada saat
pencairan dana pakerjaan. Laporan ini dibuat oleh kontraktor dan
disetujui/diperiksa oleh konsultaan pengawas dan pengawas
lapangan serta mengetahui Pejabat Pembuat Komitmen (PPK).

44
BAB IV
PEMBAHASAN

4.1. Uraian Umum


Proses Pelaksanakan suatu pekerjaan konstruksi diperlukan metode kerja
yang baik agar dapat memperoleh hasil akhir yang dapat memenuhi waktu,
biaya, dan mutu yang telah direncanakan. Untuk itu penerapan metode
pelaksanaan konstruksi yang sesuai kondisi lapangan Akan Sangat Membantu
dalam penyelesaian proyek konstruksi bersangkutan.

Beberapa tahapan pekerjaan mempunyai metode pelaksanaan yang di


sesuaikan dengan desain dari konsultan perencana. Hal yang mempengaruhi
dalam metode pelaksanaan konstruksi adalah:

1. Kondisi dari lokasi Kegiatan


2. Volume Pekerjaan
3. Keadaan jalan akses untuk material dan peralatan
4. Ketersediaan alat
5. Tingkat kualitas yang di butuhkan

4.2. Data Teknis Konstruksi Pekerjaan


Melihat kegiatan yang ada di lokasi pekerjaan pembangunan jaringan
Irigasi (Kabupaten kupang), Maka penulis perlu untuk membuat laporan
pekerjaan rehabilitasi jaringan irigasi D.I. Takari (pelaksanaan pekerjaan
rehabilitasi saluran irigasi ) sesuai apa yang diamati dilokasi pekerjaan.

Data dimensi konstruksi yang dipakai dalam pelaksanaan pekerjaan


rehabilitasi saluran irigasi D.I. Takari dapat dilihat pada Gambar 4.1, Profil
Melintang dan memanjang Saluran Sekunder sebagai berikut :

45
q=0,10 b=1,00 q=0,10

wp=0,20

h=70 H =1,00

t1=0,10

B=1,20

Dimana :
B : Lebar lantai bagian bawa saluran, m
H : Tinggi saluran, m
b : Lebar lantai bagian pemukan saluran, m
h : Tinggi permukaan air saluran, m
wb : Working pasangan, m
t1 : Tebal lantai saluran,m
q : Tebal dinding saluran, m

Sumber; CV. Wahyu Utama Karya, 2020


Gambar : 4.1. Profil Melintang Saluran Irigasi D.I. Enaboni

Tabel 4.1. Dimensi Saluran D.I. Enaboni


Uraian Notasi Nilai Satuan
Luas penampang basah Saluran A 34 Ha
Debit Aliran penampang basah Saluran Q 0,283 m3/dt
Kecepatan Aliran penampang basah V 0,89 m/dt
Saluran
Lebar penampang basah Saluran B 1 M
Tinggi air penampang basah Saluran H 1 M
Kemiringan Saluran I 0.00029
Kemiringan dinding (Talud) saluran M 0
Koefisien kekasaran Strickler K 70 M1/3/dt
Tinggi jagaan (Working) W 0.50 M

46
Tinggi jagaan (Working) beton Wb 0.20 M
Sumber; CV. Wahyu Utama Karya, 2020
1. Anggaran Biaya Pelaksanaan
Rencana anggaran biaya pelaksanaan dibuat untuk mengetahui
gambaran biaya yang dibutuhkan dalam pelaksanaan pekerjaan di
lapangan. Biaya – biaya tersebut meliputi :
a. Biaya persiapan
Yang termasuk biaya persiapan yakni sewa lahan untuk
gudang, tempat penampungan material sementara, jalan masuk ke
lokasi proyek maupun pengambilan materal, biaya sosialisasi dan
lain sebagainya
b. Biaya upah kerja
Upah kerja pada kegiatan ini di sesuaikan dengan item
pekerjaan, volume juga waktu kerja. Upah tenaga kerja manusia
dihitung borongan dan sesuai dengan volume, item pekerjaan
pabrikasi dan pemasangan besi beton, pekerjaan beton sedangkan
untuk pekerjaan galian yang menggunakan alat, hitungan sewa alat
sesuai waktu kerja.
c. Biaya operasional alat
Yang termasuk biaya operasional alat adalah bahan bakar,
pengadaan suku cadang saat alat mengalami kerusakan ringan dan
lain-lain
d. Biaya kebutuhan material
Biaya untuk pengadaan material ini disesuaikan dengan waktu
dan jenis
pekerjaan yang sedang dan akan dilaksanakan. Untuk pekerjaan bang
unan Pem bilas diperlukan semen, pasir pasang, dan batu
kali/gunung.
e. Biaya pengeluaran rutin

47
Yang dimaksud biaya pengeluaran rutin adalah belanja pegawai,
biaya konsumsi dan lain-lain
2. Pekerjaan pelaksanaan konstruksi pada Saluran sekunder D.I Enaboni
sebagai berikut :
a Pembersian dan pengupasan saluran
b Galian tanah untuk saluran
c Bongkar pasang batu atau beton lama
d Timbunan tanah dipadatkan
e Beton K-100
f Beton K-225
g Pembesian
h Pemasangan dan pembongkaran bekisting
i Pemasangan joint sealant
j Timbunan tanah Kembali

3. Waktu Pelaksanaan.
Pelaksanaan suatu kegiatan dibatasi oleh waktu sehingga suatu
kegiatan harus dapat diselesaikan sebelum atau tepat pada waktu yang
telah ditentukan. Jadwal pelaksanaan proyek Rehabilitasi Bendung Dan
Jaringan Irigasi Sub D.I. Takari (Enaboni) Kabupaten Kupang sesuai
dengan kontrak adalah 120 (Seratus Dua Puluh)
Hari Kalender terhitung mulai 19 Maret 2020 dan pekerjaan harus selesai
pada tanggal 30 Desember 2020. Waktu pelaksanaan keseluruhan dapat
dilihat pada lampiran sedangkan paket kegiatan Saluran Sekunder dapat
dilihat pada gambar berikut :

48
49
4.3. Metode Pelaksanaan
Prosedur umum pelaksanaan pekerjaan saluran D.I. Enaboni dengan
memperhatikan medan dan design kontruksi yang ada, pelaksanaan di mulai dari
kegiatan SPMK, PCM/RMK, sosialisasi/lapororan kepada pemda setempat,
mobilisasi (alat,bahan,tenaga), survey/pengukuran antara lain kegiatan
pemasangan patok BM, pengukuran situasi, long, cross kemudian dibuat gambar
kerja.Pembuatan basecamp,gudang,direksi keet, papan nama proyek, test
laboratorium, setelah melakukan MC-O, di lanjutkan pekerjaan persiapan
kemudian dilanjutkan dengan pekerjaan pembersian/pengupasan,kemudian
pemasangan boplang/pematokan, dilanjutkan dengan pekerjaan galian tanah atau
timbunan tanah jika dibutuhkan, selanjutnya dilakukan pengecoran lantai kerja
dengan kekuatan tekan K-100. Pembesian dilakukan setelah lantai kerja selesai
sebagai dudukan pembesian dan dilanjutkan dengan pemasangan bekesting
kemudian dilakukan cor beton K-225. Untuk mengecek kesesuaian item
pekerjaan yang ada pada kontrak dengan kondisi lapangan, maka perlu diadakan
rekayasa lapangan secara bersama antara pihak kontraktor dan pemilik proyek.
Hasil rekayasa dapat dituangkan dalam suatu berita acara yang selanjutnya
menjadi bahan pertimbangan untuk pelaksanaan kegiatannya sebagai berikut :

50
Gambar 4.1. Bagan Alir Kegiatan Pekerjaan Saluran sekunder

51
Gambar 4.2. Bagan Alir Kegiatan Pekerjaan Saluran sekunder

Pekerjaan
Saluran
Pekerjaan
Persiapan
Tida
C

Pembersihan/
Pengupasan Tida

Galian

Pengecoran Lantai
Kerja

Pembesian

Pemasangan Bekisting

52
Penggecoran
Saluran

Pembongkaran Pembongkaran
Bekisting Bekisting

Perawatan Beton

Selesai

Gambar 4.3 Bagan Alir Pekerjaan Saluran Sekunder


Sumber : Anonimyus, 2021

4.4 Personil dan Peralatan


4.4.1 Metode Pekerjaan Galian, antara lain :
a Pekerjaan Penggalian di lakukan secara mekanis dengan
Menggunkan Excavator Sesuai dengan Ukuran galian pada
Gambar Kerja.
b Material Hasil Galian dibuang di bagian Luar sisi Galian, yang
akan digunakan Sebagai timbunan Kembali.
c Setiap Hasil Galian yang melebihi Kebutuhan untuk Timbunan
Kembali dan Hasil Galian Yang tidak sesuai dengan Persyaratan
dan tidak di setujui direksi Pekerjaan untuk digunakan Sebagai
Bahan Timbunan harus di buang dan diratakan di luar Sesuai
Persetujuan direksi Pekerjaan.

53
4.4.2 Personil
a Direktur Utama : Marthinus Naekteas,SE
b Kepala Proyek : Felipus Nopus
c Pelaksana : Jardy K. Boeday, ST
d Pembantu pelaksana :Yoyong Sutha Andi
e Administrasi dan Keuangan : Rony Laos, SE
f Logistik : Isidorus V. Funay
g Juru Ukur / Surveyor : Fery J. Jogo, Amd
4.4.3 Peralatan
a Exacavator : 2 Unit
b Dum truck : 10 Unit
c Water tank truck 4500 Liter : 2 Unit
d Theodolit : 1 Unit
e Waterpass : 1 Unit
f Kompas : 1 Unit
g Meter roll : 2 Unit
h Selang waterpass : 1 Unit
i Sendok cor : 4 Unit
j Ember takaran : 10 Unit
k Linggis : 4 Unit
l Sekop : 10 Unit
m Alat pemotong (Parang) : 3 Unit
n Mesin Gerinda : 2 Unit

4.5 Material (Bahan, Pasir, dan PC)


Suatu bahan Konstruksi bangunan dapat dikategorikan baik apabila
ditunjangi oleh kualitas yang memenuhi syarat-syarat spesifikasi sesuai dengan
sifat-sifat kekhususan bahan konstruksi bangunan. Penganangan pengendalian
mutu bahan bangunan di lokasi proyek dapat dilakukan dengan mengontrol, baik
penyimpanannya, penempatannya, maupun perawatannya.
Pada Proyek Rehabilitasi Saluran Irigasi D.I. Takari (Enaboni)
digunakan guary bahan antara lain:

54
1. Pasir (Agregat Halus)
Pasir atau agregat halus butiran atau pasir yang dihasilkan dari di
integrasi alami dari batubatuan dan yang berupa pasir pasir batuan yang
dihasilkan dari alat-alat pemecah batu dengan ukuran maksimum sebesar 0.475
mm. Pasir yang digunakan pada Proyek Rehabilitasi Saluran Irigasi D.I. Takari
(Enaboni) diambil dari Gudang Kontraktor Pelaksana Tepatnya diBokong
dengan jarak tempuh 2.5 km dari Lokasi Proyek dengan alat pengangkut
Menggunakan damk Trcuk Pasir yang digunakan memenuhi syarat ( PBI 1971 )
seperti :
a Bersih dari segala kotoran dan tidak berlumpur 3 %
b Bersifat kekal (tidak mudah rusak oleh pengaruh alam) keras dan
berbutir tajam.
c Tidak mengandung bahan organic yang dapat merusak beton.
d Terdiri dari butir-butir yang beraneka ragam.
e Pasir laut tidak boleh digunakan.
Dari syarat-syarat yang ada, cara yang paling sederhana di lapangan
untuk mengetahui kadar organic dan: lumpur yang melekat adalah : dengan cara
menggenggam pasir tersebut dan meremasnya, jika pasir tersebut tidak lengket
di tangan, menunjukan bahwa pasir tersebut relatif baik
2. Agregat Kasar (Batu pecah)
Agregat kasar atau kerikil adalah butiran yang dihasilkan dari dis
integrasi alami dari batu-batuan alam berupa batu pecah yang dihasilkan dari alat
pemecah batu. Ukuran agregat kasar lebih besar dari 5 mm yang diambil dari
Gudang Kontraktor Pelaksana Tepatnya diBokong dengan jarak tempuh 2.5 km
dari Lokasi Proyek dengan alat Pengangkut Menggunakan damk Trcuk (cruser)
yang berjarak 2.5 km dari lokasi prroyek.
Syarat agregat kasar di antaranya :
a Agregat kasar tidak boleh berpori dan terdiri atas batuan yang keras.
b Agregat kasar tidak boleh mengandung lumpur.

55
c Butiran butiran agregat kasar harus bersifat kekal artinya tidak pecah
atau hancur oleh matahari dan air hujan.
d Kerikil terdiri dari butir-butir yang beraneka ragam.
3. Semen (Portiand Cement)
Semen atau Portland Cemen (PC) merupakan bagian terpenting dalam
pembuatan beton yang bersifat hidrulis. Semen dapat mengikat pasir, koral, air
menjadi satu kesatuan yang sering disebut campuran beton. Dari type-type
semen yang beredar di Indonesia digunakan type 1 (Ordinary Portland Semen).
Hal ini tergantung dari komposisi bahan pembuatannya yang tertera dalam zak
kemasannya. Syarat-syarat kualitas semen :
a Semen yang telah membatu tidak boleh digunakan.
b Kemasan PC dalam keadaan utuh dengan berat bersih 1 zak =40 kg.
Portland cemen yang digunaksn pada proyek Rehabilitasi saluran Irigasi Takari
(Enaboni) di ambil dari Kupang dengan jarak jangkauan ± 82,4 Km dari Lokasi
Proyek.
4. Air (Water)
Air adalah salah satu bagian dari bahan campuran beton yang memiliki
pengaruh yang sangat besar terhadap kekuatan tekan dan hancur dari beton. Air
memiliki unsur kimia yakni hydrogen dan oksigen (H2O). Menurut PBI 1971
syarat-syarat air untuk campuran beton adalah ar yang tidak boleh mengandung
minyak, zat garam, bahan organic dan bahan-bahan lain yang dapat merusak
beton dan baja tulangan. Pada Proyek Rehabilitasi Saluran Irigasi Sekunder
Daerah Irigasi Enaboni air dapat diangkut dengan menggunakan Tanki air
dengan kapasitas 5.000 liter maupun mata air yang relatif dekat dengan lokasi
proyek.
5. Batu
Material batu diambil dari Gudang Kontraktor Pelaksana Tepatnya
diBokong dengan jarak tempuh 2.5 km dari Lokasi Proyek di angkut

56
Menggunakan damk Trcuk dan sekitarnya dengan jarak relatif dekat dengan
Lokasi Proyek. Menurut PBI syarat-syarat batu antara lain :
a Batu yang keras, awet, padat dan tahan terhadap pengaruh cuaca dan
air.
b Batu tidak boleh berlubang mengingat koefisiennya tinggi.
c Batu dalam keadaan bersih.
d Batu endapan tidak diperkenankan untuk digunakan.
e Ketebalan batu berkisar 15 cm dan lebar 23 cm.

4.6 Proses Pelaksanaan Pekerjaan Saluran Sekunder D.I Enaboni


Prosedur Umum Pelaksanaan Pekerjaan Saluran dengan Memperhatikan
Kondisi Medan dan desain Konstruksi yang ada, Pelaksanaan Pekerjaan
rehabilitasi Irigasi Enaboni sebagai berikut :
1. Pekerjaan Persiapan
Pekerjaan persiapan adalah keseluruhan pekerjaan yang dilakukan
pada tahap awal dengan tujuan agar pelaksanaan pekerjaan di lapangan
dapat berjalan lancar.
a. Persiapan Material Pelaksanaan
Persiapan Material yang digunakan untuk pekerjaan saluran
sekunder adalah pasir alam, batu kali, semen, air, dan material lain
seperti , paku, dan kayu untuk pekerjaan pematokan
b. Persiapan Tenaga Kerja
Pelaksanaan pekerjaan kontruksi penempatan dan penggunaan
tenaga kerja harus disesuaikan dengan jenis dan volume pekerjaan
serta keahlian yang dimiliki oleh tenaga kerja sehingga dalam
pelaksanaan pekerjaan nanti akan diperoleh hasil yang sesuai dengan
apa yang diharapkan dan tepat pada waktu yang ditentukan dalam
kontrak.Pelaksaan pekerjan saluran sekunder, selama pengamat
dilapangan melihat tenaga kerja yang dipakai dilihat pada tabel 4.1

57
Tabel 4.2 : Daftar Tenaga Kerja untuk Saluran Sekunder D.I Enaboni c. Persiapa
No Tenaga Kerja Jumlah n
1 Pengawas PU 1 Orang
2 Pengawas Konsultan 2 Orang
3 Pelaksana 1 Orang
4 Surveyor 1 Orang
5 Mandor 1 Orang
6 Kepala Tukang 2 Orang
7 Tukang 3 Orang
8 Pekerja 20 Orang

Sumber : CV. Wahyu Utama Karya


Peralatan
Pelaksanaan Pekerjaan saluran sekunder Dalam suatu pelaksanaan proyek peranan
peralatan sangat penting dan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dengan bahan-
bahan.Sebelum Pelaksanaan proyek harus didahului dengan pemeriksaan terhadap
peralatan- peralatan yang digunakan dalam pelaksanaan pekerjaan proyek.Peralatan
yang digunakan pada pekerjaan saluran sekunder dilihat pada tabel 4.
Tabel 4.3 daftar peralatan untuk pekerjaan Saluran Sekunder D.I Enaboni
No Peralatan Jumlah
1 Excavator 2 unit
2 Vibrator Roller 1 Unit
3 Car Mixer 1 Unit
4 Theodollite 1 Unit
5 Waterpass 1 Unit
Sumber : CV. Wahyu Utama Karya

2. Pembersihan / pengupasan
Sebelum pelaksanaan konstruksi dimulai, Direksi teknis menentukan
jalur – jalur / lokasi pembersihan,agar dapat dilakukan pekerjaan tersebut.
a. Volume Pekerjaan : 2268 m²
b. Jam kerja efektif : 7 jam

58
c. Waktu Pelaksanaan : 2 hari
d. Peralatan kerja
Peralatan yang digunakan sebagai berikut :
Excavator : 2 unit
e. Tenaga Kerja
1) Personil inti :

Pengawas PU : 2 orang
Pengawas : 2 orang
Konsultan
Kepala Proyek : 1 orang
Pelaksana : 2 orang
Surveyor : 1
orang
2) Tenaga Kerja yang dibutuhkan tiap m²/jam berdasarkan koefisien :
Mandor : 1 orang
Pekerja : 5 orang

f. Proses Pelaksanaan Pembersihan/pengupasan

Kontraktor harus mengajukan permohonan (request) kepada


Direksi hari sebelum suatu pekerjaan dimulai, ditindak lanjuti
dengan penyediaan Tenaga Kerja, alat dan bahan serta Gambar Kerja
bangunan yang akan dikerjakan. Bila semuanya sudah siap
Kontraktor bisa mengajukan ijin pelaksanaan kepada Direksi.
Suatu pekerjaan tidak boleh dilaksanakan tanpa dilengkapi
request dan ijin pelaksanaan dari Direksi, pekerjaan yang
dilaksanakan tanpa permohonan dan ijin pelaksanaan dapat
dimungkinkan untuk tidak diakui oleh Konsultan dan Direksi.

59
1) Lakukan pengukuran awal untuk Pasang Profil dan Rambu
Sebagai menentukan batas-batas daerah yang akan dilakukan
Clearing dan Grubbing.
2) Pekerjaan Clearing dan Grubbing. Pekerjaan Pengupasan tanah
sesuai dengan dareah yang telah direncanakan Menggunakan alat
berat Buldoser dan Excavator pembuangan tumbuh-tubuhan
berupa Pepohonan besar, akar semak belukar dan rumput yang
dilakukan dengan cara mekanis. Lihat pada Gambar Bagan alir
pekerjaan pembersihan/pemgupasan 4.4 dan foto Pembersihan/
Pengupasan 4.5

PERSIAPAN :
Request Of
Work PENGUKURAN & PENGUPASA
C Y C
Tenaga Kerja PROFIL DESIGN Y N TANAH
MULA E a
E a
Gambar Kerja SERTA PASANG SESUAI
I K K
Alat PATOK/ RAMBU DENGAN
K3 SEBAGAI DAERAH
PETUNJUK YANG TELAH
STREAPING T DIRENCANAK
i AN
d
T
MENGGUNA
a
i k KAN
d BULLDOZER/
a
k
EXCAVATOR
T
i
d
a
k
HENTIKAN ANGKUT DAN
Y C PENGUPASAN C BUANG HASIL C
SELES a
Y Y
E JIKA TELAH a E GALIAN KE LOKASI a E
AI
K MENCAPAI K YANG TELAH K
DIMENSI DITENTUKAN
YANG MENGGUNAKAN
DITENTUKAN EXCAVATOR &
T
DUMPTRUCK
T
i i
d d
a a
k k

Gambar 4.4 Bangan alir pekerjaan pemberisihan/pengupasan

60
Gambar 4.5 Pembersihan/ Pengupasan
Sumber : Dok. Pribadi, 2020
3. Pelaksanaan Pekerjaan Galian Tanah
Penggalian harus dilaksanakan sedemikian rupa sehingga pekerja
mempunyai ruang kerja yang cukup dan aman dari longsoran ataupun
gangguan lain disekitarnya. Bila Kontraktor sudah mengerjakan galian
sesuai dengan garis rencana galian, tetapi kenyataan di lapangan dirasa tidak
aman atau masih ada hal-hal yang masih mengganggu maka Kontraktor
wajib memberitahukan secara tertulis kepada Direksi untuk dicarikan cara
penyelesaiannya.
Tanah hasil galian yang memenuhi syarat sebagai tanah isian (back filling)
harus ditempatkan pada tempat yang baik dan tidak terganggu selama
berlangsungnya pekerjaan, kemudian ketika ditimbun kembali harus
dipadatkan dengan vibrator.
a. Volume Pekerjaan : 352.96 m³
b. Jam Kerja efektif : 7 jam
c. Waktu pelaksanaan : 2 hari kerja
d. Peralatan Kerja :
1) Peralatan utama yang digunakan sebagai berikut :

61
Excavator : 1 unit

Theodollite : 1 unit

Waterpas : 1 unit

Meter roll : 1 unit

Meter kecil : 1 unit

2) Peralatan bantu
 Cangkul
 Sekop
 Palu

e. Tenaga Kerja

1) Personil inti :
Pengawas PU : 1 orang

Pengawas Konsultal : 2 orang

Pelaksana : 1 orang

Surveyor : 1 orang

2) Tenaga kerja yang dibutuhkan tiap m²/jam berdasarkan koefisien :


Mandor : 1 orang
Pekerja : 5 orang
f. Bagan Alin pekerjaan Galian tanah

62
PERSIAPAN :
Request Of C PENGUKURAN & C GALIAN
MULA Y Y
Work E PROFIL DESIGN E TANAH
a a
I Tenaga Kerja K SERTA PASANG K SESUAI
Gambar Kerja PATOK/ RAMBU DENGAN
Alat SEBAGAI DIMENSI
T
K3 PETUNJUK i YANG TELAH
T d DIRENCANAK
i
GALIAN a
d k AN
a MENGGUNA T
k KAN i
EXCAVATOR d
a
C HENTIKAN C ANGKUT DAN C k
SELES Y
GALIAN JIKA Y Y
AI a E E BUANG HASIL E
TELAH a a
K K GALIAN KE LOKASI K
MENCAPAI YANG TELAH
DIMENSI DITENTUKAN
T YANG T MENGGUNAKAN
i DITENTUKAN i EXCAVATOR &
d d
a a
DUMPTRUCK
k k

Gambar 4.6 Bagan alir pekerjaan galian tanah


Sumber : Anonimyus, 2021

g. Proses Pelaksanaan Pekerjaan galian tanah


Kontraktor harus mengajukan permohonan (request) kepada Direksi hari
sebelum suatu pekerjaan dimulai, ditindak lanjuti dengan penyediaan
Tenaga Kerja, Gambar kerja Serta alat dan bahan bangunan yang akan
dikerjakan. Galian Tanah sesuai dengn dengan yang telah direncanakan
menggunakan Excavator Bila semuanya sudah siap Kontraktor bisa
mengajukan ijin pelaksanaan kepada Direksi.
Suatu pekerjaan tidak boleh dilaksanakan tanpa dilengkapi request dan ijin
pelaksanaan dari Direksi, pekerjaan yang dilaksanakan tanpa permohonan
dan ijin pelaksanaan dapat dimungkinkan untuk tidak diakui oleh Konsultan
dan Direksi.

1) Pelaksana dan surveyor bersama-sama mempelajari gambar rencana


(Shop Drawing).

63
2) Pengukuran/Surveyor memberi tanda untuk memberi tahu kepada
operator lokasi yang tanahnya berbatu.
3) Excavator bergerak mendekat ke lokasi dengan menggunakan Bucket
Excavator.
4) Hasil galian tanah berbatu di kumpulkan sebelum di angkut oleh
Dumptruck.
5) Kemudian Dumptruck datang, mendekat ke lokasi pengumpulan hasil
galian dan Excavator mengambil dan menuangkan ke Dumptruck.
Selanjut nya membawah ke tempat pembuangan.
6) Pada waktu pelaksanaan galian petugas K3 telah mempersiapkan
peralatan K3 guna mengantisipasi resiko.
7) Petugas K3 dengan cara memberi instruksi ke pekerja untuk memakai
peralatan safety yaitu : rompi, sepatu , helm dll. serta memberi
komando ke operator dengan menempatkan petugas K3 dengan
membawa pluit dan bendera.
8) Bersama-sama direksi / pengawas lapangan, melakukan pemeriksaan
akhir terhadap hasil pekerjaan yang digunakan sebagai dasar
perhitungan volume pekerjaan.
9) Akan dilakukan perbaikan-perbaikan apabila di dalam pemeriksaan
bersama direksi / pengawas Lapangan masih ada kekurangan /
kesalahan yang tidak sesuai dengan gambar dan spesifikasi teknik.
Pekerjaan galian tanah dapat di lihat pada Gambar 4.7

64
Gambar 4.7 Pekerjaan Galian Tanah
Sumber : Dok. Pribadi, 2020

4. Pengecoran Lantai Kerja Dengan Beton K-100


Setelah pekerjaan galian selesai maka dilanjutkan pekerjaan lantai kerja
dengan ketebalan 0.10 m dan lebar 1.20 m menggunakan Mutu Beton K-
100, dengan komposisi campuran Air 165.00 kg, Semen 208.33 kg, Pasir
alam 561.22 kg dan Batu pecah 998.660 kg. fungsi dari pekerjaan lantai
kerja yaitu untuk mendapatkan permukaan yang datar da rata dan mencegah
air beton K-100 meresap ke tanah dibawanya pada saat dilakukan
pengecoran lantai kerja. Metode pelaksanaanya tarik benang sesuai
ketebalanya sepanjang bangunan saluran sekunder baru di hamparkan pasta
beton dan di ratakan oleh tenaga kerja menggunakan sekop.
a. Volume Pekerjaan : 33.20 m³
b. Waktu pelaksanaan : 1 hari kerja
c. Jam kerja efektif : 7 jam
d. Peralatan kerja
1) Peralatan utama yang digunakan sebagai berikut :
Car mixer : 1 unit
Theodollite : 1 unit
Waterpas : 1 unit

65
Meter roll : 1 unit
Meter kecil : 1 Unit

2) Peralatan Bantu
 Cangkul
 Secop
 Ember

e. Tenaga Kerja
1) Personil inti
Pengawas PU : 1 orang

Pengawas Konsultal : 2 orang

Pelaksana : 1 orang

Surveyor : 1 Orang

2) Tenaga kerja yang dibutuhkan tiap m³/jam berdasarkan koefisien :


Mandor : 1 orang
Pekerja : 7 Orang

f. Proses pekerjan pengecoran lantai kerja

66
pekerjan Pengecoran lantai kerja merupakan bagian dari
pekerjaan saluran sekunder. pekerjan ini memengang peranan
penting dalam pembangunan saluran sekunder .

Proses Pelaksanaan pekerjaan pengecoran lantai kerja

Kontraktor harus mengajukan permohonan (request) kepada


Direksi hari sebelum suatu pekerjaan dimulai, ditindak lanjuti dengan
penyediaan alat dan bahan bangunan yang akan dikerjakan. Bila
semuanya sudah siap Kontraktor bisa mengajukan ijin pelaksanaan
kepada Direksi.
Suatu pekerjaan tidak boleh dilaksanakan tanpa dilengkapi
request dan ijin pelaksanaan dari Direksi, pekerjaan yang
dilaksanakan tanpa permohonan dan ijin pelaksanaan dapat
dimungkinkan untuk tidak diakui oleh Konsultan dan Direksi.

1) Dilakukan pengukuran untuk menentukan batas-batas daerah


yang akan melakukan pengecoran
2) Pengecoran lantai kerja dilakukan dengan cara mekanis
menggunakan
Alat Campur Molen

Gambar 4.8 Pekerjaan Pengecoran Lantai Kerja


Sumber : Dok. Pribadi, 2020

67
5. Pekerjaan Pemasangan Pembesin Beton Bertulang

Pekerjaan pembesian terdiri dari pekerjaan pemotongan,


pembengkokan, penyetelan dan perakitannya. Mencakup pengadaan dan
pemasangan baja tulangan sesuai dengan spesifikasi.
Perlindungan terhadap korosi struktur beton; Beton yang berhubungan
dengan tanah
< D 12 à 20 mm Pengikat untuk tulangan; kawat pengikat dari baja
lunak.
a. Volume : 8028,80 kg
b. Waktu pelaksanaan : 7 hari kerja
c. Jam kerja efektif : 7 jam
d. Tenaga Kerja

1) Personil inti
Pengawas PU : 1 orang
Pengawas Konsultal : 2 orang
Pelaksana : 1 orang
Surveyor : Orang

2) Tenaga kerja yang dibutuhkan per kg berdasarkan koefisien :


Mandor : 1 orang
Tukang : 3 orang
Pekerja : 7 orang

e. Proses Pekerjan Pemasangan Dan Pembesin Beton Bertulang


1) Pekerjaan Pekerjaan Pabrikasi Tulangan.
Pekerjaan pabrikasi tulangan meliputi pekerjaan pengukuran,
pemotongan serta pembengkokan tulangan. Dalam

68
melaksanakan pekerjaan ini harus tepat ukurannya sesuai
dengan gambar rencana karena akan mempengaruhi bentuk dan
ukuranya. Untuk pekerjan saluran sekunder D.I Enaboni
tulangan yang di pakai bj besi=0.89 kg/m diameter = 12 mm
2) Pekerjaan pemasangan tulangan
Pekerjaan pemasangan tulangan dilakukan setelah selesai
pabrikasitu langan dan pengecoran lantai kerja telah kering dan
kuat untuk menahan beban. Pada pekerjaan Saluran Sekunder
D.I Enaboni
a) Pemasangan tulangan pada segmen pertama dengan
pajang total 211 m menggunakan bj besi 12 = 0.89 kg/m
untuk dinding dan untuk lantai digunakan bj sesi 12 = 0.89
kg/m
b) Pemasangan beugel pada segemen pertama dengan
panjang total 2.80 m megunakan bj besi 12 = 0.89 kg/m
untuk dinding dan lantai kerja digunakan bj besi 12 = 0.89
kg/m
c) Pemasangan skur pada tulangan pada segmen terakhir atau
ke empat dengan panjang total 0.82 m mengunakan bj besi
12 = 0,89 kg/m.

Gambar 4.9 Pekerjaan Pembesin Beton Bertulang

69
Sumber : Dok. Pribadi, 2020

6. Pekerjaan Bekisting Pada saluran sekunder


Bekesting merupakan konstruksi sementara yang berfungsi sebagai
cetakan atau mal dari beton cair hingga mengeras sebagai struktur
bangunan, dan akan dibongkar setelah beton sampai umur tertentu.
Meskipun sebagai konstruksi sementara bekisting atau cetakan harus kuat,
kokoh, rapat, bersih, rapi dan mudah dibongkar.
a. Volume : 300 kg
b. Waktu pelaksanaan : 7 hari kerja
c. Jam kerja efektif : 7 jam
d. Tenaga kerja
1) Personil inti
Pengawas PU : 1 orang
Pengawas Konsultal : 2 orang
Pelaksana : 1 orang
Surveyor : Orang

2) Tenaga kerja yang dibutuhkan per kg berdasarkan koefisien :


Mandor : 1 orang
Tukang : 3 orang
Pekerja : 7 orang
7. Pekerjaan Pengecoran Beton K-225 Pada saluran sekunder
Beton adalah campuran antara semen portland atau semen hidraulik
yang setara, agregat halus, agregat kasar, dan air dengan atau tanpa bahan
tambahan membentuk massa padat.
Beton Mutu sedang K-225 biasanya digunakan untuk beton
bertulang, lantai beton, dinding beton, pondasi beton, kerb beton pracetak,
dan gorong-gorong.

70
a. Volume :72,08 kg
b. Waktu pelaksanaan : 7 hari kerja
c. Jam kerja efektif : 7 jam
d. Tenaga kerja

1) Personil inti
Pengawas PU : 1 orang

Pengawas Konsultal : 2 orang

Pelaksana : 1 orang

Surveyor : 1 Orang

2) Tenaga kerja yang dibutuhkan per kg berdasarkan koefisien :


Mandor : 1 orang
Tukang : 3 orang
Pekerja : 7 orang

Alat yang dipakai pada pengecoran saluran sekunder adalah sebagai


berikut:
a. 10 (sepulu) unit skop
b. 5 (lima) unit cangkul
c. 1 (satu) unit gengset
d. 2 (dua) unit Molen Campur
e. 1 (satu) unit Mesin Pompa Air

71
Tahapan pelaksanaan pengecoran saluran sekunder dengan Beton K-225
selama penulis dilapakan melihat dilakukan 2 tahap adalah sebagai berikut
1) dilakukan pengecoran lantai kerja saluran sekunder D.I Enaboni
dengan ketebalan 0.10 m
2) dikerjakan pengecoran dinding dengan panjang 211.00 m dengan
ketebalan 0,10 m dan ketinggian dinding 0,100 m.

8. Pekerjaan Pembongkaran Bekisting Dan Timbunan Tanah Kembali

Pembongkaran bekisting dilakukan setalah proses pengecoran telah


selesai dan beton telah mengeras, biasanya pembongkaran bekisting
dilakukan 3 hari setelah pengecoran. Timbunan tanah kembali dilakukan
pada samping-samping saluran sekunder dengan menggunakan excavator.
Tanah yang di pake untuk timbun di ambil dari hasil galian bangunan fisik
saluran sekunder .

a. Volume :200 kg

1. Waktu pelaksanaan :7 hari kerja


2. Jam kerja efektif : 7 jam
3. Tenaga kerja : 7 0rang
1) Personil inti
Pengawas PU : 1 orang

Pengawas Konsultal : 2 orang

Pelaksana : 1 orang

72
Surveyor : 2 Orang

2) Tenaga kerja yang dibutuhkan per kg berdasarkan koefisien :


Mandor : 1 orang
Tukang : 3 orang
Pekerja : 7 orang

9. Pekerjaan Perawatan Beton

Perawatan beton dilakukan agar mencegah terjadinya pengeringan


dan penguapan yang terlalu pada beton serta memperbaiki kondisi beton
yang rusak akibat pembongkaran bekisting dan perancah. Perawatan beton
dilakukan sebagai berikut :
a) Beton sebelum dibongkar bekistingnya, dilakukan penyiraman sehingga
mencapai kuat tekan yang maksimal.
b) Setelah pembongkaran bekisting, beton yang keropos atau rusak akibat
pembongkaran yang kurang hati-hati, dilakukan penambalan dengan
cara diplester.
c) Bahan yang digunakan untuk penambalan beton adalah pasir, semen
air. Dengan campuran 1 pc 3 pasir. Alat yang digunakan pada pekerjaan
ini yaitu 2 (dua) sendok semen, benang, 2 (dua) sekop, 1 (satu) drom
untuk isi air dan 3 (tiga) ember kecil.

73
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Dari Hasil Kerja Praktek Lapangan dapat di Simpulkan Sebagai Berikut :
1. Kondisi Saluran Sekunder D.I Enaboni Mengalami Kerusakan Berat
Sepanjang 211.00 m
2. Karena Kerusakan Saluran Sekunder D.I Enaboni dalam Kategori Rusak
Berat, Maka Cara Penanganannya adalah Membongkar Pasangan Lama
Yang Terindikasi Rusak dan di Ganti dengan Pasangan Baru.
3. Dalam pelaksanaan pengocaran mutu beton masih belum diperhatikan
kuantitas material dengan dengan menggunakan alat ukur berupa

74
box/timbang sesui dengan ukuran K- 225 (SNI) sebelum pengecoran tidak
dilakukan slump test (test kekentalan sepsis), Pembuatan kubus/ silinder
untuk test kekuatan di laburaturium serta hamer test pada beton umur
pelaksanaan pada 7 hari, 14 hari, 21 hari dan 28 hari.
5.2 Saran
Adapun Saran yang Sampaikan Sebagai Berikut :
1. agar setelah rehabilitasi saluran tersebut masayarakat Pemakai air
(P3A) dapat menjaga dan memelihara saluran tersebut dalam kondisi
optimal.
2. Dalam Pelaksanaan Pekerjaan di Lapangan diharapkan agar Semua
Pihak yang terlibat dalam Pekerjaan ini agar Selalu Menjalin Suatu
Kerja Sama yang Baik di dalam Melaksanakan Pekerjaan tersebut agar
bisa Selesai Tepat Waktu dan Sesuai dengan Mutu (Spesifikasi) yang
diharapkan. Menghimbau Kepada Pihak Tenaga Kerja agar mampu
Bekerja Sesuai Petunjuk yang ada dan Mau Mengikuti Semua Arahan
dari Para Pengawas dan Pelaksana yang Mengontrol di Lapangan.
Untuk Menghindari Kerusakan Sebagai Akibat Kurangnya
Pemeliharaan, Maka Petugas Operasional Pintu harus Sigap dan
Tanggap terhadap Keadaan Darudarat di Lapangan, dan Perlu dibentuk
Perhimpunan Petani Pemakai Air (P3A) di Daerah Irigasi Enaboni
untuk Turut Serta dalam Membantu dan Memelihara Irigasi Enaboni.
3. Harus Selalu Menggunakan Material/Bahan Sesuai dengan Ketentuan
Teknis/Spesifikasi yang di Isyaratkan. Tenaga Pelaksana di Lapangan
Haru Benar – benar Memiliki Kemampuan secara Teknik dan
Berpengalaman.
4.
5.

75

Anda mungkin juga menyukai