PENDAHULUAN
1.3. Manfaat
Tugas Besar Irigasi bermanfaat sebagai modal untuk menghadapi lapangan kerja
terkait perencanaan sistemsaluran Irigasi dan desain bangunan air. Juga sebagai penunjang
dalam sistem perkuliahan, sehingga dengan adanya tugas besar ini diharapkan lebih
siapdalam menghadapi pekerjaan dilapangan.Dengan adanya tugas besar ini juga
diharapkannya terbentuk insan – insan akademis yang mampu bersaing dalam ilmu teknik
sipil sehingga dalam menapaki era globalisasi yang makin global kita tidak akan ketinggalan
teknologi dengan negara lain.
1
3. Merencanakan sistem / jaringan irigasi yang terdiri dari peta jaringan irigasi (layout
jaringan irigasi) dan peta nomenklatur jaringan irigasi.
4. Menghitung debit kebutuhan air irigasi (masing-masing saluran / petak sawah).
5. Mendesain saluran irigasi (Saluran Primer, Saluran Sekunder serta Saluran Tersier).
6. Mendesain Bangunan Bagi, Sadap serta Bangunan Ukur dan Pintu Air.
7. Mendesain Saluran Pengendap (Kantong Lumpur).
2
BAB II
SISTEM JARINGAN DAN BANGUNAN IRIGASI
3
Gambar 2.1. Jaringan Irigasi Teknis
(sumber: Kriteria Perencanaan Bagian Jaringan Irigasi KP 01)
4
2.2.3. Jaringan Irigasi Sederhana
Prinsip dari jaringan irigasi sederhana adalah sebagai berikut:
Biasanya menerima bantuan pemerintah untuk pembangunan dan atau
penyempurnaan, tetapi dikelola dan dioperasikan oleh aparat desa
Memiliki bangunan semi permanen dan tidak mempunyai alat pengukur dan
pengontrol aliran sehingga aliran tidak diatur dan diukur
Jaringan irigasi yang sederhana mudah diorganisasi tetap memiliki kelemahan-
kelemahan yang serius. Kelemahan pertama terdapat pemborosan air, karena pada
umumnya jaringan ini terletak di daerah yang tinggi, air yang terbuang itu tidak selalu
dapat mencapai daerah rendah/hilir yang lebih subur. Kedua, terdapat banyak
penyadapan yang memerlukan biaya lebih banyak dari masyarakat karena setiap
desa/kelurahan membuat jaringan dan pengambilan sendiri-sendiri. Karena bangunan
pengambilan bukan bangunan tetap/permanen, maka umurnya mungkin pendek.
5
Klasifikasi Jaringan Irigasi
No. Jaringan Irigasi
Teknis Semiteknis Sederhana
Bangunan
Bangunan
1. Bangunan Utama permanen atau Bangunan sementara
permanen
semi permanen
Kemampuan
bangunan
dalam
2. Baik Sedang Jelek
mengukur dan
mengatur debit
Saluran irigasi
Saluran irigasi
Saluran irigasi dan dan pembuang
dan pembuang
3. Jaringan saluran pembuang terpisah tidak sepenuhnya
jadi satu
terpisah
Belum
Belum ada
dikembangkan
Dikembangkan jaringan terpisah
atau densitas
4. Petak tersier sepenuhnya yang
bangunan tersier
dikembangkan
jarang
Efisiensi
Tinggi 50% - 60% Sedang 40% – 50% Kurang < 40%
5. secara
(Ancar-ancar) (Ancar-ancar) (Ancar-ancar)
keseluruhan
6. Ukuran Tak ada batasan Sampai 2.000 ha Tak lebih dari 500 ha
Hanya sebagian
7. Jalan Usaha Tani Ada keseluruh areal Cenderung tidak ada
areal
• Ada instansiyang
menangani Tidak ada
8. Kondisi O&P • Dilaksanakan Belum teratur O&P
teratur
6
pemberian yang tepat dengan tujuan menghindari kekeringan dan kematian tanaman yang
terjadi akibat adanya masa kekurangan air dan kekeringan.
Pengaturan pemberian air ini harus perhatikan sesuai kebutuhan. Air yang masuk ke
petakan sawah akan merembes ke bawah (infiltrasi) kemudian perembesan diteruskan ke
lapisah tanah yang lebih bawah (perkolasi). Setiap tanaman padi memiliki cara pemberian air
yang berbeda, ini tergantung dengan iklim, tanah, sebit air, dan kebutuhan tanaman.
Berdasarkan cara pemberiannya, pemberian air pada tanaman padi sebagai berikut :
7
ataupun penyiangan. Metode pengairan terputus-putus atau sistem golongan ini dilakukakn
pada saat air irigasi yang tersedia tidak memadai. Metode ini disarankan karena dapat
menigkatkan produksi dan penghematan air.
Beberapa sistem pemberian/pembawa pada irigasi yaitu :
8
Bangunan pengukur ini difungsikan untuk mengukur aliran yang dilewati. Ban
gunan ukur ini diletakkan pada setiap pangkal saluran tersier pada hilir pintu sadap.unt
uk bangunan bagi, dimana pada hilir bangunan memiliki lebih dari satu saluran sekund
er atau primer, maka hanya satu saluran yang tidak dilengkapi dengan bangunan ukur.
Selebihnya dipasang bangunan ukur pada saluran sekunder.
Salah satu alat bangunan pengukur debit yaitu alat ukur romijin. Alat romijin i
ni adalah pengukur ambang lebar yang dapat digerakkan untuk mengatur dan menguk
ur debit pada jaringan irigasi. Untuk menggerakan alat tersebut maka mercu dibuat dar
i pelat baja yang dipasang pada atas pintu sorong.
9
Gambar2.6. Bangunan Pintu Air
Sumber : www.logamceper.com,2018
10
a) Saluran Primer
Jaringan irigasi utama ini meliputi bangunan utama, saluran primer dan sekunder
serta bangunan air (bangunan bagi/bagi sadap/sadap) dan bangunan pelengkapnya yang ada di
saluran primer dan saluran sekunder. Saluran primer pada irigasi utama ini membawa air dari
bendung menuju ke saluran sekunder dan petak-petak tersier. Bagian bangunan bagi paling
akhir merupakan batas ujung saluran primer.
b) Saluran Sekunder
Saluran sekunder berfungsi untuk membawa air dari bangunan yang menyadap dari
saluran primer kemudian dialirkan menuju petak-petak tersier yang dilayani oleh saluran
sekunder tersebut. Sama dengan saluran primer batas akhir dari saluran sekunder yaitu
bangunan sadap paling akhir.
c) Saluran Tersier
Pada saluran tersier ini akan menyalurkan air dari bangunan yang menyadap dari
saluran sekunder menuju petak-petak kuarter yang akan diterima dengan saluran sekunder
tersebut. Pada saluran tersier batas akhir dari saluran merupakan bangunan boks kuarter
terkahir.
d) Saluran Pembuang
Saluran pembuang ini terletak diantara petak-petak lahan tersier yang nantinya dapat
digunakan juga sebagai pembatas area antara petak tersier ataupun kuarter. Sekaligus dapat
membuang kelebihan air ke sungai atau saluran alamiah.
Beberapa jenis saluran pembuang seperti pembuang kuarter, saluran pembuang
tersier, saluran pembuang sekunder, dan saluran pembuang primer. Pada saluran pembuang
tersier difungsikan untuk mengeringkan sawah, membuang kelebihan air hujan serta
membuang kelebihan pada air irigasi. Saluran pembuan kuarter ini dapat menampung air
langsung dari sawah di area atas atau dari saluran pembuang di area bawah. Pada saluran
pembuang tersier ini akan menampung air buangan dari saluran pembuang kuarter, sedangkan
pada saluran pembuang primer ini menampung dari saluran pembuang tersier dan
mengalirkannya kembali ke sungai.
11
dengan Panjang tertentu, dengan tujuan dapat menghasilkan kecepatan aliran yang lebih
lambat sehingga sedimen halus dapat mengendap. Dasar saluran kantong lumpur juga dibuat
lebih rendah yang berfungsi sebagai penampungan endapan sedimen halus tersebut. Proses
pembersihan kantong lumpur ini dilakukan dengan membuka pintu penguras kantong lumpur
sehingga endapan terbuang kembali ke sungai. Apabila tidak terdapat pintu penguras kantong
lumpur maka pembersihan dilakukan dengan cara pengerukan baik manual atau dengan
menggunakan alat.
12
hanya satu saluran yang tidak dilengkapi dengan bangunan ukur. Selebihnya dipasang bangun
an ukur pada saluran sekunder.
Salah satu alat bangunan pengukur debit yaitu alat ukur romijin. Alat romijin ini adala
h pengukur ambang lebar yang dapat digerakkan untuk mengatur dan mengukur debit pada jar
ingan irigasi. Untuk menggerakan alat tersebut maka mercu dibuat dari pelat baja yang dipasa
ng pada atas pintu sorong.
13
BAB III
PERHITUNGAN KEBUTUHAN AIR
IRIGASI
Dengan :
Selain penggunaan konsumtif untuk menghitung kebutuhan air untuk tanaman padi
dibutuhkan juga data klimatologi. Data klimatologi adalah data kondisi cuaca yang dirata-
ratakan selama periode waktu yang panjang. Berikut data klimatologi yang digunakan dalam
menghitungkan kebutuhan air
Bulan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Hujan Efektif
3,3 4,4 2,8 2,6 5,5 1,2 0 0 0,2 0,3 3,3 4,2
(mm)
Evapotranspirasi
2,2 3,3 2,2 2,8 1,2 3,2 2,8 2,2 2,2 1,8 1,7 2,8
(Eto)
14
Tabel 3.2 Koefisien Tanaman
FAO Nadeco
bulan varietas varietas varietas varietas
biasa unggul biasa unggul
15
k 0,5
Me 5x e
IR = k = o ,5 = 12,707
( e −1 ) ( e −1 )
NFR = IR – Re = 12,707 – 3,3 = 9,407 mm/hari
16
M = Eo + P 4,84 + 2 = 6,84
MT 4,16 x 30
k= = = 0,416
S 300
k 0,416
Me 4,16 x e
IR = k = 0,416 = 12,223
( e −1 ) ( e −1 )
NFR = IR – Re = 12,223 – 3,3 = 8,923 mm/hari
17
Tabel 3.3 Perhitungan Kebutuhan Air
PADI
1 1.9 1.3 1.33 1.315 2.893 3.493
Januari 3.30 2 2.20
2 1.9 1.3 1.3 1.3 2.86 3.46
1 0 1.3 0.65 2.145 -0.26
Februari 4.40 2 3.30
2 0 0 0 -2.40
1 LP LP LP 12.223 9.42
Maret 2.80 2 2.20
2 1.2 LP LP 12 9.42
1 1.9 1.27 1.2 1.235 3.458 4.76
April 2.60 2 2.80
2 1.9 1.33 1.27 1.3 3.64 4.94
PADI
1 1.9 1.3 1.33 1.315 1.578 -0.02
Mei 5.50 2 1.20
2 1.9 1.3 1.3 1.3 1.56 -0.04
1 0 1.3 0.65 2.08 2.88
Juni 1.20 2 3.20
2 0 0 0 0.80
1
Juli 0.00 2 2.80
2
1
0.00 2 2.20
PALAWIJO
Agustus
2
1
September 0.20 2 2.20
2
1
Oktober 0.30 2 1.80
2
Maksimum 9.423 mm/hari
Dari hasil perhitungan di atas didapatkan nilai NFR Maksimum sebesar 9,423 mm/hari.
18
BAB IV
PERENCANAAN SISTEM JARINGAN IRIGASI
NFR × A
Q STersier =
8,64 × c
9.423 ×128,207
Q St(DM Ka4) = = 174,782l/dt → 0,174m3/dt
8,64 ×0,8
9,423 ×149,353
Q St(DM Ka3) = = 203,636l/dt → 0,203m3/dt
8,64 ×0,8
9,423 ×145,344
Q St(DM Ka2) = =198,144l/dt → 0,198 m3/dt
8,64 ×0,8
9,423 ×137,954
Q St(DM Ka1) = = 188,070l/dt → 0,188m3/dt
8,64 ×0,8
9,423 ×102,040
Q St(DS Ka2) = = 139,109l/dt → 0,139m3/dt
8,64 ×0,8
9,423 ×149,949
Q St(DS Ka1) = =204,422l/dt → 0,204 m3/dt
8,64 ×0,8
9,423 ×89,716
Q St(DS Ki3) = = 122,308l/dt → 0,123m3/dt
8,64 ×0,8
9,423 ×92,179
Q St(DS Ki2) = =125,665l/dt → 0,125 m3/dt
8,64 ×0,8
9,423 ×147,618
Q St(DS Ki1) = =201,244l/dt → 0,201 m3/dt
8,64 ×0,8
9.423 ×149,832
Q St(DB Ki4) = =204,263l/dt → 0,204m3/dt
8,64 × 0,8
9,423 ×146,320
Q St(DB Ki3) = =1738,773 l/dt → 1,738 m3/dt
8,64 ×0,8
9,423 ×149,927
Q St(DB Ki2) = = 204,419l/dt → 0,204m3/dt
8,64 ×0,8
9,423 ×148,429
Q St(DB Ki1) = =202,350l/dt → 0,202m3/dt
8,64 ×0,8
9,423 ×149,052
Q St(DP Ki3) = =203,199l/dt → 0,203 m3/dt
8,64 × 0,8
9,423 ×139,566
Q St(DP Ki2) = =190,267l/dt → 0,190 m3/dt
8,64 ×0,8
19
9,423 ×144,444
Q St (DP Ki1) = = 196,918l/dt → 0,196m3/dt
8,64 ×0,8
20
BAB V
MENGHITUNG DIMENSI SALURAN
21
TABEL STEVEN
Q (m3/dt) b/h m
0.00 - 0.05 1
0.05 - 0.15 1 1
0.15 - 0.30 1 1
0.30 - 0.40 1,5 1
0.40 - 0.50 1,5 1
0.50 - 0.75 2 1
0.75 - 1.50 2 1
1.50 - 3.00 2,5 1,5
3.00 - 4.50 3 1,5
4.50 - 6.00 3,5 1,5
6.00 - 7.50 4 1,5
7.50 - 9.00 4,5 1,5
9.00 - 11.00 5 1,5
11.00 - 15.00 6 1,5
15.00 - 25.00 8 2
25.00 - 40.00 10 2
40.00 - 60.00 12 2
Secara rinci Perhitungan dimensi Saluran irigasi Waikabeti adalah sebagai berikut :
22
w
1
h
m
Diketahui :
m3
Q hulu induk = 3,728
dt
Angka kekasaran manning ( n ) = 0,014
Talud (m) = 1,5 (tabel Stevens)
Tinggi jagaan (w) = 0,6 m (kp-03)
Menghitung dimensi penampang saluran :
Dari table stevens didapat :
b
=3
h
(1
A1 = ( b x h ) + 2 x x h x m x h
2 )
A1 = 3 h2 +1,5 h2
A1= 4,5 h 2
V = 0,41 x Q0,225
= 0,41 x 3,7280,225
m3
= 0,551
dt
Q 3,728 2
A2= = =6,765 m
V 0,551
A2 = A1
6,690 = 4,5h2
h=
√ 6,765
4,5
=1,226 m
b
=3
h
b = h x 3 = 1,226 x 3
= 3,678
Sehingga didapat dimensi saluran primer sebagai berikut :
23
m = 1,5 h = 1,226 b = 3,678
W = 0,6 m ( dari table kp – 03)
sp
0.6 m
1
1.5 1.226 m
3.678 m
6.740 m
8.185 m
Berdasarkan data debit rencana, dari table A.21 (Form Lampiran – KP 03) dan
Tabel 4.4 (Nilai Tinggi Jagaan – KP 03) dapat ditentukan nilai perbandingan kemiringan
talut (m), perbandingan b/h (n) dan tinggi jagaan (F) atau (W).
Saluran Sekunder 1
w
1
m h
Diketahui :
3
m
Q=2,718
dt
Angka kekasaran manning = 0,014
Menghitung dimensi penampang saluran :
24
Dari table stevens didapat :
b/h = 2,5
m = 1,5
1
(
A1= ( b x h ) + 2 x x h x m x h
2 )
A1 = 2,5h2 +1,5 h2
A1 = 4 h2
V = 0,41 x Q0,225
= 0,41 x 2,7180,225
m3
= 0,488
dt
Q 2,718
A2= = =5,569 m2
V 0,488
A2 = A1
5,569 = 4h2
h=
√ 5,569
4
=1,179 m
h=1,179
b
=2,5
h
b = h x 2,5 = 1,179 x 2,5
= 2,94
Sehingga didapat dimensi saluran sekunder 1 sebagai berikut :
m = 1,5 h =1,179 b = 2,94
W = 0,6 m ( dari table kp – 03)
ss1
0.6 m
1
1.5 1.179 m
2.94 m
5.275 m
7.496 m
Saluran Sekunder 2
w
1
m h
25
b
Diketahui :
3
m
Q=1,815
dt
Angka kekasaran manning = 0,014
Menghitung dimensi penampang saluran :
Dari table stevens didapat :
b/h = 2,5
m = 1,5
( 1
A1= ( b x h ) + 2 x x h x m x h
2 )
A1 = 2,5h2 +1,5 h2
A1 = 4 h2
V = 0,41 x Q0,225
= 0,41 x 1,8150,225
m3
= 0,468
dt
Q 1,815 2
A2= = =3,760 m
V 0,468
A2 = A1
3,760 = 4h2
h=
√ 3,878
4
=0,984 m
h=0,984
b
=2,5
h
b = h x 2,5 = 0,984 x 2,5
= 2,46
Sehingga didapat dimensi saluran sekunder 2 sebagai berikut :
m = 1,5 h =0,984 b = 2,46
W = 0,6 m ( dari table kp – 03)
26
ss2
0.5 m
1
1 0.984 m
2.460 m
3.812 m
6.873 m
Saluran Sekunder 3
w
1
m h
Diketahui :
m3
Q=0,928
dt
Angka kekasaran manning = 0,014
Menghitung dimensi penampang saluran :
Dari table stevens didapat :
b/h = 2
b = 2h
m=1
A1= ( b x h )
A1 = 2h x h
A1 = 2 h2
V = 0,41 x Q0,225
= 0,41 x 0,9280,225
m3
= 0,403
dt
Q 0,928 ,
A 2= = =2,302 m2
V 0,403
A2 = A1
27
2,302 = 2h2
h=
√ 2,302
4
=1,072 m
h=1,072
b = 2h = 2 x1,072
= 2,14
Sehingga didapat dimensi saluran sekunder 3 sebagai berikut :
m=1m h = 0,758 m b = 2, 14 m
W = 0,5 m ( dari table kp – 03)
ss3
0.6 m
1
0.758 m
1.5
2.140 m
2.215 m
5.279 m
Berdasarkan data debit rencana, Tabel 4.4 (Nilai Tinggi Jagaan – KP 03) dapat
ditentukan nilai tinggi jagaan (F) atau (W).
28
Debit Panjang Saluran (L) elevasi Ah
No Saluran Kode I=Ah/L
m2/detik m Hulu Hilir m
1 DPKi1 0.196 1901.92 170.892 169.372 1.52 0.000799
2 DPKi2 0.19 2796.75 171.236 166.891 4.345 0.001554
3 DPKi3 0.203 4034.76 169.47 166.235 3.235 0.000802
4 DBKi1 0.202 1901.92 168.372 165.761 2.611 0.001373
5 DBKi2 0.204 4289.96 161.904 156.541 5.363 0.00125
6 DBKi3 1.738 5507.3 161.895 156.123 5.772 0.001048
7 DBKi4 0.204 3061.88 165.761 162.141 3.62 0.001182
8 DSKi1 0.201 1901.92 160.956 157.974 2.982 0.001568
Saluran Tersier
9 DSKi2 0.125 4498.29 162.141 155.729 6.412 0.001425
10 DSKi3 0.123 7097.62 155.729 153.938 1.791 0.000252
11 DSKa1 0.204 1805.98 162.354 157.974 4.38 0.002425
12 DSKa2 0.139 4417.13 162.354 160.092 2.262 0.000512
13 DMKa1 0.188 1903.23 155.031 154.779 0.252 0.000132
14 DMKa2 0.198 3069.74 153.357 152.06 1.297 0.000423
15 DMKa3 0.203 5507.3 153.901 152.06 1.841 0.000334
16 DMKa4 0.174 4413.52 160.092 157.565 2.527 0.000573
Diketahui :
3
m
Q=0,196
dt
Angka kekasaran manning = 0,014
Menghitung dimensi penampang saluran :
Dari table stevens didapat :
b/h = 1
b=h
m =1
A1 = ( b x h )
A1 = h x h
A1 = h2
V = 0,41 x Q0,225
= 0,41 x 0,196 0,225
29
m3
= 0,284
dt
Q 0,196
A2= = =0,690 m2
V 0,284
A2 = A1
0,690= h2
h=√ 0,690=0,830 m
h=0,830
b = h = 0,830
Sehingga didapat dimensi saluran DP1 Kiri sebagai berikut :
m=1 h = 0,830 m b = 0,830 m
W = 0,4 m ( dari table kp – 03)
dp1ki
0,4
0,830 m
0,830 m
Diketahui :
3
m
Q=0,190
dt
Angka kekasaran manning = 0,014
Menghitung dimensi penampang saluran :
Dari table stevens didapat :
b/h = 1
b=h
m =1
30
A1 = ( b x h )
A1 = h x h
A1 = h2
V = 0,41 x Q0,225
= 0,41 x 0,1900,225
3
m
= 0,282
dt
Q 0,190 2
A2= = =0,673 m
V 0,282
A2 = A1
0,673 = h2
h=√ 0,673=0,820 m
h=0,820
b = h = 0,820
Sehingga didapat dimensi saluran DP2 Kiri sebagai berikut :
m=1m h = 0,820 m b = 0,820 m
W = 0,4 m ( dari table kp – 03)
dp2ki
0,4
0,820 m
0,820 m
31
Diketahui :
m3
Q=0,203
dt
Angka kekasaran manning = 0,014
Menghitung dimensi penampang saluran :
Dari table stevens didapat :
b/h = 1
b=h
m =1
A1= ( b x h )
A1 = h x h
A1 = h2
V = 0,41 x Q0,225
= 0,41 x 0,2030,225
m3
= 0,286
dt
Q 0,20 3 2
A2= = =0,709 m
V 0,286
A2 = A1
0,709 = h2
h=√ 0,709=0,842 m
h=0,842 m
b = h = 0,842 m
Sehingga didapat dimensi saluran DP3 Kiri sebagai berikut :
m=1m h = 0,842 mb = 0,842 m
W = 0,4 m ( dari table kp – 03)
32
dp3ki
0,4
0,842 m
0,842 m
Diketahui :
3
m
Q=0,202
dt
Angka kekasaran manning = 0,014
Menghitung dimensi penampang saluran :
Dari table stevens didapat :
b/h = 1
b=h
m =1
A1 = ( b x h )
A1 = h x h
A1 = h2
V = 0,41 x Q0,225
= 0,41 x 0,2020,225
3
m
= 0,286
dt
Q 0,202 2
A2= = =0,706 m
V 0,286
A2 = A1
0,706 = h2
33
h=√ 0,716=0,846 m
h=0,846 m
b = h = 0,846 m
db1kiri
0,4
0,846 m
0,846 m
Diketahui :
m3
Q=0,20 4
dt
Angka kekasaran manning = 0,014
Menghitung dimensi penampang saluran :
Dari table stevens didapat :
b/h = 1
b=h
m =1
A1 = ( b x h )
A1 = h x h
34
A1 = h2
V = 0,41 x Q0,225
= 0,41 x 0,20 4 0,225
3
m
= 0,286
dt
Q 0,20 4 2
A2= = =0,713 m
V 0,286
A2 = A1
0,713 = h2
h=√ 0,713=0,415 m
h=0,4 15 m
b = h = 0,4 15 m
Sehingga didapat dimensi saluran DB2 Kiri sebagai berikut :
m = 1m h = 0,4 15 mb = 0,4 15 m
W = 0,4 m ( dari table kp – 03)
db2ki
0,4
0,415 m
0,415 m
Diketahui :
3
m
Q=1,738
dt
Angka kekasaran manning = 0,014
35
Menghitung dimensi penampang saluran :
Dari table stevens didapat :
b/h = 1
b=h
m =1
A1 = ( b x h )
A1 = h x h
A1 = h2
V = 0,41 x Q0,225S
= 0,41 x 1,7380,225
3
m
= 0,712
dt
Q 1,738 2
A2= = =2,441 m
V 0,712
A2 = A1
2,441= h2
h=√ 2,441=1,562 m
h=1,562
b = h = 1,562
Sehingga didapat dimensi saluran DB3 kiri sebagai berikut :
m=1m h = 1,562m b = 1,562m
W = 0,4 m ( dari table kp – 03)
db3ki
0,4
1,562 m
1,562 m
36
Diketahui :
m3
Q=0,20 4
dt
Angka kekasaran manning = 0,014
Menghitung dimensi penampang saluran :
Dari table stevens didapat :
b/h = 1
b=h
m =1
A1= ( b x h )
A1 = h x h
A1 = h2
V = 0,41 x Q0,225
= 0,41 x 0,20 4 0,225
3
m
= 0,286
dt
Q 0,20 4 2
A2= = =0,713 m
V 0,286
A2 = A1
0,713= h2
h=√ 0,713=0,844 m
h=0,846
b = h = 0,844
Sehingga didapat dimensi saluran DB4 Kiri sebagai berikut :
m=1m h = 0,844 m b = 0,844 m
W = 0,4 m ( dari table kp – 03)
37
db41ki
0,4
0,844 m
0,844 m
Diketahui :
m3
Q=0,201
dt
Angka kekasaran manning = 0,014
Menghitung dimensi penampang saluran :
Dari table stevens didapat :
b/h = 1
b=h
m =1
A1= ( b x h )
A1 = h x h
A1 = h2
V = 0,41 x Q0,225
= 0,41 x 0,2010,225
3
m
= 0,285
dt
Q 0,201 2
A2= = =0,705 m
V 0,285
A2 = A1
38
0,705= h2
h=√ 0,705=0,839 m
h=0,839
b = h = 0,839
Sehingga didapat dimensi saluran DS1 Kiri sebagai berikut :
m=1m h = 0,839 m b = 0,839 m
W = 0,4 m ( dari table kp – 03)
ds1ki
0,4
0,839 m
0,839 m
Diketahui :
m3
Q=0,125
dt
Angka kekasaran manning = 0,014
Menghitung dimensi penampang saluran :
Dari table stevens didapat :
39
b/h = 1
b=h
m =1
A1 = ( b x h )
A1 = h x h
A1 = h2
V = 0,41 x Q0,225
= 0,41 x 0,1250,225
3
m
= 0,276
dt
Q 0,125 2
A2= = =0,452 m
V 0,276
A2 = A1
0,452= h2
h=√ 0,452=0 , 6 m
h=0 , 6
b = h = 0,6
Sehingga didapat dimensi saluran DS2 Kiri sebagai berikut :
m=1m h = 0,6 b = 0,6
W = 0,4 m ( dari table kp – 03)
ds2ki
0,4
0,6 m
0,6 m
Diketahui :
3
m
Q=0,123
dt
40
Angka kekasaran manning = 0,014
Menghitung dimensi penampang saluran :
Dari table stevens didapat :
b/h = 1
b=h
m =1
A1= ( b x h )
A1 = h x h
A1 = h2
V = 0,41 x Q0,225
= 0,41 x 0,1230,225
m3
= 0,255
dt
Q 0,123
A2= = =0,482 m2
V 0,255
A2 = A1
0,482= h2
h=√ 0,482=0,694 m
h=0,694
b = h = 0,694
Sehingga didapat dimensi saluran DS3 Kiri sebagai berikut :
m=1m h = 0,694 m b = 0,694 m
W = 0,4 m ( dari table kp – 03)
ds3ki
0,4
0,694 m
0,694 m
41
Diketahui :
m3
Q=0,20 4
dt
Angka kekasaran manning = 0,014
Menghitung dimensi penampang saluran :
Dari table stevens didapat :
b/h = 1
b=h
m =1
A1 = ( b x h )
A1 = h x h
A1= h2
V = 0,41 x Q0,225
= 0,41 x 0,20 4 0,225
3
m
= 0,286
dt
Q 0,20 4 2
A2= = =0,713 m
V 0,286
A2 = A1
0,713= h2
h=√ 0,713=0,844 m
h=0,844
b = h = 0,844
Sehingga didapat dimensi saluran DS1 kanan sebagai berikut :
m=1m h = 0,844 m b = 0,844 m
W = 0,4 m ( dari table kp – 03)
42
ds1ka
0,4
0,844 m
0,844 m
Diketahui :
m3
Q=0,139
dt
Angka kekasaran manning = 0,014
Menghitung dimensi penampang saluran :
Dari table stevens didapat :
b/h = 1
b=h
m =1
43
A1 = ( b x h )
A1 = h x h
A1 = h2
V = 0,41 x Q0,225
= 0,41 x 0,1390,225
3
m
= 0,263
dt
Q 0,139 2
A2= = =0,528 m
V 0,263
A2 = A1
0,528= h2
h=√ 0,528=0,726 m
h=0,726
b = h = 0,726
Sehingga didapat dimensi saluran DS2 kanan sebagai berikut :
m=1m h = 0,726 m b = 0,729 mW = 0,4 m ( dari table kp – 03)
Diketahui :
3
m
Q=0,188
dt
Angka kekasaran manning = 0,014
44
Menghitung dimensi penampang saluran :
Dari table stevens didapat :
b/h = 1
b=h
m =1
A1 = ( b x h )
A1 = h x h
A1= h2
V = 0,41 x Q0,225
= 0,41 x 0,1880,225
3
m
= 0,281
dt
Q 0,188 2
A2= = =0,669 m
V 0,281
A2 = A1
0,669= h2
h=√ 0,669=0,817 m
h=0,817
b = h = 0,817
Sehingga didapat dimensi saluran DM1 kanan sebagai berikut :
m=1m h = 0,817 m b = 0,817 m
W = 0,4 m ( dari table kp – 03)
45
Diketahui :
3
m
Q=0,198
dt
Angka kekasaran manning = 0,014
Menghitung dimensi penampang saluran :
Dari table stevens didapat :
b/h = 1
b=h
m =1
A1 = ( b x h )
A1 = h x h
A1 = h2
V = 0,41 x Q0,225
= 0,41 x 0,1980,225
3
m
= 0,284
dt
Q 0,198 2
A2= = =0,697 m
V 0,284
A2 = A1
0,697= h2
h=√ 0,697=0,834 m
h=0,834
b = h = 0,834
Sehingga didapat dimensi saluran DM2 kiri sebagai berikut :
m=1m h = 0,834 m b = 0,834 m
W = 0,4 m ( dari table kp – 03)
46
Saluran Tersier DM3 Kanan
Diketahui :
3
m
Q=0,203
dt
Angka kekasaran manning = 0,014
Menghitung dimensi penampang saluran :
Dari table stevens didapat :
b/h = 1
b=h
m =1
A1 = ( b x h )
A1 = h x h
A1 = h2
V = 0,41 x Q0,225
= 0,41 x 0,2030,225
m3
= 0,286
dt
Q 0,203
A2= = =0,709 m2
V 0,286
A2 = A1
0,709= h2
47
h=√ 0,709=0,842 m
h=0,842
b = h = 0,842
Sehingga didapat dimensi saluran DM3 kanan sebagai berikut :
m=1m h = 0,842 m b = 0,842 m
W = 0,4 m ( dari table kp – 03)
Diketahui :
m3
Q=0,17 4
dt
Angka kekasaran manning = 0,014
Menghitung dimensi penampang saluran :
Dari table stevens didapat :
b/h = 1
b=h
m =1
A1 = ( b x h )
A1 = h x h
A1 = h2
48
V = 0,41 x Q0,225
= 0,41 x 0,17 40,225
3
m
= 0,276
dt
Q 0,17 4 2
A2= = =0,630 m
V 0,276
A2 = A1
0,630= h2
h=√ 0,630=0,793 m
h=0,793
b = h = 0,793
Sehingga didapat dimensi saluran DM4 kanan sebagai berikut :
m=1m h = 0,793 m b = 0,793 m
W = 0,4 m ( dari table kp – 03)
Tabel 5.5. Hasil dari perhitungan-perhitungan diatas kemudian kedalam table berikut :
49
TABEL PERHITUNGAN DIMENSI SALURAN IRIGASI
Jenis Saluran Nama Saluran Q (m^3/dt) h (m) b (m) w (m) Bentuk Saluran
Primer Saluran Induk Primer 3.673 1.219 3.657 0.6 Trapesium
Saluran Induk Sekunder SS3 0.857 1.04 2.08 0.5 Trapesium
Sekunder Saluran Induk Sekunder SS2 1.745 0.969 2.422 0.6 Trapesium
Saluran Induk Sekunder SS1 2.654 1.14 2.85 0.6 Trapesium
Saluran Tersier DM4 Kiri 0.176 0.796 0.796 0.4 Persegi
Saluran Tersier DM3 Kiri 0.205 0.844 0.844 0.4 Persegi
Saluran Tersier DM2 Kiri 0.199 0.835 0.835 0.4 Persegi
Saluran Tersier DM1 Kiri 0.189 0.819 0.819 0.4 Persegi
Saluran Tersier DS2 Kiri 0.14 0.729 0.729 0.4 Persegi
Saluran Tersier DS1 Kiri 0.206 0.845 0.845 0.4 Persegi
Saluran Tersier DS3 Kanan 0.123 0.694 0.694 0.4 Persegi
Saluran Tersier DS2 Kanan 0.126 0.7 0.7 0.4 Persegi
Tersier
Saluran Tersier DS1 Kanan 0.203 0.84 0.84 0.4 Persegi
Saluran Tersier DB4 Kanan 0.206 0.846 0.846 0.4 Persegi
Saluran Tersier DB3 Kanan 0.201 0.839 0.839 0.4 Persegi
Saluran Tersier DB2 Kanan 0.206 0.846 0.846 0.4 Persegi
Saluran Tersier DB1 Kanan 0.204 0.844 0.844 0.4 Persegi
Saluran Tersier DP3 Kanan 0.205 0.844 0.844 0.4 Persegi
Saluran Tersier DP2 Kanan 0.191 0.822 0.822 0.4 Persegi
Saluran Tersier DP1 Kanan 0.198 0.834 0.834 0.4 Persegi
BAB VI
MERENCANAKAN BANGUNAN BAGI DAN SADAP
50
Tabel 6.1 Data-data perencanaan bangunan bagi sadap
51
Sorong
5 DB Ki3 1,738 1,911 1,562 161,895 162,734 Pintu Mercu 0.000802
Sorong
6 DB Ki4 0,204 0,224 0,844 165,761 166,607 Pintu Mercu 0,001182
Sorong
dalam pintu pengambilan (intake) dan membilas sedimen yang menghalangi aliran.
Untuk mencari dimensi pintu digunakan rumus debit pada pintu sorong, sebagai berikut:
Q = K x µ x a x b x√ 2 gh
dimana:
Q = Debit, m3/detik
K = Faktor air tenggelam
µ = Koefisien Debit
a = Bukaan pintu sorong (m)
b = Lebar pintu sorong (m)
g = Percepatan gravitasi bumi (m/detik)
h1= Kedalaman air di depan pintu di atas ambang (m)
Pada persoalan berikut yang akan diperhitungkan adalah tinggi bukaan pintu “a”
sehingga:
Q
a=
K . µ .b . √ 2 gh
Catatan: Nilai Q dinaikkan 10% untuk mengantisipasi apabila suatu saat terjadi kenaikan
debit serta untuk menjaga agar aliran di atas mercu bangunan ukur tetap dalam kondisi
“Critical” pada saat terjadi kenaikan debit.
Diketahui:
QSS2 = 1,745 m3/detik
QSS2 =Di naikkan 10% menjadi =1,996m3/detik
52
b = 2,46 m≈ 2,40 m, maka hanya digunakan 2 buah pintu sorong.
h1= 1,140 m
jumlah pintu = b – lebar pilar (0,30)
= 2,40 – 0,30 = 2,10 m
2,10
1 pintu = = 1,05 m
2
Penyelesaian :
Dipakai asumsi h1 = hn = 1,719 m
h2 = h1 diturunkan 0,2 m
h2 = h1 – 0,2 m = 1,719 – 0,2 = 1,51 m
Diasumsikan h1/a = 3
Diketahui h1 = 1,719 m
a = h1/(h1/a) = 1,719/3 = 0,57
h2/a = 0,1,51/0,38 = 3,973
Mencari nilai K berdasarkan grafik faktor aliran tenggelam
h1/a = 3
h2/a = 3,973
Berdasarkan grafik diperoleh nilai K 0,60
53
Berdasarkan grafik diperoleh nilai µ 0,56
54
6.4 Gam
bar
55
= 0,366+ 0,02
= 0,368 m
Yang diperhitungkan pada bangunan pengukur debit adalah nilai lebar mercu ambang
lebar “bc”, sehingga:
Q
bc =
Cd x
2
3
x
2
3 √
gxH
1,5
1,996
=
1,03 x
2
3
x
√2
3
x 9,8 x 0,368
1,5
Pada perhitungan dimensi kolam olak ada beberapa hal yang harus direncanakan, antara lain:
Elevasi muka air hilir akan diturunkan 1 meter dari muka air hulu, maka ∆z = 1 meter.
56
6.6 Gambar kolam Olak (Penurunan Muka Air)
hc =
√
3 q²
g
=
√
3 0 ,831²
9,8
= 0,265 m
z
Meghitung nilai
hc
z 1
= = 3,773 meter
hc 0,265
Menghitung nilai t
t = 3 hc + 0,1 z
= 3 . 0,265 + 0,1 . 1
= 0,86 meter
Menghitung tinggi ambang yang dibutuhkan
57
a = 0,28 hc .
√ hc
z
= 0,28 . 0,265.
√ 0,265
1
= 0,038 meter
58
Pintu sorong adalah sekat yang dapat diatur bukaannya. Pada bangunan air, aplikasi
pintu sorong adalah pintu pembilas. Fungsinya yaitu mencegah sedimen layang masuk ke
dalam pintu pengambilan (intake) dan membilas sedimen yang menghalangi aliran.
Untuk mencari dimensi pintu digunakan rumus debit pada pintu sorong, sebagai berikut:
Q = K x µ x a x b x√ 2 gh, dimana:
Q = Debit, m3/detik
K = Faktor air tenggelam
µ = Koefisien Debit
a = Bukaan pintu sorong (m)
b = Lebar pintu sorong (m)
g = Percepatan gravitasi bumi (m/detik)
h1= Kedalaman air di depan pintu di atas ambang (m)
Pada persoalan berikut yang akan diperhitungkan adalah tinggi bukaan pintu “a” sehingga:
Q
a=
K . µ .b . √ 2 gh
Catatan: Nilai Q dinaikkan 10% untuk mengantisipasi apabila suatu saat terjadi kenaikan
debit serta untuk menjaga agar aliran di atas mercu bangunan ukur tetap dalam kondisi
“Critical” pada saat terjadi kenaikan debit.
Diketahui:
QDB Ki1= 0,204 m3/detik
QDB Ki1 =Di naikkan 10% menjadi =0,222 m3/detik
b = 0,846 m ≈ 0,846m, maka hanya digunakan 1 buah pintu sorong.
h1= 0,846m
Penyelesaian :
Dipakai asumsi h1 = hn = 0,846 m
h2 = h1 diturunkan 0,2 m
h2 = h1 – 0,2 m = 0,846 – 0,2 = 0, 646 m
59
Diasumsikan h1/a = 3
Diketahui h1 = 0,846m
a = h1/(h1/a) = 0,846/3 = 0,282
h2/a = 0,646/0,282= 2,290
Mencari nilai K berdasarkan grafik faktor aliran tenggelam
h1/a = 3
h2/a = 2,290
Berdasarkan grafik diperoleh nilai K 0,50
60
Gambar 6.9 Koefisien debit µ pada pintu sorong
Mencari nilai tinggi bukaan pintu “a”
Q
a=
K . µ .b . √ 2 gh
0,222
=
0,50.0,5 . 0,846 . √ 2. 9,8 . 0,846
a = 0,261 m < h1
= 0,257 m < 0,864 m......... ok !
Karena nilai a lebih kecil dari h1 maka nilai a di anggap memenuhi.
61
Gambar 6.11 Potongan memanjang pintu sorong
6.2.2. Perhitungan Bangunan Pengukur Debit
Bangunan ukur yang digunakan yaitu mercu ambang lebar (tipe mercu muka bulat).
Pada perhitungan bangunan pengkur debit yang dirancang yaitu lebar mercu. Untuk
merencanakan lebar mercu maka digunakan rumus debit pelimpah.
Q = Cd x 2/3 x √ 2/3 g x bc x h11.5, dimana:
Q = Debit (m3/det)
Cd = Koefisien debit
g = Percepatan gravitasi (9,8 m/det)
bc = Lebar mercu
h1 = Kedalaman air hulu terhadap ambang bangunan ukur (m)
Penyelesaian:
Dalam perencanaan lantai mercu diturunkan sebesar 0,3 meter. Sehingga kedalaman
aliran saluran sekunder hulu adalah = h2 + ∆z
= 0,646+ 0,3=0,946m
Tinggi muka air hulu (h1) = 0,846 m diatas mercu
Kecepatan aliran menuju mercu
Q 0,222
V= = = 0,277 m/det
(b x h) (0,846 x 0,946)
Tinggi kecepatan
V 0,277
= = 0,014 meter
2 g 2 x 9,8
Tinggi energi aliran (H1)
H1= h1 + tinggi kecepatan
= 0,066 + 0,014
= 0,08 m
62
Yang diperhitungkan pada bangunan pengukur debit adalah nilai lebar mercu ambang lebar
“bc”, sehingga:
Q
bc =
Cd x
2
3
x
2
3 √
gxH
1,5
0,222
=
1,03 x
2
3
x
√2
3
x 9,8 x 0,081,5
Pada perhitungan dimensi kolam olak ada beberapa hal yang harus direncanakan, antara lain:
Elevasi muka air hilir akan diturunkan 1 meter dari muka air hulu, maka ∆z = 1 meter.
63
Gambar 6.13 Kolam Olak (Penurunan Muka Air)
Elevasi muka air hulu:
175,026 – 0,2 = 174,826
Debit persatuan lebar (q)
Q 0,222
q= = = 0,262 m/det
b 0,846
nilai Q yang digunakan yaitu nilai Q yang sudah dinaikkan 10% sebagai antisipasi saat
terjadi kenaikan debit.
hc =
√
3 q²
g
=
√
3 0 ,262²
9,8
= 0,164 m
z
Meghitung nilai
hc
z 1
= =6,097 meter
hc 0,164
Menghitung nilai t
t = 3 hc + 0,1 z
= 3 . 0,164 + 0,1 . 1
= 0,592 meter
64
Menghitung tinggi ambang yang dibutuhkan
a = 0,28 hc .
√ hc
z
= 0,28 . 0, 164 .
√ 0,164
1
= 0,018 meter
65
BAB VII
MERENCANAKAN DIMENSI KANTONG LUMPUR
66
Diameter butiran sedimen do = 0,08 cm atau 8 mm, maka nilai w = 0,005 m/det atau
5mm/det. (Lihat grafik)
7.1. Gambar Hubungan Antara Diameter Saringan dan Kecepatan Endap untuk Air
Tenang
67
Perkiraan luas tampang saluran kantong lumpur (An)
Qn
An = → Vn = 0,40 m/det
Vn
4,50
An = = 11,25 m2
0,40
Dengan nilai B = 10 meter maka kedalaman Hn menjadi:
An 11,25
Hn = = = 1,125 meter
B 10
Perhitungan keliling basah
Pn = 10 + (2 . 0,85 .√ 12+ 2² ¿
= 13,801 meter
Radius hidraulik (Rn)
An 11,25
Rn = = = 0,815 meter
Pn 13,801
Vn ² 0 , 40²
ἰn = 2 = 2 = 4,289 . 10-5
( Rn x ks)²
3
(0,815 x 70) ²
3
68
Menghitung kedalaman kantong lumpur (Hs)
Vs = 1,5 m/det
Qs = 1,2 . Qn
= 1,2 . 4,50
= 5,4 m3/det
Luas penampang kantong lumpur
Qs 5,4
As = = = 3,6 m2
Vs 1,5
Tinggi kantong lumpur (Hs)
B = 10 meter
As = B . Hs
3,6= 10 . Hs
3,6
Hs = = 0,36 m
10
Panjang keliling basah (Ps)
Ps = B + 2. Hs
= 10 + 2 . 0,36
= 10,72 m
Radius hidraulik (Rs)
As 3,6
Rs = = = 0,335 m
Ps 10,72
Kemiringan dasar kantong lumpur (ἰs)
Vs ² 1 ,5²
ἰs = 2 = 2 = 0,00197
(Rs x ks )²
3
(0,335 x 70) ²
3
69
Berdasarkan diagram didapatkan diameter yang akan terbilas lebih kecil dari 8 mm.
(Lihat grafik dibawah)
7.2. Gambar Tegangan Geser Kritis dan Kecepatan Geser Kritis sebagai (Fungsi Besarnya
Butir untuk s = 2.650 kg/m3 (Pasir)
70