Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH EKONOMI TEKNIK

PEMBANGUNAN IRIGASI PERTANIAN


“JARINGAN IRIGASI DAN SALURAN IRIGASI”

DI SUSUN OLEH :
NAMA : MOH INDARTO SATINGI
STAMBUK : 301220063
PRODI : SIPIL

FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS GORONTALO
TA. 2023
DAFTAR PUSTAKA

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

1.2 TUJUAN

BAB II JARINGAN IRIGASI DAN SALURAN IRIGASI

2.1 JARINGAN IRIGASI

2.1.1 Klasifikasi Jaringan Irigasi

2.2 SALURAN IRIGASI

DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………………

1
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Irigasi adalah usaha penyediaan dan pengaturan air untuk menunjang pertanian yang
jenisnya meliputi irigasi air permukaan, irigasi air bawahtanah, irigasi pompa dan irigasi
rawa. Semua proses kehidupan dan kejadian di dalam tanah yang merupakan tempat media
pertumbuhan tanaman hanya dapat terjadi apabila ada air, baik bertindak sebagai pelaku
(subjek) atau air sebagai media (objek).
Proses-proses utama yang menciptakan kesuburan tanah atau sebaliknya yang
mendorong degradasi tanah hanya dapat berlangsung apabila terdapa tkehadiran air. Oleh
karenaitu, tepa tkalau dikatakan air merupakan sumbe rkehidupan.
Irigasi berart imengalirkan air secara buatan darisumber air yang tersedia kepada
sebidang lahan untuk memenuhi kebutuhan tanaman.  Dengan demikian tujuan irigasi adalah
mengalirkan air secara teratur sesuai kebutuhan tanaman pada saat persediaan lengas tanah
tidak mencukupi untuk mendukung pertumbuhan tanaman, sehingga tanaman bisa tumbuh
secara normal.  Pemberian air irigasi yang efisien selain dipengaruhi oleh tatacara aplikasi,
juga ditentukan oleh  kebutuhan air guna mencapai kondisi air tersedia yang dibutuhkan
tanaman.

1.2 TUJUAN
Tujuan dari makalah ini untuk mengetahuai jaringan irigasi dan saluran irigasi.

2
BAB II
JARINGAN IRIGASI DAN SALURAN IRIGASI

2.1 JARINGAN IRIGASI


Jaringan irigasi adalah satu kesatuan saluran dan bangunan yang diperlukan untuk
pengaturan air irigasi, mulai dari penyediaan, pengambilan, pembagian, pemberian dan
penggunaannya. Secara hirarki jaringan irigasi dibagi menjadi jaringan utama dan jaringan
tersier. Jaringan utama meliputi bangunan, saluran primer dan saluran sekunder. Sedangkan
jaringan tersier terdiri dari bangunan dan saluran yang berada dalam petak tersier. Suatu
kesatuan wilayah yang mendapatkan air dari suatu jarigan irigasi disebut dengan Daerah
Irigasi.

2.1.1 Klasifikasi Jaringan Irigasi


Berdasarkan cara pengaturan, pengukuran, serta kelengkapan fasilitas, jaringan irigasi dapat
dikelompokkan menjadi 3 jenis, yaitu
a. Jaringan irigasi sederhana
b. Jaringan irigasi semi teknis
c. Jaringan irigasi teknis.

Tabel 2.1 Klasifikasi Jaringan Irigasi

Sumber: Standar perencanaan Irigasi (KP01)

3
1. Jaringan Irigasi Teknis

Jaringan irigasi teknis mempunyai bangunan sadap yang permanen. Bangunan sadap serta
bangunan bagi mampu mengatur dan mengukur. Disamping itu terdapat pemisahan antara
saluran pemberi dan pembuang. Pengaturan dan pengukuran dilakukan dari bangunan
penyadap sampai ke petak tersier. Untuk memudahkan sistem pelayanan irigasi kepada lahan
pertanian, disusun suatu organisasi petak yang terdiri dari petak primer, petak sekunder, petak
tersier, petak kuarter dan petak sawah sebagai satuan terkecil.

Gambar 2.1 Contoh Jaringan Irigasi Teknis


Sumber: Kriteria Perencanaan irigasi KP01

4
a. Petak Tersier

Petak ini menerima air irigasi yang dialirkan dan diukur pada bangunan sadap (off
take) tersier. Bangunan sadap tersier mengalirkan airnya ke saluran tersier. Ini juga
menentukan ukuran petak tersier. Petak yang kelewat besar akan mengakibatkan pembagian
air menjadi tidak efisien, sebaiknya bentuk petak tersier bujur sangkar atau segi empat
untuk mempermudah pengaturan tata letak dan memungkinkan pembagian air secara
efisien. Di daerah-daerah yang ditanami padi luas petak tersier idealnya maksimum 50 ha,
tapi dalam keadaan tertentu dapat ditolelir sampai seluas 150 ha disesuaikan dengan kondisi
topografi.
Petak tersier dibagi menjadi petak-petak kuarter, masing- masing seluas kurang lebih
8 - 15 ha. Petak tersier harus terletak langsung berbatasan dengan saluran sekunder atau
saluran primer. Petak tersier harus mempunyai batas-batas yang jelas seperti misalnya parit,
jalan, batas desa dan batas perubahan bentuk medan (terrain fault).

b. Petak Sekunder

Petak sekunder terdiri dari beberapa petak tersier yang kesemuanya dilayani oleh satu
saluran sekunder. Biasanya petak sekunder menerima air dari bangunan bagi yang terletak
di saluran primer atau sekunder. Batas-batas petak sekunder pada urnumnya berupa tanda
topografi yang jelas misalnya saluran drainase. Luas petak sukunder dapat berbeda-beda
tergantung pada kondisi topografi daerah yang bersangkutan. Saluran sekunder pada
umumnya terletak pada punggung mengairi daerah di sisi kanan dan kiri saluran tersebut
sampai saluran drainase yang membatasinya. Saluran sekunder juga dapat direncanakan
sebagai saluran garis tinggi yang mengairi lereng lereng medan yang lebih rendah.

c. Petak Primer

Petak primer terdiri dari beberapa petak sekunder yang mengambil langsung air dari
saluran primer. Petak primer dilayani oleh satu saluran primer yang mengambil air langsung
dari bangunan penyadap. Daerah di sepanjang saluran primer sering tidak dapat dilayani
dengan mudah dengan cara menyadap air dari saluran sekunder. Apabila saluran primer
melewati sepanjang garis tinggi daerah saluran primer yang berdekatan harus dilayani
langsung dari saluran primer.

5
2. Jaringan Irigasi Semi Teknis

Jaringan irigasi semi teknis memiliki bangunan sadap yang permanen ataupun semi
permanen. Bangunan sadap pada umumnya sudah dilengkapi dengan bangunan pengambil
dan pengukur. Jaringan saluran sudah terdapat beberapa bangunan permanen, namun
sistem pembagiannya belum sepenuhnya mampu mengatur dan mengukur. Karena belum
mampu mengatur dan mengukur dengan baik, sistem pengorganisasian biasanya lebih
rumit.

Gambar 2.2 Contoh Jaringan Irigasi Semi Teknis


Sumber: Kriteria Perencanaan irigasi KP01

6
3. Jaringan Irigasi Sederhana

Jaringan irigasi sederhana biasanya diusahakan secara mandiri oleh suatu


kelompok petani pemakai air, sehingga kelengkapan maupun kemampuan dalam
mengukur dan mengatur masih sangat terbatas. Ketersediaan air biasanya melimpah
dan mempunyai kemiringan yang sedang sampai curam, sehingga mudah untuk
mengalirkan dan membagi air. Jaringan irigasi sederhana mudah diorganisasikan
karena menyangkut pemakai air dari latar belakang sosial yang sama.
Adapun kelemahan dari jaringan irigasi sederhana, yaitu:
1. Terjadi pemborosan air karena banyak air yang terbuang.
2. Air yang terbuang tidak selalu mencapai lahan di sebelah bawah yang lebih subur.
3. Bangunan penyadap bersifat sementara, sehingga tidak mampu bertahan lama.

Gambar 2.3 Contoh Jaringan Irigasi Sederhana


Sumber: Kriteria Perencanaan irigasi KP01

7
2.2 SALURAN IRIGASI
Berdasarkan saluran yang terdapat pada jaringan irigasi yaitu:
1. Jaringan irigasi utama
a. Saluran primer membawa air dari bendung ke saluran sekunder dan ke petak-petak
tersier yang diairi. Batas ujung saluran primer adalah pada bangunan bagi yang
terakhir, lihat pada Gambar 2.4.

b. Saluran sekunder membawa air dari saluran primer ke petak-petak tersier yang dilayani
oleh saluran sekunder tersebut. Batas ujung saluran ini adalah pada bangunan sadap
terakhir.
c. Saluran pembawa membawa air irigasi dari sumber air lain (bukan sumber yang
memberi air pada bangunan utama proyek) ke jaringan irigasi primer.
d. Saluran muka tersier membawa air dari bangunan sadap tersier ke petak tersier yang
terletak di seberang petak tersier lainnya. Saluran ini termasuk dalam wewenang dinas
irigasi dan oleh sebab itu pemeliharaannya menjadi tanggung jawabnya.

2. Jaringan saluran irigasi tersier.


a. Saluran tersier membawa air dari bangunan sadap tersier di jaringan utama ke dalam
petak tersier lalu ke saluran kuarter. Batas ujung saluran ini adalah boks bagi kuarter
yang terakhir
b. Saluran kuarter membawa air dari boks bagi kuarter melalui bangunan sadap tersier
atau parit sawah ke sawah-sawah.
c. Perlu dilengkapi jalan petani ditingkat jaringan tersier dan kuarter sepanjang itu
memang diperlukan oleh petani setempat dan dengan persetujuan petani setempat pula,

8
karena banyak ditemukan di lapangan jalan petani yang rusak sehingga akses petani
dari dan ke sawah menjadi terhambat, terutama untuk petak sawah yang paling ujung.
d. Pembangunan sanggar tani sebagai sarana untuk diskusi antar petani sehingga
partisipasi petani lebih meningkat, dan pembangunannya disesuaikan dengan kebutuhan
dan kondisi petani setempat serta diharapkan letaknya dapat mewakili wilayah P3A
atau GP3A setempat.
3. Garis Sempadan Saluran
Dalam rangka pengamanan saluran dan bangunan maka perlu ditetapkan garis sempadan
saluran dan bangunan irigasi yang jauhnya ditentukan dalam peraturan perundangan
sempadan saluran.

Berdasarkan saluran pembuangnya, terbagi menjadi beberapa jaringan, yaitu :


1. Jaringan saluran pembuang tersier
 Saluran pembuang kuarter terletak di dalam satu petak tersier, menampung air
langsung dari sawah dan membuang air tersebut ke dalam saluran pembuang
tersier.
 Saluran pembuang tersier terletak di dan antara petak-petak tersier yang termasuk
dalam unit irigasi sekunder yang sama dan menampung air, baik dari pembuang
kuarter maupun dari sawah- sawah. Air tersebut dibuang ke dalam jaringan
pembuang sekunder.
2. Jaringan saluran pembuang utama
 Saluran pembuang sekunder menampung air dari jaringan pembuang tersier dan
membuang air tersebut ke pembuang primer atau langsung ke jaringan pembuang
alamiah dan ke luar daerah irigasi.
 Saluran pembuang primer mengalirkan air lebih dari saluran pembuang sekunder
ke luar daerah irigasi. Pembuang primer sering berupa saluran pembuang alamiah
yang mengalirkan kelebihan air tersebut ke sungai, anak sungai atau ke laut

9
DAFTAR PUSTAKA

http://4.bp.blogspot.com/-JEBlkjI8qSo/UqmvIjAAI3I/AAAAAAAAANU/
9ZMacepywM4/s400/PENAPISAN.png

http://2.bp.blogspot.com/-zV65FkH751o/Uqmwje3DarI/AAAAAAAAANg/
8mfQT5QV7GE/s400/Penapisan+1.png

10

Anda mungkin juga menyukai