Anda di halaman 1dari 19

TUGAS RANGKUMAN IRIGASI DAN DRAINASE

KP 01

PERENCANAAN JARINGAN IRIGASI

DISUSUN OLEH:

KELOMPOK 1

ROKY SUPRANDANI G1B021054

DIAZ SANDY DARMAWAN G1B021075

DEDI SETIAWAN G1B021042

ARIF RUSMAN G1B021003

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS BENGKULU

2023
A.DEFINISI JARINGAN IRIGASI
Dalam Tahap Perencanaan, ada dua taraf perencanaan, yakni:
 Perencanaan pendahuluan (awal)
 Perencanaan akhir (detail)

Tingkat-Tingkat Jaringan Irigasi

Berdasarkan cara pengaturan pengukuran aliran air dan lengkapnya fasilitas,


jaringan irigasi dapat dibedakan ke dalam tiga tingkatan lihat Tabell-1. yakni:
Sederhana Semiteknis, atau Teknis. Ketiga tingkatan tersebut diperlihatkan pada
Gambar 1-1., 1-2. dan 1-3.

Tabel 1-1. Klasifikasi Jaringan Irigasi

Dalam suatu jaringan irigasi dapat dibedakan adanya empat unsur fungsional
pokok, yaitu:

 Bangunan-bangunan utama (head works) dimana air diambil dari


sumbernya, umurnnya sungai atau waduk
 Jaringan pembawa berupa saluran yang mengalirkan air irigasi ke petak-
petak tersier
 Petak-petak tersier dengan sistem pembagian air dan sistem pembuangan
kolektif, air irigasi dibagi-bagi dan dialirkan ke sawah-sawah dan
kelebihan air ditampung didalam suatu sistem pembuangan didalam petak
tersier
 Sistem pembuang berupa saluran dan bangunan bertujuan untuk
membuang kelebihan air dari sawah ke sungai atau saluran-saluran
alamiah

1. Irigasi Sederhana
Jaringan irigasi yang masih sederhana mudah diorganisasi tetapi memiliki
kelemahan kelemahan yang serius. Pertama-tama, ada pemborosan air dan
karena pada umurnnya jaringan ini terletak di daerah yang tinggi, air yang
terbuang itu tidak selalu dapat mencapai daerah rendah yang lebih subur.
Kedua, terdapat banyak penyadapan yang memerlukan lebih banyak biaya lagi
dari penduduk karena setiap desa membuat jaringan dan pengambilan sendiri-
sendiri. Karena bangunan pengelaknya bukan bangunan tetap/permanen, maka
umurnya mungkin pendek.

2. Jaringan Irigasi Semiteknis


jaringan semiteknis adalah bahwa jaringan semiteknis ini bendungnya
terletak di sungai lengkap dengan bangunan pengambilan dan bangunan
pengukur di bagian hilirnya. Mungkin juga dibangun beberapa bangunan
permanen di jaringan saluran. Oleh karena itu biayanya ditanggung oleh lebih
banyak daerah layanan. Organisasinya akan lebih rumit jika bangunan tetapnya
berupa bangunan pengambilan dari sungai, karena diperlukan lebih banyak
keterlibatan dari pemerintah, dalam hal ini Kementerian Pekeijaan Urnurn.

3. Jaringan Irigasi Teknis


Salah satu prinsip dalam perencanaan jaringan teknis adalah pemisahan
antara jaringan irigasi dan jaringan pembuang/pematus. Hal ini berarti bahwa
baik saluran irigasi maupun pembuang tetap bekeija sesuai dengan fungsinya
masing-masing, dari pangkal hingga ujung. Keuntungan yang dapat diperoleh
dari jaringan gabungan semacam ini adalah pemanfaatan air yang lebih
ekonomis dan biaya pembuatan saluran lebih rendah, karena saluran pembawa
dapat dibuat lebih pendek dengan kapasitas yang lebih kecil. Kelemahan-
kelemahannya antara lain adalah bahwa jaringan semacam ini lebih sulit diatur
dan dioperasikan sering banjir, lebih cepat rusak dan menampakkan pembagian
air yang tidak merata. Bangunan-bangunan tertentu didalam jaringan tersebut
akan memiliki sifat-sifat seperti bendung dan relatif mahal.
B. JARINGAN IRIGASI
1. Petak Ikhtisar
Peta ikhtisar adalah cara penggambaran berbagai macam bagian dari suatu
jaringan irigasi yang saling berhubungan.
Peta ikhtisar irigasi tersebut memperlihatkan :
 Jaringan dan trase saluran irigasi
 Jaringan dan trase saluran pembuang
 Petak-petak primer, sekunder dan tersier
 Lokasi bangunan
 Batas-batas daerah irigasi
 Jaringan dan trase jalan
 Daerah-daerah yang tidak diairi (misal desa-desa)
 Daerah-daerah yang tidak dapat diairi (tanahjelek, terlalu tinggi
dsb).
1.1 Petak Tersier
Perencanaan dasar yang berkenaan dengan unit tanah adalah petak
tersier. Di petak tersier pembagian air; operasi dan pemeliharaan menjadi
tanggung jawab para petani yang bersangkutan, dibawah bimbingan
pemerintah.

1.2 Petak Sekunder


Petak sekunder terdiri dari beberapa petak tersier yang kesemuanya
dilayani oleh satu saluran sekunder. Biasanya petak sekunder menerima air
dari bangunan bagi yang terletak di saluran primer atau sekunder.

1.3 Petak Primer


Petak primer terdiri dari beberapa petak sekunder, yang mengambil air
langsung dari saluran primer. Petak primer dilayani oleh satu saluran
primer yang mengambil aimya langsung dari sumber air, biasanya sungai.

2. Bangunan
2.1 Bangunan Utama
Bangunan utama (head works) dapat didefinisikan sebagai
kompleks bangunan yang direncanakan di dan sepanjang sungai atau
aliran air untuk membelokkan air ke dalam jaringan saluran agar dapat
dipakai untuk keperluan irigasi.
Bangunan utama dapat diklasifikasi ke dalam sejumlah kategori,
bergantung kepada
perencanaannya. Berikut ini akan dijelaskan beberapa kategori.
a. Bendung, Bendung Gerak
b. Bendung Karet
c. Pengambilan Bebas
d. Pengambilan dari Waduk(Reservoir)
e. Statsiun Pompa

2.2 Jaringan Irigasi


a. Saluran Irigasi
1. Jaringan Irigasi Utama
2. Jaringan Saluran Irigasi Tersier
3. Garis Sempadan Saluran
b. Saluran Pembuang
1. Jaringan Saluran Pembuang Tersier
2. Jaringan Saluran Pembuang Utama

2.3 Bangunan Bagi dan Sadap


Bangunan bagi dan sadap pada irigasi teknis dilengkapi dengan
pintu dan alat pengukur debit untuk memenuhi kebutuhan air irigasi
sesuai jumlah dan pada waktu tertentu. Namun dalam keadaan tertentu
sering dijumpai kesulitan-kesulitan dalam operasi dan pemeliharaan
sehingga muncul usulan sistem proporsional. Y aitu bangunan bagi dan
sadap tanpa pintu dan alat ukur tetapi dengan syarat-syarat sebagai
berikut:
1. Elevasi ambang ke semua arah harus sama .
2. Bentuk ambang harus sama agar koefisien debit sama.
3. Lebar bukaan proporsional dengan luas sa wah yang diairi.

2.4 Bangunan-Bangunan Pengukur dan Pengatur


Aliran akan diukur di hulu (udik) saluran primer, di cabang saluran
jaringan primer dan di bangunan sadap sekunder maupun tersier.
Bangunan ukur dapat dibedakan menjadi bangunan ukur aliran atas
bebas (free overflow) dan bangunan ukur aliran bawah (underflow).

2.5 Bangunan Pengatur Muka Air


Bangunan-bangunan pengatur muka air mengatur/mengontrol
muka air di jaringan irigasi utama sampai batas-batas yang diperlukan
untuk dapat memberikan debit yang kanstan kepada bangunan sadap
tersier.

2.6 Bangunan Pembawa


Bangunan-bangunan pembawa membawa air dari ruas hulu ke ruas
hilir saluran. Aliran yang melalui bangunan ini bisa superkritis atau
subkritis.
a. Bangunan pembawa dengan aliran superkritis
Bangunan pembawa dengan aliran tempat dimana lereng medannya
maksimum saluran. Superkritis diperlukan di tempat lebih curam
daripada kemiringan maksimal saluran. (Jika ditempat dimana
kemiringan medannya lebih curam daripada kemiringan dasar saluran,
maka bisa tetjadi aliran superkritis yang akan dapat merusak saluran.
Untuk itu diperlukan bangunan peredam).
1. Bangunan Terjun
2. Got Miring

b. Bangunan pembawa dengan aliran subkritis (bangunan silang)


1. Gorong-Gorong
2. Talang
3. Sipon
4. Jembatan Sipon
5. Flum (Flume)
6. Saluran Tertutup
7. Terowongan

2.7 Bangunan Lindung


Diperlukan untuk melindungi saluran baik dari dalam maupun dari
luar. Dari luar bangunan itu memberikan perlindungan terhadap
limpasan air buangan yang berlebihan dan dari dalam terhadap aliran
saluran yang berlebihan akibat kesalahan eksploitasi atau akibat
masuknya air dari luar saluran.

2.8 Jalan dan Jembatan


Jalan-jalan inspeksi diperlukan untuk inspeksi, operasi dan
pemeliharaan jaringan irigasi dan pembuang oleh Dinas Pengairan.
Apabila saluran dibangun sejajar dengan jalan umum didekatnya,
maka tidak diperlukan jalan inspeksi di sepanjang ruas saluran
tersebut. Jembatan dibangun untuk saling menghubungkanjalan-jalan
inspeksi di seberang saluran irigasi/pembuang atau untuk
menghubungkan j alan inspeksi dengan j alan umum.

2.9 Bangunan Pelengkap


Tanggul-tanggul diperlukan untuk melindungi daerah irigasi
terhadap banjir yang berasal dari sungai atau saluran pembuang yang
besar. Pada umumnya tanggul diperlukan disepanjang sungai disebelah
Bangunan-bangunan pelengkap yang dibuat di dan sepanjang saluran
meliputi:
 Pagar, rei pengaman dan sebagainya, guna memberikan
pengaman sewaktu teijadi keadaan-keadaan gawat;
 Tempat-tempat cuci, tempat mandi ternak dan sebagainya,
untuk memberikan sarana untuk mencapai air di saluran tanpa
merusak lereng
 Kisi-kisi penyaring untuk mencegah tersumbatnya bangunan
(sipon dan goronggorong panjang) oleh benda-benda yang
hanyut;
 Jembatan-jembatan untuk keperluan penyeberangan bagi
penduduk.
 Sanggar tani sebagai sarana untuk interaksi antar petani, dan
antara petani dan petugas irigasi dalam rangka memudahkan
penyelesaian permasalahan yang teijadi di lapangan.

3. Standar Tata Nama


3.1 Daerah lrigasi
Daerah irigasi dapat diberi nama sesuai dengan nama daerah
setempat, atau desa penting di daerah itu, yang biasanya terletak dekat
dengan jaringan bangunan utama atau sungai yang airnya diambil
untuk keperluan irigasi. Contohnya adalah Daerah Irigasi Jatiluhur
atau Daerah Irigasi Cikoncang.

3.2 Jaringan Irigasi Primer


Saluran irigasi primer sebaiknya diberi nama sesua1 dengan daerah
mgas1 yang dilayani, contoh: Saluran Primer Makawa. Saluran
sekunder sering diberi nama sesuai dengan nama desa yang terletak di
petak sekunder. Petak sekunder akan diberi nama sesuai dengan nama
saluran sekundemya. Sebagai contoh saluran sekunder Sambak
mengambil nama desa Sambak yang terletak di petak sekunder
Sambak.

3.3 Jaringan lrigasi Tersier


Petak tersier diberi nama seperti bangunan sadap tersier dari
jaringan utama. Misalnya petak tersier S1 kiri mendapat air dari pintu
kiri bangunan bagi BS 1 yang terletak di saluran Sambak.

3.4 Jaringan Pembuang


Pada umumnya pembuang primer berupa sungai-sungai alamiah,
yang kesemuanya akan diberi nama. Apabila ada saluran-saluran
pembuang primer baru yang akan dibuat, maka saluran-saluran itu
harus diberi nama tersendiri. Jika saluran pembuang dibagi menjadi
ruas-ruas, maka masing-masing ruas akan diberi nama, mulai dari
ujung hilir.

3.5 Tata Warna Peta


 Biru untuk jaringan irigasi, garis penuh untuk jaringan pembawa
yang ada dan garis putus-putus untukjaringan yang sedang
direncanakan
 Merah untuk sungai dan jaringan pembuang
 Coklat untuk jaringan jalan
 Kuning untuk daerah yang tidak diairi (dataran tinggi, rawa-rawa)
 Hijau untuk perbatasan kabupaten, kecamatan desa dan kampung
 Merah untuk tata nama bangunan
 Hitam untukjalan kereta api
C. PENAHAPAN PERENCANAAN IRIGASI
1. Pendahuluan
Proses pembangunan irigasi dilakukan secara berurutan berdasarkan
akronim. SIDLACOM untuk mengidentifikasi berbagai tahapan proyek.
Akronim tersebut merupakan kependekan dari :
S - Survey (Pengukuran/Survei)
I - Investigation (Penyelidikan)
D - Design (Perencanaan Teknis)
La - Land acquisition (Pembebasan Tanah)
C - Construction (Pelaksanaan)
0 - Operation (Operasi)
M - Maintenance (Pemeliharaan)
Perencanaan pembangunan irigasi dibagi menjadi dua tahap utama yaitu
Tahap Perencanaan Umum (studi) dan Tahap Perencanaan Teknis
Tabel3-l.PenahapanProyek
Instansi-instansi yang terkait dimana data-data dapat diperoleh
 BAKOSURTANAL: untuk peta-peta topografi umum dan foto-foto udara.
 Direktorat Geologi: untuk peta-peta topografi dan peta-peta geologi
 Badan Meteorologi dan Geofisika: untuk data-data meteorologi dan peta-peta
topografi.
 Puslitbang Sumber Daya Air, Seksi Hidrometri: untuk catatan-catatan aliran
sungai dan sedimen, data meteorologi dan peta-peta topografi.
 DPUP: untuk peta-peta topografi, catatan mengenai aliran sungai, pengelolaan
air dan catatan-catatan meteorologi, data-data jalan danjembatan, jalan air.
 Dinas Tata Ruang Daerab: informasi mengenai tata ruang
 PLN, Bagian Tenaga Air: untuk peta daerab aliran dan data-data aliran air.
 Puslit Tanab: Peta Tata Guna Laban
 Departemen Pertanian: untuk catatan-catatan mengenai agrometeorologi serta
produksi pertanian.
 Balai Konservasi laban dan hutan: informasi laban kritis
 Biro Pusat Statistik (BPS): untuk keterangan-keterangan statistik, kementerian
dalam negeri, agraria, untuk memperoleh data-data administratif dan tata guna
tanah.
 Balai Wilayah Sungai: informasi kebutuhan air multisektor
 Bappeda: untuk data perencanaan dan pembangunan wilayah
2. Tahap Studi
Dalam Tahap Studi ini konsep proyek dibuat dan dirinci mengenai
irigasi pertanian ini pada prinsipnya akan didasarkan pada faktor-faktor
tanah, air dan penduduk, namun juga akan dipelajari berdasarkan aspek-
aspek lain. Aspek-aspek ini antara lain meliputi ekonomi rencana nasional
dan regional, sosiologi dan ekologi.

Dalam Gambar 3-2. Urut-urutan kegiatan proyek adalah sebagai berikut


SA : Studi awal
SI Studi identiflkasi
SP Studi pengenalan
SK : Studi kelayakan
PP : Perencanaan pendahuluan
PD : Perencanaan detail
R1 : Rencanainduk

3. Studi Identifikasi
Dalam Studi Identifikasi hasil-hasil Studi Awal diperiksa di lapangan
untuk membuktikan layak-tidaknya suatu rencana proyek.
Tujuan tersebut meliputi aspek-aspek berikut:
 Kesuburan tanah
 Tersedianya air dan air yang dibutuhkan (kualitas dan kuantitas) populasi
sawah,
 petani (tersedia dan kemauan)
 Pemasaran produksi
 Jaringanjalan dan komunikasi
 Status tanah
 Banjir dan genangan
 Lain-lain (potensi transmigrasi, pertimbangan-pertimbangan nonekonomis)

4. Studi Pengenalan
Tujuan utama studi ini ialah untuk memberikan garis besar pengembangan
pembangunan multisektor dari segi-segi teknis yang meliputi hal-hal berikut:
 Irigasi, hidrologi dan teknik sipil
 Pembuatan rencana induk pengembangan irigasi sebagai bagian dari Rencana
 Induk Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai yang dipadu serasikan
dengan RUTR Wilayah.
 Agronomi. Geologi, Ekonomi
 Bidang-bidang yang berhubungan, seperti misalnya perikanan, tenaga air dan
ekologi.
 Pengusulan ijin alokasi air irigasi.

5. Studi Kelayakan
Tujuan utama studi kelayakan adalah untuk menilai kelayakan
pelaksanaan untuk proyek dilihat dari segi teknis dan ekonomis. Studi kelayakan
bertujuan untuk:
 Memastikan bahwa penduduk setempat akan mendukung dilaksanakannya
proyek yang bersangkutan;
 Memastikan bahwa masalah sosial dan lingkungan lainnya bisa diatasi tanpa
kesulitan tinggi
 Mengumpulkan dan meninjau kembali hasil-hasil studi yang telah dilakukan
sebelumnya;
 Mengumpulkan serta menilai mutu data yang sudah tersedia
 Menentukan data-data lain yang diperlukan;
 Memperkirakan jumlah air rata-rata yang tersedia serta jumlah air dimusim
 kering;
 Menetapkan luas tanah yang cocok untuk irigasi;
 Memperkirakan kebutuhan air yang dipakai untuk keperluan-keperluan non
irigasi;
 Menunjukkan satu atau lebih pola tanam dan intensitas (seringnya) tanam
sesuai dengan air dan tanah irigasi yang tersedia, mungkin harus juga
dipertimbangkan potensi tadah hujan dan penyiangan; mempertimbangkan
pemanfaatan sumber daya air untuk berbagai tujuan;
 Pemutakhiran ijin alokasi air irigasi;
 Membuat perencanaan garis besar untuk pekeijaan yang diperlukan;
memperkirakan biaya pekeijaan, pembebasan tanah dan eksploitasi;

6. Tahap Perencanaan
Tahap perencanaan dimulai setelah diambilnya keputusan untuk
melaksanakanproyek. Disini dibedakan adanya dua taraf seperti yang ditunjukkan
dalam Tabel 3-3.
a. Taraf Perencanaan Pendahuluan
a. Pengukuran
b. Penelitian kemampuan tanah

b. Taraf Perencanaan Akhir


a. Pengukuran dan penyelidikan
b. Pengukuran topografi
c. Penyelidikan Geologi TeknikPenyelidikan Geologi Teknik
d. Penyelidikan hidrolis model
e. anaan dan laporan akhir
D. DATA, PENGUKURAN DAN PENYELIDIKANUNTUK
PERENCANAAN IRIGASI
1. Umum
a. Pengumpulan Data
Kegiatan-kegiatan Tahap Perencanaan dapat dibagi menjadi dua
bagian seperti yang diperlihatkan dalam bah terdahulu, yaitu Tahap
perencanaan pendahuluan, dan Tahap perencanaan akhir.
b. Sifat-Sifat Data
Gejala-gejala hidrologi seperti aliran sungai dan curah hujan
bervariasi dalam hal waktu, dan hanya bisa dipelajari dengan tepat
melalui data-data dasar yang telah terkumpul sebelum studi ini.
c. Ketelitian Data
Data yang diperlukan untuk tahap-tahap studi berbeda dengan yang
diperlukan untuk tahap perencanaan dalam hal sifat, ketelitian dan
kelengkapan (lihat Tabel 3-2 dan 3-3). Dalam Tahap Studi tingkat
ketelitian untuk Studi Identifikasi harus sekitar 40% sampai 50%,
Studi Pengenalan harus mencapai tingkat ketelitian 60% untuk
rekayasa dan 70% untuk perkiraan biaya.

2. Hidrometeorologi
a. Data
1) Parameter
Parameter-parameter hidrologi yang sangat penting untuk
perencanaan jaringan irigasi adalah:
- Curah hujan
- Evapotranspirasi
- Debit puncak dan debit harian
- Angkutan sedimen.
2) Pencatatan Data
Adalah penting bagi perencana untuk memeriksa tempat-tempat
pencatatan data, memeriksa data-data yang terkumpul dan metode
pemrosesannya, memastikan bahwa tinggi alat ukur adalah nol
sebelum dilakukan evaluasi dan analisis data
3) Penyelidikan lokasi
Penyelidikan di daerah aliran sungai dan irigasi akan lebih
melengkapi catatan data dan lebih memperdalam pengetahuan
mengenai gejala-gejala hidrologi. Tempattempat pencatatan akan
dikunjungi dan metode yang digunakan diperiksa. Penyelidikan
lapangan dipusatkan pada keadaan aliran sungai dan daerah
pembuangan.

b. Curah Hujan
Analisis curah hujan dilakukan dengan maksud untuk menentukan:
- Curah hujan efektif untuk menghitung kebutuhan irigasi. Curah hujan
efektif atau andalan adalah bagian dari keseluruhan curah hujan yang
secara efektif tersedia untuk kebutuhan air tanaman.
- Curah hujan lebih (excess rainfall) dipakai untuk menghitung
kebutuhan pembuangan/drainase dan debit (banjir).
c. Evapotranspirasi
Data-data iklim yang diperlukan untuk perhitungan llli adalah yang
berkenaan
dengan:
 Temperatur: harlan maksimum, minimum dan rata-rata
 Kelembaban relatif
 Sinar matahari: lamanya dalam sehari
 Angin: kecepatan dan arah
 Evaporasi: catatan harlan

d. Banjir Rencana
Banjir rencana adalah debit maksimum di sungai atau saluran
alamiah dengan periode ulang (rata-rata) yang sudah ditentukan yang
dapat dialirkan tanpa membahayakan proyek irigasi dan stabilitas
bangunan- bangunan.
e. Debit Andalan
Debit andalan (dependable flow) adalah debit minimum sungai
untuk kemungkinan terpenuhi yang sudah ditentukan yang dapat
dipakai untuk irigasi. Kemungkinan terpenuhi ditetapkan 80%
(kemungkinan bahwa debit sungai lebih rendah dari debit andalan
adalah 20%). Debit andalan ditentukan untuk periode tengah- bulanan.

3. Pengukuran
a. Pengukuran Topografi
b. Pengukuran Sungai dan Lokasi Bendung
c. Pengukuran Trase Saluran
d. Pengukuran Lokasi Bangunan

4. Data Geologi Teknik


a. Tahap Studi
Aspek-aspek geologi teknik dalam tahap studi pengenalan
ditangani oleh ahli irigasi yang berpengalaman. Hanya dalam
pembuatan waduk atau bangunan-bangunan utama yang besar yang
melibatkan keadaan-keadaan geologi teknik yang kompleks saja maka
seorang ahli geologi diikut sertakan.
b. Penyelidikan Detail
Penyelidikan geologi teknik detail memungkinkan dilakukannya
evaluasi karakteristik tanah dan batuan untuk parameter perencanaan
bangunan seperti disajikan pada Tabel4-5.
Tabel4-5. Karakreristik Perencanaan Tanah/Batuan

5. Bahan Bangunan
Bahan untuk bangunan-bangunan irigasi sebaiknya diusahakan dari
sekitar tempat pelaksanaan. Ahli bangunan membutuhkan informasi
tersedianya bahan-bahan berikut:
- Batu untuk pasangan, pasangan batu kosong dan batu keras untuk batu
candi
- Pasir dan kerikil
- Bahan-bahan kedap air untuk tanggul banjir dan tanggul saluran
- Bahan filter

6. Penyelidikan Model Hidrolis


Penyelidikan model berikutnya dengan menggunakan bangunan
dimaksudkan untuk:
 Mengecek efisiensi dan berfungsinya perencanaan bangunan
 Memperbaiki tata letak dan penampilan keija (performance) hidrolis
bangunan utama dan komponen-komponennya.
 Memodifikasi perencanaan pendahuluan, jika perlu
 Penyelidikan model hidrolis akan menunjukkan
 Pola aliran di sungai disebelah hulu dan hilir bangunan
 Formasi dasar sungai dan angkutan sedimen di sungai dan kedalam
Jaringan saluran
 Penggerusan lokal di sungai disebelah hilir dan hulu bangunan utama

7. Tanah Pertanian
Penyelidikan tanah dalam tahap studi hanya akan meliputi
kegiatan-kegiatan pemeriksaan lapangan dan penyelidikan di laboratorium.
Lokasi akan dipilih berdasarkan peta-peta geologi dan peta-peta daerah
yang sudah tersedia (seandainya ada). Densitas pengukuran pada tahap
Studi Pengenalan adalah satu kali pengamatan per 200 ha sampai 500 ha.
E. PEREKAYASAAN
1. Taraf-Taraf Perencanaan
Perekayasaan (engineering design) untuk persiapan proyek irigasi
dibagi menjadi 3 taraf, yaitu:
(1) Perencanaan garis besar dari Tahap Studi
(2) Perencanaan pendahuluan dari Tahap Perencanaan atau Studi
Kelayakan
(3) Perencanaan akhir dari Tahap Perencanaan.

2. Penghitungan Neraca Air


Penghitungan neraca air dilakukan untuk mengecek apakah air
yang tersedia cukup memadai untuk memenuhi kebutuhan air irigasi di
proyek yang bersangkutan. Perhitungan didasarkan pada periode
mingguan atau tengah bulanan. Dibedakan adanya tiga unsur pokok :
- Tersedianya Air
- Kebutuhan Air dan
- Neraca Air.
Tabel 5-1. Perhitungan Neraca Air

3. Tata Letak
a. Taraf Perencanaan Pendahuluan
Tata letak pendahuluan menunjukkan:
- Lokasi bangunan utama
- Trase jaringan irigasi dan pembuang
- Batas-batas dan perkiraan luas (dalam ha) jaringan irigasi dengan
petak-petak primer, sekunder dan tersier serta daerah-daerah yang
tidak bisa diairi.
- Bangunan-bangunan utama jaringan irigasi dan pembuang lengkap
dengan fungsi dan tipenya.
- Konstruksi lindungan terhadap banjir, dan tanggul
- Jaringanjalan dengan bangunan-bangunannya
b. Taraf Perencanaan Akhir
Dalam perencanaan akhir tata letak pendahuluan akan
ditinjau berdasarkan data-data baru topografi dan geologi teknik
dari basil pengukuran trase saluran. Perlu tidaknya diadakan
modifikasi akan tergantung pada perbedaan-perbedaan yang
ditemukan antara peta trase saluran dan peta topografi, yang akan
dicetak di lapangan (lihat subbab 4.3.3).

4. Perencanaan Saluran
a. Perencanaan Pendahuluan
Rencana pendahuluan untuk saluran irigasi menunjukkan:
- Trase pada peta tata letak pendahuluan
- Ketinggian tanah pada trase
- Lokasi bangunan sadap tersier dan sekunder dengan tinggi air
yang dibutuhkan disebelah hilir bangunan sadap
- Bangunan-bangunan yang akan dibangun dengan perkiraan
kehilangan tinggi energi.
- Luas daerah layanan pada bangunan sadap dan debit yang
diperlukan debit rencana dan kapasitas saluran untuk berbagai
ruas saluran perkiraan kerniringan dasar dan potongan melintang
untuk berbagai ruas
- Ruas-ruas saluran dan bangunan-bangunan permanen yang ada.

a. Ketinggian yang Diperlukan


b. Trase

c. Potongan Memanjang

c. Perencanaan Akhir
Dalam tinjauan ini dibedakan langkah-langkah berikut
 Jelaskan tinggi muka air rencana di mas pertama saluran primer
dan pastikan bahwa perencanaan bangunan utama akan
menghasilkan tinggi muka air yang diperlukan di tempat
tersebut
 Cek ketinggian bangunan sadap tersier berdasarkan peta trase
saluran; buat penyesuaian-penyesuaian hila perlu
Bandingkan peta strip saluran dengan peta topografi dan periksa
apakah diperlukan modifikasi tata letak (lihat juga subbab 5.3
mengenai tata letak)
 Tentukan as saluran
 Alokasikan kehilangan-kehilangan energi ke bangunan-
bangunan
 Tentukan tinggi muka air rencana di saluran
 Tentukan kapasitas rencana saluran
 Rencanakan potongan memanjang dan melintang saluran
 Pemutakhiran garis sempadan saluran
 Pemutakhiran ijin alokasi air irigasi

5. Perencanaan Bangunan Utama untuk Bendung Tetap, Bendung Gerak,


dan Bendung Karet
a. Taraf Perencanaan Pendahuluan
Dalam bagian-bagian berikut, tekanan diletakkan pada kriteria
dan pertimbanganpertimbangan untuk:
- Pemilihan lokasi bangunan utama sehubungan denga
perencanaanjaringan irigasi utama dan
- Perkiraan ukuran bangunan.
b. Taraf Perencanaan Akhir
Perencanaan akhir bangunan utama akan didasarkan pada:
- Besamya kebutuhan pengambilan dan tinggi pengambilan
- Pengukurantopografi
- Penyelidikan geologi teknik, dan
- Penyelidikan model hidrolis
Langkah pertama dalam perencanaan akhir adalah meninjau
kembali hasil-hasil serta kesimpulan-kesimpulan dari taraf
perencanaan pendahuluan. Kesahihan asumsiasumsi perencanaan
dicek. Perencanaan detail akan dilaksanakan menurut Bagian KP-
02 Bangunan Utama.

Anda mungkin juga menyukai