Dosen:
Dr. Ana Nurganah Chaidar, S.T., M.T.
Disusun Oleh :
Calvin Sandi 15817003
Salma Izzatu Amatullah 15817028
Item Isi
1. Form harian, bulanan, dan tahunan
2. Grafik curah hujan kumulatif
Curah Hujan
harian
3. Hitografi curah hujan rata-rata
1. Form harian, bulanan, dan tahunan
1. Elevasi Muka 2. Diagram batang tinggi curah hujan
Debit Air secara real time
2. Debit 3. Grafik hubungan elevasi muka air
terhadap debit
1. Arah & 1. Form harian, 10 harian, bulanan,
Kecepatan dan tahunan
Angin 2. Maksimal, minimal, rata-rata,
2. Suhu frekuensi arah angin
3. Kelembaban
Meteorologi
4. Penunjuk
Waktu
5. Penguapan
6. Tekanan
Udara
2) Catatan Pengoperasian Waduk
Catatan operasi waduk digunakan untuk mencatat prosedur pelaksanaan
pengoperasian waduk. Berikut hal-bal yang harus dilaksanakan selama
pengoperasian waduk:
1. Mengukur muka air waduk, dan memperkirakan inflow waduk.
2. Menanyakan kebutuhan air irigasi dan suplai air baku air minum untuk
kebutuhan penduduk.
3. Menentukan jumlah pengeluaran air berdasarkan pada inflow waduk, debit di,
kebutuhan irigasi, kebutuhan air baku air minum, garis kurva operasi waduk
dan situasi Iainnya.
4. Mengeluarkan instruksi operasi berdasarkan pada rencana jumlah pengeluaran
air.
5. Mengoperasikan pintu dan katub untuk melepaskan air yang dibutuhkan dari
waduk berdasarkan pada perintah operasi.
3) Laporan Operasi
Semua pengoperasian tersebut di atas harus dicatat dan disimpan secara rapi.
Catatan – catatan harus meliputi elevasi muka air waduk, penyimpanan waduk,
inflow, kebutuhan air, outflow melalui masing-masing pintu dan katup, waktu
pelepasan air dan waktu pembukaan pintu dan katub. Laporan bulanan atau paling
tidak laporan tahunan harus disampaikan kepada Kepala Balai Besar Wilayah
Sungai Cimanuk Cisanggarung.
d. Metode Peringatan Untuk Permulaan Pelepasan Air
Jumlah pelepasan air melalui outlet irigasi pada saat permulaan untuk setiap waktu,
tidak boleh melampaui kecepatan naiknya muka air sungai di hilir bendungan yaitu
sebesar 0,4 meter per jam pada daerah siaga. Angka tersebut morupakan nilai aman,
dan masyarakat yang bekerja di hilir dapat siap siaga terhadap tekanan air sungai dan
dapat meninggalkan sungai dengan mudah. Pelepasan air setelah dua jam tidak dibatasi
kriteria tersebut di atas.
e. Kurva Aturan Pengoperasian Waduk (Rules Curve)
Operasi Normal dilaksanakan dengan mengacu pada kurva aturan operasi waduk yaitu:
1) Kurva Aturan Atas (Upper Rule Curve)
Kurva ini berada di atas batas tampungan efektif waduk untuk Waduk Jatigede.
Jika batas tersebut terlampaui maka penggunaan air harus dimaksimalkan agar
segera dapat mengurangi kapasitasefektif waduk sampai di bawah kurva aturan
atas. Saaat muka air waduk masih berada di kurva atau di atas kurva aturan atas,
pelepasan air waduk harus digunakan semaksimal mungkin.
2) Kurva Aturan Bawah (Lower Rule Curve)
Kurva ini merupakan batas bawah tampungan efektif waduk. Kekurangan air
terjadi ketika tampungan efektif turun di bawah batas tersebut. Agar muka air
waduk berada di antara kurva aturan alas dan kurva aturan bawah, air yang dilepas
harus berdasarkan pada ketersediaan air di DI. Rentang sehingga pengeluaran air
hanya untuk memenuhi kebutuhan irigasi. Pembangkit listrik akan dioperasikan
sesuai dengan dua ketentuan berikut :
a) Pembangkit Listrik dioperasikan tidak penuh (Non-Firm Power to be
Generated)
Pengoperasian pembangkit listrik tergantung pada air yang dilepas dari waduk.
b) Pembangkit Listrik Dioperasikan Penuh (Firm Power to be Generated)
Pengoperasian pembangkit listrik dilakukan secara penuh, untuk itu diperlukan
tambahan air dari waduk.
3) Kurva Aturan Bawah Kritis (Critical Lower Rule Curve)
Kurva ini merupakan batas bawah luar biasa tampungan efektif waduk . saat
tampungan efektif waduk turun di bawah batas kurva ini, maka terjadi keadaan
sungai kekurangan air.
Saat muka air waduk berada di antara kurva aturan bawah dan kurva aturan bawah
kritis, air yang dilepas dari waduk hanya untuk memenuhi 70% dari kebutuhan irigasi,
namun kebutuhan air untuk air baku air minum dan pemeliharaan lingkungan harus
tetap dilayani secara penuh. Penggunaan air untuk pembangkit listrik sangat terbatas
dan tergantung pada pengeluaran air dari waduk tersebut. Saat muka air waduk berada
padaa kurva atau di bawah dan kurva aturan bawah kritis, air irigasi tidak akan di
pasok, namun kebutuhan air untuk air baku air minum dan pemeliharaan lingkungan
harus tetap terpenuhi. Penggunaan air untuk pembangkit listrik tergantung dari air
yang lepas dari waduk tersebut.
Gambar 1 Kurva Aturan Operasi Waduk Jatigede untuk Pemakaian Saat Ini (Strategi
Jangka Pendek untuk Irigasi)
d. Operasi Darurat
1) Kondisi Darurat
Keadaan yang dapat mengancam keutuhan bendungan adalah :
1. Tinggi muka air waduk telah melebihi TMA banjir, dalam hal ini elevasi
kontrol untuk waduk (CWL) adalah +258,00. Jika terjadi kenaikan muka air di
atas CWL maka dilakukan pengamatan intensif, untuk mengantisipasi
terjadinya overtopping yang mungkin terjadi.
2. Keadaan yang memiliki indikasi adanya keruntuhan bendungan, terdiri dari :
a. kelongsoran besar pada lereng tubuh bendungan sehingga stabilitas
bendungan pada kondisi yang mengkhawatirkan.
b. Amblesan besar sehingga tinggi jagaan berkurang secara signifikan
c. Retakan besar melintang tubuh bendungan yang cukup dalam mencapai
elevasi muka air
d. Retakan memanjang tubuh bendungan yang cukup besar sehingga menjadi
pergeseran yang cukup besar pada salah satu sisi retakan
e. Tidak berfungsinya pintu pelimpah
f. Terjadinya keluaran air yang tak terkendali
Operasi darurat dilakukan dalam rangka merespon terhadap keadaan atau kejadian
yang mengancam keamanan dan atau keutuhan bendungan. Operasi dilakukan
dengan cara mengeluarkan air waduk secara cepat melalui pintu pengeluaran
darurat atau dalam hal tidak ada pintu pengeluaran darurat dilakukan melalui pintu
yang ada seperti pintu pelimpah, pintu intake, dan lain sebagainya.
2) Perhitungan Penurunan Muka Air Waduk pada Kondisi Darurat
Perhitungan penurunan muka air dihitung pada 2 (dua) kondisi, yaitu :
a) Melalui pelimpah saja
Perhitungan ini untuk menghitung penurunan muka air melalui pelimpah.
Elevasi penurunan : 260 – 247. Durasi : 18 hari, bukaan pintu 0,5 m, pada 4
pintu.
b) Melalui pelimpah, outlet irigasi, dan outlet PLTA (PWW)
Penurunan elevasi : 260 – 247. Durasi -1: 15 hari, bukaan pintu 0,3 m, pada 4
pintu (memerlukan cek perbaikan sungai di hilir). Durasi -2 : 18 hari, bukaan
pintu 0,3 m, pada 3 pintu (kapasitas sungai memungkinkan).
e. Pengosongan Darurat Waduk
Prosedur operasi yang harus dilaksanakan adalah sebagai berikut:
1) Turunkan muka air waduk sampai pada elevasi 221 m atau pada level yang
diperintahkan pihak yang berwenang dengan membuka penuh dua katub debit di
outlet irigasi.
2) Jika lereng waduk yang, akan diperbaiki, pintu intake harus selalu dibuka secara
penuh dan laksanakan operasi "inflow lama dengan Outflow' untuk menjaga
elevasi muka air waduk yang diperintahkan dengan mengendalikan pelepasan debit
melalui katub debit outlet pada outlet irigasi.
3) Jika Power waterway atau katub di outlet irigasi dan power house yang akan di
inspeksi, turunkan pintu intake untuk membuka inlet waterway dan mengosongkan
air di Power waterway. Pekerjaan inspeksi ini harus dilaksanakan dan diselesaikan
secepat mungkin, karena elevasi muka air waduk akan meningkat lagi setelah
penutupan pintu intake dan kekosongan waterway tidak aman jika elevasi muka air
waduk tinggi.
f. Peringatan dan Perkiraan Banjir
Peringatan dan perkiraan banjir sebagai berikut :
1) Setelah pembuatan waduk selesai, segala kondisi pelepasan air dari waduk,
termasuk debit banjir, harus dipertimbangkan keselamatan orang yang tinggal atau
bekerja di hilir Bendungan Jatigede, sehingga mereka dapat melakukan tindakan –
tindakan pencegahan yang diperlukan. Pengosongan air waduk termasuk banjir
melalui hilir melalui terowongan pelimpah berpintu dan pengeluaran air secara
darurat melalui outlet irigasi.
2) Sistem alarm, termasuk pengeras suara (sirine), papan pengumuman, dan lain
sebagainya harus dipasang untuk memberikan setidaknya 2 jam sebelum pelepasan
air dari waduk. Pengendalian sistem alarm sebaiknya dipusatkan pada suatu
tempat.
3) Sehubungan dengan perbedaan muka air waduk dan inflow waduk, waktu
permulaan pelimpahan air melalui spillway berbeda. Karena itu, waktu sinyal siaga
akan bervariasi dari waktu ke waktu tergantung pada, kondisi daerah tangkapan
hujan, muka air waduk dan debit inflow.
4) Harus dibangun jaringan komunikasi dengan instansi terkait dan berbagai pihak
seperti kepolisian.
g. Peringatan untuk Permulaan Pelepasan Air
Jumlah pelepasan air melalui outlet irigasi pada saat permulaan untuk setiap waktu,
tidak boleh melampaui kecepatan naiknya muka air sungai di hilir bendungan yaitu
sebesar 0,4 meter per jam pada daerah siaga. Angka tersebut merupakan nilai aman
dan masyarakat yang bekerja di hilir dapat siap siaga terhadap tekanan air sungai dan
dapat meninggalkan sungai dengan mudah. Pelepasan air setelah dua jam tidak dibatasi
kriteria tersebut di atas.
h. Prosedur Operasi Waduk Periode Banjir
1) Pengamatan dan pencatatan tinggi muka air (TMA) dengan membaca peilschaal
waduk setiap jam.
2) Pengamatan minta data debit turbin kapada PLTA setiap 3 jam pada kondisi normal
dan setiap jam pada kondisi siaga serta dicatatat.
3) Apabila TMA ≥ 258,00 m (siaga hijau), pintu Spilway dibuka dan ditutup kembali
apabila TMA < 258,00 m. Tata cara pengoperasian pintu Spillway sesuai
OPS/OPJG/01Ketentuan pembukaan dan penutupan pintu Spillway.
4) Apabila TMA ≥ 258,00 m namun PLTA tidak bisa dioperasikan, Spillway
dioperasikan/ dibuka dengan debit sesuai kebutuhan air di hilir.
5) Perhitungan besarnya debit outflow waduk.
6) Perhitungan besarnya debit inflow.
7) Penyusunan laporan sesuai butir.
8) Distribusi laporan sesuai butir.
i. Ketentuan Umum Operasi Banjir
Ketentuan Umum Operasi Banjir adalah :
a) Yang termasuk dalam kegiatan operasi waduk dalam prosedur ini adalah:
1) Pengamatan kondisi air.
2) Pengaturan alokasi air.
3) Pengoperasian pintu air.
4) Komunikasi, pencatatan dan pelaporan berkaitan dengan angka 1), 2) dan 3)
yang bertujuan untuk:
i. Koordinasi dengan PYB untuk mengoptimalkan pelayanan pelanggan.
sesuai Instruksi Kerja Kegiatan Komunikasi dengan Pelanggan dan Pihak
yang Berkepentingan
ii. Dokumentasi hasil kegiatan pada angka 1).2) dan 3) pada Lampiran 1,
sedangkan angka 4) huruf a) sesuai dengan lampiran 3,4 dan 5 pada
Referensi pada butir H
b) Kegiatan tersebut pada huruf a) di atas dilaksanakan baik dalam Periode Banjir,
Periode Pengisian dan Periode Tidak Banjir, yaitu:
1) Periode Banjir pada 1 Desember - 15 April.
2) Periode Pengisian pada 1 April- 20 Februari.
3) Periode Tidak Banjir pada 1 Mei - 30 Nopember.
c) Muka Air Tinggi Normal (NHWL) = + 260,00 m.
d) Muka Air Terkendali (CWL) = +258,00 m.
e) Muka Air Banjir Rencana (DFWL) = + 262,00 m.
f) Muka Air Rendah (LWL) = + 230,00 m.
g) Pintu Spillway terdiri dari 4 (empat) buah pintu yang sama besar yang secara
berurutan dari kiri ke kanan diidentifikasi dengan nomor 1,2,3 dan 4.
h) Debit Outflow adalah debit yang dikeluarkan melalui Spillway, Outlet Irigasi dan
Power Warterway.
j. Pelaksanaan
a) Juru Pintu Air/Pengamat melakukan pengamatan TMA pada peilschale di dinding
pintu Spillway Jatigede setiap jam.
b) Apabila PLTA dioperasikan maka Juru Pintu Air/Pengamat minta data debit turbin
(data jam-jaman) kepada petugas PLTA setiap 3 jam.
c) Apabila TMA mencapai + 258,00 m dalam Periode Banjir, maka kondisi ini
termasuk kondisi siaga banjir (Siaga Hijau).
d) Pengoperasian Spillway pada Periode Banjir :
i. PLTA Operasi. Apabila TMA >258,00 m dan PLTA telah dioperasikan
secara maksimal maka Pintu Spillway dioperasikan untuk keperluan
pengendalian banjir, dengan ketentuan sebagai berikut:Sebelum
pengoperasian Pintu Spillway Juru Pintu Air/Pengamat menginformasikan
besarnya debit yang akan dikeluarkan kepada Petugas PLTA dan petugas
Juru Pintu Air/Pengamat Bendung Rentang.
• Apabila debit outflow yang akan dikeluarkan ≥ 2292.49 m 3 /dt maka
petugas Juru Pintu Air/Pengamat menginformasikan hal ini kepada
masyarakat di hilir yang rawan terkena aliran banjir. • Pada TMA >
258,00 m s.d. 260,00 m maka debit outflow maksimal adalah 4.488,73
m 3 /det.
• Apabila TMA > 260,00 m maka seluruh pintu spillway dibuka penuh
(Qout > 5.984,97 m 3 /det).
• Apabila TMA mulai menurun menjadi 250,00 m maka pintu spillway
dapat dibuka sebagian (2 buah pintu).
• Apabila TMA turun menjadi 247,00 m maka seluruh pintu ditutup.
• Tata cara operasi pintu Spillway dan besarnya debit yang keluar dari
Pintu Spillway (Qspillway) diatur sesuai dengan Instruksi Kerja
Operasi Pintu Spillway.
ii. PLTA Tidak Operasi.
• Apabila TMA > 258,00 m maka Pintu Spillway dioperasikan seperti
pada angka i
• Apabila TMA ≤ 258,00 m dan ≥ 247,00 m maka Spillway dioperasikan
oleh Juru Pintu Air/Pengamat sesuai dengan Instruksi Kerja Operasi
Spillway
• Apabila TMA < 230,00 maka tidak ada debit outflow kehilir dan hal
ini harus diinformasikan kepada Pelanggan dan Petugas Juru Pintu
Air/Pengamat Bendung Rentang.
• Tata cara operasi Spillway dan besamya debit air yang keluar dari
Spillway (Qspillway) diatur sesuai dengan Instruksi Kerja Operasi
Spillway.
e) Berdasarkan hasil pengamatan dan pengoperasian pintu di atas maka Juru Pintu
air/Pengamat menghitung Debit Inflow (Qin) dengan rumus sebagai berikut:
Qin = Qout + ∆ Q
Qout = Qout PLT A + QSpillway
Qout PLTA = data dari PLTA (m3/det)
QSpillway = data debit bukaan pintu (m3/det)
𝑉𝑡 −𝑉𝑡−1 3
∆𝑄 = 𝑚 /𝑑𝑡𝑘
3600
Dimana :
Vt = Volume Waduk pada saat pengamatan (m3)
Vt-1 = Volume waduk pada 1 (satu) jam sebelum pengamatan (m3)
∆Q = Debit kenaikan (m3/det)
f) Pemenuhan kebutuhan air di hilir mengacu pada Pola Operasi Waduk dan Alokasi
Air Cimanuk (POWAA-C). Apabila elevasi muka air waduk lebih rendah dari
POWAA-C yang berlaku, maka dilakukan koordinasi dengan Indonesia Power
agar pengoperasian PLTA disesuaikan dengan ketersediaan air. Bila elevasi muka
air waduk > POWAA-C ( > +50 cm) maka PLTA dapat di operasikan lebih besar
dari POW.
g) Apabila debit outflow aktual PLTA lebih kecil dari POWAA-C dan dengan
toleransi yang di berikan sebesar 15 %, maka petugas memastikan apakah dengan
debit PLTA tersebut kebutuhan dihilir sudah terpenuhi (dapat berkoordinasi
dengan pelanggan), Apabila telah terpenuhi maka tidak perlu debit tambahan,
apabila kurang maka dapat ditambahkan sesuai dengan kebutuhan sesuai hasil
koordinasi. Hasil koordinasi dicatat sesuai dengan Instruksi Kerja Komunikasi
dengan Pelanggan dan PYB sebagat bukti mutu sehingga tidak dikategorikan
sebagai Produk Tidak Sesuai (PTS)
h) Apabila terjadi PTS maka dikendalikan sesuai Prosedur Umum Pemantauan dan
Pengukuran, Prosedur Pengendalian (PTS) dan Prosedur Tindakan Koreksi. Yang
termasuk PTS adalah sebagai berikut:
Definisi AKNOP
AKNOP (Angka Kebutuhan Nyata Operasi dan Pemeliharaan) merupakan perencanaan
pembiayaan pengelolaan didasarkan atas kebutuhan aktual pembiayaan operasi dan
pemeliharaan tiap bangunan untuk mempertahankan kondisi dan fungsi bangunan tersebut.
AKNOP tersebut nantinya akan diuraikan menjadi beberapa bentuk pekerjaan atau kegiatan
sesuai dengan komponen yang ada.
Apriadi, Rian, dkk. 2019. Audit Teknis sebagai Dasar Penyusunan AKNOP pada Sungai
Panguluran Kecamatan Sumbermanjing Wetan Kabupaten Malang. Malang : Universitas
Brawijaya.
Direktorat Jenderal Sumber Daya Air. 2016. Surat Edaran Nomor: 05/SE/D/2016 Tentang
Pedoman Penyelenggaraan Kegiatan Operasi dan Pemeliharaan Prasarana Sungai serta
Pemeliharaan Sungai. Jakarta : Kementrian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat.
Hardjuna, dkk. 2013. Buku Manual Operasi dan Pemeliharaan Bendungan Jatigede.
Sumedang : PT. Multimera Harapan.
Mulyono, Joko. 2017. Penyusunan Rencana Anggaran Biaya (RAB) Operasi dan
Pemeliharaan (OP) Bendungan AKNOP Bendungan. Semarang : Pusdiklat SDA dan
Konstruksi.