Anda di halaman 1dari 71

PERENCANAAN BANGUNAN AIR

1. Analisis Hidrologi
Dalam pelaksanaan perencanaan dan perancangan bangunan- bangunan air, analisis
hidrologi masih merupakan bagian analisis yang sangat dominan dan memerlukan
penanganan yang cermat. Peranan analisis hidrologi menjadi sangat penting karena
sebelum informasi hidrologi yang diperlukan tersedia maka analisis lain belum dapat
dilakukan. Hujan adalah komponen masukan penting dalam proses hidrologi. karena
jumlah kedalaman hujan (rainfall depth) akan dialihragamkan menjadi aliran di sungai,
baik melalui limpasan permukaan (surface runoff), aliran antara (interflow, sub surface
flow) maupun sebagai aliran air tanah (groundwater). Ada beberapa sifat hujan yang
penting untuk diperhatikan dalam proses pengalihragaman hujan menjadi aliran, antara
lain adalah intensitas curah hujan, lama waktu hujan, kedalaman hujan, frekuensi dan luas
daerah pengaruh hujan. Komponen hujan dengan sifat-sifatnya ini dapat dianalisis berupa
hujan titik maupun hujan rata-rata yang meliputi luas daerah tangkapan (chactment) yang
kecil sampai yang besar.

Karakterisik hujan diantaranya adalah intensitas, durasi, kedalaman, dan frekuensi.


Bencana banjir selain akibat kerusakan ekosistem ataupun aspek lingkungan yang tidak
terjaga tetapi juga disebabkan karena bencana alam itu sendiri seperti curah hujan yang
tinggi. Menurut (Hutchinson, 1970 ;Browning, 1987 dalam Asdak C. 2002), ketelitian
hasil pengukuran CH tegantung pada variabilitas spasial CH, maksudnya diperlukan
semakin banyak lagi penakar CH bila kita mengukur CH di suatu daerah yangvariasi
curah hujannya besar. Ketelitian akan semakin meningkat dengan semakin banyak
penakar yang dipasang.

Curah hujan yang diperlukan untuk penyusunan suatu rancangan pemanfaatan air dan
rancangan pemanfaatan air dan rancangan pengendalian banjir adalah curah hujan rata-
rata diseluruh daerah yang bersangkutan, bukan curah hujan pada suatu titik tertentu.
Curah hujan ini disebut curah hujan wilayah/daerah dan dinyatakan dalam mm. Curah
hujan daerah ini harus diperkirakan dari beberapa titik pengamatan curah hujan. Hal yang
penting dalam pembuatan rancangan dan rencana adalah distribusi curah hujan.

Distribusi curah hujan ini bermacam-macam sesuai dengan jangka waktu yang
ditinjau yakni curah hujan tahunan, curah hujan bulanan, curah hujan harian, curah hujan
UNIVERSITAS SAM RATULANGI HARTO AKBAR KANOLI - 14021101069
FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN SIPIL
PERENCANAAN BANGUNAN AIR

per jam. Pola distribusi curah hujan ini berfungsi untuk mendapatkan suatu pola distribusi
curah hujan suatu daerah yang nantinya dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan
dalam menghitung dan menganalisa data curah hujan khususnya data curah hujan jam-
jaman sebagai dasar untuk menentukan perencanaan banjir rencana.
Langkah- langkah perencanaan bendung :

1. Penetapan Lokasi Bendung


Bendungan merupakan bangunan pelimpah melintang sungai yang memberikan tinggi muka
air minimum kepada bangunan pengambilan untuk keperluan irigasi,agar aliran bisa
disalurkan ke daerah yang akan dijadikan lahan irigasi. Hal-hal yang harus diperhatikan untuk
menetapkan lokasi bendung,yaitu:
 Kondisi topografi dari rencana daerah irigasi
 Kondisi topografi dari lokasi bendung
 Kondisi tanah pondasi,bendung harus ditempatkan pada lokasi dimana tanah
pondasinya cukup baik
 Biaya pelaksanaan
 Lain-lain,seperti penggunaan lahan disekitar bendung,kmungkinan daerah disekitar
bendung, perubahan morfologi sungai,daerah genangan yang tiak terlalu luas dan
ketinggian tanggul banjir.
2. Penggambaran Catchment Area (Daerah Aliran Sungai)
Catchment Area digambar dengan memperhatikan posisi kontur disekitar sungai yang
direncanakan. Melalui posisi konturakan ditarik batasan areal, dimana diasumsikan aliran air
yang jatuh pada lahan akan turun menuju sungai dengan daerah tegak lurus kontur. Batasan
daerah tangkapan dibuat menggelilingi sungai sehingga akan diperoleh sebuah areal yang
disebut Daerah Aliran Sungai.
3. Analisa Data Hidrologi
Digunakan untuk menganalisa data curah hujan yang terjadi pada lokasi Catchment Area,atau
daerah terdekat lokasi bendung. Data curah hujan yang harus tersedia

untuk dianalisa yaitu data yang terkumpul untuk minimal 10 tahun, guna mendapat hasil
(data) yang layak. Analisa hidrologi antara lain meliputi curah hujan maximum, curah hujan
DAS, analisa frekuensi sesuai pola distribusi data hujan.
4. Menghitung Design Flood
Design flood digunakan untuk menghitung debit banjir rencana atau debit air yang akan
melewati bendung dalam perencanaan teknik bangunan pengairan.

UNIVERSITAS SAM RATULANGI HARTO AKBAR KANOLI - 14021101069


FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN SIPIL
PERENCANAAN BANGUNAN AIR

5. Perencanaan Bendung
Dalam merencanakan suatu bendung, kita dapat memilih tipe bendungan yang akan
digunakan dengan penentuan dimensi bendung yang akan direncanakan. Secara umum ada 4
tipe bendung,
 Bendung tetap dengan memakai kolam peredam energi
 Bendung tetap, tidak memakai kolam peredam energi
 Bendung tetap dengan konstruksi dinding penunjang
 Bendung bergerak
Setelah mengetahui tipe-tipe bendung yang ada, kita dapat memulai perhitungan dimensi
bendung, yaitu terdiri dari :
 Perhitungan Piel Mercu, untuk menentukan tipe piel mercu yang akan digunakan.
 Perhitungan tinggi bendung,jarak antara muka bendung sampai puncak bendung.
 Perhitungan muka air
 Perhitungan penampang sungai rata-rata
 Penentuan lebar bendung, jarak antara pangkal-pangkalnya dimana debitnya harus
sama dengan lebar rata-rata pada bagian yang stabil.
 Perhitungan lebar efektif bendung.
 Perhitungan tinggi muka air maksimum diatas mercu bendung
 Mengontrol sifat aliran
 Menentukan tipe dan ukuran hidrolis bendung
 Menghitung panjang lantai muka dan panjang tanggu bendung
 Mendimensi pintu pengambilan dan pintu penguras.

6. Kontrol Sifat Aliran


Kontrol ini dibutuhkan untuk mengetahui aliran yang terjadi pada bendung. Kontrol ini akan
menghasikan jenis aliran, yaitu aliran sempurna atau aliran tidak sempurna.
7. Lantai Muka Bendung
Ini berfungsi untuk mengurangi tekanan air ke atas pada bidang kontak pondasi bangunan
dengan dasar pondasi dan juga memperpanjang jalan aliran. Untuk mentukan panjang muka
bendungdigunakan Teori Bleigh dan Teori Lane.
8. Dimensi Pintu Pengambilan
*Bangunan Pengambilan

UNIVERSITAS SAM RATULANGI HARTO AKBAR KANOLI - 14021101069


FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN SIPIL
PERENCANAAN BANGUNAN AIR

Bangunan ini merupakan suatu bangunan pada bendung yang berfungsi sebagai penyadap
aliran sungai, pengatur pemasukkan air dan sedimen serta menghindarkan sedimen dasar
sungai masuk ke intake.
*Bangunan Penguras
Bangunan ini berfungsi untuk menghindarkan angkutan muatan sedimen dasar dan
mengurangi angkutan muatan laying yang masuk ke intake. Bangunan ini dirancang pada
bendung dengan volume angkutan muatan sedimen dasar relative besar.
9. Analisa Stabilitas Bendung
Analisa ini dilakukan untuk memenuhi salah satu syarat keamanan bendung, yaitu harus stabil
terhadap geser, guling, dan penurunan, sehingga perlu untuk menghitung gaya-gaya pada
bendungan, antara lain :
 Berat sendiri bangunan
 Gaya gempa
 Tekanan lumpur
 Gaya up lift (tekanan air dibawah bendung )
 Gaya hidrostatik
10. Kontrol Stabilitas Bendung
Stabilitas bendung harian dikontrol terhadap keadaan air normal dan keadaan banjir, yaitu kita
mendesain bendung agar tahan terhadap gaya tekan yang disebabkan oleh air yang dalam
keadaan normal ( terhadap guling, geser, dan tanah ) dan yang disebabkan oleh banjir.

UNIVERSITAS SAM RATULANGI HARTO AKBAR KANOLI - 14021101069


FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN SIPIL
PERENCANAAN BANGUNAN AIR

ANALISIS DEBIT BANJIR RENCANA DAS SUNGAI IMANDI

Analisis curah hujan

Ada dua stasiun pengukur hujan yang berada di sekitar DAS. Data hujan yang tersedia di
dua stasiun tersebut berupa data curah hujan harian maksimum, dengan panjang pencatatan data
selama 10 tahun. Data ditunjukkan pada table 1.1

Tabel 1.1 Data Curah Hujan

DATA HUJAN AWAL


NO TAHUN
STASIUN
1 2002 153
2 2002 134
3 2003 157
4 2004 129
5 2005 110
6 2006 141
7 2007 138
8 2008 143
9 2009 118
10 2010 121

UNIVERSITAS SAM RATULANGI HARTO AKBAR KANOLI - 14021101069


FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN SIPIL
PERENCANAAN BANGUNAN AIR

1. Uji Kualitas Data

Data Hujan yang ada, sebelum digunakan diuji terlebih dahulu kualitasnya, apakah layak
digunakan atau tidak. Pengujian kualitas data ini sendiri meliputi Uji Outlier

Uji Data Outlier

Data curah hujan didapat dari stasiun stasiun yang diberikan. Namun data tersebut
adalah data sekunder yang perlu di validasi. Sehingga sebelum di olah data tersebut harus di
uji keabsahannya, salah satu tes yang biasa dilakukan adalah uji outlier ( outlier test). Data
outlier adalah data yang secara statistic menyimpang jauh dari kumpulan datanya yang bisa
merusak kumpulan data lainnya. Penyimpangan ini bisa terjadi karena berbagai factor.
Berikut adalah langkah- langkah untuk pengujian data outlier berdasarkan koefisien skewness
(CSlog):

 Cari nilai CS log terlebih dahulu dengan menggunakan rumus , jika CS log > 0,4
maka Xh yang terlebih dahulu di cari. Jika CS log < -0,4 maka Xl yang terlebih
dahulu dicari. Dan jika -0,4 < CS log < 0,4 maka terserah Xh atau Xl yang terlebih
dahulu di cari
 Jika CS log > 0,4 yang dicari terlebih dahulu adalah Xh. Setelah itu jika ada data
yang lebih besar dari batas atas (Xh) maka data tersebut di sesuaikan dengan Xh.
Setelah itu cari kembali Ybar dan S log dengan data yang sudah terkoreksi. Setelah
itu cari Xl (batas bawah), jika ada data yang lebih rendah disesuaikan dengan batas
bawah. Dan begitu sebaliknya jika CS log < -0,4. Tapi jika -0,4 < CS log < 0,4
proses diatas tidak perlu, setelah cari Xh/Xl langsung sesuiakan data dengan batas
atas dan batas bawah.

Rumus yang digunakan :

1
n Uji outlier tinggi (Xh)

Slog = ∑
(n−1) i=1
(log X i−log X )2 log Xh=log X +kn∗Slog

n
3
n ∑ (log
UNIVERSITAS SAMXRATULANGI
i −log X) HARTOUji outlier
AKBAR rendah
KANOLI (Xl)
- 14021101069
CS log = i=1
FAKULTAS TEKNIK log Xl=log X−kn∗S log
(n−1)(n−2)¿ ¿
JURUSAN SIPIL
PERENCANAAN BANGUNAN AIR

Dimana:
n : Jumlah data
Log x : Nilai log data pengamatan
Log x́ : Nilai rata rata log pengamatan
S log : Standar deviasi (dalam Log)
CS log : Koefisien Skewness (dalam Log)
Xh : Batas tertinggi
Xl : Batas terendah
Kn : Konstanta uji outlier ( dari table K value) tergantung dari jumlah data

Jika terdapat data outlier, maka data tersebut sebaiknya disesuaikan dengan mengambil batas
atas atau batas bawah sebagai acuan. Data yang sudah disesuaikan, siapa untuk di gunakan

Tabel 1.2 Hubungan antara nilai Kn umtuk uji outlier

Sumber: Departemen Pekerjaan Umum, 1999:8

UNIVERSITAS SAM RATULANGI HARTO AKBAR KANOLI - 14021101069


FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN SIPIL
PERENCANAAN BANGUNAN AIR

ANALISA DATA OUTLIER STASIUN


TAHUN DATA X DATA Y
Y = Log x ( Log x - Log Xbar ) ( Log X - Log Xbar )^2 ( Log X - Log Xbar)^3
2002 153 2.184691 0.058813 0.0034590 0.000203437
2002 134 2.127105 0.001227 0.0000015 0.000000002
2003 157 2.195900 0.070022 0.0049030 0.000343319
2004 129 2.110590 -0.015288 0.0002337 -0.000003573
2005 110 2.041393 -0.084485 0.0071378 -0.000603036
2006 141 2.149219 0.023341 0.0005448 0.000012716
2007 138 2.139879 0.014001 0.0001960 0.000002745
2008 143 2.155336 0.029458 0.0008678 0.000025563
2009 118 2.071882 -0.053996 0.0029156 -0.000157429
2010 121 2.082785 -0.043093 0.0018570 -0.000080022
SIGMA 21.258780
Xbar 2.125878
n 10

n : 10
Kn : 2.036

n
1
Slog =
√ ∑
(n−1) i=1
(log X i−log X )2

1
¿
√ (12−1)
x 0.0560 = 0.014364

n
n ∑ (log X i−log X)3
i=1
CSlog =
(n−1)( n−2)¿ ¿

12 x( 0.0000)
= Karena CS log < - 0.4 , maka
(12−1)(12−2)(0.061583 ) cari nilai Xl terlebih dulu

= -3.75

Karena CS log < -0,4.


Maka Xl yang dicari
Slog= 0.014364
terlebih dahulu Cslog= -3.75

kn∗Slog =2.036∗0.014364=0.029245

log Xl=log X−kn∗S log


log Xl=2.163−0.1314 = 2.096632
Xl=124.920145

UNIVERSITAS SAM RATULANGI HARTO AKBAR KANOLI - 14021101069


FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN SIPIL
PERENCANAAN BANGUNAN AIR

Lihat data di atas, kerana tidak ada data yang dibawah Xl maka lanjutkan mencari Xh
log Xh=log X +kn∗Slog
log Xh=2.163+0.1314 = 2.155123513

Xh=¿142.9300393

Lihat data kembali. Tidak ada data yang lebih tinggi dari Xh, sehingga data yang terkoreksi
sama dengan data sebelumnya

Data Sebelum koreksi Data setelah koreksi

Tahun Data X
Tahun Data X
2002 153
2003 134 2002 153
2004 157 2003 134
2005 129 2004 157
2006 110 2005 129
2007 141 2006 110
2008 138 2007 141
2009 143 Tidak ada data yang 2008 138
2010 118 berubah karena data 2009 143
masih ada dalam batas
2011 121 2010 118
2012 170 2011 121
2013 173 2012 170
2013 173

STASIUN 2

UNIVERSITAS SAM RATULANGI HARTO AKBAR KANOLI - 14021101069


FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN SIPIL
PERENCANAAN BANGUNAN AIR

Data seri Y
No. Tahun
Data X y= log x (Yi-Ybar) (Yi-Ybar)^2 (Yi-Ybar)^3
1 161 2.2068 0.0248 0.0006 0.0000
2002
2 129 2.1106 -0.0714 0.0051 -0.0004
2003
3 131 2.1173 -0.0647 0.0042 -0.0003
2004
4 138 2.1399 -0.0421 0.0018 -0.0001
2005
5 132 2.1206 -0.0614 0.0038 -0.0002
2006
6 144 2.1584 -0.0236 0.0006 0.0000
2007
7 150 2.1761 -0.0059 0.0000 0.0000
2008
8 173 2.2380 0.0560 0.0031 0.0002
2009
9 186 2.2695 0.0875 0.0077 0.0007
2010
10 166 2.2201 0.0381 0.0015 0.0001
2011
11 168 2.2253 0.0433 0.0019 0.0001
2012
12 159 2.2014 0.0194 0.0004 0.0000
2013
             
26.1840 0.0000 0.0306 0.0001
Sigma
2.1820      
Ybar

n : 12
Kn : 2.134
n
1
Slog =
√ ∑ (log X i−log X )2
(n−1) i=1

1
¿
√ (12−1)
x 0.0303 = 0.05270

n
n ∑ (log X i−log X)3 Karena CS log >- 0.4 , maka
i=1
CSlog = cari nilai Xh terlebih dulu
(n−1)( n−2)¿ ¿

12 x(−0.0001)
=
(12−1)(12−2)(0.052703 )

= 0.037586891

Slog= 0.05249

UNIVERSITAS SAM RATULANGI HARTO AKBAR KANOLI - 14021101069


FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN SIPIL
PERENCANAAN BANGUNAN AIR

Cslog= -0.41853474

kn∗Slog =2.134∗0.05270=0.112

log Xh=log X +kn∗Slog


log Xh=2.1430+0.112=2.294
Xh=196.997

Lihat data di atas, kerana tidak ada data yang di atas Xh maka lanjutkan mencari Xl
log Xl=log X−kn∗S log
log Xl=2.1430−0.112 = 2.070
Xl=117.364

Lihat data kembali. Tidak ada data yang lebih tinggi dari Xh, sehingga data yang terkoreksi sama
dengan data sebelumnya

Data sebelum koreksi Data setelah koreksi

Tahun
Data X Tahun
Data X
2002 161
2002 161
2003 129
2003 129
2004 131
2004 131
2005 138
2005 138
2006 132
2006 132
2007 144
2007 144
2008 150
Tidak ada data yang
2008 150
2009 173
berubah karena data 2009 173
2010 186 masih ada dalam batas 2010 186
2011 166
2011 166
2012 168
2012 168
2013 159
2013 159

Dibawah adalah data yang telah terkoreksi (lolos uji outlier)

UNIVERSITAS SAM RATULANGI HARTO AKBAR KANOLI - 14021101069


FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN SIPIL
PERENCANAAN BANGUNAN AIR

Tabel 1.3 Data Hasil Uji Outlier

Stasiun
No Tahun Sta 1 Sta 2
6,325 7.3
1 2002 153 161
2 2003 134 129
3 2004 157 131
4 2005 129 138
5 2006 110 132
6 2007 141 144
7 2008 138 150
8 2009 143 173
9 2010 118 186
10 2011 121 166
11 2012 170 168
12 2013 173 159

2. ANALISIS HUJAN WILAYAH (HUJAN RERATA DAS)

UNIVERSITAS SAM RATULANGI HARTO AKBAR KANOLI - 14021101069


FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN SIPIL
PERENCANAAN BANGUNAN AIR

Hujan wilayah dianalisis dengan menggunakan metode Poligon Thiessen.

Metode Poligon Thiessen

Untuk menghitung luas stasiun pengaruh curah hujan, dapat digunakan Metode Poligon
Thiessen dengan melihat Gambar.1 dan perhitungan luasnya

Dari perhitungan luas secara kisi-kisi pada Gambar.1, sesuai dengan bentuk poligon Thiessen
adalah sebagai berikut :

Skala => 1 : 50.000

1 cm di peta = 0,5 km di lapangan

1 cm² di peta = 0,25 km² di lapangan

Hasil yang didapat dari perhitungan Luas di gambar:

Luas Area Stasiun ( A1 ¿ : 6.325 km2

Luas Area Stasiun ( A2) : 7.3 km2

Luas Wilayah DAS keseluruhan:

ATotal = A 1+ A 2

¿ 6.325 km2+ 7.3 km2 =13.625 km2

Jadi dengan data yang telah didapat diatas dapat dihitung rata rata curah hujan maksimum tiap
tahun

A 1 R1 + A2 R2
R2002 =
Luas Area keseluruhan

(6.325∗153)+(7.3∗161)
R2002 =
13.725 km2

2143.025
R2002 = =156.2 mm
13.725

A 1 R1 + A2 R2
R2003 =
Luas Area keseluruhan

UNIVERSITAS SAM RATULANGI HARTO AKBAR KANOLI - 14021101069


FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN SIPIL
PERENCANAAN BANGUNAN AIR

(6.325∗134)+(7.3∗129)
R2003 =
13.725 km2

1789.25
R2003 = =130.4mm
13.725

Sehingga di dapat data curah hujan rata – rata maksimum yang telah terkoreksi adalah

Tabel 2.1 Perhitungan R (hujan Rerata)

Stasiun
Tahu Rata-
No Sta 1 Sta 2
n Rata
6.325 7.3
1 2002 153 161 157
2 2003 134 129 132
3 2004 157 131 144
4 2005 129 138 134
5 2006 110 132 121
6 2007 141 144 143
7 2008 138 150 144
8 2009 143 173 158
9 2010 118 186 153
10 2011 121 166 144
11 2012 170 168 169
12 2013 173 159 166

Kesimpulan :

Table 2.2. Hujan Rerata

Tahu Rata-
No
n Rata

1 2002 157
2 2003 132
3 2004 144
4 2005 134
5 2006 121
6 2007 143
7 2008 144
8 2009 158
9 2010 153
10 2011 144
11 2012 169
12 2013 166
3. ANALISIS FREKUENSI HUJAN

UNIVERSITAS SAM RATULANGI HARTO AKBAR KANOLI - 14021101069


FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN SIPIL
PERENCANAAN BANGUNAN AIR

Analisis hujan rencana adalah analisis untuk mendapatkan besaran curah hujan yang direncanakan
akan terjadi di daerah penelitian. Untuk analisis ini digunakan analisis frekwensi hujan. Dalam
analisis hidrologi ada 4 jenis distribusi Frekwensi yang sering digunakan yaitu:

1. Distribusi Frekwensi Normal


2. Distribusi Frekwensi Log - Normal
3. Distribusi Frekwensi Gumbell
4. Distribusi Frekwensi Log – Pearsson Tipe-III

Rumus distribusi frekuensi

Analisis hidrologi terhadap data curah hujan yang ada harus sesuai dengan tipe distribusi
datanya. Tipe distribusi yang umum digunakan dalam analisis hidrologi adalah Distribusi normal, Log
normal, Gumbel, dan Log Pearson – III.
a. Distribusi Frekuensi Normal
Distribusi normal disebut juga distribusi Gauss. Distribusi ini dirumuskan sebagai berikut:

X TR = X́ +S . K

b. Distribusi Frekuensi Log – normal


Distribusi log normal merupakan hasil transportasi dari distribusi normal dengan merubah
variant x menjadi data logaritmik

´ + SLog . K
log X TR = LogX

c. Distribusi Frekuensi Gumbel


Tipe distribusi ini umumnya digunakan untuk analisis data maksimum.

X TR = X +S . K TR

1
{ (
K TR =0.78 [−¿ −ln 1−
TR )}
]

d. Distribusi Frekuensi Log Pearson tipe III

UNIVERSITAS SAM RATULANGI HARTO AKBAR KANOLI - 14021101069


FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN SIPIL
PERENCANAAN BANGUNAN AIR

Distribusi ini merupakan hasil transformasi dari distribusi pearson tipe III dengan merubah variant
x menjadi data logaritmik dengan rumus:
´ + SLog . K TRCS
log X TR = LogX

Dimana: X : Curah hujan rata-rata


Log X TR : Nilai curah hujan tergantung pada TR dalam Log
S : Standar deviasi
K : Faktor frekuensi untuk distribusi normal yang tergantung
pada TR (dari table)
K TR : Faktor frekuensi Gumbel
K TRCS : Faktor frekuensi Pearson (Dari table dengan memperhatikan nilai Cs)

Distribusi frekuensi apa yang akan digunakan, tergantung dari jenis sebaran data yang ada.

Penentuan jenis sebaran data

Jenis sebaran data dapat diperkirakan dari parameter statistiknya. Parameter statistic yang
akan dilihat adalah mean, standard deviasi (s) , koefisien skewness (Cs), koefisien kurtosis (Ck), dan
koefisien variasi (Cv).
Untuk menghitung parameter parameter statistic tersebut digunakan rumus sebagai berikut:
a. Mean (X)

Mean adalah rata – rata dari suatu variable. Harga ini hanya dapat digunakan secara
menguntungkan bila sampai terdiri dari sejumlah observasi yang tidak terlalu besar

n
1
X = ∑ Xl
n i=1
Dengan: X = Curah hujan rata rata (mm)
Xl = Nilai curah hujan pada tahun pengamatan
n =Jumlah data curah hujan

Untuk perhitungan dalam nilai log seperti pada data analisis data outlier maka persamaan
diatas harus diubah dulu kedalam bentuk logaritmik, sehingga menjadi:

n
1
log x= ∑ Xl
n i=1
Dengan: Log X = Curah hujan rata rata dalam bentuk log (mm)
Log Xl = Nilai curah hujan pada tahun pengamatan dalam log
n =Jumlah data curah hujan
b. Standard deviasi (S)

UNIVERSITAS SAM RATULANGI HARTO AKBAR KANOLI - 14021101069


FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN SIPIL
PERENCANAAN BANGUNAN AIR

Standar defiasi atau simpangan baku adalah suatu nilai pengukuran disperse terhadap data
yang dikumpulkan. Untuk data yang kurang dari 100 digunakan rumus Fisher dan Wicks dalam
menghitung standar deviasi

n
S=
√ 1
n−1 ∑
i=1
( Xl−X )2

Dengan: X = Curah hujan rata rata (mm)


Xl = Nilai curah hujan pada tahun pengamatan
S = Standar deviasi
n = Jumlah data curah hujan

Untuk perhitungan dalam nilai log seperti pada data analisis data outlier maka persamaan
diatas harus diubah dulu kedalam bentuk logaritmik, sehingga menjadi:

n
SLog=
√1

n−1 i=1
( log Xl−log X )2

Dengan: Log X = Curah hujan rata rata dalam bentuk log (mm)
Log Xl = Nilai curah hujan pada tahun pengamatan dalam log
Slog = Standar deviasi dalam log
n =Jumlah data curah hujan
c. Koefisien Variasi (Cv)

Koefisien Variasi (Coeffisient of Variation) adalah nilai perbandingan antara deviasi standard
dengan rata – rata hitung dari suatu distribusi. Semakin besar nilai variasi berarti datanya kurang
merata (heterogen). Semakin kecil berarti data pengamatan semakin merata (homogeny).
Koefisien variasi dapat dihitung dengan rumus:

S
Cv=
X
Dengan: X = Curah hujan rata rata (mm)
Cv = Koefisien Variasi
S = Standar deviasi

d. Koefisien Skewness

Kemencengan (Skewness) adalah suatu nilai yang menunjukkan derajat ketidak simetrisan
dari suatu bentuk distribusi. Apabila suatu kurva dari suatu distribusi mempunyai skor

UNIVERSITAS SAM RATULANGI HARTO AKBAR KANOLI - 14021101069


FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN SIPIL
PERENCANAAN BANGUNAN AIR

memanjang ke kanan atau ke kiri terhadap titik pusat maksimum maka kurva tersebut tidak akan
berbentuk simetris. Keadaan itu disebut menceng ke kanan atau ke kiri.

n
n ∑ (Xl− X)2
i=1
Cs= 3
Dengan X (n−1)(n−2)s
= Curah hujan rata rata (mm)
Xl = Nilai curah hujan pada tahun pengamatan
S = Standar deviasi
n =Jumlah data curah hujan
Cs = Koefisien Skewness

Untuk perhitungan dalam nilai log seperti pada data analisis data outlier maka persamaan
diatas harus diubah dulu kedalam bentuk logaritmik, sehingga menjadi:

n
2
n ∑ ( log Xl−log X )
i=1
Cs log= 3
Dengan Log X = Curah hujan
( n−1 )rata rata
( n−2 dalam
) slog log (mm)
Log Xl = Nilai curah hujan pada tahun pengamatan dalam log
S log = Standar deviasi dalam log
n =Jumlah data curah hujan
Cs = Koefisien Skewness

e. Koefisien Kurtosis (Ck)

Koefisien Kurtosis ini dimaksudkan untuk mengukur keruncingan dari bentuk kurva
distribusi, yang umumnya dibandingkan dengan distribusi normal. Koefisien Kurtosis digunakan
untuk menentukan keruncingan kurva distribusi. Koefisien Kurtosis ini dapat dihitung dengan
menggunakan rumus:
n
1
∑ ( Xl−X )4
n
Ck= i=1 4
S
Dengan X = Curah hujan rata rata (mm)
Xl = Nilai curah hujan pada tahun pengamatan
S = Standar deviasi
n =Jumlah data curah hujan
Ck = Koefisien Kurtosis

Syarat Penentuan jenis sebaran data

Syarat penentuan jenis sebaran data dapat dilihat dari table berikut:

Jenis Distribusi Syarat Parameter Statistik


Dist Normal Cs = 0 (mendekati 0)

UNIVERSITAS SAM RATULANGI HARTO AKBAR KANOLI - 14021101069


FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN SIPIL
PERENCANAAN BANGUNAN AIR

Ck  3
Cs  Cv3 + 3Cv
Dist. Log Normal
Ck  Cv8 + 6Cv6 + 15Cv4 + 16Cv2 + 3
Cs  1.14
Dist. Gumbel
Ck  5.4
Dist Log Pearson Tipe III Jika tidak memenuhi ketiga syarat di atas
Analisis Parameter Statistik Data

Menentukan Perkiraan Jenis Sebaran Data Berdasarkan Parameter Statistik

n = 12

TAHUN DATA HUJAN (mm) (X - Xbar) (X - Xbar)^2 (X - Xbar)^3 (X - Xbar)^4


2002 153 18.6 346.0 6434.9 119688.3
2002 134 -0.4 0.2 -0.1 0.0
2003 157 22.6 510.8 11543.2 260875.8
2004 129 -5.4 29.2 -157.5 850.3
2005 110 -24.4 595.4 -14526.8 354453.5
2006 141 6.6 43.6 287.5 1897.5
2007 138 3.6 13.0 46.7 168.0
2008 143 8.6 74.0 636.1 5470.1
2009 118 -16.4 269.0 -4410.9 72339.5
2010 121 -13.4 179.6 -2406.1 32241.8
sigma 1344.0 0.0 2060.4 -2553.1 847984.8
Xbar 134.4

Pertama tama harus mencari CS, CSlog, S, Slog, Ck, dan Cv untuk menentukan tipe distribusi terbaik.

n
1
S=
√ 1

( n−1 ) i=1 √
2
( X i −X ) ¿ (11) x 2230.14000 =12.1314232

n
3
n ∑ ( X i−X )
i=1
CS=
(n−1)(n−2)¿ ¿

12 x (−3213.8160)
¿
(12−1)(12−2)(14.238683 )

= -0.1178571

UNIVERSITAS SAM RATULANGI HARTO AKBAR KANOLI - 14021101069


FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN SIPIL
PERENCANAAN BANGUNAN AIR

n
2
Ck=n ∑ ¿¿¿
i=1

122 x (916452.3894)
=
(12−1)(12−2)(12−3)(14.23868 4)

= 4.03339649

S 14.23868
Cv= = = 0.09026357
x 1470000026

Hasil analisi statistic data


Dari hasil analisi statistik data, didapat seperti pada table berikut:

Syarat Parameter
Jenis Distribusi Parameter Statistik Kesimpulan
Statistik
Data
Cs = 0 (mendekati 0) CS = -0.12 Cs  0 Tidak
Dist Normal
Ck  3 Ck = 3.243 Ck  3 diterima
Cs  Cv3 + 3Cv CS = 0.292 0.292 -0.8909
Dist. Log Tidak
Normal Ck  Cv8 + 6Cv6 + diterima
15Cv4 + 16Cv2 + 3 Ck = 3.152 3.152 
Cs  1.14     1.14  -0.12 Tidak
Dist. Gumbel
Ck  5.4     5.4  3.243 diterima
Dist Log Pearson Jika tidak memenuhi
Diterima
Tipe III ketiga syarat di atas      
dimana:  
Cv = 0.09026357

Kesimpulan

Dari hasil yang diperoleh di atas dapat dilihat bahwa hasil perhitungan Cs, Cv, Ck tidak
memenuhi untuk ketiga tipe distribusi (Normal, Log Normal, Gumbel). Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa jenis sebaran yang cocok adalah : Tipe Distribusi Log Pearson – III

Menghitung Hujan Rencana

Untuk mengnalisis hujan recana menggunakan sebaran tipe Log Pearson -III

log XTR = log X + S log . K TR,CS


Dimana :

UNIVERSITAS SAM RATULANGI HARTO AKBAR KANOLI - 14021101069


FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN SIPIL
PERENCANAAN BANGUNAN AIR

KTR,CS = faktor Frekuensi Pearson yang dapat dilihat dari tabel pearson dengan
memperhitungkan nilai Cs

log XTR = Curah hujan tergantung pada TR dalam log

S = Standar Deviasi

K = Faktor Frekuensi

TAHUN DATA HUJAN (mm) (X - Xbar) (X - Xbar)^2 (X - Xbar)^3 (X - Xbar)^4


2002 153 18.6 346.0 6434.9 119688.3
2002 134 -0.4 0.2 -0.1 0.0
2003 157 22.6 510.8 11543.2 260875.8
2004 129 -5.4 29.2 -157.5 850.3
2005 110 -24.4 595.4 -14526.8 354453.5
2006 141 6.6 43.6 287.5 1897.5
2007 138 3.6 13.0 46.7 168.0
2008 143 8.6 74.0 636.1 5470.1
2009 118 -16.4 269.0 -4410.9 72339.5
2010 121 -13.4 179.6 -2406.1 32241.8
sigma 1344.0 0.0 2060.4 -2553.1 847984.8
Xbar 134.4

n
1
Slog =
√ ∑ (log X i−log X )2
(n−1) i=1

1
¿
√ (10−1)
x 0.0255 = 0.05270

n
n ∑ (log X i−log X)3
i=1
CSlog =
(n−1)( n−2)¿ ¿

10 x (−0.0012)
=
(10−1)(10−2)(0.048153)

10 x (0.0012)
=
( 11 ) (10 ) ( 0.048153 )

= 0.131846

UNIVERSITAS SAM RATULANGI HARTO AKBAR KANOLI - 14021101069


FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN SIPIL
PERENCANAAN BANGUNAN AIR

Maka harga – harga G (koefisien Person) di dapat dari tabel untuk harga Cs = -0.1178571,
sehingga diperoleh nilai – nilai K untuk rencana periode ulang tertentu seperti tertera pada tabel di
bawah ini:

Menentukan K TR dengan melihat table Log Pearson III dengan memperhitungkan nilai dari CSlog

CSlog =1.1753935 (lakukan Interpolasi)

Interpolasi

UNIVERSITAS SAM RATULANGI HARTO AKBAR KANOLI - 14021101069


FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN SIPIL
PERENCANAAN BANGUNAN AIR

Return Period in
CS Years
25 50

1.0 2.542 3.022

1.1 2.585 3.087

1.2 2.626 3.149

1.3 2.666 3.211

Untuk K50

Return Period in
CS Years
25 50
1 1.488 1.663

0.9 1.448 1.606

1.175394 2.616 3.134

-0.9 1.407 1.549

-1 1.366 1.492

Perhitungan di lakukan dengan Excel dengan formula forecast.

log X TR =log x + Slog∗K TR.CS

log X 30=¿2.166 + 0.04857 * 3.134


=2.166 + 0.0982
= 2.237

X 50=172.4502195mm

Kesimpulan

Dari hasil analisis hujan rencana di dapatkan besaran hujan recana seperti ditunjukan pada
table berikut
Kala Ulang (Tahun) Hujan Rencana (mm)

50 172.4502195

UNIVERSITAS SAM RATULANGI HARTO AKBAR KANOLI - 14021101069


FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN SIPIL
PERENCANAAN BANGUNAN AIR

METODE HSS SNYDER


Berdasarkan hasil penyelidikan sejumlah kejadian banjir di Amerika dengan luas 30 – 30.000
km2, Snyder (1938) mengembangkan rumus-rumus empiris untuk menurunkan hidrograf
satuan. Menurut Snyder bahwa karakteristik DAS yang mempunyai pengaruh terhadap
hidrograf satuan antara lain :

- Luas DAS
- Bentuk DAS
- Topografi
- Kemiringan Saluran
- Kerapatan Sungai, dan
- Daya tampunga saluran.
3 parameter UH sintetis Snyder :

- Lebar dasar hidrograf


- Debit puncak, dan
- Keterlambatan DAS (basin lag).

UNIVERSITAS SAM RATULANGI HARTO AKBAR KANOLI - 14021101069


FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN SIPIL
PERENCANAAN BANGUNAN AIR

Parameter Fisik

L= 10.167 Km

A= 14.144 km2

Lc = 2 Km

Parameter Non Fisik

Ct = 1.1

Cp = 0.69

n= 0.3

1. Menghitung waktu dari titim berat hujan ke debit puncak (tp)

tp = Ct (L x Lc)n

2.214337
tp = 7 Jam

L = Panjang sungai Utama (km)

Lc = Panjang sungai dari titik berat DAS ke Outlet (km)

UNIVERSITAS SAM RATULANGI HARTO AKBAR KANOLI - 14021101069


FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN SIPIL
PERENCANAAN BANGUNAN AIR

tp = Waktu dari titik berat curah hujan efektif ke puncak banjir

C1,n = koefisien tergantung dari karakteristik daerah pengalirannya

2. Menghitung curah hujan efektif (te)

te = tp/5,5

0.402606
te = 9 Jam

3. Menghitung waktu untuk menuju puncak (Tp)

tr = 1 Jam te = lamanya curah hujan efektif

Tp = 2.7143377 Jam Jika te > tr , t'p= tp + 0.25(tr - tc)

Jika te < tr , Tp = tp + 0.5 tr

Sehingga didapat waktu untuk mencapai debit maksimum Tp = t'p + 0.5(tr - tc)

4. Menghitung debit maksimum hidrograf satuan (Qp)

qp = 0.0866264 m3/det/km2

Qp = 1.1802841 m3/det

5. Perhitungan absis (nilai x)

x= t/Tp

6. Perhitungan koefisien I dan a

I= 0.235

a= 0.153

7. Perhitungan besarnya ordinat y

y=

9. Perhitungan besarnya Base Flow

BF = 0.4715 A0.6444 D0.9430

0.4715x13.6250.6444x(54/13.625)0.
9430
BF =

BF = 6.986

A = Luas DAS

UNIVERSITAS SAM RATULANGI HARTO AKBAR KANOLI - 14021101069


FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN SIPIL
PERENCANAAN BANGUNAN AIR

D = Kerapatan jaringan kuras, jumlah panjang sungai semua tingkat tiap satuan luas DAS

UNIVERSITAS SAM RATULANGI HARTO AKBAR KANOLI - 14021101069


FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN SIPIL
PERENCANAAN BANGUNAN AIR

x=
(1- -a((1 -
(t / (1 - x)2 a Y
x)2/x x)2 / x)
t tp) Qt
(jam)             (m3/det/mm)
0 0 1 0 0.15325 0 0 0
0.398
1 0.368 9 1.083 0.15325 -0.1659 0.682446659 0.805480919
0.069
2 0.737 3 0.094 0.15325 -0.0144 0.967375356 1.141777721
0.011
3 1.105 1 0.01 0.15325 -0.0015 0.996470053 1.176117728
0.224
4 1.474 3 0.152 0.15325 -0.0233 0.947696363 1.118550919
2.71433
8 1 0 0 0.15325 0 1 1.180284068
0.709
5 1.842 1 0.385 0.15325 -0.059 0.872988393 1.030374292
1.465
6 2.21 3 0.663 0.15325 -0.1016 0.791434304 0.934117301
2.492
7 2.579 9 0.967 0.15325 -0.1481 0.710983695 0.839162728
8 2.947 3.792 1.287 0.15325 -0.1972 0.635079937 0.749574731
5.362
9 3.316 6 1.617 0.15325 -0.2479 0.565127531 0.667011021
7.204
10 3.684 6 1.956 0.15325 -0.2997 0.501544025 0.591964423
9.318
11 4.053 1 2.299 0.15325 -0.3524 0.444253964 0.524345876
11.70
12 4.421 3 2.647 0.15325 -0.4057 0.392937341 0.463777684
14.35
13 4.789 9 2.998 0.15325 -0.4595 0.347160639 0.409748171
17.28
14 5.158 7 3.352 0.15325 -0.5136 0.306447956 0.36169564
20.48
15 5.526 7 3.707 0.15325 -0.5681 0.270320037 0.319054433
23.95
16 5.895 7 4.064 0.15325 -0.6228 0.238315421 0.281279894
17 6.263 27.7 4.423 0.15325 -0.6778 0.210001378 0.247861281
31.71
18 6.631 3 4.782 0.15325 -0.7329 0.184978912 0.218327663
35.99
19 7 8 5.143 0.15325 -0.7881 0.162884292 0.192249735
40.55
20 7.368 5 5.504 0.15325 -0.8435 0.143388579 0.169239255
45.38
21 7.737 3 5.866 0.15325 -0.899 0.126196021 0.148947153
50.48
22 8.105 3 6.228 0.15325 -0.9545 0.11104186 0.131060938
23 8.474 55.85 6.592 0.15325 -1.0102 0.097689862 0.115301788
UNIVERSITAS SAM RATULANGI HARTO AKBAR KANOLI - 14021101069
FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN SIPIL
PERENCANAAN BANGUNAN AIR

4
61.49
24 8.842 6 6.955 0.15325 -1.0659 0.085929792 0.101421565
25 9.21 67.41 7.319 0.15325 -1.1216 0.075574928 0.089199883
73.59
26 9.579 5 7.683 0.15325 -1.1774 0.066459702 0.078441328
80.05
27 9.947 2 8.048 0.15325 -1.2333 0.058437501 0.068972852
28 10.32 86.78 8.413 0.15325 -1.2892 0.051378634 0.060641384
29 10.68 93.78 8.778 0.15325 -1.3452 0.045168486 0.053311644
101.0
30 11.05 5 9.143 0.15325 -1.4011 0.039705837 0.046864167
108.5
31 11.42 9 9.508 0.15325 -1.4572 0.034901358 0.041193517
116.4
32 11.79 1 9.874 0.15325 -1.5132 0.030676256 0.036206696
124.4
33 12.16 9 10.24 0.15325 -1.5693 0.026961059 0.031821709
132.8
34 12.53 5 10.61 0.15325 -1.6254 0.023694546 0.027966295
141.4
35 12.89 8 10.97 0.15325 -1.6815 0.020822776 0.024576791
150.3
36 13.26 8 11.34 0.15325 -1.7376 0.018298246 0.021597128
159.5
37 13.63 5 11.7 0.15325 -1.7937 0.016079126 0.018977937
168.9
38 14 9 12.07 0.15325 -1.8499 0.014128596 0.016675756
178.7
39 14.37 1 12.44 0.15325 -1.9061 0.012414247 0.014652338
188.6
40 14.74 9 12.8 0.15325 -1.9623 0.010907563 0.012874022
198.9
41 15.1 5 13.17 0.15325 -2.0185 0.009583454 0.011311198
209.4
42 15.47 8 13.54 0.15325 -2.0747 0.008419849 0.009937814
220.2
43 15.84 8 13.9 0.15325 -2.1309 0.007397336 0.008730958
231.3
44 16.21 5 14.27 0.15325 -2.1872 0.006498841 0.007670478
242.6
45 16.58 9 14.64 0.15325 -2.2434 0.00570935 0.006738655
254.3
46 16.95 1 15.01 0.15325 -2.2997 0.005015663 0.005919907
266.1
47 17.32 9 15.37 0.15325 -2.3559 0.004406172 0.005200534
278.3
48 17.68 5 15.74 0.15325 -2.4122 0.003870673 0.004568494
290.7
49 18.05 8 16.11 0.15325 -2.4685 0.003400197 0.004013198
UNIVERSITAS SAM RATULANGI HARTO AKBAR KANOLI - 14021101069
FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN SIPIL
PERENCANAAN BANGUNAN AIR

303.4
50 18.42 8 16.47 0.15325 -2.5248 0.002986858 0.00352534
316.4
51 18.79 5 16.84 0.15325 -2.5811 0.002623725 0.003096741
52 19.16 329.7 17.21 0.15325 -2.6374 0.002304708 0.00272021
343.2
53 19.53 1 17.58 0.15325 -2.6937 0.002024452 0.002389429
54 19.89 357 17.94 0.15325 -2.75 0.001778253 0.002098844
371.0
55 20.26 5 18.31 0.15325 -2.8063 0.001561976 0.001843575
385.3
56 20.63 8 18.68 0.15325 -2.8626 0.001371987 0.001619335
399.9
57 21 8 19.05 0.15325 -2.919 0.001205094 0.001422354
414.8
58 21.37 6 19.41 0.15325 -2.9753 0.001058492 0.001249321
59 21.74 430 19.78 0.15325 -3.0317 0.000929715 0.001097328
445.4
60 22.1 1 20.15 0.15325 -3.088 0.000816597 0.000963817
61 22.47 461.1 20.52 0.15325 -3.1443 0.000717236 0.000846543
477.0
62 22.84 6 20.89 0.15325 -3.2007 0.00062996 0.000743532
493.2
63 23.21 9 21.25 0.15325 -3.257 0.000553299 0.000653051
509.7
64 23.58 9 21.62 0.15325 -3.3134 0.000485964 0.000573576
526.5
65 23.95 6 21.99 0.15325 -3.3698 0.00042682 0.000503769
66 24.32 543.6 22.36 0.15325 -3.4261 0.000374872 0.000442455
560.9
67 24.68 2 22.72 0.15325 -3.4825 0.000329243 0.000388601
578.5
68 25.05 1 23.09 0.15325 -3.5389 0.000289167 0.0003413
596.3
69 25.42 6 23.46 0.15325 -3.5952 0.000253968 0.000299754
614.4
70 25.79 9 23.83 0.15325 -3.6516 0.000223052 0.000263264
632.8
71 26.16 9 24.2 0.15325 -3.708 0.000195898 0.000231215
651.5
72 26.53 7 24.56 0.15325 -3.7643 0.000172049 0.000203067
670.5
73 26.89 1 24.93 0.15325 -3.8207 0.000151103 0.000178344
689.7
74 27.26 3 25.3 0.15325 -3.8771 0.000132706 0.00015663
709.2
75 27.63 1 25.67 0.15325 -3.9335 0.000116548 0.00013756
728.9
76 28 7 26.04 0.15325 -3.9899 0.000102357 0.000120811
77 28.37 749 26.4 0.15325 -4.0463 8.98939E-05 0.0001061
UNIVERSITAS SAM RATULANGI HARTO AKBAR KANOLI - 14021101069
FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN SIPIL
PERENCANAAN BANGUNAN AIR

78 28.74 769.3 26.77 0.15325 -4.1027 7.89479E-05 9.31809E-05


789.8
79 29.1 7 27.14 0.15325 -4.1591 6.93344E-05 8.18343E-05
810.7
80 29.47 2 27.51 0.15325 -4.2154 6.08913E-05 7.1869E-05
831.8
81 29.84 3 27.88 0.15325 -4.2718 5.34761E-05 6.3117E-05
853.2
82 30.21 2 28.24 0.15325 -4.3282 4.69638E-05 5.54306E-05
874.8
83 30.58 8 28.61 0.15325 -4.3846 4.12444E-05 4.86801E-05
896.8
84 30.95 1 28.98 0.15325 -4.441 3.62214E-05 4.27516E-05
919.0
85 31.32 1 29.35 0.15325 -4.4974 3.18101E-05 3.75449E-05
941.4
86 31.68 8 29.72 0.15325 -4.5538 2.79359E-05 3.29723E-05
964.2
87 32.05 3 30.08 0.15325 -4.6102 2.45334E-05 2.89564E-05
987.2
88 32.42 4 30.45 0.15325 -4.6666 2.15453E-05 2.54296E-05
1010.
89 32.79 5 30.82 0.15325 -4.7231 1.89211E-05 2.23323E-05
1034.
90 33.16 1 31.19 0.15325 -4.7795 1.66165E-05 1.96122E-05
1057.
91 33.53 9 31.56 0.15325 -4.8359 1.45926E-05 1.72234E-05
33.8 31.9 0.1532
92 9 1082 2 5 -4.8923 1.28151E-05 1.51254E-05
1106.
93 34.26 4 32.29 0.15325 -4.9487 1.12541E-05 1.3283E-05
94 34.63 1131 32.66 0.15325 -5.0051 9.88324E-06 1.1665E-05
95 35 1156 33.03 0.15325 -5.0615 8.67934E-06 1.02441E-05
1181.
96 35.37 1 33.4 0.15325 -5.1179 7.62207E-06 8.99621E-06
1206.
97 35.74 6 33.76 0.15325 -5.1743 6.69358E-06 7.90032E-06
1232.
98 36.1 3 34.13 0.15325 -5.2308 5.87818E-06 6.93792E-06
1258.
99 36.47 3 34.5 0.15325 -5.2872 5.1621E-06 6.09274E-06
1284.
100 36.84 6 34.87 0.15325 -5.3436 4.53324E-06 5.35051E-06

10. Menghitung Debit Banjir Rancangan

Hitung debit banjir dengan kala ulang 50 tahun, Jika diketahui = 172.4502195mm

1. Ubah hujan rencana (harian) menjadi distribusi jam-jaman dengan menggunakan pola

UNIVERSITAS SAM RATULANGI HARTO AKBAR KANOLI - 14021101069


FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN SIPIL
PERENCANAAN BANGUNAN AIR

distribusi hujan yang diketahui.


Pola distribusi hujan daerah Manado:

Jam ke- 1 2 3 4 5 6 7 8

% hujan 51 25 9 5 4 3 2 1

Distribusi hujan jam-jaman

Jam ke- 1 2 3 4 5 6 7 8
Hujan 87.949611 8.62251097 6.8980087 5.17350658 3.4490043 1.724502
43.1126 15.52052
(mm) 9 5 8 5 9 2

2. Hitung hujan efektif (Hujan yang menyebabkan limpasan di sungai)

P efektif = P – losses
Losses diambil = 5 mm
Jam ke- 1 2 3 4 5 6 7 8
- -
P efektif 82.949611 10.5205 3.62251097 1.8980087 0.17350658 1.5509956 3.275497
(mm) 9 38.1126 2 5 8 5 1 8

UNIVERSITAS SAM RATULANGI HARTO AKBAR KANOLI - 14021101069


FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN SIPIL
PERENCANAAN BANGUNAN AIR

3. Kalikan hujan efektif ke hidrograf satuan.

UNIVERSITAS SAM RATULANGI HARTO AKBAR KANOLI - 14021101069


FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN SIPIL
PERENCANAAN BANGUNAN AIR

UNIVERSITAS SAM RATULANGI HARTO AKBAR KANOLI - 14021101069


FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN SIPIL
PERENCANAAN BANGUNAN AIR

Kesimpulan

Dari perhitungan HSS dua metode sebelumnya didapat debit air masing-masing :

Metode Snyder : 167.472 m 3/det,

Metode SCS : 731.25 m 3/det

Maka, diambil debit air terbesar 731.25 m 3/det dari metode SCS.

UNIVERSITAS SAM RATULANGI HARTO AKBAR KANOLI - 14021101069


FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN SIPIL
PERENCANAAN BANGUNAN AIR

ANALISA PERHITUNGAN HIDROLIS BENDUNG


1. Perhitungan Tinggi Banjir Rencana di Hilir Bendungan (Tail Water)
Untuk menghitung tinggi air maksimum pada bendung digunakanrumus:
2/3 1 /2
ν=
1
n
R S (Manning)
A
R=
P
Q=v× A
Dimana:
v = kecepatan aliran (m/det)
Q = debit (m3/det)
R = jari-jari hidrolis
A = luas penampang basah (m2)
P = keliling basah (m)
S = kemiringan sungai rata-rata
n = koefisien kekasaran bahan

Diambil n = 0.035 (untuk saluran tidak beraturan)


Kemiringan dasar sungai.
- Elevasi Hulu = +1260 m
- Elevasi Hilir = + 602 m
- Kemiringan dasar saluran= (Elevasi hulu – Elevasi hilir)/ panjang sungai

1372,73−225 1260−602
= 8900 658

= 0.136

BnB
n

hh
1
m
b
b

UNIVERSITAS SAM RATULANGI HARTO AKBAR KANOLI - 14021101069


FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN SIPIL
PERENCANAAN BANGUNAN AIR

Dengan b = 30 m dan m = 1
Untuk penampang trapezium :
A=( b+mh ) h=( 30+ h ) h
P=b+2 h √ 1+m 2=30+ 2h √ 2
A
R=
P
Tabel coba-coba tinggi muka air maksimum :

B H A P R V Q
30 1 31 32.82843 0.944304 3.130973 97.06017
30 1.8 57.24 35.09117 1.63118 9.342426 534.7605
30 1.9 60.61 35.37401 1.713405 10.30804 624.7702
30 2 64 35.65685 1.794886 11.31176 723.9523
30 2.007 64.23805 35.67665 1.800563 11.38342 731.2484

Syarat Q coba-coba = Q desain : 731.2484 m 3/det = 731.25 m3/det

Didapat; h = 2.007 m
V = 11.38 m/det
Lebar sungai;

Bn=b+ ( hm ) =30+ ( 2.007 x 1 )=32.007 m

2. Perhitungan Hidrolis Bendung

a. Penentuan tinggi elevasi mercu bendung


Menentukan tinggi elevasi mercu bendung oleh beberapa faktor, sebagai patokan dapat
digunakan angka-angka sebagai berikut:
- Elevasi sawah tertinggi = 605 m
- Tinggi muka air sawah = 0,1 m
- Kehilangan tekanan air dari saluran tersier ke sawah = 0,1 m
Kehilangan tekanan air dari saluran sekunder ke saluran
- = 0,1 m
tersier
Kehilangan tekanan air dari saluran primer ke saluiran
- = 0,1 m
sekunder
- Kehilangan tekanan air akibat kemiringan = 0,15 m
- Kehilangan air dari sungai ke saluran primer = 0,2 m
- Kehilangan air akibat eksploitasi = 0,1 m
- Kehilangan tekanan air pada alat-alat ukur = 0,4 m
Kehilangan tekanan untuk bangunan-bangunan
- = 0,25 m
lain
- Elevasi mercu bendung = 606.5 m
UNIVERSITAS SAM RATULANGI HARTO AKBAR KANOLI - 14021101069
FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN SIPIL
PERENCANAAN BANGUNAN AIR

a. Perhitungan tinggi bendung


Tinggi bendung adalah jarak antara lantai muka bendung sampai pada puncak bendung.
Diketahui:

- Elevasi sawah tertinggi = 605 M

- Elevasi dasar sungai di lokasi bendung = 600 M

- Elevasi mercu bendung = 606.5 M

- Tinggi mercu bendung (elevasi mercu - elevasi dasar sungai) = 606.5-600 M

= 6.5 M

b. Perhitungan lebar bendung


Lebar bendung, yaitu jarak antara pangkal-pangkalnya (abutmen), sebaiknya sama
dengan lebar rata-rata sungai pada bagian yang stabil.
Lebar maksimum bendung hendaknya tidak lebih dari dari 1,2 kali lebar rata-rata sungai
pada ruas yang stabil.
Lebar maksimum bendung = 1,2b
= 1,2(30)
= 36 m
Lebar efektif bendung adalah lebar bendung yang bermanfaat untuk melewatkan debit.
Lebar efektif bendung lebih kecil dari lebar bendung dikarenakan adanya pilar dan pintu
penguras.
Rumus:

Be =B−2 ( n K p + K a ) H 1

Dimana:
Be = lebar efektif mercu (m)
B = lebar mercu bendung (m)
n = jumlah pilar
Kp = koefisien kontraksi pilar
Ka = koefisien kontraksi pangkal bendung
H1 = tinggi energi (m)

Be =36−2 ( 2 x 0,01+ 0,2 ) H 1

UNIVERSITAS SAM RATULANGI HARTO AKBAR KANOLI - 14021101069


FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN SIPIL
PERENCANAAN BANGUNAN AIR

Be =36−2 ( 2 x 0,01+ 0,2 ) H 1


Be =36−0,44 H 1
Harga-harga koefisien Kp dan Ka diberikan pada tabel 4.1 (KP 02 Bab IV), sebagai berikut:

b. Tinggi muka air maksimum di atas mercu bendung (h 1)


Mercu Bulat

K1

Gambar 5. Bendung dengan Mercu Bulat ( Sumber: KP 02–Bangunan Utama, Hlm. 52)
Dari gambar di atas tampak bahwa jari-jari mercu bendung pasangan batu akan berkisar
antara 0,3 sampai 0,7 kali H1maks dan untuk bendung beton dari 0,1 sampai 0,7 kali H 1maks.
Persamaan tinggi energi debit untuk bendung ambang pendek dengan pengontrolan segi
empat adalah:

UNIVERSITAS SAM RATULANGI HARTO AKBAR KANOLI - 14021101069


FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN SIPIL
PERENCANAAN BANGUNAN AIR

2 2
Q=Cd

3 3
g Be H 11,5

Dimana:
Q = debit (m3/det)
Cd = koefisien debit (Cd = C0 x C1 x C2)
g = percepatan gravitasi (9,81 m/det2)
Be = lebar efektif mercu (m)
H1 = tinggi energi (m)
P = tinggi mercu bendung = 6,5 m

H1 dicari dengan cara coba-coba dengan kontrol nilai Q coba harus sama dengan atau
mendekati nilai Q desain.
Contoh (Percobaan I):
Diketahui: Q desain = 731.25 m3/det
g = 9,81 m/det2
P = 6,5 m
Be = 36-0,44H1
Dicoba: H1 = 5.168 m
Sehingga:
r =0,5 H 1=0,5 x 5.168=2.584 m

Be=36 – 0,44 x 5.168=¿33.726m

Nilai C0, C1, dan C2 diambil dari grafik-grafik dibawah ini:

UNIVERSITAS SAM RATULANGI HARTO AKBAR KANOLI - 14021101069


FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN SIPIL
PERENCANAAN BANGUNAN AIR

Gambar 6. Harga-harga koefisien C0 untuk bendung ambang bulat sebagai fungsi perbandingan H 1/r
(Sumber: KP 02–Bangunan Utama, Hlm. 53)
H1/r = 5.168/2.584 = 2
dari grafik; C0 = 1,33

Gambar 7. Koefisien C1 sebagai fungsi perbandingan P/H1 (Sumber: KP 02–Bangunan Utama, Hlm. 54)

1.2
0.8

2,6

1.2
P/H1 = 6,5/5.18 = 1.2
dari grafik; C1 = 0.8

Gambar 8. Harga-harga Koefisien C2 untuk Bendung Mercu Tipe Ogee dengan Muka Hulu
melengkung (Sumber: KP 02–Bangunan Utama, Hlm. 54)
P/H1 = 6,5/5.168 = 1.2
dari grafik; C2 = 0.99

UNIVERSITAS SAM RATULANGI HARTO AKBAR KANOLI - 14021101069


FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN SIPIL
PERENCANAAN BANGUNAN AIR

Cd=C 0 x C 1 x C 2=1,33 x 1.2 x 0.99=1,6

maka,

2 2
Q=Cd

3 3
g Be H 11,5

2 2
Q=1,6 x
3
x
3 √
x 9,81 x 27.73 x 5.168 1,5=888.69m3/det

Dari hasil perhitungan Q coba ≠ Q desain, maka lanjut percobaan berikutnya. Dibawah ini
merupakan tabel lengkap trial and error nilai H1.

H1 r Be H1/r P/H1 C0 C1 C2 Cd Q
5 2.5 33.8 2 1.3 1.33 0.99 0.99 1.303533 839.83
1232.8
6.5 3.25 33.14 2 1 1.33 1 0.99 1.3167
4
1.0483 1153.0
6.2 3.1 33.272 2 1.33 1 0.99 1.3167
9 6
1.4412 731.35
4.51 2.255 34.0156 2 1.33 1 0.99 1.3167
4 4
897.37
5.2 2.6 33.712 2 1.25 1.33 1 0.99 1.3167
5
947.16
5.4 2.7 33.624 2 1.2037 1.33 1 0.99 1.3167
2
1.1818
5.5 2.75 33.58 2 1.33 1 0.99 1.3167 972.32
2
Dari tabel diatas diperoleh Q coba (731.255 m 3/det) ≈ Q desain (731.25 m3/det),
maka: H1 = 4.5 m
r = 2.2 m
Be = 34.0156 m

Tinggi energi hulu (K1) dihitung dari muka air bagian hulu diatas mercu bendung. Untuk memperoleh
ini perlu dihitung faktor-faktor sebagai berikut:

a. Debit per satuan lebar (q)


Q 731.25
q= = =21.497 m2/det
Be 34.0156
b. Kedalaman kritis (hc)

q2
h c=

3

g
=1.299 m

c. Kecepatan di hulu bendung

UNIVERSITAS SAM RATULANGI HARTO AKBAR KANOLI - 14021101069


FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN SIPIL
PERENCANAAN BANGUNAN AIR

q
V 1= =1.953 m/det
(P+ H 1 )
maka,

V 12
K 1= =0.194 m
2g

Jadi, didapat tinggi muka air banjir di atas mercu (h 1):


h1 =H 1−K 1=4.316 m≈ 4.3 m
Dengan Q50 = 731.25 m3/det didapat kedalaman air di hulu mercu bendung adalah 4.3 m.
Elevasi muka air banjir di hulu mercu bendung =610.816m
Penentuan elevasi tembok pangkal bendung bagian hulu didasarkan pada elevasi debit
banjir Q50.
Elevasi tembok = elevasi muka air banjir + free board (jagaan)
 Menghitung tinggi jagaan
Untuk menentukan tinggi jagaan dipakai formula USBR (United State Bureau of
Reclamation); f =√ cy
dimana: f = jagaan (ft) (1 m3/det = 35,315 ft3/det)
y (h) = kedalaman air (ft) (1 m = 3,28084 ft)
c = koefisien (tergantung debit)
untuk Q ≤ 20 cfs; c = 1,5
Q ≥ 3000 cfs; c = 2,5
20 cfs < Q < 3000 cfs; 1,5 < c < 2,5 (interpolasi)
Q desain = 731.25 m3/det = 25824.1 ft3/det
karena; Q ≥ 3000 cfs, maka c = 2,5

f =√ cy= √ 2,5 x 10.1706=5.04 ft=1.53 m≈ 1.5 m (dibulatkan 1.5 m karena


menurut KP 02 Bangunan Utama, tinggi jagaan antara 0,75 s.d. 1,5 m.
Elevasi tembok = elevasi muka air banjir + free board (jagaan)
= 611.40 + 1.5 = 612.3 m

c. Tinggi muka air di hilir bendung (h2)


Perhitungan dalam menentukan tinggi muka air di hilir bendung ditentukan berdasarkan
rumus kontinuitas dan rumus Strickler, sebagai berikut:
2 1
V =K R 3 S 2

UNIVERSITAS SAM RATULANGI HARTO AKBAR KANOLI - 14021101069


FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN SIPIL
PERENCANAAN BANGUNAN AIR

A
R=
P
Q=V . A
Diketahui: Q = 731.25 m3/det
b = 36 m
S = 0.135
K = 45 (dari tabel Koef. Kekasaran Strickler untuk Q > 10,00)
m =1

Tabel Trial and Error Nilai h2

Elevasi b h2 A P R V Q
36 36 1.000 31.50 32.00 0.98 16.42 517.141
36 36 2.000 66.00 34.00 1.94 25.82 1703.904
36 36 3.000 103.50 36.00 2.88 33.54 3471.817
36 36 1.900 62.42 33.80 1.85 24.97 1558.578
36 36 1.700 55.34 33.40 1.66 23.23 1285.366
36 36 1.7098 55.68 33.42 1.67 23.32 1298.208
36 36 1.2250 39.00 32.45 1.20 18.75 731.431

Dari cara coba-coba diperoleh tinggi muka air di hilir bendung,


h2 = 1.2 m
Tinggi muka air banjir di hilir (H2):

V2
H2 = h2 + =¿ 19.152 m
2g

UNIVERSITAS SAM RATULANGI HARTO AKBAR KANOLI - 14021101069


FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN SIPIL
PERENCANAAN BANGUNAN AIR

Perhitungan Loncatan Hidrolis

Gambar 9. Parameter-parameter loncat air (Sumber: KP 02–Bangunan Utama, Hlm. 69)

Jika dalam suatu aliran terjadi perubahan jenis aliran yaitu dari superkritis ke subkritis, maka
akan terjadi suatu loncatan hidrolis air yang disebut Hidraulic Jump. Tinggi loncatan hidrolis
tergantung pada kecepatan dan banyaknya air yang mengalir.

Kecepatan (v1) awal loncatan dapat ditentukan dengan rumus sebagai berikut :

1

v1 = 2 g( H 1 + z)
2

Di mana: v1 = kecepatan awal loncatan (m/det)

g = percepatan gravitasi, ≈ 9,81 m/det2

H1 = tinggi energi diatas ambang (m)

z = tinggi jatuh (m)

Dengan q = v1y1, dan rumus uuntuk kedalaman konjugasi dalam loncat air adalah:

y2 1 2
= ( √ 1+ 8 Fr −1 )
yu 2

v1
Fr=
√ g yu
Di mana : y2 = kedalaman air di atas ambang ujung (m)

yu = kedalaman air di awal loncat air (m)

UNIVERSITAS SAM RATULANGI HARTO AKBAR KANOLI - 14021101069


FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN SIPIL
PERENCANAAN BANGUNAN AIR

UNIVERSITAS SAM RATULANGI HARTO AKBAR KANOLI - 14021101069


FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN SIPIL
PERENCANAAN BANGUNAN AIR

Fr = bilangan Froude
V1 = kecepatan awal loncatan (m/det)
g = percepatan gravitasi (m/det2)
Diketahui:
H1 = 4.5 m
z=p = 6,5 m
q = 21.497 m
Maka :

1

v1 = 2(9,81)( x 4.5+6,5)
2

v1 =13.1m/det

q=v 1 y 1

q
y 1=
v1

21.497
y u= y1 = =1.64 m
13.1

v1
Fr=
√ g yu
13.1
Fr= =3.27
√ 9,81 x 1.64

1(
y 2= y u √ 1+8 Fr2 −1 )
2

y 2=7.579 m

UNIVERSITAS SAM RATULANGI HARTO AKBAR KANOLI - 14021101069


FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN SIPIL
PERENCANAAN BANGUNAN AIR

Kolam Olakan
Kolam olakan adalah suatu konstruksi yang berfungsi sebagai peredam energi yang
terkandung dalam aliran dengan memanfaatkan loncatan hidrolis dari suatu aliran yang
berkecepatan tinggi. Terdapat bermacam-macam tipe kolam olak menurut United States Bureau of
Reclamation (USBR), dimana pemilihan tipe kolam olak ditentukan oleh besarnya bilangan Froude
(Fr), di antaranya:
1. Kolam Olak USBR Tipe I = Fr ≤ 1,7
2. Kolam Olak USBR Tipe II = 1,7 < Fr ≤ 2,5
3. Kolam Olak USBR Tipe III = Fr ≥ 4,5
4. Kolam Olak USBR Tipe IV = 2,5 < Fr < 4,5
Berdasarkan perhitungan loncatan hidrolis, didapat data-data sebagai berikut:
 Fr = 3.27
 y2 = 7.579 m
 y1 = 1.64 m
Dengan bilangan Froude = 3,27(2,5< Fr < 4,5), maka digunakan Kolam Olak USBR Tipe IV.

5,3

Grafik Hubungan F1 dan L/y2 berdasarkan rekomendasi USBR

UNIVERSITAS SAM RATULANGI HARTO AKBAR KANOLI - 14021101069


FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN SIPIL
PERENCANAAN BANGUNAN AIR

Dimensi Kolam Olakan

Tipe kolam olakan yang direncanakan di hilir bendung sangat ditentukan pada energi
yang masuk, dinyatakan dengan bilangan froude dan pada bahan kontruksi kolam olak.
Data perencanaan :
Untuk bilangan Froude berdasarkan rekomendasi dari USBR disarankan menggunakan
kolam olakan Type IV.
Parameter hidraulik kolam olakan USBR type IV adalah sebagai berikut:

Gambar Karakteristik kolam olak untuk dipakai dengan bilangan Froude di atas 2,5 < Fr <
4,5 kolam USBR Tipe IV

yu = y1 = 1.64 m
y2 = 7.579 m
Lebar Efektif Bendung = 34.015 m

UNIVERSITAS SAM RATULANGI HARTO AKBAR KANOLI - 14021101069


FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN SIPIL
PERENCANAAN BANGUNAN AIR

Berdasarkan Gambar Kolam Olak USBR type IV, maka dimensi hidraulik kolam olakan
adalah sebagai berikut :

PERHITUNGAN :
1. Panjang Kolam Olakan (L)
Untuk mencari panjang kolam olakan digunakan kurva hubungan antara Fr dan L/y 2.
Maka, dari grafik diperoleh panjang ruang olakan :
L = 2 yu (√ 1+2 fr 2 −1
L = 2x1.64(√ 1+2 x 3.22−1
L = 11.9 m = 12m

2. Panjang dari chute block (Lc)


Harus lebih besar atau sama dengan 2 x kedalaman saat terjadi loncatan (yu)
Lc = 2 x yu
Lc = 2 x 1.6 m = 3.2 m
Dipakai Lc = 4 m

3. Lebar chute block (Bc) = yu


Bc = 1.64 m
Dipakai Bc = 2 m

4. Jarak antara chute block (Sc)


Sc = 2,5 x Bc
Sc = 2,5 x 2 m = 5 m

5. Tinggi chute block (Ac) = yu


Ac = 2 m

6. Tinggi end still (As)


As = 1,25 x yu
As = 1,25 x 1.976 m = 2.5 m

UNIVERSITAS SAM RATULANGI HARTO AKBAR KANOLI - 14021101069


FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN SIPIL
PERENCANAAN BANGUNAN AIR

LANTAI MUKA

Perbedaan tinggi muka air hulu dan hilir bendung mengakibatkan adanya aliran dibawah
bendung, sebagai akibat dari perbedaan tekanan pada dasar bendung. Hal ini lama kelamaan akan
mengakibatkan penggerusan terutama di ujung belakang bendung. Untuk mencegah hal ini maka
kita harus menghambat atau menahan aliran dibawah bendung.

Cara yang sering dilakukan adalah dengan membuat dinding vertikal dari beton atau besi
dimuka sebelah bendung itu, agar jalan yang ditempuh aliran adalah jalan yang hambatannya
terkecil yaitu bidang kontak antara tanah dan bidang bendung yang disebut “Creep Line”.

Semakin panjang creep line, maka semakin besar pula hambatan yang terjadi. Sehingga
tekanan air yang terjadi di belakang bendung semakin kecil. Untuk mengetahui panjang lantai muka
dari bendung ini digunakan teori Bleigh dan Lane.

1. Teori Bleigh
Bleigh berpendapat bahwa besarnya perbedaan tekanan disebelah hulu dan hilir adalah
sebanding dengan panjang creep line, sehingga dapat dinyatakan sebagai berikut:
L
ΔH =
C
Dimana : ΔH = beda tinggi tekanan (beda tinggi muka air)
L = panjang creep line
C = creep ratio (tergantung dari material dasar dibawah
bendung)
2. Teori Lane
Teori ini merupakan pengembangan dari teori Bleigh. Lane memberi koreksi terhadap teori
Bleigh dengan menyatakan bahwa energi yang dibutuhkan untuk melewati jalan yang
vertikal lebih besar daripada jalan horizontal, dengan perbandingan 3:1. Jadi dianggap
bahwa Lv = 3Lh untuk suatu panjang yang sama sehingga menurut Lane :

1
ΣLv+ Σ L H
3
ΔH =
C

Dengan harga C yang berlainan dengan C dari Bleigh, jadi syarat yang diketahui Lane adalah :

UNIVERSITAS SAM RATULANGI HARTO AKBAR KANOLI - 14021101069


FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN SIPIL
PERENCANAAN BANGUNAN AIR

1
L=ΣLv+ Σ LH ≥C ΔH
3

Dimna : L = panjang creep line


LV = panjang bagian vertikal
LH = panjang bagian horizontal
C = creep ratio
ΔH = elevasi mercu bendung – elevasi ambang kolam olak

Tabel Harga-harga minimum angka rembesan Lane (C)

UNIVERSITAS SAM RATULANGI HARTO AKBAR KANOLI - 14021101069


FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN SIPIL
PERENCANAAN BANGUNAN AIR

Tabel Perhitungan Creep Line (dengan Lmuka = 10 m)

Rembesan
Titik Garis
LV LH LX

A       0

  A-B 1.5    

B       1.5

  B-C   1  

C       1,333

  C-D 0,5    

D       1,833

  D-E   5  

E       8.499

  E-F 0,5    

F       8.999

  F-G   1  

G       10.332

  G-H 0,5    

H       10.832

  H-I   3  

I       14.832

  I-J 1    

J       15.832

  J-K   1  

K       17.165

  K-L 2    

L       19.165

  L-M   2  

M       21.831

UNIVERSITAS SAM RATULANGI HARTO AKBAR KANOLI - 14021101069


FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN SIPIL
PERENCANAAN BANGUNAN AIR

  M-N 1    

N       22.831

  N-O   1,5  

O       24.831

  O-P 1    

P       25.831

  P-Q   1  

Q       27.164

  Q-R 2    

R       29.164

  R-S   1  

S       30.497

  S-T 1.5    

T       31.997

  T-U   28.75  

U       70.33

  U-V 0,5    

V       70.83

  V-W   0.89  

W       72.016

  W-X 1.9    

X       73.916

Jumlah 13.9 46.14  

UNIVERSITAS SAM RATULANGI HARTO AKBAR KANOLI - 14021101069


FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN SIPIL
PERENCANAAN BANGUNAN AIR

Perhitungan Panjang Lantai Depan


Jenis tanah: bongkah dengan sedikit berangkal dan kerikil.
Perhitungan Panjang Lantai Depan
Jenis tanah: bongkah dengan sedikit berangkat dan kerikil.
Direncanakan panjang lantai muka = 10 m
1. Cara Bleigh
Diketahui: C =6
ΔH = 606.5-600
= 6.5 m
Maka: LBleigh = ΔH . C
= 6.5 x 6 = 39 m  (Lmax yang diperlukan)
Panjang lantai = ∑ Lv + ∑ Lh ≥C ΔH = 13.9 + 46.14 = 60.04 > 39 (Aman)

2. Cara Lane
Diketahui: C = 2,5
ΔH = 606.5-600
= 6.5 m
∑LH + 1/3∑LV > C . ΔH
46.14 + (1/3 x 13.9) > 39
50.773 m > 39 m (aman)

Digunakan panjang lantai muka yaitu Lmuka = 10 m

UNIVERSITAS SAM RATULANGI HARTO AKBAR KANOLI - 14021101069


FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN SIPIL
PERENCANAAN BANGUNAN AIR

Menghitung Tebal Lantai Muka


Syarat :
t+ ∆ H
t≥
γ
γ = berat jenis pasangan batu kali = 2,2 t/m3
panjang lantai muka
∆ H=
panjang creep line
10
∆ H= =0.1665
60.04

t=1m
1,5 m

Direncanakan t = 1 m

1+0.1665
1≥
2,2
1>0,53 … OK

t1 = 1 m t2 = 2 m

1m
Direncanakan t1 = 1 m
1+0.1665
1≥
2,2

1>0,53 … Ok

Direncanakan t2 = 2 m
2+1,161
2≥
2,2
2>1,437 … OK

UNIVERSITAS SAM RATULANGI HARTO AKBAR KANOLI - 14021101069


FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN SIPIL
PERENCANAAN BANGUNAN AIR

PERENCANAAN PINTU PENGAMBILAN

Luas tanah yang akan dialiri = 800 ha


Debit saluran induk :
c . NFR . A
Q=
e
Dimana :
A = Luas sawah yang akan di aliran
c = koefisien pengurangan rotasi = 0,9
NFR = pemberian air normal = 1,1 ltr/det/ha
e = efisiensi saluran ( primer = 90%, sekunder = 90%, tersier = 80%)

0,9 . 1,1. 800 ltr m3


Q= =1222,23 =1,222
0,9 . 0,9. 0,8 det det
Kehilangan air di saluran 10 % – 20%
Diambil 20 % = 0,2 x 1,222 = 0,244 m3/det
Q intake = 1,222 + 0,244 = 1,466 m3/det

Rumus pengaliran :
Q=μ b y √ 2 g z
Dimana :
Q = debit yang melalui saluran intake
µ = koefisien pengaliran= 0,6 (untuk daerah persawahan)
b = lebar pintu pengambilan, diambil = 1,3 m
y = tinggi bukaan pintu
z = kehilangan tinggi energi pada bukaan, diambil 0,3 m (Sumber: KP-02)
g = percepatan gravitasi = 9,81 m/det2

sehingga :
Q 1,466
y= = =0,77 m≈ 0.80 m
μ b √ 2 g z 0,6 x 1,3 x √ 2 x 9,81 x 0,3
Tinggi ambang =p-y
= 6,5 - 0,8 = 5,7 m
Sketsa tinggi ambang :

0,80 m

6,5 m

UNIVERSITAS SAM RATULANGI HARTO AKBAR KANOLI - 14021101069


FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN SIPIL
PERENCANAAN BANGUNAN AIR

Dimensi pintu :
Perhitungan ukuran balok didasarkan pada balok yang terbawah yang menerima
tekanan terbesar dan ditinjau terhadap muka air banjir

T+611.41

h1 = 7,1 m
TP1

TP h
TP2
T+600

P2 = γw h1 = 1 x 11.41 = 11.41 t/m2


h = y + tinggi muka air banjir (h1)
h = 0,8 m + 4.9 m = 5.7 m = 570 cm
P1 = γw ( h1 – h) = 1 x ( 11.41 –5.7) = 5,7 t/m2
P1 + P2 (11.41+5.7) t
P= h= 5.7=48.7
2 2 m

Lebar pintu L = 1,3 m

Mmax = 1/8 x p x Lt2 = 1/8 x 48.7 x 1,32 = 2,9913 t.m = 792870 kg.cm

kg
Dipakai balok dari kayu Jati dengan berat jenis ( σ ¿ )=100
cm 2
Karena selalu terendam dalam air, maka dikalikan dengan faktor 2/3 (PKKI 71 hal.7) :
2 kg
σ ¿= x 100=66,67 2
3 cm
M 299130 kg
σ ¿= = ≤ σ ¿ =66,67 2
W 1 cm
240 t 2
6
Dimana :
1 792870
240 t 2=
6 66,67
792870 6
t 2= x =297.3 cm 2
66,67 240
t=11.189 cm ≈ 12 cm

Kontrol :
792870 kg kg
σ ¿= =57.9 2 ≤ σ ¿ =66,67 2
1 cm cm
240(12)2
6
Jadi dimensi balok yang digunakan = (130 x 240 x 12) cm

UNIVERSITAS SAM RATULANGI HARTO AKBAR KANOLI - 14021101069


FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN SIPIL
PERENCANAAN BANGUNAN AIR

Sketsa balok pintu pengambil:

10 cm

12 cm

130 cm

Digunakan balok ukuran 10/12 cm (kuda-kuda, tiang balok, balok antar tiang)

Sumber:http://panduaji182.blogspot.co.id/2013/05/dimensiukuran-kayu-dipasaran.html

putrasakahurun.blogspot.com/p/jenis-ukuran-kayu04.html

UNIVERSITAS SAM RATULANGI HARTO AKBAR KANOLI - 14021101069


FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN SIPIL
PERENCANAAN BANGUNAN AIR

PERENCANAAN PINTU PEMBILAS

Daun pintu dibuat dari balok kayu jati dengan σlt = 100 kg/cm2, karena selalu
terendam air maka:

2 kg
σ ¿= x 100=66,67 2
3 cm

m.a.b +611.41

m.a.n +603.1
a1

t’ h’ P1 a2
P2
h
+600 b1 b2

γw = 1 t/m3

γL = 1,6 t/m3

Sudut gesek dalam, θ = 30° (KP-02)

Tekanan lumpur aktif, ka = tan2(45- θ/2) = tan2(45- 30/2) = 0,333

h’ = 611.41-600 = 11.41 m

t’ = 603.1 – 600 = 3.1 m

ambil h = p = = 5,5 m

a1 = γw (h’-h) = 1 (11.41-5.5) = 5.9 t/m2

b1 = γw.h’ = 1 (11.41) = 11.41 t/m2

a1 +b 1 5.9+11.41
P 1= h= 5,5=47.63 t /m
2 2

UNIVERSITAS SAM RATULANGI HARTO AKBAR KANOLI - 14021101069


FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN SIPIL
PERENCANAAN BANGUNAN AIR

a2 = γL (t’-h) ka = 1,6 (5,5 – 3.1) 0,333= 1.28 t/m2

b2 = γL.t’.ka = 1,6 (3.1) 0,333 = 1.65 t/m2

a2 +b 2 1.28+1.65
P 2= h= 5,5=8,06667 t /m
2 2

P Total= P1 + P2 = 55.6967 t/m

Lebar pintu bilas = 1/10 Be (KP-02)

= 1/10 (27.7) = 2.77 m ≈ 3 m

Syarat lebar pintu ≤ 2,5 m, sehingga direncanakan 2 pintu pembilas


dengan lebar masing-masing 1.5 m

Tebal balok diambil = 20 cm = 0,20 m

Panjang balok teroritis, Lt = 1.5 + (1/2*0,20) = 1.6 m

1 1
M max = ∗P∗¿ 2= ∗55.6967∗1.6²=17.8229 t . m=1782293 kg . cm
8 8

M 943977.03 kg
σ ¿= = ≤ σ ¿ =66,67 2
W 1 cm
550 t 2
6

dimana :

1 1782293
550 t 2=
6 66,67

1782293 6
t 2= x =291.648 cm 2
66,67 550

t=17.077 cm ≈ 25 cm

Kontrol :

1782293 kg kg
σ ¿= =31.109 2 ≤ σ ¿ =66,67 2 … OK
1 cm cm
550(25)2
6

UNIVERSITAS SAM RATULANGI HARTO AKBAR KANOLI - 14021101069


FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN SIPIL
PERENCANAAN BANGUNAN AIR

Jadi dimensi balok yang digunakan = 250 cm x 550 cm x 25 cm (L x h x t)

 Sketsa Gambar Balok Untuk Pintu Pembilas :


Dimensi balok yang digunakan = 250 cm x 550 cm x 20 cm (L x h x t)
jumlah balok = 550 cm / 25 cm = 22 buah

h = 25 cm

t = 20 cm

L = 250 cm
Digunakan balok dengan ukuran 20/25 cm

Sumber : http://panduaji182.blogspot.com/2013/05/dimensiukuran-kayu-dipasaran.html
http://putrasakaruhun.blogspot.com/p/jenis-ukuran-kayu_04.html

UNIVERSITAS SAM RATULANGI HARTO AKBAR KANOLI - 14021101069


FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN SIPIL
PERENCANAAN BANGUNAN AIR

STABILITAS BENDUNG

Gaya-gaya yang bekerja pada bendung:


- Berat sendiri bendung
- Gaya gempa
- Tekanan lumpur
- Tekanan hidrostatis
- Gaya angkat (uplift)

1. Berat Sendiri Bendung


Bendung direncanakan terbuat dari beton dengan γc = 2,4 t/m3.
Rumus gaya berat:
W = F . γc
dimana:
F = luas bagian yang ditinjau (m2)
γc = berat jenis beton
Bagian F W y x My Mx
I 1.31 3.15 8.95 9.14 28.182 28.780
II 0.67 1.61 8.83 8.6 14.241 13.870
III 4.37 10.49 6.33 9.43 66.389 98.902
IV 3.24 7.77 6.33 8.72 49.161 67.723
V 3.88 9.30 2.75 9.17 25.575 85.281
224.50 279.21
VI 16.89 40.52 5.54 6.89
3 0
VII 4.81 11.55 3.5 4.34 40.421 50.122
VIII 1.10 2.63 3.29 1.89 8.646 4.967
IX 2.00 4.80 2.5 4.25 12 20.4
X 2.59 6.22 2.58 2.25 16.037 13.986
XI 0.92 2.20 2.41 0.75 5.292 1.647
XII 2.67 6.40 1.08 3 6.908 19.188
XIII 3.41 8.17 1.58 1.25 12.916 10.218
510.27 694.29
114.80
1 4

Perhitungan titik berat bendung:


ΣMx 694.294
x= = =6.048
ΣW 114.80
ΣMy 510.271
y= = =4.445
ΣW 114.80
UNIVERSITAS SAM RATULANGI HARTO AKBAR KANOLI - 14021101069
FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN SIPIL
PERENCANAAN BANGUNAN AIR

2. Gaya Gempa
Gaya gempa yang diperhitungkan dalam hal ini adalah gempa horizontal dan bekerja pada
titik berat bendung yang ditinjau.
Percepatan maksimum gempa (α) untuk tanah lembek adalah 0,03g.
gaya gempa;
k =m. α
ΣW
k= .0,03 g=114.80 x 0,03=3.444 t
g
momen akibat gempa;
M G=k . y
M G=3.444 x 4.445=15.308 t . m
ΣH = 3.444 t ()
ΣM = 15,308 t.m

3. Tekanan Lumpur
Tekanan lumpur diperhitungkan setinggi mercu dengan ϕ = 30° dan γL = 0,6 t/m3.

P = 6,5 m

tekanan lumpur;
1
w= . γ L . P2 . Ka
2
1−sin ϕ 1−sin 30°
Ka= = =0,333
1+sin ϕ 1+sin 30 °
1
w= . 0,6 . 6,52 . 0,333=4.225 t
2
Momen akibat lumpur = w * jarak ke titik O
= 3,025 t * (6,5 m /3) + 3 m

UNIVERSITAS SAM RATULANGI HARTO AKBAR KANOLI - 14021101069


FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN SIPIL
PERENCANAAN BANGUNAN AIR

= 3,025 t * 6.166 m = 26.054 t.m


ΣH = 4.225t ()
ΣM = 26.054 t.m

4. Tekanan Hidrostatis
γw = 1 t/m3
a. keadaan air normal

P = 6,5 m

w
1,83 m

tekanan air setinggi mercu:


1 1
w= . γ w . P2= x 1 x 6,5 2=21,125 t
2 2
momen akibat tekanan air setinggi mercu = 21,125 t * 6.666 m
= 130.271 t.m
ΣH = 21.125 t ()
ΣM = 130.271 t.m

b. keadaan air banjir

2,94 m w3

w2
6,5 m

w1
2,75 m
1,83 m

UNIVERSITAS SAM RATULANGI HARTO AKBAR KANOLI - 14021101069


FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN SIPIL
PERENCANAAN BANGUNAN AIR

1 1
w 1= . γ w . 6,52= . 1. 6.52=21.125t ()
2 2
w 2=γ w .6,5 . 2,94=1. 6,5 . 4.91=31.915 t ()
1 1
w 3= . γ w . 2,942 = .1 . 4.912=12.054 t ( )
2 2
momen
w (ton) jarak (m)
(t.m)
21.125 6.167 130.271
31.915 7.250 231.384
12.054 10.350 124.759
Σ 236.895

ΣH = (15,125+16,170) = 31,295 t ()


ΣV = 4,322 t ( )
ΣM = 137,521 t.m

5. Gaya Angkat (Uplift Pressure)


Uplift pressure adalah tekanan ke atas yang dilakukan oleh air terhadap bidang bawah
bendung. Dalam mencari besarnya tekanan ini, kita harus mencari dulu besarnya tekanan
tiap-tiap titik yang akan dihitung pada bendung ini adalah titik …
Rumus Uplift Pressure:
Lx
U x =H x − ∆H
ΣL
dimana: Ux = uplift pressure di titik x
Hx = tinggi tekanan di titik x terhadap air di muka bendung
Lx = panjang creep pada titik x
∆H = beda tekanan air antara hulu dan hilir
ΣL = jumlah panjang creep line

a. Air normal
∆H = el. muka air normal – el. dasar sungai
= 606.5 - 600 = 6,5
Lx Lx
U x =H x − ∆ H=H x − 6,5=H x −0,08 L x
ΣL 81.25

UNIVERSITAS SAM RATULANGI HARTO AKBAR KANOLI - 14021101069


FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN SIPIL
PERENCANAAN BANGUNAN AIR

Hx Lx Ux UV UH Lenga Momen
Titik Titik Berat    
(m) (m) (t/m) (ton) (ton) n (t.m)
            x (m) y (m) x (m) y (m)    
4.66 1.30
U 6.5 51 2.420     0.805     6.090
5 5
V 8 52.5 3.800 5.057   0.672   9.172   46.382  
5.85 1.51
W 8 53.85 3.692     1.010     8.840
5 0
X 5.5 56.35 0.992 1.824   0.971   7.471   13.627  
1.29 2.55
Y 5.5 58.35 0.832     0.559     3.307
2 9
Z 6.5 59.35 1.752 2.538   0.741   5.741   14.571  
2.09 1.53
A' 6.5 60.85 1.632     0.537     3.215
2 7
B' 7.5 61.85 2.552 3.738   0.744   4.244   15.864  
6.70 0.29
C' 7.5 63.35 2.432     1.091     1.954
4 1
D' 9.5 65.35 4.272 4.232   0.498   0.502   2.123  
3.65 0.52
E' 9.5 66.35 4.192     0.475     1.916
2 5
F' 8.5 67.35 3.112 7.530   1.236   1.264   9.517  
G' 8.5 69.85 2.912                
5.24
24.919 109.72  
6

Uplift Pressure 50% (untuk tanah lembek)


ΣH = 50% x 24.919t = 12.460t ()
ΣV = 50% x 5.246 t = 2.623 t ( )
ΣM = 50% x 109.72 t.m = 54.862 tm

b. Air banjir
∆H = el. muka air banjir – el. dasar sungai
= 611.41 – 600 = 11.41 m
Lx Lx
U x =H x − ∆ H=H x − 11.41=H x −0.14043 L x
ΣL 81.25

UNIVERSITAS SAM RATULANGI HARTO AKBAR KANOLI - 14021101069


FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN SIPIL
PERENCANAAN BANGUNAN AIR

Ux UV UH Titik Berat Lengan


Titik Hx (m) Lx (m) Momen (t.m)
(t/m) (ton) (ton) x (m) y (m) x (m) y (m)
U 11.41 51 4.248        
7.339 0.783 1.283 9.416
V 12.91 52.5 5.537
7.348 0.671 9.171 67.385
W 12.91 53.85 5.348
9.806 1.099 1.599 15.675
X 10.41 56.35 2.497
4.713 0.980 7.480 35.251
Y 10.41 58.35 2.216
2.646 0.527 2.527 6.686
Z 11.41 59.35 3.075
4.455 0.741 5.741 25.578
A' 11.41 60.85 2.865
3.295 0.522 1.522 5.013
B' 12.41 61.85 3.724
5.429 0.743 4.243 23.032
C' 12.41 63.35 3.514
8.747 1.066 0.266 2.322
D' 14.41 65.35 5.233
5.163 0.498 0.502 2.593
E' 14.41 66.35 5.092
4.522 0.479 0.521 2.356
F' 13.41 67.35 3.952
9.441 1.231 1.269 11.984
G' 13.41 69.85 3.601        
36.54
7.698 175.941
8
Uplift Pressure 50% (untuk tanah lembek)
ΣV = 50% x 36.548 t = 18.274 t ()
ΣH = 50% x 7.698 t = 3.849t ( )
ΣM = 50% x 175.941 t.m = 87.970 tm

UNIVERSITAS SAM RATULANGI HARTO AKBAR KANOLI - 14021101069


FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN SIPIL
PERENCANAAN BANGUNAN AIR

6. Tinjauan Stabilitas
Ketentuan :
1. Tegangan tanah dasar yang diijinkan (σ’) = 2,0 kg/cm2 = 20 t/m2 (KP-02)
2. Over turning safety factor (guling) = 1,5 kg/cm2
3. Sliding safety factor (geser) = 1,2 kg/cm2

a. Air normal
MT MG
Gaya V (ton) H (ton)
(t.m) (t.m)
Berat sendiri 694.29
114.80    
bendung 4
Gaya gempa   3.444   15.308
Tekanan lumpur   4.225   26.054
130.27
Tekanan hidrostatis   21.125  
1
Gaya angkat 12.460 2.623   54.862
127.25 694.29 226.49
31.417
9 4 6

1) Faktor keamanan terhadap guling


ΣM T 694.294
FK = = =3.065>1,5 … OK
ΣM G 226.496

2) Faktor keamanan terhadap geser (koefisien geser, α = 0,9)


α ΣV 0,9 x 127.259
FK = = =3.646> 1,2… OK
ΣH 31.417

3) Eksentrisitas
e’ = 1/6 B = 1/6 * 9.85 m = 2.8 m
ΣM T −ΣM G 694.294−226.496
a= = =3.676 m
ΣV 127.259
B 9.85
e= −a= −3,676=1.249 m<2.8 … OK
2 2

4) Kontrol terhadap daya dukung


ΣV 6e
σ=
B (

B )
127.259 6∗1.249
σ max=
9.85
1+ (
9.85 )
=22.749> 8.5 kg /cm 2 … OK

UNIVERSITAS SAM RATULANGI HARTO AKBAR KANOLI - 14021101069


FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN SIPIL
PERENCANAAN BANGUNAN AIR

127.259 6∗1.249
σ min=
9.85
1− (
9.85 )
=3.090<8.5 kg /cm2 … OK

b. Air banjir
MT MG
Gaya V (ton) H (ton)
(t.m) (t.m)
Berat sendiri 694.29
114.80    
bendung 4
Gaya gempa   3.444   15.308
Tekanan lumpur   4.225   26.054
236.89
Tekanan hidrostatis 12.054 53.040  
5
Gaya angkat 18.274 3.849   87.970
145.12 694.29 366.22
64.558
7 4 8

1) Faktor keamanan terhadap guling


ΣM T 694.294
FK = = =1.896>1,5 … OK
ΣM G 366.228

2) Faktor keamanan terhadap geser (koefisien geser, α = 0,9)


α ΣV 0,9 x 145.127
FK = = =2.023> 1,2… OK
ΣH 64.558

3) Eksentrisitas
e’ = 1/6 B = 1/6 * 9.85 m = 2.8 m
ΣM T −ΣM G 694.294−366.228
a= = =2.341 m
ΣV 145.127
B 9.85
e= −a= −2.261=2.584 m<2.8 … OK
2 2

4) Kontrol terhadap daya dukung


ΣV 6e
σ=
B (

B )
145.127 6∗2.664
σ max=
9.85 ( 1+
9.85 )=3.8647< 8.5 kg/cm2 …OK

145.127 6∗2.664
9.85 ( 9.85 )
σ min= 1− =−8.<0 … OK

UNIVERSITAS SAM RATULANGI HARTO AKBAR KANOLI - 14021101069


FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN SIPIL
PERENCANAAN BANGUNAN AIR

Kesimpulan:
Bendung cukup aman: terhadap guling;
terhadap geser;
terhadap daya dukung.
Kestabilan ini sudah ditinjau baik terhadap air normal maupun air banjir.

UNIVERSITAS SAM RATULANGI HARTO AKBAR KANOLI - 14021101069


FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN SIPIL

Anda mungkin juga menyukai