Anda di halaman 1dari 59

TUGAS MATA KULIAH

IRIGASI DAN BANGUNAN AIR II

DISUSUN OLEH
1 NAMA
NRP

: AJI TEGUH PRASETYO


: 1441104856

2 NAMA
NRP

: AGUS TRIYONO
: 1441104856

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS TUJUH BELAS AGUSTUS 1945
SEMARANG
2014

PENDAHULUAN
I. UMUM
Dalarn rangka peningkatan pangan serta untuk rnewujudkan swasembada beras, diperlukan
pembangunan prasarana yang rnenunjang keberhasilan pertanian, salah satunya adalah irigasi
yang baik. sebagaimana yang tercantum dalam butir Panca Usaha Tani.
Terjaminnnya persediaan air secara continue dan merata merupakan syarat mutlak
keberhasilan pertanian terutama untuk tanaman padi. Untuk mencapai tujuan tersebut maka
pada daerah pengairan yang potensial dibutuhkan sebuah bangunan penangkap air di sungai
berupa Bendung tetap. Bangunan bendung tersebut direncanakan untuk keperluan pengairan
daerah pengaliran yang terletak di sebelah kiri sungai.
Berdasarkan keadaan fisik lapangan dan hasil analisis data hidrolis didapat informasi sebagai
berikut :

1 Debit banjir dengan periode ulang 200 tahun (Q200)


2 Kemiringan memanjang dasar sungai
3 Luas daerah irigasi sebelah kanan
luas daerah irigasi sebelah kiri
4 Lebar sungai pada as bendung
5 Ketinggian dasar sungai pada as bendung
6 Elevasi sawah tertinggi
7 Kebutuhan air pada tanaman padi

:
:
:
:
:
:
:
:

365
9
x
----3,650
60
+
40
+
45
1.15

m3/dt
10 -4
ha
ha
m
m
m
lt/dt/ha

Rencanakan sebuah bangunan bendung tetap (pelimpah) tersebut dengan berdasarkan :


1. Kriteria Perencanaan Irigasi ( KP 02 ).
2. Ketentuan USBR untuk bangunan Stilling Bazi (Kolam Peredam Energi)
3. Ketentuan gambar teknik. Digambar dengan Autocad dengan ukuran kertas A3
4. Data yang diperlukan dan belum tercantum disini dapat ditetapkan sendiri.

II. DASAR PERENCANAAN BANGUNAN BENDUNG TETAP :


Dalam perencanaan bendung dimana bendung berada di lokasi sungai maka perlu diketahui
berapa debit banjir terbesar dan debit minimum. Jika yang harus disalurkan adalah debit saluran
irigasi atau saluran air minumimum yang besarnya tertentu, maka ditentukan ukuran bangunan
berdasarkan debit yang telah ditentukan. Tetapi jika yang harus disalurkan adalah saluran
pembuangan atau sungai maka besarnya tidak tertentu, dan berubah-ubah yaitu adanya banjir.
Untuk perhitungan debit banjir maksimum digunakan dengan 2 cara perhitungan yaitu cara
Rasional dan cara Frekuensi. dimana hasil dari masing-masing perhitungan dibandingkan.
Untuk mendimensi bendung perlu ditetapkan berapa besarnya debit banjir yang lewat,
penetapan besarnya banjir ini merupakan masalah perhitungan hidro ekonomis. Banjir rencana
ditetapkan tidak boleh terlalu kecil agar tidak terjadi ancaman kerusakan pada konstruksi
bangunan bendung dan daerah sekitarnya oleh banjir yang lewat, tetapi juga harus ekonomis.
Untuk ketetapan debit banjir diambil dengan menggunakan masa ulang tertentu, misalnya 10
tahun, 25 tahun, 100 tahun atau 200 tahun.

Pemilihannya ditentukan oleh pertimbangan-pertimbangan hidro ekonomis yang didasarkan


pada :
1 Besarnya kerugian yang akan diderita kalau bangunan itu dirusak oleh banjir yang sering
tidaknya pengrusakan itu terjadi.
2 Umur ekonomis bangunan (investasi dan gunanya).
3 Biaya pembangunan.

Halaman 3

Dari Data Tersedia Air dalam setahun yang merupakan himpunan debit maksimum dan
minimum dapat ditentukan debit andalan (depodeble flow) misalnya 80%. Dari data debit
andalan ini berguna sekali sebagai pertimbangan perlu tidaknya bangunan bendung. Apa artinya
bendung dibangun kalau airnya kurang bahkan suatu saat tidak ada, walaupun tampaknya
sekilas ada air yang melimpah di tempat tersebut dan dengan lahan yang cukup luas. Pada
kasus ini perlu dikaji benar-benar hidrologinya karena mungkin sungai tersebut hanya sebagai
pembuang, sehingga debetnya tidak tertentu, serta tidak continue. Dengan data debit andalan
juga penting sebagai dasar penyusunan pola tanam. Diketahui bahwa musim hujan di Indonesia
jatuh pada bulan tertentu yaitu antara bulan Oktober sampai dengan bulan Maret dan musim
kemarau pada bulan April sampai dengan bulan September, dengan data debit olahan hidrologi
dapat ditentukan kapan mulai menanam dan jenis tanaman apa yang cocok ditanam pada
musim selanjutnya.

Pada perencanaan daerah irigasi, penentuan debit banjir rencana berdasarkan data-data curah
hujan yang ada di sekitar bendung. Sedangkan data untuk perhitungan kebutuhan air irigasi
seperti data Kluimatologi sebagian diambil dari daerah yang terdekat.
1. KRITERIA PERENCANAAN IRIGASI BERDASARKAN ( KP 02 ) :

PERHITUNGAN DESAIN DEBIT BANJIR RENCANA :


Seperti yang diterangkan di atas, bahwa penentuan banjir rencana berdasarkan
hidroekonomis. Sedangkan penentuan berapa besarnya dihitung berdasarkan rumus
yang ada dengan cara rasional maupun secara frekuensi pada perhitungan desain
banjir rencana dipakai metode :
1. Metode Ir. J. P. Der Weduwzn
2. Metode Haspers
3. Metode Rasional
4. Metode Analisa Frekwensi
Dari hasil perhitungan beberapa metode dicari yang mendekati dan diantara yang
mempunyai debit banjir rencana yang paling besar. Di dalam perhitungan metode
diatas penulis memakai beberapa stasiun hujan dimana metode lain tidak dipakai, yaitu
metode Der Weduwzn, Haspers, Rasional dan Analisa Frekwensi.

Metode Der Weduwzn dalam Perhitungan Debit Maksimum


Metode ini telah lama dipakai di Indonesia, biasanya dipakai untuk luas daerah
pengaliran sampai batas 100 Km2, sedang bila lebih maka digunakan Metode
Melchoir. Dasar dari pada metode Weduwzn ini adalah sama dengan metode
Melchoir yaitu Rasional, dalam bentuk yang dikenal sebagai Rumus Pascher :

Q
= . .qn. A

Angka pengaliran

angka reduksi

qn

hujan terbesar (m3/km2/dt)

luas penampang pengaliran (m3/dt)

Dimana

Halaman 4

Angka pengaliran (
sebagai berikut :

) yaitu untuk debit maksimum oleh : Ir. Van Kooten dirumuskan

1-

4 1
.qn 7

Angka reduksi ( ) menurut Ir. Boerema dirumuskan sebagai berikut :

t 1
A
t 9
120 A

120
=

Harga qn didapat dari :

Dimana :

R10
240

qn

67,65
t 1,45

R10 yaitu curah hujan maksimum harian (mm/hari) dengan periode ulang 10 tahun yang
besarnya :

Dimana :

6M
mp

R10

= curah hujan maksimum

mp

= parameter yang diambil dari table Weduwzn,


misal,
p = 10 tahun maka
mp 0.705

Metode Haspers dalam Menghitung Debit Maksimum.


Metode ini pada dasarnya juga sama dengan metode Melchoir dan Weduwzn yaitu
Rasional, yaitu dengan bentuk persamaan :

Dimana :

. .q. A
angka pengaliran

= angka reduksi

= hujan maksimum (m3/km2/dt)

= luas daerah pengaliran (km2)

= debit maksimum (m3/dt)

Halaman 5

Untuk angka pengaliran ( ) diambil sebagian besar adalah data-data debit maksimum
di Jawa dan Hydrograph dari banjir terbesar Sungai Ciaten yang menurut Ir. Bakker
bisa dianggap sebagai ciri dari proses banjir untuk sungai-sungai di Indonesia. Harga
angka pengaliran dirumuskan sebagai berikut :

1 0,0012. A0, 7
1 0,075. A0,7

Hujan rata-rata terbesar pada suatu luas tertentu, diberikan dengan angka
perbandingan relatif ( ), terhadap hujan setempat.
Harga didapat dari rumus :

Dimana :

t 3,7.100. A0,75
t 2 15.12

t
A

= lama hujan ( jam )


= luas daerah hujan ( km2 )

Distribusi hujan dengan lama hujan 2 jam < 1 < 19 jam

Dimana :

t.Rr
t 1

t
R
Rr

= lama hujan ( jam )


= Hujan selama t (mm)
= Hujan per etmal

Sedangkan waktu konsentrasi dirumuskan sebagai berikut :

Dimana :

= 0,1 . L0,8 . I-1,3

t
L
l

= Waktu konsentrasi ( jam )


= Panjang sungai (Km)
= Kemiringan dasar sungai

Harga q adalah :

R m3/km2/dt
3.6.t

untuk menghitung hujan dengan waktu ulang tertentu maka dipakai:

Dimana :

Rt

= R+S.

Sx

Rt
R
Ri
n
Sx
T

=
=
=
=
=
=

Ri

( Ri R)

n 1

curah hujan dengan waktu ulang tertentu.


nilai rata-rata dari kejadian curah hujan maksimum.
curah hujan rata-rata (mm)
banyaknya pengamatan
standart deviasi
standart variabel bagi suatu waktu ulang tertentu.
Halaman 6

Bendungan dari Pasangan Batu Kosong


Untuk mencegah pengrusakan saluran hilir bangunan peredam energi, saluran
sebaiknya dilindungi dengan pasangan batu kosong atau Living. Panjang lindungan
harus dibuat sebagai berikut :
1 Tidak kurang dari 4 kali kedalaman normal maksimum disalurkan hilir.
2 Tidak lebih pendek dariperalihan tanah yang terletak antara bangunan dan saluran.
3 Tidak kurang dari 1,5 m.

Rembesan dan Tekanan Air Bawah


Untuk perhitungan rembesan ini dipakai cara baru, guna menyelidiki adanya bahaya
erosi bawah tanah (hanyut bahan-bahan halus). Dengan teori yang sama dihitung
tekanan air di bawah bendung.untuk keperluan perhitungan tersebut diasumsikan
lantai linbung (apron) kedap air.

Angka rembesan menurut Hane :


Cw

Lw
Hw

Harga aman untuk Qv adalah G untuk campuran pasir, kerikil dan batu.Untuk
menentukan tekanan air, panjang jalur rembesan harus diambil sampai elevasi ambang
hilir kolom olak.

Angka rembesan Cw menjadi :

Cw

Lw
Hw

Tekanan air tanah Px harus dihitung dengan rumus :

Dimana :

Px

= Hx - H
= Hx - 1x . Hw1 L

Px
Lx
L
Hw

=
=
=
=

tekanan air pada titik x (kg/m3)


jarak jalur rembesan pada titik x (m)
panjang total jalur rembesan (m)
beda tinggi energi (m)

STABILITAS BENDUNG :
Stabilitas bendung dapat di cek :
1 Selama debit air rendah, pada waktu muka air hulu hanya mencapai elevasi mercu
dan pada waktu bak dikeringkan.
2 Selama terjadi banjir rencana.
Stabilitas Selama Debit Sungai Rendah
Gaya-gaya yang bekerja pada bendung adalah :
1 Tekanan air
2 Tekanan Tanah
3 Beban mati bendung
Keamanan terhadap guling
Eksentrisitas :
E

Dimana :

L
M
Rv

L

2

M
.

Rv

= panjang telapak pondasi


(m)
= besarnya momen yang bekerja (kg/m)
= resultante gaya vertikal
(kg)

Halaman 7

Tekanan tanah :
Maks

6e
Rv
(1
)
1
L

Keamanan terhadap guling (dengan = 0,50)

Dimana :

Rv
Rh Ep

Rv
Rh
Ep

= resultante gaya vertical


(kg)
= resultante gaya horizontal (kg)
= tekanan darah positif
(kg)

Tanpa tekanan tanah pasif, maka keamanan terhadap guling menjadi :


S

Rv
Rh

Keamanan terhadap erosi bawah tanah (piping)


Untuk mencegah pecahnya bagian hilir bangunan, harga keamanan terhadap
erosi tanah harys sekurang-kurangnya 2. Keamanan dapat dihitung dengan rumus
:
S

s 1 a

hs
Dimana :

S
s
a
hs

=
=
=
=

factor tekanan (s = 2)
kedalaman tanah
tebal lapisan lindung (diandalkan 0,0 m)
tekanan air

Keamanan terhadap gempa


Ad
E
Dimana :

Ad
n, m
ac
E
g
z

= n(ac.z)m
= ad/g
= percepatan gempa rencana (cm/dt2)
= koefisien jenis tanah (1,56 dan 0,89)
=
=
=
=

percepatan gempa lua (cm/dt2 = 160 cm/dt2)


koefisien gempa
percepatan grafitasi {cm/dt (9,80)}
factor yang bergantung pada letak geografis (0,56).

Stabilitas selama terjadi banjir rencana (Q 200)


Selama terjadi banjir rencana, dihitung dari muka air di hulu bendung. Tekanan
tanah dan air dihitung seperti selama debit rendah. Tekanan tanah pada bak
bertambah akibat gaya sentrifugal dan sama dengan :

Dimana :

p
d
v
r
g

=
=
=
=
=

d v2
.
g r
tekanan air
tebal pancaran air
kecepatan pancaran air
jari-jari
percepatan
Halaman 8

Kecepatan airnya :
v

= 2g(H + 2)

Tebal pancaran air :


d

Tekanan sentrifugal pada bak :


p

d v2
.
g r

Gaya sentrifugal resultante Fe :


Fe


.r
4

Fe hanya bekerja ke arah vertical saja.


Berat air dalam bak berkurang sampai 75% karena udara yang terhisap ke
dalam air tersebut.
Kantong Lumpur
Untuk merencanakan kantong lumpur, diambil langkah-langkah sebagai
berikut :
1 Menentukan ukuran partikel rencana yang akan terangkat ke jaring irigasi
2 Menentukan Volume (V) kantong lumpur yang diperlukan
3 Membuat perkiraan awal luas rata-rata permukaan kantong Lumpur
Rumus yang dipakai :

Dimana :

Lb

L
b
Q
W

=
=
=
=

Q
W
panjang kantong lumpur (m)
lebar rata-rata profil pembawa (m)
kebutuhan pengambilan rencana (m/dt)
kecepatan jatuh

4 Menentukan kemiringan energi di kantong lumpur, selama eksploitasi normal.


Rumus yang dipakai :
2/3
1/2
= Ks.Rs .Is

Vs
Qs
Dimana :

Vn
Ks
Rn
In
Qn
An

= Vn.An
= kecepatan rata-rata selama eksploitasi normal (m/dt)
= koefisien kekasaran (m/dt)
= jari-jari hidrolis (m)
= kemiringan energi selama eksploitasi normal
= kebutuhan pengambilan rencana
= luas basah eksploitasi normal (m)

5 Menentukan kemiringan energi selama pembilasan dengan kolam dalam


keadaan kosong.
Rumus yang dipakai :
Vs
Qs

2/3
1/2
= Ks.Rs .Is

= Vn.An

Halaman 9

Dimana :

Vs
ls
Qs
As
Rs

=
=
=
=
=

kecepatan rata-rata selama pembilasan (m/dt)


kemiringan energi selama pembilasan
debit untuk pembilasan 1,2 x Qn
luas basah selama pembilasan
jari-jari hidrolis selama pembilasan

6 Menentukan dimensi dan elevasi kantong lumpur


7 Cek apakah pembilasan masih mungkin dilakukan pd waktu debit banjir di
sungai Q 2/5
8 Jika nomor tujuh tidak ada masalah, cek efisiensi pengendapan partikel
sediment dengan diagram campur.

Penangkap Pasir (Sand Trap)


Untuk menghindari pasir masuk ke saluran primer maka dipakai konstruksi
penangkap pasir. Penangkap pasir ini terletak di belakang / di hilir pintu hadap dan
di muka saluran primer. Bahan sediment yang diendapkan adalah butiran dengan
diameter lebih besar dari 0,063 mm (pasir halus, pasir kasar, sampai kerikil).
Panjang penangkap pasir ialah antara 200 500 m. dalam menentukan ukuran
penangkap pasir, maka perlu diketahui besarnya kecepatan jatuh butiran dalam air
dan kecepatan aliran air dalam saluran, pada saat ini Sand Trap kosong
kecepatan antara 0,25 0,30 m/dt.

H
L
W
V

=
=
=
=

dalamnya air
panjangnya penangkap pasir
kecepatan jatuh
kecepatan aliran

Butiran sudah harus sampai kedalam saluran sebelum akhir saluran, ini berarti
bahwa waktu jatuh lebih cepat dibandingkan waktu aliran pada horizontal.

Th

L
V

L
H

V
W

Tv

H
W

L.W
H

Halaman 10

Bila debit = Q, maka :

Dimana :

Q
H .B

= lebar saluran

Q
L
Q
Q

. L.W B.L
H .B W
B
W

.Q
B.W

1 g
. 1 d 2
8

=
=
=
=

Rumus Stokes :

Dimana :

viskositas absolute
kerapatan jenis dari sediment (2650 kg/m3)
kerapatan jenis dari zat cair (1000 kg/m3)
diameter sediment yang diendapkan

Kecepatan Jatuh (w) :


Koefisien jatuh tergantung dari diameter butiran, temperature dan shopefaktor
(s.f), biasanya sf = 0,7.

Untuk pasir yang terdapat di sungai :

sf
Dimana :

a
b
c

c
ab

= sumbu yang terpanjang


= sumbu medium
= sumbu yang terpindah

Halaman 11

Untuk sf = 0,7, kecepatan jatuh ( w ) sebagai berikut :


DIAMETER

KECEPATAN JATUH (w)

DIAMETER

KECEPATAN JATUH (w)

( mm )

( cm/ dt )

( mm )

( cm / dt )

0.3
0.2
0.3
0.4
0.5
0.6
0.7
0.8
0.9

1
2.8
4.5
6
7.5
8.8
10
11
12

1
2
3
4
5
6
7
8
9

14.5
21
26
30
34
37
39
42
46

Besarnya harga dapat dihitung berdasarkan rumus empiris dari :


Rouse / Bouvard :

1
g Qi
1
g C H

Lezin

1
0,132 Q 1
1
g W H 3 / 2

0,3

Bangunan Pembilas
Bangunan pembilas tidak boleh menjadi gangguan selama pembilasan. Oleh
karena itu aliran pada pintu pembilas harus tidak tenggelam. Dapat disimpulkan
bahwa keadaan ini selalu terjadi pada saat debit sungai dibawah Q 2/5. Penurunan
kecepatan aliran akan berarti menurunkan kapasitas sediment. Oleh karena itu
kecepatan pembilasan di depan pintu tidak boleh berkurang, lebar total bangunan
pembilas akan diambil sama dengan lebar dasar kantong.
Debit satuan antar pilar pintu pembilas harus menghasilkan kecepatan yang
sama. Karena diperlukan n bilas, kecepatan yang tidak boleh bertambah untuk
mencegah efek pengembangan. Luas basah pada pintu harus ditambah dengan
cara menambah kedalaman air.

Konstruksi Pembilas
Gunanya yaitu untuk jalan keluar endapan yang terjadi di muka bendung yang
dekat pintu sadap. Kenyataannya bahwa hanya sediment yang berada di muka
pintu pembilas saja yang dialirkan keluar

1 Pintu pembilas
2 Tembok pengantar
3 Pintu sadap

Halaman 12

Dengan adanya pintu pembilas, maka sediment yang masuk ke saluran induk
akan berkurang. Sediment yang bergerak maju / menuju pintu pembilas dan sadap
dengan diameter yang lebih besar serta tertentu, akan diendapkan dalam kantong
pembilas. Sebelum tinggi endapan mencapai mercu ambang pintu sadap
pembersihan sediment dilakukan dengan membuka pintu pembilas. Tembok
pengaruh arus gunanya untuk mengurangi kecepatan di dalam kantong sediment
sehingga sediment akan terhenti, juga untuk mengurangi endapan diudik bendung
bergerak ke samping dan menuju kantong sediment. Syarat-syarat pintu
pembilas :

1 Pembilas dengan berjam-jam harus dapat menahan atau mengurangi


pergerakan sediment ke kantong sediment
2 Endapan di kantong sediment harus dapat dibilas ke hilir bendung melalui
pembilas
Tinggi sedimen harus diusahaakan selalu berada di bawah mercu intake /
3
pintu sadap.
Ukuran pintu pembilas :
Dalam menentukan pintu pembilas, diameter barisan maksimum yang akan
diendapkan ditetapkan lebih dahulu. Dengan diameter yang sudah tertentu maka
kecepatan maksimum (Vp max) yang menyebabkan butiran mulai bergerak dapat
diketahui antara lain dengan cara ALUSENBARG atau HYLSTROM. Hubungan
antara diameter butiran dan kecepatan kritis (transport) berdasarkan HYLSTROM :

DIAMETER (d)
(mm)
0.2
0.3
0.4
0.5
0.6
0.7
0.8
0.9
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
20
30
40
50

KECEPATAN (v)
(m/dt)
0.19
0.2
0.21
0.22
0.23
0.24
0.25
0.26
0.27
0.28
0.4
0.6
0.75
0.85
0.95
1.1
1.2
1.3
1.4
1.9
2.1
2.4

Halaman 13

Macam pintu pembilas :


Ada dua macam pintu pembilas :
1 Pintu pengambilan normal

Qp

=
=
=

1.5 Qn
0.6 Qn
0.5 Qn

2 Pintu pembilas bawah


Dengan dua pilihan, pembilasan dapat dilakukan setiap saat asalkan debit
untuk pembilasan cukup untuk menghasilkan kecepatan yang diperlukan
untuk menghasilkan endapan ke hilir. Debit pengambilan < dari tipe a.

Qp

=
=
=

1.5 Qn
0.6 Qn
0.5 Qn

Kecepatan air yang melalui pembilas bawah harus cukup besar sehingga
mampu menghanyutkan butiran dengan diameter yang diinginkan.

2g 2

Vx 2 g 2

a
Fx

Q a 2 qz
Dimana :

a
Fx
z

=
=
=
=

koefisien kontraksi
luas bukaan pintu
luas potongan pembilas bawah
beda tinggi

Halaman 14

Kemungkinan aliran terjadi


1 Tidak terjadi loncatan

Muka air di bagian hilir mempunyai kecepatan di pembilasan bawah


2 Terjadi loncatan air

3 Air mengalir dari bawah dan atas pintu

z adalah beda muka air diudik muka air tepat di belakang pintu.

Ambang Penahan Sedimen (Skiming Wall)


Maksud dari Skiming Wall ialah untuk menghindari sediment kasar seperti pasir
kasar, kerikil, dan sebagainya masuk ke saluran primer. Berdasarkan distribusi
kandungan sediment ternyata bahwa yang lebih kasar akan berada dekat dengan
dasar sungai.

tinggi ambang = 1/3 D minimal 1 m. bila terlalu tinggi maka ambang akan lebar
(mahal).

V2
yH D 1
2g
Q B y v 0,8 B y v
Q
v
0,8 B y
H

0,8 B y

D 1
2g

Bila Q, D diketahui maka B dan y bisa dipilih.


Halaman 15

MENENTUKAN ELEVASI MERCU BENDUNG :


Faktor-faktor yang mempengaruhi mercu bendung yaitu :
- Elevasi sawah tertinggi

- Elevasi muka air sawah tertinggi

0.10

- Kehilangan tekanan dari tersier ke sawah

0.10

- Kehilangan tekanan dari sekunder ke tersier

0.10

- Kehilangan tekanan dari primer ke sekunder

0.10

- Kehilangan tekanan karena kemiringan saluran

0.15

- Kehilangan tekanan dari alat ukur

0.40

- Kehilangan tekanan karena eksploitasi

0.10

- Persediaan lain-lain bangunan

0.25

- Kehilangan tekanan dari sungai ke primer

0.20

PEIL MERCU BENDUNG

=P

45.00

46.50 m

46.50 m

3.25 m

40.00 m
Tinggi mercu

46.50

40.00

6.50 m

MENENTUKAN LEBAR EFEKTIF BENDUNG :


Berdasarkan buku KP - 02 hal. 38, lebar efektif bendung dapat dihitung dengan rumus :

Dimana :

B eff

= B ( 2 n Kp + Ka ) H1

B eff
B
n
Kp
Ka
H1

=
=
=
=
=

lebar efektif (m)


lebar mercu bendung
jumlah pilar
koefisien kontruksi pilar (ditentukan 0)
koefisien kontruksi pangkal bendung (dipilih 0)

= tinggi energi (m)

Besarnya Harga Kp tergantung bentuk pilar :


Harga-harga koefisien kontruksi Pilar ( Kp ) Gbr. 01
NO.
BENTUK UJUNG PILAR
HARGA Kp
1 Pilar berujung segi empat dengan sudut-sudut yang
0.02
dibulatkan dengan r = 0,1 tebal pilar
2 Pilar berujung bulat
0.01
3 Pilar berujung runcing
0

Halaman 16

1 Kp = 0,02

2 Kp. 0,01

3 Kp. = 0

r = 0.1 d
r = 0.5
d

Gbr. 01. bentuk ujung pilar


Dibuat pilar berujung runcing, maka Kp = 0

Besarnya Harga Ka tergantung bentuk pangkal bendung :


Harga-harga koefisien kontraksi pangkal bendung ( Ka ) Gbr. 03
NO.
BENTUK PANGKAL TEMBOK
HARGA Ka
1 Pangkal tembok segi empat dengan tembok hulu pada 90 0
0.2
ke arah aliran
2 Pangkal tembok bulat dengan tembok hulu pada 90 0 ke
arah aliran dengan 0,5 H1 > r > 0,15 H1

0.1

3 Pangkal tembok bulat dimana r > 0,5 H1, tembok hulu tidak
lebih dari 450 ke arah aliran

Gbr. 03. bentuk Pangkal Tembok


Dibuat kontruksi Pangkal tembok bulat dimana r > 0,5 H 1, tembok hulu tidak lebih dari
45 ke arah aliran, maka Ka = 0

Halaman 17

Untuk lebar mercu bendung ( B ) =


B mercu

= lebar sungai lebar pilar lebar pembilas

B pembilas

= lebar sungai d bp

Untuk lebar pembilas (bp) diambil diantara 1/6 s/d 1/10, maka diambil 1/8 lebar sungai
:
bp

1
8

60

7.5 m

lebar pilar ( d ) jumlah 2 buah dengan @ 1,25 m

Jadi :
B mercu

2 x

1.25 m

= lebar sungai

60.00

50.00 m

2.50

2.50 m

d
-

bp
7.50

Halaman 18

Untuk jumlah pilar ( n ) di buat =

2 buah.

Maka Lebar efektif Bendung ( B eff ) =


B eff

= B ( 2 n Kp + Ka ) H1
=

50.00

=
=
=

50.00 50.00 50.000 m

H1

0.00 . H1
0.00 .
2.215

HULU

Pintu Pembilas
Pilar

Mercu
Bendung

HILIR

SKET BENDUNG DENGAN


PENGAIRAN SEBELAH KIRI

Halaman 19

MENENTUKAN TINGGI MUKA AIR BANJIR DI ATAS MERCU BENDUNG


Berdasar KP 02 hal. 42 digunakan rumus :

Q Cd . 2

Dimana :

Q
Cd
B eff
g
H1

1, 5

g .Beff .H1

=
=
=
=

Debit rencana
Koefisien debit
Lebar efektif
Percepatan grafitasi

( m3/dt )
( C0.C1.C2 )
(m)
( 9,8 m/dt )

= Tinggi muka air di atas mercu

Debit Banjir rencana ( Q ) =

(m)

365 m3/dt

Untuk Cd digunakan harga pendekatan yaitu Cd =

1.3

Untuk menentukan tinggi muka air di atas mercu ( H1 ) =


Table penentuan tinggi muka air di atas mercu ( metode Trial and error )

H1

B eff

H11,5

Cd . 2 . 2 .g
3
3

2.211
2.215
2.221

50.000
50.000
50.000

3.288
3.297
3.310

2.215
2.215
2.215

364.144
365.132
366.617

Di dapat H1=
365 m3/dt
=
365 m3/dt

Dari Q
=
365.132 m3/dt
Q banjir kala ulang 200 tahun (Q200)

2.215 m

Perhitungan koreksi harga Cd


Harga pendekatan Cd dicek dengan rumus perhitungan :
Cd
Dimana :

Co . C1 . C2

Co

= H/r

C1

= P/H1

C2

= P/H1

3.25 m

3.25 m

6.50

Halaman 20

Harga koefisien Co (Kp Hal 44)


Co

= H/r

2.215
1.1075

2.000 m

=
=
=

0.5 d
0.5 x
2.215
1.11 m

Harga-harga koefisien C0 untuk bendung ambang bulat sebagai fungsi perbandingan


H1/r Co mempunyai harga maksimum 1,49 jika H1/r lebih dari 5,0.
di dapat Co =
1.3

Dari grafik perbandingan P/H1 =


1.088
Koefisien C1 sebagai fungsi perbandingan
Dari harga perbandingan P/H1 yang kurang dari 1,5 maka dapat dipakai C1=

0.99

Halaman 21

Harga-harga koefisien C2 untuk bendung mercu Ogee dengan muka hulu melengkung
( menurut U S B R, 1960 ).
Dari grafik di atas diperoleh C2 =
Jadi Cd

= Co.C1.C2
=
1.30
.
= 1.27799

0.99 .

Q Cd . 2

Dengan Cd yang baru dicari H1 dengan


Metode coba-coba dimana ( Q )

0.993

2 .g .Beff .H 11,5
3

365 m3/dt

Tabel perhitungan H1 dengan cara coba coba :


Dengan Cd
=
1.231

H1

B eff

2.293
2.297
2.303

Didapat H1

50.000
50.000
50.000

2.297 m

H11,5

Cd . 2 . 2 .g
3
3

3.472
3.481
3.495

2.0977
2.0977
2.0977

dengan Q
Q200

=H

=P

3.25

=
=

365.128
365

364.175
365.128
366.560

m3/dt
m3/dt

2.297 m

40.00 m

Halaman 22

MENGHITUNG TINGGI JAGAAN ( W ) DI HILIR ( FREE BOARD )


Dengan rumus LACEY =
W

0.2 +

0.15

0.2 +

0.15

1.27199 m

Q1/3
365

1/3

diambil =

1.27 m

= W 1.27
2:1

=Q

2:1

B=

365

m3/dt

50.00

Dari perhitungan di atas maka dapat ditentukan elevasi muka air banjir dan tinggi air di
atas mercu yaitu :
Elevasi muka air banjir

= elevasi mercu + H1
= +
46.50 +

2.297 =

48.80

Untuk menentukan tinggi air di atas mercu dapat dicari dengan persamaan :
Hd

= H1

- k

Dimana :
k

v2
2g

dengan v =

Q
Be

H1

=
=

=
=

50.00

2.297

3.179 m/dt

3.179
x 9.8

0.516 m

jadi tinggi air di atas mercu adalah : Hd

365.128

2.297 -

0.516 =

1.781 m

MENENTUKAN TINGGI AIR BANJIR DI HILIR BENDUNG


Dipakai rumus STRICKLER
V

Dimana :

Q
V
Ks
I
m

= Ks

=
=
=
=
=

. R2/3

. I1/2

Debit rencana
(m3/dt)
Kecepatan pengaliran
(m/dt)
Koefisien Kekasaran strikler.
Kemiringan dasar sungai
Kemiringan dasar sungai

Halaman 23

b
h
n
A
P

=
=
=
=
=
=

lebar dasar sungai


tinggi air
perbandingan lebar dasar sungai / tinggi air
( b . h ) + ( m . h2 )
b + 2h ( m2 + I )1/2
h ( n + 2 ( m2 + I )1/2 )

= A.V

Q
b
I

=
=
=

Ks

45

m
n

=
=

2
8.05

Diketahui :

0.0009

365 m3/dt
60 m
x
10 -4

( Debit Banjir Rencana )


( Lebar sungai )
( Kemiringan memanjang dasar
sungai )
( Angka kekasaran dinding dr
tanah )
( dari table 4.1. )
( dari table 4.1. )

Tabel perhitungan h dengan cara coba coba :


h

(b.h)+(m.h2) b+2h(m2 +I)1/2


2.589
2.592
2.597

Harga h =

168.746
168.957
169.309

2.592 m

70.358
70.370
70.390

( A/P )

Ks.R2/3.I1/2

( A.V )

2.3984
2.4010
2.4053

2.159
2.161
2.165

364.245
365.094
366.512

365 m3/dt

=h
+

2.592 m

40.00 m

Halaman 24

MENDIMENSI KOLAM OLAKAN


Untuk kolam olak digunakan salah satu type dari USBR

V1

2 xg ( 1 x H 1 Z )
2

KECEPATAN AWAL LONCATAN ( V1 )


V1

Dimana :

= Kecepatan awal loncatan


= Percepatan grafitasi

g
H1
z

(m/dt)
(9,8 m/dt)

= Tinggi energi diatas ambang


(m)
= Tinggi jatuh, m
=
6.50 m

= p+n min

Diketahui :
H1
z

=
=

2.297 m
6.50 m

V1

12.2438 m/dt

Maka :
9.8

/2

2.297 +

6.50

LEBAR PERSATUAN LUAS ( q )


q

=
=
Yu

Q
Beff
365
50.00
7.300 m/dt

q
V1

7.300
12.2438

7.361
10.45

0.596 m

0.7044

( kedalaman air diambil loncatan )

KONTROL TINGGI MUKA AIR DI HILIR RUANG OLAKAN


1
Y2
(
2
Yu

Dimana :

(1 8.FR 2 ) 1Yu

Y2

= Kedalaman air di atas ambang ujung

Yu

= Kedalaman air di awal loncatan air


= Bilangan froude

Fr
V1
g

= Kecepatan awal loncatan, m/dt


= Percepatan grafitasi, m/dt = (9,8)

Fr

V1
g .Yu
12.244

=
2,5 < Fr

9.8

0.596

5.065

<

4.50

5.065

dipakai
kolam
USBR type IV

olakan

Halaman 25

Syarat pemilihan kolam olakan type USBR berdasar Fr :


Fr < 1,7
1,7 < Fr < 2,5

= tidak perlu kolam olakan


= hanya digunakan bangunan terjun tegak

2,5 < Fr < 4,5 USBR type IV


Fr > 4,5 kolam olak type III
Maka :
Y2

1
2

1
2

Fr

1 +

Fr

5.065

2
-

Yu

0.596

4.271 m

Panjang kolam
Ls

2.7 Yu

2.7 x

/2

0.596

1 +

/2

5.065

11.53 m

PENAMPANG MELINTANG BENDUNG DENGAN BENTUK BULAT


STILLING BAZIN USBR TYPE IV

2.40
m
2.50
m
2.50
m

L=

11.53

Gambar : Karakteristik kolam olak untuk dipakai dengan bilangan Froude diatas 4,5

Halaman 26

Mencari kedalaman koperan ( m )


Q

365
B eff

=
=
=

0.9
0.9

365
50.00

7.30 m3/dt

Menurut Lucy ( m ) dirumuskan


M

Q 2/3
7.3000 2/3
x
3.39 m
x

Mencari tinggi Eld sill (n) olak


n

= Yu

18 + Fr
18

0.596

13.75
18

0.87407 m

18 +
18

5.065

Mencari tinggi blok halling (n3)


n3

= Yu

4 + Fr
6

0.596

4 +
6

0.901 m

5.065

RENCANA SALURAN PRIMER


Menentukan debit saluran
- Data luas daerah irigasi yang dialiri pada sebelah kiri
- Kebutuhan Air untuk tanaman padi
- Debit pengambilan kiri =
Q

1.2

0.2

0.2

=
W

3,650
1000
5.037 m3/dt

1.2

0.15

0.15

=
=

3,650 ha
1.15 lt/dt/ha

1/3

5.037 1/3

0.457 m

Halaman 27

( gambar saluran induk kiri)

b=

w=

0.457 m

h=

1.200 m

2.399 m

Untuk saluran mendimensi saluran ada beberapa rumus,disini dipakai rumus STICLER

Q
V
A
O
R

Dimana :

= V.A
= K . R2/3 . I1/2
= (b+m.H).H
= b + 2h . ( m + 1 ) 1/2
= A/O
Dimana : b =
60 m

Q
V
R
I

=
=
=
=

( lebar sungai )

debit (Q 200 365 m3/dt )


kecepatan aliran ( m/dt
jari-jari hidrolis,dipakai R = A/O ( m)
kemiringan dasar sungai
9
x

10 -4

Perhitungan :
5.037 m3/dt

Berdasarkan tabel 4.2 (buku KP 01 hal 125 ) didapat :


n
m
k

=
=
=

2
1.5
40

Menurut LACEY dengan buku Theory and design of Irigastion Structure,kecepatan


pngairan pada suatu saluran dengan jenis arah tertentu:

Dimana :

= ( Q . F2 )1/6
140

Q
F

= Debit rencana ( m3 / dt )
= Silt faktor ( untuk clay F =

Maka dapat dihitung :


F
= b . h + m . H2

= b + 2h

1 + m2

= h2 . (m+n)
= h2
1.5 +
= 3.5 h2
= h.
2 +
=
6.325 h

0.4 )

1 +

1.5

Halaman 28

F
O

3.5 h2
6.325 h

0.553

0.553

1/6

(Q.f )
140
2

1/6

5.037

0.00689 m/dt

Q
F

0.40

140

5.037 x

0.16

0.96468
0.00689
140
0.0069 m/dt

h2
h

=
=

5.037
3.5 h2
1.439 m
1.200 m

Maka :
h

1.200 m

n . h

2.399 m

3.5 h2

3.5

1.200

1.439

5.037 m

6.325 x h

6.325 x

7.587 m

A
P

5.037
7.587

1.200

0.664 m

Halaman 29

Rumus Strickler :
V

R2/3

I1/2
2/3

0.00689 =

40

0.00689 =

40

1/2

0.664

0.761

1/2

0.00689 =

30.4406

= 0.00689
30.4406
I1/2

0.00023

0.00090 =

Ws

0.2 +

0.2 +

0.15

Qn

0.15

10 -4

1/3

5.037

1/3

0.457 m

PERENCANAAN PINTU PENGAMBILAN AIR


Ambang pengambilan di saluran primer diambil 1.0 m diatas muka kantong lumpur
dalam keadaan penuh.
Q rencana (Qn) =

5.037 m/dt

Bangunan pengambilan pada sebelah kiri sungai diketahui


Q=
Tinggi ambang diambil 1/3 dari dasar bendung. Rumus yang dipakai :

5.037 m/dt

Q .b.a 2 g .z
Dimana :

b
a
g
z

= debit
= koefisien debit untuk bukaan di bawah permukaan
air dengan energi ditentukan ( diambil 0,8 )
0.8
=
=
=
=

lebar bukaan pintu pengambilan


tinggi bukaan yang direncanakan
kecepatan gravitasi
9.8 m/dt
kehilangan energi pada bukaan

0.15

Halaman 30

Halaman 31

Maka :
b

0.8 .

1.2 . Qn

1.2

=
a.b

a .

0.8 . a

5.037

6.0444 m3/dt
Q

0.8

6.0444
9.8
x

0.15

a2
a

=
=

=
=
=

0.8 .
a
0.8 x
1.985
1.588 m ( lebar pintu )

bp

=
=
=

b
+
1.588
+
1.888 m

hp

=
=
=

a
+
1.985 +
2.135 m

6.0444
2.352

3.941
1.985

Maka :

2
x
0.15
0.30
~
1.90 m
0.15
0.15

Jadi dipergunakan pintu pengambilan dengan

lebar bp =
tinggi hp =

1.90 m
2.14 m

Dimensi Balok Pintu Pengambilan


Dimensi balok pengambilan sebagai berikut :
Lebar pintu
=
1.588 m
Bp ( lebar teoritis )
=
1.588 + 2
x
0.15
=
1.888 m
~
1.90 m
=
188.8 cm ~
190 cm
Tinggi papan kayu
=
1m
= 100 cm
Berat jenis kayu
=
0.91 g/cm3
=
9.1 x
( Bengkirai ) kelas 1
lt

( air )

=
=

2
3

x
1 ton/m3

150
=

100

10 -4

cm

0.001 kg/m3

Halaman 32

w=

0.457 m
1.00 m

m 1,00

P1

= Luas tekan 1 x
= 0.5 x
1.457 2
=
1.06 t/m

luas tekan I x
= 0.5 x
12
=
0.50 t/m
q

=
=

Momen yang timbul


M

P1

+
2

P2

1.06

+
2
0.781 t/m

x 1

0.50

x 1

=
=
=

1
x
q
x
8
1
x
0.781
8
1
x
0.781
8
0.024 t/m
2.400 kg/cm

l2
x

0.50

0.25

1
x t2
x
b
6
Dimana h adalah lebar kayu yang ditinjau yaitu

1m

=
=
=

2
0.024

W ( momen kelembaman )
=

=
=

1
6

x t2

100 cm

100

16.67 t2

Halaman 33

Dimensi tebal pintu


P

M
W

100

2.400
16.67 t2

t2

144.00
100

t2

=
=

1.440
1.440

2 cm

Sehingga ukuran kayu yang digunakan


2

100 cm atau

5 x

2 cm
20

Gaya pintu ke atas


Ukuran stang pintu
Berat stang

Berat daun pintu

= F stang x (h pintu ) x bj baja


=
7.808 x 100 x
7.850 x
=
6.13 kg

= h pintu x l pintu x t pintu x bj kayu


=
100
x 190 x
2
x 9.1 x
=
34.58 kg

Berat sambungan

=
=

20%
x
6.92 kg

34.58

Berat total pintu (Gx)

=
=

6.13 +
47.63 kg

34.58

Koefesien gesek baja alur dengan pintu (f) = 0.4


Gaya gesek (gy)
= 0.4 x Tekanan air
= 0.4 x
0.781 x
=
312 kg
Total (G)

10 -3

47.63 +

359.63 kg

10 -4

6.92

312

Kontrol terhadap tegangan ( )

= Gp pintu
F stang

< baja =

359.63
7.808

<

46.06 kg/cm2

1,400 kg/cm2

1,400

<

1,400 kg/cm2 ( Aman )

Halaman 34

Akibat gaya tekan pintu bergerak turun


Jumlah gaya (PK)

= ( Gaya gesek Gx )
=
312 47.63
= 264.37 kg

PERENCANAAN PINTU PEMBILAS


Lebar pintu pembilas diambil dengan harga :
Lpbl

1
10

x lebar bersih bendung

1
10

50.000

5.000 m

Dipergunakan 2 pintu pembilas dengan lebar masing- masing dengan satu pintu
=
1.5 m dengan menggukan 1 pilar @ 1 m, untuk tinggi pintu pembilas sama dengan
bendung ditambah dengan 0.5 m
Jadi elevasi dinding pemisah (Edp) :
=

46.50

0.5 =

47.00 m

0.5 =

39.50 m

Sedangkan untuk elevasi dasar pintu pembilas ( Epp) :


=

40.00

Kecepatan aliran yang di gunakan untuk menghanyutkan sedimen yang terbawa air
sungai dan mengendap di depan pintu pengambilan ,diambil dengan rumus :

Dimana :

Maka :

Vc

1.5 . c

= coevisien of the sedimen shepe


(
c
= 3.2 )

= diameter max butiran

0.10 m

Ve

1.5 x

1/2

1.518 m/dt

3.2 .

1/2

0.10

Jadi debit minimum yang diperlukan untuk pembilas :


Q

= Qn
Lpbl
=

5.037
5.000

1.01

m3/dt/m

Halaman 35

Kedalaman kritis :
hc

q2
g
1.01
9.8

1.01
0.10356 0.3218
9.8

0.965 m

Pintu tekanan penuh, menggunakan rumus :

Maka :

Vc

Vc

9.8 x

9.46098 m/dt

Vc

x hc
0.965

> Ve

9.46098 >

1.518

............

( Aman )

Kemiringan lantai penguras


Untuk mempertahankan Vc

9.46098 m/dt

hc
n

V 1/n x R1/3 x S1/3


pada saat R Hc maka V = Vc
R

n
+

+ m
2 1m2

0.965 2
3 + 2

3.379
9.014

0.375

0.1

hc
R2/3

+
1

1.5
+ 1.5 2

n 2
2

0.965
x
2/3
0.375

2
=

0.189
0.520

0.132

Halaman 36

Dimensi Pintu Pembilas


Diketahui :
Lebar pintu
Bp ( lebar teoritis )

=
=
=
=

Tinggi papan kayu

Berat jenis kayu


(Bengkirai ) kelas 1

lt

5.000 m
5.000 +
5.300 m
530.0 cm
3 m
300 Cm
0.91 g/cm3

2
3

( air )

150

1 ton/m3

0.15

9.1 x

100

10 -4

cm

0.001 kg/m3

w = 0.457

w = 3.000

P1

= Luas tekan 1 x
=
1.5
x
3.00
=
4.50 t/m

P2
=
=
q

Luas tekan 1 x
2
0.5
x
3.46
x
5.98 t/m

= P1

+ P2
2

4.50

+
2

5.98

5.24 t/m

Halaman 37

Momen yang timbul


M

=
=

1
8

x q x l2

1
8

5.24 x

1.50 2

1
8

5.24 x

2.25

=
=

1.47317
14.732

tm
kgcm

W ( momen kelembaman )
=

1
6

t2

Dimana h adalah lebar kayu yang ditinjau yaitu 2 m =


=

1
6

100

200

33.33 t2

M
W

14.732
33.33

t2

441.951
100

=
=

2.102
2.102

Sehingga ukuran kayu yang digunakan

t2

3 cm

3/300

cm

Ukuran stang pengangkat pintu


- Lebar pintu
- Diameter (d)
- Tinggi pintu

cm

Dimensi tebal pintu


P

t2

200

=
=
=

530.0 cm
8
cm
3
m

530.0
450 cm

300 cm

Gaya pintu ke atas


F stang

=
=
=

1
4
1
4

.
x

. d2
3.14

82

50.24 cm2
Halaman 38

Berat stang

= F stang x (h pintu ) x bj baja


=
50.24 x
300 x
7.850 x
=
118.3 Kg
=
118.315 Kg 11.832 Kg

Berat daun pintu

= h pintu x l pintu x t pintu x bj kayu


=
300 x
200 x
3 x
=
163.8 kg

Berat sambungan

=
=

20%
x
32.76 kg

163.8

Berat total pintu (Gx)

118.32 +
314.88 kg

163.8

10 -3
0.001

-4
9.1 x 10

32.76

Koefesien gesek baja alur dengan pintu (f) = 0.4


Gaya gesek (gy)
=
0.4
x tekanan air
=
0.4
x
5.24
=
2,095 kg

Total (G)

=
=

314.88 +
2,410 kg

2,095

Kontrol terhadap tegangan ( )

= Gp pintu
F stang

< baja =

2,410
50.24

<

47.97 kg/cm2

1,400 kg/cm2

1,400

<

1,400 kg/cm2 ( Aman )

Akibat gaya tekan pintu bergerak turun


Jumlah gaya (PK)

= ( Gaya gesek Gx )
=
2,095 - 314.88
=
1,780.30 kg

LK

=
=

lx

=
=

lmax

0.5
x
530.0
374.77 m
1
x
3
x
12
70,225 cm 4

lx
Fbr

70,225
900

530.0 2

8.83 cm2
Halaman 39

LK
lmax

= 374.767
8.83333
=

42.4264 cm

<

150

cm

PERHITUNGAN KANTONG LUMPUR ( SAND TRAP )


Tujuan ; Merencanakan sebuah bangunan pada awal saluran primer di belakang
pengambilan yang berfungsi penggerak sedimen atau dalam artia mencegah
masuknya sidemen ke dalam jaringan saluran irigasi dan mencegah pengendapan di
seluruh salran irigas yang bangunan tersebut biasa dikenal kantong lumpur.
Basanya panjang kantong lumpur adalah 200sd 260 m ,panjang tersebut bergantung
pada :
- Diameter sedimen yang akan mengendap 200 m untuk bahan sedimen asar dan
500 m untuk partikel yang lebih halus.
- Topografi
- Kemungkinan dilakukan pembiasan
Kriteria dan Bentuk Hidrolis
1 Pembilasan dilaksanakan secara hidrolis
2 Perhitungan kemiringan dasar kantong lumpur dan besar debit pembilas
ditentukan dengan memperhatikan bahwa kecepatan rata-rata dapat menimbulkan
vegetasi atau pengendapan partikel-partikel lempung.
3 Besarnya kecepatan hendaknya selalu dibawah kecepatan kritis karena kecepatan
super kritis akan mengurangi efektifitas proses pengambilan.
4 Panjang kantong lumpur ditetapkan sedemikian rupa sehingga cukup waktu untuk
mengendapkan butiran.
Pembersihan kantong lumpur,pembuangan sedimen dan tampungan dapat di lakukan
dengan pembilasan sel hidrolis ( Hidrolis Flushing ) pembilasan secara normal atau
secara mekanis. Metode pembilasan secara hidrolis lebih disukai karena biaya tidak
mahal.Jarak waktu pebilasan kantong lumpur,tergantung pada kapasitas jaringan
irigan,banyaknya sedimen di sungai ,luas tampungan serta tersedianya debit air
suungai yang dibutuhkan untuk pembilasan.
Gambar Potongan Memanjang Kantong Lumpur

Halaman 40

Menentukan Panjang kantung Lumpur untuk SAND TRAP

Gambar, Potongan Melintang dan Potongan Memanjang Kantong Lumpur

Sand Trap Kiri ( cara 1 )


1 Menentukan panjang kantong lumpur

P
L

Halaman 41

RUMUS ;

LB

Dimana :

L
V
W
H
g

=
=
=
=
=
=

Q
W
1
. 9.8
13
(A )d2

panjang kantong lumpur ( m)


Volume kantong lumpur
Kecepatan endapan partikela sedimen ( m/dt)
Kedalaman aliran sedimen ( m )
gravitasi ( 9,8 m /dt )
Viskositas air,menurut POSSEVILE :
0.0178
1 + 0.0137 Tc
+ 0.0002 Tc2

Tc

= Temperatur Air
= Berat jenis partikel
= Berat jenis air
1,000 Kg
= Diameter partikel
=
Dengan potongan grafik SHILIS ( grafik hubungan antara kecepatan endapan
dan diameter butir )dari buku petunjuk irigasi hal 6.4 maka harga W dapat
langsung diketahui ,asumsi yang diambil :
- Diameter partikel 70 atau 0,07 mm kecepatan endapan W menjadi 0,004 m/dt
- Suhu air :

20 o

Menentukan volume kantong lumpur :


Diambil Qn
:
5.037 m3/dt per minggu
Qn

=
=

1.2
x
5.037
6.0444 m2/dt

m
n
ks
As

=
=
=
=
=
=

Ps

= b + 2h ( 1 + m2 )0,5

1.5
2
40
b
x
h
h2 ( m
3.5 h2

+
+

m
n

x
)

= h

+ m2 0.5

= h

=
=

1 +

1.5 2

0,5

2.3 0.5

3.25

7.21 h

Halaman 42

h=

B=

Rs

VS

2.030 m

4.060 m

A
P

3.5
7.21

h2
h

0.485 h

0.40

m/dt >

0.30

mencegah tumbuhnya vegetasi

Q . f2
140

6.0444 x 0.4 2
140
0.007
0.710
0.419 m/dt

0.419
=
V

0.419 =

Maka :

h2

=
=

h
b

=
=
=
=

As

=
=
=

1/6

1/6

0.16667
0.160 0.99444

Qn
A
6.0444
3.5 h2
1.727
0.4190
4.122
2.030 m

2.030 m
x
h
2 x
2.030
4.060 m

3.5 x h2
3.5 x
4.122 2
14.4258 m2

Halaman 43

Ps

=
=
=

7.21
x h
7.21 x
2.030
14.6399 m
As
Ps

= 14.4258
14.6399
=
Rumus Strickler :
Vn
0.419
0.419
0.419

Ls 1/2

0.985 m

= Ks
x
Rs 2/3
x
2/3
=
40 x
0.985
=
40 x
0.990 x
= 39.6091
0.419
=
39.6091
= 0.01058
=

Ws

10.58 x

Ls 1/2
x
Ls 1/2
Ls 1/2

10 -2

0.2 +

0.15

. Qn

0.2 +

0.15

1/3

6.0444 1/3

1.82159

0.638 m

Panjang kantong lumpur


L

= V
w

0.419
.
0.0064

133.423 m

Is =

2.030

10.58 x

10 -2

h1

h = h2-h1
Io =

2.72 x

10 -3

h2

L = 133.423 m

Asumsi sedimen di kantong lumpur berupa pasir kasar, maka : kecepatan


pembilasan ( Vs ) diambil 1,5 m/dt.
Qn

=
=

1.2
x
5.037
6.0444 m2/dt

Halaman 44

Ao

Lebar dasar B

= Qn
Vo
=

Ao

0.992 m

=
4.060 +
=

=
Ro

2/3

4.0296
2
x

1.270

0.611 m
Vo2
x Ks 2
1.5 2

0.611

3.599
1.120

4.060 m

= Ao
Po

ho

0.992 m

b=

lo

4.0296 m2

ho

4.060 x

ho =

Ro

6.0444 =
1.5

4.060 m

4.0296 =
ho

2/3

40 2

0.00272
2.72 x

10 -3

Agar pembilasan dapat dilakukan dengan baik, kecepatan aliran harus dijaga agar
tetap subkritis atau Fr < 1
Fr

v
g . ho

0.154 m

1.5
9.8 x
<

0.992

1 ....... ( OK )

= x g x ho x Io
2.72
0.001
=
1000 x 9.8 x
0.992 x
2.72 x
10 -3
= 26.4075
0.00272
maka partikel partikel yang lebih kecil dari 30 mm akan terbilas.

Halaman 45

STABILITAS BENDUNG :
1. Analisa stabilitas
Stabilitas konstruksi ditinjau terhadap bahaya guling geser dan daya dukung tanah dasar
pondasi. Dalam analisa ditinjau pada keadaan :
- Keadaan normal
- Keadaan air banjir
- Keadaan gempa
Gaya yang bekerja dan diperhitungkan :
a Berat konstruksi
b Tekanan hidrostatik
c Tekanan Lumpur
d Gaya up lift
e Gaya gempa
f Tekanan tanah

a Berat konstruksi
Gaya = tinggi x lebar x BJ beton ( untuk segitiga x 0,5 )
Momen = gaya x lengan

.50

3.49

1.75

G1

6.50

6.50
4.75

G2

G3

6.39
4.75
G4

0.50
0.50

G6

G7

G5

5.41
G8

0.50

G9
G10

0.50

G11

0.60

5.85
1.00

0.54

6.50

0.45 0.44 0.54

Halaman 46

KODE
G1
G2
G3
G4
G5
G6
G7
G8
G9
G10
G11

TINGGI
(M)
1.75
4.75
4.75
0.50
0.50
0.50
0.50
0.50
0.50
0.60
0.60

LEBAR
(M)
3.49
3.49
4.75
8.04
0.45
1.00
0.54
5.41
0.44
5.85
0.54

BJ
(t/m3)
2.20
2.20
2.20
2.20
2.20
2.20
2.20
2.20
2.20
2.20
2.20

GAYA
LENGAN
(t)
(m)
-13.437
7.93
-36.471
7.93
-49.638
4.87
-8.844
5.45
-0.495
1.27
-1.100
8.97
-0.594
8.11
-5.951
2.94
-0.484
0.69
-7.722
3.47
-0.713
0.18
-125.447

MOMEN
(tm)
-106.551
-289.211
-241.735
-48.200
-0.629
-9.867
-4.817
-17.511
-0.332
-26.757
-0.128
-745.739

b Tekanan hidrostatik
1.) Pada keadaan normal
2.)
6.50

6.50

W1

W2

/2 6.50
21.13 kg
21.13 ton

W1

=
=
=

Lengan

1.5 x

W2

=
=
=

W2 ( horisontal )
W3 ( vertikal )

=
=

sin 45 o
sin 45 o

Lengan ( horisontal )
Lengan ( vertikal )

=
=

1.27 m
1.50 m

Momen ( horisontal )
Momen ( vertikal )

=
=

1.27 x
1.50 x

21

6.50

/2 6.50
x
- 21.13 kg
- 21.13 ton
x
x

1.000

32 tm
6.50

1.000

-21.125 =
-21.125 =

-14.938
-14.938

21.13
21.13

=
=

26.829 tm
31.688 tm

Halaman 47

3.) Pada keadaan banjir


TITIK
B1
B2
B3
B4
C1
C2
C3

TINGGI
LEBAR
(m)
6.64
6.64
7.08
1.00
7.44
4.50
7.44
4.50
2.59
2.74
7.44
7.44
7.08
7.08

BJ
(t/m3)
1
1
1
1
1
1
1

GAYA
LENGAN
Horiz Vertikal
22.04
2.49
3.540
2.31
-16.740
3.48
-16.740
1.72
-3.548
8.14
-27.677
3.62
-25.063
1.03
-16.218 -47.965

MOMEN
Horiz
Vertikal
54.8916
0
8.1774
0
0
-58.255
-28.793
0
0
-28.883
0
-100.190
-25.815
0
8.461
-187.328

4.) Gaya gempa


Gaya gempa

= gaya x koefesien gempa

Momen

= gaya gempa x lengan

3.49

G1

1.745

6.50

6.50

G2

4.755

G6

1.00

KODE
G1
G2
G3
G4
G5
G6
G7
G8
G9
G10
G11

G5

G4

0.50
0.50

G3

G7

G8

0.54

KOEF
GEMPA
0.15
0.15
0.15
0.15
0.15
0.15
0.15
0.15
0.15
0.15
0.15

G10
5.85

6.50

GAYA
(t)
6.489
19.733
20.065
4.719
0.462
1.100
0.550
3.103
0.316
4.919
0.649

LENGAN
(m)
3.01
1.41
0.75
1.26
0.56
0.75
1.21
0.21
0.42
0.17
0.13

0.50

G9

0.50

G11

0.45 0.44

0.60

0.54

GAYA
GEMPA
0.973
2.960
3.010
0.708
0.069
0.165
0.083
0.465
0.047
0.738
0.097
9.316

MOMEN
(tm)
2.930
4.174
2.257
0.892
0.039
0.124
0.100
0.098
0.020
0.125
0.013
10.771

Halaman 48

5.) Akibat tekanan lumpur


Endapan lumpur dianggap setinggi mercu bendung
s

=
=

Ka

Sin
Sin

Gaya horisontal (Ps)

Momen

6.50 m

0.085

1,000 Kg/m3
50 o

50 o
50

1 +

h2
2 1

1,000

382.5 kg

/2

1 -

.
2

1
+

/2

Sin 50 o
Sin 50 o

3 2

0.085

0.38 ton

= gaya horisontal x lengan


=
0.38 x
1.5
=
0.57 tm

6.) Up Life Pressure


Px

= Hx

Px
L
Lx
Hx

=
=
=
=

Lx
L

AH

Dimana :
gaya angkat pada x (kg/m2)
panjang total kontak bendung dan tanah bawah
jarak sepanjang bidang kontak dari hulu
tinggi energi dihulu bendung (m)

2.297

6.50

6.50

A
D

0.50
0.50

E
F

C
1.00

0.50

0.54

0.50

5.85
6.50
0.45 0.44

0.60

0.54

Halaman 49

TITIK
A
B
C
D
E
F
G

GARIS

A-B
B-C
C-D
D-E
E-F
F-G
JUMLAH

Hwl

= elevasi puncak pelimpah elevasi muka air


sungai di hilir bendung
=
6.50 2.592
=
3.908 m

Cw

PANJANG
REMBESAN
LH
LV
m
m

Lv

+ 1/3 h
Hwl

2.63

+
3.908

1.336

2.592

1/3 LH TOTAL (LW)


m

1.00
0.63
1.97
1.00
4.29
2.63

Px =
H-H

t/m2

t/m2
4.50
5.50
5.50
5.00
5.00
6.00
6.00

t/m2
4.50
5.09
4.99
4.29
4.38
4.52
4.34

0.33
0.66
1.43
2.42

1.00

LW/CW

1.00
1.24
1.73
1.51
3.61
4.04

0.41
0.51
0.71
0.62
1.48
1.66

Momen Up Life Pressure kondisi normal

TITIK

URAIAN GAYA

A-B
B-C
C-D

0.50
0.50
0.50

1.00
1.00
0.63

D-E
E-F
F-G

0.50
0.50
0.50

1.97
1.00
4.29

4.50
5.09
4.99
4.99
4.29
4.38
4.52

GAYA (T)

5.09
4.99
-4.29
-4.29
4.38
4.52
4.34

4.795
5.041
-0.221
-0.701
8.541
4.450
19.011
40.916

LENGAN
(m)

0.75
6.76
0.99
0.74
5.34
0.50
2.33

MOMEN

MOMEN

GULING

TAHAN

(TM)

(TM)

3.596
34.075
-0.219
-0.519
45.610
2.225
44.295
129.801

-0.738

A. Pada keadaan Banjir


Hwl

= elevasi puncak pelimpah elevasi muka air


sungai di hilir bendung
=
6.50 2.592
=
3.908 m

Cw

Lv

+ 1/3 h
Hwl

2.63

+
3.908

1.336

2.592

Halaman 50

Perhitungan rembesan dan tekanan air pada saat banjir

TITIK

GARIS

A
B
A-B
C
B-C
D
C-D
E
D-E
F
E-F
G
F-G
JUMLAH

PANJANG
REMBESAN
LH
LV
m
m

1/3 LH TOTAL (LW)


m

1.00
0.63
1.97
1.00
4.29
7.26

2.63

t/m2

t/m2
6.64
7.64
7.64
7.14
7.14
8.14
8.14

0.33
0.66
1.43
2.42

1.00

LW/CW

1.00
1.24
1.73
1.51
3.61
4.04

0.806
1.000
1.395
1.217
2.910
3.257

Px =
H-H
t/m2
6.640
6.834
6.640
5.745
5.923
5.230
4.883

Momen Up Life Pressure kondisi banjir

TITIK

URAIAN GAYA

A-B
B-C
C-D

0.50
0.50
0.50

1.00
1.00
0.63

D-E
E-F
F-G

0.50
0.50
0.50

1.97
1.00
4.29

6.64
6.83
5.75
0.63
5.75
5.92
5.23

LENGAN
(m)

GAYA (T)

6.83
6.64
5.75
-5.75
5.92
5.23
4.88

6.737
6.737
-3.620
-5.115
11.493
5.576
21.692
43.500

MOMEN

MOMEN

GULING

TAHAN

(TM)

(TM)

5.053
45.543

0.75
6.76
0.99
0.74
5.34
0.50
2.33

-3.583
-3.785
61.373
2.788
50.543
165.300

-7.368

7.) Gaya akibat tekanan tanah aktif


Berdasarkan data dari penyelidikan tanah dihasilkan parameter berupa :
Lempung oganik
Angka Pori (e)
=
1.479
Berat jenis (Gs)
=
2.693
C
=
2.670 t/m2

=
10 o
sub

= sat - w
Gs

= Yw

=
=
Ka

Ka

+ e
1 + c

2.693
1

- Yw
+
+

1.479
1.479

0.682 t/m2

= tan2

50 o -

50 o -

10
2

50 o -

50 o -

10
2

= tan2
=

2.039
Halaman 51

TITIK
A
B
C
D
E
F
G

GARIS

KETINGGIAN

A-B
B-C
C-D
D-E
E-F
F-G

0.00
1.00
1.00
0.50
0.50
1.00
1.00

Ea (T)

Ep (T)

LENGAN
(M)
0.74
6.76
0.99
0.75
4.18
0.50
2.14

0.000
0.484
0.240
0.120
0.060
0.484
0.240
0.540

MOMEN
TAHAN

GULING
0.000

3.272
0.238
0.090
0.251
0.242

1.088

0.514
1.003

3.604

1.11. STABILITAS BENDUNG


- Stabilitas bendung pada keadaan air normal
No
1
2
3
4
5
6

Gaya

Jenis gaya

H (T)

Berat sendiri
Gempa
Hidrostatis

9.316
21.125
-14.938
0.383
0.540
16.426

Tekanan lumpur
Uplift Pressure
Tekanan tanah aktif

Momen
(V) Tahan
(H) Guling
-745.739
10.771

V (T)
-125.447

Ru
Rv
Mt
Mg

=
=
=
=

Sf

Mt
Mg

711.185
168.977

4.21

-14.938

31.688

40.916
1.088
-98.381

-0.738
3.604
-711.185

26.829
0.574
129.801
1.003
168.977

16.426 Ton
-98.381 Ton
-711.185 Ton
168.977 Ton

1.] Terhadap Guling


>

1.5

>

1.5

....... ( Aman )

2.] Terhadap Geser


Sf

Rv
RH

;f

98.381
16.426

0.75

4.49

>

1.5

0.75

....... ( Aman )

Halaman 52

3.] Eksentrisitas
a

e
e
e

Mt

711.185

5.511

= ( B/2 - a)
=
7.26 /
= -1.881 <

Mg

168.977
98.381

< B/6
2
1.21

5.511 <
7.26 /
....... ( Aman )

4.] Keamanan terhadap tekanan tanah

Rv
L

98.381
1
7.26

11.996 t/m2

Rv
L

98.381
1
7.26

15.106 t/m2

6e
L
6

x
-1.881
7.26

6e
L
6

x
-1.881
7.26

- Stabilitas bendung pada keadaan air banjir


No
1
2
3
4
5
6

Gaya

Jenis gaya

H (T)

Berat sendiri
Gempa
Hidrostatis
Tekanan lumpur
Uplift Pressure
Tekanan tanah aktif

V (T)
-65.286

9.316
-16.218
3.806

-47.965
43.501
1.088
-68.662

0.540
-2.556

Ru
Rv
Mt
Mg

=
=
=
=

Sf

Mt
Mg

477.878
186.105

2.57

Momen
Tahan
Guling
-286.785
10.771
-187.328
8.461
0.571
-7.369
165.300
3.604
1.002
-477.878
186.105

-2.556 Ton
-68.662 Ton
-477.878 Ton
186.105 Ton

1.] Terhadap Guling


>

1.25

>

1.25

....... ( Aman )

Halaman 53

2.] Terhadap Geser


Sf

Rv
RH

;f

68.662
2.556

0.75

20.15

>

1.25

0.75

....... ( Aman )

3.] Eksentrisitas
a

e
e
e

Mt

477.878

4.249

= ( B/2 - a)
=
7.26
/
= -0.619 <

Mg

186.105
68.662

< B/6
2
1.21

4.249 <
7.26 /
....... ( Aman )

4.] Keamanan terhadap tekanan tanah

Rv
L

68.662
1
7.26

8.946 t/m2

Rv
L

68.662
1
7.26

6e
L
6

x
-0.619
7.26

6e
L
6

x
-0.619
7.26

9.969 t/m2

Mencari panjang CL dengan Teori Lane :


Perhitungan Panjang CL ( lantai muka bendung)
H

= Selisih tinggi muka air hulu dan hilir bendung pada keadaan normal
H

=
=

CL

6.50 3.908 m
Lv

2.592

+ Lh
H

2.63

+
3.908

2.531 m

7.26

2.500 m
Halaman 54

Lengan G1

X
KODE
G1
G2
G3
G4
G5
G6
G7
G8
G9
G10
G11

LENGAN
(m)
7.93
7.93
4.87
5.45
1.27
8.97
8.11
2.94
0.69
3.47
0.18

= Jarak sepanjang bidang kontak dari hulu sampai x

Anda mungkin juga menyukai