Anda di halaman 1dari 6

EVALUASI DRAINASE DI JALAN GAJAH MADA, SUKOREJO,

BOJONEGORO, JAWA TIMUR.


Yuliani Wahyu Sardana

Intisari
Bojonegoro adalah salah satu kota yang memiliki banyak drainase khususnya
disepanjang jalan seperti drainase di jalan Gajah Mada, namun tak jarang di saat hujan lebat
drainase tersebut tak dapat menampung dan mengalirkan air sehingga dapat menimbulkan
genangan di jalan dan area sekitarnya. Tujuan penelitian ini ialah : Untuk mengetahui besar
intensitas hujan per jam, debit aliran rencana, dan dimensi penampang saluran serta Untuk
menganalisa apakah saluran mampu melewatkan dan menampung air yang yang datang dari
hujan. Analisis yang digunakan untuk menyusun penulisan ini adalah analisis hidrologi yang
bertujuan menghitung debit rencana dengan menggunakan metode rasional dan Analisa
hidrolika untuk menghitung kapasitas debit saluran drainase. Kedua hasil kemudian
dibandingkan (Qs ≥ Qp) untuk melihat kemampuan drainase perkotaan.
Berdasarkan hasil analisis diperoleh debit rencana (Qp) sebesar 1,25 m /s dan debit
saluran (Qs) sebesar 1,97 m /s. Maka dapat dikatakan bahwa saluran drainase secara
kapasitas saluran sudah mampu menampung air hujan yang jatuh dimana Qs ≥ Qp sehingga
ketika hujan, air hujan mampu tertampung di dalam saluran tersebut. Namun kenyataan
dilapangan ialah disaat hujan yang lebat air hujan tidak mampu tertampung sehingga
menimbulkan genangan di sepanjang jalan. Kondisi itu di pengaruhi akibat dibebarapa titik
lubang-lubang di sepanjang jalan tersumbat oleh sampah dan endapan-endapan tanah. Oleh
karena itu air dapat menggenang di jalan.

1. Pendahuluan 2. Tinjauan Pustaka


Drainase perkotaan merupakan Analisa Hidrologi
sistem pengeringan dan pengaliran air dari • Analisa Frekuensi Curah Hujan
wilayah perkotaan yang meliputi: Menurut Suripin (2004: 32), tujuan
pemukiman, Kawasan industry dan analisis frekuensi data hidrologi adalah
perdagangan, sekolah, rumah sakit, dan berkaitan dengan besaran peristiwa-
fasilitas umum lainnya, lapangan olahraga, peristiwa ekstrim yang berkaitan dengan
lapangan parkir, instalasi militer, instalasi frekuensi kejadian melalui penerapan
listrik & telekomunikasi, pelabuhan udara, distribusi kemungkinan. Distribusi frekuensi
pelabuhan laut/sungai, serta tempat lainnya digunakan untuk memperoleh probabilitas
yang merupakan bagian dari sarana kota. besaran curah hujan rencana dalam berbagai
periode ulang. Perhitungan curah hujan
Bojonegoro adalah salah satu kota
rencana menurut Metode Gumbel
yang memiliki banyak drainase khususnya
mempunyai perumusan sebagai berikut :
disepanjang jalan seperti drainase di jalan
Gajah Mada, namun tak jarang di saat hujan 𝑌𝑇𝑟 − 𝑌𝑛
𝑋 = 𝑋̅ + 𝑠 𝐾 𝐾=
lebat drainase tersebut tak dapat 𝑆𝑛

menampung dan mengalirkan air sehingga Dimana :


dapat menimbulkan genangan di jalan dan 𝑋̅ = harga rata – rata sampel
area sekitarnya. 𝑠 = standar deviasi
𝑌𝑛 = reduced mean yang tergantung jumlah

1
sampel sebagai berikut :
𝑆𝑛 = reduced standard deviation yang
2 𝑛
tergantung jumlah sampel 𝑡1 = × 3,28 × 𝐿o ×
𝑌𝑇𝑟 = reduced variate, yang dapat dihitung 3 √𝑆
𝐿
dengan persamaan 𝑡2 =
𝑇𝑟 − 1 60 × 𝑉
𝑌𝑇𝑟 = − ln{ − ln } 𝑇𝑐 = 𝑡1 + 𝑡2
𝑇𝑟
• Intensitas Curah Hujan Dimana :
Menurut Asdak (1995), menyatakan
Tc = waktu konsentrasi (menit)
bahwa instensitas hujan adalah jumlah
hujan per satuan waktu. Intensitas hujan t1 = waktu inlet (menit)
(mm/jam) dapat diturunkan dari data curah
hujan harian (mm) empiris menggunakan t2 = waktu aliran (menit)
metode mononobe, intensitas curah hujan L = panjang saluran(m)
(I) dalam rumus rasional dapat dihitung
berdasarkan rumus : Lo = jarak dari titik terjauh ke fasilitas
drainase (m)
𝑅24 24 2/3
𝐼= ( ) n = angka kekasaran manning
24 𝑡
Dimana : S = kemiringan saluran

R = curah hujan rancangan setempat (mm) V = kecepatan air rata-rata (m/detik)

t = Lamanya curah hujan (jam) • Debit Rencana


Debit rencana adalah debit
I = Intensitas curah hujan (mm/jam) (Loebis, maksimum yang akan dialirkan oleh saluran
1992). drainase untuk mencegah terjadnya
genangan.
Hubungan antara intensitas, lama
hujan dan frekuensi hujan biasanya Adapun rumusan perhitungan debit
dinyatakan dalam lengkung Intensitas rencana Metode Rasional adalah sebagai
Druasi frekuensi (IDF curve = Intencity- berikut :
Duration-Frequency Curve). Lengkung 𝑄𝑝 = 0,00278 . 𝐶. 𝐼. 𝐴
Intensity Duration Frequency (IDF) ini
digunakan dalam menghitung debit puncak Dimana :
dengan metode rasional untuk menentukan C = koefisien aliran permukaan
intensitas curah hujan rata-rata dari waktu I = intensitas hujan (mm/jam)
konsentrasi yang dipilih. A = luas daerah pengaliran (Ha)

• Waktu Konsentrasi Analisa Hidrolika


Menurut Suripin (2004), waktu Analisa hidrolika dimaksudkan
konsentrasi suatu DAS adalah waktu yang untuk mencari dimensi hidrolis dari saluran
diperlukan oleh air hujan yang jatuh untuk drainase dan bangunan-bangunan
mengalir dari titik terjauh sampai ke tempat pelengkapnya.
keluaran DAS (titik control) setelah tanah
menjadi jenuh. • Kapasitas Saluran
Perencanaan untuk aliran seragam
Salah satu meotde untuk dilakukan dengan rumus Manning, yaitu :
memperkirakan waktu konsentrasi adalah 1 2 1
𝑉 = 𝑅3 𝑆 2
𝑛

2
1 2 1 Keterangan:
𝑄𝑠 = 𝐴 𝑅3 𝑆 2
𝑛 L= batas daerah pengaliran (L1+L2+L3), L1=
𝐴 ditetapkan dari as jalan sampai tepi
𝑅=
𝑃 perkerasan, L2= ditetapkan dari tepi
Keterangan : perkerasan sampai tepi bahu, L3= tergantung
Q = debit saluran (m3/det) dari keadaan setempat, maksimum 100 m
A = luas penampang basah saluran (m2) Dari Perhitungan tersebut
R = jari – jari hidrolis (m) didapatkan luas daerah pengaliran drainase
n = koefisien kekerasan saluran di jalan Gajah Mada, Bojonegoro, Jawa
S = kemiringan dasar saluran Timur ialah sebesar 2,88 Hektar (Gambar 3).
P = keliling basah (m)
V = kecepatan rata-rata (m/det)
Dimensi saluran harus mampu
mengalirkan debit rencana atau dengan kata
lain debit yang dialirkan oleh saluran
(Qs) sama atau lebih besar dari debit debit
rencana (Qp). Hubungan ini ditunjukkan Gambar 3. Luas Gambar 4. Skema
sebagai berikut: daerah pengaliran. jaringan drainase
Qs ≥ Qp

3. Metode • Pengumpulan Data


Penyediaan data, berupa :
• Gambaran Umum Lokasi 1. Data Hidrologi : Data curah hujan
hariam maksimum minimal 10 tahun
pengamatan. Data ini adalah data
sekunder dimana berasal dari DPU
Pengairan Bojonegoro.
2. Data Hidrologi : Data keadaan, fungsi
dan dimensi saluran drainase. Data ini
diambil secara langsung dengan
Gambar 1. Lokasi pengamatan
melakukan pengamatan di lapangan
Panjang lokasi pengamatan/Panjang atau disebut data primer.
saluran drainase (L) adalah 1,2 km = 1200
m. Dengan elevasi ketinggian (t1) dan (t2)
sebesar 20 m 4. Hasil dan Pembahasan
Berdasarkan tata cara perencanaan Analisis Hidrologi
drainase SNI-03-3424-1994, luas daerah
pengaliran batas-batasnya tergantung dari DATA CURAH HUJAN KOTA BOJONEGORO

daerah pembebasan dan daerah


sekelilingnya ditetapkan seperti pada
Gambar 2 berikut :

Gambar 2. Daerah pengaliran sumber: SNI–


1994

3
• Analisa Frekuensi Curah Hujan
✓ Hitungan parameter statistik

Dari tabel diatas dapat dibuat kurva


Intensity Duration Frequency (IDF) :

Data hujan dan probabilitas untuk


distribusi Gumbel
Nilai rerata X :
1
𝑋= ∑𝑛𝑖=1 𝑥𝑖 = 106,4
𝑛

Standart Deviasi (S) :


1
𝑆 = √𝑛−1 ∑𝑛𝑖=1(𝑥𝑖 − 𝑋)2 = 26,7
• Waktu Konsentrasi
1
✓ Hujan rancangan Untuk kemiringan saluran (S) ialah ( 60 )
Untuk data yang memiliki jumlah data 2 𝑛
𝑡1 = × 3,28 × 𝐿𝑜 ×
(n) = 10 maka didapat nilai Sn dan Yn yang 3 √𝑆
diambil dari tabel yaitu :
2 0,02
= × 3,28 × 4 ×
3 1
√60
Hujan rancangan dengan beberapa kala
= 1,3 menit
ulang
𝐿
𝑡1 = 60 ×𝑉

1200
=
60 × 1,5
= 13,3 menit
𝑇𝑐 = 𝑡1 + 𝑡2
= 1,3 + 13,3
= 14,6 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
• Intensitas Curah Hujan
= 0,2 jam
Intensitas hujan jam-jam (mm/jam)
Sehingga intensitas curah hujan
untuk beberapa kala ulang. Metode yang
rencana adalah sebagai berikut;
digunakan dalam perhitungan intensitas
hujan adalah metode Mononobe. 𝐼 = 𝑦 = −49,14𝑙𝑛(𝑥) + 143,36
𝑦 = −49,14𝑙𝑛( 𝑇𝑐 ) + 143,36

4
𝑦 = −49,14𝑙𝑛( 0,2 ) + 143,36 Kesimpulan
Dari analisis perhitungan yang ada
𝐼 = 222,45 𝑚𝑚/𝑗𝑎𝑚 didapatkan :
• Debit Rencana 1. Intensitas hujan sebesar 222,5
Koefisien run off untuk di jalan mm/jam
Gajah Mada ialah 0,7 2. Debit rencana (Qp) sebesar 1,25 m /s
𝑄𝑝 = 0,00278 . 𝐶. 𝐼. 𝐴 3. Debit saluran (Qs) sebesar 1,97 m /s

= 0,00278 . 0,7 . 222,45 . 2,88 Maka dapat dikatakan bahwa saluran


drainase di jalan Gajah Mada, Sukorejo,
= 1,25 𝑚 /𝑠 Bojonegoro, Jawa Timur secara kapasitas
Analisa Hidrolika saluran sudah mampu menampung air hujan
Bentuk saluran ialah segi empat yang jatuh dimana debit rencana curah
dengan ukuran : hujan lebih kecil dibandingkan dengan debit
saluran sehingga ketika hujan, air hujan
B = 65 cm mampu tertampung di dalam saluran
tersebut. Namun kenyataan dilapangan ialah
H = 75 cm
disaat hujan yang lebat air hujan tidak
mampu tertampung sehingga menimbulkan
genangan di sepanjang jalan. Kondisi itu di
Sehingga didapatkan A (Luas pengaruhi akibat dibebarapa titik lubang-
Penampang) lubang di sepanjang jalan tersumbat oleh
A=B×H sampah dan endapan-endapan tanah. Oleh
= 65 × 75 = 4875 cm2 = 0,4875 m2 karena itu air dapat menggenang di jalan.
Keliling Basah (P)
P = B + 2H Saran
= 65 + 2 (75) = 215 cm = 2,15 m 1. Perlu dilakukan pemeliharaan secara
Jari-jari hidrolik (R) berkala terhadap seluruh komponen
R = 𝐴𝑃 sistem drainase agar fungsinya dapat
= 0,4875 = 0,23 m berjalan secara optimal.
2,15
2. Dalam kegiatan operasional dan
Kemiringan dasar saluran
𝑡1−𝑡2 pemeliharaan perlu melibatkan peran
S= 𝐿 masyarakat baik dalam tahap
20
= 1200 perencanaan maupun tahap
1 pengawasan.
= 60
Daftar Pustaka
Dari kondisi saluran dilapangan, saluran Gunadharma, 1997, Drainase Perkotaan.
berasal dari beton dengan tulangan baja, Jakarta
maka nilai koefisien manning diambil Halim, Fuad. Achmad Erwin dan M.Ihsan
sebesar 0,012. jasin. 2015. Analisis Sistem Drainase Kota
Tondano (Studi Kasus Kompleks Kantor
1 2 1
𝑄𝑠 = 𝐴 𝑅3 𝑆 2 Bupati Minahasa). Vol 3 no.9 september
𝑛 2015. Diambil dari:
1 2 1 1 https://ejournal.unsrat.ac.id. Diakses tanggal
= 0,012 × 0,4875 × (0,23)3 × (60 )2
25 Maret 2018.
= 1,97 m3/s Kelompok 2. Sistem Perencanaan Drainase.
Diambil dari: http://www.academia.edu
5. Kesimpulan dan Saran diakses tanggal 25 Maret 2018

5
6

Anda mungkin juga menyukai