Anda di halaman 1dari 4

Studi Pustaka

Secara geografis DAS Sentani terletak pada koordinat 2° 36′ 36″ S, 140° 33′ 36″ E, Sekitar 14


sungai mengalir ke dalam Danau Sentani, sehingga salah satu fungsi utamanya adalah sebagai tampungan
banjir, DAS Sentani di dalamnya terdapat Danau Sentani yang merupakan Danau yang terletak di antara
Kabupaten Jayapura dan Kota Jayapura Provinsi Papua. DAS Danau Sentani memiliki luas sekitar 9.360 Ha
dengan kedalaman rata-rata 24.5 m dimana wilayah barat (Doyo Lama dan Boroway) memiliki kedalaman
danau curam, sedangkan sebelah timur dan tengah (Puay dan Simporo) landai dan dangkal. Di danau ini
juga terdapat hutan rawa tepatnya terletak di daerah Simporo dan Yoka.

Curah Hujan Rata-Rata Daerah Aliran

Curah hujan yang diperlukan untuk perencanaan dan pengendali sedimen adalah curah hujan rata-
rata diseluruh daerah yang bersangkutan, bukan curah hujan pada satu titik tertentu. Curah hujan ini disebut
curah hujan wilayah atau curah hujan daerah dan dinyatakan dalam mm. ( Suyono Sosrodarsono, Hidrologi
untuk pengairan ).

Metode yang digunakan adalah metode perhitungan rata-rata karena jumlah stasiun curah hujan
yang terletak pada DPS. Caranya adalah dengan menjumlahkan curah hujan pada setiap stasiun kemudian
membaginya dengan jumlah stasiun yang ada. Metode ini masih memiliki banyak kelemahan karena tidak
memasukan apabila daerahnya datar dan penempatan alat ukur tersebar merata, serta curah hujan tidak
bervariasi banyak dari harga tengahnya.

R1+R2+R3+… Rn
Rumus : Rave =
n
Di mana : Rave = curah hujan rata – rata (mm)

R = tinggi curah hujan di stasiun i (mm)

A1-An = luas daerah pengaruh stasiun i (km2)

Metode Rasional

Persamaan rasional dikembangkan berdasarkan asumsi bahwa curah hujan yang terjadi mempunyai
intensitas seragam dan merata di seluruh daerah pengaliran selama paling sedikit sama dengan waktu
konsentrasi ( tc ) ( Suripin,2004 ). Persamaan Rasional adalah sebagai berikut :

Q = 0,278.C.I.A

Dengan : Q = Debit banjir puncak ( m3/detik )

C = Koefisien limpasan

I = Intensitas curah hujan rata-rata selama waktu kosentrasi ( mm/jam )

A = Luas daerah pengaliran sungai ( km2 )


Metode Melchior

Metode Melchior ini digunakan untuk memperkirakan debit banjir rancangan untuk Daerah Aliran
Sungai ( DAS ) yang luasnya lebih dari 100 km 2. Adapun prosedur perhitungannya adalah sebagai berikut
( Subarkah,1980) :

- Lukis elips yang mengililingi Daerah Aliran Sungai ( DAS ) dengan sumbu panjang (kira-kira) 1,5
kali sumbu pendek dan hiung luasnya dengan rumus :

nF = 0,25 . π . L1 . L2

- Mengukur luas Daerah Aliran Sungai dengan planimeter ( km 2 )


- Menghitung rata-rata kemiringan dasar sungai dengan rumus :
H
I=
0,9 . L
- Menghitung harga ꞵ1 dengan menggunakan persamaan :
197 . 0
nF = −3960+(1720 × ꞵ1)
ꞵ1−0.12
- Menaksir besarnya hujan maksimum sehari
( Ro,m3/detik/km2 )
- Menghitung besarnya debit ( QO ) dengan persamaan :
QO = ꞵ1 . RO . A
- Menghitung kecepatan aliran (V) dengan persamaan :
V = 1,31 .( QO . I2)0,2 . (a/0,52)0,2
- Menghitung waktu tiba banjir ( Tc ) dengan persaman :
10 . L
Tc =
36 .V
- Menentukan koefisien ꞵ2 dari tabel hubungan Tc dan nF, sehingga koefisien reduksi ꞵ dapat
dihitung dengan persamaan :
ꞵ1 = ꞵ1+ꞵ2
- Menghitung harga RT dengan persamaan :
10.ꞵ . R
RT =
36 Tc
- Mengontrol nilai Ro = Rt jika nilainya tidak sama diulang mencoba nilai Ro sampai akhirnya niali
tersebut sama.
- Menghitung debit banjir rancangan berdasarkan kala ulang dengan menggunakan persamaan :
a . R . RT . A
QT =
200
Dimana : QT = debit banjir rancangan ( m3/detik )
a = koefisien pengaliran Melchior bersikas 0,42 – 0,62 dianjurkan menggunakan
0,52
ꞵ = koefisien reduksi
R = curah hujan rancangan ( m3/detik )
Rt = hujan maksimum sehari ( m3/detik/km2)
A = luas daerah pengaliran (km2)
Nf = luas elips ( km)
L1 = panjang sumbu besar elips (km)
L2 = panjang sumbu kecil elips (km)
L = panjang alur sungai utama (km)
Tc = waktu tiba banjir (jam)
V = kecepatan aliran (m/detik)
I =kemiringan rata-rata sungai
H =beda elevasi antara titik yang dimaksud

Metode Weduwen
Metode ini khusus digunakan untuk menghitung debit banjir dengan luas<100 km 2. Adapun
langkah-langkah perhitungannya adalah :
- Menghitung besarnya debit banjir kala ulang dengan menggunakan rumus :
Qn = a × ꞵ × qn A
Dengan :
Qn = debit banjir rencana
a = koefisien limpasan
ꞵ = koefisien pengurangan daerah hujan
qn = curah hujan
A = luas Daerah Aliran Sungai
- Menghitung nilai koefisien limpasan :
4.1
a=1-
b ×qn+7
- Menghitung nilai koefisien pengurangan daerah hujan :

ꞵ =

- Menghitung curah hujan :


RT 67 .65
qn =
24 0 t+1,4 5
dengan :
RT = curah hujan rencana kala ulang
- Menghitung lama hujan :
t = 0,25 × L × Q-0,125× I-0,25
dengan :
t = lama hujan
L = panjang sungai
Qn = debit banjir
I = kemiringan rata-rata dasar sungai
Dengan mengunakan cara coba-coba dengan memasukan nilai t, sehingga akan diperoleh
nilai debit banjir rencana.

Metode Haspers
Metode ini berasal dari kecenderungan curah hujan harian yang dikelompokkan atas dasar
anggapan bahwa curah hujan memiliki distribusi yang simetris dengan durasi curah hujan lebih
kecil dari 1 jam dan durasi curah hujan lebih kecil dari 1 sampai 24 jam ( Melinda, 2007 ).
Perhitungan intensitas curah hujan dengan menggunakan Metode Haspers & der Weduwen adalah
sebagai berikut:
1218 t+54
Ri = Xt ( )
Xt ( 1−t ) +1272t
Dimana :
T = durasi curah hujan dalam satuan jam
Xt = curah hujan maksimum yang terpilih
Untuk 1≤ t ≤ 24 jam :

11300 Xi
R=

Dimana :
[
t +3,12 100
¿ ]¿

I = intensitas curah hujan (mm/jam)


R, Rt = curah hujan menurut haspers dan der weduwen
t = durasi curah hujan (jam)
Xt = curah hujan harian maksimum yang terpilih (mm/hari)

Metode HSS Nakayasu


Pada teori hidrograf satuan sinetik Nakayasu untuk analisis hidrologi dalam penelitian debit
banjir rancangan didasarkan pada persamaan berikut (soemarto, 1995) :
ARo
Qp =
3,6 × ( 0,3 Tp+T 0,3 )
Dengan :
Qp = debit puncak banjir (m3/detik)
Ro = hujan satuan (mm)
Tp = tenggang waktu (time lag) dari permulaan hujan sampai puncak banjir (jam)
A =luas daerah pengaliran (km2)
T0,3 =waktu dari puncak banjir sampai 0,3 kali debit puncak banjir (jam)

Reference :

Suripin, 2004, Sistem Drainase Perkotaan yang Berkelanjutan,Andi,Yogyakarta.

Marcelia, M., Haricahyono, T., & Abu, A. Ketelitian Metode Empiris untuk Menghitung Debit
Banjir Rancangan di DAS Bangga. JOURNAL TEKNIK SIPIL DAN INFRASTRUKTUR, 4(1).

Krisnayanti, D. S., Bunganaen, W., & Kedoh, J. (2012). Penggunaan Metode Kagan untuk Analisis
Kerapatan Jaringan Stasiun Hujan pada Wilayah Sungai (WS) WAE-Jamal di Pulau
Flores. Jurnal Teknik Sipil, 1(3), 81-94.

Anda mungkin juga menyukai