Curah hujan yang diperlukan untuk perencanaan dan pengendali sedimen adalah curah hujan rata-
rata diseluruh daerah yang bersangkutan, bukan curah hujan pada satu titik tertentu. Curah hujan ini disebut
curah hujan wilayah atau curah hujan daerah dan dinyatakan dalam mm. ( Suyono Sosrodarsono, Hidrologi
untuk pengairan ).
Metode yang digunakan adalah metode perhitungan rata-rata karena jumlah stasiun curah hujan
yang terletak pada DPS. Caranya adalah dengan menjumlahkan curah hujan pada setiap stasiun kemudian
membaginya dengan jumlah stasiun yang ada. Metode ini masih memiliki banyak kelemahan karena tidak
memasukan apabila daerahnya datar dan penempatan alat ukur tersebar merata, serta curah hujan tidak
bervariasi banyak dari harga tengahnya.
R1+R2+R3+… Rn
Rumus : Rave =
n
Di mana : Rave = curah hujan rata – rata (mm)
Metode Rasional
Persamaan rasional dikembangkan berdasarkan asumsi bahwa curah hujan yang terjadi mempunyai
intensitas seragam dan merata di seluruh daerah pengaliran selama paling sedikit sama dengan waktu
konsentrasi ( tc ) ( Suripin,2004 ). Persamaan Rasional adalah sebagai berikut :
Q = 0,278.C.I.A
C = Koefisien limpasan
Metode Melchior ini digunakan untuk memperkirakan debit banjir rancangan untuk Daerah Aliran
Sungai ( DAS ) yang luasnya lebih dari 100 km 2. Adapun prosedur perhitungannya adalah sebagai berikut
( Subarkah,1980) :
- Lukis elips yang mengililingi Daerah Aliran Sungai ( DAS ) dengan sumbu panjang (kira-kira) 1,5
kali sumbu pendek dan hiung luasnya dengan rumus :
nF = 0,25 . π . L1 . L2
Metode Weduwen
Metode ini khusus digunakan untuk menghitung debit banjir dengan luas<100 km 2. Adapun
langkah-langkah perhitungannya adalah :
- Menghitung besarnya debit banjir kala ulang dengan menggunakan rumus :
Qn = a × ꞵ × qn A
Dengan :
Qn = debit banjir rencana
a = koefisien limpasan
ꞵ = koefisien pengurangan daerah hujan
qn = curah hujan
A = luas Daerah Aliran Sungai
- Menghitung nilai koefisien limpasan :
4.1
a=1-
b ×qn+7
- Menghitung nilai koefisien pengurangan daerah hujan :
ꞵ =
Metode Haspers
Metode ini berasal dari kecenderungan curah hujan harian yang dikelompokkan atas dasar
anggapan bahwa curah hujan memiliki distribusi yang simetris dengan durasi curah hujan lebih
kecil dari 1 jam dan durasi curah hujan lebih kecil dari 1 sampai 24 jam ( Melinda, 2007 ).
Perhitungan intensitas curah hujan dengan menggunakan Metode Haspers & der Weduwen adalah
sebagai berikut:
1218 t+54
Ri = Xt ( )
Xt ( 1−t ) +1272t
Dimana :
T = durasi curah hujan dalam satuan jam
Xt = curah hujan maksimum yang terpilih
Untuk 1≤ t ≤ 24 jam :
11300 Xi
R=
√
Dimana :
[
t +3,12 100
¿ ]¿
Reference :
Marcelia, M., Haricahyono, T., & Abu, A. Ketelitian Metode Empiris untuk Menghitung Debit
Banjir Rancangan di DAS Bangga. JOURNAL TEKNIK SIPIL DAN INFRASTRUKTUR, 4(1).
Krisnayanti, D. S., Bunganaen, W., & Kedoh, J. (2012). Penggunaan Metode Kagan untuk Analisis
Kerapatan Jaringan Stasiun Hujan pada Wilayah Sungai (WS) WAE-Jamal di Pulau
Flores. Jurnal Teknik Sipil, 1(3), 81-94.