Anda di halaman 1dari 13

BANJIR RANCANGAN

(Tugas Hidrologi Lanjutan)

CHALISTA ANGELINE
1621035

PROGRAM STUDI TEKNIK SUMBER DAYA AIR S-1


INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL
MALANG
2019
BESARAN RANCANGAN

Pengertian Umum
Dalam kaitannya dengan rencana pembuatan bangunan air, besaran rancangan yang
harus didapatkan malalui kegiatan analisis hidrologi secara umum dapat berupa debit banjir
rancangan (design flood) atau debit andalan (dependable flow). Banjir rancangan adalah
besamya debit banjir yang ditetapkan sebagai dasar penentuan kapasitas dan mendimensi
bangunan-bangunan hidraulik (termasuk bangunan di sungai), sedemikian hingga kerusakan
yang dapat ditimbulkan baik langsung maupun tidak langsung oleh banjir tidak boleh terjadi
selama besaran banjir tidak terlampaui (Sri Harto, 1993). Banjir rancangan ini dapat berupa
debit puncak, volume banjir, ataupun hidrograf banjir. Debit andalan merupakan informasi
menyangkut jumlah ketersediaan air yang dapat dimanfaatkan dengan tingkat resiko tertentu
sesuai dengan tetapan rancangan. Seringkali sebuah bangunan air memerlukan kedua besaran
rancangan tersebut untuk keperluan desain bangunan maupun penetapan pola operasi
penggunaan air yang optimal. Pada diktat ini akan diuraikan hal-hal terkait dengan penentuan
banjir rancangan. Untuk masalah debit andalan, uraian tentang analisis hidrologi yang lebih
detil menyangkut simulasi proses pengalihrgaman hujan menjadi aliran yang umumnya
menggunakan model hidrologi.
Besarnya banjir rancangan dinyatakan dalam debit banjir sungai dengan kala ulang
tertentu. Kala ulang debit adalah suatu kurun waktu berulang dimana debit yang terjadi
menyamai atau melampaui besarnya debit banjir yang ditetapkan (banjir rancangan). Sebagai
contoh adalah apabila ditetapkan banjir rancangan dengan kala ulang T tahun, maka dapat
diartikan bahwa probabilitas kejadian debit banjir yang sama atau melampaui dan debit banjir
rancangan setiap tahunnya rata-rata adalah sebesar l/T. pernyataan tersebut dapat pula
dikatakan bahwa periode ulang rata-rata kejadian debit banjir sama atau melampaui debit
banjir rancangan adalah sekali setiap T tahun.

Pemilihan Kala Ulang Banjir Rancangan


Pemilihan besarnya kala ulang banjir rancangan untuk setiap jenis bangunan tidak
terdapat kriteria dan pedoman yang definitif. Kala ulang tersebut harus dapat menghasilkan
rancangan yang memuaskan (Sri Harto, 1993), dalam arti bahwa bangunan hidraulik yang
dibangun masih hams dapat berfungsi dengan baik minimal selama waktu yang ditetapkan,
baik struktural maupun fungsional. Pengambilan
keputusan dalam menetapkan kala ulang banjir rancangan paling tidak hams didasrkan pada
hasil analisis ekonomi (benefit cost analysis) sebagai salah satu pertimbangan non-teknis.
Umumnya debit banjir rancangan ditetapkan berdasarkan beberapa pertimbangan berikut:
a. ukuran dan jenis proyek,
b. ketersediaan data,
c. ketersediaan dana,
d. kepentingan daerah yang dilindungi,
e. resiko kegagalan yang dapat ditimbulkan,
f. kadang bahkanjuga kebijaksanaan politik.

Apabila dikaitkan dengan faktor resiko kegagalan, maka dapat digunakan rumus
sederhana berikut ini.
R = 1- (1-1/ T)L

dengan: R = resiko kegagalan,


T = kala ulang (tahun),
L = umur bangunan/proyek (tahun).

Sebagai gambaran lebih lanjut, berikut disajikan tabel yang memuat beberapa nilai
kala ulang banjir rancangan yang digunakan Departeman Pekerjaan Umum untuk berbagai
bangunan di sungai (Srimoemi Doelchomid, 1987).

Tabel 5.1. Kala ulang banjir rancangan untuk bangunan di sungai


Jenis Bangunan Kala Ulang Banjir Rancangan
(tahun)
Bendung sungai besar sekali 100
Bendung sungai sedang 50
Bendung sungal kecil 25
Tanggul sungai besar/daerah penting 25
Tanggul sungai kecil/daerah kurang penting 10
Jembatan jalan penting 25
Jembatan jalan tidak penting 10
Definisi dan pengertian kala ulang seperti yang diuraikan di atas juga berlaku untuk
besaran hujan rancangan. Pengertian ini biasanya diterapkan pada analisis hidrologi untuk
menghitung debit banjir berdasarkan data hujan. Dalam hal ini ditetapkan terlebih dahulu
besarnya hujan rancangan. Prosedur tersebut berarti menggunakan anggapan bahwa kala ulang
hujan akan sama dengan kala ulang debit banjir yang terjadi akibat adanya hujan yang
besarnya sama dengan hujan rancangan yang ditetapkan. Meskipun anggapan ini tidak selalu
benar, akan tetapi cara tersebut dalam praktek masih dapat digunakan. Penelitian menyangkut
hubungan kedua besaran hidrologi tersebut sampai sekarang belum dapat memberikan hasil
yang dapat digunakan sebagai pedoman.
Menegaskan kembali uraian pada bab I, besarnya debit banjir rancangan ini akan
menentukan besaran-besaran rancangan yang lain, seperti tinggi muka air banjir dan elevasi dasar
jembatan. Pada prinsipnya informasi tersebut diperlukan untuk dapat menetapkan dimensi
rancangan dan tata letak dan konstruksi jembatan kereta api agar aman terhadap pengaruh negatif
dan peristiwa banjir serta pengaruh lain akibat proses morfologi sungai yang akan terjadi pada
lokasi dimana jembatan kereta api akan dibangun. Untuk itu, selain debit banjir juga diperlukan
besaran debit dominan sungai, yaitu besamya debit sungai yang diperkirakan akan menyebabkan
adanya angkutan sedimen maksimum. Hal ini dikaitkan dengan proses perubahan geometri sungai
yang hams diantisipasi, karena dapat membahayakan stabilitas bangunan jembatan kereta api,
seperti gerusan dasar dan tebing, longsoran tebing dan lain-lain.
Besamya debit dominan dapat diperoleh dan analisis angkutan sedimen lokal
bardasarkan garis massa debit (flow duration curve) dan kurva liku sedimen (sediment rating
curve). Untuk mendapatkan garis massa debit dapat diturunkan dan ganis debit tahunan yang
merupakan basil perataan dan catatan data debit yang panjang, misal 20 tahun. Apabila tidak
tersedia data aliranldebit yang panjang, maka diperlukan cara tertentu, yang dalam analisis
hidrologi dapat dilakukan dengan model matematik (model hidrologi) berdasarkan data hujan
dan data karakteristik DAS.
Garis massa debit ini juga dapat dipergunakan untuk menghitung perkiraan angkutan
sedimen dasar (bed load) tahunan. Prosedur dan beberapa metoda untuk menentukan debit
banjir rancangan, garis massa debit, debit dominan dan angkutan sedimen tahunan lokal,
dijelaskan pada uraian di sub bab berikutnya.
Penentuan Debit Banjir Rancangan
Dalam praktek analisis hidrologi terdapat beberapa cara yang dapat ditempuh untuk
menetapkan debit banjir rancangan. Masing-masing cara akan sangat dipengaruhi oleh
beberapa factor berikut (Sri Harto, 1993):
a. ketersediaan data,
b. tingkat kesulitan yang dikehendaki,
c. kesesuaian cara dengan DAS yang ditinjau.
Cara analisis dapat dikelompokkan menjadi tiga metode (Gupta, 1967), yaitu:
a. cara empirik,
b. cara statistik,
c. analisis dengan model hidrologi.

Penentuan debit banjir rancangan cara empirik


Cara empirik adalah metode pendekatan dengan rumus rasional. Cara ini diterapkan
apabila tidak tersedia data debit yang cukup panjang tetapi tersedia data hujan harian yang
panjang. Terdapat empat metode perhitungan banjir rancangan yang dikembangkan
berdasarkan prinsip pendekatan rasional (Muhadi, 1987), yaitu: metode rasional, metode Der
Weduwen, metode Meichior dan metode Haspers.
Penulis menunjuk dua macam cara yang akan diuraikan pada tulisan ini, yaitu metode
Der Weduwen dan metode Meichior seperti yang dipergunakan dalam Standar Perencanaan
Irigasi KP-O1 , yang diterbitkan oleh Direktorat Jenderal Pengairan Departemen Pekerjaan
Umum tahun 1986.

1. Rumus banjir Meichior


Rumus banjir Meichior dikenalkan pertama kali pada tahun 1914 dan berlaku untuk DAS
dengan luas sampai 1000 km2. Rumus-rumus yang digunakan adalah sebagai berikut:

QT = q T A

dimana: Qr = debit banjir dengan kala ulang T tahun (m3/det),


= koefisien aliran,
qT = curah hujan harian rancangan dengan kala ulang T tahun (mm),
= koefisien pengurangan daerah untuk curah hujan DAS, A =

luas DAS (km2).


Besarnya a dapat didekati dengan memperhatikan kondisi tanah penutup (tata guna
lahan) dan kelompok hidrologi tanah seperti pada Tabel 5.2. Nilai q T ditetapkan berdasarkan
data curah hujan harian maksimum untuk beberapa tahun. Cara analisis adalah dengan
pendekatan statistik yang umumnya digunakan metode analisis frekuensi. Uraian tentang
metode analisis frekuensi dapat dilihat pada sub bab 5.3.2.

Tabel 5.2. Harga koefisien aliran


Kelompok hidrologis tanah
Tanah penutup
C D
Hutan lebat (vegetasi dikembangkan dengan 0,60 0,70
baik)
Hutan dengan kelebatan sedang (vegetasi 0,65 0,75
dikembangkan cukup baik)
Tanaman ladang dan daerah gundul 0,75 0,80
Sumber: Standar Perencanaan Irigasi, KP-01, 1986.

Curah hujan qr ditentukan sebagai hujan terpusat (point rainfall) yang selanjutnya
dikonversi menjadi hujan untuk seluruh bias daerah hujan (hujan rata-rata DAS), yaitu q T.
Untuk luas daerah hujan F = 0 dan lama hujan t = 24 jam serta curah hujan q T 200 mm,
diperoleh hasil hitungan sebagai berikut:
qT = (0,2 x 1000 x 1000)/(24 x 3600) = 2,31 m3/det.km2
Untuk nilai qT yang lain, harga qT dapat dihitung secara proposional. Sebagai contoh
untuk qT= 240 mm, harga qT menjadi:
qT = (240/200) x 2,31 = 2,77 m3/det.km2
Dalam penerapannya, harga t diambil untuk lama waktu konsentrasi, yaitu t yang
dapat diperkirakan dan tabel berikut ini.

Tabel 5.3. Perkiraan harga t

F(km2) tc (jam) F(km2) tc (jam)


100 7,0 500 12,0
150 7,5 700 14,0
200 8,5 1000 16,0
300 10,0 1500 18,0
400 11,0 3000 24,0
Sumber: Standar Perencanaan Irigasi, KP-01, 1986.
Rumus tc oleh Melchior ditet pkan sebagai berikut:
tc = 0,186LQ-0,2I-0,4
dengan: tc = waktu kon sentrasi (jam),
l = panjang su ngai (km), Q
= debit puncak (m3/det),
I = kemiringan rata-rata sungai.

Kemiringan rata-rata dasar sungai ditentukan dengan tidak mempe rhitungkan 10 %


bagian hulu dari sungai seperti pada gambar berikut ini.

Prosedur hitungan dengan rumus banjir Meichior dipermudah dengan nomogram luas
daerah hujan Meichior seperti pada Gambar 5.2. Luas F dap at dihitung dengan
menggambarkan elips yang mengelilingi batas DAS dengan as pendek sekurang-kurangnya
2/3 dari as yang panjang. Contoh penentuan clips lu as daerah hujan dapat dilihat pada Gambar
5.3.
Langkah-langkah hitungan de bit puncak Q dapat ditempuh sebagai berikut:
(1) tentukan besamya curah hujan sehari untuk kala ulang rencana yang dipilih,
(2) tentukan a untuk daerah p engaliran menurut Tabel 5.2.,
(3) hitung A, F, L dan I untuk daerah pengaliran,
(4) buat perkiraan harga pert ama waktu konsentrasi to berdasarkan Tabel 5.3.,
(5) ambil harga t - to untuk menetapkan qT dari Gambar 5.2., kemudian hitung nilai Q0= qT A,
(6) hitung t menurut rumus un tuk Q = Q0,

(7) gunakan t untuk mengulangi langkah (4), (5) dan (6) sampai diperoleh t mendekati t0,
(8) hitung debit puncak QT untuk harga akhir t.

2. Rumus banjir Der Weduwen


Metode perhitungan banji r Der Weduwen diterbitkan pertama kali pada t ahun 1937.
Metode ini cocok untuk DA S dengan luas sampai 100 km2. Rumus-ru mus yang
digunakan adalah sebagai berikut ini.
QT = qT A,
dimana: QT = debit banjir dengan kala ulang T tahun (m3/det),
RT = curah hujan harian maksimum dengan kala ulang T tahun (mm), = koefisien aliran,
= curah hujan rancang an, yaitu curah hujan harian dengan kala ula ng T tahun (mm),
qT = koefisien pengurang an daerah untuk curah hujan DAS, =
A luas DAS (km2),
t = lamanya hujan (jam) , L
= panjang sungai,
I= gradien sungai.

Prosedur hitungan dilakukan dengan cara coba ulang berkali—kali mengikuti langkah-
langkah berikut:
(1) hitung A, L dan I dan peta garis tinggi DAS dan substitusikan dalam persamaan,
(2) tentukan nilai perkiraan Qo, kemudian hitung t, qT, dan serta tentuka n nilai Qr,
(3) apabila nilai QT belum mendekati Qo, ulangi langkah 1 dan 2 dengan me nggunakan QT
sebagai Qo untuk hitun gan awal,
(4) debit puncak yang diam bil adalah Qr hasil perhitungan iterasi terakhir (terbaik) yang
didapatkan.

Untuk mempermudah hitungan, nilai awal Qo dapat ditentukan b erdasarkan


nomogram seperti disajikan pada lampiran 1 yang dapat dilakukan secara in terpolasi.
Selain dengan cara-cara seperti diuraikan di atas, kadang juga digunakan cara
hidrograf satuan atau hidrograf satuan sintetik, yaitu dengan memanfaatkan hubungan empiris
antara hujan dan beberapa parameter DAS. Dengan cara ini keluaran analisis adalah hidrograf
banjir yang dapat diketahui debit banjir puncaknya sebagai debit banjir rancangan. Untuk
analisis dengan hidrograf satuan dapät dipakai cara polinomial atau cara Collins. Sedangkan
untuk hidrograf satuan sintetik terdapat banyak rumus empiris seperti: hidrograf satuan cara
Snyder (Snyder Synthetic Unit Hydrograph), rumus SCS dan Hidrograf Satuan Sintetik Gama
I (Sri Harto, 1985). Khusus untuk Hidrograf Satuan Sintetik Gama I, metode tersebut
dikembangkan berdasarkan penelitian beberapa DAS di Jawa dan Sumatera, yang dalam
penggunaannya cukup praktis dan menunjukkan keragaan basil yang cukup baik.
Uuraian rinci tentang hidrograf satuan tidak diberikan pada diktat in namun akan dapat
dipelajari pada cakupan materi kuliah Hidrologi II. Sebagai penegasan, informasi tentang cara
tersebut, pada dasamya dapat diterapkan apabila tersedia data curah hujan dan data debit pada
periode waktu pencatatannya yang sama dengan kualitas dan ketelitian yang dapat
dipertanggungjawabkan untuk keperluan analisis hidrologi. Bagi para pembaca diktat mi dapat
merujuk pada beberapa pustaka hidrologi seperti pada daftar pustaka terlampir.

3. Contoh hitungan
Berikut diberikan contoh hitungan untuk kedua rumus empiris yang telah diuraikan di
atas.

a. Contoh hitungan debit banjir rancangan dengan metode Melchior


Diketahui data sebagai berikut :
· Luas DAS, A = 150 km2
· Panjang sungai, L = 18 km
· Kemiringan rata-rata sungai, I = 0,005,
· Luas daerah hujan, F = 180 km2
· Curah hujan harian maksimum dengan kala ulang 50 tahun, qso = 220 mm,
· Koefisien pengaliran = 0,6.

Dengan data tersebut dapat dihitung debit banjir rancangan untuk Qso dengan cara
coba ulang sebagai berikut:
(1) berdasarkan Tabel 5.3. untuk A (A = F) = 150 km2 diperoleh to = 7,5 jam,
(2) dari nomogram pada lampiran 1 untuk qT = 200 mm dan t = 7,5 jam didapat harga qT = 4,6
m3/det. km2
(3) maka, untuk qT = 220 mm didapat qT (220/200) x 4,6 = 5,06 m3/det. km2,
(4) dengan rumus dapat dihitung, Q0 = 0,6 x 5,06 x 150 = 455,4 m3/det.,
(5) t menurut rumus dapat dihitung, didapat t = 8,2 jam (masih> 7,5 jam),
(6) ambil t0 = 8,2 jam, dengan prosedur sama dengan langkah (1) s.d (4) diperoleh harga q T =
4,84 m3/det. km2 dan Q0= 435,6 m3/det.,
(7) selanjutnya t menurut rumus didapat sebesar 8,27 jam ( 8,2 jam),
(8) jadi nilai debit banjir rancangan Qso adalah 435,6 m3/det.

b. Contoh hitungan debit banjir rancangan dengan metode Der Weduwen


Diketahui data sebagai berikut:
· luas DAS, A = 25 km2,
· panjang sungai L = 7 km,
· kemiringan rata-rata sungai, 1= 0,005,
· curah hujan harian maksimum dengan kala ulang 5 tahun, R5 = 80 mm. Dengan data
tersebut dapat dihitung debit banjir rancangan untuk Q dengan
cara coba ulang sebagai berikut:
(1) dan lampiran 1 untuk A = 25 km2 dan I = 0,005 diperoleh Q0 43 m3/det,
(2) nilai t, qT, , dapat dihitung sebagai berikut:
(3) t= 0,25 x 7 x 43M,125 x 0,0050,25 4,113 jam,
qr = 80/240 x 67,5 / (4,113 + 1,45) = 4,045 m3/det. km2,
= [120+25(4,113+1)/(4,113+9)j/(120+25)=0,895 = 1
- [4,1 1(0,895 x 4,045 + 7)] = 0,614
(4) maka Q5= 0,614 x 0,895 x 4,045 x 25 = 55,55 m3/det (>43 m3/det),
(5) dengan menggunakan prosedur sama seperti pada langkah (2) s.d. (4), untuk nilai awal Qo
55,55 m3/det, akan didapat:
t= 3,983 jam,
qT = 4,141 m3/det. km2
= 0,894,
= 0,626,

(6) selanjutnya iterasi diulang lagi dengan nilai awal Q0 = 57,941 m3/det yang akhirnya akan
didapat sebagai berikut:
t= 3,9621 jam,
qT = 4,167 m3/det.km2
= 0,894,
= 0,618,

(7) dengan demikian nilai deb it banjir rancangan Qs adalah = 57,556 m3/det.

Anda mungkin juga menyukai