Anda di halaman 1dari 21

V.

BESARAN RANCANGAN

5.1. Pengertian Umum


Dalam kaitannya dengan rencana pembuatan bangunan air, besaran
rancangan yang harus didapatkan malalui kegiatan analisis hidrologi secara umum
dapat berupa debit banjir rancangan (design flood) atau debit andalan (dependable
flow). Banjir rancangan adalah besamya debit banjir yang ditetapkan sebagai dasar
penentuan kapasitas dan mendimensi bangunan-bangunan hidraulik (termasuk
bangunan di sungai), sedemikian hingga kerusakan yang dapat ditimbulkan baik
langsung maupun tidak langsung oleh banjir tidak boleh terjadi selama besaran banjir
tidak terlampaui (Sri Harto, 1993). Banjir rancangan ini dapat berupa debit puncak,
volume banjir, ataupun hidrograf banjir. Debit andalan merupakan informasi
menyangkut jumlah ketersediaan air yang dapat dimanfaatkan dengan tingkat resiko
tertentu sesuai dengan tetapan rancangan. Seringkali sebuah bangunan air
memerlukan kedua besaran rancangan tersebut untuk keperluan desain bangunan
maupun penetapan pola operasi penggunaan air yang optimal. Pada diktat ini akan
diuraikan hal-hal terkait dengan penentuan banjir rancangan. Untuk masalah debit
andalan, uraian tentang analisis hidrologi yang lebih detil menyangkut simulasi proses
pengalihrgaman hujan menjadi aliran yang umumnya menggunakan model hidrologi.
Besarnya banjir rancangan dinyatakan dalam debit banjir sungai dengan kala
ulang tertentu. Kala ulang debit adalah suatu kurun waktu berulang dimana debit yang
terjadi menyamai atau melampaui besarnya debit banjir yang ditetapkan (banjir
rancangan). Sebagai contoh adalah apabila ditetapkan banjir rancangan dengan kala
ulang T tahun, maka dapat diartikan bahwa probabilitas kejadian debit banjir yang
sama atau melampaui dan debit banjir rancangan setiap tahunnya rata-rata adalah
sebesar l/T. pernyataan tersebut dapat pula dikatakan bahwa periode ulang rata-rata
kejadian debit banjir sama atau melampaui debit banjir rancangan adalah sekali setiap
T tahun.

5.2. Pemilihan Kala Ulang Banjir Rancangan


Pemilihan besarnya kala ulang banjir rancangan untuk setiap jenis bangunan
tidak terdapat kriteria dan pedoman yang definitif. Kala ulang tersebut harus dapat
menghasilkan rancangan yang memuaskan (Sri Harto, 1993), dalam arti bahwa
bangunan hidraulik yang dibangun masih hams dapat berfungsi dengan baik minimal
selama waktu yang ditetapkan, baik struktural maupun fungsional. Pengambilan
keputusan dalam menetapkan kala ulang banjir rancangan paling tidak hams didasrkan
pada hasil analisis ekonomi (benefit cost analysis) sebagai salah satu pertimbangan
non-teknis. Umumnya debit banjir rancangan ditetapkan berdasarkan beberapa
pertimbangan berikut:
a. ukuran dan jenis proyek,
b. ketersediaan data,
c. ketersediaan dana,
d. kepentingan daerah yang dilindungi,
e. resiko kegagalan yang dapat ditimbulkan,
f. kadang bahkanjuga kebijaksanaan politik.

Apabila dikaitkan dengan faktor resiko kegagalan, maka dapat digunakan


rumus sederhana berikut ini.
R = 1- (1-1/ T)L

dengan: R = resiko kegagalan,


T = kala ulang (tahun),
L = umur bangunan/proyek (tahun).

Sebagai gambaran lebih lanjut, berikut disajikan tabel yang memuat beberapa
nilai kala ulang banjir rancangan yang digunakan Departeman Pekerjaan Umum untuk
berbagai bangunan di sungai (Srimoemi Doelchomid, 1987).

Tabel 5.1. Kala ulang banjir rancangan untuk bangunan di sungai


Jenis Bangunan Kala Ulang Banjir Rancangan
(tahun)
Bendung sungai besar sekali 100
Bendung sungai sedang 50
Bendung sungal kecil 25
Tanggul sungai besar/daerah penting 25
Tanggul sungai kecil/daerah kurang penting 10
Jembatan jalan penting 25
Jembatan jalan tidak penting 10
Definisi dan pengertian kala ulang seperti yang diuraikan di atas juga berlaku
untuk besaran hujan rancangan. Pengertian ini biasanya diterapkan pada analisis
hidrologi untuk menghitung debit banjir berdasarkan data hujan. Dalam hal ini
ditetapkan terlebih dahulu besarnya hujan rancangan. Prosedur tersebut berarti
menggunakan anggapan bahwa kala ulang hujan akan sama dengan kala ulang debit
banjir yang terjadi akibat adanya hujan yang besarnya sama dengan hujan rancangan
yang ditetapkan. Meskipun anggapan ini tidak selalu benar, akan tetapi cara tersebut
dalam praktek masih dapat digunakan. Penelitian menyangkut hubungan kedua
besaran hidrologi tersebut sampai sekarang belum dapat memberikan hasil yang dapat
digunakan sebagai pedoman.
Menegaskan kembali uraian pada bab I, besarnya debit banjir rancangan ini
akan menentukan besaran-besaran rancangan yang lain, seperti tinggi muka air banjir
dan elevasi dasar jembatan. Pada prinsipnya informasi tersebut diperlukan untuk dapat
menetapkan dimensi rancangan dan tata letak dan konstruksi jembatan kereta api agar
aman terhadap pengaruh negatif dan peristiwa banjir serta pengaruh lain akibat proses
morfologi sungai yang akan terjadi pada lokasi dimana jembatan kereta api akan
dibangun. Untuk itu, selain debit banjir juga diperlukan besaran debit dominan sungai,
yaitu besamya debit sungai yang diperkirakan akan menyebabkan adanya angkutan
sedimen maksimum. Hal ini dikaitkan dengan proses perubahan geometri sungai yang
hams diantisipasi, karena dapat membahayakan stabilitas bangunan jembatan kereta
api, seperti gerusan dasar dan tebing, longsoran tebing dan lain-lain.
Besamya debit dominan dapat diperoleh dan analisis angkutan sedimen lokal
bardasarkan garis massa debit (flow duration curve) dan kurva liku sedimen (sediment
rating curve). Untuk mendapatkan garis massa debit dapat diturunkan dan ganis debit
tahunan yang merupakan basil perataan dan catatan data debit yang panjang, misal 20
tahun. Apabila tidak tersedia data aliranldebit yang panjang, maka diperlukan cara
tertentu, yang dalam analisis hidrologi dapat dilakukan dengan model matematik
(model hidrologi) berdasarkan data hujan dan data karakteristik DAS.
Garis massa debit ini juga dapat dipergunakan untuk menghitung perkiraan
angkutan sedimen dasar (bed load) tahunan. Prosedur dan beberapa metoda untuk
menentukan debit banjir rancangan, garis massa debit, debit dominan dan angkutan
sedimen tahunan lokal, dijelaskan pada uraian di sub bab berikutnya.
5.3. Penentuan Debit Banjir Rancangan
Dalam praktek analisis hidrologi terdapat beberapa cara yang dapat ditempuh
untuk menetapkan debit banjir rancangan. Masing-masing cara akan sangat
dipengaruhi oleh beberapa factor berikut (Sri Harto, 1993):
a. ketersediaan data,
b. tingkat kesulitan yang dikehendaki,
c. kesesuaian cara dengan DAS yang ditinjau.
Cara analisis dapat dikelompokkan menjadi tiga metode (Gupta, 1967), yaitu:
a. cara empirik,
b. cara statistik,
c. analisis dengan model hidrologi.

5.3.1. Penentuan debit banjir rancangan cara empirik


Cara empirik adalah metode pendekatan dengan rumus rasional. Cara ini
diterapkan apabila tidak tersedia data debit yang cukup panjang tetapi tersedia data
hujan harian yang panjang. Terdapat empat metode perhitungan banjir rancangan
yang dikembangkan berdasarkan prinsip pendekatan rasional (Muhadi, 1987), yaitu:
metode rasional, metode Der Weduwen, metode Meichior dan metode Haspers.
Penulis menunjuk dua macam cara yang akan diuraikan pada tulisan ini, yaitu
metode Der Weduwen dan metode Meichior seperti yang dipergunakan dalam Standar
Perencanaan Irigasi KP-O1 , yang diterbitkan oleh Direktorat Jenderal Pengairan
Departemen Pekerjaan Umum tahun 1986.

1. Rumus banjir Meichior


Rumus banjir Meichior dikenalkan pertama kali pada tahun 1914 dan berlaku untuk
DAS dengan luas sampai 1000 km2. Rumus-rumus yang digunakan adalah sebagai
berikut:

QT= qT A

dimana: Qr = debit banjir dengan kala ulang T tahun (m3/det),


= koefisien aliran,
qT = curah hujan harian rancangan dengan kala ulang T tahun (mm),
= koefisien pengurangan daerah untuk curah hujan DAS,
A = luas DAS (km2).
Besarnya a dapat didekati dengan memperhatikan kondisi tanah penutup (tata
guna lahan) dan kelompok hidrologi tanah seperti pada Tabel 5.2. Nilai qT ditetapkan
berdasarkan data curah hujan harian maksimum untuk beberapa tahun. Cara analisis
adalah dengan pendekatan statistik yang umumnya digunakan metode analisis
frekuensi. Uraian tentang metode analisis frekuensi dapat dilihat pada sub bab 5.3.2.

Tabel 5.2. Harga koefisien aliran


Kelompok hidrologis tanah
Tanah penutup
C D
Hutan lebat (vegetasi dikembangkan dengan 0,60 0,70
baik)
Hutan dengan kelebatan sedang (vegetasi 0,65 0,75
dikembangkan cukup baik)
Tanaman ladang dan daerah gundul 0,75 0,80
Sumber: Standar Perencanaan Irigasi, KP-01, 1986.

Curah hujan qr ditentukan sebagai hujan terpusat (point rainfall) yang


selanjutnya dikonversi menjadi hujan untuk seluruh bias daerah hujan (hujan rata-rata
DAS), yaitu qT. Untuk luas daerah hujan F = 0 dan lama hujan t = 24 jam serta curah
hujan qT 200 mm, diperoleh hasil hitungan sebagai berikut:
qT = (0,2 x 1000 x 1000)/(24 x 3600) = 2,31 m3/det.km2
Untuk nilai qT yang lain, harga qT dapat dihitung secara proposional. Sebagai
contoh untuk qT= 240 mm, harga qT menjadi:
qT = (240/200) x 2,31 = 2,77 m3/det.km2
Dalam penerapannya, harga t diambil untuk lama waktu konsentrasi, yaitu t
yang dapat diperkirakan dan tabel berikut ini.

Tabel 5.3. Perkiraan harga t


2
F(km ) tc (jam) F(km2) tc (jam)
100 7,0 500 12,0
150 7,5 700 14,0
200 8,5 1000 16,0
300 10,0 1500 18,0
400 11,0 3000 24,0
Sumber: Standar Perencanaan Irigasi, KP-01, 1986.
Rumus tc oleh Melchior ditetapkan sebagai berikut:
tc = 0,186LQ-0,2I-0,4
dengan: tc = waktu konsentrasi (jam),
l = panjang sungai (km),
Q = debit puncak (m3/det),
I = kemiringan rata-rata
rata sungai.

Kemiringan rata-rata
rata dasar sungai ditentukan dengan tidak memperhitungkan
10 % bagian hulu dari sungai seperti pada gambar berikut ini.

Prosedur hitungan dengan rumus banjir Meichior dipermudah dengan


nomogram luas daerah hujan Meichior seperti pada Gambar 5.2. Luas F dapat dihitung
dengan menggambarkan elips yang mengelilingi batas DAS dengan as pendek
sekurang-kurangnya 2/3 dari
ri as yang panjang. Contoh penentuan clips luas daerah
hujan dapat dilihat pada Gambar 5.3.
Langkah-langkah
langkah hitungan debit puncak Q dapat ditempuh sebagai berikut:
(1) tentukan besamya curah hujan sehari untuk kala ulang rencana yang dipilih,
(2) tentukan a untuk daerah pengaliran menurut Tabel 5.2.,
(3) hitung A, F, L dan I untuk daerah pengaliran,
(4) buat perkiraan harga pertama waktu konsentrasi to berdasarkan Tabel 5.3.,
(5) ambil harga t - to untuk menetapkan qT dari Gambarr 5.2., kemudian hitung nilai
Q0= qT A,
(6) hitung
ung t menurut rumus untuk Q = Q0,
(7) gunakan t untuk mengulangi langkah (4), (5) dan (6) sampai diperoleh t mendekati
t0,
(8) hitung debit puncak QT untuk harga akhir t.

2. Rumus banjir Der Weduwen


Metode perhitungan banjir Der Weduwen diterbitkan pertama kali pada tahun 1937.
Metode ini cocok untuk DAS dengan luas sampai 100 km2. Rumus-rumus
Rumus rumus yang
digunakan adalah sebagai berikut ini.
QT= qT A,
dimana: QT = debit banjir dengan kala ulang T tahun (m3/det),
RT = curah hujan harian maksimum dengan kala ulang T tahun (mm), = koefisien
aliran,
= curah hujan rancangan, yaitu curah hujan harian dengan kala ulang T tahun
(mm),
qT = koefisien pengurangan daerah untuk curah hujan DAS,
A = luas DAS (km2),
t = lamanya hujan (jam),
L = panjang sungai,
I = gradien sungai.

Prosedur hitungan dilakukan dengan cara coba ulang berkalikali


berkali kali mengiku
mengikuti
langkah-langkah berikut:
(1) hitung A, L dan I dan peta garis tinggi DAS dan substitusikan dalam persamaan,
(2) tentukan nilai perkiraan Qo, kemudian hitung t, qT, dan serta tentukan nilai Qr,
(3) apabila nilai QT belum mendekati Qo, ulangi langkah 1 dan 2 dengan menggunakan
QT sebagai Qo untuk hitungan awal,
(4) debit puncak yang diambil adalah Qr hasil perhitungan iterasi terakhir (terbaik)
yang didapatkan.

Untuk mempermudah hitungan, nilai awal Qo dapat ditentukan berdasarkan


nomogram seperti disajikan pada lampiran 1 yang dapat dilakukan secara interpolasi.
Selain dengan cara-cara seperti diuraikan di atas, kadang juga digunakan cara
hidrograf satuan atau hidrograf satuan sintetik, yaitu dengan memanfaatkan hubungan
empiris antara hujan dan beberapa parameter DAS. Dengan cara ini keluaran analisis
adalah hidrograf banjir yang dapat diketahui debit banjir puncaknya sebagai debit
banjir rancangan. Untuk analisis dengan hidrograf satuan dapt dipakai cara polinomial
atau cara Collins. Sedangkan untuk hidrograf satuan sintetik terdapat banyak rumus
empiris seperti: hidrograf satuan cara Snyder (Snyder Synthetic Unit Hydrograph),
rumus SCS dan Hidrograf Satuan Sintetik Gama I (Sri Harto, 1985). Khusus untuk
Hidrograf Satuan Sintetik Gama I, metode tersebut dikembangkan berdasarkan
penelitian beberapa DAS di Jawa dan Sumatera, yang dalam penggunaannya cukup
praktis dan menunjukkan keragaan basil yang cukup baik.
Uuraian rinci tentang hidrograf satuan tidak diberikan pada diktat in namun
akan dapat dipelajari pada cakupan materi kuliah Hidrologi II. Sebagai penegasan,
informasi tentang cara tersebut, pada dasamya dapat diterapkan apabila tersedia data
curah hujan dan data debit pada periode waktu pencatatannya yang sama dengan
kualitas dan ketelitian yang dapat dipertanggungjawabkan untuk keperluan analisis
hidrologi. Bagi para pembaca diktat mi dapat merujuk pada beberapa pustaka hidrologi
seperti pada daftar pustaka terlampir.

3. Contoh hitungan
Berikut diberikan contoh hitungan untuk kedua rumus empiris yang telah
diuraikan di atas.

a. Contoh hitungan debit banjir rancangan dengan metode Melchior


Diketahui data sebagai berikut :
Luas DAS, A = 150 km2
Panjang sungai, L = 18 km
Kemiringan rata-rata sungai, I = 0,005,
Luas daerah hujan, F = 180 km2
Curah hujan harian maksimum dengan kala ulang 50 tahun, qso = 220 mm,
Koefisien pengaliran = 0,6.

Dengan data tersebut dapat dihitung debit banjir rancangan untuk Qso dengan
cara coba ulang sebagai berikut:
(1) berdasarkan Tabel 5.3. untuk A (A = F) = 150 km2 diperoleh to = 7,5 jam,
(2) dari nomogram pada lampiran 1 untuk qT = 200 mm dan t = 7,5 jam didapat harga
qT = 4,6 m3/det. km2
(3) maka, untuk qT = 220 mm didapat qT (220/200) x 4,6 = 5,06 m3/det. km2,
(4) dengan rumus dapat dihitung, Q0 = 0,6 x 5,06 x 150 = 455,4 m3/det.,
(5) t menurut rumus dapat dihitung, didapat t = 8,2 jam (masih> 7,5 jam),
(6) ambil t0 = 8,2 jam, dengan prosedur sama dengan langkah (1) s.d (4) diperoleh
harga qT = 4,84 m3/det. km2 dan Q0= 435,6 m3/det.,
(7) selanjutnya t menurut rumus didapat sebesar 8,27 jam ( 8,2 jam),
(8) jadi nilai debit banjir rancangan Qso adalah 435,6 m3/det.

b. Contoh hitungan debit banjir rancangan dengan metode Der Weduwen


Diketahui data sebagai berikut:
luas DAS, A = 25 km2,
panjang sungai L = 7 km,
kemiringan rata-rata sungai, 1= 0,005,
curah hujan harian maksimum dengan kala ulang 5 tahun, R5 = 80 mm.
Dengan data tersebut dapat dihitung debit banjir rancangan untuk Q dengan
cara coba ulang sebagai berikut:
(1) dan lampiran 1 untuk A = 25 km2 dan I = 0,005 diperoleh Q0 43 m3/det,
(2) nilai t, qT, , dapat dihitung sebagai berikut:
(3) t = 0,25 x 7 x 43M,125 x 0,0050,25 4,113 jam,
qr = 80/240 x 67,5 / (4,113 + 1,45) = 4,045 m3/det. km2,
= [120+25(4,113+1)/(4,113+9)j/(120+25)=0,895
= 1 - [4,1 1(0,895 x 4,045 + 7)] = 0,614
(4) maka Q5= 0,614 x 0,895 x 4,045 x 25 = 55,55 m3/det (>43 m3/det),
(5) dengan menggunakan prosedur sama seperti pada langkah (2) s.d. (4), untuk nilai
awal Qo 55,55 m3/det, akan didapat:
t = 3,983 jam,
qT = 4,141 m3/det. km2
= 0,894,
= 0,626,
Qs = 57,941 m3/det (> 5 5,55 m3/det),
(6) selanjutnya iterasi diulang lagi dengan nilai awal Q0 = 57,941 m3/det yang akhirnya
akan didapat sebagai berikut:
t = 3,9621 jam,
qT = 4,167 m3/det.km2
= 0,894,
= 0,618,
Qs = 57,556 m3/det ( 57,941 m3/det),
(7) dengan demikian nilai debit banjir rancangan Qs adalah = 57,556 m3/det.

5.3.2. Penentuan debit banjir rancangan cara statistik


Analisis hidrologi untuk menentukan debit banjir rancangan dengan cara
statistik dianggap paling baik, karena didasarkan pada data terukur di sungai, yaitu
catatan debit banjir yang pernah terjadi. Dalam hal mi tersirat pengertian bahwa
analisis dilakukan secara langsung pada data debit, tidak melalui hubungan empiris
antar beberapa parameter DAS dan hujan seperti halnya pada cara empirik. Oleh
karena itu sampai saat mi masih dianggap cukup dapat diandalkan. Meskipun
demikian, ketelitian hasiljuga akan sangat dipengaruhi oleh data yang tersedia, baik
tentang kuantitas (panjang data), kualitas atau ketelitiarmya.
ket
Analisis statistik untuk menentukan banjir rancangan dengan metode analisis
frekuensi dapat dilakukan secara grafis atau menggunakan rumus distribusi frekuensi
teoritik. Cara kedua lebih umum keberlakuannya untuk kasus dimana data yang
tersedia cukup panjang dan kualitasnya memenuhi syarat untuk analisis statistik.
Berikut diuraikan beberapa rumus distribusi frekuensi yang umum dipakai dalam
analisis hidrologi, yaitu Normal, Log Normal, Log Pearson tipe III dan Gumbel.

1. Analisis frekuensi dengan rumus distribusi frekuensi teoritik


Parameter statistik data debit banjir maksimum tahunan yang perlu diperkirakan
untuk pemilihan distribusi yang sesuai dengan sebaran data adalah sebagai berikut mi.
Mean atau harga tengah,

Simpangan baku,

Koefisien variansi,

Asimetri (skewness),
Kurtosis

Keterangan: n adalah jumlah data yang dianalisis.

Berikut disajikan uraian singkat tentang sifat-sifat


sifat sifat khas dan setiap macam
distribusi frekuensi tersebut.

a. Distribusi Normal
Ciri khas distribusi Normal adalah:
Skewness Cs 0,00
Kurtosis Ck = 3,00

Prob X ( X -S) = 15,87%

Prob X X = 50,00%

Prob X ( X +S) = 84,14%

b. Distribusi Log Normal


Sifat statistik distribusi Log Normal adalah:
Cs = 3 Cv
Cs > 0

Persamaan garis teoritik probabilitas: X = X + KT .S


dengan: XT = debit banjir maksimum dengan kala ulang T tahun,
KT = faktor frekuensi,
S = simpangan baku.
Lampiran 2 menyajikan nilai KT untuk beberapa nilai probabilitas tertentu.

c. Distribusi Gumbel
Ciri khas statistik distribusi Gumbel adalah:
Cs 1,396
Ck = 5,4002

Persamaan garis teoritik probabilitasnya adalah: X T = X + S / n (Y Yn )

dengan: Y = reduced variate,


Yn = mean dan reduced variate,
n = simpangan baku reduced variate,

n = banyaknya data.

Nilai Y untuk beberapa harga T (kala ulang) dapat dilihat pada Tabel 5.4,
sedangkan harga Y dan o untuk beberapa nilai n dapat dilihat pada lampiran 3.

Tabel 5.4. Nilai Reduced Variate (Y) untuk beberapa nilai kala ulang (T)
Kata ulang T (tahun) Reduced variate Y
2 0,3665
5 1,4999
10 2,2502
25 3,1985
50 3,9019
100 4,6001

Sumber : Srimoerni Doelchomid, 1986.

d. Distribusi Log Pearson III


Sifat statistik distribusi ini adalah:
jika tidak menunjukkan sifat-sifat seperti pada ketiga distribusi di atas,
garis teoritik probabilitasnya berupa garis lengkung.
Secara umum, persamaan garis teoritik probabilitas untuk analisis frekuensi
dapat dinyatakan dengan rumus sederhana sebagai berikut (Han, 1977):

X T = X + S .K T
dengan : XT = besaran (dapat debit atau hujan) dengan kala ulang T tahun,

X = besaran rata-rata,
S = simpangan baku,
K = faktor frekuensi untuk kala ulang T tahun.

Lampiran 4 menyajikan nilai KT untuk distribusi Log Pearson tipe III. Untuk
menetapkan distribusi terpilih sesuai dengan sebaran data, digunakan uji Chi-kuadrat
dan uji Smirnov-Kolmogorov sebagai berikut ini.
e. Uji Chi-Kuadrat
Pada dasarnya uji ini merupakan pengecekan terhadap penyimpangan rerata
dan data yang dianalisis berdasarkan distribusi terpilih. Penyimpangan tersebut diukur
dan perbedaan antara nilai probabilitas setiap variat X menurut hitungan dengan
pendekatan
katan empiris. Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut:

Dengan : X2 = harga Chi-kuadrat,


Chi
Ef = frekuensi yang diharapkan untuk kelas i,
Of = frekuensi terbaca pada kelas i,
K = banyaknya kelas.
Harga X harus lebih kecil dan harga X2, kritik yang dapat diambil dan tabel di
2

lampiran 5 untuk derajat nyata ( ) tertentu dan derajat kebebasan (DK) tertentu.
Umumnya digunakan derajat nyata 5 % dan untuk distribusi Chi-Kuadrat,
Chi Kuadrat, nilai DK
dapat dipakai rumus berikut:
DK = K 3

f. Uji Smirnov-Kolmogorov
mogorov
Pengujian dilakukan dengan mencari nilai selisih probabilitas tiap variat X
menurut distribusi empiris dan teoritik,
teo yaitu . Harga maksimum harus lebih kecil
dari kritik yang dapat dicari dari
da Tabel 5.5 sebagai berikut ini.

Tabel 5.5. Nilai A kritik untuk uji Smirnov Kolmogorov

Sumber: Charles T. Haan, 1993


g. Hitungan analisis frekuensi
Prosedur umum hitungan analisis frekuensi dapat dilaksanakan dengan urutan
sebagai berikut ini:
(1) hitung parameter statistik data yang dianalisis, meliputi: X, S, Cv, Cs, dan Ck,
(2) berdasarkan nilai-nilai parameter statistik terhitung, perkirakan distribusi yang
cocok dengan sebaran data,
(3) urutkan data dan kecil ke besar (atau sebaliknya),
(4) dengan kertas probabilitas yang sesuai untuk distribusi terpilih, plotkan data
dengan nilai probabilitas variat X, sebagai berikut:
prob (X1 X) = m/(n+1)
dengan : m = urutan data dan kecil ke besar (1 s.d. n),
n = jumlah data,
(5) tarik garis teoritik dan lakukan uji Chi-kuadrat dan Smimov-Kolmogorov,
(6) apabila syarat uji dipenuhi, tentukan besaran rancangan yang dicari untuk kala
ulang yang ditetapkan (QT atau RT),
(7) jika syarat uji tidak dipenuhi, pilih distribusi yang lain dan analisis dapat dilakukan
seperti pada langkah (1) s.d. (6).

Contoh hitungan
Berikut disajikan contoh analisis frekuensi untuk mencari besamya debit banjir
rancangan berdasarkan data debit yang tersedia dan suatu setasiun pengukuran
hidrometri. Contoh ini diambil dan buku: Mengenal Dasar Hidrologi Terapan (Sri Harto,
1984). Data tersedia adalah catatan data debit banjir maksimum tahunan sebanyak 40
(catatan selama 40 tahun), yang setelah diurutkan diperolh hasil seperti pada Tabel
5.6. Dari data di table tersebut dapat dihitung nilai parameter statistic yang hasilnya
adalah sebagai berikut:

mean : Q = 1088,1 m3/det,

simpangan baku :S = 317,617m3/det,


skewness : Cs = 0,1079,
kuntosis : Ck = 2,2864.
Hasil tersebut menunjukkan bahwa nilai Cs sangat kecil, maka dipilih distribuysi
Normal. Dari pengujian terhadap nilai variat Q didapat hasil sebagai berikut:

Q +S = 1405,7 m3/det,

Q -S = 770,5 m3/det.
Tabel 5.6. Data debit maksimum tahunan (annual maximum series)

Selanjutnya data tersebut diplot pada kertas probabilitas untuk distribusi Normal
yang hasilnya dapat ditunjukkan pada Gambar 5.4. Uji Chi-Kuadrat
Chi Kuadrat dilakukan dengan
mengambil banyaknya kelas K adalah 5 seperti ditunjukkan pada Tabel 5.7 berikut ini.
Dari tabel di atas didapat harga X2 sebesar 0,50. Untuk jumlah interval K = 5,
maka
aka derajat kebebasan DK = K-P-1
K = 2, dengan P adalah parameter distribusi (untuk
distribusi Normal P=2). Dengan a = 0,05 dan lampiran 5 diperoleh nilai X2, kritik
( 2 < X2 kritik)
sebesar 5,991 yang berarti syarat uji dapat dipenuhi (X
Untuk uji Smirnov-Kolmogorov
Kolmogorov dapat dicermati hasil ploting
ploting titik variat Q seperti
ditunjukkan pada Gambar 5.4. Dari
Da gambar tersebut didapatkan maksimum sebesar
0,10. Untuk n = 40 dan = 0,05 berdasarkan Tabel 5.5 didapat nilai kritik sebesar 0,21
( > maks.). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kedua syarat
syarat uji kesesuaian
distribusi dipenuhi. Selanjutnya dapat ditentukan besamya debit banjir untuk beberapa
nilai kala ulang. Pada Gambar 5.4 ditunjukkan contoh untuk Q25 dengan cara sebagai
berikut:
(1) T= 25 tahun, berarti probabilitas (Q Q) = 100/25 % = 4 %,
(2) tarikk garis vertikal ke bawah dan angka 4 pada skala absis atas sampai memotong
garis probabilitas teoritik kemudian tarik
ta garis horisontal dari titik perpotongan
tersebut ke skala debit pada sumbu ordinat,
(3) besamya Q25 dapat dibaca, yaitu 1.640 m3/det.
Pada
ada contoh di atas, data banjir yang digunakan adalah catatan debit banjir
maksimum tahunan (annual maximum series). Untuk mendapatkan hasil yang teliti,
analisis dengan rumus distribusi teoritik dapat diterapkan apabila tersedia data yang
relatif cukup panjang.
njang. Batasan umum adalah 20 tahun dan apabila ketersediaan data
kurang, maka dapat ditempuh dengan cara menetapkan nilai debit banjir ambang
(Treshold). Debit banjir yang lebih besar dari nilai ambang tersebut dapat digunakan
untuk hitungan analisis frekuensi.
uensi. Dengan cara ini data debit banjir dapat bertambah,
karena kemungkinan dalam satu tahun akan terdapat lebih dan satu data debit banjir
yang lebih besar dari nilai debit banjir ambang. Rangkaian data debit banjir yang
ditetapkan dengan cara tersebut dinamakan
dinamakan seri data parsial (partial series). Hubungan
antara kala ulang hasil analisis frekuensi dengan data annual series dan dengan data
partial series dapat disajikan pada rumus berikut ini (Chow, 1964).

Dengan : Tp = kala ulang untuk data partial series,


Ta = kala ulang untuk data annual series.
2. Analisis frekuensi dengan cara grafis
Pada prinsipnya analisis frekuensi dengan cara grafis mirip dengan cara
menggunakan distribusi frekuensi teoritik. Cara ini diterapkan terutama untuk tersedia
minimum 20 tahun dan kala ulang yang ditinjau tidak boleh lebih besardari panjang
data tersedia (T n). Prosedur hitungan sama dengan langkah-langkah pada cara
menggunakan distribusi frekuensi teoritik, hanya saja penarikan garis teoritik dapat
dilakukan secara langsung dengan pendekatan pandangan mata tanpa disertai uji
Chikuadrat maupun Smirnov-Kolmogorov.
Untuk data yang kurang dan 20 tahun dapat diturunkan sen data parsial
dengan menggunakan rumus Rasional, Hidrograf Satuan atau dengan model hidrologi
yang lain. Untuk itu diperlukan data hujan ekstrim sebagai masukan model dalam
menentukan debit banjir tambahan (selain debit banjir maksimum tahunan). Apabila
tidak terdapat data debit banjir sama sekali, dapat ditempuh dengan menentukan
dahulu curah hujan rancangan, kemudian diteruskan dengan hitungan debit banjir
rancangan dengan metode Rasional, Hidrograf Satuan atau model hidrologi lain yang
sesuai dengan daerah tinjauan. Jadi dalam kasus ini analisis frekuensi diterapkan
untuk menentukan curah hujan rancangan.

5.3.3. Penentuan debit banjir rancangan dengan model hidrologi


Pengertian model hidrologi dalam cara ini adalah model hujan-aliran (rainfall-
runoff model). Pada prinsipnya model hidrologi tersebut adalah suatu tiruan dan sistem
hidrologi (sistem DAS) yang kompleks, yakni hubungan antara masukan sistem,
parameter DAS dan keluaran berupa debit sungai yang dapat dinyatakan dalam debit
banjir atau hidrograf banjir.
Penggunaan model hidrologi umumnya diterapkan pada kasus dimana
ketersediaan data debit terukur sangat minim, sedangkan data hujan dan karakteristik
DAS cukup memadai, baik panjang, jenis maupun kualitasnya. Setiap model hujan-
aliran dibuat dengan konsep dasar yang sama, yaitu perumusan neraca air (water
balance) pada zona hidrologi yang ditinjau dengan merinci besarnya setiap unsur
aliran. Prinsip ini dapat diterapkan dengan cara mengkuantifikasi besamya setiap
unsur aliran sungai berdasarkan sumbemya dengan memperhatikan proses yang
terjadi. Pada diktat ini tidak diuraikan secara rinci mengenai penggunaan model
hidrologi tersebut, mengingat bahasan masalah mi memerlukan penjelasan lebih detil
cukup banyak menyangkut penurunan dan pendekatan rumus matematik untuk setiap
proses dalam daur hidrologi. Sebagai informasi tambahan, beberapa model hidrologi
yang sering digunakan untuk analisis dan hitungan debit banjir rancangan di Indonesia
adalah SSARR Model, Tank Model, SWM-IV dan lain-lain. Model tersebut banyak
digunakan untuk keperluan analisis hidrologi dalam rangka kegiatan perancangan
bangunan air yang besar, seperti waduk/bendungan, bangunan pelimpah (spiliway),
tanggul banjir, bendung gerak dan lain sebagainya yang memerlukan informasi debit
maksimum untuk banjir rancangan dan juga hidrograf banjir rancangan serta beberapa
karakteristik tentang debit sungai dilokasi bangunan air yang akan dibuat.

Anda mungkin juga menyukai