Anda di halaman 1dari 7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Sistem Transportasi (KURANG SUMBER)

Sistem tranportasi merupakan gabungan dari dua defenisi, yaitu sistem dan
transportasi. Sistem adalah suatu bentuk keterikatan dan keterkaitan antara satu
variabel dengan variabel lain dalam tatanan yang terstruktur, sedangkan
transportasi adalah suatu usaha untuk memindahkan, menggerakkan, mengangkut
atau mengalihkan orang ataupun barang dari suatu tempat ke tempat lain, dimana
ditempat lain objek tersebut lebih berguna atau dapat berguna untuk tujuan-tujuan
tertentu. Sistem transportasi adalah suatu bentuk keterikatan dan keterkaitan
antara berbagai variabel dalam suatu kegiatan atau usaha untuk memindahkan,
menggerakkan, mengangkut,atau mengalihkan orang atau barang dari satu tempat
ke tempat lain secara terstruktur untuk tujuan tertentu. Adapun yang menjadi
tujuan perencanaan sistem transportasi adalah :
1. Mencegah masalah yang tidak diinginkan yang diduga akan terjadi pada masa
yang akan datang (tindakan preventif).
2. Mencari jalan keluar untuk berbagai masalah yang ada (problem solving).
3. Melayani kebutuhan transportasi (demand of transport) seoptimum dan
seseimbang mungkin.
4. Mempersiapkan tindakan/kebijakan untuk tanggapan pada keadaan di masa
depan.
5. Mengoptimalkan penggunaan daya dukung (sumber daya) yang ada, yang juga
mencakup penggunaan dan yang terbatas seoptimal mungkin, demi mencapai
tujuan atau rencana yang maksimal (daya guna dan hasil guna yang tinggi).

5
6

2.2. Jalan

Jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan,
termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan bagi lalu
lintas, yang berada pada permukaan tanah, di atas permukaan tanah, di bawah
permukaan tanah dan/atau air, serta di atas permukaan air, kecuali jalan kereta api,
jalan lori, dan jalan kabel. (Undang - undang nomor 38 tahun 2004 Tentang Jalan
Raya).

2.2.1. Klasifikasi jalan


Dalam Undang-Undang nomor 38 tahun 2004 Tentang Jalan Raya, jalan
diklasifikasikan menjadi 2 yakni :
1. Jalan umum, merupakan jalan raya yang diperuntukkan untuk lalu lintas umum
dan untuk distribusi barang dan jasa yang dibutuhkan. Jalan umum kemudian
diklasifikasikan berdasarkan sistem, fungsi, status dan kelas :
a. Berdasarkan sistemnya, jalan raya dikelompokan menjadi sistem jaringan
jalan primer dan sistem jaringan jalan sekunder.
b. Berdasarkan fungsinya, jalan diklasifikasikan menjadi jalan arteri, jalan
kolektor, jalan lokal dan jalan lingkungan
c. Berdasarkan statusnya, jalan diklasifikasikan menjadi jalan nasional, jalan
provinsi, jalan kabupaten, jalan kota dan jalan desa.
d. Berdasarkan kelasnya, jalan diklasifikasikan menjadi jalan kelas I, jalan
kelas IIA, jalan kelas IIB, jalan kelas IIC dan jalan kelas III.
2. Jalan khusus, merupakan jalan raya yang bukan diperuntukkan untuk lalu lintas
umum dan untuk distribusi barang dan jasa yang dibutuhkan.

2.2.2. Fasilitas dan kelengkapan jalan (KURANG SUMBER)


Tujuan dari pemasangan fasilitas dan kelengkapan jalan adalah untuk
meningkatkan keselamatan jalan dan menyediakan pergerakan yang teratur
terhadap pengguna jalan. Fasilitas dan kelengkapan jalan memberi informasi
kepada pengguna jalan tentang peraturan dan petunjuk yang diperlukan untuk
mencapai arus lalu lintas yang selamat ,seragam dan beroperasi dengan efisien.
Fasilitas dan kelengkapan jalan dibedakan menjadi :
7

1. Marka jalan, suatu tanda yang berada di permukaan jalan atau di atas
permukaan jalan yang meliputi peralatan atau tanda yang membentuk garis
membujur,garis melintang, garis serong serta lambang lainnya yang berfungsi
untuk mengarahkan arus lalu lintas dan membatasi daerah kepentingan lalu
lintas. Marka jalan dibedakan lagi menjadi marka membujur, marka melintang,
marka serong dan marka lambang.
2. Rambu lalu lintas adalah salah satu dari perlengkapan jalan, berupa lambang,
huruf,angka,kalimat dan atau perpaduan diantaranya sebagai peringatan,
larangan, perintah atau petunjuk bagi pengguna jalan. Rambu lalu lintas
dibedakan lagi menjadi rambu peringatan, rambu larangan, rambu perintah,
rambu petunjuk, rambu penegasan, papan nama jalan dan papan tambahan.
3. Alat pemberi isyarat lalu lintas adalah perangkat peralatan teknis yang
menggunakan isyarat lampu untuk mengatur lalu lintas orang dan atau
kendaraan di persimpangan atau pada ruas jalan. Alat pemberi isyarat lalu
lintas terdiri atas lampu lalu lintas tiga warna, lampu lalu lintas dua warna dan
lampu lalu lintas satu warna.
4. Fasilitas penerangan jalan (lampu penerangan jalan).

2.2.3. Perencanaan jalan raya


Dalam perencanaan jalan raya (Sukirman, 1994) terdapat beberapa
parameter di antaranya perencanaan geometrik jalan dan perencanaan lapis
perkerasan jalan.
1. Parameter perencanaan geometrik jalan merupakan bagian dari perencanaan
jalan yang menitik beratkan pada perencanaan bentuk fisik. Elemen dari
perencanaan geometrik jalan meliputi alinyemen horizontal jalan, alinyemen
vertikal jalan dan penampang melintang jalan.
2. Parameter perencanaan lapis perkerasan jalan merupakan bagian dari
perencanaan jalan yang menitik beratkan pada lapis perkerasan jalan seperti
tebal lapis perkerasan, jenis perkerasan yang digunakan dsb.
Selain parameter perencanaan, terdapat juga beberapa kriteria perencaan yang
dibutuhkan. Beberapa kriteria perencanaan yang dibutuhkan dalam perencanaan
jalan antara lain :
8

1. Kendaraan rencana
Dilihat dari bentuk, ukuran, dan daya dari kendaraan yang mempergunakan
jalan, kendaraan – kendaraan tersebut dikelompokkan menjadi beberapa
kelompok seperti mobil penumpang, bus/truk, semi trailer dan trailer.
Kendaraan rencana adalah kendaraan yang merupakan wakil dari setiap
kelompok yang digunakan untuk merencanakan bagian – bagian dari jalan.
2. Kecepatan
Kecepatan adalah besaran yang menunjukkan jarak yang ditempuh kendaraan
dibagi waktu tempuh dan biasanya dinyatakan dalam satuan km/jam.
Kecepatan rencana merupakan kecepatan yang dipilih untuk keperluan
perencanaan setiap bagian jalan raya seperti tikungan, kemiringan jalan, jarak
pandang dan lain – lainnya.
3. Volume lalu lintas
Volume lalu lintas menunjukkan jumlah kendaraan yang melintasi satu titik
pengamatan dalam satu satuan waktu. Satuan volume lalu lintas yang umum
dipergunakan dalam perencanaan jalan raya adalah :
a. Lalu lintas harian rata – rata, merupakan volume lalu lintas rata – rata dalam
satu hari. Lalu lintas harian rata – rata dibedakan menjadi dua jenis yakni
lalu lintas harian rata – rata tahunan (LHRT), dan lalu lintas harian rata –
rata (LHR).
b. Volume jam perencanaan.
c. Kapasitas jalan, merupakan jumlah kendaraan maksimum yang dapat
melewati suatu penampang jalan pada jalur jalan selama 1 jam dengan
kondisi serta arus lalu lintas tertentu.
4. Tingkat pelayanan jalan
5. Jarak pandangan

2.2.4. Kerusakan lapis perkerasan jalan


Menurut Departemen Pekerjaan Umum tahun 2007, kerusakan yang terjadi
pada lapis perkerasan jalan dapat diklasifikasikan menjadi :
1. Retak (Crack), retak adalah suatu gejala kerusakan permukaan perkerasan
sehingga akan menyebabkan air pada permukaan perkerasan masuk ke lapisan
9

dibawahnya dan hal ini merupakan salah satu factor yang akan membuat
luas/parah suatu . Kerusakan retak dapat dibedakan menjadi :
a. Retak Halus (Hair Cracking), Yang dimaksud retak halus adalah retak yang
terjadi mempunyai lebar celah ≤ 3 mm. Sifat penyebarannya dapat setempat
atau luas pada permukaan jalan.
b. Retak Kulit Buaya (Alligator Cracks), Lebar celah retak ≥ 3 mm dan saling
berangkai membentuk serangkaian kotak-kotak kecil yang menyerupai kulit
buaya atau kawat untuk kandang ayam.
c. Retak Pinggir (edge crack), Retak ini disebut juga dengan retak garis (lane
cracks) dimana terjadi pada sisi tepi perkerasan/ dekat bahu dan berbentuk
retak memanjang (longitudinal cracks) dengan atau tanpa cabang yang
mengarah ke bahu.
d. Retak Sambungan Bahu Perkerasan (edge joint crack), Sesuai dengan
namanya retak ini umumnya terjadi pada daerah sambungan perkerasan
dengan bahu yang beraspal.
e. Retak Sambungan Jalan (lane joint crack), Sesuai dengan namanya retak ini
terjadi pada sambungan dua jalur lalu lintas dan berbentuk retak memanjang
(longitudinal cracks).
f. Retak Refleksi (reflection crack), Kerusakan ini terjadi pada lapisan
tambahan (overlay) dapat berbentuk memanjang(longitudinal cracks).
g. Retak Susut (shrinkage crack), Retak yang terjadi tersebut saling
bersambungan membentuk kotak besar dengan sudut tajam atau dapat
dikatakan suatu interconnected cracks yang membentuk suatu seri blocks
cracks.
h. Retak Selip (slippage crack), Kerusakan ini sering disebut dengan
parabolic cracks, shear cracks, atau crescent shaped cracks. Bentuk retak
lengkung menyerupai bulan sabit atau berbentuk seperti jejak mobil disertai
dengan beberapa retak. Kadang-kadang terjadi bersama denganterbentuknya
sungkur ( shoving ).
2. Distorsi (distortion) Jenis kerusakan lentur atau flexible berupa distorsi dapat
terjadi atas lemahnya tanah dasar, pemadatan yang kurang pada lapis pondasi
10

sehingga terjadi tambahan pemadatan akibat beban lalu lintas. Untuk kerusakan
jalan distorsi dibagi atas beberapa jenis diantaranya:
a. Alur (ruts), terjadi pada lintasan roda sejajar dengan as jalan, dapat
merupakan tempatmenggenangnya air hujan yang jatuh di atas permukaan
jalan, mengurangi tingkat kenyamanan dan akhirnya timbul retak-retak.
b. Keriting (corrugation), disebabkan rendahnya stabilitas campuran yang
dapat berasal dari terlalu tingginya kadar aspal.
c. Sungkur (shoving), deformasi plastis yang terjadi setempat di tempat
kendaraan sering berhenti, kelandaian curam, dan tikungan tajam.
d. Amblas (grade depression), terjadi setempat atau tertentu dengan atau tanpa
retak, terdeteksi dengan adanya air yang tergenang.
e. Jembul (upheaval), jenis kerusakan Jembul terjadi setempat dengan atau
tanpa retak. Hal ini terjadi akibat adanya pengembangan tanah dasar
ekspansip.
3. Cacat permukaan (disintegration) Jenis kerusakan yang satu ini mengarah pada
kerusakan secara kimiawi dan mekanis dari lapisan permukaan. Jenis
kerusakan ini terbagi atas :
a. Lubang ( Potholes ), Kerusakan jalan berbentuk lubang (potholes) memiliki
ukuran yang bervariasi dari kecil sampai besar. Lubang-lubang ini
menampung dan meresapkan air sampaike dalam lapis permukaan yang
dapat menyebabkan semakin parahnya kerusakan jalan.
b. Pelepasan butir (raveling), dapat terjadi secara meluas dan mempunyai efek
serta disebabkan oleh halyang sama dengan lubang.
c. Pengelupasan Lapisan Permukaan (stripping), disebabkan oleh kurangnya
ikatan antar lapis permukaan dan lapis bawahnya atau terlalu tipisnya lapis
permukaan.
4. Pengausan (polished aggregate), pengausan terjadi karena agregat berasal dari
material yang tidak tahan aus terhadap roda kendaraan atau agregat yang
digunakan berbentuk bulat dan licin.Dapat diatasi dengan latasir, buras,
latasbum.
11

5. Kegemukan (bleeding flushing), pada temperature tinggi, aspal menjadi lunak,


dan akan terjadi jejak roda, dapat disebabkan pemakaian kadar aspal yang
tinggi pada campuran aspal, pemakaian terlalu banyak aspal pada pengerjaan
prime coat atau teak coat. Dapat diatasi dengan menaburkan agregat panas dan
kemudian dipadatkan, atau lapis aspal diangkat dan diberi lapisan penutup.

Anda mungkin juga menyukai