Anda di halaman 1dari 13

STUDI NORMALISASI SUNGAI KEMUNING DALAM PENANGGULANGAN

BANJIR DI KOTA BANJARBARU KALIMANTAN SELATAN.

Randy Adlyatma (2110512030)

ABSTRAK

Sungai Kemuning di Banjarbaru yang mengalir hampir sepanjang wilayah Kota Banjarbaru, sungai ini
berfungsi sebagai saluran pembuangan satu-satunya di Bajarbaru, namun seiring bertambahnya jumlah
penduduk di bantaran Sungai Kemuning ini banyak terdapat pemukiman padat penduduk sehingga
masyarakat banyak membangun rumah-rumah hingga ke badan sungai. Hal ini menyebabkan banjir
setiap tahunnya dan merendam rumah-rumah warga yang ada di sepanjang bantaran sungai.Untuk itu
diperlukan suatu penataan pada aliran sistem pengaliran pada Sungai Kemuning Banjarbaru dan
Normalisasi sungai agar mampu menghindarkan bencana yang akan diakibatkan oleh banjir. Dalam studi
ini, untuk menanggulangi bencana yang terjadi di Sungai Kemunig dengan merencanakan pembuatan
tanggul pada titik-titik yag berkelok-kelok guna melindungi lereng sungai dari gerusan-gerusan.

Cara pembagian yang akan dipakai adalah dengan menggunakan cara poligon Thiessen yakni
dengan cara menarik garis tegak lurus terhadap garis tengah penghubung antara dua stasiun tersebut.
Hasil yang didapat setelah dilakukan peninjauan langsung dilapangan dan pengolahan data-data yang
terkait dengan Normalisasi Sungai Kemuning adalah menggunakan Metode Log Pearson Type III.

Dari hasil perhitungan debit banjir kala ulang 25 tahun sebesar 324,4735 m 3/det., maka
diperlukan perbaikan sungai dengan cara pembuatan tanggul guna mengendalikan banjir pada kelokan
sungai, guna melindungi tebing sungai dari gerusan-gerusan, Dalam perencanaan bentuk dimensi
penampang sungai yang didapat dari hasil perhitungan analisa kapasitas debit dan kondisi pada
lapangan, maka dibuat dimensi penampang sungai memakai bentuk trapesium double dengan
kemiringan tebing 1:2.

Kata Kunci : Normalisasi Sungai, Banjir, Tanggul.

PENDAHULUAN
saluran pembuangan satu-satunya di
Sungai Kemuning di Banjarbaru yang Banjarbaru Terkait proses normalisasi yang
mengalir hampir sepanjang wilayah Kota akan terus dilakukan, diharapkannya warga
Banjarbaru dari hulu Sungai Besar melalui yang mempunyai bangunan tempat tinggal
belakang pasar Beruntung Banjarbaru yang memakan badan sungai, mau tidak
hingga sampai kawasan Loktabat sebagai mau harus dibongkar. Guna mencegah
hilirnya. Namun, sekarang sudah banyak banjir musiman yang terjadi setiap tahun
berdiri bangunan yang sebagiannya terutama di musim hujan bertujuan untuk
menutupi sungai tersebut yang secara mencegah luapan air yang dapat
langsung dan tidak langsung merupakan menimbulkan banjir dan merendam
suatu tindakan yang melanggar peraturan rumah-rumah warga yang ada di sepanjang
dan perundangan yang berlaku. bantaran sungai.
Sungai Kemuning yang membelah
Adanya peningkatan jumlah
Kota Banjarbaru dan berfungsi sebagai
penduduk berarti pula terjadi peningkatan

37 JURNAL REKAYASA SIPIL / Vol 1 No 1- FEBRUARI 2013 ISSN 2337-7720


kebutuhan hidup, dan inilah yang menjadi Analisa Hidrologi
faktor pendorong terjadinya konversi
Uji Konsistensi Data Hujan Dengan
lahan. Ketika sistem lahan dibuka menjadi
Metode Lengkung Massa Ganda (Double
lahan pertanian dan pemukiman, fungsi
Mass Curve)
hidrologis lahan yaitu sebagai daerah
tangkapan hujan menurun seiring dengan Data hujan yang diambil dari
adanya perubahan sifat tanah. Hal ini akan berbagai stasiun hujan diuji untuk
menimbulkan erosi, banjir, longsor dan mengetahui apakah data tersebut
kekeringan. Untuk itu diperlukan suatu konsisten atau tidak. Uji konsistensi
merupakan uji kebenaran data lapangan
penataan pola aliran sistem pengaliran
yang menggambarkan keadaan
pada Sungai Kemuning Banjarbaru dan
sebenarnya. Uji konsistensi data dapat
Normalisasi sungai agar mampu dilakukan dengan menggunakan kurva
menghindarkan bencana yang akan massa ganda (double mass curve)
diakibatkan oleh banjir
(http://www.banjarbarukota.go.id.).

Rumusan Masalah
Rumusan masalah pada skripsi ini
adalah :

1. Berapa debit banjir yang di


rencanakan Sungai Kemuning?
2. Bagaimana rencana bentuk dimensi
Sungai Kemuning yang mampu
menampung debit air rencana? Gambar.1. Lengkung Massa Ganda
3. Bagaimana kondisi Sungai Kemuning
sebelum dinormalisasi dan sesudah Sumber : Nemec, 1973 : 179
dinormalisasi?
4. Bagaimana merencanakan tanggul
yang stabil ? Curah Hujan Rata-Rata Harian Daerah
Curah hujan ini harus di perkirakan
Tujuan dan Manfaat
dari beberapa titik pengamatan. Adapun
untuk menghitung curah hujan rerata
Tujuan dan Manfaat dari Penelitian
daerah, metode yang dapat di gunakan
ini adalah : adalah metode Polygon Thiessen
Cara pembuatan polygon thiessen
1. Menghitung debit air rencana yang
adalah sebagai berikut :
melalui Sungai Kemuning.
a. ditarik garis yang menghubungkan
2. Mengetahui dimensi Sungai Kemuning
masing-masing stasiun penakar
yang diperlukan agar mampu
hujan
menampung debit air rencana.
b. Buat garis tegak lurus terhadap
3. Bermanfaat sebagai bahan
garis penghubaung antara dua pos
pertimbangan dalam perencanaan
penakar hujan
dan evaluasi suatu sistem
c. Hitung luas daerah pengaruh
pengendalian banjir dan erosi di
masing-masing stasiun (pos)
Sungai Kemuning.
Curah Hujan Rencana
KAJIAN PUSTAKA

38 JURNAL REKAYASA SIPIL / Vol 1 No 1-FEBRUARI 2013 ISSN 2337-7720


Curah hujan rencana adalah  maks = maks[Px(X)-Sn(X)]
curah hujan terbesar tahunan dengan
suatu kemungkinan tertentu atau dengan :  maks = Selisih data
merupakan suatu curah hujan dengan
periode-periode ulang tertentu. probabilitas teoritis dan empiris
Perhitungan curah hujan rencana
Px(X) = Posisi data X
dapat di lakukan dengan berapa metode,
salah satu di antaranya yang akan di menurut garis sebaran teoritis
terapkan di sini adalah metode log persen
tipe III (CD. Soewarno, Hidrologi Teknik, Sn(X) = Posisi data X
1987 : 243). menurut pengamatan, dalam hal ini
Parameter yang di perlukan oleh dipakai posisi ploting menurut Weilbull
distribusi log persen III adalah :
1. Harga hujan rata-rata
2. Standar defiasi (S) Analisa Hidrograf Debit Banjir Rencana
3. Koefisien kepencengan (Cs) Koefisien Pengaliran
Koefisien pengaliran adalah suatu
Uji distribusi frekuensi perubah yang tergantung pada keadaan
Langkah-langkah perhitungan : daerah pengaliran dan karakteristik hujan
1. Data hujan harian maksimum rata- pada suatu daerah. Harga koefisien
rata tiap tahun di susun urut dari pengaliran untuk tiap-tiap daerah
besar ke kecil. pengaliran tidak akan pernah sama karena
2. Peluang di hitung dengan persamaan tidak ada suatu daerah pengaliran
weilbull (subarkah 1987:105) karakteristik hujan yang sama (Suryono, S
dan K. Takeda, Hidrologi Untuk Pengairan,
Pe = m X 100% 1999 : 38).
n+1
dengan : Pe = probabilitas (%)
Curah Hujan Efektif
m = nomor urut data Curah hujan efektif adalah bagian
dari curah total yang mengakibatkan debit
n = jumlah data banjir atau limpasan (direct run off).
Bentuk limpasan langsung ini terdiri dari
3. Plot hubungan antara data hujan limpasan permukaan dan interflow. Besar
dengan peluangnya. curah hujan efektif dapat dihitung dengan
4. Plot persamaan log x = log x + G . S menggunakan rumus (1)
dengan memesukkan dua buah harga Re = c. R
G sehingga dapat di tarik garis durasi Dimana :
5. Uji smirnov kolmogorov Re = Curah hujan efektif (mm/hari)
Dari hasil pembacaan grafik c = Koefisien pengaliran
pengeplotan data curah hujan pada kertas R = Curah hujan rencana
probabilitas, didapat perbedaan
maksimum antara distribusi teoritis dan Debit Banjir Rencana
empirisnya yang disebut  maks   Cr , Debit banjir rencana adalah debit
disimpulkan bahwa hipotesis diterima. maksimum yang mungkin terjadi pada
Uji Smirnov Kolmogrov digunakan suatu daerah dengan peluang kejadian
untuk menguji simpangan secara tertentu. Untuk menaksir hujan rencana
horizontal. Perhitungan dimulai dengan digunakan cara hidrograf satuan yang
mengurutkan data (x) dari kecil ke besar didasarkan oleh parameter dan
dan menghitung simpangan maksimum karakteristik daerah pengalirannya. Teori
dengan persamaan : hidrograf satuan merupakan suatu

39 JURNAL REKAYASA SIPIL / Vol 1 No 1-FEBRUARI 2013 ISSN 2337-7720


cara perhitungan yang relatif sederhana sangat labil. Tinggi bantaran ditentukan
dan teliti. berdasarkan hubungan antara aliran banjir
(Imam S. Hidrologi Untuk Perencanaan dan luas profil arus bawah. Biasanya antara
Bangunan Air, 1980) 1,0 – 1,5 m di atas elevasi muka air rendah
rata-rata.
Analisa Hidrolika (Suyono S, Perencanaan Perbaikan dan
Profil Aliran Pengaturan Sungai, 1994 : 24).
Dalam analisis profil aliran
menggunakan persamaan energi ( Chow, Untuk memperkirakan penampung
VT 1985 : 261). sungai, dikaitkan dengan debit rancangan.
V
2
V
2 Hal ini diambil contoh penampang
Z1 + a1 1 = Z 2 + a2 2 + h1 + hc berbentuk trapesium, maka dipakai rumus
2g 2g Manning sebagai berikut :
(Chow, VT : 1984 : 85)
Dimana :
Z = Ketinggian dasar saluran dari - Kedalaman (h) coba-coba
garis referensi (m) - Luas penampang basah (A)
α = Koefisien energi A = (b + m.h).h
V = Kecepatan rata-rata (m/det)
g = Gaya gravitasi bumi (9,8 m2/det) Dimana :
hf = Kehilangan energi karena A= Luas penampang basah (m2)
gesekan dengan dasar saluran. b = Lebar penampang saluran (m)
he = Kehilangan tekanan akibat
m = Koefisien Kemiringan
gesekan.
(Chow, VT, Hidrolika Saluran Terbuka h = Kedalaman (m)
1987:238)
Keliling penampang basah (P)
Cara tahapan langsung menurut Chow, VT
P = b + 2 h 1+ m
2
(1985:263) secara umum metode tahapan
dinyatakan dengan membagi saluran
Dimana :
menjadi bagian-bagian saluran yang
pendek, lalu menghitung secara bertahap A = Luas penampang basah (m2)
dari satu ujung ke ujung saluran lainnya.
b = Lebar penampang saluran (m)
2 Sf h f = Sf.
V2 / 2 . g x
m = Koefisien Kemiringan
2
Sw V2 / 2 . g
h1 h = Kedalaman (m)

Z= S x 0
So h2 Jari-jari hidrolis (R)
x
R= A
Ga r i s P e r s a ma a n P
Gambar 2.Sketsa penampang aliran Dimana :
metode tahapan langsung
R = Jari-jari hidrolis (m)
Perencanaan Perbaikan Sungai
A = Luas penampang basah (m2)
Bentuk Penampang Sungai
P = Keliling penampang basah (m)
Pada sungai yang perbedaan
- Kecepatan Aliran (V)
antara debit banjir dan debit minimumnya
besar, pada waktu air rendah, alurnya

40 JURNAL REKAYASA SIPIL / Vol 1 No 1-FEBRUARI 2013 ISSN 2337-7720


1
2 1 I = Kemiringan dasar saluran
V = .R 3 .I 2 Apabila air yang mengalir dianggap
n
sebagai aliran uniform dan kecepatan arus
Dimana : rata-ratanya dihitung dengan
menggunakan Manning, maka tinggi muka
V = Kecepatan rata-rata (m/det) berdasarkan debit banjir rencana dapat
dengan mudah ditentukan dengan
N = Koefisien kekasaran Manning menggunakan perhitungan coba-banding.
(Suyono S, Perencanaan Perbaikan dan
R = Jari-jari hidrolis (m)
Pengaturan Sungai, 1994 : 22).
I = Kemiringan dasar saluran
Koefisien Kekasaran Manning
- Debit (Q) Suatu saluran tidak harus
Q = A. V memiliki suatu nilai n saja untuk setiap
keadaan. Sebenarnya nilai n sangat
Dimana : bervariasi dan tergantung pada berbagai
faktor.
Q = Debit banjir rancangan (m3/det)
Salah satu cara memperkirakan
A = Luas penampang basah (m2) nilai n adalah dengan menggunakan rumus
Cowan sebagai berikut (Chow, VT 1994 :
V = Kecepatan rata-rata (m/det) 96)
n = (n0 + n1 + n3 + n4). m5
(Soewarno, 1991 : 513) dimana :
n0 = Nilai dasar n untuk saluran yang lurus,
Bagian Sungai seragam dan halus menurut bahan-bahan
alamiah yang dikandungnya.
Tanggul
n1= Nilai yang ditambahkan ke n0 untuk
Sempadan mengoreksi efek ketidakteraturan
permukaan.
n3= Nilai untuk variasi bentuk dan ukuran
Dasar Sungai penampang saluran.
Daerah Sungai n4= Nilai untuk tetumbuhan dan aliran
m5= Faktor koreksi bagi belokan-belokan
saluran.
Gambar 3 Potongan Melintang Sungai
Penampang Trapesium Perencanaan Tanggul
Tanggul dibangun dengan
Elevasi Muka Air Rencana konstruksi urugan tanah, karena tanggul
Elevasi muka air rencana merupakan bangunan menerus yang
ditentukan dengan perhitungan aliran sangat panjang serta membutuhkan bahan
uniform dan aliran non-uniform. urugan yang volumenya sangat besar.
Perhitungan aliran uniform biasanya Kecuali tanah, kiranya amatlah sulit
digunakan formula Manning untuk memperoleh bahan urugan untuk
memperoleh kecepatan arus rata-rata, pembangunan tanggul dan bahan tanah
yaitu : dapat diperoleh dari hasil galian di kanan
2 1 kiri trase rencana tanggul atau bahkan
1
V = .R 3 .I 2 dapat diperoleh dari hasil pekerjaan
n normalisasi sungai, berupa galian
Dimana : pelebaran alur sungai, yang biasanya
V = Kecepatan rata-rata (m/det) dilaksanakan bersamaan dengan
n = Koefisien kekasaran Manning pembangunan tanggul.
r = Jari-jari hidrolis (m)

41 JURNAL REKAYASA SIPIL / Vol 1 No 1-FEBRUARI 2013 ISSN 2337-7720


(Suyono S, Perencanaan Perbaikan dan PEMBAHASAN
Pengaturan Sungai, 1994 : 24).
Analisa Hidrograf Debit Banjir Rencana
Tinggi Jagaan
Tinggi jagaan merupakan Analisa Curah Hujan Jam-Jaman
tambahan tinggi pada tanggul untuk
Untuk menghitung hidrograf
menampung loncatan air dari permukaan
banjir rancangan dengan cara hidrograf
air sungai yang sedang mangalir, walaupun
satuan perlu diketahui sebaran hujan jam-
debitnya masih rendah dari debit rencana.
jaman dengan suatu interval tertentu.
Untuk menentukan tinggi jagaan
Dalam studi ini, karena data pengamatan
tergantung dari debit banjir rencana.
sebaran hujan tidak tersedia maka untuk
perhitungannya digunakan rumus dari Dr.
Lebar Puncak Tanggul
Mononobe sebagai berikut :
Puncak tanggul yang cukup lebar
(3-7 m) biasanya diperlukan apabila 2
ditinjau dari keperluan perondaan diwaktu R t 3
Rt = 24  
banjir dan sebagai jalan inspeksi serta t T
logistik untuk pemeliharaan sungai.
2
Lebar puncak tanggul harus R 24  6  3
sesuai dengan debit banjir rencana dan =  
tidak boleh lebih kecil dari nilai yang 6  0,5 
diberikan
(Suyono S, Perencanaan Perbaikan dan = 0,874
Pengaturan Sungai 1994 :88) Setelah didapatkan sebaran hujan
jam-jaman tersebut kemudian dapat
dihitung rasio sebaran hujan dengan rumus
METODE PENELITIAN
RT= t . Rt – (t – 1) (Rt – 1)
Untuk penentuan luas DAS Sungai = 0,5 . 0,874 – (0,5 – 0,5) . (Rt-1)
Kemuning, terlebih dahulu ditentukan
batas DAS untuk Sungai Kemuning tersebut = 0,437
pada peta topografi, yaitu dengan
menghubung-hubungkan titik elevasi yang Tabel 1. Perhitungan Curah Hujan Jam-
diperkirakan apabila air hujan jatuh pada jaman
daerah tersebut, akan mengalir menuju ke
sungai yang bersangkutan.

Setelah itu, karena luas DAS


Sungai Kemuning ini dipengaruhi oleh tiga
stasiun pencatat hujan maka luas DAS
tersebut dilakukan pembagian. Cara
pembagian yang akan dipakai adalah
dengan menggunakan cara poligon
Thiessen yakni dengan cara menarik garis
tegak lurus terhadap garis tengah
penghubung antara dua stasiun tersebut.
Berdasarkan perhitungan besarnya bobot
luas pengaliran dari stasiun pencatat curah
hujan yang bersangkutan.

42 JURNAL REKAYASA SIPIL / Vol 1 No 1-FEBRUARI 2013 ISSN 2337-7720


Curah Hujan Efektif Tabel 3. Unit Hidrograf Banjir Metode
Nakayasu
Hujan netto adalah bagian hujan
total yang menghasilkan limpasan
langsung. Dengan mengambil nilai
koefisien pengaliran C = 0,6 (dataran
pertanian), karena mengambil Q rencana
25 tahun, maka hujan netto (Re) dapat
dinyatakan sebagai berikut :

Re = C. R

Dengan :

Re = curah hujan efektif (mm)

C = koefisien pengaliran

R = curah hujan total (mm)

Hujan rencana dengan kala ulang


25 tahun : 111,429 mm, sehingga besarnya
hujan netto adalah Re = 0,6 x 111,429

= 66,857 mm

Tabel 2. Hujan Efektif Pada Kemungkinan


Kala Ulang

43 JURNAL REKAYASA SIPIL / Vol 1 No 1-FEBRUARI 2013 ISSN 2337-7720


Tabel 5. Kemiringan Dasar Sungai

PERENCANAAN PERBAIKAN SUNGAI

Dalam merencanakan usaha


penanggulangan banjir, perlu diketahui
karakteristik sungai yang akan diamati,
sehingga akan didapat suatu gambaran
sistem penanggulangan banjir yang paling
tepat untuk diterapkan.

Pemilihan sistem atau kombinasi


sistem penanggulangan banjir yang akan
diterapkan di sungai Kemuning, lebih
banyak didasarkan pada kondisi
lapangannya, terutama didasarkan
pertimbangan teknis yang mana daerah
tersebut merupakan daerah pemukiman
penduduk.

Tabel 4 Kondisi Sungai


Analisa Kapasitas Sungai

Analisa Kapasitas Sungai Sebelum


Perbaikan

Pada titik-titik tertentu, kapasitas


sungai sebelum terjadinya perbaikan

44 JURNAL REKAYASA SIPIL / Vol 1 No 1-FEBRUARI 2013 ISSN 2337-7720


sungai, tidak mampu menampung debit Gambar 4. Penampang Melintang
banjir sebesar 324,4735 m3/det. Untuk
lebih jelasnya, titik-titik mana yang Contoh perhitungan untuk
memerlukan perbaikan dan titik-titik mana menentukan besarnya b (lebar sungai)
yang tidak memerlukan perbaikan, dapat
Pada P.30 : Untuk area I :
dilihat pada tabel 6 di bawah ini :
Q = A. V

Q = {(B + m. H).H}.3,42
Tabel 6. Kapasitas Sungai Sebelum Perbaikan
117,49= (B.H + m. H2). 3,42

117,49= (B.1,25 + 2. 1,252). 3,42

117,49= (4,275.B + 10,6875)

117,49 – 10,6875= 4,275 B

117,49 − 10,6875
B= = 25,00 m
4,275

Untuk area II :

Q= A. V

Q= {(B + m. H).H}.4,59

201,46= (B.H + m. H2). 4,59

201,46= (B.2,25 + 2. 2,252). 4,59

201,46= (10,3275.B + 46,474)

201,46– 46,474= 10,3275.B

Analisa Kapasitas Sungai Setelah 201,46 − 46,474


B= = 15,00 m
Perbaikan 10,3275
Analisa kapasitas sungai Tabel 7. Perhitungan Kapasitas Debit
digunakan untuk mengetahui kemampuan Penampang Sungai Area 1
asli dalam menampung debit maksimum
yang terjadi. Sungai Kemuning memiliki
penampang yang tidak seragam, namun
memiliki bentuk penampang trapesium
double.

45 JURNAL REKAYASA SIPIL / Vol 1 No 1-FEBRUARI 2013 ISSN 2337-7720


jagaan tanggul) dapat direncanakan
tinggi jagaan tanggul untuk debit
rencana kurang dari 500 m3/dt maka
tinggi jagaan tanggul adalah 0,6 m.

2. Lebar puncak tanggul


Lebar puncak tanggul juga tergantung
pada debit banjir rancangan seperti
terlihat pada tabel 2.7 (hubungan
debit banjir dengan lebar mercu
tanggul). Untuk debit rencana kurang
dari 500 m3/dt maka lebar mercu
adalah 3 m.

Tabel 8 Perhitungan Total Kapasitas Debit


Penampang Sungai

Perencanaan Stabilitas Lereng

Stabilitas Tanpa Rembesan

Dalam perencanaan perbaikan


sungai Kemuning direncanakan pembuatan
tanggul dengan kemiringan lereng 1:2

Dari perhitungan stabilitas lereng tanggul,


diambil nilai faktor keamanan yang sesuai.
Dan faktor keamanan didapat F = 1,5

Tabel 9. Perhitungan Beban Yang Ada Pada


Lereng Tanggul Dalam Kondisi Kering

Perencanaan Tanggul

Pembangunan tanggul sepanjang


alur sungai sebagai pelindung terhadap
tinggi muka air merupakan salah satu
bagian yang penting dalam usaha
pencegahan banjir, seperti halnya
bangunan tanah lainnya, tanggul juga
sangat berbahaya bila terjadi limpasan
melewati mercu tanggul, sehingga
rancangan pembuatan tanggul merupakan
syarat tambahan untuk keamanan
terhadap bahaya banjir.

1. Tinggi jagaan tanggul


Tinggi jagaan tanggul tergantung pada
debit banjir rancangan. Dari tabel 2.6
(hubungan debit banjir dengan tinggi

46 JURNAL REKAYASA SIPIL / Vol 1 No 1-FEBRUARI 2013 ISSN 2337-7720


1. Dari hasil perhitungan debit banjir kala
ulang 25 tahun sebesar 324,4735
m3/det., maka diperlukan perbaikan
sungai dengan cara pembuatan
tanggul guna mengendalikan banjir
pada kelokan sungai, guna melindungi
tebing sungai dari gerusan-gerusan.
2. Dalam perencanaan bentuk dimensi
Gambar 5. Stabilitas Kemiringan Lereng penampang sungai yang didapat dari
Kondisi Kering hasil perhitungan analisa kapasitas
debit dan kondisi pada lapangan,
Tabel 10 Perhitungan Beban Yang Ada Pada maka dibuat dimensi penampang
Lereng Tanggul Dalam Kondisi Basah sungai memakai bentuk trapesium
(HWL) double dengan kemiringan tebing 1:2.
3. Kondisi sungai Kemuning sebelum di
normalisasi sering terjadi banjir pada
musim hujan di area pemukiman
warga yang berada di bantaran sungai
kemuning, dan setelah di normalisasi
dimensi pada sungai Kemuning dapat
menampung debit air maximum pada
musim hujan sehingga dapat
mencegah banjir.
4. Berdasarkan perhitungan analisa
stabilitas terhadap kelongsoran
lereng, maka lereng dengan
kemiringan 1 : 2 aman terhadap
bahaya kelongsoran, Perkuatan tebing
dilakukan pada bagian-bagian yang
padat permukiman dan berpotensi
mengalami keruntuhan lereng.

SARAN

Dari uraian di atas, usaha-usaha


perbaikan sungai untuk pengendalian
banjir Sungai Kemuning akan dapat
Gambar 6. Stabilitas Kemiringan terlaksana, bermanfaat serta berhasil
Lereng Kondisi Basah (HWL) dengan baik apabila didukung oleh semua
pihak, dengan jalan melakukan pekerjaan
pemeliharaan sungai yang bertujuan untuk
KESIMPULAN menjaga kelestariaan fungsi sungai.

Berdasarkan hasil perhitungan


yang digunakan dalam penyelesaian “Studi
DAFTAR PUSTAKA
Normalisasi Sungai Kemuning Dalam
Penanggulangan Banjir Di Kota Banjarbaru Anggraini, (1997), Hidrolika Saluran
Kalimantan Selatan” dapat diambil Terbuka, Surabaya, CV. Citra
beberapa kesimpulan sebagai berikut : Media

47 JURNAL REKAYASA SIPIL / Vol 1 No 1-FEBRUARI 2013 ISSN 2337-7720


Asdak, Chay, 2004, Hidrologi dan
Pengelolaan Daerah Aliran
Sungai, Yogyakarta, Gadjah
Mada University Press.

Chow, V.T, 1997, Hidrolika Saluran


Terbuka, Jakarta, Erlangga

Joesroen Lubis, 1992, Banjir Rencana


Untuk Bangunan Air,
Jakarta, Penerbit Yayasan
Badan Penerbit Pekerjaan
Umum.

Soemarto, CD, 1987, Hidrologi Teknik,


Surabaya, Penerbit Usaha
Nasional.

Soewarno, 1995, Hidrologi Aplikasi


Metode Statistik Untuk
Analisa Data Jilid I,
Bandung, Nova

Sosrodarsono, S, 1987, Hidrologi Untuk


Pengairan, Jakarta, Pradnya
Paramita.

Sosrodarsono, S, 1994, Perbaikan dan


Pengaturan Sungai, Jakarta,
Pradnya Paramita.

Sosrodarsono, S. dan Nakazawa, 1987,


Mekanika Tanah Dan Teknik
Pondasi, Jakarta, Pradnya
Paramita.

48 JURNAL REKAYASA SIPIL / Vol 1 No 1-FEBRUARI 2013 ISSN 2337-7720


49 JURNAL REKAYASA SIPIL / Vol 1 No 1- FEBRUARI 2013 ISSN 2337-7720

Anda mungkin juga menyukai