Anda di halaman 1dari 16

ANALISIS PENGARUH PERUBAHAN TATA GUNA LAHAN

TERHADAP DEBIT BANJIR DAN SEDIMEN PADA


SUB DAS BATANG BELIMBING DI DAS
BATANG KURANJI KOTA PADANG

Muflihatul Husni, Lusi Utama, Zufrimar


Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Universitas
Bung Hatta, Kota Padang
Email :muflihatul.husni03@gmail.com, lusi_utamaindo115@yahoo.co.id,
Zufrimar@bunghatta.ac.id

A. PENDAHULUAN lahan resapan dan menimbulkan


1.1 Latar Belakang limpasan yang besar. Secara khusus
Tata guna lahan adalah pen- perubahan tata guna lahan berdampak
garahan atau pengaturan peng-gunaan pada banjir dan genangan yang
lahan dengan kebijakan dan program cenderung meningkat dari waktu ke
tata keruangan untuk memperoleh waktu (Wahyudi, 2011)
manfaat total sebaik-baiknya secara Banjir berasal dari aliran limpas-
berkelanjutan dari daya dukung tiap an yang mengalir melalui sungai atau
bagian lahan yang ter-sedia sesuai menjadi genangan. Sedangkan limpas-
dengan keadaan eksisting alam. an adalah aliran air mengalir pada per-
Pertumbuhan penduduk menjadi salah mukaan tanah yang ditimbulkan oleh
satu hal yang dapat menyebab-kan curah hujan setelah air mengalami
terjadinya peningkatan terhadap infiltrasi, dan evaporasi, selanjutnya
kebutuhan sumber daya alam terutama mengalir menuju sungai yang ditetap-
pada penggunaan lahan ( Rosdiana,- kan dengan satuan waktu. Faktor yang
2011). mempengaruhi limpasan yaitu faktor
Asdak (2007) mengatakan bahwa hujan dan aliran sungai. (Hadisusanto,
Perubahan tata guna lahan dan praktek 2010).
pengelolaan DAS juga mem-pengaruhi DAS Batang Kuranji merupakan
terjadinya erosi, sediment-asi dan pada daerah aliran sungai yang membelah
gilirannya akan mempengaruhi kualitas kota Padang Provinsi Sumatera Barat.
air. Akibat dari perubahan tata guna Daerah aliran Sungai Batang Kuranji
lahan dapat berdampak negatif karena ini terbagi atas beberapa Sub DAS
dapat mengakibatkan berkurangnya diantaranya adalah sub DAS Batang
Belimbing, sub DAS Batang Kuranji, dari pemanfaatan semula sebelum
Sub DAS Batang Sungkai, Sub DAS dialih fungsikan. Hal ini dipacu oleh
Padang Janiah, dan Sub DAS Suangai aktivitas dan pertumbuhan penduduk
Danau Limau Manis. Dari beberapa yang semakin padat. (Haluan,2016)
sub DAS tersebut salah satu sub DAS Dari kejadian ini perlu dilakukan
yang sering terjadi banjir terdapat pada penelitian tentang sejauh mana per-
Sub DAS Batang Belimbing. (PSDA, ubahan fungsi lahan yang menyebab-
2018) kan banjir pada Sub DAS Belimbing di
Pada tanggal 21 maret 2016 DAS Batang Kuranji, Kota Padang.
banjir bandang yang terjadi di daerah 1.2 Batasan Masalah
aliran Sungai Batang Belimbing me- Batasan masalah dalam penulisan
ngakibatkan ribuan rumah yang berada tugas akhir ini yaitu penulisan hanya
di padang terendam banjir lebih kurang menghitung debit dan sedimentasi dari
2 meter. Daerah yang terkena banjir tahun yang berbeda berdasarkan tata
terdiri dari 4 Kecamatan di-antaranya guna lahan pada tahun tersebut.
Kecamatan Koto Tangah, Kecamatan 1.3 Tujuan Penelitian
Nanggalo, Kecamatan Padang Utara Tujuan dari penelitian ini adalah
dan Kecamatan Kuranji. Pada untuk mengetahui apakah di daerah
Kecamatan Koto Tangah banjir yang Sub DAS Batang Belimbing terjadi
terjadi merata di tujuh kelurahan peningkatan debit dan sedimen yang
diantaranya Kelurahan Dadok Tunggul dipengaruhi oleh perubahan tata guna
Hitam, Aia Pacah, Padang Sarai, lahan sehingga terjadinya banjir.
Bungo Pasang Kurao Pagang Lubuk 1.4 Manfaat Penelitian
Buaya Dan Tabing Bandar Pagang. Manfaat Penelitian ini yaitu dapat
Salah satu hal yang meny-ebabkan mengetahui perubahan debit dan
terjadinya banjir bandang tersebut yaitu sedimentasi yang terjadi pada tahun
terjadinya perubahan fungsi peng- 2007 dan tahun 2017.
gunaan lahan dan tinggi-nya intensitas B. DASAR TEORI
hujan. Perubahan fungsi penggunaan 2.1 Analisa Curah Hujan Rata-rata
lahan yaitu pertukaran atau peralihan tahunan
fungsi pemanfaatan dari suatu bentuk, Dalam penentuan curah hujan
keadaan ataupun lokasi yang berbeda data dari pencatat atau penakar hanya
didapatkan curah hujan di suatu titik 2.2 Analisa Curah Hujan Rencana
tertentu (point rainfall). Jika di dalam Menggunakan Metode Distribusi
suatu areal terdapat beberapa alat Probabilitas
penakar atau pencatat curah hujan, Berikut ini adalah beberapa
maka dapat diambil nilai rata-rata macam distribusi yang sering
untuk mendapatkan nilai curah hujan digunakan untuk menganalisis
areal. Dalam penelitian ini kami probabilitas banjir, yaitu :
menggunakan Metode Thiessen. a. Metode Normal
Metode Thiessen adalah metode Dalam analisis hidrologi
yang menggunakan cara berdasarkan distribusi normal sering digunakan
atas rata-rata timbang (weighted untuk menganalisis frekuensi curah
average). Masing-masing penakar hujan, analisis statistik dari distribusi
mempunyai daerah pengaruh yang curah hujan tahunan, debit rata-rata
dibentuk dengan mengambarkan garis- tahunan. Sebaran normal atau kurva
garis sumbu tegak lurus terhadap garis normal disebut pulasebaran Gauss.
penghubung antara dua pos penakar. Rumus:
Persamaan yang digunakan adalah : XT = Xrt + KT x S
X ∗A + X ∗ A + ⋯+ X ∗ A
Xr =
Dimana :
A
XT = Hujan rencana dengan periode
Dimana :
ulang T tahun (mm)
Xrt = Curah hujan maksimum rata-rata
Xrt = Nilai rata-rata dari data hujan
X1 = Curah hujan yang tercatat pada
(mm)
stasiun no 1
S = Standar deviasi dari data hujan
X2 = Curah hujan yang tercatat pada

stasiun no 2 (mm) S =
Xn = Curah hujan yang tercatat pada
KT = Faktor frekuensi sini lainnya
stasiun no n
tergantung dari “t”, nilai yang
A1 = Luas polygon pada X1
didapatkan dari Tabel Variasi
A2 = Luas polygon pada X2
Reduksi Gauss
An = Luas polygon pada Xn
b. Metode Log Normal
A = Luas daerah aliran sungai (DAS)
Distribusi Log Normal, merupa-
kan hasil transformasi dari distribusi
Normal, yaitu dengan mengubah varian
X menjadi nilai logaritmik varian X. XT = Hujan rencana dengan periode
Distribusi ini dapat diperoleh juga dari ulang T tahun (mm)
distribusi Log Pearson Tipe III. Xa = Nilai rata-rata dari data hujan
Metode log normal apabila digambar- (mm)
kan pada kertas peluang logaritmik Kt = Faktor frekuensi, bergantung
akan menjadi persamaan garis lurus pada jumlah pengamatan (n)
(Soewarno, 1995) : ) )
*
dan periode ulang (t) =
Rumus :
Log Xt = Log Xrt + KT x SlogX
Yt = Reduced Mean, lihat Tabel
Yn = Reduced Variane
Dimana :
Sn = Reduced Standard Deviation,
Log Xt =Nilai logaritma hujan
Sx = Standar Deviasi
rencana dengan periode ulang
∑ +
T tahun (mm) =
Log Xrt= Nilai rata-rata dari Log Xt
Xi =Harga besaran pada pengamatan
∑ &'(
Log #$% = (mm)
ke-i
S Log X = Deviasi standar dari Log d. Metode Log Pearson Tipe III
∑ &'( &'(
Xrt =
Distribusi Log Pearson Tipe III
digunakan untuk analisis variabel
KT = Faktor frekuensi sini lainnya
hidrologi dengan nilai varian
tergantung dari “t”, nilai yang
minimum, misalnya analisis frekuensi
didapatkan dari Tabel Variasi
distribusi dari debit minimum (low
Reduksi Gauss
flows).
c. Metode Gumbel
Rumus :
Log X, = Log Xrt +
Distribusi gumbel digunakan

K , . Slog X
untuk analisis data maksimum, missal-
nya untuk analisis frekuensi banjir..
Dimana:
Log X, =
Pada metode ini biasanya meng-
Nilai logaritma hujan
gunakan distribusi dan nilai ekstrim
rencana dengan periode
dengan distribusi dobel ekxponensial.
ulang T tahun (mm)
Rumus :
Log Xrt= Nilai rata-rata dari Log Xi
XT =Xa+ Kt x Sx
(mm)
Dimana :
SlogX = Standar deviasi dari Log X
∑ &'( &'(
Derajat nyata atau drajat
= kepercayaan (∝) tertentu yang sering

K, = Koefisien frekuensi, didapat diambil adalah 5%. Derajat kebebasan


(Dk) dihitung dengan
berdasarkan hubungan nilai
rumus :
Cs dengan periode ulang T
Dk = K – (p + 1)
.∑ &'( &'( . /
*0'( /
Cs = K = 1 + 3,3 log n
Dimana:
2.3 Pengujiaan Distribusi Probabili-
Dk = Derajat kebebasan
tas
P = Banyaknya paremeter, untuk Chi
Uji distribusi probabilitas di-
kuadrat adalah 2
maksudkan untuk mengetahui apakah K = Jumlah kelas distribusi
persamaan distribusi probabilitas yang N = Banyaknya data
dipilih dapat mewakili distribusi Selanjutnya distribusi probabilitas
statistik sampel data yang di analisis. yang dipakai untuk menentukan curah
Metode uji distribusi probabilitas ada 2 hujan rencana adalah distribusi

metode, yaitu : probabilitas yang mempunyai simpangan

a. Metode Chi Kuadrat maksimum terkecil dan lebih kecil dari


simpangan kritis.
Uji Chi Kuadrat menggunakan
χ² < χ² kritis
pendekatan penjumlahan penyimpang-
Dimana:
an data observasi tiap kelas dengan
χ² = parameter Chi kuadrat terhitung
nilai yang diharapkan.Bentuk uji chi
χ²cr = parameter Chi kuadrat kritis
kuadrat tidak ditentukan banyaknya b. Metode Smirnov Kolmogorov
sampel, melainkan banyaknya derajat Metode Smirnov Kolomogorov
bebas. tidak jauh beda dengan Metode
Rumus : Lilliefors. Uji Smirnov Kolmogorov
Of − Ef
χ² = 3
digunakan untuk menguji apakah data
Ef
8 itu berdistribusi normal atau tidak.
Dimana: Syarat uji Smirnov Kolmogorov antara
χ² = Parameter chi kuadrat terhitung lain :
Ef = Frekuensi yang diharapkan sesuai
1. Data berskala interval atau ratio
dengan pembagian kelasnya
(kuantitatif)
Of = Frekuensi yang diamati pada kelas
yang sama
2. Data tunggal atau belum 6. ΔPkritis lihat di Tabel
dikelompokkan pada tabel 2.4 Debit Banjir Rencana
distribusi frekuensi Dalam Penentuan debit banjir
3. Dapat untuk nilai jumlah data (n) rencana dapat digunakan beberapa
besar maupun kecil metode diantaranya adalah Metode
Langkah-langkah perhitungan, yaitu : Rasional (Q)
1. Urutkan data (Xi) dari besar Metode rasional ini dikembang-
kekecil atau sebaliknya kan bedasarkan asumsi bahwa hujan
2. Tentukan peluang empiris masing- yang terjadi mempunyai intensitas
masing data yang sudah diurut seragam dan merata di seluruh DAS
tersebut P(Xi) dengan rumus selama paling sedikit sama dengan
tertenu misalnya : waktu konsentrasi DAS
Adapun rumus yang digunakan
:
P(Xi) =
untuk metode rasional ini adalah:
Dimana:
Q = 0,278 C. I. A
n = Jumlah data
Dimana:
i = Nomor urut data (setelah
C = Koefisien Run Off
diurut dari besar ke kecil
I = Intensitas maksimum selama
atau sebaliknya)
waktu konsentrasi (mm/jam)
3. Tentukan peluang teoritis masing-
A = Luas daerah aliran (km²)
masing data yang sudah diurut
Q = Debit maksimum (mᶟ/det)
tersebut P’(Xi) berdasarkan
2.5 Sedimentasi
persamaan distribusi probabilitas
Dasar sungai biasanya tersusun
yang dipilih (gumbel, normal dan
oleh endapan dari material angkutan
sebagainya)
sedimen yang terbawa oleh aliran
4. Hitung selisih (ΔPi) antara peluang
sungai dan material tersebut dapat ter-
empiris dan teoritis untuk setiap
angkut kembali apabila kecepatan
data yang sudah diurut:
aliran cukup tinggi. Besarnya volume
ΔPi = P(Xi) – P’(Xi)
angkutan sedimen terutama tergantung
5. Tentukan apakah ΔPi<ΔPkritis, jika
dari perubahan kecepatan aliran, per-
tidak artinya distribusi probabilitas
ubahan musim penghujan dan kemarau
yang dipilih tidak dapat diterima,
serta perubahan kecepatan yang di-
demikian sebaliknya.
pengaruhi oleh akativitas manusia Ct = Konsentrasi sedimen total
sebagai akibat dari perubahan volume (mg/lt)
angkutan sedimen adalah terjadi-nya ω = Kecepatan jatuh sedimen (ft/sec)
penggerusan di beberapa tempat serta d = Diameter tengah partikel (ft)
terjadinya pengendapan ditempat lain ϑ = Viskositas kinematik (ft2/sec)
pada dasar sungai, dengan demikian U* = Kecepatan geser (ft/sec)
umumnya bentuk dasar sungai akan Vcr = Kecepatan kritis (ft/sec)
selalu berubah. S = Kemiringan sungai
Menurut sumber mekanisme V = Kecepatan aliran (ft/sec)
pengangkutannya, sedimen dibedakan b. Metode Ackers dan White’s (1973)
menjadi muatan sedimen melayang Persamaan yang digunakan untuk
(suspended load) dan muatan sedimen metode Ackers dan White’s adalah
dasar (bed load). Dalam penelitian ini sebagai berikut:
QR
jenis sedimen yang digunakan adalah O( P E P
#= U∗
QS
TP
sedimen dasar (Bed Load) yang V

W(
dihitung berdasarkan persamaan total Ggr = C X
−1 Y

load. Untuk persamaan tersebut


Dimana : C, A, m dan n adalah
terdapat diambil 3 metode total load
fungsi dari ukuran butir tanpa dimensi
diantaranya:
Dgr (Breusers.H.N.C, 1998). Nilai C.
a. Metode Yang’s (1973)
A, m dan n dapat dihitung dengan
Yang’s memberi definisi keadaan
rumus :
Z,[[
aliran seperti kecepatan, slope product,
m= T( + 1,34
sebagai dasar dari unit berat air. Untuk
\, ]
menentukan total konsentrasi sedimen, A= T( / + 0,14
Yang’s mempertimbangkan sebuah n= 1- 0,56 log Dgr
C= 10[0'( ,`[T( 0'(T( ],a]]
hubungan yang relevan antara variabel-
variabel berikut :
Dimana :
DE H∗
Log Ct = 5,435 − 0,286 log − 0,457 log +
F D X = Besar angkutan sedimen total
DE H∗ M.*
I1,799 − 0,409 log − 0,314 log L log −
F D D (mg/lt)
MN
.S
D Fgr = Sediment mobility number
Dimana :
dgr = Ukuran butir tanpa dimensi
Ggr = Parameter angkutan sedimen
d = Diameter tengah partikel (ft) 2.6.Pemilihan Sedimen dengan
D = Kedalaman (ft) Metode USLE
γs = Berat jenis sedimen Untuk menentukan salah satu
γw = Berat jenis air dari ketiga metode perhitungan
U* = Kecepatan geser (ft/sec) angkutan sedimen yang akan di-
V = Kecepatan aliran (ft/sec) gunakan dalam perhitungan
G = Gravitasi (ft2/sec) selanjutnya, adalah dengan mem-
2
ϑ = Viskositas kinematik (ft /sec) bandingkan hasilnya dengan perkiraan
c. Metode Engelund dan Hansen besarnya erosi yang terjadi dalam
(1967) Daerah Aliran Sungai (DAS)
Metode Engelund dan Hansen menggunakan model USLE (Universal
didasarkan pada pendekatan tegangan Soil Loss Equation) dari USDA
geser. Persamaannya dapat ditulis (United States Departement of
sebagai berikut : Agriculture) yang banyak dipakai
cd = secara praktis untuk memperkirakan
Ea\ h\
0.05 x γs x V x [ QR ] / x[ ]]/
(I L ij ik Ea\ besarnya erosi permukaan suatu DAS
QS

τ0= γw x D x S (Dit-jen Sumber Daya Air, 2003).


(2.35)
Qs= W x qs Faktor yang digunakan meliputi faktor
(2.36)
lj
Cs= Ok x 1000000 erosivitas hujan, erodibilitas tanah,
(2.37)
kemiringan dan panjang lereng, jenis
Dimana :
penutup lahan dan pengolahan tanah.
V = Kecepatan aliran (ft/s)
Rumus yang digunakan untuk
D = Diameter tengah partikel (ft)
menghitung tingkat erosi atau jumlah
g = Gravitasi (ft2/sec)
tanah yang hilang adalah :
γs = Massa jenis sedimen (lb/ft3)
A = R x K x LS x C x P
τ0 = Tegangan geser (lb/ft2)
Dimana :
γw = Massa jenis air (lb/ft3)
A =Jumlah tanah yang hilang
D = Kedalaman sungai (ft)
(ton/ha/-tahun)
S = Kemiringan sungai
R = Erosivitas hujan rata-rata
W = Lebar sungai (ft)
K = Indeks erodibilitas tanah
Qs = Muatan sedimen (lb/sec)
LS = Indeks panjang & kemiringan
Cs = Konsentrasi sedimen total
lereng
(mg/lt)
C =Indeks pengelolaan pertanian a. Menentukan Curah hujan
P = Indeks upaya konservai tanah maksimum harian rata-rata dengan
Sedimen yang terbawa oleh menggunakan metode koefisien
sungai lebih sedikit dibandingkan Thissen
dengan erosi total dari DAS yang b. Menentukan Curah hujan rencana
ditinjau, besarnya sedimen yang dengan menggunkan metode
terbawa oleh aliran sungai disebut juga distribusi probabilitas
Yield (hasil) merupakan perkalian c. Melakukan pemilihan metode yang
antara SDR (Sediment Delivery Ratio) digunakan dengan menggunakan
dengan erosi total (AT) dari DAS uji kecocockan
tersebut. Rasio pengantaran sedimen d. Melakukan Analisa debit rencana
tergantung dari luas DAS dan erosi dengan metode Rasional, Hasper,
total (AT) atau dengan rumus (Kodoatie dan Mononobe
R.J dan Sjarief.R., 2008): e. Melakukan analisa sedimen
Y = AT x SDR dengan metode sedimen dasar (bed
SDR = 0,41 x A-0,3 (A dalam km2) load)
Setelah debit sedimen dihitung f. Melakukan Pemilihan sedimen
maka langkah selanjutnya yaitu dengan metode USLE
mentukan tebal endpan yang dihasilkan g. Menghitung Ketebalan sedimen
oleh sedimen dengan persamaan sebagi yang dihasilkan
berikut: D. ANALISA DAN PEMBAHASAN
m'0nYo joE Yo ' +0 4.1 Menentukan curah hujan
Tebal endapan = 0n+j po +Yp+ ( jn (+
maksimum
Volume sedimen padat =
qoj+ + (rn + joE Yo ' +0
Tabel 4.1 Curah hujan maksimum
Y+jj+ so j joE Yo

Volume sedimen total =


m'0nYo joE Yo p+E+
ԑ

C. METODOLOGI PENELITIAN
Dalam penulisan penelitian ini
agar tercapai maksud dan tujuan
penulisan ini maka dilakukan beberpa
langkah diantara-nya:
Curah Hujan Maksimum
Tahun
harian rerata (mm)
2017 138.33
2016 214.93
2015 133.91
2014 147.77
2013 172.71
2012 133.89
2011 141.62
2010 191.57
2009 77.37 Gambar 4.1 Rekapitulasi curah hujan
2008 81.85
2007 298.54 Berdasarkan tabel 4.2 dan
2006 443.48
2005 459.32 Gambar 4.1 diketahui bahwa semakin
2004 185.24
2003 205.43
besar periode ulang maka semakin
Total 3025.96
besar debit yang terjadi.
Dari tabel 4.1 didapatkan Untuk pemilihan curah hujan
besaran curah hujan maksimum setiap rencana dilakukan dengan pengujian
tahun selama 15 tahun. Curah hujan distribusi probabilitas chi kuadrat dan
maksimum tersebut didapatkan dari smirnov kolmogorof dengan syarat
hasil pemkaian metode thissen metode yang digunakan pada distribusi
berdasarkan luas pengaruh yang masuk probabilitas adalah metode yang
kedalam pos stasiun yang digunakan. mempunyai simpangan maksimum
4.2 Menentukan curah hujan terkecil dan lebih kecil dari simpangan
rencana kritis. Dimana hasil pengujian Chi
Untuk menentukan curah hujan Kuadrat dan Smirnov Kolmogorof
rencana digunakan metode distribusi dapat dilihat pada Tabel 4.3 dan Tabel
probabilitas dengan Metode Normal, 4.4.
Gumbel, Log Normal dan Log Pearson Tabel 4.3 Uji Chikuadrat
III. Berdasarkan metode tersebut Distribusi
X²terhitung X²kritis Keterangan
Probabilitas
didapatkan curah hujan rencana seperti Normal 6.667 5.991 Tidak Diterima
Gumbel 4.667 5.991 Diterima
tabel 4.2 Log Normal 2.000 5.991 Diterima
Tabel 4.2 Besaran curah hujan rencana Log Pearson III 4.000 5.991 Diterima

T #u (mm) Yn Yt Sn K SD XT (mm) Tabel 4.4. Uji Smirnov Kolmogorof


2 3 4 5 6 7=(5-4)/6 8 9
2 201.73 0.5128 0.3668 1.0206 -0.1431 115.00 185.279 Distribusi Probabilitas ∆p Terhitung ∆p Kritis Keterangan
5 201.73 0.5128 1.5004 1.0206 0.9677 115.00 313.014 Normal 0.6983 0.338 Tidak diterima
10 201.73 0.5128 2.251 1.0206 1.7031 115.00 397.593
25 201.73 0.5128 3.1993 1.0206 2.6323 115.00 504.448 Gumbel 0.1629 0.338 diterima
50 201.73 0.5128 3.9028 1.0206 3.3216 115.00 583.719 Log Normal 0.5983 0.338 Tidak diterima
100 201.73 0.5128 4.6012 1.0206 4.0059 115.00 662.415 Log Pearson 0.1813 0.338 diterima
185,279 24 ]
Berdasarkan Tabel 4.3 dan
= • €
Tabel 4.4 didapatkan metode yang me- 24 12,915
menuhi syarat adalah metode Gumbel = 11,669 mm/jam
dan metode Log Pearson III, maka Berdasarkan persamaan rumus
digunakanlah metode gumbel untuk Mononobe didapatkan nilai intensitas
perhitungan selanjutnya. sebesar 11,669 mm/jam. Dari nilai
4.3 Menetukan Debit tersebut dapat dicari debit perubahan
Untuk menentukan debit dengan tata guna lahan seperti tabel dibawah
menggunakan metode rasional maka ini:
intensitas curah hujan dihitung terlebih
dahulu dengan menggunakan persama-
an Mononobe: Tabel 4.5 Debit tahun 2007
v w /]
I = I LxI L
Luas (A) Koefisien Debit (Q)
Tata Guna Lahan C.A

w %
(km²) (C) (m³/detik)
Lahan Kosong 0.72 0.2 0.143 0.464
Semak/Belukar 0.00 0.3 0.000 0.000
Hutan 26.68 0.4 10.672 34.620
Dimana: Permukiman 7.54 0.4 3.017 9.789
Kebun 6.60 0.6 3.958 12.841
I =Intensitas Curah Hujan Ladang 0.94 0.25 0.235 0.762
Sawah 19.67 0.45 8.849 28.708
(mm/jam) Sungai 0.50 0.6 0.299 0.970
Total 62.64 27.174 88.153
Intensitas (mm/jam) 11.669
R24 = Curah Hujan Maksimum
dengan 24 jam (mm)
t = Lamanya Curah Hujan (jam)
Dianggap bahwa periode hujan
yang akan menyebabkan debit banjir
adalah sama dengan time concentration
(tc):
\,]`a
0,87 x 17,08 Gambar 4.2 Penutup lahan tahun 2007
yz = { |
1000 x 0,00033 Berdasarkan Gambar 4.2 dan
= 12,915 jam tabel 4.5 didapatkan debit kala ulang 2
Sehingga intensitas hujan dengan tahun sebesar 88,153 m₃/deteik.
rumus Mononobe didapatkan: Tabel 4.6 Debit tahun 2017

~ 24 ]
I= • €
24 yz
Luas (A) Koefisien Debit 2017
Tata Guna Lahan
(km²) (C)
C.A
(m³/detik) K = 0.08-0.09 dipakai 0.09
Hutan 23.000 0.40 9.200 29.845
Industri
Perdagangan dan Jasa
0.310
0.421
0.80
0.70
0.248
0.295
0.805
0.956
LS = 0.40
Sarana Pelayanan Umum 0.432 0.70 0.302 0.981
Padang Rumput 0.037 0.35 0.013 0.042 C= 0.45
Pemakaman Umum 0.099 0.25 0.025 0.081
Perkantoran 0.235 0.60 0.141 0.457
Perkebunan / Kebun 2.510 0.45 1.130 3.664 P= 1.00
Perumahan 12.933 0.75 9.700 31.466
Tanah Kosong / Gundul 0.920 0.20 0.184 0.597
Pertahanan dan Keamanan 0.157 0.50 0.079 0.255 Luas Sub DAS = 62,64 km2
Peternakan 0.044 0.30 0.013 0.043
Sawah
Semak Belukar / Alang Alang
13.470
4.340
0.60
0.30
8.082
1.302
26.218
4.224
= 6264 ha
Tegalan / Ladang 3.344 0.30 1.003 3.254
Sungai
Total
0.388
62.64
0.85 0.330
32.046
1.070
103.956
A = R x K x LS x C x P
Intensitas (mm/jam) 11.669
= 436,80 x 0,09 x 0,40 x 1
= 7.08 ton/ha/tahun
Adas = Luas DAS x A
= 6264 x 7,08
= 44325.33 ton/tahun
SDR = 0.41 x A^(-0,3)(km²)

= 0,41 x 〖62,64〗^(-0,3)
Gambar 4.3 Penutup lahan tahun 2007
Berdasarkan Gambar 4.3 dan = 0.118503
tabel 4.6 didapatkan debit kala ulang 2 Perkiraan angkutan sedimen (Y)
tahun sebesar 103,956 m₃/deteik. Y = Adas x SDR
4.4 Sedimentasi = 44325.33 x 0.118503
Tabel 4.7 Nilai sedimentasi = 5252.67 ton/tahun

Tahun
Periode Metode Angkutan Sedimen Total (ton/tahun) Berdasarkan perkiraan tersebut
Ulang Yang's Ackers and White Engelund and Hansen
2007 2 5145.215 1094.486 1459.966 didapatkan besaran angkutan sedimen
2017 2 5437.448 1141.547 1627.812
dengan menggunakan total load sebesar
Berdasarkan tabel 4.7 nilai
5252.67 ton/tahun. Maka besaran yang
sedimentasi dengan menggunakan
mendekati nilai tersebut adalah besaran
persamaan Total load didapatkan
pada metode Yang’s dimana Tahun
seimen yang paling tinggi yaitu
2007 didapatkan sebesar 5145.22
sedimen pada tahun 2017.
ton/tahun dan pada tahun 2017 sebesar
Untuk pemilihan metode yang
5437.45 ton/tahun, sehingga terjadi
digunakan pada persamaan total load
peningkatan sebesar 292,23 ton.
makan dilakukan Pengujian sedimen
Dalam menentukan besaran
dengan menggunakan metode USLE
sedimen umumnya besaran angkutan
sebagai berikut:
sedimen dalam ton/tahun diubah dalam
betuk ketebalan sehingga didapatkan = 169080 m2
ketebalan sedimentasi pada tahun 2017 d. Tebal endapan
sebesar: m'0nYo joE Yo ' +0
=
0n+j po +Yp+ ( jn (+
Data perhitungan : ]ww…,]
=
• Berdasarkan data pasang surut [Z\`\

di pantai Padang (Nikken = 0.0201 m

Consultans, 2011) . Mean of = 2,01 cm

Monthly Highest Water Level Langkah perhitungan tahun 2017 :

(MMHWL) = + 0,93 m Kurva a. Volume sedimen padat =


qoj+ + (rn + joE Yo
air balik (back water) sejauh 2 Y+jj+ so j joE Yo
h/I = 5636 m. 5437,45

.w``
=
• I = 0,00033
• Besar angkutan sedimen tahun = 2185,85 m3

2007 = 5145,22 ton/tahun b. Volume sedimen total =


m'0nYo joE Yo p+E+
• Besar angkutan sedimen tahun ԑ
2017 = 5437,45 ton/tahun 2185,85
\,w
=
• Berat jenis (γs) = 2.488 ton/m3
= 3643,1 m3
• Porositas (ε) = 0,4
c. Luas penampang sungai
• Lebar sungai = 30 m
= 5636 x 30
Langkah perhitungan tahun 2007 :
= 169080 m2
a. Volume sedimen padat
d. Tebal endapan
qoj+ + (rn + joE Yo
=
Y+jj+ so j joE Yo m'0nYo joE Yo ' +0
= 0n+j po
+Yp+ ( jn (+
5145,22
][w],
.w``
=
=
[Z\`\
3
= 2068,38 m = 0,0215 m
b. Volume sedimen total = 2,15 cm
m'0nYo joE Yo p+E+
= Berdasarkan perhitungan besar
ԑ
2068,38 angkutan sedimen dan ketebalan
\,w
=
sedimen tahun 2007 dan 2017 jika
3
= 3447,3 m dihitung selama 10 tahun secara linear
c. Luas penampang sungai dengan mengabaikan penambangan
= 5636 x 30 pasir maka didapatkan besaran sedimen
10 tahun sebesar 58204,651 ton dengan didapatkan sebesar 5145,22
ketebalan 23,375 cm. ton/tahun dan tahun 2017 sebesar
5. Penutup 5437,45 ton/tahun. Selama 10
5.1 Kesimpulan tahun secara linear dengan
Berdasarkan tujuan dan mengabaikan penambangan pasir
analisa pembahasan Tugas Akhir maka didapatkan jumlah angkutan
mengenai Analisa Perubahan Tata sedimen dari tahun 2007-2017
Guna Lahan terhadap Pengaruh Debit sebesar sebesar 58204,651 ton.
Banjir dan Sedimen pada Sub DAS d. Tebal endapan sedimen yang
Batang Belimbing maka penulis dapat terjadi pada tahun 2007 sebesar 2,1
menyimpulkan, bahwa: cm dan pada tahun 2017
a. Akibat adanya perubahan tata guna didapatkan sebear 2,15 cm. Selama
lahan tahun 2007 dan 2017 terjadi 10 tahun secara linear dengan
perubahan koefisien pada Sub mengabaikan penambangan pasir
DAS Batang Belimbing. Dimana maka didapatkan tebal sedimen
pada tahun 2007 didapatkan dari tahun 2007-2017 sebesar
koefisien tata guna lahan sebesar 23,375 cm.
0,43 sedangkan tahun 2017 5.2 Saran
didapatkan sebesar 0,51. a. Untuk mengurangi sedimen yang
b. Terjadi peningkatan debit banjir di terjadi di Sub DAS Batang
Sub DAS Batang Belimbing Belimbing agar dilakukan
sebesar 15,803 m³/detik, dimana pengendalian erosi pada Daerah
nilai tersebut didapatkan dari Aliran Sungai (DAS) dengan
besaran debit yang terjadi tahun melakukan konservasi tanah
2007 sebesar 88,153 m³/detik dan berupa konservasi secara
tahun 2017 sebesar 103,956 agronomis, secara mekanis dan
m³/detik. secara kimia.
c. Akibat dari perubahan penggunaan b. Pada penulisan tugas akhir ini
tata guna lahan pada tahun 2007 kajian yang penulis lakukan hanya
dan 2017 terjadi peningkatan berlaku untuk Sub DAS Batang
sedimen sebesar 292,23 ton/tahun. Belimbing oleh karena itu
Dimana sedimentasi tahun 2007
disarankan agar dilakukan Utama, Lusi. 2013.Hidrologi Teknik.
penelitian pada sungai induk. Padang: Bung Hatta University
Press.
DAFTAR PUSTAKA Ven Te Chow, Ph.D. 1997. Hidrolika

Anggrahini, MSc, Ir. 2005. Hidrolika Saluran Terbuka. Jakarta:

Saluran Terbuka. Surabaya : Erlangga.

Srikandi Wilson, E.M. 1993. Hidrologi Teknik.

Asdak, Chay. 2007. Hidrologi dan Bandung: ITB

Pengelolaan Daerah Aliran Yang, Chih Ted. 1996. Sediment

Sungai. Bandung: Gadjah Mada Transport Theory and Practice.

University Press :The McGraw Hill

Gandakoesoema. 1970. Hidrolika. Companies,incn

Bandung: Sumur Bandung (Nurrizqi, Ertasyudha Hayyu. Pengaruh

Hadisusanto, Nugroho. 2010. Aplikasi Perubahan Penggunaan Lahan

Hidrologi. Malang: Jogja Terhadap Perubahan Debit

MediaUtama Puncak Banjir Di Sub Das

J. Kodoatie, Robert. 2013. Rekayasa Brantas Hulu. Jurnal:

dan Manajemen Banjir Universitas Gadjah Mada)

Kota.Yogyakarta:Andi. (Rosdiana Hutagol, Ria. Hardwinarto,

Sitorus, Santun R.P. 1985. Evaluasi Sigit. 2011. Pengaruh

Sumberdaya Lahan. Bogor Perubahan Tata Guna Lahan

Baru: Tarsito Bandung Terhadap Debit Limpasan Pada

Soewarno.1991. Pengukuran dan Sub Das Sepauk Kabupaten

Pengelolaan Data Aliran Sungai Sintang Kalimantan Barat.

(Hrometri). Bandung: Nova. Jurnal: Universitas Kapuas)

Suripin, M.Eng, Dr. Ir. 2004. Sistem (Syarif Sukri, Ahmad. 2013. Analisis

Drainase Perkotaan Yang Sedimentasi Pada Bendung

Berkelanjutan. Yogyakarta : Laeya Kabupaten Konawe

Andi. Selatan. Jurnal: Univesitas

Triatmojo, Bambang. 2008.Hidrologi Haluoleo)

Terapan. Yogyakarta: Beta (Wahyudi, Andi. 2012. Terhadap Debit

Offset. Alisis Dampak Perubahan Tata


Guna Lahan Terhadap Debit
Banjir Studi Kasus Di Sub Das
Musi Hulu Kabupaten Musi
Rawas. Jurnal: Universitas
Musi Rawas)

Anda mungkin juga menyukai