Anda di halaman 1dari 15

PEMERINTAH KOTA BANDUNG

BADAN PERENCANAAN, PEMBANGUNAN, PENELITIAN


DAN PENGEMBANGAN KOTA BANDUNG

BAB 04
Metodologi Penyusunan Konsep
Pengembangan

4.1 Kriteria Perencanaan Hidrologi

4.2 Rancangan Perencanaan Debit Banjir

4.3 Perencanaan Struktur Saluran


4.1 Kriteria Perencanaan Hidrologi

Data hidrologi dianalisis untuk membuat keputusan dan menarik


kesimpulan mengenai fenomena hidrologi berdasarkan sebagian data hidrologi
yang dikumpulkan (Soewarno, 1995).

4.1.1 Curah Hujan Rancangan


Hal yang penting dalam pembuatan rancangan dan rencana adalah
distribusi curah hujan. Distribusi curah hujan adalah berbeda-beda sesuai dengan
jangka waktu yang ditinjau yakni curah hujan tahunan (jumlah curah hujan dalam
setahun), curah hujan bulanan (jumlah curah hujan sebulan), curah hujan harian
(jumlah curah hujan 24 jam), curah hujan per jam.
Analisis frekuensi diperlukan seri data hujan yang diperoleh dari pos
penakar hujan, baik yang manual maupun yang otomatis. Analisis frekuensi ini
didasarkan pada sifat statistik data kejadian yang telah lalu untuk memperoleh
probabilitas besaran hujan yang akan datang. Dengan angggapan bahwa sifat
statistik kejadian hujan yang akan datang masih sama dengan sifat statistik
kejadian hujan masa lalu (Suripin, 2004).
Beberapa tahapan untuk rancangan curah hujan adalah sebagai berikut:
A. Perkiraan hujan rancangan dilakukan dengan analisis frekuensi terhadap
data curah hujan harian rata-rata maksimum tahunan, dengan lama
pengamatan sekurang-kurangnya 10 tahun terakhir dari minimal 1(satu)
stasiun pengamatan.
B. Analisis frekuensi terhadap curah hujan, untuk menghitung hujan
rencana dengan berbagai kala ulang (1, 2, 5, 10, 25, dan 50 tahun), dapat
dilakukan dengan menggunakan distribusi normal, metode Gumbel, log
normal, atau log Pearson tipe III.
 Distribusi Normal
Dalam analisis hidrologi distribusi normal banyak digunakan
untuk menganalisis frekuensi curah hujan, analisis statistik dari
distribusi curah hujan tahunan, debit rata-rata tahunan.
Distribusi normal atau kurva normal disebut pula distribusi
Gauss.
Rumus :

X t  X rt  k  S

4-2

PENYUSUNAN KONSEP PENGEMBANGAN DRAINASE KOTA BANDUNG 2021


Dimana :
Xt = curah hujan rencana
Xrt = curah hujan rata-rata
k = koefisien untuk distribusi Normal
S = standar deviasi

 Metode Gumbel
Distribusi Tipe I Gumbel atau Distribusi Extrim Tipe I (extreme
type I distribution) digunakan untuk analisis data maksimum,
misalnya untuk analisis frekuensi banjir.

Rumus :

 Y  Yn 
X t  X rt     S
 Sn 
Dimana :
Xt = curah hujan rencana
Xrt = curah hujan rata-rata
S = standar deviasi
Sn = standar deviasi ke n
Y = koefisien untuk distribusi Gumbel
Yn = koefisien untuk distribusi Gumbel ke n

 Distribusi Log Normal


Distribusi Log Normal, merupakan hasil transformasi dari
distribusi Normal, yaitu dengan mengubah varian X menjadi nilai
logaritmik varian X.
Rumus :

LogXt  LogXrt  k  S

X t  10LogX t
Dimana :
Xt = curah hujan rencana
Xrt = curah hujan rata-rata
k = koefisien untuk distribusi Normal
S = standar deviasi

 Log-Pearson Type III

4-3

PENYUSUNAN KONSEP PENGEMBANGAN DRAINASE KOTA BANDUNG 2021


Distribusi log-Pearson type III banyak digunakan dalam analisis
hidrologi, terutama dalam analisis data maksimum (banjir) dan
minimum (debit minimum) dengan nilai extrim. Bentuk distribusi
log-Pearson type III merupakan hasil transformasi dari distribusi
Pearson type III dengan menggantikan variat menjadi nilai
logaritmik.
Rumus :

LogX t  LogX rt  k  S

X t  10 LogXt
Dimana :
Xt = curah hujan rencana
Xrt = curah hujan rata-rata
k = koefisien untuk distribusi Log Pearson
S = standar deviasi
C. Perhitungan intensitas hujan ditinjau dengan menggunakan metode
Mononobe atau yang sesuai.
 Rumus Intensitas curah hujan digunakan Persamaan Mononobe,
yaitu:

Bila:
I = intensitas curah hujan dalam mm/jam.
R24 = curah hujan harian maksimum tahunan untuk kala
ulang t tahun.
tc = waktu konsentrasi dalam jam.

Analisis data hujan dimaksudkan untuk mendapatkan besaran curah hujan dan
analisis statistik yang diperhitungkan dalam perhitungan debit banjir rencana.

4.1.2 Pengukuran Dispersi


Dalam analisis frekuensi curah hujan data hidrologi dikumpulkan,
dihitung, disajikan dan ditafsirkan dengan menggunakan prosedur tertentu, yaitu
metode statistik. Pada kenyataannya bahwa tidak semua varian dari suatu
variabel hidrologi terletak atau sama dengan nilai rata-ratanya. Variasi atau

4-4

PENYUSUNAN KONSEP PENGEMBANGAN DRAINASE KOTA BANDUNG 2021


dispersi adalah besarnya derajat atau besaran varian di sekitar nilai rata-ratanya.
Cara mengukur besarnya dispersi disebut pengukuran dispersi (Soewarno, 1995).
Adapun cara pengukuran dispersi antara lain :
1. Deviasi Standar (S)
Umumnya ukuran dispersi yang paling banyak digunakan adalah deviasi
standar (standard deviation) dan varian (variance). Varian dihitung
sebagai nilai kuadrat dari deviasi standar. Apabila penyebaran data
sangat besar terhadap nilai rata-rata maka nilai standar deviasi akan
besar, akan tetapi apabila penyebaran data sangat kecil terhadap nilai
rata-rata maka standar deviasi akan kecil.
Rumus :
n

 (X
i 1
i  X)
S
(n  1)
Dimana :
S = deviasi standar
Xi = nilai variat

X = nilai rata-rata
n = jumlah data

2. Koefisien Swekeness (Cs)


Kemencengan (skewness) adalah suatu nilai yang menunjukkan derajat
ketidaksimetrisan (assymetry) dari suatu bentuk distribusi. Umumnya
ukuran kemencengan dinyatakan dengan besarnya koefisien
kemencengan (coefficient of skewness).
Rumus :
n
n (X i  X) 3
i 1
Cs 
(n  1)(n  2)S 3
Dimana :
CS = koefisien kemencengan
Xi = nilai variat

X = nilai rata-rata
n = jumlah data
S = standar deviasi

4-5

PENYUSUNAN KONSEP PENGEMBANGAN DRAINASE KOTA BANDUNG 2021


3. Pengukuran Kurtosis (Ck)
Pengukuran kurtosis dimaksudkan untuk mengukur keruncingan dari
bentuk kurva distribusi, yang umumnya dibandingkan dengan distribusi
normal.
Rumus :
n
1
n
 (X i  X) 4
Ck  i 1

S4
Dimana :
Ck = koefisien kurtosis
Xi = nilai variat

X = nilai rata-rata
n = jumlah data
S = standar deviasi

4. Koefisien Variasi (Cv)


Koefisien variasi (variation coefficient) adalah nilai perbandingan antara
deviasi standar dengan nilai rata-rata hitung dari suatu distribusi.
Rumus :
S
Cv 
X
Keterangan :
Cv = koefisien variasi
S = standar deviasi

X = nilai rata-rata
Dari nilai-nilai di atas, kemudian dilakukan pemilihan jenis sebaran yaitu
dengan membandingkan koefisien distribusi dari metode yang akan
digunakan.

4.2 Rancangan Perencanaan Debit Banjir

4.2.1 Ploting Data


Perkiraan kasar periode ulang atau curah hujan yang mungkin, lebih
mudah dilakukan dengan menggunakan kertas kemungkinan. Kertas
kemungkinan normal (normal probability paper) digunakan untuk curah hujan
tahunan yang mempunyai distribusi yang hampir sama dengan distribusi normal

4-6

PENYUSUNAN KONSEP PENGEMBANGAN DRAINASE KOTA BANDUNG 2021


dan kertas kemungkinan logaritmis normal (logarithmic-normal probability
paper) digunakan untuk curah hujan harian maksimum dalam setahun yang
mempunyai distribusi normal logaritmis (Sosrodarsono dan Takeda, 1977).
Plotting data distribusi frekuensi dalam kertas probabilitas bertujuan
untuk mencocokkan rangkaian data dengan jenis sebaran yang dipilih, dimana
kecocokan dapat dilihat dengan persamaan garis yang membentuk garis lurus.
Hasil plotting juga dapat digunakan untuk menaksir nilai tertentu dari data baru
yang kita peroleh (Soewarno, 1995).
Dalam hal ini harus dipilih kertas kemungkinan yang sesuai dengan
distribusi data secara teoritis maupun empiris dan bentuk distribusi ditentukan
dengan menggambarkannya (Sosrodarsono dan Tominaga, 1985).
Ada dua cara untuk mengetahui ketepatan distribusi probabilitas data
hidrologi, yaitu data yang ada diplot pada kertas probabilitas yang sudah didesain
khusus atau menggunakan skala plot yang melinierkan fungsi distribusi. Posisi
pengeplotan data merupakan nilai probabilitas yang dimiliki oleh masing-masing
data yang diplot. Banyak metode yang telah dikembangkan untuk menentukan
posisi pengeplotan yang sebagian besar dibuat secara empiris. Untuk keperluan
penentuan posisi ini, data hidrologi (hujan atau banjir) yang telah ditabelkan
diurutkan dari besar ke kecil (berdasarkan peringkat m), dimulai dengan m = 1
untuk data dengan nilai teringgi dan m = n (n adalah jumlah data) untuk data
dengan nilai terkecil. Periode ulang Tr dapat dihitung dengan beberapa
persamaan yang telah terkenal, yaitu Weinbull, California, Hazen, Gringorten,
Cunnane, Blom dan Turkey. Data yang telah diurutkan dan periode ulangnya
telah dihitung dengan salah satu persamaan diatas diplot di atas kertas
probabilitas sehingga diperoleh garis Tr vs P (hujan) atau Q (debit banjir) yang
berupa garis lurus (Suripin, 2003).

4.2.2 Pengujian Kecocokan Sebaran


Untuk menentukan kecocokan (the goodness of fit test) distribusi
frekuensi dari sampel data terhadap fungsi distribusi peluang yang diperkirakan
dapat menggambarkan/mewakili distribusi frekuensi tersebut diperlukan
pengujian parameter. Pengujian parameter dapat dilakukan dengan dua cara,
yaitu Chi-Kuadrat ataupun dengan Smirnov-Kolmogorov. Umumnya pengujian
dilaksanakan dengan cara menggambarkan data pada kertas peluang dan
menentukan apakah data tersebut merupakan garis lurus, atau dengan

4-7

PENYUSUNAN KONSEP PENGEMBANGAN DRAINASE KOTA BANDUNG 2021


membandingkan kurva frekuensi dari data pengamatan terhadap kurva frekuensi
teoritisnya (Soewarno, 1995).
1. Uji Chi-Kuadrat
Uji chi-kuadrat dimaksudkan untuk menentukan apakah persamaan
distribusi peluang yang telah dipilih dapat mewakili dari distribusi
statistik sampel data yang dianalisis. Pengambilan keputusan uji ini
menggunakan parameter x2, oleh karena itu disebut dengan uji Chi-
Kuadrat.
Adapun kriteria penilaian hasilnya adalah sebagai berikut :
1) Apabila peluang lebih dari 5 % maka persamaan distribusi teoritis
yang digunakan dapat diterima.
2) Apabila peluang lebih kecil dari 1 % maka persamaan distribusi
teoritis yang digunakan dapat diterima.
3) Apabila peluang berada diantara 1 % - 5 %, maka tidak mungkin
mengambil keputusan, perlu penambahan data.
2. Uji Smirnov-Kolmogorov
Uji kecocokan Smirnov-Kolmogorov, sering juga disebut uji kecocokan
non parametrik (non parametric test), karena pengujiannya tidak
menggunakan fungsi distribusi tertentu.
Pengujian kecocokan sebaran dengan cara ini dinilai lebih sederhana
dibanding dengan pengujian dengan cara Chi-Kuadrat. Dengan
membandingkan kemungkinan (probability) untuk setiap variat, dari
distribusi empiris dan teoritisnya, akan terdapat perbedaan (Δ ) tertentu.
Apabila harga Δ max yang terbaca pada kertas probabilitas lebih kecil dari
Δ kritis maka distribusi teoritis yang digunakan untuk menentukan
persamaan distribusi dapat diterima, apabila Δ max lebih besar dari Δ
kritis maka distribusi teoritis yang digunakan untuk menentukan
persamaan distribusi tidak dapat diterima.

4.2.3 Debit Banjir Rencana


Debit banjir rencana pada setiap profil sungai merupakan data yang
paling penting untuk perencanaan perbaikan dan pengaturan sungai
(Sosrodarsono dan Tominaga, 1985).
A. Debit banjir rencana dihitung dengan metode Rasional yang telah
dimodifikasi

4-8

PENYUSUNAN KONSEP PENGEMBANGAN DRAINASE KOTA BANDUNG 2021


B. Koefisien limpasan (run off) ditentukan berdasarkan tata guna lahan
daerah tangkapan.
C. Waktu konsentrasi adalah jumlah waktu pengaliran di permukaan yang
diperlukan air untuk mencapai debit maksimum dari titik saluran yang
terjauh sampai titik yang ditinjau.
D. Kemiringan dasar saluran (S) dikelompokkan menjadi tiga kelompok:
 Kelompok pertama adalah kemiringan saluran yang diperoleh
dari elevasi dasar saluran yang paling tinggi (maximum
elevation) dan dasar saluran yang paling rendah (minimum
elevation) disebut kemiringan dasar saluran (channel gradient)
S1.
 Kelompok kedua adalah kemiringan saluran di bagian atas (A1)
sama dengan daerah di bagian bawah (A2), kemiringan tersebut
disebut kemiringan konstan (constant slope) S2.

Gambar 4.1 Kemiringan Dasar Saluran Equivalen

 Kelompok ketiga adalah kemiringan saluran yang diperoleh dari


resultan kemiringan saluran dari masing-masing sub daerah
pengaliran (subreach length), kemiringan dasar saluran ini
disebut kemiringan dasar saluran equivalen (equivalen slope),
S3, yang dinyatakan dengan persamaan matematik sebagai
berikut:

4-9

PENYUSUNAN KONSEP PENGEMBANGAN DRAINASE KOTA BANDUNG 2021


Bila :
S3 = kemiringan dasar saluran equivalen
(equivalen slope).
Li = panjang saluran pada masing-masing sub
saluran.
n = jumlah sub saluran
Si = kemiringan dasar saluran pada masing-masing
sub saluran.
E. Daerah Pengaliran Saluran yang mempunyai sub Sal, dan setiap sub Sal
mempunyai koefisien limpasan yang berbeda-beda, maka perhitungan
koefisien limpasan equivalen (Ceq) menggunakan rumus koefisien
limpasan equivalen (Ceq).
F. Koefisien penyimpangan dihitung dari perbandingan waktu konsentrasi
dan waktu drainase.

Data curah hujan yang dipakai untuk perhitungan dalam debit banjir adalah
hujan yang terjadi pada daerah aliran sungai pada waktu yang sama. Ada
beberapa metode untuk memperkirakan debit banjir (laju aliran puncak). Metode
yang dipakai pada suatu lokasi lebih banyak ditentukan oleh ketersediaan data.
Secara umum, metode yang umum dipakai adalah (Suripin, 2004) :
 Metode Rasional
Metode untuk memperkirakan laju aliran permukaan puncak yang umum
dipakai adalah metode Rasional USSCS (1973). Metode ini sangat simple
dan mudah penggunaanya, namun penggunaannya terbatas untuk DAS-
DAS dengan ukuran kecil, yaitu kurang dari 300 ha (Goldman et al.,1986).
Karena model ini merupakan moel kotak hitam, maka tidak dapat
menerangkan hubungan curah hujan dan aliran permukaan dalam
bentuk hidrograf.
Metode rasional dikembangkan berdasarkan asumsi bahwa hujan yang
terjadi mempunyai intensitas seragam dan merata di seluruh DAS selama
paling sedikit sama dengan waktu konsentrasi (tc) DAS.
Gambar 4.5 menunjukkan bahwa hujan dengan intensitas seragam dan
merata seluruh DAS berdurasi sama dengan waktu konsentrasi (tc). Jika
hujan yang terjadi lamanya kurang dari tc maka debit puncak yang terjadi
lebih kecil dari Qq, karena seluruh DAS tidak dapat memberikan

4-10

PENYUSUNAN KONSEP PENGEMBANGAN DRAINASE KOTA BANDUNG 2021


konstribusi aliran secara bersama pada titik kontrol (outlet). Sebaliknya
jika hujan yang terjadi lebih lama dari tc, maka debit puncak aliran
permukaan akan tetap sama dengan Qp.

Intensitas hujan I

Laju aliran dan Intensitas hujan


Aliran akibat hujan dengan durasi, D <
D = tc tAliran
c akibat hujan dengan durasi, D =
tc
Aliran akibat hujan dengan durasi, D
> tc

tc waktu

Gambar 4.2 Hubungan Curah Hujan dengan Aliran Permukaan

 Metode Hidrograf
Hidrograf dapat didefinsikan sebagai hubungan antara salah satu unsur
aliran terhadap waktu. Berdasarkan definisi tersebut dikenal ada dua
macam hidrograf, yaitu hidrograf muka air dan hidrograf debit. Hidrograf
muka air adalah data atau grafik hasil rekaman AWLR (Automatic Water
Level Recorder). Sedangkan hidrograf debit disebut hidrograf.
Hidrograf tersusun dari dua komponen, yaitu aliran permukaan yang
berasal dari aliran langsung air hujan, dan aliran dasar (base flow). Aliran
dasar berasal dari air tanah yang pada umumnya tidak memberikan
respon yang tepat terhadap hujan. Hujan juga dapat dianggap terbagi
dalam dua komponen, yaitu hujan efektif dan kehilangan (losses). Hujan
efektif adalah bagian hujan yang menyebabkan terjadinya aliran
permukaan. Kehilangan hujan merupakan bagian hujan yang menguap,
masuk kedalam tanah, kelembaban tanah dan simpanan air tanah.
Hidrograf aliran langsung dapat diperoleh dengan memisahkan hidrograf
dari aliran dasarnya. Ada beberapa cara yang dapat dilakukan,
diantaranya adalah metode garis lurus (straight line method), metode
panjang dasar tetap (fixed based method) dan metode kemiringan
berbeda (variable slope method).

4-11

PENYUSUNAN KONSEP PENGEMBANGAN DRAINASE KOTA BANDUNG 2021


Q Q

A B B
Aliran langsung A Aliran langsung
Aliran dasar Aliran dasar
t t
(a). Metoda Garis Lurus (b). Metoda Panjang Dasar Tetap

A Aliran langsung C

Aliran dasar (c). Metoda Kemiringan Berbeda


B
t

Gambar 4.3 Metode Pemisahan Aliran Langsung

4.3 Perencanaan Struktur Saluran

Perlu diperhatikan bahwa dinding penahan tanah pasangan batu hanya


dapat digunakan untuk ketinggian yang tidak terlalu besar (<5 m). Untuk dinding
penahan tanah dari beton bertulang tidak ada batasnya.
Dinding penahan tanah gravitasi umumnya dibuat dari pasangan batu.
Perencanaan dinding penahan dilakukan dengan metode “coba-coba/trial and
error” untuk memperoleh ukuran yang paling ekonomis. Prosedur perencanaan
dilakukan berdasarkan analisis terhadap gaya-gaya yang bekerja pada penahan
tanah tersebut. Dinding juga harus direncanakan sedemikian rupa, sehingga tidak
ada tegangan tarik pada tiap titik pada dinding untuk setiap kondisi pembebanan.
Tiap-tiap potongan dinding horizontal akan menerima gaya-gaya antara lain
sebagai berikut:
 Gaya vertikal akibat berat sendiri dinding penahan tanah.
 Gaya luar yang bekerja pada dinding penahan tanah.
 Gaya akibat tekanan tanah aktif.
 Gaya akibat tekanan tanah pasif.
Pada perencanaan dinding penahan tanah, beberapa analisis yang harus
dilakukan adalah:

 Analisis kestabilan terhadap guling.

4-12

PENYUSUNAN KONSEP PENGEMBANGAN DRAINASE KOTA BANDUNG 2021


 Analisis ketahanan terhadap geser.
 Analisis kapasitas daya dukung tanah pada dasar dinding penahan.
4.3.1 Alinyemen Saluran
Pada ruas sungai yang belok-belokannya sangat tajam atau meander-nya
sangat kritis, maka tanggul yang akan dibangun biasanya akan menjadi lebih
panjang. Selain itu pada ruas sungai yang demikian, gerusan pada belokan luar
sangat meningkat dan terjadi kerusakan tebing sungai yang akhirnya mengancam
kaki tanggul. Sebaliknya pada belokan dalamnya terjadi pengendapan yang
intensif pula.
Jadi alur sungai menjadi lebih panjang dan dapat mengganggu kelancaran
aliran banjir. Guna mengurangi keadaan yang kurang menguntungkan tersebut,
maka pada ruas sungai tersebut perlu dipertimbangkan pembuatan alur baru
(sudetan), agar pada ruas tersebut alur sungai mendekati garis lurus dan lebih
pendek (Sosrodarsono dan Tominaga, 1985).

4.3.2 Bentuk Penampang Melintang Saluran


Ada beberapa bentuk penampang melintang saluran banjir yang umum
dilaksanakan, yaitu penampang berganda, penampang tunggal trapesium, dan
penampang tunggal persegi. Potongan melintang saluran yang paling ekonomis
adalah saluran yang dapat melewatkan debit maksimum untuk luas penampang
basah, kekasaran dan kemiringan dasar tertentu. Faktor yang terpenting dalam
menentukan pilihan bentuk penampang saluran adalah pertimbangan ekonomi
(Suripin, 2004).

4.3.3 Pemeliharaan Saluran


Pembersihan saluran dan perawatan bangunan pelengkap secara berkala
sesuai dengan peraturan pemeliharaan yang berlaku. Pemeliharaan saluran
drainase dengan cara penggelontoran diperhitungkan sejak tahap awal
perencanaan, dan debit minimum untuk penggelontoran diusahakan dari saluran
yang ada di dalam atau di dekat perkotaan.
Pemerintah Daerah setempat membuat peraturan garis sempadan
saluran yang batasnya ditetapkan sesuai dengan macam saluran. Saluran
drainase perkotaan dilengkapi dengan jalan inspeksi yang berfungsi ganda, yaitu
di samping berfungsi sebagai jalan inspeksi untuk pemeliharaan dapat pula
berfungsi sebagai jalan akses, jalan lokal, jalan kolektor atau jalan arteri yang
merupakan bagian dari jaringan jalan dalam kota. Saluran drainase di kota

4-13

PENYUSUNAN KONSEP PENGEMBANGAN DRAINASE KOTA BANDUNG 2021


metropolitan atau kota besar sebaiknya diberi lapisan pasangan batu kali atau
beton tulang untuk menghindari penyerobotan tanah akibat urbanisasi dan juga
untuk menghindari longsoran akibat tekanan kendaraan dan lainnya.

Penentuan prioritas penanganan meliputi hal sebagai berikut:


1. Parameter genangan, meliputi tinggi genangan, luas genangan, frekuensi
genangan dalam satu tahun dan lama genangan terjadi.
Tabel 4.1 Parameter Genangan

2. Parameter ekonomi, dihitung perkiraan kerugian atas fasilitas ekonomi


yang ada, seperti: kawasan industri, fasum, fasos,perkantoran,
perumahan, daerah pertanian dan pertamanan.

Tabel 4.2 Kriteria Kerugian Ekonomi

3. Parameter gangguan sosial dan fasilitas pemerintah, seperti: kesehatan


masyarakat, keresahan sosial dan kerusakanlingkungan dan kerusakan
fasilitas pemerintah.

4-14

PENYUSUNAN KONSEP PENGEMBANGAN DRAINASE KOTA BANDUNG 2021


Tabel 4.3 Parameter Kriteria Gangguan Sosial dan Fasilitas Pemerintah

4. Parameter kerugian dan gangguan transportasi.

Tabel 4.4 Parameter Kerugian Gangguan Transportasi

5. Parameter kerugian pada daerah perumahan.

Tabel 4.5 Parameter Kerugian Daerah Perumahan

6. Parameter kerugian hak milik pribadi/rumah tangga.

Tabel 4.6 Parameter Kerugian Hak Milik Pribadi

4-15

PENYUSUNAN KONSEP PENGEMBANGAN DRAINASE KOTA BANDUNG 2021

Anda mungkin juga menyukai