Anda di halaman 1dari 21

BAB 3 3 BAB 3 DATA

PERENCANAAN

DATA
PERENCANAAN

3.1 Metode dan Hasil Pengumpulan Data


Terdapat dua metode pengumpulan data dalam kegiatan kajian ini, yaitu pengumpulan data
primer dan data sekunder, terkait pengumpulan data ini metoda yang digunakan adalah metoda
survey yang terdiri dari;

3.1.1 Survei Sekunder


Pengumpulan data sekunder dan review studi terdahulu dimaksudkan untuk melakukan
identifikasi awal terhadap kegiatan yang dilaksanakan, mengetahui sejauh mana tahapan
pekerjaan sebelumnya telah terlaksana dan meneliti dan mengkaji ulang terhadap hasil
peleaksanaan kegiatan yang telah dilaksanakan. Pengumpulan data sekunder adalah segala
informasi yang berkaitan dengan studi yang sedang dilaksanakan, yang diperoleh secara tidak
langsung atau oleh pihak lain. Data sekunder dapat berupa catatan, hasil pengukuran, hasil
analisis yang diperoleh oleh suatu instansi atau tim studi, juga buku-buku laporan proyek dan
peraturan kebijakan daerah. Data dan persyaratan yang diperlukan adalah sebagai berikut:

1. Data spasial adalah data dasar yang sangat dibutuhkan dalam perencanaan drainase
perkotaan, yang diperoleh baik dar lapangan maupun dari pustaka, mencakup antara lain:
a) Data peta yang terdiri dari peta dasar (peta daerah kerja), peta sistem drainase dan
sistem jaringan jalan yang ada, peta tata guna lahan, peta topografi masing-masin
berskala antara 1 : 5.000 sampai dengan 1 : 25.000 atau disesuaikan dengan tipologi
kota.
b) Data kependudukan yang terdiri dari jumlah, kepadatan, laju pertumbuhan, penyebaran
dan data kepadatan bangunan.
c) Data rencana pengembangan kota, data geoteknik, data foto udara terbaru (untuk kota
metropolitan).
d) Rencana Tata Ruang wilayah (RTRW)
2. Data hidrologi
a) Data hujan minimal sepuluh tahun terakhir.
b) Data tinggi muka air, debit sungai, pengaruh air balik, peil banjir, dan data pasang surut.
3. Data sistem drainase yang ada, yaitu:
a) Data kuantitatif banjir/genangan yang meliputi: luas genangan, lama genangan,
kedalaman rata-rata genangan, dan frekuensi genangan berikut permasalahannya serta
hasil rencana induk pengendalian banjir wilayah sungai di daerah tersebut.
b) Data saluran dan bangunan pelengkap.
c) Data sarana drainase lainnya seperti kolam tandon, kolam resapan, sumur-sumur
resapan.
4. Data Hidrolika
a) Data keadaan, fungsi, jenis, geometri dan dimensi saluran, dan bangunan pelengkap
seperti gorong-gorong, pompa, dan pintu air, serta kolam tandon dan kolam resapan.
b) Data arah aliran dan kemampuan resapan.
5. Data teknik lainnya
Data prasarana dan fasilitas kota yang telah ada dan yang direncanakan antara lain:
jaringan jalan kota, jaringandrainase, jaringan air limbah, TPS (Tempat Pengolahan Sampah
Sementara), TPA (Tempat Pemrosesan Akhir), jaringan telepon, jaringan listrik, jaringan
pipa air minum, jaringan gas (jika ada) dan jaringan utilitas lainnya.
6. Data non teknik
Data pembiayaan termasuk biaya OP, peraturan-peraturan terkait, data
institusi/kelembagaan, data sosial ekonomi dan budaya (kearifan lokal), data peran serta
masyarakat serta data keadaan kesehatan lingkungan permukiman.

Tabel 3.1 Jenis Data yang Diperlukan

No Jenis Data Sumber data


1 Data Peta meliputi:  Badan Informasi Geospatial (BIG)
 Peta dasar (peta daerah kerja)  Dinas Penataan Ruang Kota
 Peta sistem drainase dan sistem jaringan jalan Bandung
 Peta tata guna lahan  Bappelitbang Kota Bandung
 Peta topografi berskala antara 1:5000 s/d 1:25.000 atau sesuai
tipologi kota
 Peta digital / citra satelit
 Peta geologi
No Jenis Data Sumber data
2 Data kependudukan, meliputi: BPS Kota Bandung
 Data jumlah penduduk
 Data Kepadatan penduduk
 Data laju pertumbuhan penduduk
 Data penyebaran dan kepadatan bangunan
3 Data Rencana Tata Ruang Wilayah Bappelitbang Kota Bandung
4 Data Hidrologi meliputi: Bappelitbang Kota Bandung
 Data hujan (10 tahun terakhir)
 Data tinggi muka air
 Data debit sungai

5 Data sistem dainase meliputi:  Dinas Penataan Ruang Kota


 Data peta jaringan drainase primer, sekunder dan tersier Bandung
 Data peta jaringan drainase alamiah  Bappelitbang Kota Bandung
 Data peta saluran dan bangunan pelengkap, kolam tandon, kolam  Dinas Pekerjaan Umum Kota
resapan, sumur resapan Bandung
 Data peta lokasi rawan genangan banjir/ genangan (ratarata  Pusair Kota Bandung
genangan, kedalaman genangan, lama genangan dll
6 Data Hidrolika, meliputi:  Bappelitbang Kota Bandung
 Data peta arah aliran (flow direction) dan kemampuan resapan  Dinas Pekerjaan Umum Kota
 Data keadaan, fungsi, jenis, geometri dan dimensi saluran dan Bandung
bangunan pelengkap.  Pusair Kota Bandung
7 Data Teknik lainnya, meliputi: Bappelitbang Kota Bandung
Data prasarana dan fasilitas kota
8 Data Non Teknik, meliputi:
Data pembiayaan OP, peraturan terkait, data institusi, data social
ekonomi, dll.

3.1.2 Survei Primer


Survei/pengumpulan data ini bertujuan untuk mendata prasarana dan sarana drainase eksisting
yang ada di tempat yang akan disurvei. Data prasarana dan sarana drainase yang diambil adalah
bangunan drainase, yang terdiri dari bangunan utama, yaitu bendung beserta kelengkapan
bangunan pendukungnya, pintu, boks dan bangunan lainnya. Data yang dikumpulkan meliputi
kuantitas yang disesuai dengan jenis bangunannya, seperti panjang untuk saluran dan kualitas
meliputi jenis dan kondisi bangunan yang ada. Kriteria pengumpulan data untuk kondisi
bangunan sesuai dengan standar pelayanan minimum yang ada atau berdasarkan hasil studi
yang ada seperti rusak berat, rusak ringan, sedang (dapat digunakan), dan baik (kriteria akan
disesuaikan dengan SPM). Untuk bangunan air yang lain sesuai dengan spesifikasi. Kegiatan
yang dilaksanakan pada tahapan ini meliputi:

 Melakukan inventarisasi dan identifikasi pada lokasi kegiatan.


 Inventarisasi dan Identifikasi kondisi drainase eksisting.
 Inventarisasi bangunan prasarana SDA dengan dilengkapi foto kondisi lapangan.
 Survei prasarana
 Survei sumber air, daya air.
Prosedur survei lapangan dan inventarisasi kondisi eksisting dilakukan dengan mengidentifikasi
kondisi eksisting dengan langsung ke lapangan, pengisian formulir survei, pembuatan sketsa,
plotting peta rupa bumi indonesia (RBI), pengamatan bekas-bekas aliran, pengamatan singkapan
geologi, wawancara aspek teknis, sosial ekonomi serta kegiatan lapangan lainnya. Prosedur
pelaksanaan survei adalah:
1. Identifikasi awal berdasarkan studi terdahulu,
2. Kajian topografi berdasarkan peta rupa bumi indonesia (RBI) skala 1:25.000 dan citra satelit,
3. Mendatangi instansi terkait di Kabupaten dan Kecamatan untuk melaporkan rencana
kegiatan survei dan lokasi-lokasi yang akan dilakukan survei.
4. Mendatangi kepala desa untuk melaporkan rencana kegiatan survei dan lokasi-lokasi yang
akan dilakukan survei, melakukan wawancara dengan kepala desa/dukuh berdasarkan
kuisioner yang telah disiapkan, dan mengumpulkan data nomografi desa (peta desa, data
penduduk, dll).
5. Survei/kunjungan ke lapangan, pengamatan langsung di lapangan baik terkait aspek teknis
pada lokasi sungai/calon as dam, menggambar sketsa dan pengambilan foto pada
sungai/calon as dam, maupun aspek sosial ekonomi budaya dan lingkungan.

3.2 Inventarisasi Data Sekunder


Dilakukan dari berbagai instansi terkait yang dapat mendukung terhadap pengembangan
pelayanan saluran drainase perkotaan di Kota Bandung. Diantaranya :
Badan Pusat Statistik Kota Bandung (BPS)
Dinas PU Kota Bandung
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Bandung.
Bappelitbang Kota Bandung
Pusat Pengairan Kota Bandung (PUSAIR)
Instansi terkait lainnya
3.2.1 Hidro – Klimatologi
Berdasarkan letaknya yang dikelilingi bukit dan pegunungan, Kota Bandung memiliki lokasi yang
cukup strategis, dilihat dari segi komunikasi, perekonomian, maupun keamanan. Gambaran iklim
Kota Bandung secara umum dipengaruhi oleh iklim pegunungan yang lembab dan sejuk.
Menurut data pengamatan dari hasil survey yang didapat, masing-masing komponen iklim Kota
Bandung secara umum terjadi diantaranya sebagai berikut:

Tabel 3.2 Gambaran Iklim Kota Bandung

Description Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sep Okt Nov Des Tahun
Rekor (°C) 32 31 32 30 31 30 30 31 32 34 33 31 34
Tertinggi (°F) 90 88 90 86 88 86 86 88 90 93 91 88 93
Rata-rata (°C) 27.1 27.3 27.9 28.3 28.4 28 28 28.6 29.2 29.2 28.3 27.9 28.18
Tertinggi (°F) 80.8 81.1 82.2 82.9 83.1 82 82 83.5 84.6 84.6 82.9 82.2 82.66
Rata-rata (°C) 23.3 23.2 23.5 23.7 23.7 22.7 22.5 22.8 23.3 23.7 23.5 23.6 23.29
Harian (°F) 73.9 73.8 74.3 74.7 74.7 72.9 72.5 73 73.9 74.7 74.3 74.5 73.93
Rata-rata (°C) 19.5 19.2 19.2 19.2 19 17.5 17 17 17.4 18.3 18.8 19.3 18.45
Terendah (°F) 67.1 66.6 66.6 66.6 66 63.5 63 63 63.3 64.9 65.8 66.7 65.26
Rekor (°C) 15 15 15 13 13 11 11 11 11 13 12 15 11
Terendah (°F) 59 59 59 55 55 52 52 52 52 55 54 59 52
(mm) 243 217 257 246 166 77 70 68 83 174 272 291 2.164
Presipitasi
(inch) 9.57 8.54 10.12 9.69 6.54 3.03 2.76 2.68 3.27 6.85 10.71 11.46 85.22

Rata-rata Hari Hujan 18 16 17 17 16 14 12 9 9 10 17 19 174

% Kelembaban 83 82 82 83 82 78 76 73 74 76 80 81 79.2

Rata-rata Sinar
155 168 186 210 217 240 248 248 210 217 180 186 2.465
Matahari
Sumber: Hasil Survey, 2021

Dari data tersebut dapat diketahui suhu rata-rata Kota Bandung yaitu 23.5°C dengan curah hujan
rata-rata 200.4 mm, dan jumlah hari rata-rata 21.3 hari per bulan.

3.2.2 Data Hidrologi (Curah Hujan)


Data hujan yang digunakan adalah data hujan stasiun Bandung dengan periode pengamatan
data tahun 2011 sampai dengan 2020 (10 tahun), dapat dilihat sebagaimana disajikan pada tabel
berikut:

Tabel 3.3 Curah Hujan Kota Bandung 10 Tahun Terakhir

10
2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020
TAHUN
Jan 63 82.9 216.9 253.9 167.3 391.5 68.3 190.8 231.4 207.6
Feb 76.70 303.70 249.60 81.50 179.70 188.7 196.3 239.3 269.3 336.6
Mar 89.40 155.50 304.80 246.60 264.50 376.20 396.50 292.00 223.30 290.30
Apr 381.5 290.8 285.8 195.1 231 523 210.8 297.5 298.9 271.4
Mei 193.4 257.1 170.9 176.7 208.1 317.8 222.3 123.9 243 292.3
10
2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020
TAHUN
Jun 117.6 60.5 231.5 173 50.4 139.3 68.4 33.4 26.5 30.3
Jul 77.2 34.2 159.1 164.8 0.3 182.3 7.9 0.3 13.4 63.7
Agt 3.1 0 74.3 119.8 6.9 128.7 45.7 38.9 0.2 41.6
Sep 102.8 27 171.7 0.6 43.2 286.2 90.8 40.8 55 35.9
Okt 103.6 125 35.8 60.8 34.5 362.3 345.3 124.8 84.2 326.3
Nov 321.4 537 64.1 246.8 419.4 442.5 442 483.2 270.9 207.3
Des 259 636.9 325.6 235.5 307.4 61.6 129.9 322.9 315.5 261.8
Sumber: Hasil Survey, 2021

Dilihat dari tabel di atas, secara klimatologis curah hujan tahunan Kota Bandung sekitar 1700-
3500 mm per tahun, dari hasil pengamatan tabel di atas rata-rata curah hujan tertinggi terjadi di
antara bulan Februari-Mei dan bulan November-Desember setiap tahunnya. Sedangkan curah
hujan tertinggi terjadi di bulan Maret, April, November, dan Desember.

Tabel 3.4 Curah Hujan Rata-Rata Bulanan Kota Bandung

Bulan Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sep Okt Nov Des
Average 187.36 212.14 263.91 298.58 220.55 93.09 70.32 45.92 85.4 160.26 343.46 285.61

Curah Hujan Rata-Rata Bulanan (mm)


400
350
300
250
200 Curah Hujan Rata-Rata
150 Bulanan
100
50
0
Feb

Mei

Sep

Des
Jan

Nov
Apr

Okt
Mar

Jul
Agt
Jun

Gambar 3.1 Grafik Curah Hujan Rata-rata Bulanan Kota Bandung (mm)

3.2.3 Data dan Kondisi Jaringan Drainase Eksisting


Data mengenai lokasi, kondisi eksisting drainase diperoleh dari investigasi hasil survey di
lapangan sebagaimana disajikan pada tabel berikut:

Tabel 3.5 Kondisi Eksisting Drainase Kota Bandung

No Lokasi Saluran Bentuk Dimensi Jenis Kondisi Tipe


Drainase Saluran Lebar Lebar Tinggi Konstruksi Saluran
Atas Bawah Saluran
(m) (m) (m)
1 Jl. Gegerkalong Hilir Trapesium 0.6 0.4 0.9 Pas. Batu Buruk Terbuka
2 Jl. Gegerkalong Hilir Segi Empat 0.75 0.75 0.95 Pas. Batu Sedang Terbuka
3 Jl. Dr. Setiabudi Segi Empat 0.85 0.85 0.5 Beton/u-ditch Buruk Sekali Tertutup
4 Jl. Dr. Setiabudi Segi Empat 0.55 0.55 0.6 Pas. Batu Sedang Terbuka
5 Jl. Ciumbuleuit Segi Empat 0.6 0.6 0.6 Pas. Batu Buruk Sekali Terbuka
6 Jl. Siliwangi Segi Empat 1 1 1 Beton/u-ditch Baik Tertutup
7 Jl. Dipati ukur Segi Empat 0.45 0.45 0.65 Pas. Batu Buruk Tertutup
8 Jl. Surapati Trapesium 0.75 0.45 1.3 Pas. Batu Baik Tertutup
9 Jl. Surapati Segi Empat 0.65 0.65 0.75 Pas. Batu Buruk Tertutup
10 Jl. Pahlawan Segi Empat 0.3 0.3 0.65 Pas. Batu Buruk Sekali Terbuka
11 Jl. PHH. Mustofa Segi Empat 1 1 1.3 Beton/u-ditch Sedang Tertutup
12 Jl. Cikutra Segi Empat 0.9 0.9 0.45 Pas. Batu Buruk Sekali Terbuka
13 Jl. Terusan Jakarta Segi Empat 0.55 0.55 1 Pas. Batu Sedang Terbuka
14 Jl. Terusan Jakarta Segi Empat 0.6 0.6 0.65 Pas. Batu Buruk Sekali Tertutup
15 Jl. Arcamanik Endah Segi Empat 0.6 0.6 0.65 Pas. Batu Sedang Terbuka
16 Jl. Cingised Segi Empat 0.35 0.35 0.85 Pas. Batu Buruk Terbuka
17 Jl. Soekarno Hatta Segi Empat 1 1 0.85 Pas. Batu Buruk Sekali Terbuka
18 Jl. Ciwastra Segi Empat 0.5 0.5 0.45 Pas. Batu Buruk Sekali Terbuka
19 Jl. Terusan Buah Batu Segi Empat 0.8 0.8 0.65 Pas. Batu Buruk Sekali Terbuka
20 Jl. Terusan Buah Batu Segi Empat 0.8 0.8 1 Beton/u-ditch Sedang Tertutup
21 Jl. BKR Segi Empat 0.85 0.85 0.85 Beton/u-ditch Sedang Tertutup
22 Jl. Peta Trapesium 1 0.75 0.75 Pas. Batu Buruk Tertutup
23 Jl. Astana Anyar Segi Empat 0.55 0.55 0.55 Pas. Batu Buruk Sekali Terbuka
24 Jl. Pasirkoja Segi Empat 1 1 1.4 Pas. Batu Buruk Tertutup
25 Jl. Moch. Ramdan Segi Empat 0.7 0.7 0.4 Pas. Batu Sedang Terbuka
26 Jl. Pelajar Pejuang 45 Segi Empat 0.8 0.8 1 Pas. Batu Baik Terbuka
27 Jl. Pelajar Pejuang 45 Segi Empat 0.8 0.8 1 Pas. Batu Buruk Sekali Tertutup
28 Jl. Laswi Segi Empat 0.8 0.8 0.9 Pas. Batu Sedang Terbuka
29 Jl. Rumah Sakit Segi Empat 0.35 0.35 0.7 Pas. Batu Buruk Terbuka
30 Jl. Ujung Berung Segi Empat 0.75 0.75 0.6 Pas. Batu Buruk Tertutup
31 Jl. AH. Nasution Segi Empat 0.6 0.6 0.9 Pas. Batu Buruk Sekali Terbuka
32 Jl. Pacuan Kuda Segi Empat 0.6 0.6 0.5 Pas. Batu Buruk Terbuka
33 Jl. Jend. Ahmad Yani Segi Empat 0.65 0.65 0.7 Pas. Batu Buruk Sekali Tertutup
34 Jl. Kiara Condong Segi Empat 0.65 0.65 1 Pas. Batu Buruk Terbuka
35 Jl. Ters. Kiara Condong Segi Empat 0.7 0.7 0.9 Pas. Batu Buruk Sekali Terbuka
36 Jl. Jakarta Segi Empat 0.75 0.75 1.2 Pas. Batu Sedang Terbuka
37 Jl. Sukabumi Segi Empat 0.65 0.65 1.1 Pas. Batu Buruk Sekali Terbuka
38 Jl. Supratman Segi Empat 0.3 0.3 0.9 Pas. Batu Baik Terbuka
39 Jl. Supratman Segi Empat 0.4 0.4 0.85 Pas. Batu Sedang Terbuka
40 Jl. Ir. H. Juanda Segi Empat 1 1 1 Beton/u-ditch Baik Sekali Tertutup
Dimensi
Lokasi Saluran Bentuk Lebar Lebar Tinggi Jenis Tipe
No Kondisi
Drainase Saluran Atas Bawah Saluran Konstruksi Saluran
(m) (m) (m)
41 Jl. Merdeka Segi Empat 0.65 0.65 0.9 Pas. Batu Sedang Tertutup
42 Jl. Cihampelas Segi Empat 0.4 0.4 0.75 Pas. Batu Baik Terbuka
43 Jl. HOS. Tjokroaminoto Trapesium 0.4 0.3 0.4 Pas. Batu Buruk Terbuka
44 Jl. Dr. Djunjunan Segi Empat 1 1 1 Beton/u-ditch Baik Tertutup
45 Jl. Dr. Djunjunan Segi Empat 0.95 0.95 0.95 Pas. Batu Buruk Sekali Terbuka
46 Jl. Pasir Kaliki Segi Empat 1 1 1 Beton/u-ditch Sedang Tertutup
47 Jl. Sukajadi Segi Empat 1.1 1.1 1.2 Pas. Batu Buruk Terbuka
48 Jl. Pasteur Segi Empat 1 1 0.8 Beton/u-ditch Baik Sekali Terbuka
49 Jl. Rajawali Segi Empat 1 1 1 Beton/u-ditch Sedang Tertutup
50 Jl. Kebon Jati Segi Empat 1 1 1 Beton/u-ditch Sedang Tertutup
51 Jl. Suniaraja Segi Empat 1 1 1 Beton/u-ditch Baik Sekali Tertutup
52 Jl. Otto Iskandar Dinata Segi Empat 1 1 1 Beton/u-ditch Buruk Tertutup
53 Jl. Asia Afrika Segi Empat 1 1 1 Beton/u-ditch Baik Sekali Tertutup
54 Jl. Lembong Segi Empat 0.9 0.9 0.9 Beton/u-ditch Sedang Tertutup
55 Jl. Jamika Segi Empat 1 1 1 Beton/u-ditch Sedang Tertutup
56 Jl. Veteran Segi Empat 0.5 0.5 0.7 Pas. Batu Sedang Terbuka
57 Jl. Tubagus Ismail Segi Empat 0.65 0.65 0.9 Pas. Batu Buruk Sekali Terbuka
58 Jl. Sadang Serang Segi Empat 0.3 0.3 0.45 Pas. Batu Buruk Terbuka
59 Jl. Cikutra Barat Segi Empat 0.4 0.4 0.55 Pas. Batu Sedang Terbuka
Sumber: Hasil Survey, 2021

Dari hasil survey tersebut secara keseluruhan kondisi saluran drainase di Kota Bandung rentan
mengalami genangan terhadap jalanan di Kota Bandung, disebabkan oleh kurangnya
pemeliharaan terhadap saluran seperti banyaknya sampah, tebalnya sedimentasi, aliran air yang
tersumbat menuju drainase, dan lain-lain.

3.2.3 Data dan Lokasi Genangan


Data mengenai lokasi genangan di Kota Bandung tengah masih memprihatinkan, diperoleh dari
hasil survey di lapangan dan berbagai institusional baik lembaga ataupun media, salah satu
terjadinya banjir atau genangan disebabkan oleh saluran drainase yang sudah tidak mampu
menampung debit air hujan dan kondisi saluran drainase yang buruk.

Data yang dikumpulkan berasal dari pengumpulan data sekunder berupa data hasil pengukuran
kedalaman, lama genangan serta data frekuensi genangan. Pegumpulan data primer juga
dilakukan berupa observasi kondisi genangan di beberapa lokasi. Selanjutnya melakukan
penilaian terhadap lokasi genangan/banjir untuk mendapatkan skala prioritas dalam pelaksanaan
pembangunan sistem drainase di Kota Bandung. Penilaian ini dilakukan berdasarkan pada
kerugian yang ditimbulkan pada parameter yang memiliki bobot masing-masing sesuai dengan
tingkat urgensinya, sebagaimana disajikan pada tabel berikut:

Tabel 3.6 Nilai Parameter Genangan/Banjir

Persentase
No Parameter Genangan/Banjir Nilai
Nilai

1 Kedalaman Genangan
> 0.50 m 100
0.30-0.50 m 75
50
0.20-0.30 m 50
0.10-0.20 m 25
< 0.10 m 0
2 Lama Genangan
> 8.00 jam 100
4.00-8.00 jam 75
25
2.00-4.00 jam 50
1.00-2.00 jam 25
< 1.0 jam 0
3 Frekuensi Genangan
Sangat Sering (10 kali/tahun) 100
Sering (6 kali/tahun) 75
25
Kurang Sering (3 kali/tahun) 50
Jarang (1 kali/tahun) 25
Tidak Pernah 0

Data gangguan transportasi dikumpulkan dari data sekunder yang memuat tingkat pengaruh
genangan/banjir terhadap lalu lintas, berikut tabel parameter nya.
Tabel 3.7 Kriteria Gangguan Transportasi

No Parameter Pengaruh/Kerugian Nilai

Genangan air/banjir terjadi pada daerah yang


1 Tinggi 100
jaringan transportasinya padat

Genangan air/banjir terjadi pada daerah yang


2 Sedang 65
jaringan transportasinya kurang padat

Genangan air/banjir mempengaruhi atau terjadi di


3 Kecil 30
daerah yang jaringan transportasinya terbatas
No Parameter Pengaruh/Kerugian Nilai

4 Jika tidak ada jaringan jalan Sangat Kecil 0

Dari hasil pengolahan data berdasarkan parameter di atas, maka di dapatkan parameter
kumulatif kondisi genangan tiap titik di Kota Bandung sebagai berikut:

Tabel 3.8 Persentase Nilai Saluran Drainase Kota Bandung

Persentase
No Lokasi Saluran Drainase Keterangan
Nilai
1 Jl. Gegerkalong Hilir 30.25 Sedang
2 Jl. Gegerkalong Hilir 22.2 Sedang
3 Jl. Dr. Setiabudi 0 Sangat Baik
4 Jl. Dr. Setiabudi 0 Sangat Baik
5 Jl. Ciumbuleuit 31.5 Sedang
6 Jl. Siliwangi 0 Sangat Baik
7 Jl. Dipati ukur 0 Sangat Baik
8 Jl. Surapati 11.35 Baik
9 Jl. Surapati 11.35 Baik
10 Jl. Pahlawan 0 Sangat Baik
11 Jl. PHH. Mustofa 0 Sangat Baik
12 Jl. Cikutra 72 Buruk
13 Jl. Terusan Jakarta 17 Baik
14 Jl. Terusan Jakarta 17 Baik
15 Jl. Arcamanik Endah 0 Sangat Baik
16 Jl. Cingised 0 Sangat Baik
17 Jl. Soekarno Hatta 85 Sangat Buruk
18 Jl. Ciwastra 17.5 Baik
19 Jl. Terusan Buah Batu 17.5 Baik
20 Jl. Terusan Buah Batu 17.5 Baik
21 Jl. BKR 0 Sangat Baik
22 Jl. Peta 0 Sangat Baik
23 Jl. Astana Anyar 22.75 Sedang
24 Jl. Pasirkoja 0 Sangat Baik
25 Jl. Moch. Ramdan 0 Sangat Baik
26 Jl. Pelajar Pejuang 45 0 Sangat Baik
27 Jl. Pelajar Pejuang 45 0 Sangat Baik
28 Jl. Laswi 0 Sangat Baik
29 Jl. Rumah Sakit 0 Sangat Baik
30 Jl. Ujung Berung 0 Sangat Baik
31 Jl. AH. Nasution 0 Sangat Baik
32 Jl. Pacuan Kuda 0 Sangat Baik
33 Jl. Jend. Ahmad Yani 0 Sangat Baik
34 Jl. Kiara Condong 0 Sangat Baik
35 Jl. Ters. Kiara Condong 0 Sangat Baik
36 Jl. Jakarta 0 Sangat Baik
37 Jl. Sukabumi 0 Sangat Baik
38 Jl. Supratman 0 Sangat Baik
Persentase
No Lokasi Saluran Drainase Keterangan
Nilai
39 Jl. Supratman 0 Sangat Baik
40 Jl. Ir. H. Juanda 0 Sangat Baik
41 Jl. Merdeka 0 Sangat Baik
42 Jl. Cihampelas 0 Sangat Baik
43 Jl. HOS. Tjokroaminoto 0 Sangat Baik
44 Jl. Dr. Djunjunan 0 Sangat Baik
45 Jl. Dr. Djunjunan 0 Sangat Baik
46 Jl. Pasir Kaliki 0 Sangat Baik
47 Jl. Sukajadi 17 Baik
48 Jl. Pasteur 0 Sangat Baik
49 Jl. Rajawali 18 Baik
50 Jl. Kebon Jati 0 Sangat Baik
51 Jl. Suniaraja 0 Sangat Baik
52 Jl. Otto Iskandar Dinata 0 Sangat Baik
53 Jl. Asia Afrika 0 Sangat Baik
54 Jl. Lembong 0 Sangat Baik
55 Jl. Jamika 0 Sangat Baik
56 Jl. Veteran 0 Sangat Baik
57 Jl. Tubagus Ismail 19 Baik
58 Jl. Sadang Serang 0 Sangat Baik
59 Jl. Cikutra Barat 0 Sangat Baik
Sumber: Hasil Analisis, 2021

Dari permasalahan-permasalahan yang ada, terdapat titik-titik kawasan atau titik-titik jalan yang
sering terjadi genangan banjir di Kota Bandung, yaitu Kecamatan Arcamanik, Kecamatan
Sukajadi, Kecamatan Astanaanyar, Kecamatan Buah Batu, Kecamatan Gedebage, Kecamatan
Rancasari, Kecamatan Ujungberungm, Kecamatan Bojongloa Kaler dan Kecamatan Bojongloa
Kidul. Untuk ruas jalan yang sering dilanda genangan banjir adalah Jalan Dr. Djundjunan, Jl Ir. H.
Djuanda, Jl. Terusan Pasirkoja, Jl. Rumahsakit, Jl. Cibaduyut, Jl. Cikutra, Jl. Setiabudhi (Ledeng),
Jl. Karang Tinggal, Jl. Sukamulya Indah, Jl. Sukagalih, Jl. Pagarsih, Jl. Lemahnendeut, Jl. Geger
Kalong Tengah, Jl. Geger Kalong Girang dan Jl. Cingised.
Gambar 3.2 Peta Wilayah Rawan Genangan Banjir Kota Bandung
3.3 Daerah Aliran Sungai (DAS)
Daerah pengaliran (catchment area) merupakan daerah tempat curah hujan yang jatuh dan
mengalir menuju saluran, sungai ataupun kali. Untuk kegiatan pengembangan saluran drainase,
daerah aliran akan di analisa sedemikian rupa terhadap aspek-aspek di dalamnya dalam rangka
pengendalian terhadap air hujan yang jatuh pada permukaan tanah agar tidak menimbulkan
dampak yang merugikan dengan menghitung luas area berdasarkan peta topografi dan jaringan
drainase di Kota Bandung.

Pembagian DAS di Kota Bandung dibagi menjadi beberapa bagian yang terdiri dari 24 sungai
yang melewati di tiap kecamatan di Kota Bandung, diantaranya:

Tabel 3.9 Daerah Aliran Sungai Kota Bandung

Nama Sungai
No Status Mutu Air Kecematan Yang Dilalui
River Name
1 Sungai Citepus Cemar Ringan Cicendo, Astanaanyar, Andir, Bojongloa kaler
2 Sungai Cibuntu Cemar Ringan Bandung Kulon, Babakan Ciparay
3 Sungai Cikendal Cemar Ringan Bandung Kulon, Babakan Ciparay dan Regol
4 Sungai Cipanjalu Cemar Ringan Ujungberung, Arcamanik
5 Sungai Cibiru Cemar Ringan Cibiru, Ujungberung
6 Sungai Cibeunying Cemar Ringan Batununggal, Antapani, Kiaracondong
7 Sungai Cipamokolan Cemar Ringan Rancasari, Mandalajati, Kiaracondong
8 Sungai Cidurian Cemar Ringan Cibeunying Kidul, Coblong, Rancasari
9 Sungai Ciharalang Cemar Ringan Cibeunying Kidul, Andir
10 Sungai Cicadas Cemar Ringan Cibeunying Kidul, Coblong, Rancasari
11 Sungai Cikiley Cemar Ringan Panyileukan, Ujungberung, Antapani
12 Sungai Cinambo Cemar Ringan Cinambo, Ujungberung
13 Sungai Cisaranten Cemar Ringan Ujungberung, Gedebage, Babakan Ciparay
14 Sungai Ciparungpung Cemar Ringan Kiaracondong, Antapani, Batununggal
Coblong. Cidadap, Sumur Bandung, Bandung wetan,
15 Sungai Cikapundung Cemar Ringan
Cicendo
Sungai Cikapundung
16 Cemar Ringan Bandung Wetan, Batununggal
Kolot
17 Sungai Cijalupang Cemar Ringan Ujungberung
18 Sungai Cimuncang Cemar Ringan Cibeunying Kidul
19 Sungai Curug Dogdog Cemar Ringan Babakan Ciparay
20 Sungai Cihapit Cemar Ringan Cibeunying Kaler
21 Sungai Cigondewah Cemar Ringan Babakan Ciparay & Bandung Kulon
22 Sungai Cipedes Cemar Ringan Cicendo
23 Sungai Ciwastra Cemar Sedang Buahbatu, Margasari
24 Sungai Ciateul Cemar Ringan Astanaanyar, Regol
Sumber: Hasil Survey, 2021
3.3.1 Arah dan Pola Aliran Drainase Eksisting
Jenis drainase ditinjau berdasarkan dari sistem pengalirannya dapat dikelompokkan menjadi:
1. Drainase dengan Sistem Jaringan
Suatu sistem pengeringan atau pengaliran air pada suatu kawasan yang dilakukan
dengan mengalirkan air melalui sistem tata saluran dengan bangunan-bangunan
pelengkapnya.
2. Drainase dengan Sistem Resapan
Sistem pengeringan atau pengaliran air yang dilakukan dengan meresapkan air ke dalam
tanah. Cara resapan ini dapat dilakukan langsung terhadap genangan air dipermukaan
tanah ke dalam tanah atau melalui sumuran/saluran resapan. Sistem resapan ini sangat
menguntungkan bagi usaha konservasi air.
Pada sistem jaringan drainase terdiri dari beberapa saluran yang saling berhubungan sehingga
membentuk suatu pola jaringan. Dan bentuk ini dapat dibedakan sebagai berikut :
1. Pola Siku
Pola dimana saluran cabang membentuk siku-siku pada saluran utama, biasanya dibuat
pada daerah yang mempunyai topografi sedikit lebih tinggi dari pada sungai dimana
sungai merupakan saluran pembuang utama berada di tengah kota.

Gambar 3.3 Pola Jaringan Siku

2. Pola Paralel
Pola dimana saluran utama terletak sejajar dengan saluran cabang yang pada bagian
akhir saluran cabang dibelokkan menuju saluran utama. Pada pola ini cabang cukup
banyak dan pendek-pendek.

Gambar 3.4 Jaringan Paralel


3. Pola Grid Iron
Pola jaringan drainase dimana sungai terletak di pinggiran kota, sehingga saluran-
saluran cabang dikumpulkan pada saluran pengumpul kemudian dialirkan pada sungai.

Gambar 3.5 Pola Jaringan Grid Iron

4. Pola Alamiah
Pola jaringan drainase yang hampir sama dengan pola siku, dimana sungai sebagai
saluran utama berada di tengah kota namun jaringan saluran cabang tidak selalu
berbentuk siku terhadap saluran utama.

Gambar 3.6 Pola Jaringan Alamiah

5. Pola Radial
Pola jaringan drainase yang mengalirkan air dari pusat sumber air memencar ke
berbagai arah.

Gambar 3.7 Pola Jaringan Radial

6. Pola Jaring-jaring
Pola drainase yang mempunyai saluran-saluran pembuang mengikuti arah jalan raya.
Gambar 3.8 Pola Jaringan Jaring-jaring

Berdasarkan uraian sistem aliran dan sistem jaringan drainase terhadap pola saluran, dari hasil
survey di lapangan maka disajikan kedalam tabel masing-masing saluran eksisting beserta jenis
dan arah pola saluran sebagai berikut.
Tabel 3.10 Sistem Jaringan Drainase Kota Bandung

Lokasi Saluran Bentuk Sistem Aliran Sistem Jaringan


No
Drainase Saluran Drainase Drainase
1 Jl. Gegerkalong Hilir Trapesium Sistem Jaringan Pola Jaringan Paralel
2 Jl. Gegerkalong Hilir Segi Empat Sistem Jaringan Pola Jaringan Paralel
3 Jl. Dr. Setiabudi Segi Empat Sistem Jaringan Pola Jaringan Paralel
4 Jl. Dr. Setiabudi Segi Empat Sistem Jaringan Pola Jaringan Paralel
5 Jl. Ciumbuleuit Segi Empat Sistem Jaringan Pola Jaringan Paralel
6 Jl. Siliwangi Segi Empat Sistem Jaringan Pola Jaringan Paralel
7 Jl. Dipati ukur Segi Empat Sistem Jaringan Pola Jaringan Paralel
8 Jl. Surapati Trapesium Sistem Jaringan Pola Jaringan Siku
9 Jl. Surapati Segi Empat Sistem Jaringan Pola Jaringan Siku
10 Jl. Pahlawan Segi Empat Sistem Jaringan Pola Jaringan Siku
11 Jl. PHH. Mustofa Segi Empat Sistem Jaringan Pola Jaringan Paralel
12 Jl. Cikutra Segi Empat Sistem Jaringan Pola Jaringan Paralel
13 Jl. Terusan Jakarta Segi Empat Sistem Jaringan Pola Jaringan Paralel
14 Jl. Terusan Jakarta Segi Empat Sistem Jaringan Pola Jaringan Paralel
15 Jl. Arcamanik Endah Segi Empat Sistem Jaringan Pola Jaringan Paralel
16 Jl. Cingised Segi Empat Sistem Jaringan Pola Jaringan Siku
17 Jl. Soekarno Hatta Segi Empat Sistem Jaringan Pola Jaringan Siku
18 Jl. Ciwastra Segi Empat Sistem Jaringan Pola Jaringan Paralel
19 Jl. Terusan Buah Batu Segi Empat Sistem Jaringan Pola Jaringan Paralel
20 Jl. Terusan Buah Batu Segi Empat Sistem Jaringan Pola Jaringan Paralel
21 Jl. BKR Segi Empat Sistem Jaringan Pola Jaringan Paralel
22 Jl. Peta Trapesium Sistem Jaringan Pola Jaringan Paralel
23 Jl. Astana Anyar Segi Empat Sistem Jaringan Pola Jaringan Paralel
24 Jl. Pasirkoja Segi Empat Sistem Jaringan Pola Jaringan Paralel
25 Jl. Moch. Ramdan Segi Empat Sistem Jaringan Pola Jaringan Paralel
26 Jl. Pelajar Pejuang 45 Segi Empat Sistem Jaringan Pola Jaringan Paralel
Lokasi Saluran Bentuk Sistem Aliran Sistem Jaringan
No
Drainase Saluran Drainase Drainase
27 Jl. Pelajar Pejuang 45 Segi Empat Sistem Jaringan Pola Jaringan Paralel
28 Jl. Laswi Segi Empat Sistem Jaringan Pola Jaringan Paralel
29 Jl. Rumah Sakit Segi Empat Sistem Jaringan Pola Jaringan Siku
30 Jl. Ujung Berung Segi Empat Sistem Jaringan Pola Jaringan Siku
31 Jl. AH. Nasution Segi Empat Sistem Jaringan Pola Jaringan Siku
32 Jl. Pacuan Kuda Segi Empat Sistem Jaringan Pola Jaringan Paralel
33 Jl. Jend. Ahmad Yani Segi Empat Sistem Jaringan Pola Jaringan Paralel
34 Jl. Kiara Condong Segi Empat Sistem Jaringan Pola Jaringan Paralel
35 Jl. Ters. Kiara Condong Segi Empat Sistem Jaringan Pola Jaringan Paralel
36 Jl. Jakarta Segi Empat Sistem Jaringan Pola Jaringan Paralel
37 Jl. Sukabumi Segi Empat Sistem Jaringan Pola Jaringan Paralel
38 Jl. Supratman Segi Empat Sistem Jaringan Pola Jaringan Paralel
39 Jl. Supratman Segi Empat Sistem Jaringan Pola Jaringan Paralel
40 Jl. Ir. H. Juanda Segi Empat Sistem Jaringan Pola Jaringan Paralel
41 Jl. Merdeka Segi Empat Sistem Jaringan Pola Jaringan Paralel
42 Jl. Cihampelas Segi Empat Sistem Jaringan Pola Jaringan Paralel
43 Jl. HOS. Tjokroaminoto Trapesium Sistem Jaringan Pola Jaringan Paralel
44 Jl. Dr. Djunjunan Segi Empat Sistem Jaringan Pola Jaringan Siku
45 Jl. Dr. Djunjunan Segi Empat Sistem Jaringan Pola Jaringan Siku
46 Jl. Pasir Kaliki Segi Empat Sistem Jaringan Pola Jaringan Paralel
47 Jl. Sukajadi Segi Empat Sistem Jaringan Pola Jaringan Siku
48 Jl. Pasteur Segi Empat Sistem Jaringan Pola Jaringan Siku
49 Jl. Rajawali Segi Empat Sistem Jaringan Pola Jaringan Siku
50 Jl. Kebon Jati Segi Empat Sistem Jaringan Pola Jaringan Paralel
51 Jl. Suniaraja Segi Empat Sistem Jaringan Pola Jaringan Paralel
52 Jl. Otto Iskandar Dinata Segi Empat Sistem Jaringan Pola Jaringan Paralel
53 Jl. Asia Afrika Segi Empat Sistem Jaringan Pola Jaringan Siku
54 Jl. Lembong Segi Empat Sistem Jaringan Pola Jaringan Paralel
55 Jl. Jamika Segi Empat Sistem Jaringan Pola Jaringan Siku
56 Jl. Veteran Segi Empat Sistem Jaringan Pola Jaringan Paralel
57 Jl. Tubagus Ismail Segi Empat Sistem Jaringan Pola Jaringan Siku
58 Jl. Sadang Serang Segi Empat Sistem Jaringan Pola Jaringan Paralel
59 Jl. Cikutra Barat Segi Empat Sistem Jaringan Pola Jaringan Paralel
Sumber: Hasil Survey, 2021

3.3.2 Kondisi Fisik Drainase dan Badan Penerima Air


Umumnya saluran drainase di Kota Bandung berupa saluran buatan. Kondisi saluran drainase
buatan umumnya terbuat dari pasangan batu yang di plester, u-ditch, dan buis beton namun
kondisinya banyak yang tersumbat oleh adanya sampah, lumpur sedimentasi dan juga
kurangnya pemeliharaan, ditambah dengan banyaknya saluran drainase secara tertutup.
Demikian pula halnya dengan kondisi badan air penerima (sungai) umumnya sangat
memprihatinkan dengan banyaknya sampah-sampah terbawa oleh aliran air didalam sungai yang
pada gilirannya terakumulasi pada titik-titik tertentu dan rawan terjadi luapan.
Berikut adalah sebagian dokumentasi hasil survey di lapangan mengenai kondisi saluran
drainase di Kota Bandung.

Gambar 3.9 Kondisi Jaringan Drainase di Kota Bandung


Sumber: Hasil Survey, 2021

3.4 Permasalahan
Berdasarkan hasil survey yang telah dilakukan, secara umum permasalahan banjir dan
genangan disebabkan oleh dua aspek yang saling terkait, yaitu:
Aspek Teknis

Aspek Sosial

Kedua aspek ini saling terkait dan tidak dapat dipisahkan, karena secara tidak langsung sangat
berpengaruh dalam pengembangan kegiatan ini.

3.4.1 Aspek Teknis


Sungai merupakan jaringan drainase alam yang merupakan jaringan utama dalam suatu sistem
drainase, begitu pula kondisi sistem drainase di Kota Bandung. Berdasarkan kondisi ini arah dari
sistem drainase di wilayah Kota Bandung terbagi menjadi beberapa sungai sebagai saluran
utama. Saluran utama ini melintasi Kota Bandung dan menjadi saluran primer dari limpasan air
permukaan yang kemudian diteruskan menuju Sungai Citarum sebagai Daerah Aliran Sungai
terbesar Provinsi Jawa Barat.

Melihat topografi yang ada di lapangan, kondisi Kota Bandung merupakan dataran dengan
elevasi yang cukup rendah dikelilingi perbukitan dan pegunungan. Pada saat hujan turun dengan
intensitas yang cukup besar dan dengan durasi yang cukup lama timbul genangan-genangan di
beberapa lokasi. Saluran-saluran sekunder yang saling menghubungkan daerah genangan
dengan saluran utama kapasitasnya sudah sangat berkurang karena sedimentasi dan adanya
kerusakan di beberapa lokasi. Kondisi saluran yang ada pada dasarnya berupa saluran buatan
sudah tidak optimal lagi dalam menampung debit air limpasan baik dari air hujan maupun air
buangan dari penduduk, sehingga pada saat limpasan datang kapasitas saluran sudah tidak
dapat menampung debit air dan meluap ke lokasi sekitar.

Dari keterangan di atas dapat diidentifikasikan beberapa aspek teknis yang menyebabkan
terjadinya permasalahan banjir atau genangan :

Adanya pengecilan dimensi saluran akibat sedimentasi dan bangunan liar di beberapa
lokasi.

Tidak optimalnya bangunan penunjang di beberapa saluran eksisting (gorong-gorong)


karena dimensi nya yang sudah tidak efektif lagi.

Kerusakan badan saluran dan adanya penumpukan sampah.

Belum jelasnya fungsi antara jaringan drainase dan jaringan utama yang ada.

Tersumbatnya lubang saluran penghantar air dari badan jalan.


3.4.2 Aspek Sosial
Kondisi sosial masyarakat sangat berpengaruh terhadap timbulnya permasalahan banjir ataupun
genangan. Kesadaran akan pentingnya fasilitas sistem drainase dan peran serta dari masyarakat
dalam menjaga fasilitas penunjang kota sangat dibutuhkan dalam menghindari adanya
permasalahan banjir atau genangan. Seringkali kita melihat masyarakat yang terkesan acuh dan
kurang memperhatikan fungsi dari saluran. Di beberapa lokasi saluran drainase banyak
dimanfaatkan sebagai tempat pembuangan sampah.
Penutupan saluran drainase terbuka yang ada di beberapa lokasi unutk kepentingan pribadi
ditenggarai juga sebagai timbulnya permasalahan terjadinya genangan, proses operasi dan
pemeliharaan yang seharusnya dapat dilaksanakan secara berkala menjadi terganggu bahkan
sudah tidak dapat dilaksanakan.
Secara garis besar beberapa aspek sosial yang menyebabkan terjadinya genangan adalah
sebagai berikut.
Kurangnya kesadaran masyarakat, hal ini terlihat masih adanya penumpukan sampah
pada samping saluran maupun pada saluran.
Belum adanya pemeliharaan secara periodik terhadap saluran drainase.
Kurangnya kordinasi antar instansi terkait dalam mengatasi permasalahan banjir dan
genangan.
Kurangnya ketersediaan sarana dan prasarana persampahan yang memadai.
Belum optimalnya penanganan dan pengelolaan sampah oleh dinas terkait.
3 BAB 3 DATA PERENCANAAN .............................................................................................. 3-1
3.1 Metode dan Hasil Pengumpulan Data ....................................................................... 3-1
3.1.1 Survei Sekunder.................................................................................................. 3-1
3.1.2 Survei Primer ...................................................................................................... 3-3
3.2 Inventarisasi Data Sekunder....................................................................................... 3-4
3.2.1 Hidro – Klimatologi ............................................................................................. 3-4
3.2.2 Data Hidrologi (Curah Hujan) ............................................................................. 3-5
3.2.3 Data dan Lokasi Genangan ................................................................................. 3-8
3.3 Daerah Aliran Sungai (DAS) ...................................................................................... 3-13
3.3.1 Arah dan Pola Aliran Drainase Eksisting ........................................................... 3-14
3.3.2 Kondisi Fisik Drainase dan Badan Penerima Air ............................................... 3-17
3.4 Permasalahan ........................................................................................................... 3-18
3.4.1 Aspek Teknis ..................................................................................................... 3-19
3.4.2 Aspek Sosial ...................................................................................................... 3-20

Gambar 3.1 Grafik Curah Hujan Rata-rata Bulanan Kota Bandung (mm) .................................. 3-6
Gambar 3.2 Peta Wilayah Rawan Genangan Banjir Kota Bandung.......................................... 3-12
Gambar 3.3 Pola Jaringan Siku ................................................................................................. 3-14
Gambar 3.4 Jaringan Paralel .................................................................................................... 3-14
Gambar 3.5 Pola Jaringan Grid Iron ......................................................................................... 3-15
Gambar 3.6 Pola Jaringan Alamiah .......................................................................................... 3-15
Gambar 3.7 Pola Jaringan Radial .............................................................................................. 3-15
Gambar 3.8 Pola Jaringan Jaring-jaring .................................................................................... 3-16
Gambar 3.9 Kondisi Jaringan Drainase di Kota Bandung ......................................................... 3-18

Tabel 3.1 Jenis Data yang Diperlukan......................................................................................... 3-2


Tabel 3.2 Gambaran Iklim Kota Bandung ................................................................................... 3-5
Tabel 3.3 Curah Hujan Kota Bandung 10 Tahun Terakhir .......................................................... 3-5
Tabel 3.4 Curah Hujan Rata-Rata Bulanan Kota Bandung.......................................................... 3-6
Tabel 3.5 Kondisi Eksisting Drainase Kota Bandung ................................................................... 3-6
Tabel 3.6 Nilai Parameter Genangan/Banjir .............................................................................. 3-9
Tabel 3.7 Kriteria Gangguan Transportasi .................................................................................. 3-9
Tabel 3.8 Persentase Nilai Saluran Drainase Kota Bandung .................................................... 3-10
Tabel 3.9 Daerah Aliran Sungai Kota Bandung ......................................................................... 3-13
Tabel 3.10 Sistem Jaringan Drainase Kota Bandung ................................................................ 3-16

Anda mungkin juga menyukai