PERENCANAAN
DATA
PERENCANAAN
1. Data spasial adalah data dasar yang sangat dibutuhkan dalam perencanaan drainase
perkotaan, yang diperoleh baik dar lapangan maupun dari pustaka, mencakup antara lain:
a) Data peta yang terdiri dari peta dasar (peta daerah kerja), peta sistem drainase dan
sistem jaringan jalan yang ada, peta tata guna lahan, peta topografi masing-masin
berskala antara 1 : 5.000 sampai dengan 1 : 25.000 atau disesuaikan dengan tipologi
kota.
b) Data kependudukan yang terdiri dari jumlah, kepadatan, laju pertumbuhan, penyebaran
dan data kepadatan bangunan.
c) Data rencana pengembangan kota, data geoteknik, data foto udara terbaru (untuk kota
metropolitan).
d) Rencana Tata Ruang wilayah (RTRW)
2. Data hidrologi
a) Data hujan minimal sepuluh tahun terakhir.
b) Data tinggi muka air, debit sungai, pengaruh air balik, peil banjir, dan data pasang surut.
3. Data sistem drainase yang ada, yaitu:
a) Data kuantitatif banjir/genangan yang meliputi: luas genangan, lama genangan,
kedalaman rata-rata genangan, dan frekuensi genangan berikut permasalahannya serta
hasil rencana induk pengendalian banjir wilayah sungai di daerah tersebut.
b) Data saluran dan bangunan pelengkap.
c) Data sarana drainase lainnya seperti kolam tandon, kolam resapan, sumur-sumur
resapan.
4. Data Hidrolika
a) Data keadaan, fungsi, jenis, geometri dan dimensi saluran, dan bangunan pelengkap
seperti gorong-gorong, pompa, dan pintu air, serta kolam tandon dan kolam resapan.
b) Data arah aliran dan kemampuan resapan.
5. Data teknik lainnya
Data prasarana dan fasilitas kota yang telah ada dan yang direncanakan antara lain:
jaringan jalan kota, jaringandrainase, jaringan air limbah, TPS (Tempat Pengolahan Sampah
Sementara), TPA (Tempat Pemrosesan Akhir), jaringan telepon, jaringan listrik, jaringan
pipa air minum, jaringan gas (jika ada) dan jaringan utilitas lainnya.
6. Data non teknik
Data pembiayaan termasuk biaya OP, peraturan-peraturan terkait, data
institusi/kelembagaan, data sosial ekonomi dan budaya (kearifan lokal), data peran serta
masyarakat serta data keadaan kesehatan lingkungan permukiman.
Description Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sep Okt Nov Des Tahun
Rekor (°C) 32 31 32 30 31 30 30 31 32 34 33 31 34
Tertinggi (°F) 90 88 90 86 88 86 86 88 90 93 91 88 93
Rata-rata (°C) 27.1 27.3 27.9 28.3 28.4 28 28 28.6 29.2 29.2 28.3 27.9 28.18
Tertinggi (°F) 80.8 81.1 82.2 82.9 83.1 82 82 83.5 84.6 84.6 82.9 82.2 82.66
Rata-rata (°C) 23.3 23.2 23.5 23.7 23.7 22.7 22.5 22.8 23.3 23.7 23.5 23.6 23.29
Harian (°F) 73.9 73.8 74.3 74.7 74.7 72.9 72.5 73 73.9 74.7 74.3 74.5 73.93
Rata-rata (°C) 19.5 19.2 19.2 19.2 19 17.5 17 17 17.4 18.3 18.8 19.3 18.45
Terendah (°F) 67.1 66.6 66.6 66.6 66 63.5 63 63 63.3 64.9 65.8 66.7 65.26
Rekor (°C) 15 15 15 13 13 11 11 11 11 13 12 15 11
Terendah (°F) 59 59 59 55 55 52 52 52 52 55 54 59 52
(mm) 243 217 257 246 166 77 70 68 83 174 272 291 2.164
Presipitasi
(inch) 9.57 8.54 10.12 9.69 6.54 3.03 2.76 2.68 3.27 6.85 10.71 11.46 85.22
% Kelembaban 83 82 82 83 82 78 76 73 74 76 80 81 79.2
Rata-rata Sinar
155 168 186 210 217 240 248 248 210 217 180 186 2.465
Matahari
Sumber: Hasil Survey, 2021
Dari data tersebut dapat diketahui suhu rata-rata Kota Bandung yaitu 23.5°C dengan curah hujan
rata-rata 200.4 mm, dan jumlah hari rata-rata 21.3 hari per bulan.
10
2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020
TAHUN
Jan 63 82.9 216.9 253.9 167.3 391.5 68.3 190.8 231.4 207.6
Feb 76.70 303.70 249.60 81.50 179.70 188.7 196.3 239.3 269.3 336.6
Mar 89.40 155.50 304.80 246.60 264.50 376.20 396.50 292.00 223.30 290.30
Apr 381.5 290.8 285.8 195.1 231 523 210.8 297.5 298.9 271.4
Mei 193.4 257.1 170.9 176.7 208.1 317.8 222.3 123.9 243 292.3
10
2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020
TAHUN
Jun 117.6 60.5 231.5 173 50.4 139.3 68.4 33.4 26.5 30.3
Jul 77.2 34.2 159.1 164.8 0.3 182.3 7.9 0.3 13.4 63.7
Agt 3.1 0 74.3 119.8 6.9 128.7 45.7 38.9 0.2 41.6
Sep 102.8 27 171.7 0.6 43.2 286.2 90.8 40.8 55 35.9
Okt 103.6 125 35.8 60.8 34.5 362.3 345.3 124.8 84.2 326.3
Nov 321.4 537 64.1 246.8 419.4 442.5 442 483.2 270.9 207.3
Des 259 636.9 325.6 235.5 307.4 61.6 129.9 322.9 315.5 261.8
Sumber: Hasil Survey, 2021
Dilihat dari tabel di atas, secara klimatologis curah hujan tahunan Kota Bandung sekitar 1700-
3500 mm per tahun, dari hasil pengamatan tabel di atas rata-rata curah hujan tertinggi terjadi di
antara bulan Februari-Mei dan bulan November-Desember setiap tahunnya. Sedangkan curah
hujan tertinggi terjadi di bulan Maret, April, November, dan Desember.
Bulan Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sep Okt Nov Des
Average 187.36 212.14 263.91 298.58 220.55 93.09 70.32 45.92 85.4 160.26 343.46 285.61
Mei
Sep
Des
Jan
Nov
Apr
Okt
Mar
Jul
Agt
Jun
Gambar 3.1 Grafik Curah Hujan Rata-rata Bulanan Kota Bandung (mm)
Dari hasil survey tersebut secara keseluruhan kondisi saluran drainase di Kota Bandung rentan
mengalami genangan terhadap jalanan di Kota Bandung, disebabkan oleh kurangnya
pemeliharaan terhadap saluran seperti banyaknya sampah, tebalnya sedimentasi, aliran air yang
tersumbat menuju drainase, dan lain-lain.
Data yang dikumpulkan berasal dari pengumpulan data sekunder berupa data hasil pengukuran
kedalaman, lama genangan serta data frekuensi genangan. Pegumpulan data primer juga
dilakukan berupa observasi kondisi genangan di beberapa lokasi. Selanjutnya melakukan
penilaian terhadap lokasi genangan/banjir untuk mendapatkan skala prioritas dalam pelaksanaan
pembangunan sistem drainase di Kota Bandung. Penilaian ini dilakukan berdasarkan pada
kerugian yang ditimbulkan pada parameter yang memiliki bobot masing-masing sesuai dengan
tingkat urgensinya, sebagaimana disajikan pada tabel berikut:
Persentase
No Parameter Genangan/Banjir Nilai
Nilai
1 Kedalaman Genangan
> 0.50 m 100
0.30-0.50 m 75
50
0.20-0.30 m 50
0.10-0.20 m 25
< 0.10 m 0
2 Lama Genangan
> 8.00 jam 100
4.00-8.00 jam 75
25
2.00-4.00 jam 50
1.00-2.00 jam 25
< 1.0 jam 0
3 Frekuensi Genangan
Sangat Sering (10 kali/tahun) 100
Sering (6 kali/tahun) 75
25
Kurang Sering (3 kali/tahun) 50
Jarang (1 kali/tahun) 25
Tidak Pernah 0
Data gangguan transportasi dikumpulkan dari data sekunder yang memuat tingkat pengaruh
genangan/banjir terhadap lalu lintas, berikut tabel parameter nya.
Tabel 3.7 Kriteria Gangguan Transportasi
Dari hasil pengolahan data berdasarkan parameter di atas, maka di dapatkan parameter
kumulatif kondisi genangan tiap titik di Kota Bandung sebagai berikut:
Persentase
No Lokasi Saluran Drainase Keterangan
Nilai
1 Jl. Gegerkalong Hilir 30.25 Sedang
2 Jl. Gegerkalong Hilir 22.2 Sedang
3 Jl. Dr. Setiabudi 0 Sangat Baik
4 Jl. Dr. Setiabudi 0 Sangat Baik
5 Jl. Ciumbuleuit 31.5 Sedang
6 Jl. Siliwangi 0 Sangat Baik
7 Jl. Dipati ukur 0 Sangat Baik
8 Jl. Surapati 11.35 Baik
9 Jl. Surapati 11.35 Baik
10 Jl. Pahlawan 0 Sangat Baik
11 Jl. PHH. Mustofa 0 Sangat Baik
12 Jl. Cikutra 72 Buruk
13 Jl. Terusan Jakarta 17 Baik
14 Jl. Terusan Jakarta 17 Baik
15 Jl. Arcamanik Endah 0 Sangat Baik
16 Jl. Cingised 0 Sangat Baik
17 Jl. Soekarno Hatta 85 Sangat Buruk
18 Jl. Ciwastra 17.5 Baik
19 Jl. Terusan Buah Batu 17.5 Baik
20 Jl. Terusan Buah Batu 17.5 Baik
21 Jl. BKR 0 Sangat Baik
22 Jl. Peta 0 Sangat Baik
23 Jl. Astana Anyar 22.75 Sedang
24 Jl. Pasirkoja 0 Sangat Baik
25 Jl. Moch. Ramdan 0 Sangat Baik
26 Jl. Pelajar Pejuang 45 0 Sangat Baik
27 Jl. Pelajar Pejuang 45 0 Sangat Baik
28 Jl. Laswi 0 Sangat Baik
29 Jl. Rumah Sakit 0 Sangat Baik
30 Jl. Ujung Berung 0 Sangat Baik
31 Jl. AH. Nasution 0 Sangat Baik
32 Jl. Pacuan Kuda 0 Sangat Baik
33 Jl. Jend. Ahmad Yani 0 Sangat Baik
34 Jl. Kiara Condong 0 Sangat Baik
35 Jl. Ters. Kiara Condong 0 Sangat Baik
36 Jl. Jakarta 0 Sangat Baik
37 Jl. Sukabumi 0 Sangat Baik
38 Jl. Supratman 0 Sangat Baik
Persentase
No Lokasi Saluran Drainase Keterangan
Nilai
39 Jl. Supratman 0 Sangat Baik
40 Jl. Ir. H. Juanda 0 Sangat Baik
41 Jl. Merdeka 0 Sangat Baik
42 Jl. Cihampelas 0 Sangat Baik
43 Jl. HOS. Tjokroaminoto 0 Sangat Baik
44 Jl. Dr. Djunjunan 0 Sangat Baik
45 Jl. Dr. Djunjunan 0 Sangat Baik
46 Jl. Pasir Kaliki 0 Sangat Baik
47 Jl. Sukajadi 17 Baik
48 Jl. Pasteur 0 Sangat Baik
49 Jl. Rajawali 18 Baik
50 Jl. Kebon Jati 0 Sangat Baik
51 Jl. Suniaraja 0 Sangat Baik
52 Jl. Otto Iskandar Dinata 0 Sangat Baik
53 Jl. Asia Afrika 0 Sangat Baik
54 Jl. Lembong 0 Sangat Baik
55 Jl. Jamika 0 Sangat Baik
56 Jl. Veteran 0 Sangat Baik
57 Jl. Tubagus Ismail 19 Baik
58 Jl. Sadang Serang 0 Sangat Baik
59 Jl. Cikutra Barat 0 Sangat Baik
Sumber: Hasil Analisis, 2021
Dari permasalahan-permasalahan yang ada, terdapat titik-titik kawasan atau titik-titik jalan yang
sering terjadi genangan banjir di Kota Bandung, yaitu Kecamatan Arcamanik, Kecamatan
Sukajadi, Kecamatan Astanaanyar, Kecamatan Buah Batu, Kecamatan Gedebage, Kecamatan
Rancasari, Kecamatan Ujungberungm, Kecamatan Bojongloa Kaler dan Kecamatan Bojongloa
Kidul. Untuk ruas jalan yang sering dilanda genangan banjir adalah Jalan Dr. Djundjunan, Jl Ir. H.
Djuanda, Jl. Terusan Pasirkoja, Jl. Rumahsakit, Jl. Cibaduyut, Jl. Cikutra, Jl. Setiabudhi (Ledeng),
Jl. Karang Tinggal, Jl. Sukamulya Indah, Jl. Sukagalih, Jl. Pagarsih, Jl. Lemahnendeut, Jl. Geger
Kalong Tengah, Jl. Geger Kalong Girang dan Jl. Cingised.
Gambar 3.2 Peta Wilayah Rawan Genangan Banjir Kota Bandung
3.3 Daerah Aliran Sungai (DAS)
Daerah pengaliran (catchment area) merupakan daerah tempat curah hujan yang jatuh dan
mengalir menuju saluran, sungai ataupun kali. Untuk kegiatan pengembangan saluran drainase,
daerah aliran akan di analisa sedemikian rupa terhadap aspek-aspek di dalamnya dalam rangka
pengendalian terhadap air hujan yang jatuh pada permukaan tanah agar tidak menimbulkan
dampak yang merugikan dengan menghitung luas area berdasarkan peta topografi dan jaringan
drainase di Kota Bandung.
Pembagian DAS di Kota Bandung dibagi menjadi beberapa bagian yang terdiri dari 24 sungai
yang melewati di tiap kecamatan di Kota Bandung, diantaranya:
Nama Sungai
No Status Mutu Air Kecematan Yang Dilalui
River Name
1 Sungai Citepus Cemar Ringan Cicendo, Astanaanyar, Andir, Bojongloa kaler
2 Sungai Cibuntu Cemar Ringan Bandung Kulon, Babakan Ciparay
3 Sungai Cikendal Cemar Ringan Bandung Kulon, Babakan Ciparay dan Regol
4 Sungai Cipanjalu Cemar Ringan Ujungberung, Arcamanik
5 Sungai Cibiru Cemar Ringan Cibiru, Ujungberung
6 Sungai Cibeunying Cemar Ringan Batununggal, Antapani, Kiaracondong
7 Sungai Cipamokolan Cemar Ringan Rancasari, Mandalajati, Kiaracondong
8 Sungai Cidurian Cemar Ringan Cibeunying Kidul, Coblong, Rancasari
9 Sungai Ciharalang Cemar Ringan Cibeunying Kidul, Andir
10 Sungai Cicadas Cemar Ringan Cibeunying Kidul, Coblong, Rancasari
11 Sungai Cikiley Cemar Ringan Panyileukan, Ujungberung, Antapani
12 Sungai Cinambo Cemar Ringan Cinambo, Ujungberung
13 Sungai Cisaranten Cemar Ringan Ujungberung, Gedebage, Babakan Ciparay
14 Sungai Ciparungpung Cemar Ringan Kiaracondong, Antapani, Batununggal
Coblong. Cidadap, Sumur Bandung, Bandung wetan,
15 Sungai Cikapundung Cemar Ringan
Cicendo
Sungai Cikapundung
16 Cemar Ringan Bandung Wetan, Batununggal
Kolot
17 Sungai Cijalupang Cemar Ringan Ujungberung
18 Sungai Cimuncang Cemar Ringan Cibeunying Kidul
19 Sungai Curug Dogdog Cemar Ringan Babakan Ciparay
20 Sungai Cihapit Cemar Ringan Cibeunying Kaler
21 Sungai Cigondewah Cemar Ringan Babakan Ciparay & Bandung Kulon
22 Sungai Cipedes Cemar Ringan Cicendo
23 Sungai Ciwastra Cemar Sedang Buahbatu, Margasari
24 Sungai Ciateul Cemar Ringan Astanaanyar, Regol
Sumber: Hasil Survey, 2021
3.3.1 Arah dan Pola Aliran Drainase Eksisting
Jenis drainase ditinjau berdasarkan dari sistem pengalirannya dapat dikelompokkan menjadi:
1. Drainase dengan Sistem Jaringan
Suatu sistem pengeringan atau pengaliran air pada suatu kawasan yang dilakukan
dengan mengalirkan air melalui sistem tata saluran dengan bangunan-bangunan
pelengkapnya.
2. Drainase dengan Sistem Resapan
Sistem pengeringan atau pengaliran air yang dilakukan dengan meresapkan air ke dalam
tanah. Cara resapan ini dapat dilakukan langsung terhadap genangan air dipermukaan
tanah ke dalam tanah atau melalui sumuran/saluran resapan. Sistem resapan ini sangat
menguntungkan bagi usaha konservasi air.
Pada sistem jaringan drainase terdiri dari beberapa saluran yang saling berhubungan sehingga
membentuk suatu pola jaringan. Dan bentuk ini dapat dibedakan sebagai berikut :
1. Pola Siku
Pola dimana saluran cabang membentuk siku-siku pada saluran utama, biasanya dibuat
pada daerah yang mempunyai topografi sedikit lebih tinggi dari pada sungai dimana
sungai merupakan saluran pembuang utama berada di tengah kota.
2. Pola Paralel
Pola dimana saluran utama terletak sejajar dengan saluran cabang yang pada bagian
akhir saluran cabang dibelokkan menuju saluran utama. Pada pola ini cabang cukup
banyak dan pendek-pendek.
4. Pola Alamiah
Pola jaringan drainase yang hampir sama dengan pola siku, dimana sungai sebagai
saluran utama berada di tengah kota namun jaringan saluran cabang tidak selalu
berbentuk siku terhadap saluran utama.
5. Pola Radial
Pola jaringan drainase yang mengalirkan air dari pusat sumber air memencar ke
berbagai arah.
6. Pola Jaring-jaring
Pola drainase yang mempunyai saluran-saluran pembuang mengikuti arah jalan raya.
Gambar 3.8 Pola Jaringan Jaring-jaring
Berdasarkan uraian sistem aliran dan sistem jaringan drainase terhadap pola saluran, dari hasil
survey di lapangan maka disajikan kedalam tabel masing-masing saluran eksisting beserta jenis
dan arah pola saluran sebagai berikut.
Tabel 3.10 Sistem Jaringan Drainase Kota Bandung
3.4 Permasalahan
Berdasarkan hasil survey yang telah dilakukan, secara umum permasalahan banjir dan
genangan disebabkan oleh dua aspek yang saling terkait, yaitu:
Aspek Teknis
Aspek Sosial
Kedua aspek ini saling terkait dan tidak dapat dipisahkan, karena secara tidak langsung sangat
berpengaruh dalam pengembangan kegiatan ini.
Melihat topografi yang ada di lapangan, kondisi Kota Bandung merupakan dataran dengan
elevasi yang cukup rendah dikelilingi perbukitan dan pegunungan. Pada saat hujan turun dengan
intensitas yang cukup besar dan dengan durasi yang cukup lama timbul genangan-genangan di
beberapa lokasi. Saluran-saluran sekunder yang saling menghubungkan daerah genangan
dengan saluran utama kapasitasnya sudah sangat berkurang karena sedimentasi dan adanya
kerusakan di beberapa lokasi. Kondisi saluran yang ada pada dasarnya berupa saluran buatan
sudah tidak optimal lagi dalam menampung debit air limpasan baik dari air hujan maupun air
buangan dari penduduk, sehingga pada saat limpasan datang kapasitas saluran sudah tidak
dapat menampung debit air dan meluap ke lokasi sekitar.
Dari keterangan di atas dapat diidentifikasikan beberapa aspek teknis yang menyebabkan
terjadinya permasalahan banjir atau genangan :
Adanya pengecilan dimensi saluran akibat sedimentasi dan bangunan liar di beberapa
lokasi.
Belum jelasnya fungsi antara jaringan drainase dan jaringan utama yang ada.
Gambar 3.1 Grafik Curah Hujan Rata-rata Bulanan Kota Bandung (mm) .................................. 3-6
Gambar 3.2 Peta Wilayah Rawan Genangan Banjir Kota Bandung.......................................... 3-12
Gambar 3.3 Pola Jaringan Siku ................................................................................................. 3-14
Gambar 3.4 Jaringan Paralel .................................................................................................... 3-14
Gambar 3.5 Pola Jaringan Grid Iron ......................................................................................... 3-15
Gambar 3.6 Pola Jaringan Alamiah .......................................................................................... 3-15
Gambar 3.7 Pola Jaringan Radial .............................................................................................. 3-15
Gambar 3.8 Pola Jaringan Jaring-jaring .................................................................................... 3-16
Gambar 3.9 Kondisi Jaringan Drainase di Kota Bandung ......................................................... 3-18