Anda di halaman 1dari 31

1

BAB III
METODOLOGI PERENCANAAN

3.1. Metodologi Perencanaan Sistem Drainase


Perencanaan sistem drainase membutuhkan tahapan yang bertujuan untuk
mengetahui perencanaan yang dilakukan dapat terstruktur; sehingga perencanaan
dapat diselesaikan sesuai dengan waktu yang sudah ditetapkan. Tahapan yang
dilakukan, yaitu: identifikasi masalah; studi literatur; pengumpulan data terkait
kondisi eksisting daerah perencanaan; analisis data; evaluasi sistem drainase
eksisting; perencanaan sistem drainase; spesifikasi teknis dan RAB; serta
kesimpulan dan saran. Diagram alir untuk perencanaan sistem drainase
berwawasan lingkungan secara holistik, ditampilkandisajikan pada Gambar

Institut Teknologi Nasional


2

3.1.inimerupakan diagram alir dari perencanaan sistem drainase berwawasan


lingkungan secara holistik yang ditampilkan pada Gambar 3.1.

Gambar 3.1 Diagram Alir Tahapan Perencanaan Tugas Akhir


Keterangan:
= Mulai/Selesai
= Proses Kegiatan
= Hasil Kegiatan
= Pengecekan Data
= Alur Proses

Institut Teknologi Nasional


3

3.1.1. Studi Literatur


Studi literatur dilakukan pada tahap awal karena dijadikan sebagai landasan teori
yang dibutuhkan dalam mendukung perencanaan sistem drainase. Studi literatur
menggunakan informasi yang diperoleh dari: buku, jurnal, peraturan, serta
referensi lainnya yang berkaitan dengan perencanaan sistem drainase.

3.1.2. Identifikasi Masalah


Identifikasi masalah merupakan tahapan selanjutnya yang dijadikan sebagai
landasan perencanaan sistem drainase. Identifikasi masalah dilakukan dengan
mengidentifikasi kondisi sistem drainase eksisting untuk menentukan maksud dan
tujuan; dan hasil akhir yang ingin dicapai pada perencanaan sistem drainase.

3.1.3. Pengumpulan Data


Pengumpulan data dilakukan setelah memperoleh studi literatur yang meliputi:
teori dan kriteria desain sistem drainase; serta identifikasi masalah. Pengumpulan
data memberikan informasi mengenai aspek: hidrologis, hidrolika, dan
infrastruktur yang berkaitan dengan penyusunan perencanaan sistem drainase
berwawasan lingkungan secara holistik di Kecamatan Margahayu. Pengumpulan
data terbagi menjadi dua, yaitu pengumpulan data primer dan sekunder.

3.1.5.1 Pengumpulan Data Primer


Data primer merupakan data yang didapat secara langsung dari hasil
pemantauan dengan menggunakan metode-metode seperti: observasi dan
dokumentasi; yang memudahkan pengumpulan data primer terkait dengan
perencanaan sistem saluran drainase di Kecamatan Margahayu. Data
primer yang dikumpulkan antara lain:
 Kondisi fisik wilayah perencanaan;
 Kondisi eksisting DAS;
 Ukuran dimensi saluran drainase;
 Identifikasi permasalahan yang timbul terkait saluran drainase;
 Kondisi tata guna lahan daerah perencanaan.

Institut Teknologi Nasional


4

3.1.5.2 Pengumpulan Data Sekunder


Data sekunder merupakan data yang didapat dari beberapa instansi
pemerintah yang terkait dengan perencanaan sistem drainase berwawasan
lingkungan secara holistik di Kecamatan Margahayu. Data sekunder yang
dikumpulkan antara lain:
 Data curah hujan selama 205 tahun terakhir, pada 5 stasiun
penangkap hujan di sekitar wilayah perencanaan;
 Peta tata guna lahan wilayah perencanaan 1 tTahun terakhir
(202019);
 Peta topografi wilayah perencanaan 1 tTahun terakhir (202019);
 Profil wilayah perencanaan T1 tahun terakhir (202019);
 Peta administrasi Kecamatan Margahayu;
 Peta DAS;
 Kondisi jalan wilayah perencanaan 1 tahun terakhir (202019);
 Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW);
 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)
Kabupaten Bandung;
 Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah
(IKPLHD) Kabupaten Bandung;
 Harga satuan daerah.

Data sekunder yang dibutuhkan pada perencanaan sistem drainase disajikan pada
Tabel 3.1.

Institut Teknologi Nasional


5

Tabel 3.1 Data Sekunder Perencanaan Sistem Drainase

No Data yang Dibutuhkan Sumber Data Kegunaan Data

Data curah hujan Kecamatan


Margahayu 20 tahun terakhir
Pusat Penelitian dan Pengembangan
meliputi lima stasiun penangkap Data curah hujan dilakukan analisis hidrologi untuk
1 Sumber Daya Air (PUSAIR) Kota
hujan (Ciherang, Cisondari- mMenentukan debit air limpasan wilayah perencanaan.
Bandung
Pasirjambu, Cileunca, Cipaku-
Paseh, Bandung)

Peta Tata Guna Lahan di Badan Perencanaan, Penelitian, dan Data yang menggambarkan kondisi penggunaan lahan
2 Kecamatan Margahayu 1 tTahun Pembangunan Daerah (BAPPEDA) dan catchment area untuk Mmenentukan jalur saluran
terakhir (202019) Kabupaten Bandung drainase pada wilayah perencanaan

Data kontur pada wilayah perencanaan untuk


mMenentukan jalur penyaluran drainasepengaliran
Peta Topografi Tahun Kecamatan secara dengan sistem gravitasi pada wilayah
3 Margahayu 1 tahun terakhir BAPPEDA Kabupaten Bandung perencanaan
(201920)

4 Peta Rencana Tata Ruang Wilayah BAPPEDA Kabupaten Bandung Data yang digunakan untuk menentukan jalur saluran
(RTRW) Tahun Kecamatan dan lahan yang tersedia sehingga Mengidentifikasitidak
Margahayu Kabupaten Bandung bersinggungan dengan jalur saluran dan prasarana
(2016-2036) drainase eksisting untuk pengoperasian dan
pemeliharaan saluran drainase

Institut Teknologi Nasional


6

No Data yang Dibutuhkan Sumber Data Kegunaan Data

Balai Besar Wilayah Sungai (Balai Data yang digunakan untuk mMenentukan batas luas
5 Peta DAS Besar Wilayah Sungai Citarum DAS dan catchment area di sekitar wilayah
(BBWS) Kota Bandung) perencanaan

Badan Pusat Stastistik (Badan Pusat Data yang digunakan sebagai acuan untuk
Profil Kecamatan Margahayu 1 Statistik (BPS) Kabupaten mengetahuiMengidentifikasi batas administrasi,
6
tTahun terakhir (201920) Bandung) Kecamatan Margahayu letakdata geografis dan jumlah penduduk Kecamatan
Dalam Angka 2019 Margahayu
Dinas Pekerjaan Umum dan Tata Data yang digunakan sebagai acuan untuk
Peta Kondisi Jalan Kecamatan
Ruang (Dinas Pekerjaan Umum dan pMenentukanembuatan penempatan jalur
7 Margahayu 1 tTahun terakhir
Penataan Ruang (PUTR)) penyaluransaluran dan aksesoris drainase di wilayah
(202019)
Kabupaten Bandung perencanaansistem jaringan jalan

Dokumen Rencana Pembangunan Data yang digunakan sebagai acuan untuk


Jangka Menengah Daerah mengetahuiMengidentifikasi pembangunan infrastruktur
8 BAPPEDA Kabupaten Bandung
(RPJMD) Kabupaten yang sudah dilaksanakan selama 5 tahun terakhir di
BandungTahun (2016-2021) wilayah perencanaan

Institut Teknologi Nasional


7

No Data yang Dibutuhkan Sumber Data Kegunaan Data

DokumenInformasi Kinerja Kementerian Lingkungan Hidup Pedoman Data yang digunakan sebagai acuan untuk
Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Kehutanan (Kementerian mengetahui untuk kinerja dan kendala sistem drainase
9
Daerah (IKPLHD) Kabupaten Lingkungan Hidup dan Kehutanan eksisting, serta informasi lainnya terkait dengan
Bandung Tahun 2019 (KLHK) Kabupaten Bandung) perencanaan sistem drainase

Peraturan Bupati Bandung No. 29


Tahun 2018 Tentang Perubahan
Atas Peraturan Bupati No. 56
Harga Satuan Daerah untuk Untuk menentukan biaya dalam perencanaan sistem
10 Tahun 2017 Tentang Standar
aksesoris dan material bangunan drainase
Satuan Harga Pemerintah
Kabupaten Bandung Tahun
Anggaran 2018

Sumber: Hasil Analisis, 2021

Institut Teknologi Nasional


8

3.1.4. Analisis Hidrologi


Analisis hidrologi terdiri dari beberapa tahap yang perlu dilakukan untuk
memperoleh data intensitas hujan pada wilayah perencanaan, yang kemudian
digunakan dalam penentuan debit perencanaan. Adapun tahap yang dilakukan
dalam analisis hidrologi adalah sebagai berikut.

A. Analisis Data Curah Hujan


Analisis curah hujan menggunakan data curah hujan pada daerah perencanaan
dengan rentang waktu 20-30 tahun. PPada perencanaan ini, digunakan data curah
hujan yang digunakan dengan rentang waktusebesar 20 tahun. Penentuan tersebut
didasarkan dari beberapa faktor, yaitu: mencegah ketidak konsistenan data, serta
memperkirakan besaran nilai tengah dan frekuensi curah hujan. Tahap-tahap pada
penentuan analisis data curah hujan adalah sebagai berikut.
1. Penentuan Hujan Kawasan
Penentuan hujan kawasan ditentukan dari beberapa stasiun pengamatan hujan
yang tersebar di sekitar wilayah perencanaan. Metode yang digunakan dalam
penentuan menentukan curah hujan kawasan, yaitu Poligon Thiessen.
Penggunaan metodeMetode ini dilakukan dengan cara, menghubungkan satu
stasiun curah hujan dengan stasiun lainnya menggunakan garis lurus,
kemudian cakupan wilayah stasiun yang saling berdekatan diberikan garis
pembagi yang memiliki jarak garis berlebih dan menyerupai bentuk poligon.
Metode ini mengasumsikan memperkirakan jika satu stasiun curah hujan
dapat mewakili daerah seluas 600-900 km2 (Asdak, 2020).

2. Data Curah Hujan Harian Maksimum


Data curah hujan diperoleh dari stasiun yang mencakup wilayah perencanaan
dengan rentang waktu 20 sampai 30 tahun. Stasiun curah hujan akan
mengalami kehilangan beberapa data karena tidak tercatat pada periode waktu
tertentu. Terdapat dua metode yang digunakan dalam melengkapi data curah
hujan yang hilang dalam analisis hidrologi, yaitu.

Institut Teknologi Nasional


9

 Metode Aljabar
Metode aljabar digunakan jikaapabila nilai rata-rata curah hujan stasiun
utama dengan data yang hilang, dengan stasiun pembanding memiliki nilai
perbedaan kurang dari 10 % apabila dibandingkan dengan data stasiun
pembanding. NUntuk mencari nilai ilai curah hujan yang hilang. dapat
dihitung dengan menggunakan Persamaan 3.1 (Hardjosuprapto, 1998):

n
1
R x= ∑R
n n=1 n
(33.1)


❑❑ ❑ ∑ ❑❑ .......................................................................................................(3.1)
❑ ❑

Keterangan:
n : Jumlah stasiun pembanding;
Rx : Tinggi curah hujan yang dicari;
Rn : Harga rata-rata tinggi curah hujan pada setiap stasiun pembanding dalam
kurun waktu yang sama.

 Metode Perbandingan Normal


Metode perbandingan normal digunakan jika apabila nilai rata-rata curah
hujan stasiun utama dengan stasiun pembanding memiliki perbedaan lebih
dari 10 %stasiun dengan data yang hilang, memiliki nilai lebih dari 10%
apabila dibandingkan dengan data stasiun pembanding. Nilai Untuk mencari
nilai curah hujan yang hilang, dapat dihitung dengan menggunakan
Persamaan 3.2 (Hardjosuprapto, 1998):

Institut Teknologi Nasional


10


❑ ❑
❑❑ ❑ ∑ ❑ ❑ 3.2
❑ ❑ ❑❑

❑ ❑
❑❑ ❑ ∑ ❑ ❑ ................................................................................................(3.2)
❑ ❑ ❑❑

Keterangan:
n : Jumlah stasiun pembanding;
rx : Tinggi curah hujan yang dicari;
rn : Tinggi curah hujan pada tahun yang sama dengan r x pada setiap stasiun
pembanding;
Rx : Harga rata-rata tinggi curah hujan pada stasiun pengukur yang dihitung;
Rn : Harga rata-rata tinggi curah hujan pada setiap stasiun pembanding dalam
kurun waktu yang sama.

Perhitungan selisih curah hujan untuk antara stasiun utama dengan data yang
hilang dan dengan stasiun pembanding, dapat dihitung dengan menggunakan
Persamaan 3.3, Persamaan 3.4, dan Persamaan 3.5 (Hardjosuprapto, 1998):


❑ ..................................................................................................(3.3)

√ ∑ ❑❑ ❑❑ ...................................................................................(3.4)

∑ ❑❑ .................................................................................................. (3.5)

❑ 3

√ ∑ ❑❑ ❑❑

3

∑ ❑❑ 3.5

Institut Teknologi Nasional


11

Keterangan:
∆ : Persen selisih curah hujan antara stasiun pembanding dan stasiun yang
kehilangan dataakan dikoreksi;
Ri : Nilai rata-rata curah hujan selama pengamatan setiap stasiun;
R : Rata-rata curah hujan dari n jumlah stasiun pengamat;
n : Jumlah stasiun curah hujan.

3. Uji Konsistensi
Uji konsistensi menggunakan data curah hujan yang sudah sudah memenuhi
parameter secara persyaratan, baik secara kualitas maupun kuantitas. Uji
konsistensi bertujuan untuk membuktikan keakuratan dari data curah hujan
pada kumpulan data yang diukur oleh stasiun curah hujan. Data dari
perhitungan dan hasil analisis data curah hujan, diharapkan dapat
mendekatimendekati nilai data curah hujan yang normal hasil eksisting,
sehingga kesalahan yang mungkin terjadi masih berada dalam batas toleransi
yang diizinkan. Adapun tahapan dalam melakukan uji konsistensi adalah
(Hardjosuprapto, 1998).

 Menyeleksi Mengidentifikasi stasiun curah hujan di sekitar yang terdapat


pada wilayah iklim yang sama untuk dijadikan sebagai stasiun
pembanding. Keseluruhan data curah hujan dari stasiun, dihitung dan
dirata-ratakan pada setiap tahun yang sama. Hasil rerata rata-rata curah
hujan yang akan diakumulasikan, dimulai dari periode awal pengamatan.
Hal Langkah yang serupa, juga dilakukan pada stasiun hujan yang akan
dianalisis konsistensi datanyanya (stasiun utama). Kemudian titik-titik
akumulasi dari stasiun pembanding dan utama, diplotkan pada kurva
massa ganda.
 Titik-titik yang tergambar pada grafik kurva massa ganda akan
menghasilkan simpangan pada sekitar garis trend. Jika terdapat data yang
tidak mengikuti trend, maka data tersebut perlu dikoreksi. Perhitungan
untuk data yang akan dikoreksi,Data yang perlu dikoreksi, dihitung

Institut Teknologi Nasional


12

dengan menggunakan ditampilkan pada Persamaan 3.6 dan dan


Persamaan 3.7.

❑❑ ❑❑❑❑ .....................................................................................(3.6)

❑❑ ❑ ............................................................................................(3.7)

❑❑ ❑❑ ❑❑ 3.6

❑❑ ❑ 3.7

Keterangan:
Hz : Curah hujan yang diperkirakan;
H0 : Curah hujan hasil pengamatan;
β : Slope trend lama;
γ : Slope trend baru;
Fk : Faktor Koreksi.

4. Uji Homogenitas
Uji homogenitas dilakukan untuk mengidentifikasi homogenitas dari data
curah hujan yang digunakan. Jika terdapat dData curah hujan yang tidak
homogen, dapat disebabkan karena adanya adanya gangguan yang bersifat:
yang bersifat: alamiah (pencemaran udara) dan dan buatan (hujan buatan).
Data curah hujan dinyatakan homogen, jika titik plotting dengan koordinat H
(N ; TR) berada pada lengkungan bagian dalam grafik homogenitas.
Keterangan dari koordinat tersebut adalah N merupakan jumlah data curah
hujan, sedangkan TR merupakan pPeriode uUlang Hhujan (PUH) untuk curah
hujan tahunan rerata yang didapatkan dari Persamaan 3.8 (Hardjosuprapto,
1998):

❑❑
❑❑ ❑ .....................................................................................(3.8)
❑ ❑

Institut Teknologi Nasional


13

❑❑
❑❑ ❑ 3.8
❑ ❑
Keterangan:
TR : PUH untuk curah hujan tahunan rerata (tahun);
Rn : Presipitasi dengan PUH 20 tahun rencana (mm/hari);
R : Curah hujan rata-rata (mm/hari);
T R : PUH untuk curah hujan tahunan rata-rata.

B. Analisis Frekuensi Curah Hujan Harian Maksimum


Analisis frekuensi curah hujan harian maksimum dihitung dengan dilakukan
dengan menggunakan tiga metode, yaitu: Metode Gumbel, Log Pearson Tipe III,
dan Distribusi Normal. Perhitungan yang memiliki nilai curah hujan harian
maksimum paling tinggi dari ketiga metode akan dijadikan metode terpilih pada
daerah perencanaan. metode terpilih Menurut Hardjosuprapto (1998), Metode
yang terpilih, kemudian akan diuji kecocokannya dengan menggunakan Metode
Chi Kuadrat. Berikut ketigadibawah ini, merupakan metode- metode yang
digunakantersebut dijabarkan sebagai berikut: dalam analisis frekuensi curah
hujan harian maksimum (Hardjosuprapto, 1998):

1. Metode Gumbel
❑❑
❑❑ ❑❑ ❑ ❑ 3.9
❑❑ ❑ ❑
❑❑
❑❑ ❑❑ ❑ ❑
❑❑ ❑ ❑ .........................................................................(3.9)

Keterangan:
Rt : Hujan Harian MaksimumHujan harian maksimum dengan rencana PUH t
tahun;
Rk : Rentang keyakinan (mm/24 jam);
σ R : Standar deviasi data curah hujan;
Sn : Reduced standar deviasi;

Institut Teknologi Nasional


14

Y t : Reduced variated untuk PUH t tahun;


Y n : Reduced mean.

2. Metode Log Pearson Tipe III

❑❑
❑❑ 3.10


❑❑ ❑ ........................................................................................... (3.10)

Keterangan:
Rr : Rata-rata besaran logaritma;
R : Rata-rata data curah hujan (mm);
Ri : Log (R);
n : Jumlah Data.

3. Metode Distribusi Normal

❑❑ ❑❑❑ 3.11
❑❑ ❑❑❑........................................................................................ (3.11)
❑❑ ❑
❑❑ ........................................................................................(3.12)

X T −¿ X
KT= ¿ 3.12
SD
Keterangan:
XT : Perkiraan nilai yang berpeluang terjadi pada periode ulang PUH t per
tahunt Tahunan;
KT : Faktor frekuensi, dimanayaitu merupakan suatu turunan fungsi
matematik dari periode ulang; yang berjenis model matematik dari distribusi
peluang untuk digunakan sebagai analisis peluang;
X : Nilai rata-rata perhitungan variat;
SD : Standar deviasi nilai variat.

Institut Teknologi Nasional


15

Perhitungan dengan nilai curah hujan harian maksimum tertinggi dari ketiga
metode tersebut, akan dijadikan metode terpilih pada daerah perencanaan; hal ini
disebabkan karena metode terpilih mewakili curah hujan harian maksimum pada
daerah perencanaan. Data dari metode terpilih, akan diuji kecocokannya dengan
menggunakan Metode Chi Kuadrat.

C. Uji Kecocokan
Setelah Apabila dilakukannya uji frekuensi perhitungan analisis curah hujan
harian maksimum sudah dilakukan, Penentuan data dari metode analisis curah
hujan yang sesuai terpilih diuji kecocokannya dengandengan daerah perencanaan
menggunakan metode Chi -Kuadrat. Pengujian ini bertujuan untuk menguji
kecocokanmengidentifikasi kecocokan dari distribusi frekuensi hujan terhadap
fungsi distribusi peluangdari metode yang terpilih mewakili distribusi frekuensi
data yang yang sudah dianalisis. Persamaan yang digunakan dalam uji kecocokan
disajikan Berikut pada Persamaan 3.13 merupakan rumus dari uji kecocokan
(Wesli, 2008):
❑ ❑
❑❑❑❑ ❑



❑ ❑❑
...........................................................................(3.13)

❑ ❑ ❑
❑ ❑ ❑ ❑❑ ❑❑❑
X =∑ ❑ ❑
2
3.13
❑ ❑❑ ❑❑
Keterangan:
X2 : Parameter Nilai CChi- KKuadrat terhitung;
G : Jumlah sub grupkelompok;
Oi : Jumlah nilai pengamatan pada subsubgrup kelompok iI;
Ei : Jumlah nilai teoritis pada sub grup ikelompok.

D. Analisis Intensitas Hujan


Perhitungan Perhitungan nilai intensitas hujan dapatdilakukan dengan dilakukan
denganmenggunakan beberapa tiga metode, yaitu: Metode Van Breen, Bell-
Tanimoto, dan Hasper Der Weduwen. Dari ketiga metode tersebut, kemudian

Institut Teknologi Nasional


16

dihitung Uji kecocokan intensitas curah hujan, kembali dengandihitung dengan


menggunakan tiga jenis persamaan, yaitu: Talbot, Sherman, dan Ishiguro. Metode
penentuan intensitas hujan yang terpilih ditentukan berdasarkan selisih intensitas
hujan terkecil.

1. Metode Van Breen

❑❑ ❑❑ ❑
❑❑ .....................................................................................(3.14)
❑❑❑❑


❑❑ ❑❑
❑❑ 3.14
❑❑
Keterangan:
IT : Intensitas curah hujan (mm/jam) pada PUH T pada waktu konsentrasi;
tc : Waktu konsentrasi (menit);
RT : Curah hujan harian maksimum PUH T (mm/24 jam).

2. Metode Bell-Tanimoto

❑❑ ❑❑

❑ ❑ ...............................................................................................(3.15)

❑ ❑( )❑❑ ❑
❑❑ .......................................................................................... (3.16)


❑ ❑ ❑ ..............................................................................................(3.17)
( )

❑ ❑

❑❑ ❑

❑ 3

❑❑


❑ ❑()❑❑ ❑
❑❑ 3

Keterangan:
IT : Intensitas hujan (mm/jam);
R : Curah hujan;
T : Periode ulang Ulang (tahun);
t : Durasi hujan (menit);
R1 : Besarnya curah hujan pada distribusi jam ke 1 (Menurut Tanimoto);
R2 : Besarnya curah hujan pada distribusi jam ke 2 (Menurut Tanimoto).

Institut Teknologi Nasional


17

3. Metode Hasper Der Weduwen



❑ ❑ ❑ ..............................................................................................(3.18)
( )

❑ ❑


❑ 3.17
Keterangan:
I : Intensitas hujan (mm/jam);
R : Curah hujan;
t : Durasi hujan (menit).

Dibawah Persamaan yang digunakan inidalam uji kecocokan intensitas hujan


adalah sebagai berikut merupakan rumus dari ketiga persamaan yang sudah
disebutkan sebelumnya (Hardjosuprapto, 1998):

1. Persamaan Talbot

❑ .......................................................................................................... (3.19)
❑❑ ❑❑
❑ ❑ ...................................................................................................(3.20)
❑ ❑
❑❑ ❑❑
❑ ❑ ...................................................................................................(3.21)
❑ ❑


❑ 3.18

❑ ❑
❑ ❑

❑ ❑
❑ 3.19

❑ ❑
❑ ❑ 3.20
❑ ❑
❑ ❑

Keterangan:
I : Intensitas hujan (mm/jam);

Institut Teknologi Nasional


18

t : Durasi hujan (menit);


a dan b : Konstanta;
N : Jumlah data.

2. Persamaan Sherman

❑ ........................................................................................................ (3.22)


❑❑ (❑❑ ) ❑
❑ ....................................................................................(3.23)
❑❑ ❑❑❑
❑ ❑❑
(❑❑ )
❑ ❑ ..........................................................................................(3.24)
❑ ❑❑


3.21
❑❑


❑ ❑❑❑ ❑❑❑ ❑
( )
3.22
❑ ❑❑

❑❑ (❑❑ )
❑ ❑ ❑ 3.23
❑ ❑❑

Keterangan:
I : Intensitas hujan (mm/jam);
t : Durasi hujan (menit);
a dan b : Konstanta;
N : Jumlah data.

3. Persamaan Ishiguro

........................................................................................................(3.25)
√❑
❑ ❑
√ ❑❑ ❑ √❑
❑ ❑ ...................................................................................... (3.26)
❑ ❑

√ ❑❑ √❑
............................................................................................ (3.27)
❑❑ ❑❑


3.24
√❑

Institut Teknologi Nasional


19

❑ ❑
√ ❑❑ ❑ √❑
3.25
❑❑❑❑


√❑❑ √ ❑
3.26
❑❑ ❑❑

Keterangan:
I : Intensitas hujan (mm/jam);
t : Durasi hujan (menit);
a dan b : Konstanta;
N : Jumlah data.

E. Kurva Intensity, Duration, Frequency (IDF)


Kurva IDF merupakan alat bantu berupa kurva yang menggambarkan hubungan
antara intensitas dengan durasi hujan. Hubungan antara intensitas dengan durasi
hujan, dihubungkan dengan dinyatakan dalam bentuk lengkungan intensitas
dengan PUH tertentu (Hadihardjadja, 1997). Kurva IDF dapat digunakan untuk
menghitung debit limpasan dan puncak berdasarkan data curah hujan dengan
intensitas tinggi yang terjadi dalam waktu singkat (Triatmodjo, 2008). Selain itu,
kurva IDF dapat menunjukkan potensi terjadinya terjadinya intensitas curah hujan
yang terjadi untuk suatu lamanya durasi curah hujan (Susilowati, 2010). Berikut
Diagram alir untuk tahapan analisis hidrologi, disajikan pada Gambar 3.2
merupakan diagram alir dari tahap analisis hidrologi yang dilakukan dalam Tugas
Akhir ini.

Institut Teknologi Nasional


20

Institut Teknologi Nasional


21

Gambar 3.2 Diagram Alir Analisis Hidrologi

3.1.5. Analisis Hidrolika


Analisis hidrolika dilakukan sebagaimerupakan tahap selanjutnya berikutnya
dalam merencanakan sistem drainase di daerah perencanaan. Analisis hidrolika
terdiri dari: perhitungan debit limpasan dan dimensi saluran drainase.

3.1.5.1 Debit Limpasan


Perhitungan debit limpasan bertujuan untuk mengetahui jumlah air limpasan yang
mengalir di daerah perencanaan. Jika debit limpasan melebihi kapasitas infiltrasi,
maka dapat meningkatkan debit sungai yang berpotensi
menyebabkanmengakibatkan terjadinya banjir. (Triatmodjo, 2008). Selain itu,
Pperhitungan debit limpasan akan mempengaruhi dimensi saluran drainase karena
air limpasan dapat mengalir tanpa melebihi kapasitas yang direncanakan. Berikut
merupakanTerdapat beberapa tahapan tahapan yang dilakukan pada perhitungan
debit limpasan.

1. Menentukan Wilayah DAS


Penentuan wilayah DAS bertujuan untuk memisahkan zona pelayanan
sistem drainase untuk setiap wilayah yang terdapat di daerah perencanaan.
Penentuan ini dintentukandilakukan berdasarkan peta DAS wilayah
perencanaan.
2. Menentukan Zona Pelayanan
Penentuan zona pelayanan ditentukan baik denganberdasarkan penyebaran
DAS yang tersebar di sekitar wilayah, maupun ruas-ruas jalan. Penentuan
tersebut akan mempengaruhi arah aliran dan jalur sistem drainase yang
akan direncanakan.
3. Menentukan Jalur Sistem Drainase dan Arah Aliran
Penentuan jalur dilakukan berdasarkan pembagian zona dan topografi
wilayah yang disesuaikan dengan prinsip gaya gravitasi.
4. Menghitung Luas Daerah Tangkapan (Catchment Area)

Institut Teknologi Nasional


22

Luas daerah tangkapan dipengaruhi oleh tata guna lahan yang berada di
daerah perencanaan. Tata guna lahan suatu wilayah dilihat pada peta tata
guna lahan daerah perencanaan.

5. Menghitung Koefisien Limpasan


Perhitungan koefisien limpasan ditentukan berdasarkan harga koefisien
limpasan untuk tata guna lahan tertentu yang tercantum pada Tabel 3.2.

Tabel 3.2 Harga Koefisien Limpasan


No. Untuk Daerah atau Permukaan C
1 Perdagangan:
Pusat Kota Terbangun Penuh Pertokoan 0,70-0,95
Sekeliling Pusat Kota 0,50-0,70
2 Permukiman:
Keluarga Tunggal 0,30-0,50
Keluarga Ganda (Tidak Berpasangan) atau Aneka
Ragam 0,40-0,60
Keluarga Ganda (Berpasangan) atau Aneka Ragam 0,60-0,75
Pinggiran Kota 0,25-0,40
Apartemen (Rumah Susun) 0,50-0,70
3 Industri:
Ringan 0,50-0,80
Berat 0,60-0,90
4 Taman, Kuburan, dan Hutan Lindung 0,10-0,30
5 Lapangan Bermain 0,20-0,35
6 Pekarangan Rel Kereta Api 0,20-0,40
7 Daerah Terbengkalai 0,10-0,30
8 Jalan:
Aspal 0,70-0,95
Beton 0,80-0,95
Bata 0,70-0,85
9 Halaman Parkir dan Trotoar 0,75-0,85
10 Atap 0,75-0,95
11 Pekarangan Dengan Tanah Pasir:
Datar 2% 0,05-0,10
Rerata (2-7%) 0,10-0,15
Terjal 7% 0,15-0,20
12 Pekarangan Dengan Tanah Keras:
Datar 2% 0,13-0,17

Institut Teknologi Nasional


23

Rerata (2-7%) 0,18-0,22


Terjal 7% 0,25-0,35
13 Tanah Gundul 0,70-0,80
14 Lahan Galian Pasir 0,05-0,15
Sumber: (Hardjosuprapto, 1998)

Apabila tata guna lahan yang dihitung terdapat memiliki dua atau lebih
perbedaanfungsi penggunaan lahan, maka dihitung dengan menggunakan
pPersamaan 3.287.

❑❑ ❑❑
❑❑ .............................................................................................(3.28)
❑❑

❑❑ ❑❑
❑❑ 3.27
❑❑

Keterangan:
Cr : Harga rata-rata limpasan;
Ci : Koefisien limpasan pada tiap-tiap daerah;
Ai : Luas pada masing-masing daerah (ha)

6. Menentukan Periode Ulang Hujan (PUH)


Penentuan PUH dilakukan dengan Persamaan (3.29,8) yang disesuaikan
dengan desain PUH yang tercantum pada Tabel 2.2 (Hardjosuprapto,
1998).
❑❑
❑ ❑ ......................................................................................................(3.29)

❑❑
❑❑ 3.28
Keterangan:
N : PUH setiap n Tahun (tahun);
T : Periode waktu hujan rencana (tahun);
: Faktor risiko, dengan nilai 1/3.

Institut Teknologi Nasional


24

Tabel 3.3 Desain PUH


T
No. Tata Guna Lahan atau Kegunaan
(Tahun)
1 Saluran Awalan Pada Daerah:
Lahan rumah, taman, kebun, kuburan, lahan tak
terbangun. 2
Perdagangan, perkantoran, dan industri 5
2 Saluran Minor.
Daerah pengaliran Psungai (DPS)S ≤ 5 Ha (sSaluran
tTersier):
Risiko kKecil 2
Risiko bBesar 5
DPS 5-25 Ha (sSaluran sSekunder):
Tanpa rRisiko 2
Risiko Kkecil 5
Risiko beBesar 10
DPS 25-50 Ha (sSaluran pPrimer):
Tanpa Rrisiko 5
Risiko Kkecil 10
Risiko bBesar 25
3 Saluran Mayor.
DPS 50-100 Ha:
Tanpa Rrisiko 5
Risiko Kkecil 10
Risiko bBesar 25
DPS ≥ 100 Ha:
Tanpa rRisiko 10
Risiko Ssedang 25
Risiko bBesar 50
Pengendalian bBanjir Mmayor/kKiriman 100
4 Gorong-Gorong atau Jembatan:
Jalan bBiasa 5-10
Jalan bBypass 10-25
Jalan bBebas Hambatan 25-50
5 Saluran Tepi Jalan:
Jalan lLingkungan 2-5
Jalan Kkota 5-10
Jalan bBypass 10-25
  Jalan bBebas Hambatan 25-50
Sumber: (Hardjosuprapto, 1998)
7. Intensitas Hujan (Ie)
Intensitas hujan yang digunakan pada perencanaan, mengacu dari seluruh
tahapan analisis hidrologi.

Institut Teknologi Nasional


25

8. Waktu Konsentrasi (tc)


Waktu konsentrasi merupakan waktu yang dibutuhkan air hujan dari hulu
DAS untuk mengalir menuju permukaan tanah atau saluran drainase. Nilai
waktu konsentrasi dihitung dari: akumulasi nilai waktu rayapan di
permukaan tanah (to) dan waktu pengaliran di dalam saluran (td).
Perhitungan nilai to menggunakan ditentukan berdasarkan kondisi
limpasan, apabila panjang rayapan L < 300 m maka dihitung dengan
menggunakan Ppersamaan (3.30 (Hardjosuprapto, 1998).

❑❑ ❑
❑❑ ............................................................................(3.30)
❑❑ ❑❑ ❑❑❑❑ ❑❑
29) dan (3.30), sedangkan nilai td menggunakan persamaan (3.31)
(Hardjosuprapto, 1998).

❑❑ ❑ 3
❑❑ ❑ ❑
❑❑ ❑❑ ❑ ❑❑ ❑
Keterangan:
to : Waktu merayap di permukaan tanah (menit);
n : Koefisien kekasaran Mmanning;
Lo : Panjang rayapan (m), persyaratan: L < 300 m;
Co : Koefisien limpasan permukaan tempat air merayap;
Ie : Intensitas hujan (mm/jam); dimana: tc = te;
So : Kemiringan rayapan tanah (m/m).

Apabila panjang rayapan, L > 300 m, maka nilai to dihitung dengan


menggunakan Persamaan 3.31.
❑❑ ❑
❑❑ ................................................................................................. (3.31)
❑❑

❑❑ ❑
❑❑ 3.30
❑❑

Keterangan:
to : Waktu merayap di permukaan tanah (menit);

Institut Teknologi Nasional


26

n : Koefisien kekasaran Manningmanning;


Lo : Panjang limpasanrayapan (m), persyaratan: L > 300 (m);
S : Kemiringan medan limpasan rayapan (m/m).

Nilai td merupakan waktu pengaliran air dari saluran awal menuju saluran
tertentu. Untuk menentukan nilai td dihitung dengan Persamaan (3.32)
(Hardjosuprapto, 1998).
❑❑
❑❑ ...................................................................................................(3.32)
❑❑

❑❑ 3.3
❑❑
❑❑
Keterangan:
td : Waktu mengalir dalam saluran (menit);
Lda : Panjang saluran actualeksisting yang ditinjau (m);
Vd : Kecepatan rata-rata dalam saluran (m/detik).

9. Waktu Durasi Hujan (te)


Perhitungan nilai te dapat menggunakan persamaan (2.3). Jika nilai tc < te,
maka nilai tc = te dan nilai Ic = Ie. Perhitungan nilai te dihitung
menggunakan Persamaan 3.33. (Hardjosuprapto, 1998).

❑❑ ❑ ...................................................................................................(3.33)


❑❑ ❑ 3.32

Keterangan:
te : Waktu durasi hujan (menit);
R : Tinggi hujan harian maksimum (mm/hari).
10. Menghitung Debit Limpasan

Institut Teknologi Nasional


27

Debit limpasan dihitung dengan menggunakan persamaan modifikasi


rasional yang tercantum pada Ppersamaan (32.32)4 (Hardjosuprapto,
1998).

❑❑ ❑❑ ( ❑❑ ❑❑) ...................................................................................... (3.34)

❑❑ ❑❑ (❑❑ ❑❑)
3.33
Keterangan:
Q : Debit puncak (L/detik atau m3/detik);
F : Faktor konversi; F = 1/360 (m3/detik);
Cs : Koefisien storasi;
C : Koefisien limpasan;
A : Luas DPS (Ha);
I : Intensitas hujan (mm/jam).

Diagram alir untuk menentukan debit limpasan banjir disajikanBerikut pada


Gambar 3.3. akan disajikan tahap-tahap dalam menghitung debit limpasan banjir.

Institut Teknologi Nasional


28

Gambar 3.3 Diagram Alir Perhitungan Debit Limpasan

Institut Teknologi Nasional


29

3.1.5.2 Dimensi Saluran Drainase

Penentuan dimensi saluran drainase bertujuan untuk merencanakan dimensi


saluran yang disesuaikan dengan: debit limpasan; persamaan; dan ketentuan
lainnya yang berlaku perihalberhubungan dengan perencanaan sistem saluran
drainasepenentuan dimensi saluran. Diagram alir untuk menentukan dimensi
saluran drainase disajikan Berikut pada Gambar 3.4 akan disajikan mengenai
tahap-tahap dalam menentukan dimensi saluran drainase.

Institut Teknologi Nasional


30

Gambar 3.4 Diagram Alir Penentuan Dimensi Saluran Drainase


Sumber: Hasil Analisis, 2021,

3.1.6. Evaluasi Sistem Drainase Eksisting


Perencanaan sistem drainase membutuhkan evaluasi dari sistem drainase eksisting
untuk membandingkan perhitungan yang sudah dilakukan dengan kondisi
eksisting agar perencanaan yang dilakukan tidak berbeda secara signifikan.

3.1.7. Perencanaan Sistem Drainase


Perencanaan sistem drainase membutuhkan tahapan untuk yang mendukung
saling berkaitankegiatan, dalam perencanaan sistem drainase di wilayah
perencanaan. Perencanaan ini disesuaikan dengan seluruh tahap-tahap yang
sebelumnya sudah dilakukan, sehingga, dapat memudahkan perencanaan.
Tahapan dalam perencanaan sistem drainase yang dilakukan, yaitu:.
1. Dasar-dasar perencanaan
a) Studi literatur sistem drainase;
b) Kriteria desain sistem drainase.
2. Perencanaan Teknis
a) Menentukan jalur dan bentuk saluran drainase;
b) Menghitung debit limpasan;
c) Menentukan dimensi saluran drainase;
d) Menghitung dimensi prasarana (RWH dan sumur resapan);
e) Menghitung dimensi bangunan pelengkap (outfall, street inlet, gorong-
gorong).
3. Desain dan Detail Gambar
a) Saluran Drainase
b) Prasarana, yang meliputi:
 RWH;
 Sumur Resapan.
c) Bangunan pmelengkap, yang meliputi:
 outfall;
 street inlet;

Institut Teknologi Nasional


31

 gorong-gorong.
4. Spesifikasi Teknis dan Rencana Anggaran Biaya (RAB)
a) Pekerjaan sistem drainase;
b) Prasarana;
c) Bangunan pelengkap.
5. Kesimpulan dan Saran.

3.1.8. Kesimpulan dan Saran


Kesimpulan bertujuan untuk mengambil garis-garis besar dari tahap perencanaan,
yang memberikan jawaban pada tujuan yang sudah ditetapkan pada perencanaan
ini. Saran bertujuan untuk memberikan masukan dari perencanaan, ini yang belum
dapat terpenuhi dan dapat dipertimbangkan jika perencanaan ini dikembangkan di
masa yang akan datang.

Institut Teknologi Nasional

Anda mungkin juga menyukai