Anda di halaman 1dari 29

BAB 6

PENDEKATAN, METODOLOGI DAN PROGRAM KERJA

Sesuai dengan Tujuan Pekerjaan yang telah disebutkan di Kerangka Acuan Kerja (TOR),
maupun di bab pendahuluan, adalah memberikan Bantuan Teknis kepada Pemerintah
Daerah dalam :
1. Penyempurnaan/Peninjauan Kembali Kabuapeten Barito Selatan (Selanjutnya
langsung ke Penyusunan)
2. Penyempurnaan/Peninjauan Kembali Kabuapeten Barito Selatan
(Selanjutnya langsung ke Penyusunan)
3. Penyusunan RTRW Kabupeten Barito Selatan
Untuk selanjutnya dalam pengerjaan bantuan teknis ini uraian metodologi
pelaksanaan pekerjaan ini akan diuraikan dalam 4 pokok bahasan, sesuai dengan sifat
masing- masing perencanaan yaitu:
1. Metodologi Peninjauan Kembali/Penyusunan Dokumen Revisi RTRW Kabupaten
Barito Selatan.

A. PENDEKATAN TEKNIS DAN METODOLOGI PENYUSUNAN


DOKUMEN REVISI RTRW KABUPATEN BARITO SELATAN
Pada dasarnya, metodologi Peninjauan Kembali dan Penyusunan RTRW
Kabupaten Barsel terdiri atas beberapa tahapan, yaitu
1) Kajian Terhadap Keabsahan RTRW
Kajian ini ditujukan untuk mengevaluasi keabsahan produk
RTRW, baik dalam hal kelengkapan dan keabsahan data, metoda dan
hasil analisis, perumusan konsep dan strategi, produk rencana tata
ruang, maupun prosedur penyusunan.
Evaluasi dilakukan dengan menggunakan metodologi analisis
komparatif antara aspek dalam produk RTRW, dengan ketentuan
mengikuti penilaian yang telah diatur dalam Pedoman Peninjauan
Kembali RTRW Propinsi (Departemen Kimpraswil, 2002). Analisis
komparatif yang dimaksud disini adalah bahwa komparasi yang
dilakukan tidak hanya membandingkan antara aspek yang ada
dengan ketentuan penilaian, namun jika memungkinkan dianalisis
lebih lanjut penyebab perbedaan atau perubahannya. Dengan
demikian, dari evaluasi ini diharapkan didapat keluaran berupa
aspek-aspek apa saja yang tidak sesuai dengan
kriteria-kriteria yang telah ditetapkan sebagai masukan dalam penentuan tipologi peninjauan kembali seperti apa yang
dibutuhkan
Gambar 6.1
Metodologi Peninjauan Kembali RTRW Kabupaten Barito Selatan
Gambar 6.2
Metodologi Penyusunan RTRW Kabupaten Barito Selatan
No Aspek Kriteria Kesahan RTRW Kabupaten
Penilaian
1 Berdasarkan 1) Data kebijakan pembangunan daerah, seperti kesimpulan PROPEDA, informasi arahan RTRWN, informasi arahan RTRW Pulau, RTRW
kelengkapan
dan Propinsi, serta data perekonomian nasional
keabsahan 2) Data karakteristik ekonomi, meliputi data PDRB Propinsi, produksi sektoral Propinsi, APBD Propinsi (5 tahun terakhir), serta investasi sektoral
data
pembangunan di propinsi
3) Data kependudukan/demografi, meliputi data jumlah penduduk selama 5 tahun terakhir, kepadatan penduduk, tingkat pertumbuhan
penduduk, dan penduduk berdasarkan lapangan pekerjaan, yang dirinci menurut kota/kecamatan.
4) Data sumberdaya buatan, meliputi data sarana ekonomi, sarana sosial, sarana dan prasarana transportasi, yang dirinci per
kabupaten/kecamatan, serta prasarana pengairan, sistem jaringan listrik, dan sistem telekomunikasi.
5) Data sumberdaya alam, meliputi peta dan data penggunaan tanah, hidrologi/sumberdaya air, topografi, geologi/sumberdaya mineral,
kesesuaian lahan kegiatan budidaya, tataguna hutan, jenis tanah, dan iklim.
2 Berdasarkan Dinyatakan lengkap jika sekurang-kurangnya mencakup analisis sebagai berikut:
metoda dan 1) Analisis kedudukan propinsi dalam perwilayahan nasional dan pulau serta propinsi, serta hubungannya dengan propinsi lain, meliputi:
analisis
 sistem jaringan transportasi nasional, pulau, propinsi
 arahan kebijakan RTRWN, RTRW pulau, rencana strategi pengembangan wilayah regional, dll
 sistem perkotaan nasional, pulau, dan regional
 fungsi dan peran propinsi dalam lingkup nasional, pulau, dan propinsi berdasarkan aspek ekonomi, transportasi, dan pencapaian
pembangunan nasional secara umum
 sektor-sektor unggulan di propinsi
2) Analisis demografi, untuk melihat profil dan perkembangan penduduk, meliputi analisis tingkat perkembangan, pergerakan penduduk antar
dan dalam kabupaten, distribusi/kepadatan penduduk berdasarkan kecamatan, struktur pekerjaan penduduk dirinci berdasarkan
kabupaten/kecamatan, dan tingkat partisipasi angkatan kerja
3) Analisis ekonomi wilayah, untuk melihat profil dan perkembangan ekonomi propinsi, seperti struktur ekonomi propinsi, terutama
menyangkut keterkaitan antarsektor dan sektor unggulan, pertumbuhan ekonomi, pergerakan barang dan jasa, pola persebaran ekonomi dalam
propinsi dan keterkaitannya, serta potensi investasi
4) Analisis fisik dan daya dukung lingkungan, meliputi analisis kendala fisik pengembangan kawasan budidaya (rawan gempa, banjir, longsor),
lokasi dan kapasitas sumberdaya alam (air, tanah, hutan, dan mineral), serta kesesuaian lahan bagi pertanian pangan, perkebunan, dan
kehutanan
5) Analisis sarana dan prasarana, meliputi analisis kondisi, jenis, dan jumlah sarana sosial, ekonomi, transportasi, pengairan, listrik, dan
telekomunikasi.
6) Analisis struktur dan pola ruang, untuk melihat kecenderungan perkembangan struktur dan pola, yang meliputi pola sebaran penduduk kawasan
budidaya, dan jaringan infrastruktur
7) Analisis potensi dan kondisi SDA, SD buatan, dan SDM, yang dinyatakan lengkap apabila terdapat kesimpulan potensi sumberdaya alam yang
ada, kemungkinan perkembangannya, dan keterbatasan pengembangannya
8) Analisis keuangan dan kemampuan pembangunan daerah, mencakup analisis jumlah dan proporsi biaya pembangunan propinsi PAD dan subsidi
dari pemerintah pusat/propinsi, dan sumber-sumber pembiayaan lainnya (swasta, BLN, dll).
3 Berdasarkan Dinyatakan lengkap jika mencakup:
konsep dan 1) Rumusan permasalahan pembangunan propinsi dan keterkaitannya dengan permasalahan pemanfaatan ruang
strategi 2) Rumusan konsep dan strategi pengembangan tata ruang wilayah propinsi
3) Penjabaran konsep dan strategi pengembangan tata ruang wilayah propinsi, meliputi strategi pengelolaan kawasan lindung dan budidaya; kawasan
perdesaan, perkotaan, dan tertentu; kawasan produksi dan permukiman, serta sistem pusat permukiman perkotaan dan perdesaan;
pengembangan sarana dan prasarana wilayah; pengembangan kawasan prioritas; serta penatagunaan tanah, air, udara, dan sumberdaya alam
lainnya
4 Berdasarkan Dinyatakan lengkap jika mencakup:
produk 1) Arahan pengelolaan kawasan lindung dan budidaya
rencana tata
ruang 2) Arahan pengelolaan kawasan perdesaan, perkotaan, dan tertentu
3) Arahan pengembangan kawasan budidaya, meliputi kawasan permukiman, kehutanan, pertanian, pertambangan, industri, dan lainnya.
4) Arahan struktur tata ruang, meliputi arahan pengembangan sistem pusat permukiman (perkotaan dan perdesaan), sistem jaringan jalan, sistem
transportasi lainnya, sistem jaringan energi/listrik, pengairan, telekomunikasi, air baku.
5) Arahan pengembangan kawasan prioritas.
6) Pedoman pengendalian pemanfaatan ruang wilayah, meliputi kebijakan tata guna tanah, air, lahan, udara, dan sumberdaya alam lainnya.
5 Berdasarkan Dinyatakan lengkap jika:
proses 1) Disusun berdasarkan pedoman teknis penyusunan yang berlaku.
penyusunan
2) Melibatkan tim teknis tata ruang propinsi serta pihak lain yang terkait (masyarakat dan pakar).
3) Melalui suatu proses konsensus dan musyawarah dalam mengalokasikan ruang sesuai dengan arahan rencana tata ruang yang lebih tinggi.
4) Disepakati oleh DPRD.
Untuk melakukan kajian ini, maka data yang diperlukan adalah
Dokumen RTRW, baik Buku Fakta Analisis, maupun Buku Rencana.
Dokumen ini diperoleh dengan melakukan survai instansional terkait,
dalam hal ini Pemerintah kabupaten atau Badan Perencanaan dan
Pengembangan Daerah (Bappeda) Kabupaten.

2) Kajian Kepentingan Peninjauan Kembali RTRW


Kajian ini bertujuan untuk mengidentifikasi seberapa besar
penyimpangan arahan yang digariskan dalam RTRW sebagai masukan
dalam perlunya peninjauan kembali dan penentuan tipologi
peninjauan kembali yang akan dilakukan. Untuk itu, kajian ini
akan mencakup
1) identifikasi terhadap adanya perubahan faktor-faktor
eksternal,
2) identifikasi besaran simpangan, dan
3) identifikasi perlunya peninjauan kembali
Identifikasi terhadap adanya perubahan faktor-faktor eksternal
dilakukan dengan tujuan untuk memperoleh informasi menyangkut
indikasi adanya perubahan akibat pengaruh dari berbagai faktor
eksternal, seperti :
 peraturan dan rujukan yang baru
 kebijakan pemerintah yang baru, baik di tingkat pusat,
daerah, maupun sektoral
 adanya perubahan-perubahan dinamis akibat kebijakan dan
pertumbuhan ekonomi, seperti perubahan fungsi kota, adanya
investasi properti skala besar dan pembangunan infrastruktur
yang mempengaruhi pola dan struktur pengembangan wilayah,
serta dibangunnya pusat-pusat pelayanan baru
 adanya paradigma baru dalam pembangunan dan atau
penataan ruang
Identifikasi ini dilakukan dengan metodologi deskriptif analisis , artinya
tidak hanya menjabarkan fakta adanya faktor eksternal yang ada, tapi
juga menganalisi lebih lanjut mengenai dampak faktor tersebut
terutama terhadap penataan ruang wilayah.
Dari kajian ini diharapkan dapat diperoleh informasi mengenai kebijakan
dan perubahan kondisi internal di wilayah propinsi yang dampaknya
secara signifikan mempengaruhi arahan pemanfaatan ruang yang telah
ada.
Sementara, identifikasi besaran simpangan dilakukan untuk
memperkirakan seberapa besar penyimpangan yang terjadi, antara
arahan kebijakan yang dirumuskan dalam RTRW dengan wujud
struktural pemanfaatan ruang yang ada kenyataannya. Penyimpangan
ini dapat berupa penyimpangan dalam hal pemanfaatan maupun
pengendalian pemanfaatan. Masing-masing penyimpangan memiliki
kriteria tersendiri.
Identifikasi ini dilakukan dengan metodologi deskriptif analisis
kuantitatif, dimana penyimpangan akan dibandingkan dengan total
aspek yang dikaji (dalam hal ini aspek terkait dengan kriteria
penyimpangan seperti yang dijabarkan dalam Box 1), diwujudkan dalam
bentuk persentase (%)
Untuk melakukan kedua identifikasi tersebut dibutuhkan dukungan data
dan informasi, yang diperoleh melalui
 Diskusi lintas sektoral yang melibatkan seluruh dinas atau
instansi teknis terkait dengan pengembangan wilayah. Diskusi
dilakukan dengan maksud untuk bertukar informasi mengenai
isu-isu permasalahan yang ada, terutama menyangkut
pelaksanaan kebijakan pemanfaatan ruang wilayah, konfirmasi
kebijakan-kebijakan yang telah dikeluarkan dalam rangka
pengembangan wilayah, dll
 Pengumpulan seluruh dokumen-dokumen kebijakan
yangdianggap dapat mempengaruhi kebijakan penataan ruang
yang digariskan dalam RTRW, baik di tingkat nasional maupun
daerah
 Kondisi penggunaan ruang atau tutupan saat ini
Box 1
Tidak menyimpang jika:
Pemanfaatan ruang  Benar-benar menjadi acuan pelaksanaan pembangunan, artinya
menjadi dokumen resmi dalam Rakorbang Daerah dan didudukkan
sejajar dengan Peraturan Daerah lainnya.
 Struktur dan pola pemanfaatan ruang benar-benar sesuai dengan
arahan dalam RTRW
 Telah ditetapkan dan disahkan menjadi PERDA dan didiseminasikan ke
setiap sektor.
 Menjadi acuan sektor dalam menyusun rencana, pembiayaan,
dan tahapan program pembangunan serta telah menjadi acuan
dalam pelaksanaan penyusunan rencana tata ruang hirarki di
bawahnya.
 Tidak menimbulkan konflik antarsektor atau tumpangtindih alokasi
kegiatan sektor.
 Pemanfaatan ruang atas dasar RTRW tidak menimbulkan dampak
yang bermasalah di masyarakat.
 Tidak ada pengaduan masyarakat yang menginformasikan
ketidaksesuaian RTRW dengan kenyataan di lapangan.
Pengendalian  Telah memiliki sistem informasi pemantauan dan pelaporan yang
pemanfaatan ruang handal, cepat, dan informatif.
 Telah dilakukan mekanisme perijinan yang sesuai berdasarkan RTRWP
dalam menentukan lokasi kegiatan.
 Telah dilakukan evaluasi pelaksanaan program-program
pembangunan, implementasi ruang, serta perijinan pemanfaatan
ruang.
 Telah dilakukan evaluasi terhadap kenyataan di lapangan akibat
terjadinya terjadinya faktor eksternal (perubahan kebijakan dan
rujukan)
 Diterapkan instrumen baru, seperti perangkat insentfi, agar selalu sesuai
dengan arahan RTRWP
 Diterapkan denda/sangsi bagi yang melanggar arahan dalam RTRW

Lebih lanjut, hasil kedua identifikasi tersebut menjadi


input/masukan dalam mengidentifikasi perlunya
peninjauan kembali terhadap RTRW Kabupaten Barsel.
Peninjauan kembali akan dibutuhkan apabila salah satu
kriteria terpenuhi, apakah terdapat perubahan kebijakan
skala besar, terdapat faktor internal yang belum
dipertimbangkan, atau terjadi penyimpangan yang cukup
besar
3) Penentuan Tipologi Peninjauan Kembali RTRW
Kajian ini bertujuan untuk mengklasifikasikan tipologi peninjauan
kembali seperti apa yang dibutuhkan oleh RTRW Kabupaten Barsel
berdasarkan pertimbangan keabsahan RTRW dan tingkat keperluan
peninjauan kembali yang tergambar dari adanya perubahan faktor
eksternal dan adanya penyimpangan.
Terdapat 8 tipologi peninjauan kembali dengan karakteristik dan
kebutuhan peninjauan kembali yang berbeda, meliputi (Pedoman
Peninjauan Kembali RTRW Kabupaten, Departemen Kimpraswil, 2002):
 Tipologi A, dimana RTRW sah, terjadi simpangan kecil, dan
tidak terdapat perubahan faktor eksternal.
 Tipologi B, dimana RTRW sah, terjadi simpangan kecil, namun
terjadi perubahan signifikan pada faktor-faktor eksternal
berpengaruh terhadap kinerja RTRWP=
 Tipologi C, dimana RTRW sah, terjadi simpangan besar dan
perubahan-perubahan eksternal secara signifikan
 Tipologi D, dimana RTRW sah, terjadi simpangan yang besar
namun tidak terjadi perubahan pada faktor- faktor eksternal
 Tipologi E, dimana RTRW tidak sah, terjadi simpangan kecil,
dan faktor eksternal bertambah
 Tipologi F, dimana RTRW tidak sah, terjadi simpangan kecil,
dan faktor eksternal tetap
 Tipologi G, dimana RTRW tidak sah, terjadi simpangan besar,
dan faktor eksternal berubah
 Tipologi H, dimana RTRW tidak sah, terjadi simpangan besar,
dan faktor eksternal tetap.
4) Perumusan Peninjauan kembali RTRW BARSEL
Peninjauan kembali ini tergantung dari Tipologi yang didapat,
Peninjauan kembali tipologi ini dapat berupa :
a. Pembakuan materi RTRW BARSEL jika berdasarkan hasil
peninjauan ditemukan bahwa materi RTRW BARSEL yang
ditinjau tidak memenuhi persyaratan minimal sebagai RTRWP
yang baku atau
b. Penyesuaian terhadap materi RTRWP Kab Barito Selatan agar
mampu mengakomodasikan perubahan kebijaksanaan/
tujuan/sasaran pembangunan dan dinamika perkembangan
pemanfaatan ruang, serta untuk mengoreksi penyimpangan
yang terjadi pada perwujudan struktur dan pola pemanfaatan
ruang.
Bentuk dari kegiatan ini antara lain; penambahan- penambahan
komponen rencana
1) Perubahan (revisi) sebagai komponen rencana
2) Perumusan kembali kebijaksanaan dan startegi
pengembangan wilayah serta tujuan dan sasaran
pembangunan
3) Revisi Total seluruh komponen rencana atau
penyusunan kembali
c. Pemantapan, Pemanfaatan dan Pengendalian Pemanfaatan
RTRW BARSEL
Upaya-upaya pemantapan pemanfaatan RTRW BARSEL dan
pengendaliannya. Kegiatan ini antara lain berupa desiminasi
RTRWP BENGKULU sebagai alat koordinasi, sebagai acuan
pembangunan, peninjauan kembali kegiatan pemantauan pelaporan
evaluasi dan sebagainya
1) Tipologi A
Bila RTRW BARSEL ini sah, juga dengan simpangan kecil, serta
tidak terjadi perubahan faktor eksternal
Tidak perlu dilakukan tindakan tertentu karena RTRW BARSEL
masih ada, tidak perlu dilakukan peninjauan kembali, dapat
tetap digunakan sebagai acuan dalam pembangunan kabupaten
2) Tipologi B
Bila RTRW BARSEL sah, juga simpangan kecil, sedangkan terjadi
perubahan faktor eksternal. Perlu dilakukan peninjauan kembali
yang disebabkan oleh adanya faktor-faktor eksternal seperti
perubahan kebijaksanaan, adanya peraturan atau rujukan baru,
dinamika pertumbuhan ekonomi, perkembangan teknologi atau
paradigma atau nilai-nilai lainnya sehingga ketentuan dalam
RTRW BARSEL sudah tidak berlaku lagi. Maka aspek utama yang
perlu diperhatikan dalam proses peninjauan kembali adalah
melakukan pemutakhiran tujuan, sasaran, strategi dan
kebijaksanaan-kebijaksanaan agar sesuai dengan dan
mengakomodasikan perubahan-perubahan eksternal.
Tata cara yang harus dilakukan adalah:
a. Masukan
Identifikasi faktor-faktor eksternal yang berpengaruh
terhadap kinerja RTRW BARSEL
b. Proses
Kegiatan yang perlu dilakukan adalah
 Analisis hubungan faktor eksternal terhadap
kebijaksanaan pembangunan daerah
 Analisis hubungan faktor eksternal terhadap
rencana struktur dan pola pemanfaatan ruang
wilayah
 Apabila faktor-faktor eksternal tidak sejalan
lagi dengan strategi pengelolaan, arahan struktur
dan pola pemanfaatan ruang wilayah maka
diperlukan
 Pemutakhiran tujuan dan sasaran
pembangunan daerah
 Perumusan permasalahan pembangunan dan
pemanfaatan ruang wilayah
 Perumusan kembali strategi
pengembangan wilayah
3) Tipologi C
Bila RTRW BARSEL sah, terjadi simpangan besar dan
perubahan faktor eksternal secara signifikan. Perlu dilakukan
peninjauan kembali yang disebabkan oleh adanya
perubahan faktor-faktor eksternal selain perlu pemantapan
dalam pemanfaatan dan pengendalian RTRW BARSEL
sehubungan adanya simpangan-simpangan yang besar.
Tatacara peninjauan kembali sama dengan yang dilakukan pada
tipologi B namun perlu dilakuakn upaya-upaya pemantapan,
pemanfaatan dan pengendalian. Peninjauan kembali tehadap
tipologi C ini dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:
a. Masukan
Identifikasi faktor-faktor eksternal yang berpengaruh
terhadap kinerja RTRW BARSEL
b. Proses
Kegiatan yang perlu dilakukan adalah:
 Analisis hubungan factor eksternal terhadap
kebijaksanaan pembangunan daerah.
 Analisis hubungan faktor eksternal terhadap
rencana struktur dan pola pemanfaatan ruang
wilayah.
Apabila faktor-faktor eksternal tidak sejalan lagi dengan
strategi pengelolaan, arahan struktur dan pola
pemanfaatan ruang wilayah maka diperlukan:
 Pemutakhiran tujuan dan sasaran
pembangunan daerah
 Perumusan permasalahan pembangunan dan
pemanfaatan ruang wilayah
 Perumusan kembali strategi pengembangan
wilayah.
4) Tipologi D
Bila RTRWP BENGKULU sah, simpangan besar, tidak terjadi
perubahan faktor eksternal. Pada dasarnya pada tipologi ini tidak
perlu dilakukan pemutakhiran RTRW BARSEL karena rencana
masih sahih dan tidak terjadi perubahan eksternal seperti halnya
pada tipologi A, namun karena permasalahannya adalah
terjadinya simpangan pada pemanfaatan dan pengendalian maka
aspek-aspek yang perlu diperhatikan dalam peninjauan kembali
adalah sebagaimana yang dilakukan pada tipologi C

5) Tipologi E
Bila RTRWP BENGKULU tida sahih, simpangan kecil, faktor
eksternal berubah
Untuk tipologi ini hal-hal yang perlu dilakukan dalam peninjauan
kembali yang disebabkan oleh ketidak shihan rencana ditinjau
aspek substansi yang tidak memenuhi ketentuan prosedure dan
proses penyusunan rencana dan adanya perubahan faktor-faktor
eksternal yang perlu terakomodasi seperti perubahan
kebijaksanaan, adanya peraturan atau rujukan baru, dinamika
pertumbuhan ekonomi atau paradigma baru penataan ruang.
Dengan demikian dalam peninjauan kembali diperlukan langkah-
langkah menyeluruh terhadap perbaikan substansi rencana dan
penyesuauaian terhadap aspek eksternal.
6) Tipologi F
Bila RTRW BARSEL tidak sahih, simpangan kecil, faktor
eksternal tetap Hal-hal yang perlu dilakukan pada tipologi ini
adalah revisi atau peninjauan kembali secara menyeluruh dengan
melakukan pemutakhiran data, analisa rencana.
7) Tipologi G
Bila RTRW BARSEL tidak sahih, simpangan besar, faktor eksternal
berubah Pada topologi G, hal-hal yang perlu dilakukan adalah
melakukan revisi secara menyeluruh kinerja produk RTRW
BARSEL yang berupa pemutakhiran data, analisa dan rencana
dengan menyesuaikannya pada faktor-faktor eksternal yang
mengalami perubahan, dengan disertai penekanan terhadap
tindakan-tindakan untuk peninjauan kembali pelaksanaan
pemanfaatan rencana, pengawasan dan penertiban dalam
proses pengendalian
8) Tipologi H
Bila RTRWP BENGKULU tidak sah, simpangan besar, faktor
eksternal tetap. Pada tipologi ini. Hal yang perlu dilakuakn adalah
revisi atau peninjauan kembali secara menyeluruh dengan
melakukan pemutakhiran data, analisis dan rencana, baik
dalam proses penyusunan maupun substansi yang ada di
dalam produk RTRW BARSEL yang ada dan Pemantapan dan
pengendalian.

5) Tahap Penyusunan RTRW BARSEL


a. Tahap Pengumpulan Data dan Informasi
Tahap ini bertujuan untuk dapat mengidentifikasi kondisi awal
wilayah dan kecenderungan perubahannya. Data dan informasi
yang dikumpulkan dan diolah secara umum mencakup
 Data dan Peta kebijakan pembangunan
 Data dan Peta Kondisi Sosial Ekonomi
 Data dan Peta Sumber Daya Manusia
 Data dan Peta Sumber Daya Buatan
 Data dan Peta Sumber Daya Alam
 Data dan Peta Penggunaan Lahan
 Data Kelembagaan
b. Tahap analisis
Analisis Sosial Ekonomi
1) Analisis Sosial Ekonomi
Di bawah ini merupakan langkah-langkah menganalisis
sosial ekonomi , adalah sebagai berikut :
Pengenalan masalah/kebutuhan dan
poten s i

Pada tahap ini diawali dengan menggali


informasi- informasi yang mengungkapkan
keberadaan lingkungan dan masyarakatnya
secara umum.

Perumusan Masalah dan Penetapan


Prioritas

Semua permasalahan dikumpulkan kemudian


dirumuskan dan ditentukan masalah yang perlu
diatasi terlebih dahulu (prioritas).

Iden t i f i kasi alterna t if- a lterna t i f pemecahan


masalah/pengembangan gagasan.

Dari prioritas masalah yang telah


ditentukankemudian dibahas pemecahan
masalah-masalah melalui urun rembug dan
pengembangan gagasan.
Pemilihan alterna t if pemecahan masalah
yang paling t e pat guna.

Perencanaan dan Peny a j ian Renc a n a Kegiatan

Hasil kegiatan selanjutnya dapat dituangkan ke


dalam rencana kegiatan yang konkrit. Sebagai
masukan dalam peninjauan kembali dilakukan
pertemuan yang diikuti oleh berbagai
kelompok yang terlibat didalam perencanaan.
Pelaksanaan/
Pengorganisasian
Pengorganisasian bisa sederhana atau bisa lebih
canggih dan mendasar sampai mengarah kepada
pengembangan kelembagaan kawasan
perkotaan, tergantung kepada kebutuhan dan
tingkat perkembangan perkotaan.

Pemantauan dan Pengarahan


ke g i atan

Semua kegiatan perlu dipantau secara


berkelanjutan untuk melihat kesesuaiannya
dengan rencana yang telah disusun.

Evaluasi dan R e ncana Tindak


Lanjut

Setelah tahapan kerja selesai, maka


hasilnya layak dievaluasi apakah sesuai dengan
yang diharapkan

2) Analisis Kebijaksanaan Pengembangan


Dalam sub bab ini, menjabarkan secara ringkas cara-
cara metodologi yang digunakan, terutama dalam
mendukung proses analisis untuk menghasilkan keluaran
produk dengan menggunakan diagram berikut sebagai
metodologi untuk menghasilkan suatu kebijaksanaan.
Menghasilkan suatu kebijaksanaan adalah
pekerjaan yang tidak mudah dan pembuktiannya baru
diketahui setelah kebijaksanaan tersebut diterapkan.
Produk pekerjaan ini sangatlah penting dan cukup
strategis karena menyangkut hidup orang banyak.
Penetapan kebijaksanaan dan arahan pembangunan
prasarana dan sarana di kawasan terbangun
membutuhkan analisis cermat dan hati-hati.
3) Analisis Regimal
Analisis fisik dasar dilakuakn untuk mengetahui dan
memahami kondisi fisik di Propinsi tersebut yang
mencakup kelerengan, Iklim dan geologi kawasan
setempat.
4) Anallisis Rrgional
Analisis Regional dilakukan untuk memahami kedudukan
dan keterkaitan propinsi dalam sistim regional yang
lebih luas dalam aspek sosial, ekonomi, lingkungan dan
5) Analisis SDM
Analisis Sumber daya Manusia ditujukan untuk
mengatahui seberapa besar jumlah tenaga dan kualitas
tenaga kerja di propinsi tersebut untuk dapat menunjang
pembangunan di Provinsi tersebut.
6) Analisis SDA
Analisis Sumber Daya Alam untuk mengetahui potensi-
potensi yang terkandung di Provinsi tersebut untuk
dapat ditingkatkan sebagai komoditi unggulan untuk
dikembangkan.
7) Annalisis SDB
Analisis Sumber daya Buatan ini sangat penting dilakukan
untuk mengetahui ketersediaam infrastruktur yang
telah tersedia di Provinsi tersebut

8) Analisis Penggunaan Lahan


Analisis ini diperlukan untuk mengetahui pola dan
persebaran penggunaan lahan yang ada di Kabupaten
Barito Selatan serta kecendrungan penggunaan lahan di
masa yang akan datang.

9) Analisis Peran Serta Masyarakat


Peran serta masyarakat serta sektor swasta dalam
pembangunan perekonomian serta pengoperasian dan
perawatan kota pada kenyataannya sudah berjalan.
Selain itu masyarakat maupun sektor swasta diharapkan
dapat berpartisipasi dalam pembangunan sarana dan
prasarana wilayah. Persoalannya kini yaitu bagaimana
menempatkan pembangunan oleh masyarakat dalam
kerangka umum pembangunan wilayah. Kendati
demikian peran serta masyarakat dan swasta dalam
pembangunan prasarana secara formal masih
memerlukan pengkajian.
Bentuk kesepakatan lingkup peran serta masyarakat
dalam pembangunan. Partisipasi dalam tingkat-
tingkat pengambilan keputusan dalam metoda
pengelolaan pembangunan.

a. Partisipasi dalam Kebijaksanaan


Pembangunan
b. Partisipasi dalam Perencanaan
c. Partisipasi dalam Perumusan Program dan
Proyek
d. Partisipasi dalam Pelaksanaan Program dan
Proyek
e. Partisipasi dalam Pengoperasian dan
Pemeliharaan.
Pemerintah Pusat dan Daerah dalam hal ini mempunyai
peranan yang penting untuk merangsang tumbuhnya
serta mendukung semua kegiatan-kegiatan di atas.
B. RENCANA KERJA
Bentuk atau tahapan kegiatan yang akan dilakukan dalam pekerjaan ini secara
rinci diuraikan sebagai berikut :

A. Tahap Pendahuluan
1) Mobilisasi peralatan, tenaga ahli dan pendukung.
2) Menyusun rencana kerja dan menyiapkan peta dasar dan peta wilayah
perencanaan dengan rujukan peta rupabumi dengan skala sekurang-
kurangnya 1: 50.000 mengacu ketentuan PP 18 Tahun 2013 tentang
Ketelitian Peta Tata Ruang.
3) Mengkaji Kebutuhan data untuk analisa dan evaluasi dan menyiapkan
Data Spasial, berupa Citra satelit Landsat 8 OLI tahun 2016 dan Atau
Citra ALOS/IKONOS 5, yang dapat dipergunakan sebagai data dasar dan
bantu dalam evaluasi teknis menyusun peta-peta tematik terkait tata
ruang dengan tingkat ketelitian sekurang-kurangnya dengan skala 1 :
25.000, dengan toleransi tutupan awan antara (cloud Cover) 10%-15%.
4) Menganalisa peta-peta tematik yang mendukung kegiatan analisis
penyusunan Review Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Barito
Selatan Kabupaten Barito Selatan mengacu Pedoman bidang Penataan
Ruang dengan penajaman tema peta sesuai kondisi wilayah
perencanaan, dengan tingkat ketelitian skala 1: 50.000. Peta-peta
tematik ini merupakan hasil pengolahan data primer atau sekunder atau
kombinasi keduanya.
5) Menyusun metodologi pekerjaan yang akan dilakukan, kebutuhan data
dan persiapan analisa Data, Draft Dokumen dan Peta.
6) Merumuskan isu strategis dan permasalahan wilayah perencanaan,
terutama berdasarkan review yang dilakukan terhadap RTRW yang
terkait dengan wilayah perencanaan.
7) Mengumpulkan data spasial dan informasi yang berkaitan dengan
pekerjaan.
8) Menyiapkan Laporan Pendahuluan.
Adapun substansi yang harus ada dalam Laporan Pendahuluan adalah:
 Latar Belakang
 Metodologi pekerjaan;
 Jadwal penugasan tenaga ahli;
 Isu permasalahan wilayah;
 Rencana Kerja;
9) Melakukan Pembahasan Laporan Pendahuluan yang diselenggarakan di
Dinas Pekerjaan Umum dan Perhubungan Kabupaten Barito Selatan, dan
menyiapkan notulensi pembahasan serta dokumentasinya.

B. Tahap Antara
1) Melakukan kegiatan dalam rangka menjaring isu strategis dan
permasalahan wilayah perencanaan, dan mengumpulkan data primer
serta data sekunder yang belum terdata dan terinclude dalam Review
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Barito Selatan .
2) Tim konsultan diharuskan melakukan analisis secara komprehensif baik
deskriptif, statistik maupun spasial terhadap Review Rencana Tata
Ruang Wilayah Kabupaten Barito Selatan yang sudah ada. Analisa
spasial dilakukan secara terintegrasi atas beberapa tema dengan
mengikuti kaidah Sistem Informasi Geografis (SIG).
3) Analisis dan Evaluasi terhadap Struktur Ruang Dan Pola Ruang yang
sekurang-kurangnya dilakukan dengan pendekatan wilayah untuk
mengetahui kondisi, ciri, dan hubungan sebab akibat dari unsur-unsur
pembentuk ruang wilayah seperti penduduk, sumber daya alam, sumber
daya buatan, sosial, ekonomi, budaya, fisik dan lingkungan, sehingga
dapat diidentifikasikan hal-hal yang menyangkut potensi baik yang
positif maupun yang negatif, baik yang hayati maupun non hayati pada
Lingkungan Alam dan Buatan dalam berinteraksi dengan aktifitas
manusia/masyarakat.
4) Melaksanakan evaluasi dan analisa terhadap skenario pengembangan
wilayah untuk menetapkan sektor dan atau komoditi unggulan sebagai
pendorong ekonomi wilayah yang didukung dengan rencana sistem
pusat permukiman dan sistem prasarana wilayah untuk meningkatkan
kesejahteraan masyarakat yang telah disusun dalam Review Rencana
Tata Ruang Wilayah Kabupaten Barito Selatan . Analisis dan Evaluasi
Skenario pengembangan wilayah dalam Review Rencana Tata Ruang
Wilayah Kabupaten Barito Selatan tersebut disusun di dalam teks dan
peta
5) Melaksanakan Analisis dan Evaluasi Konsep Rencana Tata Ruang
Wilayah Kabupaten Barito Selatan yang mencakup konsep Pola Ruang
dan Struktur Ruang yang mengakomodir pemecahan masalah sektoral
bersama-sama dengan instansi terkait.
6) Menyediakan Album Peta untuk bahan pembahasan yang meliputi peta-
peta tematik pendukung tata ruang Hasil analisis kesesuaian dan
evaluasi Review Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Barito Selatan
diantaranya peta-peta tentang Skenario Pengembangan Wilayah,
Konsep Pola Ruang dan Struktur Ruang.
7) Menyiapkan Laporan Antara
Adapun substansi yang harus ada dalam Laporan Antara adalah :

 Data Analisis dan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Barito


Selatan : primer dan sekunder, spasial dan non spasial;

 Analisis dan Evaluasi Rumusan isu strategis wilayah perencanaan

 Hasil analisis deskriptif, statistik dan spasial;

 Analisis dan Evaluasi Skenario pengembangan wilayah yang


tercantum Dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Barito
Selatan .
 Analisis dan Evaluasi terhadap Rencana Tata Ruang Wilayah
Kabupaten Barito Selatan yang tercantum dalam Review
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Barito Selatan .
8) Menyelenggarakan forum diskusi dan pembahasan Laporan Antara yang
diselenggarakan di Dinas Pekerjaan Umum dan Perhubungan, dan
menyiapkan notulensi pembahasan serta dokumentasinya

C. Tahap Draft Akhir

1) Melakukan analisa dan evaluasi perumusan rencana terhadap wilayah


perencanaan dengan mengacu ketentuan dalam Permen PU No 16
Tahun 2009 Tentang Penyusunan RTRW Kabupaten dan Pedoman
Pemantauan dan Evaluasi Pemanfaatan Ruang yang di Keluaran Oleh
Kementeriaan Pekerjaan Umum.
2) Melakukan analisa dan evaluasi menyangkut perumusan Kebijakan
Pemanfaatan Ruang Wilayah Kabupaten, Rencana dan Strategi, dan
arahan pemanfaatan ruang serta pengendalian pemanfaatan ruang
wilayah Kabupaten Barito Selatan.
3) Merekomendasikan final hasil analisis dan evaluasi terhadap Review
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Barito Selatan terhadap
kawasan strategis Kabupaten (dari aspek lokasinya)
4) Menyusun Review Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Barito
Selatan ;
5) Menyusun dan menyerahkan Laporan Draft Akhir, dan bahan tayangan,
serta draft lampiran untuk Laporan Akhir.
6) Adapun Substansi yang harus ada dalam Laporan Review Rencana Tata
Ruang Wilayah Kabupaten Barito Selatan adalah merupakan
penyempurnaan hasil analisis dan Review Rencana Tata Ruang Wilayah
Kabupaten Barito Selatan terhadap :
 Tujuan, Kebijakan dan Strategi Pemanfaatan Ruang Wilayah
Kabupaten.
 Rencana struktur ruang yang meliputi sistem pusat permukiman
dan sistem jaringan prasarana wilayah kabupaten (meliputi
Transportasi, Energi, Telekomunikasi, Prasarana Pengelolaan
Lingkungan, dan Sumber Daya Air).
 Rencana pola ruang wilayah Kabupaten Barito Selatan yang
meliputi kawasan lindung, dan kawasan budidaya.
 Penetapan Kawasan Strategis Provinsi (disesuaikan dengan SE
Menteri PU No. 19/SE/M/2007).

 Arahan Pemanfaatan Ruang Wilayah Kabupaten yang terdiri dari


perumusan kebijakan strategis operasionalisasi Review Rencana
Tata Ruang Wilayah Kabupaten Barito Selatan (termasuk
penetapan kawasan budi daya yang dikendalikan dan kawasan
budi daya yang didorong pengembangannya); perumusan
program sektoral dalam rangka perwujudan struktur dan pola
ruang wilayah Kabupaten Barito Selatan; dan pelaksanan
pembangunan sesuai dengan program pemanfaatan ruang
wilayah Kabupaten Barito Selatan yang dilaksanakan sesuai
dengan standar pelayanan minimum (SPM) bidang penataan
ruang, standar kualitas lingkungan; dan daya dukung dan daya
tampung lingkungan. Arahan Pemanfaatan Ruang Yang dianalisis
dan evaluasi kesesuainan dalam Review Rencana Tata Ruang
Wilayah Kabupaten Barito Selatan yang telah ada pada
Pemerintah Kabupaten Barito Selatan dalam Hal ini Dinas PU dan
Perhubungan Kabupaten Barito Selatan yang berisi Indikasi
program utama per lima tahunan selama 20 (duapuluh) tahun
dengan program terinci tahunan pada 5 (lima) tahun pertama
yang dijabarkan dalam besaran dana, asal dana dan instansi
pelaksana. Indikasi Program Utama akan menjadi masukan
dalam menyusun Rencana Pembangunan Jangka Menengah
(RPJM) dan Panjang (RPJP).
7) Arahan Pengendalian Pemanfaatan Ruang Wilayah terdiri dari

 Ketentuan Umum Peraturan Zonasi yang terdiri dari : Ketentuan


Peraturan Zonasi pusat permukiman; jaringan transportasi darat,
jaringan transportasi laut, jaringan transportasi udara, kawasan
lindung dan kawasan budidaya.

 Ketentuan Perijinan

 Ketentuan insentif – disinsentif

 Arahan Sanksi

D. Tahap Akhir
1) Memperbaiki Laporan Draft Akhir sesuai dengan masukan yang
diperoleh dari diskusi dan pembahasan Laporan Draft Akhir.
2) Menyiapkan dan menyerahkan Laporan Akhir dan seluruh lampiran yang
harus diserahkan bersamaan dengan Laporan Akhir.

C. SUSUNAN ORGANISASI DAN RENCANA PENGGUNAAN


TENAGA AHLI
Kegiatan Review Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Barito Selatan
membutuhkan tenaga ahli sebagai berikut :
1) Ketua Tim / Ahli Perencanaan Wilayah/Tata Ruuang Wilayah
Minimal S.1, Pengalaman kerja Minimal 2 (dua) Tahun diutamakan
yang berpengalaman 10 (sepuluh) tahun ke atas dan memeliki
pengalaman berpraktik diwilayah kabupaten barito selatanm,
keahlian dapat dibuktikan dengan sertifikat keahlian dengan
kualifikasi minimal Ahli Madya Perencanaan Wilayah dan Kota
2) Anggota /Ahli GIS /Survey dan Pemetaan
Berpindidikan minimal S.1, pengalaman kerja Minimal 2 (dua)
Tahun, keahlian dapat dibuktikan dengan sertifikat Keahlian
dengan kualifikasi minimal Ahli Madya Geodesi
3) Anggota / Ahli Ekonomi Wilayah
Berpendidikan minimal S.1, Pengalaman Kerja Minimal 2 ( Dua)
tahun, keahlian dibuktikan dengan refrensi pengalaman yang
sesui

SUSUNAN ORGANISASI LAPANGAN

CV MEGAH JAYA CONSULTANT


JOKO TRI SUSILO, ST

Ir, DADANG RENDRA


Ahli Perencanaan Wialyah

DJOKO SANTOSO, ST
Ahli Geodesi

FENDRI UNTUNG, SE
Ahli Ekonomi Wilayah

Anda mungkin juga menyukai