Anda di halaman 1dari 93

Penyusunan Rencana Induk, Studi Kelayakan, dan

Perencanaan Teknis Dan Manajemen Persampahan


(PTMP) Sistem Pengelolaan Persampahan

Disampaikan oleh :
Endang Setyaningrum
 Rencana induk merupakan rencana garis besar yang menggambarkan arahan
sistem pengelolaan sampah dalam 25 tahun kedepan (minimal 10 tahun).
 Studi kelayakan merupakan bagian dari rencana induk ( baik kelayakan teknis,
ekonomi, lingkungan maupun sosial). Pada tahap ini secara bersamaan juga
dilakukan studi pemilihan lokasi TPA dengan mengacu pada SNI atau metode lain dan
studi AMDAL atau UKL/UPL.
 Perencanaan teknis merupakan rencana detail dengan mengacu pada rencana
induk atau studi kelayakan dan dilengkapi dengan gambar detail, spesifikasi
teknis, SOP dan dokumen lain yang diperlukan (penjabaran RKL/RPL atau
UKL/UPL) serta siap untuk dilakukan tahap pelaksanaan (penyediaan prasarana
dan sarana).
URUTAN PROSES

PENGUMPULAN
DATA

INDENTIFIKASI
MASALAH

ANALISA

RENCANA
OUTPUT PERENCANAAN

1 Rencana Daerah Pelayanan

2 Proyeksi Kebutuhan Pelayanan (jgk pendek , menengah & panjang)

3 Rencana Pengembangan secara Teknis

4 Rencana Pengembangan Kelembagaan

5 Rencana Pengembangan Peraturan

6 Rencana Pendanaan

7 Rencana Pengembangan PSM dan Swasta


Rencana induk penyelenggaraan persampahan paling sedikit memuat :
Rencana umum dan kriteria
 Rencana penanganan sampah dengan mengedepankan pengurangan
sampah yang ditimbun di TPA, pemanfaatan sampah sebagai sumber daya
melalui kegiatan 3R, pewadahan, pengumpulan, pengangkutan,
pengolahan, dan pemrosesan akhir sampah.
Program dan kegiatan penanganan sampah

Standar pelayanan ditentutkan sejak awal

Rencana alokasi lahan TPA

Rencana keterpaduan dengan air minum, air limbah, dan drainasi

Rencana pembiayaan, pola investasi dan pengembangan


kelembagaan
 JangkaWaktu Perencanaan  minimal 10 tahun
 Evaluasi Rencana Induk  setiap 5 tahun
 Kedudukan Rencana Induk
o Mengacu pada Rencana Jangka Panjang Daerah (RJPD) dan Rencana Tata
Ruang.
o Penyusunan program 5 tahunan atau rencana Renstra Dinas, wajib mengacu
pada rencana induk sektor persampahan.
o Rencana induk disusun oleh instansi yang berwenang di masing-masing
Kabupaten/Kota dengan melibatkan stakeholders dan hasilnya
disosialisasikan pada masyarakat luas
PENGUMPULAN DATA
TINGKAT KEAKURATAN DATA

METODA PENGUMPULAN DATA


• SECARA PRIMER (melakukan penelitian atau analisa langsung di lapangan)

• SECARA SEKUNDER ( dengan menggunakan data atau hasil penelitian yang


sudah ada)

DATA YANG DIPERLUKAN


DATA UNTUK MENYUSUN
RENCANA INDUK SISTEM PENGELOLAAN PERSAMPAHAN

• DATA KONDISI KOTA DAN RENCANA PENGEMBANGAN KOTA


1

• DATA KONDISI PENGELOLAAN PERSAMPAHAN YANG ADA


2

• PERMASALAHAN YANG ADA BEKAITAN DENGAN SISTEM


PENGELOLAAN PERSAMPAHAN
3
• DATA KONDISI KOTA DAN RENCANA PENGEMBANGAN KOTA
DATA KOTA DAN RENCANA PENGEMBANGAN KOTA

• POSISI KOTA/KABUPATEN
A. Gambaran • TRADE MARK KOTA : kota bunga, kota
Wilayah Studi pelajar
• PETA KOTA

• TOPOGRAFI
B. Kondisi Fisik
• GEOLOGI
Kota • HIDROLOGI
DATA KOTA DAN RENCANA PENGEMBANGAN KOTA

• JARINGAN JALAN ( jalan arteri/protokol, kolektor, jl


lingkungan, peta jaringan jalan)
• PERUMAHAN ( komplek, non komplek ; teratur, tidak
teratur, perum kumuh)
C. Prasarana • FASILITAS KOMERSIAL (pertokoan, pasar, hotel,
Kota restoran, salon, bioskop, kawasan wisata, kawasan
industri, dll)
• FASILITAS UMUM ( perkantoran, fas endidikan, fas
kesehatan)
• FASILITAS SOSIAL (rumah ibadah, panti sosial)
• RUANG TERBUKA HIJAU ( taman kota, hutan kota,
perkebunan, persawahan, lahan pertanian, dll)
• PETA TATA GUNA LAHAN

Target daerah pelayanan


DATA KOTA DAN RENCANA PENGEMBANGAN KOTA

• JUMLAH PENDUDUK KOTA, PER KECAMATAN,


PER KELURAHAN
• KEPADATAN PENDUDUK RATA2 DAN
D. Kependudukan KEPADATAN PENDUDUK DAERAH TERBANGUN
• Daerah kepadatan penduduk > 100 jiwa/ha ;
50-100 jiwa/ha; < 50 jiwa/ha

Untuk mengidentifikasi daerah pelayanan, menghitung


tingkat Pelayanan dan lain-lain
DATA KOTA DAN RENCANA PENGEMBANGAN KOTA

E. Kondisi • MATA PENCAHARIAN MASYARAKAT


sosial ekonomi • PENGHASILAN MASYARAKAT
masyarakat (income/kk/bulan)
• STRATA EKONOMI ( % penghasilan
tinggi, menengah dan rendah)

Menentukan kualitas pengelolaan sampah &


perhitungan tarif retribusi dikaitkan dgn kemampuan
membayar masyarakat
DATA KOTA DAN RENCANA PENGEMBANGAN KOTA

F. Tingkat • DATA PENYAKIT YANG BERKAITAN DENGAN


BURUKNYA KONDISI SANITASI LINGKUNGAN
Kesehatan DAN AIR BERSIH
Masyarakat • ( diarhe, typhus, dysentri, ISPA )

Untuk meningkatkan kualitas pelayanan persampahan


Dikawasan rawan sanitasi
DATA KOTA DAN RENCANA PENGEMBANGAN KOTA

• RENCANA PENGEMBANGAN WILAYAH


G. Rencana • RENCANA PENGEMBANGAN JARINGA JALAN
• RENCANA PENGEMBANGAN FASILITAS KOTA
Pengembangan • PROYEKSI PENDUDUK
Kota • PETA PENGEMBANGAN WILAYAH, JARINGAN
JALAN DAN LAIN-LAIN

Sebagai acuan untuk analisa pengembangan kebutuhan


Pelayanan persampahan jangka panjang
• DATA KONDISI PENGELOLAAN PERSAMPAHAN YANG ADA
DATA KONDISI PENGELOLAAN PERSAMPAHAN

• % perbandingan jml penduduk yg


mendapat akses pelayanan secara terpusat
A. Tingkat
dan jml penduduk total
Pelayanan • % perbandingan jml sampah yang diangkut
ke TPA dan jumlah sampah total

Tingkat pelayanan merupakan gambaran indikator


secara Kuantitatif thd kondisi pengelolaan sampah kota
DATA KONDISI PENGELOLAAN PERSAMPAHAN

•KELOMPOK DATA :
•ASPEK INSTITUSI / KELEMBAGAAN,
B. Sistem •ASPEK TEKNIS,
•ASPEK PEMBIAYAAN,
Pengelolaan •ASPEK PERATURAN
•ASPEK PERAN SERTA MASYARAKAT

Merupakan gambaran indikator Teknis, kelembagaan,


pembiayaan, peraturan dan PSM
• PERMASALAHAN YANG ADA BEKAITAN DENGAN SISTEM PENGELOLAAN
PERSAMPAHAN
Data permasalahan yang berkaitan dengan Sistem Pengelolaan Persampahan:
 Masalah Teknis

Identifikasi masalah ini diperlukan dalam pengelolaan persampahan agar


perencanaan yang dihasilkan sesuai dengan kebutuhan masyarakat setempat.
 Masalah Non Teknis

Identifikasi masalah ini diperlukan dalam pengelolaan persampahan agar


perencanaan yang akan dihasilkan dapat memecahkan permasalahan yang ada.
 Masalah Utama

Dari berbagai kemungkinan permasalahan maka perlu ditarik suatu garis


permasalahan utama untuk mendapatkan gambaran masalah mana yang perlu
mendapatkan prioritas untuk solusi penanganannya.
 Target Penanganan

Perencanaan penanganan sampah jangka panjang yang aplikatif dan mengacu pada
target nasional, kesepakatan MDGs, serta target propinsi dan kota/kabupaten.
1. Umum
 Strategi Teknis, seperti peningkatan cakupan dan kualitas pelayanan berdasarkan kriteria
kebutuhan pengembangan dan peningkatan kegiatan 3R untuk skala sumber dan
kawasan pada lokasi- lokasi prioritas dan memenuhi kriteria.
 Strategi Peningkatan Kelembagaan, seperti peningkatan organisasi sesuai dengan
peraturan yang berlaku dan pemisahaan fungsi regulator dan operator
 Strategi Peningkatan Pembiayaan, seperti peningkatan prioritas alokasi dana untuk
investasi maupun biaya pengelolaan persampahan dan pola pembiayaan yang mengarah
pada Badan Layanan Umum
 Strategi Peningkatan Pengaturan, seperti penyempurnaan berbagai Produk hukum
yang realistis serta aplikatif dan sosialisasi produk hukum kepada para stakeholder terutama
mayarakat
 Strategi Peningkatan Peran Serta Masyarakat, seperti sosialisasi dan edukasi
2.Tujuan dan Target Penanganan
 Jangka Pendek, untuk wilayah perencanaan yang membutuhkan penanganan mendesak.

 Jangka Menengah, untuk wilayah perencanaan yang membutuhkan penanganan untuk jangka
waktu 5 tahun.
 Jangka Panjang, untuk wilayah perencanaan yang membutuhkan penanganan untuk jangka
waktu 10 tahun.
3. Strategi Pengembangan Pelayanan
 Prediksi Timbulan Sampah

 Efektivitas Solusi Peningkatan Pelayanan

 Sistem Pelayanan

4. Strategi Pembiayaan
 Strategi Investasi

 Strategi Operasi dan Pemeliharaan


1. Rencana Daerah Pelayanan (mengembangkan pola rumah tumbuh)

2. Rencana Teknis Pengembangan Pelayanan Persampahan (Studi Kasus)


Mengkaji beberapa alternatif berkaitan dengan beberapa kemungkinan skenario pengembangan
pelayanan seperti,
 Skenario alokasi lahan TPA
 Skenario SPA
 Skenario pengurangan sampah melalui kegiatan 3R
 Skenario lain sesuai kondisi dan kebijakan lokal
Tahap-Tahap yang dilakukan dalam pengkajian:
 Membuat alternatif 1 dan alternatif 2
 Mengevaluasi alternatif sistem
 Pemilihan prioritas
ANALISIS KEBUTUHAN PELAYANAN

KOTA/ JML PDDK KEPADATAN PENDUDUK FASILITAS KOTA


KEC/KEL (JIWA/HA)
>100 50-100 <50 PERUMAHAN UMUM KOMERSIAL SOSIAL STRATEGIS

Catatan :
•Prosentase kepadatan penduduk (> 100 jiwa/hektar, 50-100 jiwa/hektar dan < 50 jiwa/hektar) harus
dihitung berdasarkan proyeksi jumlah penduduk pada tahun dimaksud untuk setiap kelurahan.

•Proyeksi fasilitas Kota harus dihitung sesuai dengan rencana pengembangan Kota pada tahun
dimaksud (jangka pendek, menengah dan panjang).
3. Rencana Pengembangan Kelembagaan , meliputi bentuk institusi, bentuk organisasi, SDM, tata
laksana kerja dan pola kerja sama antar kota, bagi TPA Regional.

4. Rencana Pengembangan Peraturan

5. Rencana Pembiayaan dan Pola Investasi, meliputi biaya investasi, biaya pengoperasian dan
pemeliharaan, indikasi retribusi sampah dan potensi sumber dana pihak swasta.

6. Rencana Pengembangan Peran Serta Masyarakat (PSM) dan Swasta, meliputi:

 Penyusunan program penyuluhan/kampanye


 Pelaksanaan penyuluhan/kampanye
 Internalisasi penanganan sampah ke kurikulum sekolah
 Uji coba kegiatan 3R berbasis masyarakat
 Replikasi pengembangan kegiatan 3R berbasis masyarakat untuk mencapai target yang telah
ditentukan selama 20 tahun masa perencanaan (10-30%)
RENCANA PENGEMBANGAN PENGELOLAAN
PERSAMPAHAN

Rencana Pengembangan Kelembagaan


• UU 32 /2004 ttg Pemerintah Daerah
• PP 38 / 2007 ttg Pembagian Urusan Pemerintah
Antar Pemerintah , Pemerintah Propinsi dan
Pemerintah Kabupaten /kota
• PP 41/2007 ttg Struktur Organisasi Dinas Daerah
• PP 23/2005 ttg Pengelolaan Keuangan Badan
Layanan Umum

Rencana pengembangan organisasi pengelola meliputi


:
1. Bentuk Institusi
2. Struktur Organisasi
3. SDM
4. Tata Laksana Kerja
5. Pola Kerjasama antar kota
RENCANA PENGEMBANGAN PENGELOLAAN PERSAMPAHAN

Rencana Pengembangan Peraturan


Memuat ketentuan hukum berdasarkan :
- peraturan perundangan bd persampahan yg berlaku,
- Kebijakan nasional dan propinsi,
- NSPK

Rencana perlu mempertimbangkan hal-hal sbb:

• Jenis Perda terdiri dari Perda Pembentukan Institusi, Perda Ketentuan


Penanganan Persampahan dan Perda Retribusi

· Substansi materi Perda harus cukup menyeluruh, tegas dan dapat


diimplementasikan untuk jangka panjang (20 tahun)

· Penerapan Perda perlu didahului dengan sosialisasi, uji coba dikawasan


tertentu dan penerapan secara menyeluruh. Selain itu juga diperlukan
kesiapan aparat dari mulai kepolisian, kejaksaan dan kehakiman untuk
penerapan sanksi atas pelanggaran yang terjadi.

· Evaluasi Perda perlu dilakukan setiap 5 tahun untuk menguji tingkat


kelayakannya.
RENCANA PENGEMBANGAN PENGELOLAAN
PERSAMPAHAN

Rencana Pendanaan

Meliputi :
• Biaya Investasi, perhitungannya didasarkan pada kebutuhan pengadaan lahan (TPA,
TPST dan lain-lain) dan prasarana/sarana persampahan (pewadahan, pengumpulan,
pemindahan, 3R, pengangkutan dan pemrosesan akhir sampah)

· Biaya Operasi dan Pemeliharaan, perhitungannya didasarkan pada


kebutuhan alternatif pengoperasian seluruh kegiatan penanganan sampah dari sumber
sampai TPA (tempat pemrosesan akhir) sampah untuk jangka panjang

· Indikasi retribusi sampah, perhitungannya didasarkan pada indikasi biaya satuan


penanganan sampah (Rp/m3 atau Rp/kapita/tahun dan lain-lain)
RENCANA PENGEMBANGAN PENGELOLAAN
PERSAMPAHAN
Rencana Pengembangan PSM (Peran Serta
Masyarakat) dan Swasta
Fondasi bangunan pengelolaan persampahan
-Fase pengenalan (1-3) tahun
-Fase pelaksanaan (5-10) tahun

Rencana Peningkatan PSM , meliputi :

• Penyusunan program penyuluhan/kampanye


· Pelaksanaan Penyuluhan/kampanye

· Internalisasi penanganan sampah ke kurikulum sekolah

· Uji coba program 3R berbasis masyarakat

· Replikasi pengembangan kegiatan 3R berbasis masyarakat untuk mencapai target yang


telah ditentukan selama 20 tahun masa perencanaan (10 – 30)%
1. Rencana Jangka Pendek merupakan tahap pelaksanaan yang bersifat
mendesak dan dapat dijadikan pondasi untuk pentahapan selanjutnya
2. Rencana Jangka Menengah merupakan tahap pelaksanaan 5 tahun yang
didasarkan pada hasil kajian sebelumnya dengan mempertimbangkan tahap
mendesak yang telah dilakukan
3. Rencana Jangka Panjang merupakan tahap pelaksanaan yang bersifat
menyeluruh dengan mempertimbangkan hasil pencapaian tahap sebelumnya
4. Rencana Program, gambaran perencanaan program dapat dilihat pada tabel berikut ini:

5. Rencana Pembiayaan, gambaran perencanaan program dapat dilihat pada tabel berikut ini:

6. Sosialisasi
Dokumen studi kelayakan bidang persampahan, merupakan suatu dokumen kelayakan
teknis, ekonomi, keuangan dan lingkungan dari program-program pengembangan
prasarana dan sarana persampahan yang terdapat dalam suatu rencana induk.
Studi kelayakan memuat data atau informasi, berupa:
Perencanaan prasarana dan sarana persampahan yang ada

Perkiraan timbulan sampah

Kondisi sosial dan ekonomi (berdasarkan survey kebutuhan nyata)

Kelembagaan

Data sumber sampah

Program pengembangan dan strategi pelaksanaan

Analisis mengenai dampak lingkungan atau UKL/UPL

Rencana pengoperasian dan pemeliharaan

Perkiraan biaya proyek dan pemeliharaan

Kajian sumber pembiayaan


Kelayakan teknis harus berdasarkan:
 Kajian timbulan dan karakteristik sampah

 Kajian teknologi dan sumberdaya setempat

 Keterjangkauan pengoperasian dan pemeliharaan

 Kajian kondisi fisik setempat

Muatan teknis, terdiri dari:


 Rencana teknik operasional

 Kebutuhan lahan

 Kebutuhan air dan energi

 Kebutuhan prasarana dan sarana

 Gambaran umum pengoperasian dan pemeliharaan

 Masa layan sistem

 Kebutuhan sumber daya manusia


1. Norma Kelayakan Ekonomi dan Keuangan
 Perencanaan Pengembangan Prasarana dan sarana Persampahan meliputi: rencana induk,
studi kelayakan dan perencanaan teknis terperinci
 Studi Kelayakan Ekonomi dan Keuangan Pengembangan Prasarana dan sarana
 Studi kelayakan pengembangan Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) yang disusun oleh
penyelenggaraTPA
2. Standar Perhitungan Ekonomi dan Keuangan
 Perhitungan kelayakan ekonomi dan keuangan TPA menggunakan metode: Internal Rate
of Return (IRR) atau Net PresentValue (NPV)
 Perubahan nilai uang terhadap waktu (Time value of money) dihitung berdasarkan Discout
Factor (DF)
 Discout Factor (%) dihitung berdasarkan rata-rata tingkat inflasi selama tahun proyeksi
ditambah perkiraan faktor resiko investasi.
3. Norma Kelayakan Lingkungan
 Perencanaan Jangka Panjang Daerah adalah dokumen perencanaan periode 20 (dua
puluh) tahun (UU No. 25Tahun 2004)
 Kota Metropolitan atau kota-kota yang memiliki kepadatan penduduk yang tinggi
diwajibkan memiliki rencana induk Sistem Penyediaan Air Minum yang terpadu
dengan Sistem Persampahan
 Perlindungan air baku dilakukan melalui keterpaduan pengaturan pengembangan
Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) dengan Prasarana dan sarana Sanitasi (PP No.
16 Tahun 2005)
 Pemilihan lokasi Tenpat Pemrosesan Akhir Sampah harus memperhatikan aspek teknis,
lingkungan, sosial budaya masyarakat setempat serta dilengkapi dengan zona
penyangga (PP No. 16Tahun 2005)
1. Penentuan tahun proyeksi
2. Kriteria kelayakan ekonomi persampahan
 Proyek dikatakan layak ekonomi apabila manfaat ekonomi lebih besar dibanding
dengan biaya yang ditimbulkan
 Perhitungan kelayakan ekonomi proyek dihitung dengan metode:
 Economic Internat Rate of Return (EIRR)
 Economic Net PresentValue (ENPV)
 Economic Benefit Cost Ratio (EBCR)
 Apabila hasil perhitungan EIRR proyek menghasilkan angka persentase (%) lebih
besar dari faktor diskon, maka proyek layak diterima, begitu juga sebaliknya
3. Kriteria Kelayakan Keuangan Proyek
 Proyek dikatakan layak keuangan apabila pendapatan tarif/retribusi Persampahan
lebih besar dibanding dengan biaya yang ditimbulkan
 Perhitungan kelayakan keuangan proyek dihitung dengan metode Finansial Economic
Internal Rate of Return (FIRR) dan Net PresentValue (NPV)
 Kelayakan keuangan diukur berdasarkan Pay back period, Financial Net Present Value
(FNPV), Financial Internal Rate of Return (EIRR)
 Kelayakan keuangan memperhitungkan hal-hal sebagai berikut:
 Tingkat inflasi
 Jangka waktu proyek
 Biaya investasi
 Biaya operasi dan pemeliharaan, dan lain sebagainya
 Apabila kelayakan keuangan proyek tidak dapat menutup biaya operasional, maka
proyek ditolak.
4. Jenis Biaya Investasi Prasarana dan Sarana Persampahan
 Investasi prasarana dan sarana Persampahan meliputi:
 Investasi untuk pewadahan hinga pengangkutan sampah ke TPA
 Investasi untuk pembangunan Tempat Pemrosesan Akhir (TPA)
 Investasi untuk pembangunan TPS, 3R, SPA, FPSA,TPST
 Perhitungan kelayakan ekonomi dan keuangan proyek persampahan harus
memperhitungkan perbedaan karakteristik biaya yang timbul antara proyek-
proyek sebagai berikut:
 Perluasan prasarana yang sudah ada
 Rehabilitas prasarana yang sudah ada
 Pengembangan prasarana pada daerah baru
5. Proses Perhitungan Kelayakan Ekonomi dan Keuangan

Skematik Biaya dan


Manfaat Proyek
1. Perhitungan PerkiraanTarif Pelayanan Persampahan
 Memperhitungkan hal-hal berikut: biaya operasi dan pemeliharaan, biaya depresiasi
atau amortisasi, biaya bunga pinjaman, biaya umum dan administrasi
 Perkiraan tarif per golongan pelanggan harus direncanakan
 Perkiraan perhitungan tarif per golongan pelanggan
 Perkiraan tarif per golongan pelanggan untuk proyek yang bersifat rehabilitasi atau
peningkatan kapasitas
2. Komponen Penerimaan Retribusi
 Komponen penerimaan retribusi dari pelanggan permukiman dalam Rp/Thn
 Komponen penerimaan retribusi dari pelanggan daerah komersial atau institusional dalam Rp/Thn
 Komponen penerimaan retribusi dari pelanggan high rise building dalam Rp/Thn
1. Perhitungan kelayakan ekonomi dan keuangan sekurang-kurangnya disajikan
dalam perhitungan spread sheet, sehingga data-data perhitungan dan proyeksi
perhitungan dapat disajikan secara jelas.
2. Data-data yang harus disajikan untuk mendukung hasil perhitungan IRR
(Internal Rate of Return dan NPV (Net Present Value) sekurang-kurangnya
meliputi:
 Jadwal konstruksi dan jadwal investasi

 Jadwal operasi dan proyeksi kapasitas operasi

 Asumsi-asumsi biaya O/M, umum dan administrasi

 Asumsi tarif retribusi

 Proyeksi Net Cash

 Analisis Sensitifitas

 Proyeksi rugi/laba
PTMP sekurang-kurangnya memuat hal-hal sebagai berikut:
 Gambaran umum kondisi kota/kawasan
 Wilayah dan tingkat pelayanan
 Program dan kegiatan penanganan sampah
 Rencana penanganan sampah yang telah memuat unsur-unsur kelayakan
teknis, sosial, ekonomi, keuangan, dan lingkungan.
 Program prioritas
 Tahapan pelaksanaan
 Aspek pengaturan dan kelembagaa
 Pembiayaan
 Peran serta masyarakat dan swasta
Kriteria umum dari PTMP adalah sebagai berikut:
 Tersedianya dokumen teknis penyelenggaraan prasarana dan sarana
persampahan.
 Tersedianya perencanaan dan mekanisme peningkatan kapasitas
kelembagaan penyelenggaraan prasarana dan sarana persampahan.
 Analisis tingkat investasi dan manfaat dari penyelenggaraan prasarana
dan sarana persampahan.
Persyaratan teknis dari PTMP adalah sebagai berikut:
 Tersedianya konsep perencanaan teknis dan manajemen pengelolaan persampahan
 Tersedianya rencana teknis kebutuhan dengan mengantisipasi pertumbuhan timbulan sampah
 Terintegrasinya konsep intensifikasi kebersihan berupa konsep reduksi sampah, penggunaan kembali, dan daur
ulang sampah (3R)
 Tersedianya opsi konsep manajemen multi institusi pengelolaan kebersihan
 Teridentifikasinya kebutuhan materi pengaturan untuk bahan masukan Perda
 Tersedianya konsep rancangan kebutuhan dana investasi dan operasional selama lima tahun ke depan berikut
konsep perhitungan tarif retribusi yang perlu dibayar masyarakat
 Tersedianya konsep jenis, bentuk, dan pola peran serta masyarakat, berikut teknik, metode, dan materi
penyuluhan serta pendidikan masyarakat.
Tata Cara Pengerjaan Penyusunan Perencanaan Teknis dan Manajemen
Persampahan
Urutan cara pengerjaan PTMP penyelengaraan prasarana dan sarana adalah :
 Pengumpulan data baik secara primer maupun sekunder
 Melakukan studi literatur, yang terdiri dari:
 Data dan gambar pelaksanaan (as built drawing) prasarana yang sudah ada (TPA)
 Laporan PTMP (bila akan dilakukan kaji ulang PTMP yang sudah ditetapkan
sebelumnya)
 Melakukan analisis pengolahan data yang diperoleh dengan berbagai metode
analisis kuantitatif dan kualitatif
 Membuat kesimpualn berdasarkan data yang ada
 Membuat rekomendasi berdasarkan pengkajian dan kesimpulan
Skenario Pengembangan Sistem Pengelolaan Persampahan
Dalam PTMP perlu dilakukan pengembangan terhadap sistem pengelolaan
persampahan yang telah ada.
Program peningkatan pengelolaan persampahan ke depannya akan mengadopsi
paradigma baru, yaitu menerapkan metode pembatasan, pengurangan, dan
pemanfaatan sampah semaksimal mungkin melalui kegiatan 3R, sehingga
diharapkan jumlah sampah yang dibuang akan berkurang dan tidak
membutuhkan lahan TPA yang terlalu luas.
PEMILIHAN LOKASI TPA
Pemilihan lokasi TPA mempertimbangkan beberapa aspek :
 Kondisi geologi dan geohidrologi

 Topografi

 Kemudahan operasi

 Aspek lingkungan lainnya

Penentuan lokasi TPA ini dibagi atas beberapa tahapan yaitu:


 Tahap regional, tahapan untuk menghasilkan peta yang menunjukkan zona layak
TPA.
 Tahap penyisihan, tahapan untuk memilih satu atau dua lokasi terbaik diantara
beberapa lokasi layak TPA
 Tahap penetapan, tahap penentuan lokasi terpilih sebagai TPA oleh instansi yang
berwenang
 Persyaratan umum lokasi pembuangan akhir berdasarkan SNI adalah sebagai
berikut:
 Sudah tercakup dalam perencanaan tata ruang kota dan daerah
 Jenis tanah kedap air
 Daerah yang tidak produktif untuk pertanian
 Dapat dipakai minimal untuk 5-10 tahun
 Tidak membahayakan atau mencemarkan sumber air
 Jarak dari daerah pusat pelayanan ±10km
 Daerah yang bebas banjir
Penentuan lokasi TPA ini dibagi atas beberapa tahapan yaitu:
 Tahap regional

 Tahapan untuk menghasilkan peta yang menunjukkan zona layak TPA. Pada
tahap ini digunakan kriteria regional yaitu kriteria yang menentukan layak
tidaknya pada suatu wilayah ditempatkan lokasi pembuangan akhir.
 Tahap penyisihan

 Tahapan untuk memilih satu atau dua lokasi terbaik diantara beberapa lokasi
layak TPA yang diperoleh pada tahap sebelumnya. Pada tahap ini digunakan
kriteria penyisih.
 Tahap penetapan

 Tahap penentuan lokasi terpilih sebagai TPA oleh instansi yang berwewenang
setempat dan ketentuan yang berlaku.
 Kondisi geologi
 Tidak berlokasi di zona holocene fault
 Tidak boleh di zona bahaya geologi
 Kondisi hidrogeologi
Tidak boleh mempunyai muka air tanah < 3 m
Tidak boleh kelulusan tanah > 10-6 cm/detik
Jarak terhadap sumber air minum harus > 100 m di hilir aliran
Dalam hal tidak ada zona yang memenuhi criteria-kriteria tersebut di atas, maka harus
diadakan masukan teknologi.
 Kemiringan zona harus kurang dari 20%
 Jarak dari lapangan terbang harus > 3.000 m untuk penerbangan turbo jet dan harus > 1.500 m
untuk jenis lain
 Tidak boleh pada daerah lindung/cagar alam dan daerah banjir dengan periode ulang 25 tahun.

59
Parameter penyisih dalam pemilihan site yang digunakan pada SNI T-11-1991-03/SNI
03-3241-1994 :
No. Parameter Bobot Nilai
I. Umum
1. Batas Administrasi 5
- dalam batas administrasi 10
- di luar batas administrasi tetapi dalam satu sistem pengelolaan 5
TPA sampah terpadu
- di luar batas administrasi dan di luar sistem pengelolaan TPA 1
sampah terpadu
- di luar batas administrasi 1
2. Pemilik hak atas tanah 3
- pemerintah daerah/pusat 10
- pribadi (satu) 7
- swasta/perusahaan (satu) 5
- lebih dari satu pemilik hak dan atau status kepemilikan 3
- organisasi sosial/agama 1
3. Kapasitas lahan 5
- > 10 tahun 10
- 5 tahun -10 tahun 8
- 3 tahun – 5 tahun 5
- kurang dari 3 tahun 1

60
No. Parameter Bobot Nilai

4. Jumlah pemilik lahan 3


-satu (1) kk 10
-2 – 3 kk 7
-4 – 5 kk 5
-6 – 10 kk 3
-lebih dari 10 kk 1

5. Partisipasi masyarakat 3
-spontan 10
-digerakkan 5
-negosiasi 1

II. Lingkungan Fisik

1. Tanah (di atas muka air tanah) 5


-harga kelulusan < 10-9 cm/det 10
-harga kelulusan 10-9 cm/det – 10-6 cm/det 7
-harga kelulusan > 10-6 cm/det → Tolak (kecuali ada masukan -
teknologi)

61
No. Parameter Bobot Nilai

2. Air tanah 5
-≥ 10 m dengan kelulusan < 10-6 cm/det 10
-< 10 m dengan kelulusan < 10-6 cm/det 8
-≥ 10 m dengan kelulusan 10-6 cm/det – 10-4 cm/det 3
-< 10 m dengan kelulusan 10-6 cm/det – 10-4 cm/det 1

3. Sistem aliran air tanah 3


-discharge area/lokal 10
-recharge area dan discharge area lokal 5
-recharge area regional dan lokal 1

4. Kaitan dengan pemanfaatan air tanah 3


-kemungkinan pemanfaatan rendah dengan batas hidrolis 10
-diproyeksikan untuk dimanfaatkan dengan batas hidrolis 5
-diproyeksikan untuk dimanfaatkan tanpa batas hidrolis 1

62
No. Parameter Bobot Nilai

5. Bahaya banjir 2
-tidak ada bahaya banjir 10
-kemungkinan banjir > 25 tahunan 5
-kemungkinan banjir < 25 tahunan → Tolak (kecuali ada masukan -
teknologi)

6. Tanah penutup 4
-tanah penutup cukup 10
-tanah penutup cukup sampai ½ umur pakai 5
-tanah penutup tidak ada 1

7. Intensitas hujan 3
-di bawah 500 mm per tahun 10
-antara 500 mm sampai 1000 mm per tahun 5
-di atas 1000 mm per tahun 1

63
No. Parameter Bobot Nilai

8. Jalan menuju lokasi 5


-datar dengan kondisi baik 10
-datar dengan kondisi buruk 5
-naik/turun 1

9. Transport sampah (satu jalan) 5


-kurang dari 15 menit dari centroid sampah 10
-antara 16 menit – 30 menit dari centroid sampah 8
-antara 31 menit – 60 menit dari centroid sampah 3
-lebih dari 60 menit dari centroid sampah 1

10. Jalan masuk 4


-truk sampah tidak melalui daerah pemukiman 10
-truk sampah melalui daerah pemukiman berkepadatan sedang (≤ 300 5
jiwa/ha)
-truk sampah melalui daerah pemukiman berkepadatan tinggi (≥ 300 1
jiwa/ha)

64
No. Parameter Bobot Nilai

11. Lalu lintas 3


-terletak 500 m dari jalan umum 10
-terletak < 500 m pada lalu lintas rendah 8
-terletak < 500 m pada lalu lintas sedang 3
-terletak pada lalu lintas tinggi 1

12. Tata guna tanah 5


-mempunyai dampak sedikit terhadap tata guna tanah sekitar 10
-Mempunyai dampak sedang terhadap tata guna tanah sekitar 5
-Mempunyai dampak besar terhadap tata guna tanah sekitar 1

13. Pertanian 3
-berlokasi di lahan tidak produktif 10
-tidak ada dampak terhadap pertanian sekitar 5
-terdapat pengaruh negatif terhadap pertanian sekitar 1
-berlokasi di tanah pertanian produktif 1

65
No. Parameter Bobot Nilai

14. Daerah lindung/cagar alam 2


-tidak ada daerah lindung/cagar alam di sekitarnya 10
-terdapat daerah lindung/cagar alam di sekitarnya yang tidak terkena 1
dampak negatif
-terdapat daerah lindung/cagar alam di sekitarnya terkena dampak 1
negatif
15. Biologis 3
-nilai habitat yang rendah 10
-nilai habitat yang tinggi 5
-habitat kritis 1

16. Kebisingan dan bau 2


-terdapat zona penyangga 10
-terdapat zona penyangga yang terbatas 5
-tidak terdapat penyangga 1

17. Estetika 3
-operasi penimbunan tidak terlihat dari luar 10
-operasi penimbunan sedikit terlihat dari luar 5
-operasi penimbunan terlihat dari luar 1

66
Skema pemilihan
lokasi TPA
Tahap 1: Deskripsi hidrogeologis lokasi (Langkah ke 1 sampai ke 7)
 Langkah 1 Jarak sumber pencemar ke titik pemanfaatan sumber air

 Langkah 2 Kedalaman muka air tanah dari dasar sumber pencemar

 Langkah 3 Gradien muka air tanah dari sumber pencemar


 Langkah 4 Kemampuan sorpsi dan permeabilitas

 Langkah 5 Tingkat keakuratan/ketelitian data


Kepercayaan terhadap nilai parameter:
A = Akurat
B = Cukup
C = Tidak Akurat
 Langkah 6 Keterangan Tambahan
Parameter 6.1: Sumber air sekitar lokasi
W = jika yang akan tercemar adalah sumur (well)
S = jika yang akan tercemar adalah mata air (spring) atau sungai (stream)
B = jika yang akan tercemar adalah daerah lain (boundary)
Parameter 6.2: Informasi tambahan tentang calon lokasi
C : memerlukan kondisi khusus yang memerlukan komentar
D : terdapat kerucut depresi pemompaan
E : pengukuran jarak titik tercemar dilakukan dari pinggir calon lokasi
F : lokasi berada pada daerah banjir
K : batuan dasar calon lokasi adalah karst
dan lain sebagainya…
 Langkah 7 Rekapitulasi deskriptif hidrogeologi (penjumlahan nilai dari langkah-
langkah sebelumnya)

Tahap 2: Derajat keseriusan masalah (Langkah ke 8)


• Langkah 8 Derajat kepekaan akuifer dan jenis limbah
Tahap ini menggambarkan derajat keseriusan yang disajikan dalam bentuk matrik
yang menggabungkan kepekaan akuifer dengan tingkat bahaya limbah yang akan
diurug/ditimbun.
Derajat keseriusan dan Potensi Bahaya
Tahap 3: Gabungan tahap 1 dan tahap 2 (Langkah ke 9)
 Langkah 9 Penentuan nilai PAR (Protection of Aquifer Rating)

Tahap 4: Penilaian setelah perbaikan (Langkah ke 10)


 Langkah 10 ini digunakan bila pada lokasi tersebut dilakukan
masukan teknologi untuk mengurangi dampak pencemaran yang
mungkin terjadi, sehingga diharapkan terjadi pergeseran nilai PAR.
Pemilihan Prasaran Sarana Bidang Persampahan

Faktor-faktor yang menentukan pemilihan alat angkut adalah sebagai berikut :


o Banyaknya timbulan sampah yang akan ditangani dalam satuan ton timbulan
sampah per hari serta jenis sampah yang akan ditangani
o Pola pengumpulan, pemindahan, dan pengangkutan sampah
o Jenis, lebar, serta kondisi kualitas jalan yang akan dilalui
o Tipe dan ukuran dari fasilitasTPS
o Fasilitas yang dimiliki TPS
o Dana yang tersedia yang berhubungan dengan Harga Unit Alat Angkut
o Rencana pengelolaan persampahan jangka panjang
Persyaratan alat pengangkut sampah antara lain adalah sebagai berikut:
Alat pengangkut sampah harus dilengkapi dengan penutup sampah, minimal dengan jaring

Tinggi bak maksimum 1,6 m

Sebaiknya ada alat ungkit

Kapasitas disesuaikan dengan kondisi/kelas jalan yang akan dilalui

Bak truk/dasar kontainer sebaiknya dilengkapi pengaman air sampah

Berikut adalah proses pemilihan alat angkut persampahan berdasarkan pola pengelolaan persampahan:
Menurut UU No. 18 Tahun 2008, pengangkutan didefinisikan sebagai dalam
bentuk membawa sampah dari sumber dan/atau dari tempat penampungan
sampah sementara atau dari TPS 3R menuju ke tempat pengolahan sampah
terpadu atau tempat pemrosesan akhir.

Beberapa permasalahan yang dihadapi dalam pengangkutan sampah adalah sebagai


berikut :
Penggunaan waktu kerja yang tidak efisien
Penggunaan kapasitas muat kendaraan yang tidak tepat
Rute pengangkutan yang tidak efisien
Tingkah laku petugas
Aksesbilitas yang kurang baik
Flow Diagram Rute
Pengangkutan
Desain Rute Makro
 Rute makro merupakan rute pengangkutan sampah dimana arah pengangkutan
ditujukan ke satu tempat pengangkutan tertentu atau mengoptimalkan semua
fasilitas pengangkutan sampah guna meminimasi total biaya yang harus
dikeluarkan
Contoh : menentukan jalur pengangkutan dari transfer depo, TPS, maupun
kontainer ke TPA ataupun insinerator.

Diagram Rute Makro


Desain Rute Mikro
 Rute mikro merupakan rute pengumpulan sampah. Rute mikro menentukan
jalan agar diikuti oleh setiap kendaraan pengumpul sehingga dapat meminimasi
jarak tidak mengumpulkan dan waktu penundaan
Contoh: Menentukan jalur pengumpulan door-to-door baik langsung maupun
tidak langsung
 Penentuan rute ini dapat dilakukan dengan metode heuristik yaitu suatu
metode pendekatan sederhana yang mempertimbangkan:
• Letak garasi
• Letak transfer station atau tempat pembuangan akhir
• Arah jalan satu arah
• Kemacetan lalu lintas dan jam sibuk
• Topografi
• Jalan yang dapat dan tidak dapat dilalui
Diagram Rute Mikro
Berikut adalah prosedur dalam mendesain rute mikro dengan metode
heuristik:
Menyiapkan peta kota (skala 1: 5000)

Penyederhanaan blok pelayanan

Menyiapkan peta daerah kerja untuk masing-masing daerah, menggunakan


tracing paper, serta teknik penyederhanaan jaringan rute pengumpulan.
Pengembangan rute dengan dasar trial and error

Membuat rute yang paling sesuai dengan cara trial and error,

Mengikuti aturan dari metode heuristik


 Keseimbangan rute dan pembagian wilayah digunakan untuk membagi area
pengumpulan agar setiap daerah memberikan beban kerja yang sama untuk tiap
kendaraan pengumpul
 Cara untuk mendapatkan keseimbangan rute ini adalah
o Menghitung nilai penduduk yang akan dilayani oleh setiap kendaraan per ritasi
o Menghitung jumlah blok yang akan dilayani oleh tiap kendaraan per shift (B)
o Membagi area pengumpulan menjadi distrik-distrik dengan “B” untuk masing-masing blok
1. Menghitung nilai penduduk yang akan dilayani oleh setiap kendaraan per ritasi

Dimana:
N = Jumlah penduduk yang dilayani per shift
L1= Beban kerja maksimum (ton/shift) yang ditentukan oleh efisiensi pengumpulan
L2= Beban kerja maksimum (ton/shift) yang ditentukan oleh kapasitas kendaraan pengumpul = V
x D xT
F = Frekuensi pengumpulan (1/minggu)
G =Timbulan sampah (ton/orang/hari)
C = Ukuran petugas (orang/petugas)
H = waktu kerja (menit/shift)
E = efisiensi pengumpulan diangkat dari perancangan (orang-menit/ton)
V= volume kendaraan pengumpul (m3)
D = densitas sampah dalam kendaraan (ton/m3)
T = jumlah trip per shift (1/shift)
2. Menghitung jumlah blok yang akan dilayani oleh tiap kendaraan per
shift (B):
 B = N/l
Dimana:
B = rata-rata jumlah blok yang akan dilayani
N = jumlah penduduk yang akan dilayani oleh tiap kendaraan per
shift
l =jumlah penduduk per blok
Sistem Kontainer Angkat (Hauled Kontainer Sistem = HCS)
1. Sistem pengosongan kontainer cara 1

2. Sistem pengosongan kontainer cara 2


3. Sistem pengosongan kontainer cara 3

Sistem Pengakutan dengan Kontainer Tetap


(Stationary Kontainer Sistem = SCS)

Mekanis

Manual
 Peraturan lalu lintas yang ada
 Pekerja, ukuran dan tipe alat angkut
 Jika memungkinkan, rute dibuat mulai dan berakhir di dekat jalan utama,
gunakan topografi dan kondisi fisik daerah sebagai batas rute
 Pada daerah berbukit, usahakan rute dimulai dari atas dan berakhir di bawah
 Rute dibuat agar kontainer/TPS terakhir yang akan diangkut yang terdekat ke
TPA
 Timbulan sampah pada daerah sibuk/lalu lintas padat diangkut sepagi mungkin
 Daerah yang menghasilkan timbulan sampah terbanyak, diangkut lebih dahulu
 Daerah yang menghasilkan timbulan sampah sedikit, diusahakan terangkut
dalam hari yang sama
1. Waktu Perjalanan
T HCS = ( P HCS + s + h ) / ( 1 – W )
Dimana:
 T HCS : waktu yang diperlukan per trip, jam/trip
 P HCS : pick up time per trip, jam/trip
 S : at site time, jam/trip
 H : haul time per trip, jam/trip
 W : faktor off route
Haul time (h) = a + b.c
Dimana,
 a : konstanta empiris, jam/trip
 b : konstanta empiris, jam/km
 c : jarak angkut per trip, km/trip
2. Pick Up Time
P HCS = pc + uc + dbc
Dimana,
 pc : pick up time untuk kontainer terbeban, jam/trip
 uc : waktu pengosongan kontainer, jam/kontainer
 dbc : waktu rata-rata perjalanan antara lokasi kontainer, jam/trip

3. Jumlah Perjalanan
Nd = ( 1 – W ) . H / ( P CHS + s + a + bx )
Dimana,
 Nd : jumlah perjalanan

 H : waktu kerja/hari
4. Jumlah Waktu Kerja dalam Seminggu
Dw = tw ( PHCS + s + a + b.x ) / ( 1 –W )
Dimana,
 Dw : waktu pelayanan/minggu
 tw : nilai pembulatan Nw, trip/minggu

5. Jumlah Trip per minggu


Nw = Vw / c.f
Dimana:
 Nw : jumlah trip perminggu
 Vw : volume timbulan sampah perminggu, m3/minggu
 c : rata-rata ukuran kontainer, m3/trip
 f : faktor utilisasi kontainer/sebagai fraksi pengisian kontainer
Peralatan utama yang diperlukan dalam operasional TPA adalah:
Bulldozer
merupakan peralatan yang sangat baik untuk operasi penghamparan
perataan/penataan, pemadatan serta penimbunan.
Excavator dipergunakan untuk operasi penggalian dan penimbunan.
Wheel Loader.
Dump truck digunakan untuk mengangkut tanah urugan sebagai penutup
sampah.
LandfillCompactor digunakan untuk pemadatan tanah diatas timbunan sampah
pada lokasi TPA.
Pemilihan jenis dan jumlah alat berat yang akan dipergunakan di TPA harus
memperhatikan faktor-faktor berikut ini:
Besarnya volume dan type dari sampah yang akan ditangani per hari;
Besarnya volume dan type dari tanah urugan yang akan ditangani;
Jarak tempuh untuk pengambilan atau pengangkutan tanah urugan;
Kondisi cuaca;
Ukuran pemadatan sampah yang diinginkan;
Metode tempat Pengelolaan Pemadatan sampah yang digunakan;
Pekerjaan–pekerjaan tambahan yang akan dilakukan (bila ada);
Pembiayaan;

Rencana pengembangan selanjutnya dari proyek pengelolaan persampahan ini.


Wheel Loader
Bulldozer

Excavator Landfill Compactor

Anda mungkin juga menyukai