Nama :
Marwan Wau 020221468
Marlius Laia 031117036
Raja Agung silalah 043889116
M. Dzaki Wiranda 043890199
Nadiyah Ulfa Gebita 043889567
M. Ratjani 043892382
Rauf Zakasih Naufal 043892192
M. Khairul Ansori Nasution 043892479
Muhammad Reza 043897589
Rian Maulana 043893005
Dosen Pembimbing
Chorina Ginting,ST,MT
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang penataan ruang, maka
rencana tata ruang di indonesia dirumuskan secara berjenjang mulai dari yang bersifat umum
sampai tingkatan yang rinci. Tujuan penyelenggaraan penataan ruang di daerah adalah
terlaksananya perencanaan tata ruang secara terpadu dan menyeluruh, terwujudnya tertib
pemanfaatan ruang serta terselenggaranya pengendalian pemanfaatan ruang.Pemanfaatan ruang
berfungsi sebagai tempat berlangsungnya kegiatan-kegiatan ekonomi dan sosial budaya, maka
kawasan perkotaan perlu dikelola secara optimal melalui penataan ruang.
Kepadatan penduduk yang terus meningkat utamanya di wilayah perkotaan akan
mempengaruhi kualitas kota yaitu pada penghasil limbah serta pencermaran lingkungan akibat
ulah mereka. Pertumbuhan penduduk yang semakin pesat terjadi di banyak kawasan perkotaan
yang ada di Indonesia. Pertumbuhan penduduk yang semakin pesat mengakibatkan kawasan
perkotaan menjadi semakin tidak terkendali, sehingga pemanfaatan ruang yang ada di kawasan
perkotaan tidak berjalan secara optimal. Pemanfaatan ruang berfungsi sebagai tempat
berlangsungnya kegiatan - kegiatan ekonomi dan sosial budaya, maka kawasan perkotaan perlu
dikelola secara optimal melalui penataan ruang.
Penataan ruang adalah proses perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang, dan pengendalian
pemanfaatan ruang. Tujuan penyelenggaraan penataan ruang di daerah adalah terlaksananya
perencanaan tata ruang secara terpadu dan menyeluruh, terwujudnya tertib pemanfaatan ruang
serta terselenggaranya pengendalian pemanfaatan ruang.
Kecamatan Medan Johor merupakan salah satu kecamatan di Kota Medan yang mempunyai
luas sekitar 16,96 km2. Dalam konteks penyelenggaraan penataan ruang di Kota Medan, saat ini
Kota Medan sudah memiliki Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Medan. Kecamatan
Medan Johor dengan jumlah penduduk sebanyak 151.756 jiwa. Isu pembangunan kawasan
merupakan proses atau elemen yang merupakan rangkuman dari berbagai fenomena fisik,
ekonomi, sosial dan lingkungan di wilayah perencanaan.
fenomena-fenomena yang terjadi di Kecamatan Medan Johor, yaitu:
1. Pertumbuhan permukiman yang pesat dan mulai berpola intensif
2. Perkembangan kegiatan ekonomi dengan pesat di sepanjang jalur arteri primer
Jalan A.H. Nasution
3. Perkembangan lalu-lintas ke arah selatan kawasan
4. Minimnya kapasitas jaringan pergerakan
5. Penurunan kualitas lingkungan hidup.
Munculnya isu tersebut merupakan implikasi dari posisi Medan Johor sebagai wilayah
yang berada di tepi Kota Inti (Medan). Dengan membesarnya ukuran Kota Inti dan
berkembangnya pusat-pusat permukiman di Tuntungan, Pancur Batu, Namo Rambe dan Deli
Tua (periphery Mebidang), maka meningkat pula interaksi di antara keduanya. Interaksi tersebut
tercermin dari meningkatnya pergerakan harian (commuting) dan pergerakan mingguan yang
melalui Kecamatan Medan Johor.
Pembesaran ukuran Kota Inti juga menyebabkan peningkatan demand lahan bagi kegiatan
ekonomi dan permukiman. Peningkatan tersebut ditandai dengan peningkatan harga lahan secara
signifikan serta munculnya perguruan tinggi, perkantoran dan perdagangan retail pada jalur-jalur
pergerakan strategis. Secara keseluruhan hal ini menyebabkan perkembangan fisik yang pesat di
Kecamatan Medan Johor.
c. Survey Lapangan
Survey lapangan bertujuan untuk mengidentifikasi karakteristik geografis,
infrastruktur, dan pola aktivitas kawasan perencanaan serta menjaring isu strategis dan
permasalahan wilayah perencanaan. Hasil survey lapangan ditampilkan dalam peta skala
1: 5000 dengan melakukan digitasi data lapangan yang terbaru/updating.
Tujuan penataan SPK merupakan nilai dan/atau kualitas terukur yang akan
dicapai sesuai dengan arahan pencapaian sebagaimana ditetapkan dalam RTRW dan
merupakan alasan disusunnya RDTR tersebut, serta apabila diperlukan dapat
dilengkapi konsep pencapaian. Tujuan penataan SPK berisi tema yang akan
direncanakan di SPK.
Dalam Undang-undang republik Indonesia No. 1 Tahun 2011 tentang perumahan dan
kawasan permukiman didalamnya diingatkan bahwa pemerintah perlu lebih berperan dalam
menyediakan dan memberikan kemudahan dan bantuan perumahan dan kawasan permukiman
bagi masyarakat melalui penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman yang berbasis
kawasan serta keswadayaan masyarakat sehingga merupakan satu kesatuan fungsional dalam
wujud tata ruang fisik, kehidupan ekonomi, dan sosial budaya yang mampu menjamin
kelestarian lingkungan hidup sejalan dengan semangat demokrasi, otonomi daerah, dan
keterbukaan dalam tatanan kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Juga diperlukan
pengendalian dan pengawasan pada pembangunan suatu daerah guna menjaga kualitas dari
kawasan permukiman itu sendiri.
Berdasarkan Peraturan daerah kota medan No. 2 tahun 2015, kecamatan medan johor
menjadi salah satu bagian wilayah perkotaan (BWP) di kota medan dengan luas wilayah terluas
kedua setelah kecamatan Medan Tuntungan yakni 1.700,83 dengan tujuan penetapan sebagai
pusat perdagangan/bisnis,perkantoran, dan pendidikandalam RDTR, oleh karna itu wilayah
kecamatan medan johor menjadi salah satu wilayah dengan tingkat kepadatan penduduknya yang
tinggi.
BerdasarkanPeraturan Derah kota Medan dalam pasal 3 ayat (i) tahun 2022 menyatakan
bahwa Medan Johor yang berfungsi sebagai pusat kegiatan perdagangan/bisnis, Pusat
pemerintahan, dan pusat kegiatan sosial-budaya.
2.1.2 Permukiman
Menurut Pasal 1 angka (5) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan
dan Kawasan Permukiman, yang dimaksud dengan permukiman adalah bagian dari lingkungan
hunian yang terdiri atas lebih dari satu satuan perumahan yang mempunyai prasarana, sarana,
utilitas umum, serta mempunyai penunjang kegiatan fungsi lain di kawasan perkotaan atau
kawasan perdesaan.
Pasal 1 angka (3) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan
Kawasan Permukiman, menyatakan bahwa kawasan permukiman adalah bagian dari lingkungan
hidup di luar kawasan lindung, baik berupa kawasan perkotaan maupun perdesaan, yang
berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian dan tempat kegiatan yang
mendukung perikehidupan dan penghidupan.
Permukiman adalah bagian dari lingkungan hidup diluar kawasan lindung, baikyang
berupa kawasan perkotaan maupun pedesaan yang berfungsi sebagai lingkungan tempat
tinggal/lingkungan hunian dan tempat kegiatan mendukung prikehidupan dan penghidupan.
Perumahan dan permukiman adalah dua hal yang tidak dapat kita pisahkan dan berkaitan erat
dengan aktifitas ekonomi, industrialisasi dan pembangunan daerah.
Permukiman adalah perumahan dengan segala isi dan kegiatan yang ada di dalamnya.
Berarti permukiman memiliki arti lebih luas daripada perumahan yang hanya merupakan wadah
fisiknya saja, sedangkan permukiman merupakan perpaduan antara wadah (alam, lindungan, dan
jaringan) dan isinya (manusia yang hidup bermasyarakat dan berbudaya di dalamnya).
(Kuswartojo, 1997 : 21) Permukiman merupakan bentuk tatanan kehidupan yang di
dalamnya mengandung unsur fisik dalam arti permukiman merupakan wadah aktifitas tempat
bertemunya komunitas untuk berinteraksi sosial dengan masyarakat.
2.1.3 Kepadatan Penduduk
Tingkat kepadatan kota berpengaruh pada kepadatan permukiman di perkotaan akibat
semakin terbatasnya lahan perkotaan. Menurut Suhaeni, 2010, dampak kepadatan permukiman
selain berpengaruh pada Pemerintah juga berpengaruh pada penduduk karena masyarakat
membutuhkan interaksi sosial.
Tidak meratanya pembangunan infrastruktur dasar mengakibatkan terjadinya kepadatan
penduduk di beberapa kawasan perkotaan (Suhaeni, 2010). Lebih lanjut Suhaeni mengatakan
bahwa pesatnya pertambahan penduduk sering kali tidak disertai dengan sarana dan prasarana
kota yang memadai. Dengan kata lain dapat disimpulkan bahwa fasilitas perkotaan belum
mampu memenuhi kebutuham warganya.Keberadaan sarana dan prasarana kota sangat
dibutuhkan masyarakat termasuk ruang terbuka publik sebagai fasilitas yang mewadahi
berbagaiaktifitas warga kota.
2.2 LITERATUR
2.2.1 Defnisi Kota dan Kawasan Perkotaan
Kota menurut Alan S. Burger “The City” yang diterjemahkan oleh (Dyayadi, 2008)
dalam bukunya Tata Kota menurut Islam adalah suatu permukiman yang menetap (permanen)
dengan penduduk yang heterogen, dimana di kota itu dilengkapi denganberbagai fasilitas yang
terintegrasi membentuk suatu sistem sosial dan seterusnya.
Sedangkan kawasan perkotaan, di dalam (UU No. 26 Tahun 2007) adalah kawasan yang
mempunyai kegiatan utama bukan pertanian, dengan susunan fungsi kawasan
sebagai tempat pemukiman perkotaan, pemusatan dan distribusi pelayanan jasapemerintahan,pel
ayanan sosial dan kegiatan ekonomi.
2.2.2 Elemen-Elemen Kota
Menurut Shirvani (1985) dalam desain perkotaan, terdapat elemen-elemen
fisikurban design yang bersifat ekspresif dan suportif yang mendukung terbentuknyastruktur
visual kota serta terciptaya citra lingkungan yang dapat pula ditemukan padalingkungan di lokasi
penelitian, elemen-elemen tersebut adalah:
1. Tata Guna Lahan (Land Use)
Pada perkembangan kota, antar guna lahan yang berdekatan agar tidak saling
“menganggu” maka perlu penataan yang tepat, seperti alahan yang diperuntukkan sebagai
kawasan industry yang berdekatan dengan lahan permukiman, dan tempat pembuangan
sampah perlu daitur penempatannya yang berjauhan dari permukinana pemduduk sehungga
tidak menimbulkan maslaah dengan pencemaran udara.
Selain itutata guna lahanyang berdekatan bila ditata dapat saling menunjang,
seperti pusatperbelanjaan dipusat kota harus terkoneksi baik dengan permukiman warga,
sehinggaakses ketempat tersebut mudah dijangkau oleh penduduk dari seluruh penjuru.
Beberapa sistem yang mempengaruhi guna lahan, diantaranya:
Sistem kegiatan, sistem ini mencerminkan macam-macam kegiatan yang
berlangsungdiatas lahan tersebut, seperti permukiman, perdagangan, perkantoran,
pendidikan,rekreasi, industri dan lain-lain.
Sistem pengambangan lahan, yaitu pengembangan lahan yang belum optimal
sepertifungsi perkantoran, lahan pertanian, hutan dan area terbangun
Sistem lingkungan, lokasi sumber daya yang perlu dilindungi, sperti kawasan
lindung,kawasan cagar budaya dan lain-lain.
2. Bentuk dan Masa Bangunan
Meyangkut aspek-askpek bentuk fisik karenasetting, spesifik yang meliputiketinggian,
besaraan,foor area ratio, koefisien dasar bangunan,
pemunduran(setback)dari garis jalan, style bangunan, skala proporsi, bahan, tekstur dan
warna agarmenghasilkan bangunan yang berhubungan secara harmonis dengan bangunan-
bangunan lain disekitarnya. Prinsip-prinsip dan teknikUrban Designyang berkaitandengan
bentuk dan masa bangunan meliputi:scale,Urban Space,sirkulasi ruang yangdisebabkan
bentuk kota, batas dan tipe-tipe ruang.Urban Mass,meliputi bangunan,permukaan tanah dan
objek dalam ruang yang dapat tersusun untuk membentukUrbanspace dan pola aktivitas
dalam skala besar dan kecil.
Elemen sirkulasi adalah salah satu aspek yang kuat dalam membentuk struktur
lingkungan perkotaan, tiga prinsip utama pengaturan teknik sirkulasi adalah: jalan harus
menjadi elemen ruang terbuka yang memiliki dampak visual yang positif. Jalan harusdapat
memberikan orientasi kepada pengemudi dan membuat lingkungan menjadi jelasterbaca.
Sektor publik harus terpadu dan saling berkerja sama untuk mencapai tujuanbersama.
4. Ruang
TerbukaPengelompokkan ruang terbuka menurut Ian C. Laurit, sebagai berikut: ruangterb
uka sebagai sumber produksi, ruang terbuka sebagai perlindung terhadap kekayaanalam dan
manusia (cagar alam, daerah budaya dan sejarah) serta ruang terbuka untukkesehatan,
kesejahteraan dan kenyamanan (Bagus,2007). Ruang terbuka memilikifungsi:
Aspek pengemdalian runag terbuka pusat kota sebagai aspek fisik, visua ruang, lingkage, dan
kepemilikan dipengaruh beberapa faktor, antara lain: elemen pembentuk ruang, bagaimana
ruang terbuka kota yang akan dikenakan (konteks tempat) tersebut didefinisikan (shape,
jalan, plaza, jalur pedestrian, elemen vertical). Faktor tempat, bagaimana keterkaitan dengan
sistem lingkage yang ada dengan pusat utama. Faktorcomfortabilitas, bagaimana keterkaitan
dengan kuantitas (besaran ruang, jarak pencapaian) dan kualitas (estetika visual) ruang.
5. Jalur Pejalan kaki
6. Pendukung Aktivitas
Muncul oleh adanya keterkaitan antara fasilitas ruang-ruang umum kota denganseluruh
kegiatan yang menyangkut penggunaan ruang kota yang menunjang dengan keberadaan
ruang-ruang umum kota. Kegiatan-kegiatan dan ruang-ruang umum bersifatsaling mengisi
dan melengkapi.
Pada dasarnya pendukung aktivitas adalah aktivitas yang mengarahkan pada kepentingan
pergerakan. Keberadaan aktivitas pendukung tidak lepas dari tumbuhnya fungsi-fungsi
kegiatan publik yang mendominasi pengguanaan ruang-ruang umum kota semakin dekat
dengan pusat kota semakin tinggi intensutas dan keberagamannya. Bentuk pendukung
aktivitas adalah kegiatan penunjang yang menghubungkan dua atau lebih pusat kegiatan
umum yang ada di kota, misalnya open space (taman kota, taman rekreasi, plaza, taman
budaya, kawasan PKL, pedestrian ways dan sebagainya) dan juga banguanna yang
diperuntukan bagi kepentingan umum.
7. Simbol dan Tanda
Ukuran dan kualitas dari papan reklame diatur untuk menciptakan kesesuaianruang guna men
gurangi dampak negatif visual. Dalam waktu bersamaan menghilangkan kebingungan serta
persaingan dengan tanda lalu lintas atau tandaumum yang penting. Tanda yang didesain dengan
baik menyumbangkan karakterpadafasade bangunan dan menghidupkan street space dan
memberikan informasibisnis.
8. Konservasi
Dalam urban design preservasi harus diarahkan pada perlindungan permukimanyang ada dan
urban place, sama seperti tempat atau bangunan sejarah, hal ini berarti pula mempertahankan
kegiatan yang berlangsung di tempat itu.
BAB III
METODE PELAKSANAAN
3.1 KEBUTUHAN
Studi ini akan menggunakan data primer dan sekunder. Data primer berasal dari survey
lapangan, wawancara dan diskusi dengan pihak-pihak terkaitwilayahstudi di Kota Medan. Data
sekunder berasal dari dokumen-dokumen, buku (Badan Pusat Statistik), artikel, laporan dan
sumber-sumber lain yang dapat mendukung kegiatan ini. Kebutuhan data tersebut dapat dilihat
padatabel III.1.
Tabael III.1
Kebutuhan Data
- Kepadatan
Penduduk
- Persebaran
Penduduk
3. Sarana da Prasarana - Analisis Sistem
Kondisi Deskriptif Permukiman / Pusat
Pelayanan
- Sarana Pendidikan
- Analisis Kebutuhan
- Sarana Kesehatan Sarana , Prasarana,
dan Utilitas
- Sarana Peribadatan Jumlah Sarana dan Tabel
Prasarana
- Sarana Perdagangan
- Persampahan
- Jumlah dan Lokasi
TPA dan TPS
- Listrik
- Jangkauan Pelayanan
- Gardu Listrik
- Sumber Listrik
- Lokasi Jaringan
- Jangkauan Pelayanan
- Analisis Pertumbuhan
Ekonomi wilayah
- Analisis Faktor
pertumbuhan ekonomi
Analisis LQ, shift
share, base multiplier
Potensi dan
Persoalam
- Analisis sumber daya
pertumbuhan ekonomi
4.
Sosial Ekonomi
Tabel
- Analisis potensi,
peluang, dan
permasalahan ekonomi
kota
- Analisis Pemeratan
ekonomi
- Analisis Kemampuan
Pemerintah daerah
dalam
menyelenggarakan
pembangunan
- Analisis sumber –
sumber pembiayaan
6. Eksternal
- Tinjauan Kota Medan
berdasarkan
Konstelasi regional
- Tinjauan Kecamatan
Potensi Deskriptif Medan Johor
- Analisis Kebijakan yang
berpengaruh terhadap
Medan Johor
3.2 Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data merupakan sarana pokok untuk menemukan penyelesaian suatu masalah
secara ilmiah. Dalam pengumpulan data, peranan instansi yang terkait sangat diperlukan sebagai
pendukung dalam memperoleh data-data yang diperlukan. Adapun halhal yang perlu
diperhatikan dalam pengumpulan data adalah:
1. Jenis - jenis data.
2. Tempat diperolehnya data
3. Jumlah data yang harus dikumpulkan agar diperoleh data yang memadai (cukup,
seimbang, dan tepat atau akurat).
4. Untuk mengidentifikasi masalah, diperlukan sejumlah data yang didapat secara langsung
yaitu dengan melakukan peninjauan langsung ke lapangan ataupun data yang didapatkan
dari instansi terkait, serta data penunjang lainnya, dengan tujuan agar dapat menarik
kesimpulan dalam menentukan standar perencanaan struktur jembatan tersebut. Metode
pengumpulan data yang dilakukan adalah sebagai berikut:
a. Perangkat Pengumpulan Data Primer
1. Metode Observasi yaitu dengan survei langsung ke lapangan, agar dapat diketahui
kondisi riil di lapangan secara garis besar, untuk data detailnya bisa diperoleh dari
instansi yang terkait.
2. Metode Wawancara yaitu dengan mewawancarai narasumber yang dapat
dipercaya untuk memperoleh data yang diperlukan.
b. Perangkat Pengumpulan Data Sekunder
Dalam proses pengumpulan data sekunder,tahap awal yang dilakukan adalah
mempersiapkan checklist data (terlampir), kemudian mencari data dan mengumpulkan
informasi yang diperoleh dari kantor kelurahan, kantor kecamatan, Badan Pusat Statistik,
Bappeda, Ketua RW, dan Ketua RT. Jadi, data-data tersebut diperoleh dengan metode
tidak langsung.
3 Penentuanisuperencana Mengidentifikasiisuutamadarise
anruangkota tiapaspekdanmerumuskansuatui
sustrategis
Identifikasi data
dariinformasiuntukmenyusunper
angkatsurvei
Persiapanronaawal
6 Perumusanrencana Perumusankonsepdanstrategipe
ngembangankota
Perumusanrencanapengembang
anKecamatan Medan Johor
PerbaikaLaporanhasil
UAS
4.2 STRUKTUR ORGANISASI