Anda di halaman 1dari 10

BAB I

Pendahuluan

1.1 Latar Belakang-ruth


1.2 Tujuan-owi
1.3 Sasaran
1.4 Ruang Lingkup-dinda
1.5 Sistematika penulisan
1.6 Kerangka pikiran

BAB II
Tinjauan Kebijakan

2.1 RTRW Nasional-icha


2.2 RTRW Provinsi DKI Jakarta-nana
2.3 RTRW Kota Administrasi Jakarta Pusat
2.4 RDTR Kecamatan Cilandak-haqi

BAB III
Gambaran Umum
3.1 Letak Geografis-dng
3.2 Batas Wilayah
3.3 Luas Wilayah, Ketinggian, dan Jarak dari Kelurahan ke Kecamatan

BAB IV
Metode Pelaksanaan
4.1 Tahap Persiapan
4.2 Tahap Pengumpulan Data
4.2.1 Metode Analisis per Aspek
4.3 Pengolahan Data
4.4 Penyajian Hasil

Lampiran
Jadwal Pelaksanaan Kegiatan
Pengorganisasian Kegiatan
Desain Survei
Aspek
BAB I
Pendahuluan

1.1. Latar Belakang

Menurut Alder (dalam Rustiadi 2009:339), perencanaan memiliki arti sebagai


sebuah proses untuk menentukan apa yang ingin dicapai di masa mendatang dan
mengimplementasikan tahapan-tahapan untuk mencapai hal tersebut. Ada dua unsur
penting dalam perencanaan, yakni hal yang ingin dicapai dan cara mencapainya.
Dalam proses perencanaan, kedua unsur tersebut (baik secara eksplisit maupun
implisit) dimuat pada berbagai nomenklatur, seperti visi, misi, tujuan, sasaran, strategi,
kebijakan, program, dan lain sebagainya. Perencanaan memiliki dimensi ruang dan
waktu, sehingga perlu adanya penjelasan mengenai fenomena di masa lalu, sekarang,
dan yang akan datang dan distribusinya secara spasial. Hal yang paling dasar dalam
perencanaan adalah segala proses perencanaan haruslah ditujukan untuk
pengembangan manusia secara berkelanjutan (Rustiadi, 2009).
Perencanaan wilayah dan kota di Indonesia diatur dalam Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang. Di dalam UU No.
26 Tahun 2007, dijelaskan bahwa pelaksanaan penataan ruang adalah upaya
pencapaian tujuan melalui perencanaan, pelaksanaan, dan pengendalian tata ruang.
Hal ini menunjukkan bahwa proses perencanaan merupakan bagian penting dan
esensial dari aktivitas pengembangan suatu wilayah. Menurut Hudalah dan Sujarto
(2014), salah satu tahapan krusial dalam proses perencanaan adalah survei
perencanaan, di mana pada tahap ini haruslah ada kegiatan pengumpulan data dan
informasi.
Pengumpulan data dimulai dengan mengumpulkan data-data fakta dari
berbagai aspek pada wilayah yang menjadi target perencanaan. Agar proses ini dapat
dilakukan secara lebih terarah, perlu dibuat sebuah desain survei. Setelah data-data
yang dibutuhkan sesuai desain survei terkumpul, perlu adanya uji validitas data karena
dalam hal ini, data menjadi acuan untuk diolah menjadi output perencanaan. Apabila
data-data yang terkumpul sudah valid, proses ini dapat dilanjutkan ke tahap
pengolahan data secara baik, tepat, dan akurat sehingga didapatkan hasil analisis yang
berkualitas.
Proses perencanaan yang dilakukan pada Studio Proses Perencanaan kali ini
berfokus pada Kecamatan Cilandak di daerah Kota Administrasi Jakarta Selatan,
Provinsi DKI Jakarta. Berdasarkan Perda RDTR & PZ DKI Jakarta No. 1 tahun 2014,
arah pengembangan Kecamatan Cilandak adalah pusat lingkungan dengan fungsi
kegiatan permukiman, perkantoran dan jasa, perdagangan, taman kota dan jalur hijau,
lingkungan (taman kota, jalur hijau, pertanian hortikultura, dan tanaman pangan), dan
pengembangan prasarana daya rusak air. Banyak perubahan penggunaan lahan
menjadi lahan terbangun dan perkembangan lahan eksisting yang terjadi di Kecamatan
Cilandak. Perubahan tersebut dipengaruhi oleh kepadatan serta aktivitas penduduk,
terutama adanya perubahan atau shifting aktivitas penduduk di masa pandemi COVID-
19. Hal ini menjadi bahan pertimbangan tim penulis memilih Kecamatan Cilandak
untuk diteliti lebih lanjut dalam konteks proses perencanaan.

1.2. Tujuan

Tujuan pengumpulan data adalah untuk mengetahui apa saja yang


memengaruhi dalam suatu proses perencanaan di Kecamatan Cilandak. Dengan
menyusun Laporan Pendahuluan (Desain Survei), maka koordinasi kegiatan survei
akan lebih mudah, persiapan kegiatan survei lebih terarah dan terfokus guna
menghindari pelebaran bahasan dan ketidak dalamnya informasi yang dicari, tahapan
pelaksanaan kegiatan lebih jelas, serta gambaran hasil akhir sesuai dengan tujuan.
Semakin akurat data yang didapatkan maka semakin baik perencanaan yang keluar
nantinya. Sebaliknya jika semakin kurang akurat data yang didapatkan maka semakin
tidak sesuai perencanaan yang dihasilkan.

Adapun tujuan dari diadakannya tinjauan – tinjauan mengenai Kecamatan


Cilandak dari berbagai aspek perencanaan adalah:

1) Mengetahui dan dapat menentukan kebijakan-kebijakan terkait yang sesuai sehingga


dapat digunakan sebagai pedoman dalam pembangunan dan pengembangan di
Kecamatan Cilandak.
2) Mengetahui kondisi eksisting yang ditinjau dari berbagai aspek perencanaan (aspek
kebijakan, aspek fisik dasar, aspek penggunaan lahan, aspek sosio-demografi, aspek
ekonomi, aspek prasarana dan sarana, dan aspek transportasi), di Kecamatan Cilandak.
3) Menentukan potensi-potensi yang dimiliki Kecamatan Cilandak yang ditinjau dari
berbagai aspek perencanaan.
4) Menemukan masalah-masalah yang dihadapi Kecamatan Cilandak yang ditinjau dari
berbagai aspek perencanaan.

1.3. Sasaran

1) Mendapatkan data faktual Kecamatan Cilandak sebagai gambaran dalam


perkembangan wilayah perencanaan.
2) Menyiapkan perwujudan ruang dalam rangka pelaksanaan program pembangunan
wilayah perencanaan.
3) Menjaga konsistensi pembangunan dan keserasian perkembangan kawasan fungsional
dengan Rencana Tata Ruang Wilayah Kota.

1.4. Ruang Lingkup

Cilandak adalah sebuah kecamatan yang berada di wilayah Kota Administrasi


Jakarta Selatan. Kecamatan Cilandak memiliki rata-rata ketinggian tanah mencapai 5--
50 m di atas permukaan laut dan beriklim panas dengan rata-rata suhu 27°C per tahun.
Kecamatan Cilandak memiliki luas wilayah sebesar 18,2 km^2 yang terdiri atas lima
kelurahan, yaitu Lebak Bulus, Pondok Labu, Cilandak Barat, Gandaria Selatan, dan
Cipete Selatan.

1.5. Sistematika Laporan

Bab I Pendahuluan

Bab I berisi latar belakang, tujuan dan sasaran penulisan, ruang lingkup perencanaan
kawasan, sistematika laporan, serta kerangka pemikiran dari laporan tentang fakta
Kecamatan Cilandak.

Bab II Tinjauan Kebijakan

Bab II berisi tinjauan kebijakan terkait fungsi, kegunaan, dan peruntukan Kecamatan
Cilandak berdasarkan kebijakan-kebijakan yang berlaku, yakni Rencana Tata Ruang
Wilayah (RTRW) baik dari skala nasional, provinsi, sampai Kota Jakarta Selatan dan
Rencana Detail Tata Ruang (RDTR).

Bab III Gambaran Umum Kawasan Perencanaan

Bab III berisi gambaran umum terkait aspek fisik dasar, sosiodemografi, fasilitas,
utilitas, ekonomi, transportasi, dan intensitas penggunaan ruang di Kecamatan
Cilandak.

Bab IV Metode Pelaksanaan

Bab IV berisi tahap persiapan, tahap pengumpulan data dan metode analisis per aspek,
pengolahan data, dan penyajian hasil data terkait Kecamatan Cilandak.

BAB V Kesimpulan

Berisi kesimpulan aspek-aspek fisik dan non-fisik berdasarkan fakta dan identifikasi
potensi serta permasalahan yang telah dijabarkan pada bab-bab sebelumnya.

1.6. Kerangka Pemikiran

help aku payah bikin kerangka pemikiran :-(


BAB II
Tinjauan Kebijakan

2.1 RTRW Nasional


Menurut Pasal 20 Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan
Ruang, Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN) merupakan pedoman untuk
penyusunan rencana pembangunan jangka panjang nasional, penyusunan rencana
pembangunan jangka menengah nasional, pemanfaatan ruang dan pengendalian
pemanfaatan ruang di wilayah nasional, mewujudkan keterpaduan, keterkaitan, dan
keseimbangan perkembangan antar wilayah provinsi, keserasian antar sektor,
penetapan lokasi dan fungsi ruang untuk investasi, penataan ruang kawasan strategis
nasional, serta penataan ruang wilayah provinsi dan kabupaten/kota.
Pada Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN) terdapat arahan
kebijakan dan strategi pemanfaatan ruang wilayah negara yang dijadikan acuan untuk
perencanaan jangka panjang. Jangka waktu Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional
adalah 20 (dua puluh) tahun, ditinjau kembali satu kali dalam lima tahun.
Penataan ruang wilayah nasional bertujuan untuk mewujudkan:
1. ruang wilayah nasional yang aman, nyaman, produktif, dan berkelanjutan;
2. keharmonisan antara lingkungan alam dan lingkungan buatan;
3. keterpaduan perencanaan tata ruang wilayah nasional, provinsi, dan
kabupaten/kota;
4. keterpaduan pemanfaatan ruang darat, ruang laut, dan ruang udara, termasuk
ruang di dalam bumi dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia;
5. keterpaduan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah nasional, provinsi, dan
kabupaten/kota dalam rangka perlindungan fungsi ruang dan pencegahan
dampak negatif terhadap lingkungan akibat pemanfaatan ruang;
6. pemanfaatan sumber daya alam secara berkelanjutan bagi peningkatan
kesejahteraan masyarakat;
7. keseimbangan dan keserasian perkembangan antarwilayah;
8. keseimbangan dan keserasian kegiatan antar sektor; dan
9. pertahanan dan keamanan negara yang dinamis serta integrasi nasional.
Dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional, memuat juga penataan ruang
wilayah provinsi dan kabupaten/kota yang strategi dan arahan kebijaksanaan
pemanfaatan ruang wilayah nasionalnya dijabarkan ke dalam Peraturan Daerah. Dalam
hal ini bertujuan untuk memberikan perlindungan terhadap fungsi dan mencegah
terjadinya dampak negatif yang akan terjadi terhadap lingkungan akibat pemanfaatan
ruang.
2.2 RTRW Provinsi DKI Jakarta
Rencana tata ruang wilayah Provinsi DKI Jakarta merupakan rencana tata
ruang yang bersifat umum dari wilayah provinsi yang terdiri dari rencana tata ruang
provinsi, rencana tata ruang kota administrasi dan kabupaten administrasi.
Berdasarkan Peraturan Daerah DKI Jakarta Nomor 1 Tahun 2012 tentang
Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi DKI Jakarta, Perwilayahan DKI Jakarta dibagi
menjadi 1 wilayah kabupaten administrasi dan 5 wilayah kota administrasi, salah
satunya Kota Administrasi Jakarta Selatan.

2.3 RTRW Kota Administrasi Jakarta Selatan


Tujuan Penataan Ruang Kota Administrasi Jakarta Selatan
Tujuan penataan ruang Kota Administrasi Jakarta Selatan adalah
mengembangkan pusat kegiatan tersier yang terdiri atas:
1. Kantor Walikota Jakarta Selatan sebagai pusat pemerintahan;
2. Kawasan Pasar Minggu sebagai pusat perdagangan;
3. Kawasan Majestik sebagai pusat perdagangan tekstil;
4. Kawasan Cipulir sebagai pusat perdagangan;
5. Kawasan Tebet sebagai pusat perdagangan; dan
6. Kawasan Kebayoran Lama sebagai pusat perdagangan tradisional.
Kebijakan dan Strategi Penataan Ruang Kota Administrasi Jakarta Selatan
A. Kebijakan dan Strategi Struktur Ruang Kota Administrasi Jakarta
Selatan
Kebijakan dan strategi struktur ruang wilayah Kota Surabaya dilakukan
melalui pengembangan sistem prasarana wilayah, meliputi:
● Pengembangan prasarana transportasi
● Pengembangan prasarana sumber daya air
● Pengembangan prasarana pengendalian daya rusak air
B. Kebijakan dan Strategi Pola Ruang Kota Administrasi Jakarta Selatan
Kebijakan dan strategi pola ruang wilayah Kota Administrasi Jakarta
Selatan meliputi:
● Pengembangan peruntukan ruang fungsi lindung
1. Pengembangan kawasan perlindungan daerah bawahannya; dan
2. Pengembangan kawasan perlindungan setempat.
● Pengembangan kawasan budi daya
1. Pengembangan kawasan terbuka hijau budi daya;
2. Pemenuhan, pembangunan, perbaikan, pemeliharaan, pengembangan,
pengendalian, dan penataan kawasan perumahan dan fasilitasnya;
3. Pengembangan kawasan perumahan taman dan fasilitasnya;
4. Pengembangan kawasan perkantoran, perdagangan, jasa dan
campuran;
5. Pengembangan dan pengendalian kawasan perkantoran, perdagangan,
jasa dan campuran taman;
6. Pengembangan kawasan pemerintahan, mencakup : kawasan
pemerintahan nasional, kawasan perwakilan negara/lembaga asing,
kawasan pemerintahan daerah;
7. Pengembangan kawasan pertanian;
8. Pengembangan kawasan terbuka biru;
9. Pengembangan kawasan industri dan pergudangan taman;
10. Pengembangan kawasan pelayanan umum dan sosial; dan
11. Pengembangan kawasan pariwisata.
2.4 RDTR Kecamatan Cilandak

2.4.1 Rencana Struktur Ruang

Pada Perda DKI Jakarta No 1 Tahun 2014 Struktur ruang adalah susunan
pusat-pusat permukiman dan sistem jaringan prasarana dan sarana yang berfungsi
sebagai pendukung kegiatan sosial ekonomi masyarakat yang secara hierarkis
memiliki hubungan fungsional. Maka dari itu dijelaskan pula salah satu tujuan
penataan ruang di Kecamatan Cilandak adalah terwujudnya pengembangan kawasan
permukiman berwawasan lingkungan melalui perbaikan dan/atau peremajaan
dilengkapi prasarana yang terintegrasi dengan angkutan umum massal.
Rencana prasarana pergerakan yang ada dan/atau di Kecamatan Cilandak
terdiri dari:
A. Rencana prasarana transportasi darat;
● pengembangan prasarana angkutan umum massal bus berjalur khusus
di koridor Harmoni - Lebak Bulus, koridor Terminal Blok M -
Pangeran Antasari, koridor Terminal Kampung Rambutan - Terminal
Lebak Bulus, koridor Terminal Lebak Bulus - Parung, koridor
Terminal Lebak Bulus - Depok, koridor Terminal Lebak Bulus - Poris
dan koridor Terminal Lebak Bulus - Ciledug - Soekarno Hatta;
● peningkatan jalan arteri primer di Kelurahan Lebak Bulus dan
Kelurahan Cilandak Barat;
● peningkatan jalan arteri sekunder di Kelurahan Cilandak Barat dan
Kelurahan Cipete Selatan;
● peningkatan jalan kolektor primer di Kelurahan Lebak Bulus, Cilandak
Barat, dan Kelurahan Lebak Bulus;
● peningkatan jalan kolektor sekunder di setiap kelurahan;
● peningkatan jalan lokal di setiap kelurahan;
● pengembangan prasarana parkir di setiap kelurahan; dan
● pengembangan jalur pedestrian dan jalur sepeda pada ruas jalan arteri,
kolektor, dan lokal di setiap kelurahan.
B. Rencana prasarana transportasi perkeretaapian; dan
Rencana prasarana transportasi perkeretaapian yang ada dan/atau
melalui Kecamatan Cilandak dilakukan pengembangan dan/atau peningkatan
angkutan umum massal berbasiskan rel.
C. Rencana prasarana transportasi udara.
Rencana prasarana transportasi udara di Kecamatan Cilandak dilakukan
pengendalian pemanfaatan ruang udara KKOP Bandar Udara Halim Perdana
Kusuma.

2.4.2 Rencana Pola Ruang


Rencana Pola Ruang Kecamatan Cilandak diatur pada Peraturan Daerah
Provinsi DKI Jakarta No 1 Tahun 2014 tentang Rencana Detail Tata Ruang dan
Peraturan Zonasi. Rencana Pola Ruang tersebut terdiri dari
A. Kawasan Lindung
Rencana pola ruang pada kawasan lindung Kecamatan CIlandak terdiri
dari:
● zona terbuka hijau lindung;
● zona taman kota/lingkungan;
● zona pemakaman;
● zona jalur hijau;
● zona hijau rekreasi;
B. Kawasan Budidaya
Rencana pola ruang pada zona fungsi budidaya Kecamatan Cilandak
terdiri dari:
● zona pemerintahan nasional;
● zona pemerintahan daerah;
● zona perumahan KDB sedang - tinggi;
● zona perumahan vertikal;
● zona perumahan KDB rendah;
● zona perumahan vertikal KDB rendah
● zona perkantoran, perdagangan, dan jasa;
● zona perkantoran, perdagangan, dan jasa KDB rendah;
● zona campuran;
● zona pelayanan umum dan sosial; dan
● zona terbuka biru.

2.4.3 Kawasan Strategis

Pada RDTR Provinsi DKI Jakarta terdapat suatu kawasan strategis di


Kecamatan Cilandak yang diatur dalam rencana kawasan prioritas. Rencana kawasan
yang diprioritaskan penanganan di Kecamatan Cilandak dilaksanakan pada Kawasan
Terminal Lebak Bulus dengan fungsi pengembangan lokasi potensi penyediaan
prasarana parkir perpindahan moda. Oleh karena itu, pengembangan kawasan tersebut
akan diatur kembali oleh gubernur sesuai dengan peraturan yang berlaku.
BAB III
Gambaran Umum

Letak Geografis

Kecamatan Cilandak merupakan salah satu kecamatan yang berada di wilayah


Kota Administrasi Jakarta Selatan. Kecamatan Cilandak terletak pada 106 45’00,9
Bujur Timur (BT) dan 06,15’ 40,8 Lintang Selatan (LS).

Gambar 3.1 Wilayah Lokasi Studi

Batas Wilayah
● Sebelah Utara : Jl. H. Nawi/Kecamatan Kebayoran Baru
● Sebelah Timur : Kali Krukut/Kecamatan Pasar Minggu dan Kec.
Mampang Prapatan
● Sebelah Selatan : Desa Pangkalan Jati/Kecamatan Limo Kab. Bogor
● Sebelah Barat : Kali Pesanggrahan/kecamatan Kebayoran Lama

Luas Wilayah, Ketinggian, dan Jarak dari Kelurahan ke Kecamatan


Menurut Gubernur DKI Jakarta Nomor 1815 tahun 1989, luas Kecamatan
Cilandak adalah 18,20km2. Kecamatan ini terbagi menjadi 5 kelurahan yang
diantaranya ialah
1. Kelurahan Cipete Selatan
2. Kelurahan Gandaria Selatan
3. Kelurahan Cilandak Barat
4. Kelurahan Lebak Bulus
5. Kelurahan Pondok Labu
Tabel 3.1. Luas Wilayah, Ketinggian, dan Jarak dari Kelurahan ke Kecamatan
Per Kelurahan

Kelurahan Luas Wilayah (km2) Ketinggian Wilayah Jarak ke Kecamatan


(m) (km)

Cipete Selatan 2,33 26,2 3,0

Gandaria Selatan 1,77 26,2 2,1

Cilandak Barat 6,08 26,2 1,2

Lebak Bulus 4,11 26,2 3,0

Pondok Labu 3,91 26,2 3,5

Anda mungkin juga menyukai