Kabupaten Dairi
BAB
4
B. Zoning Regulation
RDTRK pada peta skala 1:5.000 yang sudah lebih rinci, kurang operasional
sebagai rujukan pengendalian pembangunan karena tidak disertai dengan aturan
yang lengkap. Zoning regulation merupakan perangkat aturan pada yang umum
digunakan di negara maju potensial untuk melengkapi RDTR agar lebih
operasional. Sebagaimana diketahui, menurut pedoman penyusunan rencana
tata ruang kawasan perkotaan yang terdapat di Indonesia jenis rencana tata
ruang kota dibedakan ke dalam :
Rencana Struktur Tata Ruang Kawasan Perkotaan;
Rencana Tata Ruang Wilayah Kota/Rencana Umum Tata Ruang Kawasan
Perkotaan;
Rencana Detail Tata Ruang Kawasan Perkotaan; dan
Rencana Teknik Ruang Kawasan Perkotaan/Rencana Tata Bangunan dan
Lingkungan.
Kendala yang dihadapi Pemerintah Kota/Kabupaten di Indonesia dengan
adanya rencana tata ruang kawasan perkotaan berjenjang demikian adalah
keterbatasan kemampuan dalam menyusun semua jenjang rencana serta tidak
fleksibelnya rencana tata ruang kawasan perkotaan di dalam menghadapi
perkembangan yang terjadi; termasuk pula di dalam menjembatani rencana-
rencana tata ruang tersebut ke dalam langkah operasional pelaksanaan
pembangunan. Untuk itu diperlukan program tindak pelaksanaan dan
pengendaliannya agar sesuai dengan rencana tata ruang. Aturan Pola
Pemanfaatan Ruang ini juga dapat berperan dalam evaluasi perijinan yang ada
agar dapat menyelaraskannya dengan rencana tata ruang. Pada kenyataannya,
aspek pelaksanaan dan pengendalian pembangunan kota memerlukan
pengaturan teknis yang dapat dipenuhi melalui Aturan Pola Pemanfaatan Ruang.
Pengertian Aturan Pola Pemanfaatan Ruang (Zoning Regulation) adalah
ketentuan yang mengatur klasifikasi zoning dan penerapannya ke dalam ruang
kota, pengaturan lebih lanjut tentang pemanfaatan lahan dan prosedur
pelaksanaan pembangunan. Dan bila dipilah lebih lebih lanjut Pengertian Zona
adalah :
Gambar 4.1
Kedudukan Aturan Pola Pemanfaatan Ruang (Zoning Regulation) dalam
Penataan Ruang Kota
Gambar 4.2
Contoh Penentuan Blok Peruntukan
Dengan Batasan Fisik
diperlukan dapat dirinci lebih lanjut ke dalam rumah susun, rumah kopel,
rumah deret, rumah tunggal, rumah taman, dan sebagainya); zona
perumahan juga dapat dirinci berdasarkan kekhususan jenis perumahan,
seperti perumahan tradisional, rumah sederhana/sangat sederhana,
rumah sosial, dan rumah singgah;
2) zona perdagangan dan jasa, yang meliputi perdagangan jasa deret dan
perdagangan jasa tunggal (bila diperlukan dapat dirinci lebih lanjut ke
dalam lokasi PKL, pasar tradisional, pasar modern, pusat perbelanjaan,
dan sebagainya);
3) zona perkantoran, yang meliputi perkantoran pemerintah dan
perkantoran swasta;
4) zona sarana pelayanan umum, yang antara lain meliputi sarana pelayanan
umum pendidikan, transportasi, kesehatan, olahraga, sarana pelayanan
umum sosial budaya, dan peribadatan;
5) zona industri, yang meliputi industri kimia dasar, industri mesin dan logam
dasar, industri kecil, dan aneka industri;
6) zona khusus, yang berada di kawasan perkotaan dan tidak termasuk ke
dalam zona sebagaimana dimaksud pada angka 1 sampai dengan angka 5
yang antara lain meliputi zona untuk keperluan pertahanan dan
keamanan, zona Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL), zona Tempat
Pemrosesan Akhir (TPA), dan zona khusus lainnya;
7) zona lainnya, yang tidak selalu berada di kawasan perkotaan yang antara
lain meliputi zona pertanian, zona pertambangan, dan zona pariwisata;
dan
8) zona campuran, yaitu zona budidaya dengan beberapa peruntukan fungsi
dan/atau bersifat terpadu, seperti perumahan dan perdagangan/jasa,
perumahan, perdagangan/jasa dan perkantoran.
Apabila pada BWP hanya terdapat satu jenis subzona dari zona tertentu,
subzona tersebut dapat dijadikan zona tersendiri. Subzona juga dapat dijadikan
zona tersendiri apabila subzona tersebut memiliki luas yang signifikan atau
Gambar 4.5
Contoh ilustrasi pembagian BWP ke dalam Sub BWP
50 % KDB
150 % KDB
100 % KDB
Gambar 4.9
Contoh Arahan Koefisien Dasar Hijau (KDH)
Bank
Jasa Keuangan Lainnya
c) Jasa Wisata dan Makanan
Hotel
Wisma dan Losmen
Travel
Hantaran/Courier
Rumah/Warung Makan
Jasa Wisata dan Makanan lainnya
d) Jasa Elektronik
Wartel/Kiostel
Warnet
Fotocopy
Jasa elektronik dan komunikasi lainnya
e) Showroom Otomotif
f) Bengkel/Dorsmeer
g) SPBU
h) Kaki Lima
i) Material Bahan Bangunan
j) Jasa Lainnya
3. BANGUNAN PUBLIK
a) Kantor
Pemerintah
Swasta
b) Fasilitas Pendidikan
TK
SD
SMP
SMA/SMK
Perguruan Tinggi/Akademi
Bimbingan Test/Kursus
c) Fasilitas Kesehatan
Balai Pengobatan
Rumah Sakit/Bersalin
Puskesmas
Poliklinik
Apotik
Praktek Dokter
d) Fasilitas Peribadatan
Masjid
Langgar
Gereja
Pura/Kuil
Tabel 4.1
Jenis dan Sumber Data
NO. RINCIAN DATA TAHUN SUMBER
A FISIK GEOGRAFIS
1 Peta Topografi 2014 Dinas PU
2 Peta Hidrologi 2014 Dinas PU
3 Peta Geologi 2014 Dinas PU
4 Peta Batas Administrasi 2014 Dinas PU/Bappeda
5 Peta Status Lahan 2014 Dinas PU
6 Luas kecamatan / kelurahan 2014 BPS
B SOSIAL KEPENDUDUKAN
1 Jumlah & Kepadatan Penduduk 2004-2014 BPS
2 Laju Pertumbuhan 2004-2014 BPS
3 Komposisi Menurut Umur 2014 BPS
4 Komposisi Menurut Jenis Kelamin 2014 BPS
5 Komposisi Menurut Agama 2016 BPS
6 Komposisi Menurut Suku 2016 BPS
7 Komposisi Menurut Lapangan Pekerjaan 2016 BPS
8 Migran (Life-Time) 2017 Kuesioner
9 Migran (Recent) 2017 Kuesioner
10 Lokasi Pekerjaan, Berbelanja, Beribadah 2017 Kuesioner
C PEREKONOMIAN
3. Kawasan Limitasi
Kawasan yang sama sekali tidak dapat dikembangkan. Kawasan ini umunya
dimanfaatkan sebagai kawasan lindung di perkotaan dalam wujud hutan dan
non hutan.
Disamping menggunakan hasil analisis daya dukung, terutama parameter
rawan bencana, kemiringan lahan dan kepekaaan erosi, kriteria yang
dipergunakan sama dengan kriteria penetapan kawasan lindung yang
mengacu pada Kep. Men Pertanian No. 837/KPTS/UM/II/1980.
bahaya ikutan dari bencana tersebut. Yang termasuk rawan bencana alam,
meliputi: banjir, longsor, gerakan tanah, gempa bumi dan angin puting beliung.
Masukan yang diperlukan mencakup data rekaman kejadian bencana alam,
klimatologi, kepekaan erosi, kemampuan drainase dan kestablian lereng, serta
penggunaan lahan saat ini.
Dari hasil analisis akan diperoleh batasan pengembangan serta
persyaratan pengembangan dan pengamanan masing-masing tingkat
kemampuan lahan terhadap bencana alam.
E. Analisis Fisik Lainnya yang Relevan
Studi-studi fisik yang pernah dilakukan menyangkut fisik ataupun
lingkungan dapat diperoleh sebagai masukan data dalam analisis kelayakan fisik
kawasan ini, dan harus dicantumkan sumbernya. Studi-studi ini sangat
membantu dalam penentuan arahan kesesuaian peruntukan lahan, ataupun
dalam rekomendasi, karena daerah yang sudah disarankan peruntukannya dari
studi terdahulu bila dalam analisis kelayakan fisik kawasan ini tidak termasuk
pengembangan perkotaan dapat diperuntukkan sebagaimana usulan semula.
Untuk daerah yang masuk pengembangan perkotaan tetapi arahan dari studi
terdahulu sudah ada dan bukan untuk perkotaan, dapat dilakukan penyesuaian
yang tentunya telah melalui pertimbangan dari berbagai sektor, yang kemudian
diakomodasikan dalam hasil studi ini sebagai optimasi terakhir dalam bentuk
rekomendasi kesesuaian lahan.
Kebijakan pengembangan fisik yang ada di wilayah dan/atau kawasan
perlu diketahui, terutama kebijakan penggunaan lahan. Hal ini diperlukan dalam
penentuan rekomendasi kesesuaian lahan, karena kebijakan penggunaan lahan
yang telah digariskan baik oleh Pemerintah maupun pemerintah daerah tentunya
dalam rekomendasi dicoba dipenuhi dengan memberikan persyaratan-
persyaratan khusus sesuai dengan kendala dan potensi yang dimilikinya.
Dengan demikian data mengenai kebijakan pengembangan fisik baik oleh
Pemerintah maupun Pemerintah Daerah dalam analisis kelayakan fisik
pengembangan kawasan ini harus disertakan, agar tidak menimbulkan
diselidiki.
b. Metode analisis regresi linier dengan rumus :
Pt = a + bX
Pt = Jumlah penduduk daerah yang diselidiki pada tahun t.
P X2 - X XP
a =
N X2 - ( X )2
N XP - X P
b =
N X2 - ( X )2
Keterangan :
N = Jumlah tahun data pengamatan, sehingga untuk kepentingan
Jumlah Penduduk
Luas Minimum
No. Fasilitas Pendukung
(M²)
(orang)
Rumah Sakit Gawat Darurat
9
1500000 30000
D Ibadah
1 Musholla 3000 300
2 Mesjid Tk. Kelurahan 30000 2000
3 Tempat Ibadah Lainnya 60000 2000
4 Mesjid Kecamatan 200000 5000
5 Tempat Ibadah Lainnya 200000 2000
6 Mesjid Tk Sub Wilayah 480000 12000
7 Mesjid Wilayah 1500000 20000
8 Tempat Ibadah Lainnya 1500000 5000
E Fasilitas Sosial
1 Balai Warga 3000 300
2 Gedung Serbaguna 30000 500
3 Balai Rakyat/gedung serba guna 120000 2000
4 Gedung Jumpa Bakti/Serbaguna 480000 10000
5 Gedung Pertemuan Umum 1500000 5000
6 Gedung Seni Tradisional 5000
7 Balai Warga 3000 300
8 Gedung Serbaguna 30000 500
9 Balai Rakyat/gedung serba guna 120000 2000
F Hiburan
1 Bioskop 30000 2000
2 Bioskop atau Theater 480000 3000
3 Gedung Hiburan/Rekreasi 1500000 6000
4 Bioskop 1500000 4000
5 Gedung Kesenian 1500000 10000
G Pemerintahan
1 Pos Kemanan
2 Kantor Kelurahan 30000 1000
3 Kantor Pelayanan Umum 30000 750
4 Pos Tramtib 30000 300
5 Pemadam Kebakaran 30000 300
6 Kantor Pos 30000 300
7 Kantor Kecamatan 200000 3750
8 Kantor Pelayanan Umum 200000 4200
9 KORAMIL/KOSEKTA 200000 2000
10 KUA/BP-4/Balai Nikah 200000 670
11 Pemadam Kebakaran 200000 1250
12 Kantor Pos/Telkom 200000 2500
13 Kantor Pemerintahan 1500000 25000
14 Kantor Pos Wilayah 1500000 6000
15 Kantor KOWILKO 1500000 4000
Jumlah Penduduk
Luas Minimum
No. Fasilitas Pendukung
(M²)
(orang)
16 Kantor KODIM 1500000 3500
17 Kantor Telepon Wilayah 1500000 7500
18 Kantor PLN Wilayah 1500000 5000
19 Kantor PDAM 1500000 5000
20 Kantor Pengadilan Agama 1500000 3000
21 Kantor Marwil Kebakaran 1500000 3000
H Komersial
1 Warung 250 100
2 Tempat Perbelanjaan 6000 3000
3 Pasar Lingkungan 30000 10000
4 Pasar/pertokoan 60000 10000
5 Pusat Perbelanjaan/Pasar 480000 36000
Pusat Perbelanjaan Utama, Pasar,
6
Pertokoan 1500000 85000
7 Serba Ada (dept. Store), Bank-bank,
8 Perusahaan Swasta dan jasa lainnya.
I Fasilitas Sosial Lain
1 Panti Sosial 60000 500
2 Panti Latihan Kerja 200000 1000
J Fasilitas Lain
1 Gardu Listrik 3000 400
2 Telepon Umum 3000 400
3 Sampah 3000 400
4 Pangkalan/Parkir Umum A 6000 400
5 Pangkalan/Parkir Umum B 60000 2000
6 Depo Kebersihan 200000 200
7 Gardu Listrik 200000 500
8 Terminal Transit 480000 8000
9 Parkir Umum C 480000 13500
sistem kelembagaan. Dalam analisis ini, fokus pada sistem pergerakan dan sistem
jaringan, mengingat kedua sub sistem lainnya sudah tercakup dalam analisis tata
guna lahan dan analisis kelembagaan.
B. Ketersediaan Air Baku/Air Bersih
Analisis ketersediaan air bersih bertujuan untuk mengetahui sumber,
volume dan kualitas sumber air baku untuk dapat melayani kawasan sampai akhir
tahun perencanaan. Mengingat kawasan perencanaan selama ini dilayani oleh
PDAM, maka analisis akan meliputi identifikasi kapasitas PDAM untuk melayani
kawasan perencanaan.
Analisis ketersediaan air baku dilakukan dengan langkah sebagai berikut :
Identifikasi kapasitas produksi dan cakupan pelayanan jaringan PDAM
Identifikasi rencana peningkatan kapasitas produksi PDAM
Identifikasi alternatif sumber air baku di sekitar kawasan perencanaan
Estimasi kebutuhan air minum penduduk pada akhir tahun perencanaan
dengan menggunakan standar kebutuhan, yaitu 60-220 liter/org/hari dan
standar kualitas air minum menurut SK Menkes No
416/MENKES/PER/IX/1990.
Membandingkan kebutuhan air minum dengan cakupan pelayanan air
bersih, serta merumuskan konsep pengembangan jaringan air bersih di
masa mendatang.
C. Prasarana Energi Listrik
Analisis jaringan listrik bertujuan untuk mengidentifikasi ketersediaan
daya listrik dan kebutuhan daya sampai akhir tahun perencanaan. Analisis
jaringan listrik dilakukan dengan langkah sebagai berikut:
Identifikasi kapasitas daya terpasang dan cakupan pelayanan jaringan PLN
Identifikasi rencana peningkatan kapasitas produksi PLN
Estimasi kebutuhan listrik penduduk pada akhir tahun perencanaan
dengan menggunakan standar kebutuhan
nodal tersebut didasari oleh beberapa model klasik mengenai struktur kota,
yaitu:
Model Konsentris
Model ini menyatakan bahwa struktur kota terdiri dari 5 buah zona
konsentris, yaitu Central Business District (CBD), zona transisi, zona
permukiman buruh, zona permukiman permanen dan zona komuter. Kelima
zona tersebut juga menggambarkan status sosial-ekonomi penduduk kota,
dimana zona terluar merupakan lokasi penduduk berstatus tertinggi. Selain
status ekonomi, kelima zona konsentris juga menggambarkan tingkat
kepadatan dan pola migrasi tempat tinggal.
Model Sektoral
Model ini menyatakan bahwa struktur kota terdiri dari CBD di pusat kota,
yang kemudian diikuti oleh zona-zona yang masing-masing memanjang dari
arah pusat ke pinggiran kota. Setiap zona menggambarkan fungsi-fungsi
tertentu dari kota, seperti industri, perdagangan dan jasa, permukiman dan
sebagainya.
Sub Pusat
Lingkungan
- SD
- Lap Olah Raga
- Toko/Pasar
Kantor Desa
Poliklinik
Pasar
Terminal.
Masjid
Ruang Serba Guna
Kantor Polisi
PoskoUtama
Pusat
Bank
Lingkungan
Koperasi
Model Sektoral
Model Multiple Nukleus
Model ini menyatakan bahwa struktur kota dibentuk oleh beberapa pusat
CBD yang dapat berlokasi di berbagai tempat di dalam suatu kota. Setiap
pusat memiliki fungsi tertentu seperti industri, permukiman, pemerintahan
dsb. Dengan demikian model ini kontras dari model konsentris yang
menyatakan bahwa suatu kota terdiri dari satu pusat yang terletak pada
pusat geometris kota.
Dalam analisis struktur kota, ketiga model di atas dapat digunakan secara
simultan karena setiap model dapat bersesuaian dengan satu aspek dari kota.
Dalam kaitan dengan kawasan perencanaan Kawasan Pekotaan Sawo
Kabupaten Dairi, analisis struktur kawasan bertujuan untuk mengidentifikasi
pusat kegiatan yang berperan sebagai nodal. Secara existing pusat kegiatan
belum tentu membentuk sistem yang efisien.
Adapun sistem pusat-pusat kegiatan yang diharapkan terbentuk secara
hirarkis yang meliputi pusat primer, pusat sekunder, pusat tersier (lingkungan)
dsb, dan memiliki suatu pola hubungan.
Analisis struktur kawasan eksisting dilakukan dengan langkah sebagai
berikut :
Identifikasi kelengkapan fasilitas umum dan konsentrasi/aglomerasi
kegiatan yang menimbulkan bangkitan pergerakan (trip generation).
Identifikasi polarisasi pergerakan kendaraan (hasil wawancara dan
pengamatan), dimana polarisasi ini kemungkinan berkaitan dengan adanya
pusat kegiatan
Delineasi dampak pusat kegiatan tersebut secara spasial
Identifikasi hirarki dan fungsi pusat kegiatan
b. Analisis Pola Pemanfaatan Ruang
Analisis ini bertujuan untuk mengetahui pola pemanfaatan ruang per blok
kawasan dan mendapatkan arahan bagi penentuan fungsi blok kawasan. Analisis
dilakukan melalui tiga tahap yaitu :
1. Merumuskan blok kawasan
2. Mengidentifikasi pola ruang blok kawasan
3. Merumuskan kriteria kawasan