Anda di halaman 1dari 61

Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kota Parongil

Kabupaten Dairi

BAB
4

4.1. PENDEKATAN PENYUSUNAN

4.1.1. Pendekatan Normatif


Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) dan Zoning Regulation
Kawasan Perkotaan Parongil Kecamatan Silima Pungga-Pungga Kabupaten Dairi
merupakan rumusan perwujudan RTRW Kabupaten Dairi dalam rangka
pelaksanaan program dan pengendalian pembangunan kota baik yang dilakukan
oleh pemerintah maupun masyarakat dalam jangka panjang maupun menengah.
Sebagai suatu produk penataan ruang kota rencana detail penataan
ruang kawasan kota yang ‘baik’ harus operasional, oleh karenanya maksud dan
tujuan perencanaan yang ditetapkan harus realistis, demikian pula dengan
langkah-langkah kegiatan yang ditetapkan untuk mencapai maksud dan tujuan
tersebut. Realistis berarti :
 Mengenali secara nyata masalah-masalah pembangunan kota;
 Mengenali secara nyata potensi yang dimiliki kota;
 Mengenali secara nyata kendala yang dihadapi kota dalam proses
pembangunan;
 Memahami tujuan pembangunan secara jelas dan nyata;
 Mengenali faktor-faktor yang berperan dalam pembangunan kota;
Pendekatan perencanaan yang dipilih diharapkan dapat mengarah pada
problem solving pada kondisi yang nyata.
Secara umum terdapat dua pendekatan utama dalam proses penyusunan
rencana, yaitu : pendekatan normatif dan menyeluruh yang memiliki ciri

Laporan Pendahuluan IV-1


Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kota Parongil
Kabupaten Dairi

perencanaan jangka panjang, komprehensif/holistik, taat kepada norma dan


standar dibanding kondisi nyata, minimnya perhatian faktor-faktor eksternal, dan
bersifat final.
Yang kedua, pendekatan incremental yang memiliki ciri : berorientasi pada
persoalan-persoalan nyata, jangka pendek dan menengah, terkonsentrasi pada
beberapa hal, tetapi bersifat strategis, mempertimbangkan eksternalitas, dan
tidak bersifat final.
Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) dan Zoning Regulation
Kawasan Perkotaan Parongil Kecamatan Silima Pungga-Pungga Kabupaten Dairi
merupakan rumusan perwujudan RTRW Kabupaten Dairi menggunakan
pendekatan incremental dengan disadarinya bahwa perencanaan penataan ruang
akan berlangsung terus menerus yang salah satunya adalah perencanaan
strategis.
Rencana strategis ini adalah :
 Rencana yang lebih menekankan pada proses pengenalan dan
penyelesaian masalah dibanding pada penentuan maksud dan tujuan
pembangunan, yang kemudian dijabarkan pada program-program
pembangunan dan alokasi pembiayaan pembangunan.
 Rencana yang melihat lingkup permasalahan secara internal
maupun eksternal, dengan menyadari bahwa pengaruh faktor-
faktor eksternal sangat kuat dalam membentuk pola tata ruang kota yang
terjadi.
 Rencana yang menyadari bahwa perkiraan-perkiraan kondisi di masa yang
akan datang tidak bisa lagi hanya didasarkan pada perhitungan-
perhitungan proyeksi tertentu, akan tetapi sangat dimaklumi bahwa
terdapat kemungkinan-kemungkinan munculnya kecenderungan-
kecenderungan baru, faktor-faktor ketidakpastian, serta ‘kejutan-
kejutan’ lain yang terjadi di luar perkiraan semula.
 Rencana yang lebih bersifat jangka pendek dan menengah, dengan
memberikan satu acuan arah-arah pembangunan perkotaan.

Laporan Pendahuluan IV-2


Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kota Parongil
Kabupaten Dairi

 Rencana yang berorientasi pada pelaksanaan (action).


Sejalan dengan pendekatan proses penyusunan rencana strategis, strategi
penanganan penataan ruang kota di masa yang akan datang diarahkan pada:
pembangunan fisik prasarana-sarana kota yang tidak hanya didasarkan pada
upaya pemenuhan kebutuhan dasar masyarakat (basic need approach), tetapi
juga didasarkan pada upaya untuk pengembangan ekonomi kota (development
approach). Azas penataan ruang kota meliputi :
1. Ekonomi Produktivitas;
2. Peningkatan efisiensi pemanfaatan lahan kota karena keterbatasan lahan
perkotaan;
3. Kompetensi ruang, baik antar kegiatan yang akan dialokasikan maupun
antar penduduk kota;
4. Permasalahan lingkungan;
5. Menyaring budaya luar yang masuk supaya dampak negatif yang mungkin
ditimbulkan dapat ditekan, sebagai upaya untuk menciptakan kondisi
budaya masyarakat kota yang mantap;
6. Penciptaan kemandirian nasional dengan pelaksanaan program-program
secara terpadu, efektif dan efesien.
Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) dan Zoning Regulation
Kawasan Perkotaan Parongil Kecamatan Silima Pungga-Pungga Kabupaten Dairi
pada dasarnya sangat kompleks yang banyak melibatkan aspek kehidupan mulai
dari aspek ekonomi, politik, sosial budaya, sampai dengan pengelolaan kawasan
strategis. Semua aspek kehidupan tersebut membentuk suatu rantai kehidupan
yang saling terkait satu dengan yang lain. Oleh karena itu dalam penyusunan
rencana pembangunannya yang tertuang dalam Rencana Tata Ruang perlu
melihat semua aspek kehidupan tersebut melalui pendekatan menyeluruh dan
terpadu atau yang lebih dikenal dengan comprehensive planning approach. Pola
pikir perencanaan yang menyeluruh pada dasarnya merupakan landasan berpikir
perencana sebagai upaya untuk memahami konteks persoalan secara utuh dan

Laporan Pendahuluan IV-3


Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kota Parongil
Kabupaten Dairi

menyeluruh guna memberikan landasan berpikir sebagai masukan pada rancang


bangun pendekatan perencanaan.
Ada tujuh hal pokok pemikiran sebagai landasan pola pikir, yakni :
1. Pemahaman terhadap karakter sosial ekonomi kemasyarakatan dan
aspirasinya.
Pengembangan suatu kota akan sangat berkaitan dengan bagaimana
rencana tata ruang dapat mendukung perikehidupan sosial masyarakat
yang beragam.
2. Pemahaman terhadap karakter fisik ruang dan sumber daya lingkungan
pendukung.
Setiap sistem fisik kehidupan mempunyai karakter-karakter khusus yang
unik yang dapat menjadi pendukung maupun kendala perkembangannya,
sehingga upaya untuk mengembangkan fungsi-fungsi kegiatan harus
memandang keberlanjutan daya dukungnya dalam kurun Waktu yang
akan datang serta bagaimana memanfaatkannya secara optimal.
3. Pemahaman terhadap keterkaitan timbal balik antara kinerja aktifitas
kota dengan wujud dan perwujudan ruang fisiknya.
Dalam hal ini kinerja aktifitas yang buruk akan mewujudkan kualitas ruang
fisik kehidupan yang buruk, atau sebaliknya ruang fisik yang tidak tertata
dengan baik akan mewujudkan kinerja aktifitas yang buruk pula. Kondisi
ini bersifat kumulatif dan saling memberikan pengaruh negatif dan akan
semakin menurunkan kualitas kehidupan lingkungan fisik, sosial, ekonomi
di masa yang akan datang.
4. Pemahaman mengenai bagaimana mewujudkan ruang fisik yang
kondusif untuk menunjang kehidupan wilayah.
Upaya mewujudkan ruang bukan hanya sekedar membuat rencana tata
ruang namun terkait upaya perealisasian serta pengarahannya, dan
penciptaan faktor intensif (menstimulasi) dan disinsentif (mencegah), agar
elemen, fungsi dan infrastruktur, sistem pelayanan sosial ekonomi dapat
ada dan tumbuh sesuai dengan harapan.

Laporan Pendahuluan IV-4


Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kota Parongil
Kabupaten Dairi

5. Pemahaman terhadap pelaku dan aktor-aktor pembangunan dalam


mendukung wujud ruang yang diharapkan.
Setiap rencana pembangunan termasuk rencana tata ruang akan
melibatkan setiap pelakunya sebagai subjek dan harus menjamin adanya
mekanisme partisipasi masyarakat, swasta dan pemerintah dalam
mendukung program-program pembangunan. Upaya untuk
mendeseminasikan serta mensosialisasikan rencana perlu dilakukan untuk
menghindari rencana tata ruang menjadi produk yang tidak dapat/tidak
mungkin direalisasikan karena masyarakat tidak tahu, menganggap tidak
perlu atau kepentingannya tidak terakomodasi atau dianggap merugikan
kepentingannya.
6. Pemahaman terhadap aspek kelembagaan, aspek hukum dan
manajemen pembangunan untuk mendukung realisasi wujud ruang
yang diharapkan.
Upaya untuk menata ruang kota akan tidak terlepas dari persoalan
kelembagaan dan manajemen pembangunan yang terkait dengan upaya
mengkonsolidasikan serta mengintegrasikan berbagai perencanaan yang
telah dibuat. Dalam hal lain, upaya mengelola sumber daya dana, tenaga
dan waktu juga menjadi faktor pendukung penataan ruang.
7. Pemahaman terhadap aspek eksternal regional/konstelasi geografis
kewilayahan sebagai faktor pengaruh terhadap eksistensi wilayah.
Perkembangan lingkungan eksternal dapat mempengaruhi eksistensi baik
bersifat positif maupun negatif. Pertumbuhan wilayah sekitar yang pesat
dengan fungsi berbeda, serta pengaruh perkembangan transportasi
regional harus dijadikan landasan makro untuk mengembangkan fungsi
mikro/lokal secara saling mendukung.
4.1.2. Pendekatan Manajemen Lahan dan Zoning Regulation
A. Manajemen Lahan

Laporan Pendahuluan IV-5


Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kota Parongil
Kabupaten Dairi

Penataan ruang kota saat ini menghadapi masalah penerapan rencana


dan pengendalian pemanfaatan ruang. Hal ini disebabkan karena belum
terintegrasinya penataan ruang dengan manajemen/pengelolaan lahan, atau
masih adanya kesenjangan antara keduanya. Sementara Zoning Regulation pada
dasarnya merupakan bagian dari bentuk manajemen lahan, dan juga sebagai alat
pengendalian pemanfaatan ruang. Sebagai bagian dari pengelolaan
pembangunan kota, rencana tata ruang kota tidak dapat terlepas dari unsur
pengelolaan pembangunan kota lainnya, yaitu pengelolaan lahan. Rencana kota
bukan merupakan produk perencanaan di atas kertas, namun harus secara
realistis mempertimbangkan sediaan lahan bagi perwujudan rencana tersebut.
Pembangunan tanpa tersedianya lahan tidak mungkin terselenggara.
Pelaksanaan RDTR Kawasan Perkotaan pada umumnya seringkali sulit terwujud
dan salah satu penyebabnya adalah masalah yang terkait dengan ruang daratan,
dalam hal ini tanah/lahan. Pada kenyataan di lapangan, tanah tersebut telah
dikuasai, dimiliki, digunakan, dan dimanfaatkan baik oleh perorangan,
masyarakat, badan hukum, maupun pemerintah. Di satu sisi RDTR telah
ditetapkan melalui Peraturan Daerah atau lainnya, tetapi di sisi lain ada yang
telah menguasai dan memiliki tanah, sebagian bahkan memiliki kepastian hukum
akan tanahnya dalam bentuk hak atas tanah (sertifikat tanah).
Oleh karena itu, penataan ruang tidak dapat dilepaskan dari manajemen
lahan yang tepat, yang tentu saja harus didukung pula oleh proses perencanaan
yang partisipatif (Participatory planning).
Pengelolaan lahan menjadi salah satu kebijakan yang harus mendukung
kegiatan implementasi perencanaan ruang kota, atau dengan kata lain
manajemen lahan ini merupakan salah satu alat untuk mewujudkan rencana
kota. Manajemen lahan merupakan upaya penyediaan lahan, dalam arti
pembentukan ruang-ruang kegiatan sesuai dengan kebutuhan pembangunan
kota Dalam materi Diklat Manajemen Perkotaan (2000), dinyatakan bahwa
masalah utama dari manajemen lahan adalah bagaimana melakukan

Laporan Pendahuluan IV-6


Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kota Parongil
Kabupaten Dairi

penyediaan/ pengadaan lahan untuk dimanfaatkan bagi pembangunan kawasan


pada waktu, lokasi dan harga yang tepat.
Tujuan dari manajemen lahan perkotaan itu sendiri dapat dirinci sebagai
berikut :
- Efisiensi dan optimalisasi pengunaan lahan
- Alokasi sumberdaya lahan yang adil dan merata
- Penyediaan lahan yang cepat dan tepat waktu
- Mengusulkan penyediaan lahan sebanyak-banyaknya untuk kepentingan
umum
- Mencegah usaha spekulasi lahan dan mencegah mendapat keuntungan yang
tidak wajar dari investasi tanah
- Perlunya sistem informasi lahan perkotaan
Masih dari literatur yang sama, dalam rangka mencapai tujuan diatas
maka kegiatan-kegiatan yang tercakup dalam manajemen lahan ini meliputi :
- Pengadaan dan pemanfaatan informasi tentang lahan
- Rencana pemanfaatan lahan, termasuk diantaranya alokasi untuk jaringan
prasarana serta ruang terbuka lainnya.
- Penguasaan bidang lahan, dalam arti pemeliharaan atau mengadakan
koordinasi dengan para pemilik lahan untuk pengaturan bersama.
- Pengendalian pemanfaatan lahan dan pemberian hak atas tanah.

Laporan Pendahuluan IV-7


Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kota Parongil
Kabupaten Dairi

B. Zoning Regulation
RDTRK pada peta skala 1:5.000 yang sudah lebih rinci, kurang operasional
sebagai rujukan pengendalian pembangunan karena tidak disertai dengan aturan
yang lengkap. Zoning regulation merupakan perangkat aturan pada yang umum
digunakan di negara maju potensial untuk melengkapi RDTR agar lebih
operasional. Sebagaimana diketahui, menurut pedoman penyusunan rencana
tata ruang kawasan perkotaan yang terdapat di Indonesia jenis rencana tata
ruang kota dibedakan ke dalam :
 Rencana Struktur Tata Ruang Kawasan Perkotaan;
 Rencana Tata Ruang Wilayah Kota/Rencana Umum Tata Ruang Kawasan
Perkotaan;
 Rencana Detail Tata Ruang Kawasan Perkotaan; dan
 Rencana Teknik Ruang Kawasan Perkotaan/Rencana Tata Bangunan dan
Lingkungan.
Kendala yang dihadapi Pemerintah Kota/Kabupaten di Indonesia dengan
adanya rencana tata ruang kawasan perkotaan berjenjang demikian adalah
keterbatasan kemampuan dalam menyusun semua jenjang rencana serta tidak
fleksibelnya rencana tata ruang kawasan perkotaan di dalam menghadapi
perkembangan yang terjadi; termasuk pula di dalam menjembatani rencana-
rencana tata ruang tersebut ke dalam langkah operasional pelaksanaan
pembangunan. Untuk itu diperlukan program tindak pelaksanaan dan
pengendaliannya agar sesuai dengan rencana tata ruang. Aturan Pola
Pemanfaatan Ruang ini juga dapat berperan dalam evaluasi perijinan yang ada
agar dapat menyelaraskannya dengan rencana tata ruang. Pada kenyataannya,
aspek pelaksanaan dan pengendalian pembangunan kota memerlukan
pengaturan teknis yang dapat dipenuhi melalui Aturan Pola Pemanfaatan Ruang.
Pengertian Aturan Pola Pemanfaatan Ruang (Zoning Regulation) adalah
ketentuan yang mengatur klasifikasi zoning dan penerapannya ke dalam ruang
kota, pengaturan lebih lanjut tentang pemanfaatan lahan dan prosedur
pelaksanaan pembangunan. Dan bila dipilah lebih lebih lanjut Pengertian Zona
adalah :

Laporan Pendahuluan IV-8


Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kota Parongil
Kabupaten Dairi

1. Kategori penggunaan atau aktivitas lahan, bangunan, struktur atau


aktivitas yang diijinkan oleh hukum yang berlaku;
2. Suatu area yang digambarkan dalam sebuah Peta Rencana Zoning serta
disusun dan dirancang berdasarkan suatu peraturan untuk penggunaan
khusus;
3. Suatu area dalam hubungannya dengan ketetapan peraturan terkait;
penggunaan tertentu dari suatu lahan, bangunan dan struktur diijinkan
dan penggunaan lainnya dibatasi, dimana lapangan dan lahan terbuka
diwajibkan; sementara untuk kapling, batas ketinggian bangunan dan
persyaratan lainnya ditetapkan, semua yang terlebih dahulu
diidentifikasikan untuk zona dan wilayah dimana penggunaan dilakukan;
4. Bagian wilayah kota, jalan, gang, dan jalan umum lainnya, yang
merupakan penggunaan tertentu dari suatu lahan, lokasi dan bangunan
tidak diijinkan, dimana lapangan tertentu dan ruang terbuka diwajibkan
dan batas ketinggian bangunan tertentu ditetapkan.
Sementara Zoning adalah pembagian wilayah ke dalam beberapa
kawasan sesuai dengan fungsi dan karakteristik semula atau diarahkan bagi
pengembangan fungsi-fungsi lain. Fungsi Aturan Pola Pemanfaatan Ruang di
dalam pembangunan wilayah perkotaan adalah:
1. sebagai instrumen pengendali pembangunan (pemberian ijin);
2. sebagai pedoman penyusunan rencana tindak operasional (pemanfaatan
ruang);
3. sebagai panduan teknis pengembangan lahan.
Tujuan Aturan Pola Pemanfaatan Ruang adalah :
a. mengatur keseimbangan keserasian pemanfaatan ruang dan
menentukan program tindak operasional pemanfaatan ruang atas
suatu satuan ruang;
b. melindungi kesehatan, keamanan, dan kesejahteraan masyarakat;
c. meminimumkan dampak pembangunan yang merugikan;
d. memudahkan pengambilan keputusan secara tidak memihak dan
berhasil guna serta mendorong partisipasi masyarakat (pengendalian
pemanfaatan ruang : pengaturan perijinan).
Rincian materi zoning regulation secara umum adalah sebagai berikut :

Laporan Pendahuluan IV-9


Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kota Parongil
Kabupaten Dairi

1. Kegiatan yang diperbolehkan


2. Kegiatan yang dilarang
3. Aturan khusus untuk kegiatan
4. Kegiatan tambahan dan aturannya
5. Kegiatan bersyarat dan aturannya
6. Pengecualian khusus
7. Ketentuan luas persil (minimum/maksimum)
8. Ketentuan luas pekarangan (sempadan depan, samping, belakang)
9. KDB maksimum
10. Luas minimum lantai bangunan
11. Batas tinggi bangunan
12. Variansi

Laporan Pendahuluan IV-10


Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kota Parongil
Kabupaten Dairi

Gambar 4.1
Kedudukan Aturan Pola Pemanfaatan Ruang (Zoning Regulation) dalam
Penataan Ruang Kota

Laporan Pendahuluan IV-11


Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kota Parongil
Kabupaten Dairi

C. Menetapkan Klasifikasi Zona


Tujuan dari klasifikasi zona adalah untuk menetapkan fungsi kegiatan
pada suatu kawasan. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menetapkan
klasifikasi ini adalah :
1. Menentukan klasifikasi zona di daerah yang akan disusun peraturan zonasinya
mengingat kondisi eksisting maupun rencana yang sudah disusun
berdasarkan Rencana Tata Ruang Wilayah Kota maupun Rencana Detail Tata
Ruang Kota. Klasifikasi tersebut dilihat berdasarkan fungsi kegiatan, yaitu :
o Perumahan
o Komersial
o Industri
o Pertambangan
o Fasilitas Pelayanan
o Pemerintahan, Pertahanan, dan Keamanan
o Pertanian
o Transportasi
o Ruang Terbuka Hijau
o Kawasan Hutan
o Campuran
o Kawasan Lindung
2. Mengklasifikasi zona di atas dengan mengisi fungsi kegiatan yang sudah
berkembang terlebih dahulu di daerah yang dipilih.
3. Melengkapi dengan fungsi kegiatan yang spesifik yang ada
4. Identifikasi fungsi kegiatan yang prospektif berkembang di daerah yang
dipilih.
D. Batas/Delineasi Blok Peruntukan
Blok peruntukan dibatasi oleh batasan fisik yang nyata maupun yang
belum nyata Langkah-langkah dalam penetapan blok peruntukan adalah sebagai
berikut :
1. Menentukan Batas Blok Peruntukan.
 Blok peruntukan dapat dibatasi oleh batasan fisik yang nyata, misalnya:
 Jaringan jalan
 Sungai
 Selokan
 Saluran irigasi
 Saluran udara tegangan (ekstra) tinggi
 Garis pantai,dll.

Laporan Pendahuluan IV-12


Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kota Parongil
Kabupaten Dairi

Gambar 4.2
Contoh Penentuan Blok Peruntukan
Dengan Batasan Fisik

Batas blok peruntukan yang belum nyata dapat berupa :


 Rencana jaringan jalan
 Rencana jaringan prasarana lain yang sejenis sesuai dengan rencana kota,
dan rencana sektoral lainya
2. Penomoran Blok Peruntukan
Pemberian nomor pada masing-masing blok peruntukan berguna untuk
memudahkan referensi. Cara penomoran blok antara lain :
 Gunakan cara yang paling mudah untuk memberi nomor pada blok
peruntukan, misalnya dengan menggunakan kode pos yang berlaku
(berdasarkan kelurahan/desa).
 Tambahkan tiga digit di belakang nomor blok sebagai nomor urut blok
peruntukan.
Gambar 4.3
Contoh Pembagian Zona dengan
Pertimbangan Batasan Fisik Jalan

Laporan Pendahuluan IV-13


Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kota Parongil
Kabupaten Dairi

3. Menentukan batas subblok peruntukan


Pembagian subblok peruntukan dapat dilakukan dengan
mempertimbangkan:
• Kesamaan (homogenitas) karakterisik pemanfaatan ruang/lahan.
• Batasan fisik seperti jalan, gang, sungai, brandgang atau batas persil.
• Orientasi bangunan (arah menghadap bangunan)
• Lapis bangunan

4. Penomoran subblok peruntukan


Subblok peruntukan diberi nomor blok dengan memberikan tambahan
huruf (a,b,c,dst) di belakang kode blok.
Gambar 4.4
Contoh Pembagian Zona dengan Pertimbangan Batasan Fisik Sungai, Lapis
Bangunan, Rencana Jalan, Gang, Batas Kapling dan
Orientasi Bangunan

Laporan Pendahuluan IV-14


Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kota Parongil
Kabupaten Dairi

E. Penyusunan Peraturan Teknis Zonasi


Aturan teknis zonasi merupakan aturan pada suatu zona yang berisi
ketentuan pemanfaatan ruang, di antaranya: penggunaan lahan, intensitas
pemanfaatan ruang, ketentuan tata massa bangunan, ketentuan prasarana
minimum yang harus disediakan, aturan lain yang dianggap penting, dan aturan
khusus untuk kegiatan tertentu.

1. Penggunaan Lahan dan Aturan Kegiatan Penggunaan Lahan


Aturan ini berisi kegiatan yang diizinkan (I), diizinkan terbatas (T),
diperbolehkan dengan syarat (B) atau dilarang (X) pada suatu zona. Adapun
penjelasan klasifikasi dari kegiatan dan penggunaan lahan di atas adalah:
• “I” = Pemanfaatan diizinkan.

Laporan Pendahuluan IV-15


Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kota Parongil
Kabupaten Dairi

Sifatnya sesuai dengan peruntukan lahan yang direncanakan, sehingga


tidak akan ada peninjauan atau pembahasan atau tindakan lain dari
pemerintah kabupaten/kota terhadap pemanfaatan tersebut.
• “T” = Pemanfaatan diizinkan secara terbatas.
Pembatasan dilakukan melalui penentuan standar pembangunan
minimum, pembatasan pengoperasian, atau peraturan tambahan lainnya
yang berlaku di wilayah kabupaten/kota.
• “B” = Pemanfaatan memerlukan izin penggunaan.
Izin ini berhubungan dengan usaha menanggulangi dampak pembagunan
disekitarnya, dapat berupa Analisis Mengenai Dampak Lingkungan,
Pengelolaan Lingkungan, Rencana Pemantauan Lingkungan, dan lain-lain
• “X” = Pemanfaatan yang tidak diizinkan.
Sifatnya tidak sesuai dengan peruntukan lahan yang direncanakan dan
dapat menimbulkan dampak yang cukup besar bagi lingkungan di
sekitarnya.
2. Konsep Penyusunan Peraturan Zonasi
 Konsep Penyusunan Zonasi Pola ruang
Rencana pola ruang dalam RDTR merupakan rencana distribusi subzona
peruntukan yang antara lain meliputi hutan lindung, zona yang memberikan
perlindungan terhadap zona di bawahnya, zona perlindungan setempat,
perumahan, perdagangan dan jasa, perkantoran, industri, dan RTNH, ke dalam
blok-blok. Rencana pola ruang dimuat dalam peta yang juga berfungsi sebagai
zoning map bagi peraturan zonasi.

Rencana pola ruang berfungsi sebagai :


1. alokasi ruang untuk berbagai kegiatan sosial, ekonomi, serta kegiatan
pelestarian fungsi lingkungan dalam BWP;
2. dasar penerbitan izin pemanfaatan ruang;
3. dasar penyusunan RTBL; dan
4. dasar penyusunan rencana jaringan prasarana.

Laporan Pendahuluan IV-16


Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kota Parongil
Kabupaten Dairi

Rencana pola ruang dirumuskan berdasarkan :


1. daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup dalam BWP; dan
2. perkiraan kebutuhan ruang untuk pengembangan kegiatan sosial
ekonomi dan pelestarian fungsi lingkungan.
Rencana pola ruang dirumuskan dengan kriteria :
1. mengacu pada rencana pola ruang yang telah ditetapkan dalam
RTRW;
2. memperhatikan rencana pola ruang bagian wilayah yang berbatasan;
3. memperhatikan mitigasi dan adaptasi bencana pada BWP, termasuk
dampak perubahan iklim; dan
4. menyediakan RTH dan RTNH untuk menampung kegiatan sosial,
budaya, dan ekonomi masyarakat.
Rencana pola ruang RDTR terdiri atas :
a. zona lindung yang meliputi :
1) zona hutan lindung;
2) zona yang memberikan perlindungan terhadap zona di bawahnya
yang meliputi zona bergambut dan zona resapan air;
3) zona perlindungan setempat yang meliputi sempadan pantai,
sempadan sungai, zona sekitar danau atau waduk, dan zona sekitar
mata air;
4) zona RTH kota yang antara lain meliputi taman RT, taman RW, taman
kota dan pemakaman;
5) zona suaka alam dan cagar budaya;
6) zona rawan bencana alam yang antara lain meliputi zona rawan tanah
longsor, zona rawan gelombang pasang, dan zona rawan banjir; dan
7) zona lindung lainnya.
b. Konsep Penyusunan Zonasi Budi Daya
Konsep penyusunan zonasi budi daya meliputi :
1) zona perumahan, yang dapat dirinci ke dalam perumahan dengan
kepadatan sangat tinggi, tinggi, sedang, rendah, dan sangat rendah (bila

Laporan Pendahuluan IV-17


Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kota Parongil
Kabupaten Dairi

diperlukan dapat dirinci lebih lanjut ke dalam rumah susun, rumah kopel,
rumah deret, rumah tunggal, rumah taman, dan sebagainya); zona
perumahan juga dapat dirinci berdasarkan kekhususan jenis perumahan,
seperti perumahan tradisional, rumah sederhana/sangat sederhana,
rumah sosial, dan rumah singgah;
2) zona perdagangan dan jasa, yang meliputi perdagangan jasa deret dan
perdagangan jasa tunggal (bila diperlukan dapat dirinci lebih lanjut ke
dalam lokasi PKL, pasar tradisional, pasar modern, pusat perbelanjaan,
dan sebagainya);
3) zona perkantoran, yang meliputi perkantoran pemerintah dan
perkantoran swasta;
4) zona sarana pelayanan umum, yang antara lain meliputi sarana pelayanan
umum pendidikan, transportasi, kesehatan, olahraga, sarana pelayanan
umum sosial budaya, dan peribadatan;
5) zona industri, yang meliputi industri kimia dasar, industri mesin dan logam
dasar, industri kecil, dan aneka industri;
6) zona khusus, yang berada di kawasan perkotaan dan tidak termasuk ke
dalam zona sebagaimana dimaksud pada angka 1 sampai dengan angka 5
yang antara lain meliputi zona untuk keperluan pertahanan dan
keamanan, zona Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL), zona Tempat
Pemrosesan Akhir (TPA), dan zona khusus lainnya;
7) zona lainnya, yang tidak selalu berada di kawasan perkotaan yang antara
lain meliputi zona pertanian, zona pertambangan, dan zona pariwisata;
dan
8) zona campuran, yaitu zona budidaya dengan beberapa peruntukan fungsi
dan/atau bersifat terpadu, seperti perumahan dan perdagangan/jasa,
perumahan, perdagangan/jasa dan perkantoran.
Apabila pada BWP hanya terdapat satu jenis subzona dari zona tertentu,
subzona tersebut dapat dijadikan zona tersendiri. Subzona juga dapat dijadikan
zona tersendiri apabila subzona tersebut memiliki luas yang signifikan atau

Laporan Pendahuluan IV-18


Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kota Parongil
Kabupaten Dairi

memiliki persentase yang besar terhadap luas BWP.


Apabila diperlukan, subzona dapat dibagi lagi menjadi beberapa subzona.
Zona/ subzona/ sub subzona memiliki luas minimum 5 (lima) hektar di
dalam BWP. Apabila luasnya kurang dari 5 (lima) hektar, zona/ subzona/ sub
subzona dihilangkan dari klasifikasi zona dan dimasukkan ke daftar kegiatan di
dalam matriks ITBX.
Setiap Sub BWP terdiri atas blok yang dibagi berdasarkan batasan fisik
antara lain seperti jalan, sungai, dan sebagainya. Pengilustrasian overlay peta
yang didelineasi berdasarkan fisik (BWP, Sub BWP, dan blok) hingga peta yang
didelineasi berdasarkan fungsi (zona dan subzona) dapat dilihat pada Gambar
berikut :

Laporan Pendahuluan IV-19


Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kota Parongil
Kabupaten Dairi

Gambar 4.5
Contoh ilustrasi pembagian BWP ke dalam Sub BWP

3. Aturan Intensitas Pemanfaatan Ruang


Intensitas pemanfaatan ruang adalah besaran pembangunan yang
diperbolehkan berdasarkan batasan Koefisien Dasar Bangunan (KDB), Koefisien
Lantai Bangunan (KLB), Koefisien Dasar Hijau (KDH), atau kepadatan penduduk.

Laporan Pendahuluan IV-20


Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kota Parongil
Kabupaten Dairi

Langkah-langkah yang harus diperhatikan dalam penetapan besar KDB


maksimum adalah :
• Merujuk pada rencana besaran KDB yang tercantum dalam RTRW
Kab/RDTRK yang ada
• Menghitung luas lahan terbangun yang digunakan untuk kegiatan utama
• Menghitung luas lahan keseluruhan/blok peruntukan
• Menghitung luas prasarana yang diperkeras
• Mempertimbangkan tingkat pengisian/resapan air = KDH minimum
• Mempertimbangkan besar pengaliran air (kapasitas drainase)
• Memperhatikan jenis penggunaan lahan
• Memperhatikan harga lahan
Gambar 4.6
Contoh Arahan Koefisien Dasar Bangunan (KDB)

Langkah-langkah yang harus diperhatikan dalam penetapan KLB


Maksimum adalah :
 Merujuk pada rencana KLB yang tercantum dalam RTRW Kab/RDTRK yang
ada
 Menghitung luas lantai bangunan keseluruhan
 Memperhatikan harga lahan

Laporan Pendahuluan IV-21


Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kota Parongil
Kabupaten Dairi

 Memperhitungkan ketersediaan dan tingkat pelayanan prasarana jalan.


Dampak atau kebutuhan terhadap prasarana tambahan
 Ekonomi dan pembiayaan.
Gambar 4.7
Contoh Arahan Koefisien Lantai Bangunan (KLB)

50 % KDB

150 % KDB
100 % KDB

Bila KDB 60 % maka KLB


= 90 %

Langkah-langkah yang harus diperhatikan dalam penetapan KDH


minimum adalah :
 Merujuk pada rencana besaran KDH yang tercantum dalam RTRW
Kab/RDTRK yang ada;
 Menghitung luas lahan keseluruhan/blok peruntukan;
 Menghitung luas lahan terbangun yang digunakan untuk kegiatan utama;
 Mempertimbangkan tingkat pengisian/resapan air;
 Mempertimbangkan besar pengaliran air (kapasitas drainase).

Pertimbangan kepadatan bangunan ditetapkan berdasarkan


pertimbangan :
 Faktor kesehatan, yaitu memperhatikan ketersediaan air bersih, sanitasi
dan sampah, cahaya, sinar matahari, aliran udara, ruang antar bangunan.
 Faktor sosial, yaitu dengan memperhatikan ruang terbuka privat, privasi,
perlindungan, jarak tempuh terhadap fasilitas lingkungan.
 Faktor teknis, yaitu mempertimbangkan resiko kebakaran, keterbatasan
lahan untuk bangunan/rumah.
 Faktor ekonomi, yaitu mempertimbangkan harga lahan, jarak dari rumah
ke tempat kerja, dan ongkos transportasi.
Gambar 4.8
Contoh Arahan Ketinggian Bangunan

Laporan Pendahuluan IV-22


Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kota Parongil
Kabupaten Dairi

Laporan Pendahuluan IV-23


Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kota Parongil
Kabupaten Dairi

Gambar 4.9
Contoh Arahan Koefisien Dasar Hijau (KDH)

RTH Privat = KDH minimum = 10%.

4. Aturan Tata Massa Bangunan


Tata massa bangunan adalah bentuk, besaran, perletakan dan tampilan
bangunan pada suatu persil.
Garis Sempadan Bangunan, langkah-langkah untuk menentukan GSB
minimum adalah :
 Merujuk pada rencana besaran GSB yang tercantum dalam RTRW
Kab/RDTRK yang ada,
 GSB dihitung berdasarkan ruang milik jalan (rumija).
Tinggi Bangunan, ketinggian bangunan dinyatakan dalam satuan
lapis/lantai atau m. ketinggian banguan ditetapkan dengan mempertimbangkan
keselamatan, resiko kebakaran teknologi, estetika, prasarana dan budaya
setempat.

Laporan Pendahuluan IV-24


Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kota Parongil
Kabupaten Dairi

Jarak Bebas Bangunan, adalah jarak bangunan yang diperbolehkan untuk


dibangun dari batas daerah perencanaan. Jarak bebas bangunan harus
mempertimbangkan :
 Keselamatan, resiko kebakaran, teknologi, estetika, prasarana dan budaya
setempat.
 Pada bangunan renggang bukan rumah jarak bebas samping kiri kanan
maupun belakang ditetapkan 4 meter pada lantai dan setiap penambahan
lantai jarak diatasnya ditambah 0,5 m.
Gambar 4.10
Contoh Arahan Ketentuan Massa Bangunan

5. Aturan Prasarana Minimum


Cakupan prasarana yang diatur dalam peraturan zonasi minimum adalah
prasarana parkir, bongkar muat, dimensi jaringan jalan, dan kelengkapan
prasarana lain.
 Parkir, Penentuan penyediaan lahan parkir bergantung kepada:
 Penentuan kegiatan yang ada pada blok peruntukan.
 Penetapan / perhitungan berdasarkan standar yang berlaku untuk
setiap kegiatan atau bangunan di blok peruntukan.
 Bongkar Muat

Laporan Pendahuluan IV-25


Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kota Parongil
Kabupaten Dairi

 Menentukan kegiatan bongkar muat yang ada di daerah. Kegiatan


tersebut dapat berupa kegiatan perdagangan, pergudangan,
pelayanan, dll.
 Menentukan lokasi ruang bongkar muat yang memadai.
 Dimensi Jaringan Jalan, diperlukan untuk:
 Menentukan fungsi jalan
 Menghitung volume lalu lintas
 Menentukan peruntukan zonasi
 Menentukan lebar badan jalan
 Menentukan lebar trotoar
 Menentukan saluran drainase
 Prasarana Lain
Prasarana lain yang diperlukan dapat diwajibkan atau dianjurkan sesuai
kebutuhan, contoh: penyediaan kolam retensi, ruang terbuka publik dan
lain-lain.
6. Aturan Lain /Tambahan
Aturan lain yang dimaksud dalam peraturan zonasi sebagai aturan
tambahan antara lain :
 Aturan mengenai pemunduran bangunan, kebun.
 Aturan mengenai fasilitas tuna wisma, rumah jompo, dan fasilitas bagi
penyandang cacat.
 Aturan mengenai off-street parking.
 Aturan mengenai tata informasi, asesoris bangunan, daya tampung
rumah, dan keindahan.

4.2. METODOLOGI PELAKSANAAN PEKERJAAN


Dalam mencapai tujuan dan keluaran kegiatan Penyusunan Rencana
Detail Tata Ruang (RDTR) dan Zoning Regulation Kawasan Perkotaan Parongil
Kecamatan Silima Pungga-Pungga Kabupaten Dairi yang berdasarkan pendekatan
dan asumsi di atas maka disusun metodologi pelaksanaan pekerjaan seperti
paparan berikut ini.

4.2.1. Teknis Survei

Laporan Pendahuluan IV-26


Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kota Parongil
Kabupaten Dairi

Untuk memenuhi kebutuhan data dan tuntutan analisis, maka dilakukan


beberapa teknik survei yaitu Survei Pendahuluan, Survei Penggunaan Lahan,
Survei Intensitas Bangunan, Survei Kependudukan, Survei Transportasi dan Survei
Infrastruktur. Teknik survei tersebut dijelaskan sebagai berikut :
a. Survei Pendahuluan
Survei pendahuluan merupakan survei yang dimaksudkan untuk
mendapatkan gambaran umum mengenai kawasan perencanaan bagi konsultan
sebelum melakukan survei yang lebih dalam. Survei pendahuluan dilakukan
dengan melakukan pengamatan, dokumentasi serta wawancara dengan aktor
tertentu (pengelola perumahan, penduduk). Meski baru merupakan langkah
awal, survei pendahuluan memberi informasi penting sebagai berikut :
a) Orientasi dan pengenalan batas-batas fisik kawasan perencanaan (jalan,
sungai, saluran drainase, gapura dsb)
b) Pola persebaran kawasan terbangun
c) Intensitas perkembangan fisik (rumah, kantor, perdagangan dsb)
d) Area atau koridor jalan yang sedang mengalami perkembangan fisik yang
pesat
e) Lokasi objek-objek penting, seperti kantor pemerintah, pasar, land mark
dsb.
Survei pendahuluan dilakukan oleh tenaga ahli dan beberapa tenaga
pendukung dengan dilengkapi peta dasar kawasan perencanaan dan alat-alat
dokumentasi. Informasi yang diperoleh dalam survei pendahuluan menjadi
masukan dalam merumuskan blok kawasan untuk survei maupun indikasinya
untuk perencanaan, jenis penggunaan lahan dan metode analisis yang akan
digunakan selanjutnya.

Laporan Pendahuluan IV-27


Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kota Parongil
Kabupaten Dairi

b. Survei Fungsi Bangunan dan Penggunaan Lahan


Survei penggunaan lahan bertujuan untuk mengidentifikasi pola tata guna
lahan dan pergeserannya dalam kurun waktu tertentu. Survei ini sangat penting
mengingat informasi yang dihasilkannya bermanfaat untuk mengetahui pola
penggunaan lahan (dalam unit blok), dan selanjutnya menjadi dasar dalam
proses penyusunan rencana penggunaan lahan kawasan. Informasi yang semakin
teliti dan ‘up to date’ akan mempermudah perumusan rencana tata ruang kota.
Survei penggunaan lahan dilakukan dengan mengamati kegiatan / fungsi
bangunan di kawasan perencanaan, serta melakukan pencatatan pada peta dasar
yang sudah disediakan. Untuk itu konsultan menurunkan tim survei yang dibagi
menjadi beberapa pasang (setiap pasang terdiri dari 2 orang) dimana masing-
masing melakukan pengamatan pada blok kajian yang sudah ditentukan. Alat
yang dibutuhkan dalam survei ini adalah peta dasar dan alat tulis yang terdiri dari
beberapa warna sesuai dengan warna satuan kegiatan yang sudah ditentukan.
Sebelum survei dilakukan, konsultan terlebih dahulu merumuskan Satuan
Kegiatan penggunaan lahan, dimana Satuan Kegiatan tersebut akan menjadi
kriteria dalam menentukan jenis suatu kegiatan. Satuan Kegiatan selanjutnya
akan dituangkan dalam analisis tata guna lahan. Satuan Kegiatan yang digunakan
diadopsi dari beberapa pedoman dan standar yang umumnya digunakan, yang
terdiri dari:
1. PERUMAHAN (RESIDENTIAL)
a) Perumahan Taman
b) Perumahan Renggang
c) Perumahan Deret
d) Perumahan Susun
2. PERDAGANGAN DAN JASA
a) Perbelanjaan
 Pasar
 Supermarket
 Pasar Swalayan
 Perdagangan/Toko Retail
 Perdagangan Grosir
 Warung
b) Jasa Keuangan

Laporan Pendahuluan IV-28


Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kota Parongil
Kabupaten Dairi

 Bank
 Jasa Keuangan Lainnya
c) Jasa Wisata dan Makanan
 Hotel
 Wisma dan Losmen
 Travel
 Hantaran/Courier
 Rumah/Warung Makan
 Jasa Wisata dan Makanan lainnya
d) Jasa Elektronik
 Wartel/Kiostel
 Warnet
 Fotocopy
 Jasa elektronik dan komunikasi lainnya
e) Showroom Otomotif
f) Bengkel/Dorsmeer
g) SPBU
h) Kaki Lima
i) Material Bahan Bangunan
j) Jasa Lainnya
3. BANGUNAN PUBLIK
a) Kantor
 Pemerintah
 Swasta
b) Fasilitas Pendidikan
 TK
 SD
 SMP
 SMA/SMK
 Perguruan Tinggi/Akademi
 Bimbingan Test/Kursus
c) Fasilitas Kesehatan
 Balai Pengobatan
 Rumah Sakit/Bersalin
 Puskesmas
 Poliklinik
 Apotik
 Praktek Dokter
d) Fasilitas Peribadatan
 Masjid
 Langgar
 Gereja
 Pura/Kuil

Laporan Pendahuluan IV-29


Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kota Parongil
Kabupaten Dairi

e) Fasilitas Olahraga dan Budaya


 Lapangan Olah Raga Besar (Sepakbola)
 Lapangan Olah Raga Kecil
 Gedung Olah Raga
 Gedung Pesta/Jambur
f) Fasilitas Rekreasi
 Bioskop
 Hiburan lainnya
g) Fasilitas Transportasi
 Terminal
 Jembatan
 Halte
 Terminal Kecil
 Pemberangkatan Angkutan Antar Kota
4. INDUSTRI
a) Industri Besar
b) Industri Menengah
c) Industri Kecil dan Industri Rumah Tangga
d) Gudang
5. LAHAN TERBUKA NON PERTANIAN (NON-AGRICULTURAL USES OF OPEN
LAND)
a) Jalur Hijau Jalan dan Sungai
b) TPU/Pemakaman
c) Tanah Kosong
d) Waduk/Situ
6. INFRASTRUKTUR
a) Jaringan Kereta Api
b) Saluran drainase
c) Reservoar
d) TPS/Depo
7. PERTANIAN (AGRICULTURAL USES)
a) Sawah
b) Ladang dan Kebun
c) Peternakan
d) Perikanan
Penentuan Satuan Kegiatan di atas sudah mengakomodasi karakteristik
penggunaan lahan di kawasan perencanaan yang diketahui dari Survei
Pendahuluan. Dengan demikian terdapat 7 (tujuh) jenis Satuan Kegiatan yang
akan menjadi kriteria penggunaan lahan, dimana masing-masing dibagi lagi
menjadi beberapa Sub Satuan Kegiatan.

Laporan Pendahuluan IV-30


Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kota Parongil
Kabupaten Dairi

Survei penggunaan lahan akan diperkuat oleh hasil dokumentasi berupa


foto udara dan foto/video lansekap pada beberapa titik strategis.
c. Survei Tata Bangunan
Survei Tata Bangunan bertujuan untuk mengidentifikasi karakteristik
bangunan di kawasan perencanaan, dimana karakteristik yang dimaksud meliputi
4 unsur massa bangunan, yaitu Kepadatan Bangunan, Koefisien Dasar Bangunan
(KDB), Koefisien Lantai Bangunan (KLB) dan Sempadan Bangunan. Survei
bangunan bermanfaat untuk mengetahui tingkat kepadatan bangunan, KDB, KLB
dan garis sempadan dalam kondisi saat ini (existing). Penyebaran bangunan Ruko
(Rumah Toko) juga merupakan informasi yang dapat dihasilkan dari survei ini.
d. Survei Transportasi
Survei transportasi diarahkan untuk mendapatkan informasi yaitu:
1. Dimensi dan kondisi jaringan pergerakan (sistem jaringan), yang meliputi
sistem jalan raya, jalan pedestrian, perparkiran dan jaringan kereta api,
termasuk pangkalan becak dan ojek.
2. Pola pergerakan kendaraaan (sistem pergerakan), termasuk rute angkutan
umum.
Survei jaringan pergerakan dilakukan dengan pencatatan kondisi jalan,
pengukuran dimensi dan sempadan jalan serta dokumentasi terhadap
pemanfaatan jaringan pergerakan.
e. Survei Prasarana dan Sarana
Survei prasarana dan sarana diarahkan untuk mengetahui sistem produksi
dan jaringan distribusi, cakupan pelayanan, kualitas dan tingkat pemanfaatan
infrastruktur yang melayani kawasan perencanaan. Survei prasarana dan sarana
dilakukan dengan melakukan pengamatan terhadap ketersediaan dan kondisi
prasarana dan sarana serta melakukan wawancara dengan penduduk.

4.2.2. Perlengkapan Survei

Untuk dapat menjalankan survei tersebut, maka tim Survei dilengkapi


dengan perlengkapan sebagai berikut :

Laporan Pendahuluan IV-31


Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kota Parongil
Kabupaten Dairi

1. Peta Dasar Pola Ruang Skala 1 : 5.000


2. Formulir Isian
3. GPS (Global Positioning System) yang dipakai pada saat survei lapangan
yang berguna untuk merekam koordinat letak fasilitas dan pembuatan
gambar
4. Kamera Digital dan Video Kamera
5. Alat Tulis
6. Sepeda motor
4.2.3. Jenis dan Sumber Data
Data yang dibutuhkan meliputi berbagai aspek kajian dan mencakup data
sekunder (instansi) dan data primer. Secara keseluruhan, jenis dan sumber data
dalam Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) dan Zoning Regulation
Kawasan Perkotaan Parongil Kecamatan Silima Pungga-Pungga Kabupaten Dairi
ditunjukkan dalam Tabel IV.1 berikut ini.

Tabel 4.1
Jenis dan Sumber Data
NO. RINCIAN DATA TAHUN SUMBER
A FISIK GEOGRAFIS
1 Peta Topografi 2014 Dinas PU
2 Peta Hidrologi 2014 Dinas PU
3 Peta Geologi 2014 Dinas PU
4 Peta Batas Administrasi 2014 Dinas PU/Bappeda
5 Peta Status Lahan 2014 Dinas PU
6 Luas kecamatan / kelurahan 2014 BPS
B SOSIAL KEPENDUDUKAN
1 Jumlah & Kepadatan Penduduk 2004-2014 BPS
2 Laju Pertumbuhan 2004-2014 BPS
3 Komposisi Menurut Umur 2014 BPS
4 Komposisi Menurut Jenis Kelamin 2014 BPS
5 Komposisi Menurut Agama 2016 BPS
6 Komposisi Menurut Suku 2016 BPS
7 Komposisi Menurut Lapangan Pekerjaan 2016 BPS
8 Migran (Life-Time) 2017 Kuesioner
9 Migran (Recent) 2017 Kuesioner
10 Lokasi Pekerjaan, Berbelanja, Beribadah 2017 Kuesioner
C PEREKONOMIAN

Laporan Pendahuluan IV-32


Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kota Parongil
Kabupaten Dairi

NO. RINCIAN DATA TAHUN SUMBER


1 PDRB Kabupaten Dairi 2004-2014 BPS
2 Pendapatan per kapita Kab Nias Utara 2016-2017 BPS
3 Jumlah dan Lokasi Peternakan 2016-2017 BPS/Kuesioner
4 Jumlah dan Lokasi Pabrik/Gudang 2016-2017 BPS/Kuesioner
5 Jumlah dan Lokasi Pasar Tradisional 2016-2017 BPS/Kuesioner
6 Jumlah dan Lokasi Hotel 2016-2017 BPS/Kuesioner
7 Jumlah dan Lokasi Restoran 2016-2017 BPS/Kuesioner
8 Jumlah dan Lokasi Super/Minimarket 2016-2017 BPS/Kuesioner
9 Jumlah dan Lokasi Pusat Kebugaran 2016-2017 BPS/Kuesioner
10 Jumlah dan Lokasi Jasa Lainnya 2016-2017 BPS/Kuesioner
D PENGGUNAAN LAHAN & TATA BANGUNAN
1 Land-Use – Peta Dinas TKTB
2 Land-Use – Komposisi Dinas TKTB
3 Foto Udara Tahun Terakhir Foto Udara
4 Foto Landscape 2017 Survei Primer
5 Bangunan – Ketinggian 2017 Survei Primer
6 Bangunan – Kepadatan 2017 Survei Primer
7 Bangunan - Garis Sempadan 2017 Survei Primer
8 Bangunan - Foto Series 2017 Survei Primer
9 Penyebaran Komplek Perumahan 2014 REI/Dinas TRTB
10 Ijin Lokasi dan IMB Dinas TKTB
11 Status Lahan Kantor BPN
12 Nilai Lahan dan NJOP Kantor BPN
E PRASARANA DAN SARANA
E.1 Fasilitas Umum
Fas. Kesehatan (Jumlah & Lokasi) 2014 BPS / Ktr Desa/Kelurahan
- Puskesmas
1 - Balai Pengobatan
- Rumah Bersalin
- Rumah Sakit
Fasilitas Pendidikan (Jumlah & Lokasi) 2014 BPS / Ktr Desa/Kelurahan
- SD
- SLTP
2
- SLTA
- PT
- Bimbingan Belajar / Kursus dsb
Fasilitas Peribadatan (Jumlah & Lokasi) 2014 BPS / Ktr Desa/Kelurahan
- Mesjid / Langgar
3
- Gereja
- Vihara & Kuil
Fasilitas Perniagaan (Jumlah & Lokasi) 2014 BPS / Ktr Desa/Kelurahan
4 - Pasar Tradisional
- Bank
5 Fasilitas Pemerintahan 2014 BPS / Ktr Desa/Kelurahan

Laporan Pendahuluan IV-33


Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kota Parongil
Kabupaten Dairi

NO. RINCIAN DATA TAHUN SUMBER


- Kantor Pemerintah
- Polsek & Pos Polisi
6 Fasilitas Lainnya 2014
E.2 Utilitas
Jalan 2014 Dinas PU
- Panjang Jalan Menurut Fungsi dan Status
1 - Kondisi Jalan
- Peta Jaringan dan Fungsi Jalan
- Rencana Pembangunan Jalan
Drainase 2014 Dinas PU/Perkim
- Panjang saluran primer, sekunder, trsr
2 - Kondisi saluran
- Lokasi genangan
- Peta Jaringan
Air Bersih 2014 Dinas PU/PDAM
- Cakupan sistem pelayanan PDAM
- Sumber Air PDAM
3
- Kapasitas Pelayanan (Existing & Rencana)
- Sistem Non Perpipaan
- Jumlah Pelanggan
Air Limbah 2014 Dinas PU / PDAM
- Cakupan sistem pelayanan
4
- Sistem pelayanan
- Jumlah Pelanggan
Persampahan 2014 Dinas PU / Tata Kota
- Cakupan sistem pelayanan
5
- Sistem pelayanan
- Jumlah Pelanggan
Telekomunikasi 2014 PT. Telkom
6 - Cakupan sistem pelayanan
- Jumlah Pelanggan
Listrik 2014 PLN
7 - Cakupan sistem pelayanan
- Jumlah Pelanggan
F TRANSPORTASI
1 Angkutan Umum 2014 Kuesioner
2 Lokasi Terminal dan Pangkalan 2014 Survei Primer
G HUKUM DAN KELEMBAGAAN
1 RTRW Provinsi 2014 Bappeda Propinsi
2 Draft RTRW Kab Dairi 2014 Bappeda
3 Tupoksi Dinas/Badan - Bappeda
4 APBD Kab Dairi 2009-2014 Bappeda
Peraturan/Per-UU-an di Bidang Penataan - Bappeda
5
Ruang

Laporan Pendahuluan IV-34


Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kota Parongil
Kabupaten Dairi

4.2.4. Kompilasi dan Penyajian Data

Setelah pengumpulan data, dilakukan kompilasi data dengan menyusun


data secara sistematis agar dapat digunakan sebagai input dalam proses analisis.
Data disusun menurut aspek kajian, tahun terbit dan bentuknya. Beberapa data
dilakukan proses seleksi dan agregasi untuk menyesuaikan tabulasi data yang
dibutuhkan.
Penyajian data dilakukan dalam beberapa bentuk yaitu :
 Tabel
 Diagram
 Peta
4.3. METODE ANALISIS PEKERJAAN
Terdapat begitu banyak metode analisis yang dapat digunakan dalam
proses perencanaan tata ruang bergantung pada aspek analisis, hirarki
perencanaan dan isu yang dihadapi. Dalam Penyusunan Rencana Detail Tata
Ruang (RDTR) dan Zoning Regulation Kawasan Perkotaan Parongil Kecamatan
Silima Pungga-Pungga Kabupaten Dairi, pemilihan metode analisis juga
disesuaikan dengan hal tersebut, yang dijelaskan berikut ini.

4.3.1. Analisis Peran dan Fungsi Wilayah Dalam Konstelasi Perwilayahan


Analisis peran dan fungsi wilayah dilakukan dengan beberapa metode,
yaitu :
a. Identifikasi arah kebijakan fungsional dari wilayah yang lebih luas
terhadap wilayah perencanaan
b. Kontribusi antara wilayah perencanaan dan wilayah yang melingkupinya
konstelasi regional dalam aspek-aspek tertentu (fisik, ekonomi, sosial dan
kependudukan) melalui metoda pembandingan.
c. Keterkaitan fungsional wilayah perencanaan dan sistem wilayah (sistem
ekologis, sistem transportasi, sistem pertukaran barang dan jasa, dan

Laporan Pendahuluan IV-35


Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kota Parongil
Kabupaten Dairi

sistem jaringan infrastruktur wilayah, sistem keterkaitan budaya dan


sejarah.
4.3.2. Analisis Fisik dan Lingkungan
Analisis fisik dan lingkungan wilayah perencanaan bertujuan mengenali
karakteristik fisik wilayah perencanaan untuk dikembangkan untuk suatu
peruntukan dan daya dukung menampung jumlah, ketinggian dan kepadatan
bangunan, baik potensi sumberdaya alamnya maupun batasan dan kendala
pengembangannya maupun kerawanan bencana yang dikandungnya.
Secara garis besar, analisis fisik dan lingkungan pada dasarnya dilakukan
dalam tiga tahap sebelum menjadi masukan dalam penyusunan rencana tata
ruang kawasan, yaitu : analisis daya dukung lahan (kemampuan lahan), analisis
kesesuaian lahan dan analisis evaluasi penggunaan lahan. Analisis fisik dan
lingkungan biasanya menggunakan data-data dalam bentuk peta sehingga
analisisnya dilakukan menggunakan metoda super-imposed peta-peta yang
relevan.
A. Daya Dukung Lahan
Analisis daya dukung lahan adalah analisis untuk memperoleh
gambaran tingkat kemampuan lahan untuk dikembangkan sebagai perkotaan,
sebagai acuan bagi arahan-arahan kesesuaian lahan pada tahap analisis
berikutnya. Sasaran yang ingin dicapai dari analisis ini, adalah :
1) Mendapatkan klasifikasi kemampuan lahan berdasarkan kondisi fisik
alam, yaitu: klimatologi, topografi (morfologi dan kemiringan lahan),
geologi dan hidrologi.
2) Menghasilkan sebaran satuan lahan berdasarkan nilai kelas-kelas
kemampuan fisik alam di atas.
3) Menghasilkan parameter-paramter daya dukung kegiatan pengembangan
kawasan, yaitu: morfologi, kemudahan dikerjakan, kestabilan lereng,
kestabilan pondasi, ketersediaan air, pengaliran drainase, kepekaan erosi,
serta penampungan dan penyerapan air limbah.

Laporan Pendahuluan IV-36


Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kota Parongil
Kabupaten Dairi

Parameter daya dukung lahan terhadap pengembangan kawasan


diperoleh dengan menggunakan metoda super imposed secara peta, dan
penjumlahan nilai satuan lahan yang terbobot pada lokasi yang sama pada peta-
peta tersebut. Dari hasil analisis daya dukung lahan ini dapat dirumuskan
pembagian kawasan perencanaan (zonasi), yaitu :
1. Kawasan potensial pengembangan
Kawasan yang dapat dikembangkan sebagai kawasan budidaya seperti
pengembangan kegiatan permukiman maupun pengembangan budidaya
pertanian. Salah satu syarat utama bagi kawasan ini adalah yang memiliki
kemiringan antara 0 – 15O.
2. Kawasan kendala pengembangan
Kawasan yang memiliki kendala dalam pengembangannya atau kegiatan
budidaya permukiman dan pertanian karena membutuhkan biaya dan resiko
tertentu sehingga membutuhkan persyaratan tambahan agar kegiatan yang
dikembangkan dapat berlangsung berkelanjutan. Pada bagian yang
berdekatan dengan kawasan lindung, kawasan ini disebut juga sebagai
kawasan penyangga, yaitu pembatas antara kawasan budidaya dengan
kawasan lindung.

3. Kawasan Limitasi
Kawasan yang sama sekali tidak dapat dikembangkan. Kawasan ini umunya
dimanfaatkan sebagai kawasan lindung di perkotaan dalam wujud hutan dan
non hutan.
Disamping menggunakan hasil analisis daya dukung, terutama parameter
rawan bencana, kemiringan lahan dan kepekaaan erosi, kriteria yang
dipergunakan sama dengan kriteria penetapan kawasan lindung yang
mengacu pada Kep. Men Pertanian No. 837/KPTS/UM/II/1980.

Laporan Pendahuluan IV-37


Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kota Parongil
Kabupaten Dairi

Bagi kawasan potensial dan kendala pengembangan menjadi kawasan


budidaya ditetapkan fungsinya berdasarkan daya dukung sumberdaya
alam/lahan, manusia dan buatan yang ketentuan teknis penggunaan lahannya
mengacu pada Permen PU No. 41/PRT/M/2007 tentang Pedoman Kriteria Teknis
tentang Kawasan Budidaya.
B. Kesesuaian Lahan
Pada dasarnya analisis kesesuaian lahan dilakukan untuk mengetahui
arahan-arahan pemanfaatan lahan, sehingga diperoleh arahan kesesuaian
peruntukan lahan untuk pengembangan kawasan berdasarkan karakteristik
fisiknya, seperti :
1. Arahan Tata Ruang Pertanian, yang dapat memanfaatkan hasil kajian atau
rencana pengembangan Departemen Pertanian
2. Arahan Rasio Tutupan Lahan, bertujuan untuk mengetahui gambaran
perbandingan daerah yang bisa tertutup oleh bangunan bersifat kedap air
dengan luas lahan keseluruhan.
Keluaran berupa :
 Peta Arahan Rasio Tutupan Lahan.
 Batasan rasio tutupan lahan pada masing-masing arahan serta
persyaratan pengembangannya.
3. Arahan Ketinggian Bangunan,
Keluaran :
1) Peta Arahan Ketinggian Bangunan.
2) Batasan/persyaratan pengembangan bangunan tinggi.
4. Arahan Pemanfaatan Air Baku.
Keluaran :
1) Arahan pemanfaatan air baku.
2) Kapasitas sumber-sumber air yang disarankan untuk dikembangkan.
Dari unsur-unsur diatas maka dapat diambil langkah-langkah untuk
menentukan kesesuaian lahan, yaitu :

Laporan Pendahuluan IV-38


Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kota Parongil
Kabupaten Dairi

1) Melakukan lebih dahulu analisis masing-masing arahan kesesuaian lahan


untuk memperoleh arahan-arahan kesesuaian lahan yang merupakan
masukan bagi analisis peruntukan lahan ini;
2) Menentukan arahan peruntukan lahan berdasarkan klasifikasi kemampuan
lahan dan arahan-arahan kesesuaian lahan di atas;
3) Dalam penentuan arahan peruntukan lahan ini, mengarahkan pada kondisi
ideal sesuai dengan kemampuan dan kesesuaian lahannya, yang tentunya
meliputi juga persyaratan/pembatas pengembangan, serta telah
mengevaluasi penggunaan lahan yang ada saat ini;
4) Mempertajam arahan ini dengan memasukkan hasil studi fisik/lingkungan
yang ada, seperti: studi pertanian, kehutanan, analisis dampak lingkungan,
dan lainnya;
5) Mendeskripsikan masing-masing arahan peruntukan, termasuk persyaratan
dan pembatas pengembangannya.
C. Analisis dan Evaluasi Penggunaan Lahan
Analisis penggunaan lahan diarahkan pada analisis sebagai berikut :
 Identifikasi pola penggunaan lahan saat ini (existing), yang bertujuan
untuk mengetahui pola lokasi dan proporsi setiap satuan penggunaan
lahan (permukiman, perdagangan dsb).
 Analisis pergeseran penggunaan lahan, yang bertujuan untuk mengetahui
arah perkembangan spasial kawasan serta tipologi pergeserannya.
 Evaluasi kesesuaian terhadap penggunaan lahan, yang bertujuan untuk
mendapatkan deviasi penggunaan lahan eksisting dibandingkan dengan
kesesuaian lahan/daya dukung lahannya sehingga dapat memberikan
masukan bagi rencana penggunaan lahan dalam bentuk batasan
pengembangan dan persyaratan pengembangan sesuai dengan potensi
dan kendala fisiknya.
D. Bencana Alam
Analisis rawan bencana alam bertujuan daerah-daerah rawan bencana
alam dan mempunyai kecenderungan untuk terkena bencana alam termasuk

Laporan Pendahuluan IV-39


Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kota Parongil
Kabupaten Dairi

bahaya ikutan dari bencana tersebut. Yang termasuk rawan bencana alam,
meliputi: banjir, longsor, gerakan tanah, gempa bumi dan angin puting beliung.
Masukan yang diperlukan mencakup data rekaman kejadian bencana alam,
klimatologi, kepekaan erosi, kemampuan drainase dan kestablian lereng, serta
penggunaan lahan saat ini.
Dari hasil analisis akan diperoleh batasan pengembangan serta
persyaratan pengembangan dan pengamanan masing-masing tingkat
kemampuan lahan terhadap bencana alam.
E. Analisis Fisik Lainnya yang Relevan
Studi-studi fisik yang pernah dilakukan menyangkut fisik ataupun
lingkungan dapat diperoleh sebagai masukan data dalam analisis kelayakan fisik
kawasan ini, dan harus dicantumkan sumbernya. Studi-studi ini sangat
membantu dalam penentuan arahan kesesuaian peruntukan lahan, ataupun
dalam rekomendasi, karena daerah yang sudah disarankan peruntukannya dari
studi terdahulu bila dalam analisis kelayakan fisik kawasan ini tidak termasuk
pengembangan perkotaan dapat diperuntukkan sebagaimana usulan semula.
Untuk daerah yang masuk pengembangan perkotaan tetapi arahan dari studi
terdahulu sudah ada dan bukan untuk perkotaan, dapat dilakukan penyesuaian
yang tentunya telah melalui pertimbangan dari berbagai sektor, yang kemudian
diakomodasikan dalam hasil studi ini sebagai optimasi terakhir dalam bentuk
rekomendasi kesesuaian lahan.
Kebijakan pengembangan fisik yang ada di wilayah dan/atau kawasan
perlu diketahui, terutama kebijakan penggunaan lahan. Hal ini diperlukan dalam
penentuan rekomendasi kesesuaian lahan, karena kebijakan penggunaan lahan
yang telah digariskan baik oleh Pemerintah maupun pemerintah daerah tentunya
dalam rekomendasi dicoba dipenuhi dengan memberikan persyaratan-
persyaratan khusus sesuai dengan kendala dan potensi yang dimilikinya.
Dengan demikian data mengenai kebijakan pengembangan fisik baik oleh
Pemerintah maupun Pemerintah Daerah dalam analisis kelayakan fisik
pengembangan kawasan ini harus disertakan, agar tidak menimbulkan

Laporan Pendahuluan IV-40


Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kota Parongil
Kabupaten Dairi

pertentangan antara rekomendasi kesesuaian lahan dengan kebijakan yang ada


dan sudah berjalan.

4.3.3. Analisis Kependudukan


A. Tingkat Perkembangan Penduduk
Analisis penduduk ditujukan sebagai subjek pembangunan dalam
mengukur hunian yang layak huni, kebutuhan pelayanan fasilitas lingkungan, dan
klasifikasi lingkungan. Keluaran Analisis Kependudukan ini diharapkan
menghasilkan :
1. Teridentifikasinya perubahan demografi untuk memberikan gambaran
sebaran/distribusi, tingkat pertumbuhan, struktur dan karakteristik
penduduk terkait dengan potensi dan kualitas penduduk, mobilisasi,
tingkat pelayanan dan penyediaan kebutuhan sektoral yang dapat
dikembangkan di dalam wilayah perkotaan;
2. Teridentifikasinya kendala serta potensi sumber daya manusia untuk
keberlanjutan pengembangan, interaksi dan integrasi dengan wilayah di
luar wilayah perkotaan;
3. Teridentifikasinya batasan daya dukung dan daya tampung kawasan
perkotaan dalam jangka waktu rencana.
B. Analisis Pertumbuhan Dan Perkembangan Penduduk
Analisis pertumbuhan dan perkembangan penduduk dilakukan dengan
langkah-langkah berikut :
 Mengidentifikasi kecenderungan pertumbuhan penduduk
Menyajikan data penduduk dalam kurung waktu 10 tahun atau minimal 5
tahun data yang tersedia dalam bentuk grafik, Penyajian data tersebut
manjadi dasar perhitungan rata-rata pertambahan dan laju pertumbuhan
penduduk kawasan perkotaan dalam kurung waktu data yang tersedia.
Sehingga dapat di tarik kesimpulan kecenderungan pertumbuhan
penduduk.
 Memproyeksikan Jumlah Penduduk

Laporan Pendahuluan IV-41


Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kota Parongil
Kabupaten Dairi

Analisis ini bertujuan untuk mengetahui kondisi sosial dan kependudukan


di kawasan perencanaan yang meliputi jumlah penduduk, sex ratio,
komposisi penduduk, tingkat pendidikan penduduk, pekerjaan penduduk
dan sebagainya. Dengan menghitung proyeksi jumlah penduduk dimasa
yang akan datang akan diketahui:
 Gambaran jumlah penduduk dimasa yang akan datang.
 Kebutuhan terhadap fasilitas dan pelayanan umum.
 Besar aktifitas/kegiatan kota.
 Rencana distribusi penduduk untuk masing-masing blok-blok yang
direncanakan.
Beberapa model yang dapat dipergunakan (option) sebagai alat bantu
dalam memperkirakan keadaan penduduk pada masa datang ialah :
a. Metode bunga berganda, dengan rumus matematis:
Pt+u = Pt ( 1 + R ) U
Pt+u = Jumlah penduduk didaerah yang diselidiki pada tahun t+U.

Pt = Jumlah penduduk didaerah yang diselidiki pada tahun t.


R = Tingkat (prosentase) pertambahan penduduk rata-rata setiap

tahun (diperoleh dari data masa lalu).


U = Selisih antara data tahun yang ada dengan data tahun yang

diselidiki.
b. Metode analisis regresi linier dengan rumus :

Pt = a + bX
Pt = Jumlah penduduk daerah yang diselidiki pada tahun t.

X = Nilai yang diambil dari variabel bebas.


a, b = Konstanta.

Nilai a dan b dapat dicari dengan metode selisih kuadrat minimum,


yaitu :

P X2 - X XP
a =
N X2 - ( X )2
N XP - X P
b =

Laporan Pendahuluan IV-42


Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kota Parongil
Kabupaten Dairi

N X2 - ( X )2

Keterangan :
N = Jumlah tahun data pengamatan, sehingga untuk kepentingan

proyeksi rumus matematis regresi linier menjadi Pt + U = a +


bXt.

c. Metode Polinomial dengan rumus :


P(t+O) = Pt + b(O)

P(t+O) = Jumlah penduduk tahun (t+O).


Pt = Jumlah penduduk tahun dasar.

b(O) = Rata-rata pertambahan penduduk tiap tahun pada masa


lampau sampai sekarang.
Dari ketiga teknik analisis tersebut ditentukan salah satu alat analisis
dengan memperhatikan kriteria analisis masing-masing alat anlisis.
C. Distribusi dan Pergerakan Penduduk
Analisis distribusi penduduk dimaksudkan untuk mengetahui persebaran
penduduk secara geografis, dengan demikian dapat diketahui potensi
permasalahan kawasan seperti ketimpangan jumlah penduduk, polarisasi
penduduk dsb.
Analisis ini akan dilakukan dengan teknik tabulasi. Unit analisis yang
digunakan adalah desa/kelurahan. Analisis distribusi penduduk dilakukan dengan
menyusun data jumlah dan kepadatan penduduk dalam tabel. Hasil tabulasi
tersebut selanjutnya akan disajikan dengan grafik dan peta sehingga lebih
memudahkan dalam pengambilan kesimpulan.
Analisis distribusi penduduk dilakukan dengan tingkat pertumbuhan
eksisting penduduk setiap desa yang juga dipengaruhi oleh kecenderungan
penduduk memilih tempat tinggal. Data tersebut dapat diperoleh melalui
kuesioner terhadap penduduk menyangkut preferensi mereka terhadap
pemilihan lokasi hunian.

Laporan Pendahuluan IV-43


Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kota Parongil
Kabupaten Dairi

Pemilihan metode untuk memperkirakan mobilitas penduduk


(perpindahan tempat tinggal) sangat ditentukan oleh karakteristik mobilitas
tersebut, yaitu :
 Sifat mobilitas, apakah didominasi oleh migrasi desa-kota, migrasi sirkuler,
komuting atau migrasi tempat tinggal (internal kota).
 Tingkat keterbukaan wilayah perencanaan; yang dipengaruhi oleh luasan
lingkup geografis suatu wilayah umumnya, keberadaan kegiatan
fungsional kota dan jalan arteri.
Dalam proses Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) dan Zoning
Regulation Kawasan Perkotaan Parongil Kecamatan Silima Pungga-Pungga
Kabupaten Dairi, analisis mobilitas penduduk lebih diarahkan pada identifikasi
sifat migrasi yang dominan berlangsung (analisis kualitatif). Analisis ini dilakukan
dengan pengumpulan data melalui kuesioner dan menarik kesimpulan mengenai
sifat dan arah migrasi.
Konsentrasi penduduk yang cukup tinggi dapat menyebabkan tingkat
kepadatan penduduk yang tinggi pula. Perhitungan mengenai distribusi dan
kepadatan penduduk ini dapat dilakukan dengan rumus sederhana, yaitu:

Untuk mengklasifikaskan tingkat kepadatan penduduk dibagi atas 4


tingkatan yaitu :
1) Kepadatan Tinggi : 200-400 Jiwa/ha
2) Kepadatan Sedang : 100-200 Jiwa/ha
3) Kepadatan Rendah : 50-100 Jiwa/ha
4) Kepadatan Sangat Rendah : 0-50 Jiwa/ha
D. Struktur Kependudukan

Laporan Pendahuluan IV-44


Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kota Parongil
Kabupaten Dairi

Analisis struktur penduduk bertujuan memahami karakteristik sosial


penduduk menurut aspek pekerjaan, umur, pendidikan, agama dan suku. Hasil
analisis ini selanjutnya menjadi input dalam distribusi penyediaan fasilitas
umum/sosial yang berkaitan erat dengan aspek kajian tersebut. Analisis ini dapat
dilakukan dengan teknik tabulasi yang diikuti dengan penyajian grafik.
E. Proyeksi dan Daya Tampung Penduduk
Analisis daya tampung penduduk ini bertujuan untuk mengetahui kondisi
dan persebaran penduduk pada wilayah perencanaan. Selain itu analisis ini juga
diperlukan untuk mengetahui padat atau tidaknya penduduk pada suatu wilayah
atau kawasan sehingga tidak terjadi penyebaran penduduk yang tidak merata.
Secara normatif, sesuai dengan arahan RTRW Kabupaten Dairi terhadap
kepadatan penduduk di Kawasan Perkotaan Sawo, maka daya tampung penduduk
berarti jumlah penduduk yang dapat bertempat tinggal pada bagian yang dapat
dikembangkan dari masing-masing blok peruntukan dengan batasan kepadatan
penduduk maksimal sesuai arahan RTRW Kabupaten Dairi.

4.3.4. Analisis Sosial Kemasyarakatan


A. Adat Istiadat
Analisis adat istiadat bertujuan untuk mengetahui fasilitas budaya yang
perlu disediakan, baik persebaran dan jumlah, pada kawasan perencanaan.
Metode analisis meliputi identifikasi persebaran etnis dan kegiatan budaya yang
umumnya dilakukan masyarakat. Karena itu data yang digunakan meliputi data
jumlah penduduk menurut etnis.
B. Analisis Partisipasi/Peran Masyarakat Dalam Pembangunan
Analisis peran masyarakat dalam pembangunan bertujuan untuk
mengetahui taraf/kadar partisipasi masyarakat yang dapat dilakukan dalam
penyediaan prasarana dan sarana. Metode analisis yang digunakan adalah
identifikasi keterlibatan masyarakat dan persepsi masyarakat dalam
pembangunan. Data yang digunakan adalah hasil wawancara dengan aparat
kelurahan dan penduduk lokal.

Laporan Pendahuluan IV-45


Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kota Parongil
Kabupaten Dairi

C. Analisis Tingkat Kerentanan Sosial


Analisis tingkat kerentanan sosial bertujuan untuk mengetahui tingkat
penerimaan masyarakat terhadap perubahan lingkungan atau sosial yang terjadi
di sekitarnya. Analisis ini dilakukan dengan cara:
 Mengumpulkan dan mengkompilasi data hasil wawancara
 Mengidentifikasi pola respon masyarakat terhadap perubahan
 Menarik kesimpulan mengenai tingkat kerentanan sosial
4.3.5. Analisis Ekonomi
Analisis ini terhambat oleh kendala minimnya data statistik yang tersedia
untuk tingkat kecamatan. Karena itu analisis akan dilakukan dengan pendekatan
sebagai berikut :
 Estimasi PDB Kawasan
Perhitungan PDB Kawasan Perkotaan Sawo Kabupaten Dairi dilakukan
dengan pendekatan pendapatan per kapita. Metode perhitungannya adalah
dengan mengalikan nilai PDB per kapita Kawasan Perkotaan Sawo Kabupaten
Dairi dengan jumlah penduduk Kawasan Perkotaan Sawo Kabupaten Dairi. Untuk
itu, data pendapatan per kapita sendiri diperoleh dari data statistik Kawasan
Perkotaan Sawo Kabupaten Dairi.
Metode ini memang belum memberikan nilai yang akurat sebagai
konsekuensi dari heterogenitas penduduk dan tingkat keterbukaan kecamatan.
Meskipun demikian hasil dari analisis ini dapat menjadi perbandingan tentang
potensi ekonomi kawasan perkotaan relatif dibandingkan kecamatan lainnya.
 Analisis Basis Ekonomi
Analisis basis ekonomi (economic base) bertujuan untuk mengetahui
struktur ekonomi kawasan. Konsep basis ekonomi adalah memandang bahwa
seluruh kegiatan ekonomi kawasan terdiri dari kegiatan basis dan non-basis.
Kegiatan basis merupakan motor penggerak perekonomian, sementara kegiatan
non-basis merupakan kegiatan ikutan. Dampak kegiatan basis terhadap non-basis
dapat dihitung dengan persamaan sebagai berikut :

Tenaga Kerja Total


Laporan Pendahuluan Tenaga Kerja Sektor Basis IV-46
Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kota Parongil
Kabupaten Dairi

Multiplier sektor basis =

 Peluang Pertumbuhan Ekonomi


Analisis peluang pertumbuhan ekonomi dilakukan dengan pertimbangan
bahwa perekonomian Kawasan Perkotaan Sawo Kabupaten Dairi berkaitan erat
dengan keseluruhan sistem perekonomian Kecamatan Silima Pungga-Pungga
Kabupaten Dairi.
Dengan demikian analisis dilakukan melalui 2 alternatif pendekatan yaitu:
1. Analisis shift-share. Analisis ini dilakukan dengan menghitung pergeseran
jumlah tenaga kerja per sektor di kawasan perencanaan dan wilayah yang
melingkupi (Kawasan Perkotaan Sawo Kabupaten Dairi). Perhitungan
dilakukan dengan menggunakan tabel shift-share, yang menghasilkan
informasi sektor-sektor yang bertumbuh pesat bersamaan dengan
pertumbuhan regional.
2. Analisis trend pertumbuhan PDRB Kecamatan Silima Pungga-Pungga
Kabupaten Dairi baik secara total maupun secara per sektor. Analisis
dilakukan dengan menghitung laju pertumbuhan setiap sektor
perekonomian, mengamati sektor perekonomian yang menggerakkan
kawasan perencanaan, lalu menarik kesimpulan tentang peluang
pertumbuhan sektor tersebut.
 Pergerakan Barang dan Jasa Intra dan Inter Kawasan
Pola pergerakan komoditas inter kawasan dilakukan dengan analisis
pergerakan komoditas (commodity flow analysis) yang bertujuan untuk
mengidentifikasi asal dan tujuan komoditas serta kuantitasnya masing-masing.
Dalam hal ini asal dan tujuan didefinisikan menurut kecamatan dan wilayah di
luar Kabupaten Dairi.
Analisis ini dilakukan dengan cara :
 Mengidentifikasi komoditas utama yang diproduksi dan dipasarkan di
kawasan perencanaan
 Mengidentifikasi asal-tujuan masing-masing komoditas

Laporan Pendahuluan IV-47


Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kota Parongil
Kabupaten Dairi

 Memetakan asal-tujuan komoditas


4.3.6. Analisis Ketersediaan dan Kebutuhan Fasilitas
Pada dasarnya analisis ketersediaan dan kebutuhan fasilitas dilakukan
dengan melakukan penghitungan kebutuhan menurut standar kebutuhan fasilitas
(yang diacu adalah SNI 03-1733-1989 dan Pedoman Kriteria Teknis Kawasan
Budidaya) dan skenario distribusi pertumbuhan penduduk per desa. Dengan
membandingkan dengan ketersediaan (kuantitas dan kualitatif) dapat
dirumuskan kebutuhan penambahan fasilitas di setiap kelurahan.
Prinsip yang diterapkan dalam penyediaan fasilitas tersebut adalah :
1. Kemudahan, yaitu setiap orang dapat mencapai semua tempat atau
bangunan yang bersifat umum dalam suatu lingkungan;
2. Kegunaan, yaitu setiap orang harus dapat mempergunakan semua tempat
atau bangunan yang bersifat umum dalam suatu lingkungan;
3. Keselamatan, yaitu setiap bangunan yang bersifat umum dalam suatu
lingkungan terbangun, harus memperhatikan keselamatan bagi semua
orang; dan
4. Kemandirian, yaitu setiap orang harus dapat mencapai, masuk dan
mempergunakan semua tempat atau bangunan yang bersifat umum
dalam suatu lingkungan tanpa membutuhkan bantuan orang lain.
A. Fasilitas Pendidikan
Analisis fasilitas pendidikan bertujuan untuk mengidentifikasi kebutuhan
pengembangan dan persebaran fasilitas pendidikan di masa mendatang. Adapun
jenis fasilitas pendidikan adalah berupa TK, SD, SLTP, SLTA dan Perguruan Tinggi.
Analisis dilakukan dengan cara :
 Mengadopsi arahan pengembangan fasilitas pendidikan yang dirumuskan
dalam RTRW Kabupaten Dairi Tahun 2011-2031;
 Mengidentifikasi perkiraan distribusi penduduk pada akhir tahun
perencanaan;

Laporan Pendahuluan IV-48


Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kota Parongil
Kabupaten Dairi

 Merumuskan lokasi fasilitas pendidikan berdasarkan proyeksi distribusi


penduduk dan dengan mempertimbangkan rencana pusat pelayanan
kawasan.
B. Fasilitas Kesehatan
Analisis fasilitas kesehatan bertujuan untuk mengidentifikasi kebutuhan
pengembangan dan persebaran fasilitas kesehatan di masa mendatang. Jenis
fasilitas yang dimaksud adalah berupa Posyandu, Balai Pengobatan, Praktek
Dokter, Apotik, BKIA, PUSTU, Puskesmas dan Rumah Sakit.
Analisis dilakukan dengan cara :
 Mengadopsi arahan pengembangan fasilitas kesehatan yang dirumuskan
dalam RTRW Kabupaten Dairi Tahun 2011-2031;
 Mengidentifikasi perkiraan distribusi penduduk pada akhir tahun
perencanaan
 Merumuskan lokasi fasilitas kesehatan berdasarkan proyeksi distribusi
penduduk dan dengan mempertimbangkan rencana pusat pelayanan
kawasan.
C. Fasilitas Peribadatan
Analisis fasilitas peribadatan bertujuan untuk mengidentifikasi kebutuhan
pengembangan dan persebaran fasilitas peribadatan di masa mendatang. Jenis
fasilitas peribadatan yang dimaksud adalah Mesjid, Langgar, Gereja, Vihara,
Kelenteng dan Tempat ibadah lainnya.
Analisis dilakukan dengan cara :
 Mengadopsi arahan pengembangan fasilitas peribadatan yang
dirumuskan dalam RTRW Kabupaten Dairi Tahun 2011-2031;
 Mengidentifikasi perkiraan distribusi penduduk pada akhir tahun
perencanaan;
 Merumuskan lokasi fasilitas peribadatan berdasarkan proyeksi distribusi
penduduk dan dengan mempertimbangkan rencana pusat pelayanan
kawasan.
D. Fasilitas Perekonomian

Laporan Pendahuluan IV-49


Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kota Parongil
Kabupaten Dairi

Analisis fasilitas pendidikan bertujuan untuk mengidentifikasi kebutuhan


pengembangan dan persebaran fasilitas perekonomian di masa mendatang.
Adapun fasilitas perdagangan yang dimaksud adalah berupa warung, pertokoan,
pasar dan pusat perbelanjaan.
Analisis dilakukan dengan cara :
 Mengadopsi arahan pengembangan fasilitas perekonomian yang
dirumuskan dalam RTRW Kabupaten Dairi Tahun 2011-2031;
 Mengidentifikasi perkiraan distribusi penduduk pada akhir tahun
perencanaan;
 Merumuskan lokasi fasilitas perekonomian berdasarkan proyeksi
distribusi penduduk dan dengan mempertimbangkan rencana pusat
pelayanan kawasan.
E. Fasilitas Pemerintahan
Analisis fasilitas pemerintahan bertujuan untuk mengidentifikasi
kebutuhan pengembangan dan persebaran fasilitas pemerintahan di masa
mendatang. Fasilitas pemerintahan yang termasuk adalah Kantor Lurah, Kantor
Camat, Kantor Pos, Kantor Militer, Kantor Polisi, kantor Pemadam kebakaran, dan
Gedung serbaguna.
Analisis dilakukan dengan cara :
 Mengadopsi arahan pengembangan fasilitas pemerintahan yang
dirumuskan dalam RTRW Kabupaten Dairi Tahun 2014-2034;
 Mengidentifikasi perkiraan distribusi penduduk pada akhir tahun
perencanaan;
 Merumuskan lokasi fasilitas pemerintahan berdasarkan proyeksi distribusi
penduduk dan dengan mempertimbangkan rencana pusat pelayanan
kawasan.
Untuk menganalisis fasilitas lingkungan digunakan :
 Standar pelayanan yang dikeluarkan oleh Departemen Pekerjaan Umum
untuk menganalisis kebutuhan fasilitas umum, sosial, perdagangan dan
jasa,

Laporan Pendahuluan IV-50


Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kota Parongil
Kabupaten Dairi

 Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 05/PRT/M/2008 tentang


Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan
Perkotaan.
Tabel 4.2
Standar Kebutuhan Sarana Kota Bagi Lingkungan Permukiman
Jumlah Penduduk
Luas Minimum
No. Fasilitas Pendukung
(M²)
(orang)
A. RTH/RUANG TERBUKA
1 Tempat Bermain Lingkungan 250 250
2 Lap. OR/Tempat Bermain/Taman 3000 150
3 Lapangan OR 30000 8400
4 Gedung OR 30000 1000
5 Kolam Renang 30000 4000
6 Lapangan OR 120000 10000
7 Taman dan Tempat Bermain 120000 10000
8 Gedung OR 120000 10000
9 Stadion Mini 480000 50000
10 Taman dan Tempat Rekreasi 480000 30000
11 Gedung OR Seni 480000 3000
12 Kompleks OR 1500000 70000
Taman Kota, Tempat Rekreasi, Hutan
13
Kota 1500000 50000
B. PENDIDIKAN
1 Taman Kanak-kanak 750 500
2 Sekolah Dasar 1500 3000
3 SLTP 15000 4000
4 SLTA 30000 4800
5 Perpustkaan 30000 500
6 Akademi 480000 5000
7 Perpustakaan 480000 1000
8 Museum 480000 3000
9 Perguruan Tinggi 1500000 20000
10 Perpustakaan 1500000 2000
C Kesehatan
1 Pos Kesehatan 3000 200
2 Puskesmas 30000 500
3 Rumah Sakit 30000 3000
4 Apotik 30000 400
5 Laboratorium Kesehatan 30000 300
Puskesmas Kecamatan/Balai
6
Pengobatan 200000 2400
7 Rumah Sakit Pembantu Tipe C 480000 10000
8 Rumah Sakit Wilayah Tipe B 1500000 45000

Laporan Pendahuluan IV-51


Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kota Parongil
Kabupaten Dairi

Jumlah Penduduk
Luas Minimum
No. Fasilitas Pendukung
(M²)
(orang)
Rumah Sakit Gawat Darurat
9
1500000 30000
D Ibadah
1 Musholla 3000 300
2 Mesjid Tk. Kelurahan 30000 2000
3 Tempat Ibadah Lainnya 60000 2000
4 Mesjid Kecamatan 200000 5000
5 Tempat Ibadah Lainnya 200000 2000
6 Mesjid Tk Sub Wilayah 480000 12000
7 Mesjid Wilayah 1500000 20000
8 Tempat Ibadah Lainnya 1500000 5000
E Fasilitas Sosial
1 Balai Warga 3000 300
2 Gedung Serbaguna 30000 500
3 Balai Rakyat/gedung serba guna 120000 2000
4 Gedung Jumpa Bakti/Serbaguna 480000 10000
5 Gedung Pertemuan Umum 1500000 5000
6 Gedung Seni Tradisional 5000
7 Balai Warga 3000 300
8 Gedung Serbaguna 30000 500
9 Balai Rakyat/gedung serba guna 120000 2000
F Hiburan
1 Bioskop 30000 2000
2 Bioskop atau Theater 480000 3000
3 Gedung Hiburan/Rekreasi 1500000 6000
4 Bioskop 1500000 4000
5 Gedung Kesenian 1500000 10000
G Pemerintahan
1 Pos Kemanan
2 Kantor Kelurahan 30000 1000
3 Kantor Pelayanan Umum 30000 750
4 Pos Tramtib 30000 300
5 Pemadam Kebakaran 30000 300
6 Kantor Pos 30000 300
7 Kantor Kecamatan 200000 3750
8 Kantor Pelayanan Umum 200000 4200
9 KORAMIL/KOSEKTA 200000 2000
10 KUA/BP-4/Balai Nikah 200000 670
11 Pemadam Kebakaran 200000 1250
12 Kantor Pos/Telkom 200000 2500
13 Kantor Pemerintahan 1500000 25000
14 Kantor Pos Wilayah 1500000 6000
15 Kantor KOWILKO 1500000 4000

Laporan Pendahuluan IV-52


Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kota Parongil
Kabupaten Dairi

Jumlah Penduduk
Luas Minimum
No. Fasilitas Pendukung
(M²)
(orang)
16 Kantor KODIM 1500000 3500
17 Kantor Telepon Wilayah 1500000 7500
18 Kantor PLN Wilayah 1500000 5000
19 Kantor PDAM 1500000 5000
20 Kantor Pengadilan Agama 1500000 3000
21 Kantor Marwil Kebakaran 1500000 3000
H Komersial
1 Warung 250 100
2 Tempat Perbelanjaan 6000 3000
3 Pasar Lingkungan 30000 10000
4 Pasar/pertokoan 60000 10000
5 Pusat Perbelanjaan/Pasar 480000 36000
Pusat Perbelanjaan Utama, Pasar,
6
Pertokoan 1500000 85000
7 Serba Ada (dept. Store), Bank-bank,
8 Perusahaan Swasta dan jasa lainnya.
I Fasilitas Sosial Lain
1 Panti Sosial 60000 500
2 Panti Latihan Kerja 200000 1000
J Fasilitas Lain
1 Gardu Listrik 3000 400
2 Telepon Umum 3000 400
3 Sampah 3000 400
4 Pangkalan/Parkir Umum A 6000 400
5 Pangkalan/Parkir Umum B 60000 2000
6 Depo Kebersihan 200000 200
7 Gardu Listrik 200000 500
8 Terminal Transit 480000 8000
9 Parkir Umum C 480000 13500

4.3.7. Analisis Kebutuhan Prasarana Perkotaan


A. Jaringan Jalan dan Sistem Transportasi
Analisis sistem transportasi bertujuan untuk mengidentifikasi pola dan
perkembangan jaringan jalan serta pengaturan transportasi untuk
menghubungkan pusat-pusat kegiatan yang ada, yang direncanakan maupun
untuk mengarahkan perkembangan kota.
Secara konseptual, sistem transportasi meliputi empat sub sistem yang
saling berkaitan, yaitu sistem pergerakan, sistem jaringan, sistem kegiatan dan

Laporan Pendahuluan IV-53


Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kota Parongil
Kabupaten Dairi

sistem kelembagaan. Dalam analisis ini, fokus pada sistem pergerakan dan sistem
jaringan, mengingat kedua sub sistem lainnya sudah tercakup dalam analisis tata
guna lahan dan analisis kelembagaan.
B. Ketersediaan Air Baku/Air Bersih
Analisis ketersediaan air bersih bertujuan untuk mengetahui sumber,
volume dan kualitas sumber air baku untuk dapat melayani kawasan sampai akhir
tahun perencanaan. Mengingat kawasan perencanaan selama ini dilayani oleh
PDAM, maka analisis akan meliputi identifikasi kapasitas PDAM untuk melayani
kawasan perencanaan.
Analisis ketersediaan air baku dilakukan dengan langkah sebagai berikut :
 Identifikasi kapasitas produksi dan cakupan pelayanan jaringan PDAM
 Identifikasi rencana peningkatan kapasitas produksi PDAM
 Identifikasi alternatif sumber air baku di sekitar kawasan perencanaan
 Estimasi kebutuhan air minum penduduk pada akhir tahun perencanaan
dengan menggunakan standar kebutuhan, yaitu 60-220 liter/org/hari dan
standar kualitas air minum menurut SK Menkes No
416/MENKES/PER/IX/1990.
 Membandingkan kebutuhan air minum dengan cakupan pelayanan air
bersih, serta merumuskan konsep pengembangan jaringan air bersih di
masa mendatang.
C. Prasarana Energi Listrik
Analisis jaringan listrik bertujuan untuk mengidentifikasi ketersediaan
daya listrik dan kebutuhan daya sampai akhir tahun perencanaan. Analisis
jaringan listrik dilakukan dengan langkah sebagai berikut:
 Identifikasi kapasitas daya terpasang dan cakupan pelayanan jaringan PLN
 Identifikasi rencana peningkatan kapasitas produksi PLN
 Estimasi kebutuhan listrik penduduk pada akhir tahun perencanaan
dengan menggunakan standar kebutuhan

Laporan Pendahuluan IV-54


Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kota Parongil
Kabupaten Dairi

 Membandingkan kebutuhan pelayanan listrik dengan kapasitas pelayanan


PLN.
D. Prasarana Telekomunikasi
Analisis jaringan telekomunikasi bertujuan untuk mengidentifikasi
cakupan pelayanan dan kebutuhan sambungan telepon sampai akhir tahun
perencanaan. Analisis jaringan telepon dilakukan dengan langkah sebagai
berikut :
 Identifikasi cakupan pelayanan jaringan telepon
 Identifikasi rencana perluasan jaringan telepon
 Estimasi kebutuhan jaringan telepon pada akhir tahun perencanaan
dengan menggunakan standar pelayanan yaitu: untuk sarana
umum/sosial 1 SST per 50 penduduk, kegiatan komersial 1 SST per 150
penduduk, dan telepon umum 1 SST per 1000 penduduk.
 Membandingkan kebutuhan pelayanan telepon dengan kapasitas
pelayanan telepon.
E. Prasarana Air Limbah
Analisis jaringan air limbah bertujuan untuk mengidentifikasi cakupan
pelayanan air limbah, sarana air limbah yang digunakan masyarakat dan
kebutuhan pelayanan jaringan sampai akhir tahun perencanaan. Analisis jaringan
air limbah dilakukan dengan langkah sebagai berikut :
 Identifikasi ketersediaan sarana air limbah, baik off-site maupun on-site.
 Estimasi kebutuhan pelayanan air limbah sampai akhir tahun
perencanaan dengan menggunakan standar pelayanan air limbah, yaitu
tingkat pelayanan sebesar 80% dari penduduk kota.
 Membandingkan kebutuhan pelayanan air limbah dengan cakupan
jaringan, serta merumuskan konsep pengembangan jaringan air limbah di
masa mendatang.
F. Jaringan Drainase

Laporan Pendahuluan IV-55


Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kota Parongil
Kabupaten Dairi

Analisis jaringan drainase bertujuan untuk mengidentifikasi potensi


genangan air, kondisi dan permasalahan jaringan saat ini dan kebutuhan jaringan
di masa mendatang. Analisis jaringan drainase dilakukan dengan langkah sebagai
berikut :
 Identifikasi cakupan area dan pengaruh perkembangan kegiatan
perkotaan terhadap koefisien tidak sejalan
 Identifikasi lokasi genangan air
 Identifikasi sistem jaringan drainase dan permasalahannya selama ini
 Merumuskan konsep pengembangan jaringan drainase.
G. Pelayanan Persampahan
Analisis jaringan persampahan bertujuan untuk mengidentifikasi volume
sampah baik rumah tangga maupun kegiatan ekonomi, permasalahan pelayanan
sampah selama ini serta kebutuhan pelayanan sampah di masa mendatang.
Analisis pelayanan persampahan dilakukan dengan langkah sebagai berikut :
 Identifikasi cakupan pelayanan persampahan saat ini dan permasalahan
pelayanan yang timbul
 Identifikasi pola pembuangan sampah masyarakat
 Estimasi volume sampah sampai akhir tahun perencanaan
 Merumuskan konsep pelayanan persampahan
4.3.8. Analisis Struktur dan Pola Ruang
a. Analisis Struktur Ruang Kawasan
Analisis struktur dan pola ruang bertujuan untuk:
 Mengidentifikasi struktur dan pola ruang kawasan (kondisi eksisting)
 Mengetahui kecenderungan pergeseran tata ruang kawasan
Analisis struktur kawasan didasarkan pemikiran bahwa suatu kota terdiri
dari nodal-nodal atau sektor yang merupakan konsentrasi kegiatan perkotaan.
Nodal/sektor tersebut selanjutnya dapat diperkuat fungsinya dan ditata
sedemikian rupa sehingga memperkuat struktur kawasan. Pemahaman mengenai

Laporan Pendahuluan IV-56


Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kota Parongil
Kabupaten Dairi

nodal tersebut didasari oleh beberapa model klasik mengenai struktur kota,
yaitu:

 Model Konsentris
Model ini menyatakan bahwa struktur kota terdiri dari 5 buah zona
konsentris, yaitu Central Business District (CBD), zona transisi, zona
permukiman buruh, zona permukiman permanen dan zona komuter. Kelima
zona tersebut juga menggambarkan status sosial-ekonomi penduduk kota,
dimana zona terluar merupakan lokasi penduduk berstatus tertinggi. Selain
status ekonomi, kelima zona konsentris juga menggambarkan tingkat
kepadatan dan pola migrasi tempat tinggal.

 Model Sektoral
Model ini menyatakan bahwa struktur kota terdiri dari CBD di pusat kota,
yang kemudian diikuti oleh zona-zona yang masing-masing memanjang dari
arah pusat ke pinggiran kota. Setiap zona menggambarkan fungsi-fungsi
tertentu dari kota, seperti industri, perdagangan dan jasa, permukiman dan
sebagainya.

Kapling Pusat Lingkungan


Rumah Terkecil
- Taman
- TK
-Pos Keamanan
- Warung

Sub Pusat
Lingkungan
- SD
- Lap Olah Raga
- Toko/Pasar
Kantor Desa
Poliklinik
Pasar
Terminal.
Masjid
Ruang Serba Guna
Kantor Polisi
PoskoUtama
Pusat
Bank
Lingkungan
Koperasi

Laporan Pendahuluan IV-57


Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kota Parongil
Kabupaten Dairi

Model Sektoral
 Model Multiple Nukleus
Model ini menyatakan bahwa struktur kota dibentuk oleh beberapa pusat
CBD yang dapat berlokasi di berbagai tempat di dalam suatu kota. Setiap
pusat memiliki fungsi tertentu seperti industri, permukiman, pemerintahan
dsb. Dengan demikian model ini kontras dari model konsentris yang
menyatakan bahwa suatu kota terdiri dari satu pusat yang terletak pada
pusat geometris kota.
Dalam analisis struktur kota, ketiga model di atas dapat digunakan secara
simultan karena setiap model dapat bersesuaian dengan satu aspek dari kota.
Dalam kaitan dengan kawasan perencanaan Kawasan Pekotaan Sawo
Kabupaten Dairi, analisis struktur kawasan bertujuan untuk mengidentifikasi
pusat kegiatan yang berperan sebagai nodal. Secara existing pusat kegiatan
belum tentu membentuk sistem yang efisien.
Adapun sistem pusat-pusat kegiatan yang diharapkan terbentuk secara
hirarkis yang meliputi pusat primer, pusat sekunder, pusat tersier (lingkungan)
dsb, dan memiliki suatu pola hubungan.
Analisis struktur kawasan eksisting dilakukan dengan langkah sebagai
berikut :
 Identifikasi kelengkapan fasilitas umum dan konsentrasi/aglomerasi
kegiatan yang menimbulkan bangkitan pergerakan (trip generation).
 Identifikasi polarisasi pergerakan kendaraan (hasil wawancara dan
pengamatan), dimana polarisasi ini kemungkinan berkaitan dengan adanya
pusat kegiatan
 Delineasi dampak pusat kegiatan tersebut secara spasial
 Identifikasi hirarki dan fungsi pusat kegiatan
b. Analisis Pola Pemanfaatan Ruang

Laporan Pendahuluan IV-58


Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kota Parongil
Kabupaten Dairi

Analisis ini bertujuan untuk mengetahui pola pemanfaatan ruang per blok
kawasan dan mendapatkan arahan bagi penentuan fungsi blok kawasan. Analisis
dilakukan melalui tiga tahap yaitu :
1. Merumuskan blok kawasan
2. Mengidentifikasi pola ruang blok kawasan
3. Merumuskan kriteria kawasan

a. Penentuan Blok Kawasan


Penentuan blok kawasan dilakukan dengan cara:
1. Merumuskan batas blok kawasan, dimana batas tersebut diupayakan
merupakan batas fisik, seperti jalan, sungai, saluran drainase, batas
administrasi, dan batasan rencana fisik yang akan dibangun. Untuk batas
yang bayangan akan dilakukan pengukuran dengan GPS.
2. Merumuskan pola penentuan blok kawasan. Pola tersebut ditentukan
dengan melihat ciri spasial kawasan, seperti pembentukan koridor
permukiman (pola memanjang) atau pembagian kelurahan.
3. Penentuan blok dan sub blok kawasan. Penentuan tersebut
mempertimbangkan beberapa faktor, seperti kejelasan batas blok dan
kesamaan luas setiap blok. Bila penentuan blok lebih mempertimbangkan
ciri spasial kawasan, maka penentuan sub blok lebih mempertimbangkan
kepraktisan seperti kesamaan jenis kegiatan.
b. Identifikasi Pola Ruang Blok Kawasan
Identifikasi fungsi blok dan sub blok dilakukan dengan memetakan hasil
survei primer (survei penggunaan lahan) pada peta blok kawasan. Pada dasarnya
identifikasi ini memerlukan beberapa generalisasi mengingat penggunaan lahan
existing pada umumnya merupakan campuran, yaitu dengan menetapkan
kegiatan dominan pada suatu penggunaan lahan.
c. Penentuan Kriteria Kawasan
Penentuan kriteria kawasan dilakukan dengan mengadopsi standar
penentuan kawasan dan melakukan penyesuaian (bila diperlukan). Kriteria

Laporan Pendahuluan IV-59


Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kota Parongil
Kabupaten Dairi

penentuan kawasan dapat ditentukan dengan mengacu pada Pedoman Kriteria


Teknis Kawasan Budidaya, yaitu :
1. Kawasan Permukiman
2. Kawasan Perdagangan dan Jasa
3. Kawasan Ruang Terbuka Hijau
4.3.9. Analisis Kebutuhan Ruang
Analisis kebutuhan ruang kota untuk menampung perkembangan
kegiatan di masa depan ini didasarkan pada hasil analisis kebutuhan penduduk,
baik untuk permukiman maupun kegiatan-kegiatan kota serta prasarana
permukiman dan fasilitas sosial ekonomi. Sebagai standar kebutuhan ruang,
dalam hal ini akan digunakan :
 Pedoman Standar Lingkungan Permukiman Kota
 Pedoman Standar Pembangunan Perumahan Sederhana
 Peraturan Geometris Jalan Raya dan Jembatan
Namun demikian standar-standar tersebut masih perlu dimodifikasi lagi
sesuai dengan karakteristik wilayah perencanaan.

4.3.10. Analisis Kelembagaan Pemanfaatan dan Pengendalian Ruang


Analisis kelembagaan bertujuan untuk mengkaji efektivitas kelembagaan
yang ada dalam melakukan pemanfaatan dan pengendalian ruang. Analisis ini
dilakukan dengan cara:
 Mengidentifikasi struktur organisasi pemerintah kota, menganalisis
kewenangan dan tata kerja setiap unit kerja
 Mengidentifikasi mekanisme dan tata kerja pemberian ijin lokasi, advis
peruntukan lahan dan ijin mendirikan sbangunan (IMB)
 Mengidentifikasi standar, pedoman atau prosedur (SOP) yang
dipergunakan dalam proses pemberian ijin.
 Mengidentifikasi ijin-ijin yang telah dikeluarkan oleh instansi terkait pada
wilayah perencanan, terutama pada area yang menjadi lokasi issu
penanganan dalam skala RDTR.

Laporan Pendahuluan IV-60


Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kota Parongil
Kabupaten Dairi

4.3.11. Analisis Keuangan dan Kemampuan Pembiayaan Pembangunan


Analisis keuangan dan kemampuan pembiayaan pembangunan bertujuan
untuk mengetahui sumber daya finansial pemerintah kota dalam melaksanakan
pembangunan. Kemampuan tersebut selanjutnya berkaitan dengan penyusunan
prioritas program pembangunan.
Analisis keuangan dan kemampuan pembiayaan pembangunan dilakukan
dengan cara :
 Mengidentifikasi sumber dan besar pembiayaan pembangunan selama ini
 Mengidentifikasi potensi pembiayaan baru seperti swasta dan
masyarakat.

Laporan Pendahuluan IV-61

Anda mungkin juga menyukai