LAPORAN AKHIR │ Penyusunan Rencana Tindak Kawasan Kumuh Tahun 2011 Kabupaten Pidie 2-1
CV. ALAM DAN PANCA INDRA
LAPORAN AKHIR │ Penyusunan Rencana Tindak Kawasan Kumuh Tahun 2011 Kabupaten Pidie 2-2
CV. ALAM DAN PANCA INDRA
4. Program pembiayaan
Ulasan tentang panduan manajemen investasi dan pembiayaan pada
pelaksanaan/pemberlakuan rencana tindak kawasan kumuh Kabupaten Pidie
sehingga akan didapatkan optimalisasi keberhasilan pelaksanaan rencana tindak
dari berbagai pihak pelaku kawasan kumuh (stakeholder)
Mencakup didalamnya tentang penetapan indikasi paket kegiatan terkait
denganpembiayaan, kesepakatan pengendalian dan manajemen pelibatan
berbagai stakeholder
LAPORAN AKHIR │ Penyusunan Rencana Tindak Kawasan Kumuh Tahun 2011 Kabupaten Pidie 2-3
CV. ALAM DAN PANCA INDRA
Konsep dasar pembangunan kota ideal adalah kota yang memenuhi berbagai
peruntukkan seperti:
• Pusat Pemerintahan, merupakan peruntukkan berdasarkan Aspek Politik
• Pusat Perdagangan, merupakan peruntukkan berdasarkan Aspek Ekonomi
• Pusat Permukiman/Pusat Sarana Permukiman, merupakan peruntukkan
berdasarkan Aspek Sosial Budaya.
LAPORAN AKHIR │ Penyusunan Rencana Tindak Kawasan Kumuh Tahun 2011 Kabupaten Pidie 2-4
CV. ALAM DAN PANCA INDRA
KOTA
TOWN
PEMUKIMAN
SETTLEMENTS
Doxiadis berpendapat bahwa Permukiman adalah bagian dari lingkungan hidup di luar
kawasan lindung baik kota atau desa berfungsi sebagai tempat kegiatan yang
mendukung kehidupan.
Perumahan adalah kelompok rumah yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal
atau lingkungan hunian yang dilengkapi dengan prasarana dan sarana lingkungan.
Permukiman adalah bagian dari lingkungan hidup selain kawasan lindung yang
berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian dan tempat
kegiatan yang mendukung perikehidupan dan penghidupan.
Isu strategis penyelenggaraan perumahan dan permukiman di Indonesia tidak terlepas
dari dinamika yang berkembang di dalam kehidupan masyarakat, dan kondisi kebijakan
pemerintah di dalam mengelola persoalan perumahan dan permukiman yang ada,
antara lain sebagai berikut:
1. Isu kesenjangan pelayanan. Isu kesenjangan pelayanan muncul karena terbatasnya
peluang untuk memperoleh pelayanan dan kesempatan berperan di bidang
perumahan dan permukiman, khususnya bagi kelompok masyarakat miskin dan
berpendapatan rendah.
2. Isu lingkungan. Isu lingkungan pada kawasan perumahan dan permukiman umumnya
muncul karena dipicu oleh tingkat urbanisasi dan industrialisasi yang tinggi, serta
dampak pemanfaatan sumber daya dan teknologi yang kurang terkendali.
Kelangkaan prasarana dan sarana dasar, ketidakmampuan memelihara dan
memperbaiki lingkungan permukiman yang ada, dan masih rendahnya kualitas
LAPORAN AKHIR │ Penyusunan Rencana Tindak Kawasan Kumuh Tahun 2011 Kabupaten Pidie 2-5
CV. ALAM DAN PANCA INDRA
Pengejawantahan jatidiri;
LAPORAN AKHIR │ Penyusunan Rencana Tindak Kawasan Kumuh Tahun 2011 Kabupaten Pidie 2-6
CV. ALAM DAN PANCA INDRA
Belum mantapnya pelayanan dan akses terhadap hak atas tanah untuk perumahan,
khususnya bagi kelompok masyarakat miskin dan berpendapatan rendah. Kapasitas
pemerintah daerah juga masih relatif terbatas untuk dapat melaksanakan secara
efektif penyelenggaraan administrasi pertanahan yang memadai, yang dapat
menjamin kecukupan persediaan lahan, yang dapat mengembangkan pasar lahan
secara efisien dan pemanfaatan lahan yang berkelanjutan, yang dapat mengurangi
hambatan hukum dan sosial terhadap akses yang adil dan seimbang kepada lahan,
terutama bagi penduduk yang difabel, perempuan, dan kelompok yang rentan, dan
yang mampu memfasilitasi akses kepada lahan dan keamanan status kepemilikan
bagi seluruh kelompok masyarakat.
Belum efisiennya pasar perumahan, seperti ditunjukkan melalui kondisi dan proses
perijinan pembangunan perumahan dan sertifikasi hak atas tanah yang masih
memprihatinkan, relatif mahal dan kurang transparan; belum adanya standarisasi
dokumen KPR, seleksi nasabah, penilaian kredit, dan dokumen terkait lainnya; dan
proses sita jaminan yang masih berlarut-larut. Kondisi ini ikut mempengaruhi
ketidakpastian pasar perumahan, serta sistem dan mekanisme pembiayaan
perumahan. Untuk lebih menjamin pasar perumahan yang efisien, perlu dihindari
intervensi yang mengganggu penyediaan dan menyebabkan distorsi permintaan
akan perumahan, dan membuat instrumen yang fleksibel untuk regulasi
perumahan, termasuk pasar sewa perumahan dengan mengingat kebutuhan khusus
dari kelompok masyarakat yang rentan.
LAPORAN AKHIR │ Penyusunan Rencana Tindak Kawasan Kumuh Tahun 2011 Kabupaten Pidie 2-7
CV. ALAM DAN PANCA INDRA
Tingginya kebutuhan perumahan yang layak dan terjangkau masih belum dapat
diimbangi karena terbatasnya kemampuan penyediaan baik oleh masyarakat,
dunia usaha dan pemerintah. Secara nasional kebutuhan perumahan masih relatif
besar, sebagai gambaran status kebutuhan perumahan pada tahun 2000 meliputi:
(i) kebutuhan rumah yang belum terpenuhi (backlog) sekitar 4,3 juta unit rumah,
(ii) pertumbuhan kebutuhan rumah baru setiap tahunnya sekitar 800 ribu unit
rumah; serta (iii) kebutuhan peningkatan kualitas perumahan yang tidak
memenuhi persyaratan layak huni sekitar 13 juta unit rumah (25%).
LAPORAN AKHIR │ Penyusunan Rencana Tindak Kawasan Kumuh Tahun 2011 Kabupaten Pidie 2-8
CV. ALAM DAN PANCA INDRA
terbatasnya ruang terbuka hijau, lapangan olah raga, tempat usaha dan
perdagangan secara terbatas, fasilitas sosial dan fasilitas umum, disamping masih
adanya keterbatasan di bidang prasarana dasar perumahan dan permukiman,
seperti air bersih, sanitasi, dan pengelolaan limbah.
Perkembangan, Isu dan Masalah Kebijakan dan Strategi Nasional Perumahan dan
Permukiman (KSNPP) memperhatikan dampaknya terhadap lingkungan, termasuk
dari segi keanekaragaman hayati. Secara non-fisik lingkungan, pertumbuhan
kawasan perumahan dan permukiman juga tidak selalu telah mengantisipasi
potensi timbulnya kesenjangan dan kerawanan sosial.
Secara visual wujud lingkungan, juga terdapat kecenderungan yang kurang positif
bahwa sebagian kawasan perumahan dan permukiman telah mulai bergeser
menjadi lebih tidak teratur, kurang berjati diri, dan kurang memperhatikan nilai-
nilai kontekstual sesuai sosial budaya setempat serta nilai-nilai arsitektural yang
baik dan benar. Selain itu, kawasan yang baru dibangun juga tidak secara
berlanjut dijaga penataannya sehingga secara potensial dapat menjadi kawasan
kumuh yang baru. Perumahan dan permukiman yang spesifik, unik, tradisional,
dan bersejarah juga semakin rawan keberlanjutannya, padahal merupakan asset
budaya bangsa yang perlu dijaga kelestariannya.
LAPORAN AKHIR │ Penyusunan Rencana Tindak Kawasan Kumuh Tahun 2011 Kabupaten Pidie 2-9
CV. ALAM DAN PANCA INDRA
LAPORAN AKHIR │ Penyusunan Rencana Tindak Kawasan Kumuh Tahun 2011 Kabupaten Pidie 2 - 10
CV. ALAM DAN PANCA INDRA
Istilah permukiman kumuh seringkali digunakan oleh para ahli ilmu sosial untuk
menggambarkan perkampungan miskin. Pada umumnya masalah permukiman kumuh di
perkotaan ditimbulkan oleh pertambahan penduduk yang pesat, mahalnya
pembangunan rumah, terbatasnya kemampuan ekonomi masyarakat serta tidak
memiliki keterampilan, berpendidikan rendah sehingga pengetahuan sangat terbatas,
serta kurangnya pengawasan dalam hal ketertiban bangunan dan pemakaian tanah.
Untuk mengidentifikasi suatu permukiman yang dinyatakan sebagai permukiman
kumuh, berikut disajikan beberapa pendapat tentang kawasan kumuh:
“A slum is not only based on the socio-economic level of the population that
live in an area. A slum is not based on the race, ethicality or region of the
people in the area. A person who lives in a slum is unable to move away from
the slum because of their economic status.”
Slum area adalah daerah kumuh sebagai kawasan permukiman yang diatasnya
terletak bangunan-bangunan berkondisi substandar dan dihuni oleh penduduk
yang padat (Bergel).
Slum area adalah sebuah atau sekelompok bangunan disuatu daerah dicirikan
oleh keburukan-keburukan yang berlebihan, berkondisi kurang sehat,
kekurangan fasilitas dan kenikmatan akan menimbulkan bahaya bagi kesehatan,
jiwa, dan moral penduduk dan penghuninya (Grimes).
1
Semiloka Rencana Pencananangan Gerakan Nasional Penataan Lingkungan Permukiman Kumuh, Palembang
20 – 21 Agustus 2001
LAPORAN AKHIR │ Penyusunan Rencana Tindak Kawasan Kumuh Tahun 2011 Kabupaten Pidie 2 - 11
CV. ALAM DAN PANCA INDRA
MCK, tidak setiap rumah mampu untuk membuat fasilitas ini sendiri. Maka MCK
harus dibuat bersama di beberapa titik tanpa mencemari lingkungan yang ada
Sarana olah raga, sebagian yang sudah ada sarana jalan digunakan untuk fungsi
ini
1. Desa atau kampung tradisional yang berkembang alami, memadat, dan meluas
Terdapat kombinasi antar tipologi tersebut. Setiap kota memiliki distribusi yang
berbeda dari ke lima tipe permukiman diatas. Dua tipe pertama tidak tergolong liar
dan umumnya mengalami perkembangan yang membaik, sehingga tidak dapat
digolongkan kumuh, apalagi sesudah diperbaiki melalui program KIP. Tipe ketiga
LAPORAN AKHIR │ Penyusunan Rencana Tindak Kawasan Kumuh Tahun 2011 Kabupaten Pidie 2 - 12
CV. ALAM DAN PANCA INDRA
biasanya terbentuk pada saat negara kita masih dalam tahap pembenahan diri di awal
tahun lima-puluhan. Pada saat itu banyak kota di Indonesia masih terlihat ‘bertugas’
tenaga Belanda di berbagai instansi pemerintah, mulai pemda, bank, Perusahaan
utilitas, sampai lembaga pendidikan. Tipe keempat tidak dapat berkembang sama
sekali, keadannya selalu liar dan dibawah standar layak. Bagi tipe tersebutdiperlukan
kajian yang lebih rinci misalnya permukiman disepanjang kali atau rel kereta api.
Penghuni permukiman tersebut bersifat transitoris dan mampu membangkitkan
mobilitas sosial-ekonomi sendiri yang cukup tinggi. Tindakan utama adalah preventif
dan represif yang dilakukan bersamaan dan tegas. Tipe terakhir tidak selalu berdiri
sendiri, tapi berkaitan dengan berbagai tipe sebelumnya. Berdasarkan gambaran
tersebut terlihat bahwa yang menjadi masalah hanya 3 tipe terakhir, yang sebagian
besar bukan dihuni oleh warga yang lahir atau berasal dari kota yang bersangkutan.
Adanya tingkat frekuensi dan kepadatan volume yang tinggi dalam penggunaan
ruang-ruang yang ada di pemukiman kumuh sehingga mencerminkan adanya
kesemerawutan tata ruang
Supardi Suparlan juga mengatakan bahwa pemukiman kumuh merupakan suatu satuan-
satuan komuniti yang hidup secara tersendiri dengan batas-batas kebudayaan dan
sosial yang jelas, yaitu:
Terwujud sebagai sebuah komuniti tunggal, berada di tanah milik negara, dan
karena itu dapat digolongkan sebagai hunian liar
Sebuah satuan komuniti tunggal yang terwujud sebagai sebuah RT atau RW,
atau bahkan terwujud sebagai sebuah kelurahan, dan bukan hunian liar
LAPORAN AKHIR │ Penyusunan Rencana Tindak Kawasan Kumuh Tahun 2011 Kabupaten Pidie 2 - 13
CV. ALAM DAN PANCA INDRA
Umur kawasan kadangkala telah mencapai lebih dari 50 tahun dan kondisinya
semakin menurun
Warga slum yang bekerja kebanyakan adalah pekerja pasar dan serabutan
Demoralisasi tinggi
LAPORAN AKHIR │ Penyusunan Rencana Tindak Kawasan Kumuh Tahun 2011 Kabupaten Pidie 2 - 14
CV. ALAM DAN PANCA INDRA
maupun pendatang dan pelayanan untuk mendukung kegiatan sosial budaya, ekonomi,
teknologi, ilmu pengetahuan, dan sebagainya.
Dampak terhadap tatanan sosial budaya kemasyarakatan adalah bahwa komunitas yang
bermukim di lingkungan permukiman kumuh yang secara ekonomi pada umumnya
termasuk golongan masyarakat miskin dan berpenghasilan rendah, seringkali dianggap
sebagai penyebab terjadinya degradasi kedisiplinan dan ketidaktertiban dalam
berbagai tatanan sosial kemasyarakatan.
LAPORAN AKHIR │ Penyusunan Rencana Tindak Kawasan Kumuh Tahun 2011 Kabupaten Pidie 2 - 15
CV. ALAM DAN PANCA INDRA
LAPORAN AKHIR │ Penyusunan Rencana Tindak Kawasan Kumuh Tahun 2011 Kabupaten Pidie 2 - 16
CV. ALAM DAN PANCA INDRA
Kondisi jalan
Drainase
Air bersih
Air limbah
LAPORAN AKHIR │ Penyusunan Rencana Tindak Kawasan Kumuh Tahun 2011 Kabupaten Pidie 2 - 17
CV. ALAM DAN PANCA INDRA
Sementara jika dilihat dari segi sosial, maka karakteristik sosial penghuni kawasan ini
adalah :
LAPORAN AKHIR │ Penyusunan Rencana Tindak Kawasan Kumuh Tahun 2011 Kabupaten Pidie 2 - 18
CV. ALAM DAN PANCA INDRA
daerah ini emosinya tidak stabil; penduduk di daerah ini dihinggapi kebiasaan
berjudi dan sifat negatif lainnya.
Berdasarkan status lahan dikenal kawasan kumuh ilegal dan kawasan kumuh
legal. Kawasan kumuh ilegal merupakan kawasan kumuh di atas tanah ilegal,
yaitu yang berada pada peruntukan bukan perumahan; penghunian dilakukan
secara tidak sah pada bidang tanah baik milik negara, milik pereorangan, atau
badan hukum. Lokasi ilegal yang cenderung dimanfaatkan sebagai kawasan
kumuh adalah kawasan dengan kepemilikan atau manajemen pengelolaan
berada pada kewenangan beberapa instansi atau merupakan pengelolaan
bersama seperti bantaran sungai, bawah jembatan/jalan tol; tepi jalur kereta
api; tepi wilayah pembuangan sampah akhir. Kawasah kumuh legal berada di
atas tanah legal yaitu lahan yang memang cliperuntukkan bagi perumahan,
tetapi kondisinya sangat buruk baik karena kepadatan yang tinggi maupun
kurangnya sarana prasarana.
Pemukiman kumuh adalah pemukiman yang tidak memiliki syarat paling dasar dalam
aspek keamanan, kesehatan, dan kesempatan memajukan penghuninya. Akan tetapi
permukiman kumuh mengandung manfaat sebagai berikut:
Tempat bersiap atau proses bersih diri agar dapat kembali dan diterima
masyarakat normal dan berkembang makin mandiri, lokasi strategis terhadap
LAPORAN AKHIR │ Penyusunan Rencana Tindak Kawasan Kumuh Tahun 2011 Kabupaten Pidie 2 - 19
CV. ALAM DAN PANCA INDRA
lapangan kerja dan memberi kesempatan untuk perumahan yang murah dan
biaya hidup yang murah, sehingga bagi penduduk tetap dapat menabung untuk
dikiri ke kampung halamannya atau bagi penduduk yang menetap dapat
ditabung untuk membeli ruamh yang layak dan sah.
Sisi negatif pemukiman kumuh adalah masalah anak sekolah yang enggan mengenalkan
dirinya bermukim di pemukiman kumuh sehingga menghambat perkembangannya,
suburnya persepsi fatalis (sudah menjadi nasib yang sulit diperbaiki dan hanya
menunggu uluran tangan pemerintah saja), serta menjadikan pemukiman kumuh
sebagai komoditi sebagai pemerasan kepada pemerintah untuk membayar ganti rugi.
Syarat awal untuk menghadapi pemukiman kumuh adalah mengetahui lebih rinci peta
masalah pemukiman kumuh yang meliputi: besaran, sebaran, sejarahnya, anatomi
perkembangannya. Terdapat lima hal dalam pembenahan pemukiman kumuh, yaitu :
1. Kebijakan yang diambil harus beralih dari dasar normatif ke empirik. Kenyataan
empirik berbeda dengan ukuran normatif yang selama ini dianut, maka berbagai
kebijakan yang berlaku juga menjadi jauh dari sasaran yang semula hendak
dicapai.
2. Kota-kota perlu menuiapkan data dan kajian tentang keadaan perumahannya. Hal
ini dapat dimulai dengan menggunakan data sensus penduduk. Sedangkan hal-hal
rinci dilakukan untuk merekam dan membaca secara kualitatif terhadap data yang
kuantitatif.
3. Kota perlu menggalang dan mengembangkan ahli dan keahlian tentang perumahan,
dilakukan melalui kerjasama yang teratur dan berlanjut dengan perguruan tinggi
setempat
LAPORAN AKHIR │ Penyusunan Rencana Tindak Kawasan Kumuh Tahun 2011 Kabupaten Pidie 2 - 20
CV. ALAM DAN PANCA INDRA
Peningkatan kualitas perumahan menjadi suatu kebijakan yang diatur dalam Undang-
undang No 4 Tahun 1992 mengenai perumahan dan permukiman. Hal tersebut dapat
terlihat pada Gambar 2.3.
Dimana dijelaskan pula bahwa terdapat beberapa hal yang dapat dilakukan dalam
pelaksanaan program peningkatan kualitas lingkungan, yaitu perbaikan lingkungan
permukiman nelayan, peremajaan permukiman kota, pembangunan perumahan desa,
dan perbaikan perumahan kota .
LAPORAN AKHIR │ Penyusunan Rencana Tindak Kawasan Kumuh Tahun 2011 Kabupaten Pidie 2 - 21
CV. ALAM DAN PANCA INDRA
Elemen-elemen pada Kawasan permukiman ada lima buah elemen, yaitu nature,
shells, networks, anthropos, dan society. Kelima elemen tersebut saling terkait dan
saling mempengaruhi, dalam kata lain fenomena permukiman dapat dilihat sebagai
interaksi dari ke lima elemen tersebut. Bila dirinci kembali, di dalam masing-masing
elemen terdapat hal-hal yang lebih spesifik (yang selanjutnya akan disebut sebagai
subelemen), demikian seterusnya sehingga elemen-elemen tersebut memiliki suatu
hirarki.
1. Nature
LAPORAN AKHIR │ Penyusunan Rencana Tindak Kawasan Kumuh Tahun 2011 Kabupaten Pidie 2 - 22
CV. ALAM DAN PANCA INDRA
yang sangat membahayakan manusia, seperti flu burung, penyakit kuku dan mulut,
demam berdarah, antraks, dan lain-lain.
2. Anthropos
Moral values (niali moral): nilai-nilai positif yang tumbuh dalam masyarakat
perlu dipertahankan dalam pembangunan. Pengaruh gaya hidup dari luar yang
cenderung bebas nilai yang masuk melalui media cetak/elektronik dapat
melunturkan nilai0nilai positif yang ada
LAPORAN AKHIR │ Penyusunan Rencana Tindak Kawasan Kumuh Tahun 2011 Kabupaten Pidie 2 - 23
CV. ALAM DAN PANCA INDRA
3. Society
4. Shells
Shells atau sarana/fasilitas meliputi housing dan berbagai jenis banguna untuk
mendukung aktivitas sosial dan ekonomi masayrakat. Masalah inti adalah
bagaimana memproduksi massa bangunan dapat melayani kebutuhan berbagai
individu dan kelompok-kelompok keluarga yang berbeda kegiatannya. Elemen
shells atau sarana terdiri dari beberapa subelemen, yaitu:
Perumahan penduduk
Fasilitas sosial (sekolah, masjid, puskesmas, dll)
Pusat perdagangan
Pemasaran produk
LAPORAN AKHIR │ Penyusunan Rencana Tindak Kawasan Kumuh Tahun 2011 Kabupaten Pidie 2 - 24
CV. ALAM DAN PANCA INDRA
Fasilitas rekreasi
Kantor pemerintahan, dll
5. Network
Sistem jaringan prasarana yang sifatnya menerus dalam skala perwilayahan yang
luas memiliki hierarki. Sebagai contoh jaringan jalan memiliki hierarki: jaringan
priimer, jaringan sekunder, serta sistem jaringan lokal yang melayani suatu
lingkungan tertentu. Dengan demikian sistem prasarana jalan selain memberikan
pelayanan lokal, juga memberi peluang interaksi dengan wilayah yang lebih luas.
LAPORAN AKHIR │ Penyusunan Rencana Tindak Kawasan Kumuh Tahun 2011 Kabupaten Pidie 2 - 25
CV. ALAM DAN PANCA INDRA
1. Peremajaan Lingkungan
2. Kota-kota yang berfungsi strategis (ibukota propinsi atau kabupaten atau kota-
kota yang mempunyai fungsi khusus).
Diprioritaskan pada desa yang berada pada pusat-pusat kegiatas strategis, seperti
desa nelayan dengan intensitas kegiatan relatif tinggi, pusat permukiman pada
kawasan andalan, pusat permukiman pada daerah perbatasan.
Konsep peremajaan merupakan bagian dari tindakan pelestarian untuk
meningkatkan nilai vital suatu bangunan atau kawasan dalam suatu kota.
Peremajaan juga adalah suatu upaya untuk meningkatkan vitalitas kawasan kota
melalui peningkatan kualitas lingkungan, tanpa menimbulkan perubahan yang
berarti dari struktur fisik kawasan tersebut. Tujuan peremajaan juga dapat untuk
memperbaiki perekonomian suatu kawasan dengan mengandalkan kekuatan pasar.
Mengacu pada pengertian peremajaan maka, peremajaan tidak terbatas pada
aspek fisik belaka, tetapi juga aspek sosial ekonomi juga menjadi objek dari
peremajaan tersebut.
“Upaya mengendalikan, dan mengembangkan kawasan untuk menemukan kembali
potensi yang dimiliki atau pernah dimiliki atau seharusnya dimiliki oleh sebuah
kota baik dari segi sosio-kultural, sosio-ekonomi, segi fisik alam lingkungan,
sehingga diharapkan dapat memberikan peningkatan kualitas lingkungan kota yang
pada akhirnya berdampak pada kualitas hidup dari penghuninya”
UU No. 4 Tahun 1992 tentang Perumahan dan Permukiman, Pasal 27 ayat (2)
menyatakan bahwa kegiatan yang dilakukan dalam rangka peningkatan kualitas
LAPORAN AKHIR │ Penyusunan Rencana Tindak Kawasan Kumuh Tahun 2011 Kabupaten Pidie 2 - 26
CV. ALAM DAN PANCA INDRA
Kriteria lokasi dan lingkungan permukiman yang digunakan dalam kegiatan ini
adalah:
1. Lokasi bisa berada atau tidak berada pada peruntukan dalam RTRW/RDTR Kota
atau Kabupaten. Dalam hal tidak pada peruntukan perumahan, perlu dilakukan
review terhadap rencana tata ruang atau turunanya.
2. Kondisi lingkungan permukiman yang sangat kumuh (langka sarana prasarana
dasar, tidak terdapat jaringan jalan lokal, saringan pembuangan atau pematusan.
3. Kepadatan nyata diatas 500 jiwa/ha untuk kota besar dan sedang dan diatas 750
jiwa/ha untuk kota metro.
LAPORAN AKHIR │ Penyusunan Rencana Tindak Kawasan Kumuh Tahun 2011 Kabupaten Pidie 2 - 27
CV. ALAM DAN PANCA INDRA
Pembangunan lingkungan permukiman baru dalam bentuk skala kecil atau skala
besar. Dalam pembangunan lingkungan permukiman baru untuk skala besar dapat
diwujudkan dalam bentuk Kasiba dan Lisiba.
Poin-poin diatas akan mengacu pada satu tujuan yang sama yaitu terwujudnya
perumahan dan permukiman yang layak huni bagi masyarakat. Dengan meningkatnya
kualitas lingkungan permukiman dan permukiman diharapkan akan terwujud kualitas
sumber daya manusia yang lebih baik.
LAPORAN AKHIR │ Penyusunan Rencana Tindak Kawasan Kumuh Tahun 2011 Kabupaten Pidie 2 - 28
CV. ALAM DAN PANCA INDRA
Berdasarkan substansi yang telah diuraikan di atas, maka dapat diringkas berbagai
variabel yang perlu dikumpulkan datanya. Perlu dikemukakan kembali bahwa terdapat
berbagai level spatial yang perlu dirinci daftar variabelnya, mulai pada tingkat
kelurahan, kawasan, rumah tangga/keluarga dan individu. Variabel pada level
kelurahan diarahkan untuk analisis skoring dalam mengurut dan memilih kelurahan
prioritas. Level kawasan meliputi variabel yang menggambarkan kawasan permukiman
kumuh yang bersangkutan yang meliputi gambaran lima elemen kawasan. Level
keluarga dilakukan untuk melihat kondisi fisik-sosial-ekonomi rumah tangga penghuni
permukiman kumuh. Level individu diarahkan untuk mendapatkan gambaran tentang
persepsinya terhadap kondisi kawasan tempat tinggalnya. Sedangkan dokumen
sekunder yang perlu dicari di daerah meliputi:
RTRW
Kebijakan pemda dalam bidang perumahan
RPJM masing-masing sektor,
Peta administrasi (per kecamatan dan kelurahan)
Peta tematik-tahun terakhir (pemanfaatan lahan, jaringan jalan, sebaran
kawasan kumuh, dll)
Berikut rincian variabel pada masing-masing level spasial yang telah disebutkan.
LAPORAN AKHIR │ Penyusunan Rencana Tindak Kawasan Kumuh Tahun 2011 Kabupaten Pidie 2 - 29
CV. ALAM DAN PANCA INDRA
A. Level Kelurahan
1) Luas kelurahan/desa
2) Jumlah penduduk kelurahan
3) Pertumbuhan penduduk per tahun
4) Kepadatan penduduk
5) Jumlah rumah
6) Kepadatan rumah
7) Jumlah rumah tangga
8) Jenis sarana yang ada, meliputi: sarana kesehatan, sarana pendidikan,
sarana perekonomian, sarana peribadatan, sarana pemerintahan, sarana
lainnya.
9) Kondisi eksisting tiap jenis sarana, meliputi:
− Jaringan jalan, kualitas permukaan, lebar jalan
− Air bersih (Sumber air masak)
− Air limbah/jamban/MCK
− Kondisi saluran drainase
− Tempat pengumpulan sampah
− Lainnya
B. Level Kawasan
1) Nama kawasan
2) Nama kampung
3) Nama kelurahan
4) Nama kecamatan
5) Batas kawasan
6) Luas kawasan
7) Jumlah penduduk kawasan
8) Kepadatan penduduk
9) Jumlah rumah tangga
10) Jumlah bangunan
11) Jumlah rumah
LAPORAN AKHIR │ Penyusunan Rencana Tindak Kawasan Kumuh Tahun 2011 Kabupaten Pidie 2 - 30
CV. ALAM DAN PANCA INDRA
1) Lokasi rumah
2) Luas rumah
3) Umur rumah
4) Ukuran keluarga/rumah tangga
5) Kualitas bahan bangunan rumah
6) Kualitas ventilasi
7) Kualitas pencahayaan dalam rumah
8) Status pemilikan lahan
9) Status pemilikan bangunan rumah
10) Tingkat pendapatan
11) Jenis mata pencaharian kepala rumah tangga
12) Lama menempati rumah
13) Lokasi hunian sebelumnya
14) Alasan tinggal
15) Biaya hunian per bulan
16) Sumber air bersih
17) Sumber energi listrik
D. Level Individu
LAPORAN AKHIR │ Penyusunan Rencana Tindak Kawasan Kumuh Tahun 2011 Kabupaten Pidie 2 - 31
CV. ALAM DAN PANCA INDRA
LAPORAN AKHIR │ Penyusunan Rencana Tindak Kawasan Kumuh Tahun 2011 Kabupaten Pidie 2 - 32
CV. ALAM DAN PANCA INDRA
LAPORAN AKHIR │ Penyusunan Rencana Tindak Kawasan Kumuh Tahun 2011 Kabupaten Pidie 2 - 33
CV. ALAM DAN PANCA INDRA
LAPORAN AKHIR │ Penyusunan Rencana Tindak Kawasan Kumuh Tahun 2011 Kabupaten Pidie 2 - 34
CV. ALAM DAN PANCA INDRA
2
Dinyatakan pada saat sebagai Direktur Jenderal Perumahan dan Permukiman, Departemen Permukiman
dan Prasarana Wilayah
LAPORAN AKHIR │ Penyusunan Rencana Tindak Kawasan Kumuh Tahun 2011 Kabupaten Pidie 2 - 35
CV. ALAM DAN PANCA INDRA
Kata tidak tertata (secara fisik) yang di maksud di sini mengandung pengertian :
- Tata letak bangunan rumah dan prasarana dalam kawasan tidak teratur
- Struktur pembentuk lingkungan yang tidak teratur (tidak berpola) dan pola
pemanfaatan ruang dengan efektifitas rendah. Dicirikan oleh struktur dan pola
jalan serta infrastruktur
- Sarana pelayanan air bersih, air kotor, dan persampahan tidak memadai
- Ketidaktertataan itu bisa disebabkan oleh aspek fisik alami dan fisik binaan di
kawasan tersebut
Pengertian kepadatan bangunan :
- Menunjukkan banyaknya bangunan (jumlah) bangunan dalam suatu luas lahan
tertentu = bangunan/ha
- Berbeda untuk kelas kota yang ditinjau
- Berpengaruh terhadap nilai kepadatan penduduk per satuan luas
3 Kepmen Kimpraswil No: 403/KPTS/ M/2002 tentang Pedoman Teknis Pembangunan Rumah Sederhana Sehat (Rs
Sehat)
LAPORAN AKHIR │ Penyusunan Rencana Tindak Kawasan Kumuh Tahun 2011 Kabupaten Pidie 2 - 36
CV. ALAM DAN PANCA INDRA
- Luas lantai perkapita, di kota kurang dari 4 m2 sedangkan di desa kurang dari 10 m2.
- Jenis atap rumah terbuat dari daun dan lainnya.
- Jenis dinding rumah terbuat
dari anyaman bambu yang
belum diproses
- Jenis lantai tanah
- Tidak mempunyai fasilitas
tempat untuk Mandi, Cuci,
Kakus (MCK) yang memadai
baik pribadi maupun komunal.
4
Direktorat Jenderal Perumahan dan Permukiman, - Pebruari 2001
LAPORAN AKHIR │ Penyusunan Rencana Tindak Kawasan Kumuh Tahun 2011 Kabupaten Pidie 2 - 37
CV. ALAM DAN PANCA INDRA
2.3 METODOLOGI
1. Studi literatur Beberapa metodologi yang akan digunakan dalam
dan review
pelaksanaan kegiatan anatara lain:
2. Kajian data
sekunder 1. Studi Literatur dan Review
3. Survei primer
Merupakan metode yang digunakan untuk
4. Survei sekunder
5. FGD mendapatkan informasi melalui produk-produk
6. Terapan kriteria
kegiatan yang terkait dan telah ada. Studi literatur
7. Analisis overlay
8. Pengelompokkan digunakan untuk mengkaji program yang pernah
9. Metode skala
dilakukan, sedangkan kegiatan review lebih digunakan
prioritas
10. Workshop untuk mengkaji kebijakan dan strategi penanganan
kota dan permukimannya dalam RTRW/RDTR Kota.
LAPORAN AKHIR │ Penyusunan Rencana Tindak Kawasan Kumuh Tahun 2011 Kabupaten Pidie 2 - 38
CV. ALAM DAN PANCA INDRA
3. Survei Primer
Merupakan metode inti yang
digunakan pada saat melakukan
kajian lapangan. Metode ini ditujukan
untuk mendapatkan data faktual di
lapangan berdasarkan hasil observasi
langsung pada kawasan, uji kriteria
permukiman kumuh, pengecekan
ulang dan validasi dari hasil kajian
sekunder.
4. Survey Sekunder
Merupakan metode yang dilakukan pada saat melakukan kajian lapangan dan
melengkapi metode survei primer. Pada survei sekunder akan dilakukan
pengumpulan data sekunder yang ada di instansi terkait di setiap kota yang
terkait dengan data kawasan seperti, peta kepemilikan, peta kondisi fisik alami
dan lain lain.
5. FGD
Focus Group Discussion (FGD) adalah diskusi dengan peserta terbatas yang
berasal dari satu kelompok tertentu dan dengan topik bahasan diskusi tertentu
pula.
Tujuan dari metoda FGD ini adalah untuk menambah dan memperdalam
informasi, membangun kesepakatan/ komitmen, mengklarifikasi informasi yang
kurang pada basis data dan juga bisa dipakai untuk memperoleh opini-opini yang
berbeda mengenai satu permasalahan tertentu. Metode ini akan digunakan dalam
setiap kegiatan koordinasi dengan pemerintah dan stakeholder kota dalam
pelaksanaan bantuan teknis perencanaan peremajaan kawasan kota.
6. Terapan Kriteria
Merupakan metode yang digunakan untuk membantu mendefinisikan kondisi
suatu data atau informasi atau obyek. Kriteria yang digunakan dapat bersifat
baku ataupun merupakan hasil kesepakatan pihak yang terkait. Metode ini akan
berfungsi sebagai filter dalam mendefinisikan suatu obyek. Dalam kegiatan ini 2
(dua) kriteria utama yang digunakan adalah kriteria permukiman kumuh (untuk
LAPORAN AKHIR │ Penyusunan Rencana Tindak Kawasan Kumuh Tahun 2011 Kabupaten Pidie 2 - 39
CV. ALAM DAN PANCA INDRA
7. Analisis Overlay
Merupakan metode yang digunakan untuk kegiatan proses analisis yang bertujuan
untuk menghasilkan suatu informasi baru (informasi turunan) yang dihasilkan dari
overlay beberapa informasi yang telah ada sebelumnya. Informasi pembentuk ini
dapat berupa data dasar, informasi dasar maupun informasi turunan pula. Suatu
informasi turunan dapat mempunyai arti atau informasi yang berdiri sendiri
(sebagai suatu hasil informasi akhir yang diharapkan) ataupun dapat sebagai
input bagi pembentukan informasi lanjut. Metode ini akan digunakan dalam
proses penyusunan identifikasi kesesuaian fungsi lokasi, kelayakan huni,
penyebab kekumuhan dan tipologi permukiman kumuh.
8. Grouping (Pengelompokkan)
Merupakan metode yang digunakan untuk merumuskan suatu klasifikasi atau
tipologi. Pengelompokkan suatu obyek akan didasari oleh kriteria
pengelompokkan atau kriteria masing-masing kelompok. Pada kegiatan ini,
metode grouping akan dilakukan dalam mengklasifikasikan permukiman kumuh
yang telah terinventarisasi ke dalam beberapa tipologi. Metode ini digunakan
pula sebagai acuan utuk mengklasifikasikan tipologi pola penanganan.
10. Workshop
Merupakan metode yang digunakan untuk melakukan koordinasi dan menyepakati
kawasan yang akan dilakukan penanganan sesuai dengan skala prioritas.
Workshop ini dilakukan di daerah bersama-sama dengan stakeholder kota terkait.
LAPORAN AKHIR │ Penyusunan Rencana Tindak Kawasan Kumuh Tahun 2011 Kabupaten Pidie 2 - 40
CV. ALAM DAN PANCA INDRA
3. Keterjangkauan/Affordability
Rasionalisasi dari biaya social dan ekonomi dari lingkungan kehidupan kumuh
membuat subsidi silang bagi masyarakat berpenghasilan rendah.
4. Berkelanjutan (suistainbility)
Agar program peremajaan yang dilakukan dapat dilaksanakan sendiri oleh kota
dengan kekuatan sendiri, dibutuhkan prasyarat berikut
a. Pelaksanaan program merupakan kesepakantan kota,
b. Didukung oleh sistem inventory yang mampu membrikan informasi keadaan
awal setiap kota serta permasalahannya (social, ekonomi, fisik) dan potensi
yang dimiliki
c. Dampak social ekonomi program
d. Kemampuan kelembagaan termasuk sumber daya manusia
e. Kemampuan Pemda untuk membiayai peleksanaan program berkelanjutan
Operational & Maintenance (O&M) serta re investasi
f. Penerapan sistem pengelolaan peremajaan kawasan kumuh yang berdasarkan
sistem pengelolaan sumber daya terpadu.
LAPORAN AKHIR │ Penyusunan Rencana Tindak Kawasan Kumuh Tahun 2011 Kabupaten Pidie 2 - 41
CV. ALAM DAN PANCA INDRA
Rencana pelaksanaan kegiatan yang akan digunakan pada dasarnya mencakup tahapan
pengerjaan yang meliputi tahapan persiapan, tahapan pendataan kawasan kumuh,
tahapan penyusunan konsep penanganan, serta perumusan perencanaan kawasan.
Pendekatan dan metodologi yang akan digunakan pada setiap tahapan tersebut selalu
mengacu pada skema hubungan lingkup kegiatan dengan tahapan pengerjaan yang
secara umum mencakup hal-hal sebagai berikut :
LAPORAN AKHIR │ Penyusunan Rencana Tindak Kawasan Kumuh Tahun 2011 Kabupaten Pidie 2 - 42
CV. ALAM DAN PANCA INDRA
LAPORAN AKHIR │ Penyusunan Rencana Tindak Kawasan Kumuh Tahun 2011 Kabupaten Pidie 2 - 43
CV. ALAM DAN PANCA INDRA
Pada tahap ini Konsultan melakukan pemahaman dan perumusan awal ruang lingkup
pekerjaan dalam kerangka program pembangunan kawasan kumuh agar dalam tahap-
tahap selanjutnya dapat dilaksanakan pekerjaan yang efisien dan efektif serta
mempersiapkan metode dan perangkat dalam melakukan tiap tahap pekerjaan.
Kegiatan persiapan yang dilakukan antara lain :
a. Mengkaji dan merumuskan kembali kebijakan, peraturan, standar dan manual serta
landasan teori tentang penataan bangunan dan lingkungan
LAPORAN AKHIR │ Penyusunan Rencana Tindak Kawasan Kumuh Tahun 2011 Kabupaten Pidie 2 - 44
CV. ALAM DAN PANCA INDRA
Topografi
Fungsi lingkungan
Ragam arsitektur
Kelengkapan data
merupakan kebutuhan
yang harus dipenuhi
dalam menyusun suatu
rencana, dalam arti kelengkapan dan ketersediaan data sangat menentukan kualitas
pekerjaan yang akan dihasilkan. Oleh karena itu proses pengumpulan dan informasi
membutuhkan suatu pendekatan yang tepat agar hasil yang diperoleh memenuhi
kebutuhan sebagai bahan masukan dan analisis, sehingga perumusan hasil akhir
LAPORAN AKHIR │ Penyusunan Rencana Tindak Kawasan Kumuh Tahun 2011 Kabupaten Pidie 2 - 45
CV. ALAM DAN PANCA INDRA
pekerjaan dapat sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan di awal pekerjaan. Oleh
karena itu bentuk pendekatan pengumpulan data dan informasi yang akan dilakukan
dibedakan sebagai berikut:
1. Desain Survey
• Desain survey merupakan kegiatan awal dari kajian lapangan untuk merancang
metode survey yang bagaimana yang akan dilakukan beserta kelengkapan-
kelengkapan survey.
• Desain survey ini dilakukan dengan metode perancangan yang fokus pada
bentuk survey yang digunakan, pertanyaan-pertanyaan yang diajukan, dan
sebagainya.
• Output dari desain survey ini nantinya akan direalisasikan dalam kegiatan
survey primer di kota yang menjadi objek studi
Melakukan survey ke lokasi dan instansi terkait guna pengumpulan data primer dan
sekunder yang bersifat kuantitatif dan kualitatif serta teknis dan non teknis antara
lain: tata guna lahan, struktur jaringan jalan, drainase, infrastruktur kawasan,
sarana dan fasilitas pendukung hidup kawasan, geografis, ekosistem, limbah,
ekonomi sosial dan budaya masyarakat, serta pergerakan manusia dan kendaraan.
• Kegiatan survey primer di kawasan perkotaan Sigli ini dilakukan untuk melihat
kondisi eksisting permukiman kumuh di kota tersebut beserta persebarannya.
• Data yang diperoleh dari survey primer ini menjadi masukan penting dalam
kegiatan identifikasi lokasi /kawasan kumuh.
Kriteria perundangan dan peraturan terkait yang penting dan terkait dengan
pekerjaan, meliputi: RTRW/RDTR dan Rencana Strategis Kawasan kumuh; PBS /
Hasil Identifikasi Kawasan yang ada dan NSPM;
LAPORAN AKHIR │ Penyusunan Rencana Tindak Kawasan Kumuh Tahun 2011 Kabupaten Pidie 2 - 46
CV. ALAM DAN PANCA INDRA
• Review RDTR ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan desk study melalui
studi literatur.
• Output dari review RDTR ini nantinya akan digunakan sebagai salah satu dasar
dalam menentukan data apa saja yang diperlukan dalam melakukan
keseluruhan rangkaian kegiatan. Selain itu dari hasil review RDTR ini akan
menjadi input dalam menyeleksi kawasan kumuh yang diidentifikasi dalam
penanganan permukiman kumuh.
• Kajian data sekunder ini merupakan kegiatan untuk menelaah data sekunder
yang tersedia sekaligus menginventarisasi data apa saja yang dapat digunakan
dalam keseluruhan kegiatan.
• Seperti halnya dalam kegiatan review RTRW, kegiatan kajian data sekunder ini
dilakukan juga dengan kajian literatur (pendekatan desk study)
• Output kajian data sekunder ini juga akan menjadi input dalam menyeleksi
kawasan kumuh yang diidentifikasi dalam penanganan permukiman kumuh.
Output dari kegiatan evaluasi program penataan ini bersama dengan kegiatan
review RDTR dan kajian data sekunder akan menjadi input dalam menyeleksi
kawasan kumuh yang diidentifikasi dalam penanganan permukiman kumuh.
• Kegiatan penentuan kriteria kumuh ini dilakukan untuk mendefinisikan ciri apa
saja yang menyatakan bahwa suatu permukiman dikatakan kumuh.
• Kriteria kumuh yang dihasilkan dari kegiatan ini menjadi input dalam
penyusunan daftar kumuh Kabupaten Pidie khususnya kawasan perkotaan Sigli.
LAPORAN AKHIR │ Penyusunan Rencana Tindak Kawasan Kumuh Tahun 2011 Kabupaten Pidie 2 - 47
CV. ALAM DAN PANCA INDRA
• Kebutuhan data ini ditentukan dengan hasil dari review RDTR, kajian data
sekunder, dan evaluasi program peremajaan yang ada terhadap daftar kumuh
yang telah disusun.
• Kebutuhan data ini nantinya akan menjadi input dalam seleksi kumuh yang
diperlukan.
• Kebutuhan data ini ditentukan dengan hasil dari review RTRW, kajian data
sekunder, dan evaluasi program peremajaan yang ada terhadap daftar kumuh
dari daerah.
• Kebutuhan data ini nantinya akan menjadi input dalam seleksi kumuh yang
diperlukan.
4. Survey Instansional (baik formal maupun informal, Pemkab Kab. Pidie, Bappeda
dan Dinas PU, serta LSM, dan sebagainya).
5. Penyepakatan
• Penyepakatan kriteria & lokasi kumuh ini dilakukan melalui kelompok diskusi
terarah.
Hasil dari Penyepakatan kriteria & lokasi kumuh ini nantinya menjadi dasar dalam
menyeleksi kawasan permukiman yang dikatakan kumuh.
Hasil dari Penyepakatan kriteria penataan ini nantinya menjadi dasar dalam
menerapkan kriteria penataan permukiman kumuh.
LAPORAN AKHIR │ Penyusunan Rencana Tindak Kawasan Kumuh Tahun 2011 Kabupaten Pidie 2 - 48
CV. ALAM DAN PANCA INDRA
• Skala prioritas yang telah disepakati ini nantinya menjadi dasar dalam
pelaksanaan penetapan kriteria skala prioritas.
Permasalahan
Analisis pemetaan kawasan;
Analisis kebutuhan ruang dan
• Kegiatan analisa pemetaan
penataan; Analisis kesiapan
permasalahan ini kawasan
LAPORAN AKHIR │ Penyusunan Rencana Tindak Kawasan Kumuh Tahun 2011 Kabupaten Pidie 2 - 49
CV. ALAM DAN PANCA INDRA
• Output dari analisa kesiapan kawasan ini menjadi masukan dalam kegiatan
identifikasi lokasi / kawasan kumuh
• Kegiatan analisa daftar prioritas ini dilakukan dengan menganalisis lebih lanjut
(pendekatan desk study) terhadap output review RDTR yang telah dilakukan
pada tahap persiapan.
• Output dari analisa daftar prioritas ini menjadi masukan dalam kegiatan
identifikasi lokasi / kawasan kumuh
• Hasil dari identifikasi lokasi kumuh ini nantinya menjadi dasar dalam
mengidentifikasi kawasan permukiman kumuh yang dapat ditata.
LAPORAN AKHIR │ Penyusunan Rencana Tindak Kawasan Kumuh Tahun 2011 Kabupaten Pidie 2 - 50
CV. ALAM DAN PANCA INDRA
• Hasil inventarisasi daftar permukiman kumuh kota ini nantinya menjadi dasar
dalam kawasan kumuh terpilih.
• Kriteria skala prioritas merupakan kegiatan untuk menilai hal-hal yang menjadi
prioritas pertimbangan dalam penanganan kawasan permukiman kumuh.
• Kajian Kriteria skala prioritas ini dilakukan dengan pendekatan desk study
melalui kajian berbagai literatur dan diskusi tim.
• Kegiatan ini dilakukan dengan metode kelompok diskusi terarah (focus group
discussion/FGD) antar berbagai pihak yang terlibat.
LAPORAN AKHIR │ Penyusunan Rencana Tindak Kawasan Kumuh Tahun 2011 Kabupaten Pidie 2 - 51
CV. ALAM DAN PANCA INDRA
2. Kriteria Penanganan
• Kegiatan ini dilakukan dengan metode kelompok diskusi terarah antar berbagai
pihak yang terlibat.
• Kriteria pola penanganan yang dihasilkan dari kegiatan ini bersama menjadi
input dalam melakukan perumusan kebijakan penanganan peremajaan kawasan
kota
3. Konsep Penanganan
• Kegiatan ini dilakukan dengan metode kelompok diskusi terarah antar berbagai
pihak yang terlibat,
• konsep penanganan yang telah disepakati ini nantinya menjadi dasar dalam
penerapan pola penanganan.
LAPORAN AKHIR │ Penyusunan Rencana Tindak Kawasan Kumuh Tahun 2011 Kabupaten Pidie 2 - 52
CV. ALAM DAN PANCA INDRA
2. Strategi Pengembangan
• Kegiatan ini dilakukan dengan metode kelompok diskusi terarah antar berbagai
pihak yang terlibat
• Strategi pengembangan kawasan menjadi bahan masukan untuk indikasi
kebutuhan program dan penyusunan pola dan konsep pendukung penataan
kawasan
3. Perancangan Kawasan
LAPORAN AKHIR │ Penyusunan Rencana Tindak Kawasan Kumuh Tahun 2011 Kabupaten Pidie 2 - 53
CV. ALAM DAN PANCA INDRA
LAPORAN AKHIR │ Penyusunan Rencana Tindak Kawasan Kumuh Tahun 2011 Kabupaten Pidie 2 - 54
CV. ALAM DAN PANCA INDRA
Penyusunan draft MoU ini merupakan hasil akhir yang ingin dicapai dari
keseluruhan proses pekerjaan.
8. Seminar/Workshop Penyepakatan
LAPORAN AKHIR │ Penyusunan Rencana Tindak Kawasan Kumuh Tahun 2011 Kabupaten Pidie 2 - 55