Anda di halaman 1dari 31

LAPORAN RP2KPKP

PENDAHULUAN PENYUSUNAN REVISI DOKUMEN RP2KPKP KABUPATEN BENGKALIS

3.1 Pendekatan Pekerjaan


Dalam proses pelaksanaan pekerjaan, terdapat berbagai kegiatan yang memerlukan
penanganan berbeda, sesuai dengan karakteristik kegiatan dan sasaran antara
(milestone) yang diharapkan dari pelaksanaan kegiatan tersebut.
Pendekatan umum yang akan digunakan dalam penanganan pekerjaan ini
dikelompokkan kedalam karakteristik kebutuhan penanganan kegiatan, yaitu:
1. Pendekatan terhadap kebijakan, peraturan, standar, dan manual serta landasan
teori tentang penataan bangunan
2. Pendekatan terhadap kegiatan pengumpulan data dan informasi
3. Pendekatan terhadap kegiatan identifikasi dan kajian materi dan permasalahan
4. Pendekatan terhadap kegiatan perumusan konsep dan penyusunan rencana
teknik ruang
5. Pendekatan yang digunakan untuk masing-masing karakteristik pekerjaan
tersebut akan dijelaskan pada bagian sub-bab berikut ini.

DINAS PERUMAHAN PERMUKIMAN DAN PERTANAHAN


3-1
KABUPATEN BENGKALIS
`
LAPORAN RP2KPKP
PENDAHULUAN PENYUSUNAN REVISI DOKUMEN RP2KPKP KABUPATEN BENGKALIS

3.1.1 Pendekatan RP2KPKP Dalam Skema Program Penanganan Permukiman


Kumuh
Amanat Undang-undang No.1 tahun 2011 dimana penyelenggaraan kawasan
permukiman perlu didasarkan pada suatu dokumen rencana yang terpadu dan
terintegrasi yaitu Rencana Kawasan Permukiman, dapat diartikan pula bahwa dalam
konteks penanganan permukiman kumuh perlu juga memiliki suatu instrumen yang
dapat menaungi upaya pencegahan dan peningkatan permukiman kumuh yaitu
RP2KPKP. Terkait hal ini RP2KPKP diharapkan dapat menjadi:
1. Satu-satunya dokumen yang menjadi acuan Pemerintah Kab./Kota dalam
upaya pencegahan dan peningkatan kualitas permukiman kumuh
2. Dokumen rencana yang mengintegrasikan program-program pencegahan dan
peningkatan kualitas permukiman kumuh (program penanganan permukiman
kumuh dari Pemerintah Kab./Kota, NUSP-SIAP, P2KKP/KOTAKU, program
regular dari APBN/Provinsi, dll)
Dalam hal ini pemerintah daerah (kabupaten/kota) menjadi aktor dan pelaku utama
dalam penanganan permukiman kumuh, mulai dari tahap perencanaan melalui fasilitasi
penyusunan RP2KPKP dari pemerintah pusat, hingga ke pelaksanaan dan
pengelolaannya, terutama terhadap kawasan permukiman kumuh yang memiliki
kompleksitas permasalahan yang relatif ringan, sehingga nantinya penanganannya
dapat dilakukan di tingkat kelurahan.
Pemerintah daerah juga dapat mengakses kemungkinan program penanganan lainnya
yang dicanangkan oleh pemerintah pusat, terutama terhadap kawasan-kawasan
permukiman kumuh yang memiliki kompleksitas permasalahan yang masiv dan
memerlukan keterpaduan penanganan dari sisi pelaku serta sumber pendanaan.

3.1.2 Pendekatan Eksploratif dalam Pengumpulan Data


Pendekatan eksploratif bercirikan pencarian yang berlangsung secara menerus.
Pendekatan ini akan digunakan baik dalam proses pengumpulan data dan informasi
maupun dalam proses analisa dan evaluasi guna perumusan konsep penanganan.

3.1.2.1 Eksplorasi dalam Proses Pengumpulan Data dan Informasi


Dalam proses pengumpulan data dan informasi, pendekatan eksploratif digunakan
mulai dari kegiatan inventarisasi dan pengumpulan data awal, hingga eksplorasi data
dan informasi di lokasi studi yang dilakukan. Sifat pendekatan eksploratif yang menerus
akan memungkinkan terjadinya pembaharuan data dan informasi berdasarkan hasil
temuan terakhir. Pendekatan eksploratif juga memungkinkan proses pengumpulan
data yang memanfaatkan sumber informasi secara luas, tidak terbatas pada ahli yang
sudah berpengalaman dalam bidangnya ataupun stakeholder yang terkait dan terkena
imbas secara langsung dari kegiatan terkait, namun juga dari berbagai literatur baik
dalam bentuk buku maupun tulisan singkat yang memuat teori atau model penanganan
kawasan perkotaan, penanganan lahan perkotaan, dan studi kasus penerapan
kebijakan pengembangan kawasan perkotaan yang telah dilakukan.
Dalam pendekatan eksploratif ini sangat memungkinkan diperoleh informasi-informasi
tambahan yang tidak diduga sebelumnya atau yang tidak pernah dikemukakan dalam
teori-teori yang ada. Informasi yang didapat dengan pendekatan ini bisa bersifat
situasional dan berdasarkan pengalaman sumber.

DINAS PERUMAHAN PERMUKIMAN DAN PERTANAHAN


3-2
KABUPATEN BENGKALIS
`
LAPORAN RP2KPKP
PENDAHULUAN PENYUSUNAN REVISI DOKUMEN RP2KPKP KABUPATEN BENGKALIS

3.1.2.2 Eksplorasi dalam Proses Analisa dan Evaluasi


Eksplorasi dalam proses analisa dan evaluasi dilakukan guna mengelaborasi pokok
permasalahan serta konsep-konsep penanganan dan pengembangan kawasan
perkotaan yang ada berikut dukungan regulasi dan kebijakan. Eksplorasi perlu
mengaitkan konsep-konsep teoritis dengan kondisi dan karakteristik permasalahan
melalui pendalaman pemahaman terhadap lokasi pekerjaan.
Proses eksplorasi ini akan mengkerucut pada suatu bentuk pendekatan yang
konfirmatif dalam menilai keseusaian suatu pola penanganan lahan industri serta
kebutuhan rumusan kebijakan yang dapat mengintervensi permasalahan agar pola
penanganan terpilih dapat diimplementasikan dan mencapai hasil yang optimal.

3.1.3 Pendekatan Studi Dokumenter dalam Identifikasi dan Kajian Materi


Pekerjaan
Pekerjaan ini memiliki kecenderungan sifat studi yang memerlukan dukungan kegiatan
kajian, baik terhadap literatur berupa tulisan, jurnal, dan hasil studi terkait, hingga
berbagai jenis regulasi dan kebijakan yang terkait dengan upaya pengembangan
kawasan khususnya dalam konsep kawasan perkotaan. Untuk itu, diperlukan model
pendekatan studi dokumenter yang akan menginventarisasi dan mengeksplorasi
berbagai dokumen terkait dengan materi pekerjaan. Studi dokumenter memiliki ciri
pendekatan yang mengandalkan dokumen/ data-data sekunder seperti:
1. Peraturan perundangan-undangan dan dokumen kebijakan yang terkait
2. Laporan perencanaan pengembangan kawasan perkotaan pada wilayah lain
(best practice)
3. Teori maupun konsep-konsep pengembangan kawasan perkotaan, termasuk
dalam aspek pendukungnya seperti kelembagaan, pengelolaan kawasan, serta
aspek pembiayaan.

3.1.4 Pendekatan Preskriptif dalam Perumusan Konsep Pengembangan


Kawasan Perkotaan
Pendekatan preskriptif (prescriptive approach) merupakan jenis pendekatan yang
bersifat kualitatif dan dapat memberikan deskripsi analitis untuk menghasilkan
rekomendasi yang bermanfaat dalam mendukung suatu strategi penanganan ataupun
kebijakan. Pendekatan ini bertujuan untuk mengevaluasi dan menilai suatu rencana
alternatif kebijakan untuk kemudian mengeluarkan rekomendasi yang tepat berkaitan
dengan kemungkinan implementasi kebijakan dan program-programnya di masa yang
akan datang. Dengan penggunaan pendekatan preskriptif ini, diharapkan studi tidak
hanya terfokus pada analisa kondisi eksisting, namun juga dapat memperhatikan
potensi implikasi pemanfaatan suatu konsepsi penanganan atau kebijakan.

DINAS PERUMAHAN PERMUKIMAN DAN PERTANAHAN


3-3
KABUPATEN BENGKALIS
`
LAPORAN RP2KPKP
PENDAHULUAN PENYUSUNAN REVISI DOKUMEN RP2KPKP KABUPATEN BENGKALIS

3.1.5 Pendekatan Teknis Perencanaan


Pendekatan perencanaan yang dipakai dalam pekerjaan ini adalah pendekatan dari
segi pemanfaatan daya dukung lahan yang didasarkan pada hubungan antara fungsi-
fungsi yang akan dikembangkan. Tujuan yang ingin dicapai dari pendekatan ini adalah
mendapatkan hasil rancangan yang dapat mencerminkan pola interaksi antara zona-
zona fungsi yang beragam dan jelas dirasakan oleh pemakainya.

3.1.6 Aspek-Aspek yang menjadi Dasar dalam Perancangan


Dibawah ini merupakan aspek-aspek yang dijadikan dasar dalam perencanaan
RP2KPKP adalah:
1. Dari segi fungsi; Kawasan Kawasan Perencanaan harus dapat memenuhi
tuntutan fungsi kawasan sebagai :
 Tempat berkumpulnya kelompok manusia (penghuni) dalam rentang waktu
yang cukup lama;
 Tempat untuk pengembangan perilaku sosial kemasyarakatan/kehidupan
manusia yang melakukan interaksi sosial, budaya maupun ekonomi secara
optimal;
 Dapat memberi nilai positif terhadap lingkungan sekitarnya dan umumnya
terhadap Kawasan Perencanaan;
2. Dari bentuk rancangan tapak, Kawasan Perencanaan harus dapat :
 Mencerminkan fasilitas umum yang efisien dan terencana;
 Sesuai dengan fungsi kegiatan yang dilakukan;
 Mencerminkan kesederhanaan, efisien tanpa mengurangi citra estetis.
Dari segi ekonomi, pembangunan Kawasan Perencanaan harus dapat dilakukan
secara bertahap, ekonomis, serta hasil akhirnya dapat dinikmati masyarakat pengguna
dengan harga terjangkau. Dari segi waktu, perencanaan Kawasan Perencanaan harus
memungkinkan fleksibilitas, baik perluasan, perubahan fungsi maupun variasi
penggunaan sesuai dengan kondisi waktu. Dari segi teknologi, aplikasi perencanaan
Kawasan Perencanaan dalam pembangunannya harus memungkinkan penggunaan
teknologi maju dalam rancang bangun, tetapi juga harus dapat dilakukan dengan
menggunakan teknologi sederhana atau yang sudah ada.

3.1.7 Kriteria Perencanaan Bangunan


Pada dasarnya kriteria perencanaan bangunan yang diterapkan dalam perencanaan
Kawasan Perencanaanini meliputi dua sistem, yaitu:
a. Sistem lingkungan
Merupakan kriteria perencanaan yang berkaitan dengan segi fisik material dalam
bentuk wujud tata letak ataupun fisik bangunan. Pada sistem ini mencakup:
 konteks fisik; klimatologis, geologis, topografis, landuse, bentuk bangunan,
pola sirkulasi dan peraturan-peraturan pemerintah maupun daerah yang
terkait

DINAS PERUMAHAN PERMUKIMAN DAN PERTANAHAN


3-4
KABUPATEN BENGKALIS
`
LAPORAN RP2KPKP
PENDAHULUAN PENYUSUNAN REVISI DOKUMEN RP2KPKP KABUPATEN BENGKALIS

 konteks kebudayaan ; tradisi, cara hidup, hubungan sosial, politik, ekonomi,


religi, ilmu pengetahuan, keindahan (estetis) dan teknologi.
b. Sistem manusia
Merupakan kriteria perencanaan yang berhubungan dengan segi non fisik, yang
merupakan pendekatan dari segi tingkah laku (behavior approach) manusia
sebagai pemakai dari wujud fisik bangunan.Pada sistem ini tercakup :
 Beberapa aktifitas organis: lapar, haus, belanja, interaksi sosial
 Tata ruang : fungsional, teritorial

3.2 Metode Yang Digunakan Dalam Pelaksanaan Kegiatan


Metode pelaksanaan kegiatan didasarkan pada tahapan dan lingkup yang telah
dijelaskan dalam bagian Tanggapan KAK. Sebagaimana dijelaskan, pelaksanaan
kegiatan akan dilakukan dalam 4 tahapan. Tahapan tersebut adalah: Tahap Persiapan,
Tahap Verifikasi Lokasi serta Perumusan Konsep & Strategi, Tahap Perumusan
Rencana Penanganan, dan Tahap Penyusunan Desain Teknis. Untuk tiap lingkup
kegiatan ini terdapat metode yang berbeda-beda, yang dipilih berdasarkan pada
kebutuhan pelaksanaan kegiatan.

3.2.1 Metode Koordinasi Pelaksanaan Kegiatan


Dalam kegiatan koordinasi dilakukan kegiatan fasilitasi dan partisipasi. Metode fasilitasi
dan partisipasi yang digunakan antara lain metode Focus Group Discussion (FGD).
Metode FGD merupakan salah satu teknik yang digunakan untuk menggali data dan
informasi mengenai kendala dan permasalahan terkait dengan pembangunan
perumahan dan infrastruktur perkotaan. Data yang dihasilkan dari FGD umumnya
akurat dan mempunyai validitas tinggi, artinya, informasi yang diberikan peserta diskusi
bisa dipercaya, sebab semua informasi tersebut merupakan hasil kesepakatan seluruh
peserta diskusi kelompok, setelah mempertimbangkan berbagai perbedaan yang ada
meninjaunya secara mendalam dalam diskusi. Apabila ada keraguan mengenai
informasi yang diberikan oleh salah satu peserta, maka peserta lain akan memberikan
koreksi, sehingga terjadi tukar pikiran di masing-masing anggota diskusi. Dengan
demikian informasi terakhir yang ada, telah melalui proses validasi oleh seluruh
anggota diskusi.
Metode ini pada dasarnya bersifat memfasilitasi pembicaraan dan diskusi dalam
kelompok sehingga kelompok tersebut dapat memperdalam wawasan dan
kreativitasnya mengenai pokok-pokok dalam penyusunan RP2KPKP. Metode ini
memberikan kesempatan kepada para anggota kelompok untuk saling bertukar pikiran
tanpa harus bertengkar. Teknik ini juga mengungkapkan batasan-batasan bagi
konsensus yang ingin diambil oleh kelompok tersebut, terkait dengan penyusunan
RP2KPKP. Dengan menyusun diskusi di dalam kelompok, semua anggota kelompok
diberi kesempatan untuk memeriksa bobot suatu pokok bahasan, persoalan atau
pengalaman bersama dalam kurun waktu yang terbatas.
Teknik ini membantu kelompok untuk menempatkan penyusunan RP2KPKP ke dalam
sudut pandang yang sebenarnya dan kemudian membantu kelompok untuk
menanggapinya secara kreatif. Ini dimungkinkan karena para anggota kelompok
diperkenankan untuk saling berbagi serta menjelaskan data dan gagasan yang mereka

DINAS PERUMAHAN PERMUKIMAN DAN PERTANAHAN


3-5
KABUPATEN BENGKALIS
`
LAPORAN RP2KPKP
PENDAHULUAN PENYUSUNAN REVISI DOKUMEN RP2KPKP KABUPATEN BENGKALIS

miliki secara mendalam yang akibatnya bukan hanya memuaskan tetapi juga
memungkinkan terciptanya rasa persatuan yang besar di dalam kelompok. Yang paling
utama, teknik ini memungkinkan semua anggota kelompok untuk memprakarsai dan
turut ambil bagian dalam proses diskusi yang sungguh-sungguh dan produktif

3.2.2 Metode Verifikasi Lokasi serta Perumusan Konsep & Strategi


Dalam identifikasi potensi dan permasalahan, terdapat kebutuhan pengumpulan data
serta analisis potensi dan permasalahan. Berikut adalah metodologi yang digunakan
untuk masing-masing kebutuhan kegiatan tersebut.

3.2.2.1 Metode Pengumpulan Data


Dari hasil telaah awal, Konsultan mengidentifikasi kebutuhan data perencanaan ini
seperti dalam tabel berikut. Kebutuhan data tersebut tidak terpaku pada jenis data yang
tertera pada tabel tersebut setelah melakukan survai dan kajian awal wilayah
perencanaan maka desain kebutuhan data tersebut akan diperbaiki dan dilengkapi
sesuai kebutuhan dan karakteristik spesifik wilayah perencanaan.

Tabel 3.1 Identifikasi Kebutuhan Data dalam Penyusunan RP2KPKP Kabupaten Bengkalis

DINAS PERUMAHAN PERMUKIMAN DAN PERTANAHAN


3-6
KABUPATEN BENGKALIS
`
LAPORAN RP2KPKP
PENDAHULUAN PENYUSUNAN REVISI DOKUMEN RP2KPKP KABUPATEN BENGKALIS

Sumber: Hasil Analisis, 2019

DINAS PERUMAHAN PERMUKIMAN DAN PERTANAHAN


3-7
KABUPATEN BENGKALIS
`
LAPORAN RP2KPKP
PENDAHULUAN PENYUSUNAN REVISI DOKUMEN RP2KPKP KABUPATEN BENGKALIS

A. Pengumpulan data sekunder (survey instansional)


Survai ini dimaksudkan untuk mendapatkan data dan informasi yang telah
terdokumentasikan dalam buku, laporan dan statistik yang umumnya terdapat di
instansi terkait. Di samping pengumpulan data, pada kegiatan ini dilakukan pula
wawancara atau diskusi dengan pihak instansi mengenai permasalahan-
permasalahan di tiap bidang/aspek yang menjadi kewenangannya serta
menyerap informasi mengenai kebijakan-kebijakan dan program yang sedang
dan akan dilakukan terkait penataan bangunan dan lingkungan.

B. Observasi Lapangan
Survai ini dilakukan untuk mendapatkan data terbaru/terkini langsung dari
lapangan atau obyek kajian. Pengumpulan data primer ini sendiri akan dilakukan
melalui 2 metode, yaitu metode observasi langsung ke lapangan, dan metode
penyebaran kuesioner atau wawancara. Penetuan penggunaan kedua metode ini
dilakukan berdasarkan jenis data yang dibutuhkan. Namun demikian ketiganya
diharapkan dapat saling menunjang pengumpulan informasi dan fakta yang
diinginkan. Survai primer yang akan dilakukan terdiri dari 4 tipe survey, yaitu :
1. Survai land use dan bangunan
Survai yang dilakukan adalah pengecekan di lapangan mengenai guna lahan
eksisting serta bangunan penting yang ada di wilayah perencanaan. Data-
data yang diperoleh dari survai ini digunakan untuk menganalisis struktur
ruang eksisting dan kemudian menetapkan struktur tata ruang dan
penggunaan lahan pada tahun yang direncanakan.
2. Survai infrastruktur
Survai ini dilakukan untuk memperoleh data infrastruktur dengan cara
pengamatan lapangan guna menangkap/ menginterpretasikan data-data
sekunder lebih baik. Disamping itu survai ini dilakukan untuk memperoleh
masukan dari para stakeholders terkait mengenai permasalahan dan kondisi
infrastruktur kota yang bersangkutan. Masukan tersebut dapat diperoleh
melalui wawancara maupun penyebaran kuesioner.
3. Survai Transportasi
Survai ini dilakukan untuk memperoleh data dan informasi mengenai
transportasi kota dengan bentuk survai yang dilakukan adalah:
 Pengamatan lapangan untuk mengamati kondisi dan permasalahan
jaringan dan sistem transportasi sehingga dapat menangkap/
menginterpretasikan data-data sekunder lebih baik
 Traffic counting, untuk memperoleh data volume lalu lintas harian rata-
rata (LHR) pada jalan-jalan utama dan persimpangan penting.
4. Survai Pelaku ekonomi
Data dan informasi yang ingin didapat dari kegiatan survai ini adalah data
pelaku, lokasi, kecenderungan dan potensi pasar, rencana, permasalahan
dan keinginan para pelaku tersebut. Pengumpulan data pelaku ekonomi
dilakukan dengan cara :
 Pengamatan lapangan untuk mengamati pola penyebaran dan jenis
intensitas kegiatan ekonomi tersebut

DINAS PERUMAHAN PERMUKIMAN DAN PERTANAHAN


3-8
KABUPATEN BENGKALIS
`
LAPORAN RP2KPKP
PENDAHULUAN PENYUSUNAN REVISI DOKUMEN RP2KPKP KABUPATEN BENGKALIS

 Wawancara/kuesioner terhadap pelaku aktivitas


5. Survai Sosial Kependudukan
Pengumpulan data mengenai sosial kependudukan dilakukan dengan survai
primer dan sekunder, dengan materi yang dikumpulkan adalah data
penduduk dan distribusinya, struktur penduduk, serta sosial
kemasyarakatan. Untuk pengumpulan data yang bersumber langsung dari
masyarakat akan digunakan wawancara semi-terstruktur. Data yang akan
dikumpulkan meliputi jenis data:
 Data fakta, yaitu data faktual berupa data demografis dan data status
lainnya yang melekat pada masyarakat, baik secara individual maupun
kolektif;
 Data sikap, yaitu data mengenai sikap preferensi masyarakat terhadap
kondisi dan aspek pelayanan perkotaan, suasana lingkungan,
kebijaksanaan yang berlaku dan program-program pembangunan yang
akan dilaksanakan, dengan berbagai nilai, seperti suka atau tidak suka,
serta puas atau tidak puas;
 Data pendapat, yaitu data mengenai pendapat masyarakat terhadap
persoalan yang ada pada sistem lingkungan perkotaan. Pernyataan dari
masyarakat mengungkapkan ide serta gagasan masyarakat.
 Data perilaku, yaitu data mengenai perilaku dan tindakan yang dilakukan
masyarakat secara individu terhadap suatu hal.

Dalam teknik wawancara akan menggunakan cara :


 Teknik wawancara langsung pada tempat alamat responden
 Teknik wawancara pada tempat kegiatan masyarakat seperti kampus, jalan,
tempat-tempat umum
 Teknik seminar dengan mengundang responden yang kompeten

Masing-masing teknik di atas akan dipergunakan sesuai dengan karakteristik


responden, efektivitas dan relevansinya dengan variabel pertanyaan. Seperti
telah dipaparkan pada Tabel data-data yang dibutuhkan dapat dikelompokan
menjadi :
Data biofisik adalah lebih bersifat pada keadaan sumberdaya alamnya yang
antara lain:
 Letak dan luas wilayah dan kawasan
 Topografi dan kemiringan lereng
 Geologi, tanah dan geomorfologi
 Data iklim, yang meliputi data curah hujan, kelembaban, temperatur udara
dan jumlah bulan basah/kering (time series : minimal 10 tahun terakhir).
 Data hidrologi.
 Keadaan penutupan lahan (hutan, perkebunan, belukar, alang-alang, dll).
 Keadaan lahan kritis dan penyebarannya

DINAS PERUMAHAN PERMUKIMAN DAN PERTANAHAN


3-9
KABUPATEN BENGKALIS
`
LAPORAN RP2KPKP
PENDAHULUAN PENYUSUNAN REVISI DOKUMEN RP2KPKP KABUPATEN BENGKALIS

 Penggunaan Lahan
 Kondisi liputan lahan
 Data lainnya yang diperlukan (banjir, kekeringan, intensifikasi pertanian,
perkebunan, industri dan sebagainya).

Teknik Pengumpulan Data Bio-Fisik:


 Pengumpulan data bio-fisik dilaksanakan dengan wawancara / mencatat
informasi yang tersedia pada instansi/dinas yang berkompetan atau
langsung di stasiun-stasiun yang bersangkutan atau dengan
menganalisa/interpretasi peta atau citra/foto udara yang tersedia.
 Data iklim dapat diperoleh dari instansi/stasiun iklim yang ada di wilayah DAS
yang bersangkutan atau stasiun terdekat.
 Data iklim yang dikumpulkan sedapat mungkin selama jangka waktu
sekurang-kurangnya 10 tahun terakhir. Data hidrologi dan prasarana
pengairan diperoleh dari Instansi/Dinas Kimpraswil setempat atau instansi
lain.

Data Sosial ekonomi yang diperlukan antara lain:


 Kependudukan (jumlah, kepadatan, laju pertumbuhan)
 Ekonomi dan wisata
 Luas dan Pemilikan lahan
 Kelembagaan/organisasi masyarakat
 Sarana/prasarana penyuluhan dibidang pertanian/kehutanan
 Sarana pendidikan, perhubungan dan sarana perekonomian lainnya

Teknik pengumpulan data sosial ekonomi:


 Data dan informasi keadaan sosial-ekonomi penduduk dapat berupa data
primer maupun data sekunder (statistik).
 Data primer diperoleh dengan cara sampling terhadap pengusaha industri,
buruh dan pelaku industri lainnya yang terkait dengan Kawasan
Perencanaan.
 Data sosial ekonomi diperoleh dari instansi/dinas yang terkait..

DINAS PERUMAHAN PERMUKIMAN DAN PERTANAHAN


3 - 10
KABUPATEN BENGKALIS
`
LAPORAN RP2KPKP
PENDAHULUAN PENYUSUNAN REVISI DOKUMEN RP2KPKP KABUPATEN BENGKALIS

Berikut tabel-tabel dan format identifikasi yang akan digunakan pada kegiatan
Pendampingan Penyusunan RP2KPKP.

FORM ISIAN BASIS DATA KUMUH

DINAS PERUMAHAN PERMUKIMAN DAN PERTANAHAN


3 - 11
KABUPATEN BENGKALIS
`
LAPORAN RP2KPKP
PENDAHULUAN PENYUSUNAN REVISI DOKUMEN RP2KPKP KABUPATEN BENGKALIS

Form B DATA PROFIL KAWASAN PERMUKIMAN KUMUH


I. Data umum Kawasan Permukiman Kumuh
1. Nama Kawasan Permukiman Kumuh
2. Lokasi Kawasan Permukiman Kumuh

DINAS PERUMAHAN PERMUKIMAN DAN PERTANAHAN


3 - 12
KABUPATEN BENGKALIS
`
LAPORAN RP2KPKP
PENDAHULUAN PENYUSUNAN REVISI DOKUMEN RP2KPKP KABUPATEN BENGKALIS

DINAS PERUMAHAN PERMUKIMAN DAN PERTANAHAN


3 - 13
KABUPATEN BENGKALIS
`
LAPORAN RP2KPKP
PENDAHULUAN PENYUSUNAN REVISI DOKUMEN RP2KPKP KABUPATEN BENGKALIS

3.2.2.2 Tabulasi & Kompilasi Data


Setelah data-data diperoleh, kemudian dilakukan akurasi atau kesahihan data melalui
metode pengujian-pengujian statistika dan tahun pembuatan data untuk mengetahui
apakah data-data tersebut sesuai dengan kondisi kawasan sebenarnya.
Semua data dan informasi yang telah diperoleh dari hasil kegiatan pengumpulan data
dan survai kemudian dikompilasikan. Pada dasarnya kegiatan kompilasi data ini
dilakukan dengan cara mentabulasi dan mengsistematisasi data-data tersebut dengan
menggunakan cara komputerisasi.
Hasil dari kegiatan ini adalah tersusunnya data dan informasi yang telah diperoleh
sehingga akan mempermudah pelaksanaan kegiatan selanjutnya yaitu analisis.
Penyusunan data itu sendiri akan dibagi atas dua bagian. Bagian pertama adalah data
dan informasi mengenai kondisi regional (kondisi makro) dan bagian kedua adalah data
dan informasi mengenai kondisi lokal kawasan Kawasan Perencanaansendiri (kondisi
mikro).

DINAS PERUMAHAN PERMUKIMAN DAN PERTANAHAN


3 - 14
KABUPATEN BENGKALIS
`
LAPORAN RP2KPKP
PENDAHULUAN PENYUSUNAN REVISI DOKUMEN RP2KPKP KABUPATEN BENGKALIS

Metoda pengolahan dan kompilasi data yang dipergunakan adalah sebagai berikut :
1. Mengelompokan data dan informasi menurut kategori aspek kajian seperti :
data fisik dan penggunaan lahan, data transportasi, data kependudukan dll
2. Menyortir data-data setiap aspek tersebut agar menjadi sederhana dan tidak
duplikasi
3. Mendetailkan desain pengolahan dan kompilasi data dari desain studi awal
sehingga tercipta form-form isian berupa tabel-tabel, konsep isian, peta tematik
dll
4. Mengisi dan memindahkan data yang telah tersortir ke dalam tabel-tabel isian
dan peta isian tematik
5. Melakukan pengolahan data berupa penjumlahan, pengalian, pembagian,
prosentase dsb baik bagi data primer maupun sekunder
Setelah seluruh tabel dan peta terisi, maka langkah selanjutnya adalah membuat uraian
deskriptif penjelasannya ke dalam suatu laporan yang sistematis per-aspek kajian dan
menuangkan informasi kedalam analisis konsep-konsep pengembangan kawasan
mikro dan makro. Termasuk dalam laporan tersebut adalah uraian kebijaksanaan dan
program setiap aspek.

3.2.3 Metode Analisis


Kelanjutan dari proses kompilasi dan tabulasi adalah proses analisis. Ada empat hal
utama yang perlu dinilai dalam analisis ini yaitu :
1. Analisis keadaan dasar yaitu menilai kondisi eksisting pada saat sekarang;
2. Analisis kecenderungan perkembangan yaitu menilai kecenderungan sejak masa
lalu sampai sekarang dan kemungkinan-kemungkinannya di masa depan,
terutama pengaruh tumbuhnya fungsi baru khususnya pada pelayanan kabupaten;
3. Analisis sistem serta kebutuhan ruang yaitu menilai hubungan ketergantungan
antar sub sistem atau antar fungsi, dan pengaruhnya apabila sub sistem atau
fungsi baru itu berkembang, serta perhitungan ruang dalam kawasan sebagai
akibat perkembangan di masa depan;
4. Analisis kemampuan pengelolaan pembangunan daerah yaitu menilai kondisi
keuangan Daerah, organisasi pelaksana dan pengawasan pembangunan,
personalia, baik pada saat sekarang maupun yang diperlukan di masa depan.

3.2.3.1 Metoda Analisis Penentuan Kebutuhan Pencegahan & Peanganan


Kegiatan analisis ini, secara substansi terbagi menjadi dua yaitu: analisis internal dan
analisis eksternal. Analisis Eksternal menyangkut analisis terhadap kedudukan
kawasan dalam konstelasi makro dikaitkan dengan kebijakan pembangunan Kawasan
Perencanaan, baik kebijakan spasial (RTRW) maupun kebijakan sektoral serta analisis
terhadap kedudukan kawasan dalam konteks keruangan makro, yaitu menyangkut
aksesibilitas eksternal kawasan dan dukungan infrastruktur terhadap kawasan
Kawasan Perencanaan. Analisis internal tapak terkait dengan kondisi eksisting dari
kawasan perencanaan. Analisis internal selalu menjadi aspek yang penting dalam
proses perancangan sebuah tapak. Pertimbangan ini mencakup analisis mikro dan

DINAS PERUMAHAN PERMUKIMAN DAN PERTANAHAN


3 - 15
KABUPATEN BENGKALIS
`
LAPORAN RP2KPKP
PENDAHULUAN PENYUSUNAN REVISI DOKUMEN RP2KPKP KABUPATEN BENGKALIS

makro iklim, berbagai ekosistem dan keterkaitannya, hidrologi permukaan, vegetasi


dan kondisi bawah tanah permukaan. Semua pertimbangan ini menuntut analisis dan
penelitian yang ekstensif dan mendetail untuk menghasilkan data-data yang akurat.

Form Overview Kebijakan dan Program/Kegiatan Sektoral Penanganan Kawasan


Kumuh Kota
Kabupaten/Kota : ……………………

A. Overview Kebijakan
Komponen Sumber dana
No Produk hukum Kebijakan Tujuan Strategi & Rencana
Program & Waktu
1
2
3
4
5
Dst

B. Overview Program/Kegiatan Sektor Penanganan Permukiman Kumuh


Program Lokasi & Luas Komponen
Skala penanganan
kegiatan Lokasi kumuh Penanganan Sumber infrastruktur
No (kawasan/lingkungan) Tahun
/sektoral (Kelurahan/Desa0 (cakupan dana
**)
*) Pelayanan)
1
2
3
4
5
Dst
Catatan
*) - Overview yang dilakukan mencakup program/kegiatan yang dilaksanakan oleh Pemerintah, Pemerintah
Provinsi, Pemerintah Kabupaten/Kota dan keterlibatan swasta
- Overview Program/Kegiatan Sektor Penanganan Permukiman Kumuh meliputi Program/Kegiatan yang
telah/sedang berjalan dan yang masih dalam tahap rencana
**) Skala Penanganan yang dimaksud adalah menyesuaikan dengan fungsi dan pengelolaan infrastruktur
tersebut.

3.2.3.2 Metoda Penentuan Kawasan Penanganan Prioritas


Metode untuk penentuan kawasan penanganan prioritas di dalam rangkaian kegiatan
Penyusunan RP2KPKP Kabupaten Bengkalis dilakukan dengan menggunakan metode
skoring dan pembobotan. Metode skoring dan pembobotan yang digunakan adalah
metode skoring dan pembobotan yang sifatnya sederhana dan mudah
implementasinya. Hal ini dimaksudkan untuk mempermudah implementasinya
mengingat proses penyusunan RP2KPKP dilakukan secara partisipatif dengan
melibatkan seluruh stakeholder yang terkait. Metode ini dilakukan dengan memberikan
nilai pada masing-masing alternatif pemecahan masalah yang telah dirumuskan
sebelumnya berdasarkan kriteria-kriteria kebutuhan penanganan yang dihasilkan dari
tahap analisis kebutuhan diatas. Adapun urutan yang dihasilkan akan menjadi urutan
prioritas program penanganan yang akan ditindaklanjuti sesuai dengan tahapan waktu
berdasarkan kebutuhan yang mendesak.

DINAS PERUMAHAN PERMUKIMAN DAN PERTANAHAN


3 - 16
KABUPATEN BENGKALIS
`
LAPORAN RP2KPKP
PENDAHULUAN PENYUSUNAN REVISI DOKUMEN RP2KPKP KABUPATEN BENGKALIS

Metoda ini digunakan untuk menilai prioritas penanganan sehingga dapat ditentukan
kawasan yang dapat menentukan fungsi kota yang bersangkutan. Dari hasil penilaian
ini pula dapat ditentukan tingkat kebutuhan yang harus dipenuhi pada masa yang akan
datang.
Indikasi kawasan prioritas yang terpilih melalui proses penentuan kawasan pada tahun
pertama dilakukan proses perangkingan untuk menentukan urutan prioritas
(prioritasasi) penanganan. Urutan prioritas dalam konteks ini dipahami sebagai urutan
untuk ditangani terlebih dahulu dibandingkan yang lain karena tingkat urgenitas dan
tingkat pengaruhnya yang tinggi terhadap perwujudan pembangunan kawasan
permukiman perkotaan secara keseluruhan. Terkait dengan hal ini, suatu kawasan
dapat diprioritaskan terlebih dahulu untuk ditangani apabila:
 adanya jaminan keberlanjutan penanganan;
 adanya dukungan sumber daya, baik sumber daya alam maupun sumber daya
manusia;
 belum adanya program-program penanganan bidang cipta karya yang pernah
masuk;
 adanya dominasi permasalahan terkait dengan bidang cipta karya; dan
 memiliki multiplier effect dalam penanganan permasalahan dan menstimulasi
pembangunan dan pengembangan wilayah secara keseluruhan.
Mengacu pada keenam prasyarat tersebut, maka dasar pertimbangan digunakan untuk
penentuan urutan prioritas dari indikasi kawasan prioritas yang mana Tahap ini akan
menjadi saringan awal penilaian lokasi permukiman kumuh berdasarkan kompleksitas
permasalahan yang ada di lokasi permukiman kumuh yang telah teridentifikasi pada
tahap sebelumnya adalah sebagai berikut:
Penilaian lokasi dilakukan untuk menilai hasil identifikasi lokasi terhadap aspek:
1. Kondisi Kekumuhan
Penilaian lokasi berdasarkan aspek permasalahan kekumuhan terdiri atas
klasifikasi:
 Kumuh kategori ringan;
 Kumuh kategori sedang; dan
 Kumuh kategori berat.
2. Legalitas Lahan
Penilaian lokasi berdasarkan aspek legalitas lahan terdiri atas klasifikasi:
 Status lahan legal; dan
 Status lahan tidak legal.
3. Pertimbangan Lain
Penilaian berdasarkan aspek pertimbangan lain terdiri atas:
 Pertimbangan lain kategori rendah;
 Pertimbangan lain kategori sedang; dan
 Pertimbangan lain kategori tinggi.

DINAS PERUMAHAN PERMUKIMAN DAN PERTANAHAN


3 - 17
KABUPATEN BENGKALIS
`
LAPORAN RP2KPKP
PENDAHULUAN PENYUSUNAN REVISI DOKUMEN RP2KPKP KABUPATEN BENGKALIS

3.2.3.3 Perumusan Kebutuhan Pencegahan Dan Peningkatan Kualitas


Permukiman Kumuh
Merupakan proses identifikasi untuk memperkirakan kebutuhan penanganan dalam
konteks pencegahan dan peningkatan kualitas permukiman kumuh baik itu pada skala
kota/perkotaan maupun skala kawasan berdasarkan rumusan isu, potensi,
permasalahan, dan hasil pemutakhiran profil permukiman kumuh.
Tujuan dari perumusan kebutuhan pencegahan dan peningkatan kualitas permukiman
kumuh yakni untuk memperoleh daftar kebutuhan penanganan dalam konteks
pencegahan dan peningkatan kualitas permukiman kumuh baik itu pada skala
kota/perkotaan maupun skala kawasan berdasarkan rumusan isu, potensi,
permasalahan, dan hasil pemutakhiran profil permukiman kumuh pada tahapan
sebelumnya.
Kebutuhan penanganan pada skala kota/perkotaan dirumuskan berdasarkan kondisi
faktual dan isu strategis serta kebijakan penanganan permukiman kumuh hasil
overview yang telah teridentifikasi pada tahap sebelumnya.
Kebutuhan penanganan pada skala kawasan dirumuskan berdasarkan profil dan
permasalahan permukiman kumuh yang telah dimutakhirkan dan diverifikasi sesuai
dengan 7 (tujuh) indikator kekumuhan. Hasil dari perumusan kebutuhan pencegahan
ini ialah terumuskannya strategi pencegahan dan peningkatan kualitas permukiman
kumuh.

3.2.4 Metode Perumusan Rencana Penanganan


Metode Analisis SWOT:
Dalam pekerjaan ini analisis yang dilakukan menggunakan model SWOT
(Strengthness, Weakness, Opportunity, and Threatness) yaitu suatu analisis yang
bertujuan mengetahui potensi dan kendala yang dimiliki suatu kawasan, sehubungan
dengan kegiatan pengembangan kawasan yang akan dilakukan di masa datang.
Analisis ini meliputi tinjauan terhadap :
1. Kekuatan-kekuatan (strengthness) yang dimiliki kota, yang dapat memacu dan
mendukung perkembangan kawasan Kawasan Perencanaan, misalnya
kebijaksanaan-kebijaksanaan pengembangan yang dimiliki, aspek lokasi yang
strategis, dan ruang yang masing tersedia;
2. Kelemahan-kelemahan (weakness) yang ada yang dapat menghambat
pengembangan kota, baik hambatan dan kendala fisik kawasan maupun non
fisik, misalnya kemampuan sumber daya manusia, aspek lokasi, keterbatasan
sumber daya alam pendukung, keterbatasan/ketidakteraturan ruang kegiatan,
atau pendanaan pembangunan yang terbatas;
3. Peluang-peluang (opportunity) yang dimiliki untuk melakukan pengembangan
kawasan, berupa sektor-sektor dan kawasan strategis;
4. Ancaman-ancaman (threatness) yang dihadapi, misalnya kompetisi tidak sehat
dalam penanaman investasi, pembangunan suatu kegiatan baru atau
pertumbuhan dinamis di sekitar kawasan yang dapat mematikan kelangsungan
kegiatan strategis yang telah ada.

DINAS PERUMAHAN PERMUKIMAN DAN PERTANAHAN


3 - 18
KABUPATEN BENGKALIS
`
LAPORAN RP2KPKP
PENDAHULUAN PENYUSUNAN REVISI DOKUMEN RP2KPKP KABUPATEN BENGKALIS

Tabel 3.2 Matrik Swot

3.2.5 Metode Penyusunan Desain Teknis


3.2.5.1 Pendekatan Teknis
A. Peraturan dan Standar Teknis
Peraturan dan standar teknis yang dipergunakan oleh Konsultan dalam
pelaksanaan pekerjaan ini pada dasarnya adalah standar-standar dan kriteria-
kriteria teknis yang berlaku umum di Indonesia.
B. Sistematika Pelaksanaan Pekerjaan DED
Pada dasarnya sistematika pelaksanaan pekerjaan adalah menyesuaikan dengan
ruang lingkup pekerjaan dari komponen program fisik terpilih. Oleh karena itu
pelaksanaan pekerjaan ini terbagi ke dalam tahapan-tahapan sebagai berikut :
1. Kegiatan Persiapan
2. Pengumpulan Data Primer
 Survei Pendahuluan
 Survei Teristis / Pemetaan Teristis
 Survei Hidrologi, Geotek dan Mekanika Tanah; sesuai kebutuhan
komponen yang direncanakan.
 Survei Sosial, Ekonomi dan Lingkungan (terutama terkait aset masyarakat
yang terkena komonen program)
3. Pengolahan /Analisis Data
 Analisis struktur,
 Geoteknik,
 Hidrolika,
 dll, sesuai kebutuhan komponen infrastruktur yang direncanakan
4. Perencanaan Fisik
 Penyusunan System Planning
 Detail Desain Bangunan
 Pembuatan Gambar Rencana Teknis
5. Analisis Anggaran Biaya
6. Penyusunan RKS

DINAS PERUMAHAN PERMUKIMAN DAN PERTANAHAN


3 - 19
KABUPATEN BENGKALIS
`
LAPORAN RP2KPKP
PENDAHULUAN PENYUSUNAN REVISI DOKUMEN RP2KPKP KABUPATEN BENGKALIS

3.2.5.2 Kegiatan Persiapan


Pekerjaan ini meliputi pengurusan surat-menyurat dan dokumen administrasi
sehubungan dengan pelaksanaan pekerjaan. Jenis surat yang diperlukan pada tahap
ini berupa surat tugas Konsultan dan surat pengantar dari pihak Direksi maupun
Konsultan, yang ditujukan untuk instansi terkait dan berwenang di wilayah studi.
Pelaksanaan pengurusan administrasi dimaksudkan untuk memudahkan kelancaran
pekerjaan, terutama berkaitan dengan pengumpulan data dan pekerjaan di lapangan.

3.2.5.3 Koordinasi Dengan Instansi Terkait dan Persiapan Survei


Sebelum memulai kegiatan pekerjaan di lapangan, Konsultan akan melakukan
koordinasi dengan instansi Pemberi Tugas untuk menyamakan persepsi tentang
maksud, tujuan dan sasaran pakerjaan serta sebagai perkenalan dengan staf instansi
/Pemda yang ditunjuk oleh intansi Pemberi Tugas untuk turut terlibat dalam pekerjaan
ini.
Persiapan survei meliputi:
1. Pembuatan program kerja (jadwal kerja).
2. Penjadwalan penugasan personil.
3. Pembuatan peta kerja.
4. Pemeriksaan peralatan survei yang akan digunakan.
5. Penyiapan peralatan survei dan personil.
6. Penyusunan daftar teknis yang diperlukan.
7. Pengambilan dan pengkajian laporan terdahulu.

3.2.5.4 Pengumpulan Data Sekunder


Data sekunder yang harus dikumpulkan terdiri atas :
1. Data Klimatologi
Data-data yang termasuk data klimatologi adalah data curah hujan, temperatur,
data angin jam-jaman minimal 10 tahun temperatur dan sebagainya yang
didapat dari BMG pusat atau lokal.
2. Data dan Peta Hidrologi-Oseanografi (pada permukiman pesisir)
3. Citra Satelit
4. Geologi, (pada kawasan permukiman rawan bencana)
5. Informasi kondisi bangunan eksisting. Kondisi struktur, posisi dan tata letak
serta status bangunan (dibangun oleh siapa dan waktu pembangunan dan
informasi lainnya).
6. Informasi kondisi kerusakan infrastruktur. Tingkat kerusakan, penyebab
kerusakan (bencana alam, galian dll).
7. Data harga bahan dan upah yang didapat dari dinas PU setempat.

DINAS PERUMAHAN PERMUKIMAN DAN PERTANAHAN


3 - 20
KABUPATEN BENGKALIS
`
LAPORAN RP2KPKP
PENDAHULUAN PENYUSUNAN REVISI DOKUMEN RP2KPKP KABUPATEN BENGKALIS

3.2.5.5 Pengumpulan Data Primer


A. Survei Pendahuluan
Survei ini dimaksudkan untuk menginventarisasi dan mengidentifikasi kerusakan
pantai di lokasi pekerjaan serta menentukan referensi untuk pengukuran, batas
lokasi survei lapangan yang akan dilakukan selanjutnya.
Survei Pendahuluan adalah peninjauan lapangan pada lokasi dan sekitarnya
sesuai tinjauan kawasan permukiman prioritas. Survei lapangan pendahuluan
dilakukan untuk mengetahui kondisi umum lokasi kajian serta untuk memperoleh
gambaran umum tentang permasalahan yang tengah dihadapi serta potensi
sumber daya air yang ada, yang terkait dengan kajian yang akan dilakukan. Dalam
survei ini juga dilakukan wawancara dengan instansi terkait, terutama Dinas
Pekerjaan Umum Propinsi maupun Kota /Kabupaten yang dikaji, dan instansi lain
serta masyarakat di lokasi yang dikunjungi.
Orientasi lapangan meliputi kegiatan klarifikasi terhadap aspek : kelaikan peta
dasar, kondisi fisik dan sosial ekonomi serta gambaran umum pantai. Hasil
kunjungan lapangan ini dijadikan masukan dalam menyusun rencana kerja
pelaksanaan survei dan metoda kerja yang akan dilaksanakan. Atau dengan kata
lain, orientasi ini untuk mengetahui situasi lapangan, batas yang diukur sesuai
dengan petunjuk Direksi, serta melaksanakan sinkronisasi rencana kerja dengan
kondisi lapangan. Hasil dari survei pendahuluan ini adalah gambaran kondisi
eksisting dan gambaran kemungkinan pola pengamanannya.

B. Survei Pemetaan Teristis


Survei ini bertujuan untuk memperoleh gambaran kondisi rupa bumi di lokasi
pekerjaan dan daerah di sekitarnya beserta dengan obyek-obyek infrastruktur dan
bangunan-bangunan penting didalamnya dalam rupa situasi dan ketinggian serta
posisi kenampakan. Hasil survei ini akan menjadi tambahan data dari data yang
sudah ada hasil dari survei pada pekerjaan sebelumnya.

B.1 Pengukuran Pengikatan


Salah satu kegiatan survei topografi adalah pengukuran pengikatan yaitu
pengukuran untuk mendapatkan titik-titik referensi posisi horisontal dan
posisi vertikal.
a. Peralatan
Peralatan yang digunakan untuk kegiatan survei pengukuran pengikatan
adalah:
 1 unit Theodolite T2 (untuk posisi horisontal)
 1 unit waterpass NAK (untuk posisi vertikal)
 1 buah pita baja 50 m
 2 set bak ukur

DINAS PERUMAHAN PERMUKIMAN DAN PERTANAHAN


3 - 21
KABUPATEN BENGKALIS
`
LAPORAN RP2KPKP
PENDAHULUAN PENYUSUNAN REVISI DOKUMEN RP2KPKP KABUPATEN BENGKALIS

b. Metoda Pelaksanaan
 Titik Referensi Posisi Horisontal/Koordinat (X,Y)
Untuk pekerjaan ini dibuat dua buah BM. Dalam proses pemetaan
BM.1 dipakai sebagai referensi horisontal (X,Y). BM ini harus
diikatkan terlebih dahulu terhadap BM yang ada dilapangan yang
sudah memiliki nilai koordinat global. BM yang lain diikatkan
terhadap BM.1 ini. Titik-titik referensi ini dilalui atau termasuk dalam
jaringan pengukuran poligon, sehingga merupakan salah satu titik
poligon.
 Titik Referensi Posisi Vertikal (Z)
Sebagai referensi ketinggian digunakan elevasi yang sudah
tersimpan pada BM di lapangan, yang juga digunakan pada
pekerjaan terdahulu, yang mempunyai datum (elevasi 0.00 m) pada
Lowest Low Water Level (LLWL) pasang surut.

B.2 Pemasangan Bench Mark dan Patok-Patok Kayu


Pemasangan Bench Mark (BM) harus bersamaan pada waktu pematokan
polygon, sehingga BM tersebut langsung terukur pada waktu pengukuran
sudut dan waterpass.
Bench Mark harus dibuat dari bahan campuran beton dengan ukuran 20 x
20 x 100 cm (memakai tulangan), yang di atas tanah 25 cm sedangkan
tertanam 75 cm, bersamaan patok Control Point (CP). Pengamatan matahari
dilakukan disetiap BM ke CP. Bahan patok-patok kayu harus dipilih yang
berkualitas baik, ukuran 5 x 7 x 60 cm. Jumlah BM yang terpasang
dikonsultasikan dengan Direksi dan Pengawas dan diusahakan dipasang
pada daerah yang strategis (aman dan mudah dicari). Pemasangannya
sedemikian sehingga cukup kokoh atau tidak goyah selama periode
pelaksanaan berlangsung. Jarak antara dua patok untuk polygon dan
waterpass adalah 20-25 m.
Sebagai titik pengikatan dalam pengukuran topografi perlu dibuat bench
mark (BM) dibantu dengan control point (CP) yang dipasang secara teratur
dan mewakili kawasan secara merata. Kedua jenis titik ikat ini mempunyai
fungsi yang sama, yaitu untuk menyimpan data koordinat, baik koordinat
(X,Y) maupun elevasi (Z).
Mengingat fungsinya tersebut maka patok-patok beton ini diusahakan
ditanam pada kondisi tanah yang stabil dan aman. Kedua jenis titik ikat ini
diberi nomenklatur atau kode, untuk memudahkan pembacaan peta yang
dihasilkan. Disamping itu perlu pula dibuat deskripsi dari kedua jenis titik ikat
yang memuat sketsa lokasi dimana titik ikat tersebut dipasang dan nilai
koordinat maupun elevasinya.

DINAS PERUMAHAN PERMUKIMAN DAN PERTANAHAN


3 - 22
KABUPATEN BENGKALIS
`
LAPORAN RP2KPKP
PENDAHULUAN PENYUSUNAN REVISI DOKUMEN RP2KPKP KABUPATEN BENGKALIS

B.3 Pengukuran Poligon


a. Peralatan
Peralatan yang digunakan untuk kegiatan survei ini adalah:
 1 Unit Theodolite T2
 1 buah pita baja 50 m
 1 set bak ukur
b. Metoda Pelaksanaan
Dalam rangka penyelenggaraan kerangka dasar peta, dalam hal ini
kerangka dasar horisontal/posisi horisontal (X,Y) digunakan metoda
poligon. Dalam pengukuran poligon ada dua unsur penting yang perlu
diperhatikan yaitu jarak dan sudut jurusan yang akan diuraikan dalam
penjelasan di bawah ini.
Dalam pembuatan titik dalam jaringan pengukuran poligon, titik-titik
poligon tersebut berjarak sekitar 50 meter.
 Pengukuran Jarak
Pada pelaksanaan pekerjaan, pengukuran jarak dilakukan dengan
menggunakan pita ukur 100 m. Tingkat ketelitian hasil pengukuran
jarak dengan menggunakan pita ukur, sangat bergantung kepada:
- Cara pengukuran itu sendiri
- Keadaan permukaan tanah
Khusus untuk pengukuran jarak pada daerah yang miring dilakukan
dengan cara seperti yang digambarkan pada Gambar dibawah ini.

Gambar 3.1 Pengukuran jarak pada daerah miring.

Untuk meningkatkan ketelitian pengukuran jarak, juga dilakukan


pengukuran jarak optis hasil pembacaan rambu ukur sebagai koreksi.

DINAS PERUMAHAN PERMUKIMAN DAN PERTANAHAN


3 - 23
KABUPATEN BENGKALIS
`
LAPORAN RP2KPKP
PENDAHULUAN PENYUSUNAN REVISI DOKUMEN RP2KPKP KABUPATEN BENGKALIS

B.4 Pengukuran Sudut Jurusan


Sudut jurusan sisi-sisi poligon yaitu besarnya bacaan lingkaran horisontal
alat ukur sudut pada waktu pembacaan ke suatu titik. Besarnya sudut jurusan
ditentukan berdasarkan hasil pengukuran sudut mendatar di masing-masing
titik poligon.
Pembacaan sudut jurusan dilakukan dalam posisi teropong biasa dan luar
biasa. Spesifikasi teknis pengukuran poligon adalah sebagai berikut:
 Jarak antara titik-titik poligon adalah 50 meter.
 Alat ukur sudut yang digunakan Theodolite T2.
 Alat ukur jarak yang digunakan pita ukur 100 meter.
 Jumlah seri pengukuran sudut 4 seri (B1, B2, LB1, LB2).
 Selisih sudut antara dua pembacaan < 5” (lima detik).
 Ketelitian jarak linier (K1).

Gambar 3.2 Pengukuran sudut jurusan.

B.5 Pengamatan Azimuth Astronomis


Disamping untuk mengetahui arah/azimuth awal, pengamatan matahari
dilakukan untuk tujuan sebagai berikut:
 Sebagai koreksi azimuth guna menghilangkan kesalahan akumulatif
pada sudut-sudut terukur dalam jaringan poligon.
 Untuk menentukan arah/azimuth titik-titik kontrol/poligon yang tidak
terlihat satu dengan yang lainnya.
 Penentuan sumbu X untuk koordinat bidang datar pada pekerjaan
pengukuran yang bersifat lokal/koordinat lokal.

DINAS PERUMAHAN PERMUKIMAN DAN PERTANAHAN


3 - 24
KABUPATEN BENGKALIS
`
LAPORAN RP2KPKP
PENDAHULUAN PENYUSUNAN REVISI DOKUMEN RP2KPKP KABUPATEN BENGKALIS

 Metodologi pengamatan azimuth astronomis diilustrasikan pada


gambar di bawah ini.

Gambar 3.3 Pengamatan azimuth astronomis

Dengan memperhatikan metoda pengamatan azimuth astronomis pada


gambar diatas azimuth target ( T) adalah:

Pengukuran azimuth matahari dilakukan pada jalur poligon utama terhadap


patok terdekat dengan titik pengamatan pada salah satu patok yang lain.

B.6 Pengukuran Sipat Datar


Kerangka dasar vertikal diperoleh dengan melakukan pengukuran sipat datar
pada titik-titik jalur poligon. Jalur pengukuran dilakukan tertutup (loop), yaitu
pengukuran dimulai dan diakhiri pada titik yang sama. Pengukuran beda
tinggi dilakukan double stand dan pergi pulang. Seluruh ketinggian di
traverse net (titik-titik kerangka pengukuran) telah diikatkan terhadap BM.
Penentuan posisi vertikal titik-titik kerangka dasar dilakukan dengan
melakukan pengukuran beda tinggi antara dua titik terhadap bidang referensi
seperti diilustrasikan pada gambar berikut.

DINAS PERUMAHAN PERMUKIMAN DAN PERTANAHAN


3 - 25
KABUPATEN BENGKALIS
`
LAPORAN RP2KPKP
PENDAHULUAN PENYUSUNAN REVISI DOKUMEN RP2KPKP KABUPATEN BENGKALIS

Gambar 3.4 Pengukuran sipat datar.

Spesifikasi teknis pengukuran sipat datar adalah sebagai berikut :


 Jalur pengukuran dibagi menjadi beberapa seksi.
 Tiap seksi dibagi menjadi slag yang genap.
 Setiap pindah slag rambu muka menjadi rambu belakang dan rambu
belakang menjadi rambu muka.
 Pengukuran dilakukan double stand pergi pulang pembacaan rambu
lengkap benang atas, benang tengah, dan benang bawah.
 Selisih pembacaan stand 1 dengan stand 2 lebih kecil atau sama
dengan 2 mm.
 Jarak rambu ke alat maksimum 75 m.
 Setiap awal dan akhir pengukuran dilakukan pengecekan garis bidik.
 Toleransi salah penutup beda tinggi (T) ditentukan dengan rumus
berikut:

dimana :
D = Jarak antara 2 titik kerangka dasar vertikal dalam satuan km.

Hasil pengukuran lapangan terhadap kerangka dasar vertikal diolah


dengan menggunakan spreadsheet sebagaimana kerangka
horisontalnya. Dari hasil pengolahan tersebut didapatkan data
ketinggian relatif pada titik-titik patok terhadap bench mark acuan.
Ketinggian relatif tersebut pada proses selanjutnya akan dikoreksi
dengan pengikatan terhadap elevasi muka air laut paling surut (Lowest
Low Water Level - LLWL) yang dihitung sebagai titik ketinggian nol
(+0.00).

DINAS PERUMAHAN PERMUKIMAN DAN PERTANAHAN


3 - 26
KABUPATEN BENGKALIS
`
LAPORAN RP2KPKP
PENDAHULUAN PENYUSUNAN REVISI DOKUMEN RP2KPKP KABUPATEN BENGKALIS

C. Pengukuran Situasi Detail


Penentuan situasi dilakukan untuk mengambil data rinci lapangan, baik obyek alam
maupun bangunan-bangunan, jembatan, jalan dan sebagainya. Obyek-obyek
yang diukur kemudian dihitung harga koordinatnya (x,y,z). Untuk selanjutnya garis
kontur untuk masing-masing ketinggian dapat ditentukan dengan cara interpolasi.
1. Peralatan
Peralatan yang digunakan untuk kegiatan survei ini adalah:
 2 unit Theodolite T0
 2 buah pita baja 50 meter
 2 set bak ukur
2. Metoda Pelaksanaan
Pengukuran situasi rinci dilakukan dengan cara tachymetri dengan
menggunakan alat ukur Theodolite kompas (T0). Dengan cara ini diperoleh
data-data sebagai berikut:
 Azimuth magnetis
 Pembacaan benang diafragma (atas, tengah, bawah)
 Sudut zenith atau sudut miring
 Tinggi alat ukur

D. Penggambaran
Setelah perhitungan-perhitungan koordinat selesai, sambil menunggu hasil
perhitungan elevasi dan titik-titik detail, pengeplotan koordinat dengan sistem
grafis tidak diperbolehkan.
Seperti pekerjaan-pekerjaan pengukuran dan perhitungan, pekerjaan
penggambaran ini harus dipimpin oleh seorang koordinator yang berpengalaman,
hal ini dimaksudkan agar dapat terkoordinir dengan baik serta hasil survei yang
maksimum dengan waktu yang tepat.
Ketentuan gambar sebagai berikut :
1. Garis silang grid dibuat setiap 10 cm arah x dan arah y.
2. Gambar konsep (draft) harus diperiksa terlebih dahulu kepada Direksi
sebelum digambar final pada kertas 80/90 gram.
3. Semua BM baik yang lama maupun yang baru atau yang digunakan sebagai
BM referensi harus digambar pada peta lengkap dengan ketinggiannya.
4. Pada tiap kelipatan 2,5 m, garis kontur dibuat tebal dan dilengkapi dengan
elevasinya.
5. Setiap lembar gambar dilengkapi dengan arah orientasi, daftar legenda,
nomor urut dan jumlah lembar serta titik referensi yang digunakan lengkap
dengan data x, y dan z nya.

DINAS PERUMAHAN PERMUKIMAN DAN PERTANAHAN


3 - 27
KABUPATEN BENGKALIS
`
LAPORAN RP2KPKP
PENDAHULUAN PENYUSUNAN REVISI DOKUMEN RP2KPKP KABUPATEN BENGKALIS

3.2.5.6 Analisis Data Sekunder


Analisa yang harus dilakukan dari data sekunder yang didapat diantaranya:
1. Analisa data sosial dan ekonomi.
2. Analisa data lingkungan.
3. Analisa data struktur eksisting.

3.2.5.7 Perencanaan Bangunan


Sebelum memunculkan penentuan bangunan terpilih maka harus dilakukan alternatif
bangunan sebagai konsep alternatif penanggulangan masalah. Untuk mendapatkan
bangunan terpilih dilakukan metode AHP (Analysys Hyrarchy Process) pada alternatif
tersebut di atas.
Kegiatan perencanaan dimaksudkan guna membuat rencana teknis rinci berdasarkan
hasil pengolahan data seperti yang disebut di atas. Selain itu untuk dapat memilih dan
meletakkan suatu jenis konstruksi bangunan infrastruktur yang tepat, maka data-data
kondisi sosial ekonomi dan daya dukung lingkungan di lokasi pekerjaan harus pula
menjadi dasar dalam perencanaan/detail desain.
Kegiatan ini meliputi penyusunan system planning dan detail desain bangunan.
A. Penyusunan System Planning
System Planning merupakan perumusan rencana pengembangan lokasi survei
dengan memperhatikan aspek teknis, non teknis dan lingkungan Perencanaan
system planning meliputi :
1. Analisa dan evaluasi kondisi fisik dan sosial ekonomi termasuk di dalamnya
menggambarkan masalah dan penyebab masalah secara detail.
2. Konsep pengamanan daerah.
3. Dasar pemilihan metode dan jenis infrastruktur
4. Penyusunan beberapa alternatif lay-out dan jenis bangunan serta
pertimbangan alternatif terpilih dengan memperhatikan kondisi yang ada dan
yang direncanakan.
5. Menyusun perbandingan dari beberapa alternatif sistem infrastruktur menurut
keuntungan dan kerugiannya dilihat dari faktor-faktor seperti disebut dalam
point sebelumnya.
Analisa dan evaluasi kondisi fisik dan sosial ekonomi termasuk di dalamnya
menggambarkan masalah dan penyebab masalah secara detail.
Perumusan rencana pengembangan lokasi survei dengan memperhatikan aspek
teknis, non teknis dan lingkungan.
Perencanaan System Planning mencakup:
1. Menyusun konsep pengamanan daerah pantai berdasarkan faktor kondisi fisik
yang dimodelkan secara matematik serta sosial, ekonomi dan lingkungan.
2. Menyusun perbandingan dari beberapa alternatif sistem infrastruktur menurut
keuntungan dan kerugiannya dilihat dari faktor-faktor seperti disebut dalam
point sebelumnya.

DINAS PERUMAHAN PERMUKIMAN DAN PERTANAHAN


3 - 28
KABUPATEN BENGKALIS
`
LAPORAN RP2KPKP
PENDAHULUAN PENYUSUNAN REVISI DOKUMEN RP2KPKP KABUPATEN BENGKALIS

Penilaian kerusakan pantai dilakukan dengan menilai tingkat kerusakan pada


suatu lokasi pantai terpilih terkait dengan masalah erosi/abrasi, kerusakan
lingkungan, dan sedimentasi/pendangkalan yang ada. Kemudian nilai bobot
tersebut dikalikan dengan koefisien pengali berdasar tingkat kepentingan kawasan
tersebut. Bobot akhir adalah hasil pengalian antara bobot tingkat kerusakan pantai
dengan koefisien tingkat kepentingan. Agar prosedur pembobotan dan penentuan
urutan prioritas menjadi lebih sederhana maka digunakan cara tabulasi.

B. Detail Desain Bangunan


Analisa dan perhitungan dalam struktur yang mencakup:
1. Jenis/tipe bangunan yang terpilih, yaitu meliputi ukuran/dimensi bangunan
yang diperlukan, pemilihan bahan/material yang digunakan, kekuatan dan
stabilitas bangunan bagian atas dan stabilitas pondasi. Bangunan yang
dimaksud dapat berupa:
2. Penyusunan nota desain dan spesifikasi teknis pekerjaan
3. Perhitungan volume kerja dan rencana anggaran biaya (dengan beberapa
alternatif).
4. Penyusunan pedoman pemeliharaan bangunan infrastruktur.
Hasil Kegiatan ini adalah laporan-laporan yang meliputi:
1. Laporan Nota Desain
2. Laporan Spesifikasi Teknis
3. Laporan Volume Kerja dan RAB
4. Gambar Desain
5. Metode Pelaksaan Pekerjaan
6. Pedoman Pemeliharaan Bangunan
Semua hasil kegiatan ini harus diasistensi dahulu kepada Direksi Pekerjaan/Ass.
Perencanaan

3.2.6 Pendekatan Dan Metode Pelaksanaan Kegiatan Dalam Rangkaian


Penyelesaian Pekerjaan
Pencegahan dan peningkatan kualitas permukiman kumuh merupakan bagian dari
upaya perwujudan permukiman yang layak huni dan berkelanjutan, dimana dalam hal
ini tidak dapat dilepaskan dari upaya pencapaian target pembangunan sebagaimana
yang diamantkan dalam RPJMN. Dalam implementasinya, upaya ini dilakukan melalui
3 (tiga) pendekatan utama pembangunan dalam bidang Cipta Karya yakni membangun
sistem, memfasilitasi Pemerintah Daerah, dan membangun kapasitas masyarakat.
Ketiga pendekatan ini yang menjadi prinsip pembangunan dan pengembangan
permukiman yang mengarah pada pencapaian gerakan 100-0-100 pada tahun 2019,
sebagaimana yang dapat dilihat pada gambar di bawah ini.

DINAS PERUMAHAN PERMUKIMAN DAN PERTANAHAN


3 - 29
KABUPATEN BENGKALIS
`
LAPORAN RP2KPKP
PENDAHULUAN PENYUSUNAN REVISI DOKUMEN RP2KPKP KABUPATEN BENGKALIS

Gambar 3.5 Pendekatan dalam Pembangunan dan Pengembangan Permukiman

Lebih lanjut bila dikaitkan dengan upaya pencegahan dan peningkatan kualitas
permukiman kumuh, maka dalam menyusun Rencana Pencegahan dan Peningkatan
Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan (RP2KPKP) paling tidak memuat 4 (empat)
prinsip perencanaan, penanganan dan pencegahan permukiman kumuh yaitu:
1. Perencanaan yang komprehensif dalam penyusunan RP2KPKP adalah
melakukan perencanaan penanganan permukiman kumuh secara menyeluruh
meliputi aspek sosial, ekonomi, fisik lingkungan;
2. Pembangunan yang terintegrasi dalam penyusunan RP2KPKP adalah
melakukan perencanaan pembangunan tersistem dari skala lingkungan,
kawasan dan kota;
3. Keterpaduan program (Kolaboratif dan Sinergitas) dalam penyusunan
RP2KPKP adalah melakukan penyusunan rencana investasi pembangunan
yang melibatkan semua sumber pembiayaan dari Pemerintah, pemerintah
daerah, masyarakat dan swasta;
4. Keberlanjutan dalam penyusunan RP2KPKP adalah melakukan penyusunan
rencana pengelolaan paska pembangunan; dan
5. Pembangunan Hijau.
Terkait dengan pemenuhan unsur tersebut, maka dari sisi penyusunannya, proses
penyusunan Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh
Perkotaan (RP2KPKP) ini didasarkan pada tiga (3) pendekatan, yaitu: (1) pendekatan
normatif, (2) pendekatan fasilitatif dan partisipatif, serta (3) pendekatan teknis-
akademis, dengan penjelasan untuk tiap pendekatan sebagai berikut:
1. Pendekatan Normatif adalah suatu cara pandang untuk memahami
permasalahan atau kondisi dengan berdasarkan pada norma-norma yang ada
atau pada suatu aturan yang menjelaskan bagaimana kondisi tersebut
seharusnya terjadi. Dalam pendekatan ini, perhatian pada masalah utama serta

DINAS PERUMAHAN PERMUKIMAN DAN PERTANAHAN


3 - 30
KABUPATEN BENGKALIS
`
LAPORAN RP2KPKP
PENDAHULUAN PENYUSUNAN REVISI DOKUMEN RP2KPKP KABUPATEN BENGKALIS

tindakan yang semestinya dilakukan menjadi ciri utama. Kondisi atau situasi
yang terjadi tersebut dijelaskan, dilihat, dan dibandingkan karakteristiknya
dengan kondisi yang seharusnya, dimana dalam konteks pembangunan kondisi
yang seharusnya tersebut didasarkan pada produk legal peraturan
perundangan, baik untuk nasional maupun daerah.
2. Pendekatan Fasilitatif dan Partisipatif digunakan dengan dasar pertimbangan
bahwa proses penyusunan dilakukan dengan melibatkan seluruh pemangku
kepentingan yang terkait dengan penanganan dan pencegahan permukiman
kumuh, baik di tingkat kabupaten/kota, provinsi, maupun nasional. Hal ini
dimaksudkan agar hasil penyusunan dapat dirasakan dan dimiliki oleh seluruh
pemangku kepentingan terkait di daerah.
3. Pendekatan Teknis-Akademis merupakan pendekatan yang dilakukan dengan
menggunakan metodologi yang dapat dipertanggungjawabkan secara
akademis, baik itu dalam pembagian tahapan pekerjaan maupun teknik-teknik
identifikasi, analisis, penyusunan strategi maupun proses pelaksanaan
penyepakatan. Dalam pendekatan ini, proses penyusunan RP2KPKP ini
menggunakan beberapa metode dan teknik studi yang baku yang sebelumnya
telah disepakati bersama oleh tim kerja, pemberi kerja, dan tim pokjanis daerah.

DINAS PERUMAHAN PERMUKIMAN DAN PERTANAHAN


3 - 31
KABUPATEN BENGKALIS
`

Anda mungkin juga menyukai