Anda di halaman 1dari 29

PENYUSUNAN LAY OUT KAWASAN PERKOTAAN DAN FASILITAS UMUM BERDASARKAN RTRW

DI KAWASAN PERKOTAAN AEK KANOPAN KABUPATEN LABUHANBATU UTARA

BAB II
PENDEKATAN DAN METODOLOGI

2.1 Pendekatan Pelaksanaan Pekerjaan


Dalam pelaksanaan pekerjaan, dasar pola pendekatan yang
digunakan untuk pelaksanaan pekerjaan ini yaitu pendekatan
konseptual. Pola konseptual yaitu pola pikir pendekatan bersifat
konseptual menyangkut kebijaksanaan, strategi, kerangka filosofi,
atau konsep dasar yang akan digunakan konsultan dalam
merumuskan, memilih dan menetapkan fungsi dan bentuk ruang
kawasan perkotaan Aek Kanopan.
Dari berbagai literature yang dimiliki, terdapat cukup banyak
pendekatan konseptual yang akan menjadi acuan dalam pekerjaan
perencanaan ini. Adapun yang akan dijelaskan berikut hanya
pendekatan utama yang penting diperhatikan dalam pelaksanaan
pekerjaan ini. Pada dasarnya pendekatan utama tersebut
merupakan pendekatan yang saling berkait erat dan berhubungan,
sehingga dalam implementasinya nanti akan digunakan dalam
satu kesatuan kerangka pendekatan.
a. Pendekatan Normatif
Pendekatan normatif dalam pekerjaan ini menekankan pada
kajian terhadap produk peraturan dan kebijakan baik di tingkat
pusat maupun tingkat daerah yang terkait dengan pekerjaan
ini. Pendekatan normatif yang digunakan pada dasarnya
merupakan pendekatan yang digunakan untuk merumuskan
arahan perancangan kawasan perkotaan Aek Kanopan
berdasarkan data dan informasi yang tersedia serta mengacu
pada produk peraturan dan perundangan yang terkait dengan
substansi kegiatan ini.
Konsep dasar dari pendekatan normatif adalah bahwa proses
pembangunan kota bertumpu pada prosedur / skema tertentu,
dengan memperhatikan seluruh faktor-faktor yang dapat
mempengaruhi keberhasilan pencapaian atas tujuan yang akan

PENDEKATAN DAN METODOLOGI II-1


PENYUSUNAN LAY OUT KAWASAN PERKOTAAN DAN FASILITAS UMUM BERDASARKAN RTRW
DI KAWASAN PERKOTAAN AEK KANOPAN KABUPATEN LABUHANBATU UTARA

dicapai. Landasan normatif datam metaksanakan pekerjaan ini,


dapat dibagi menjadi 2, yaitu :
1. Landasan normatif yang bersifat kebijakan perencanaan
pembangunan, yaitu Rencana Pembangunan Jangka Panjang
(RPJP) dan Rencana Pembangunan Jangka Menengah
(RPJM), dan
2. Landasan normatif yang bersifat perencanaan penataan
ruang baik umum maupun rinci, yaitu Rencana Tata Ruang
Wilayah (RTRW) Kabupaten Labuhanbatu Utara dan Rencana
Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan Aek Kanopan.
3. Studi literatur yang berkaitan dengan perancangan kota
(urban design), baik dalam bentuk teori perancangan
perkotaan maupun aplikasi rancangan perkotaan pada
daerah lain sebagai bahan perbandingan dan pertimbangan
dalam penentuan fungsi dan kegiatan serta bentuk ruang
kawasan perkotaan Aek Kanopan.
Keluaran yang diharapkan dari kajian normatif dalam
pelaksanaan pekerjaan ini adalah :
a. Keselarasan perancangan kawasan Perkotaan Aek Kanopan
dengan rencana Pembangunan baik Jangka Panjang
maupun Menengah Kabupaten Labuhanbatu Utara.
b. Keselarasan fungsi dan bentuk ruang Kawasan Perkotaan
dengan rencana ruang yang telah diamanatkan di dalam
Rencana Tata Ruang Wilayah dan Rencana Detail Kawasan
Perkotaan Aek Kanopan.
c. Keselarasan dengan rencana sektoral lainnya yang
berkenaan dengan area Kawasan Perkotaan yang akan
dirancang bentuk dan fungsi ruangnya.
d. Rumusan kegiatan dan fungsi ruang yang akan diatur di
dalam kawasan Perkotaan Aek Kanopan tersebut.
Secara substantif, kegiatan ini pada dasarnya menggunakan
pendekatan Mixed Scanning Planning Approach, dimana kajian
system yang lebih makro menjadi bagian dari kajian system
yang lebih mikro, walaupun tidak secara menyeluruh.
Pertimbangannya adalah bahwa dengan melakukan pendekatan
ini maka kajian yang dilakukan akan mempertimbangkan

PENDEKATAN DAN METODOLOGI II-2


PENYUSUNAN LAY OUT KAWASAN PERKOTAAN DAN FASILITAS UMUM BERDASARKAN RTRW
DI KAWASAN PERKOTAAN AEK KANOPAN KABUPATEN LABUHANBATU UTARA

keseluruhan sistem yang mempengaruhi, baik sistem eksternal


maupun internal sehingga kajian akan menjadi lebih lengkap.
Dengan pendekatan Mixed scanning Planning Approach, maka
secara lebih substantif, pendekatan dalam pekerjaan ini terdiri
dari :
a. Pendekatan ekternal, yang berarti bahwa datam kegiatan ini
tetap mempertimbangkan faktor-faktor determinan yang
dianggap mempengaruhi dalam penentuan arah
pengembangan, seperti kebijakan-kebijakan yang mengikat
atau harus diacu, kondisi dinamika global, dan lain-lain.
Pendekatan internal, yang berarti bahwa dalam kegiatan ini
dipertimbangkan faktor-faktor lingkungan strategis yang
berpengaruh, seperti kondisi fisik dan lingkungan, infrastruktur
pendukung, sosial budaya, estetika (citra) kawasan. Pendekatan
ini terkait dengan potensi yang dimiliki dan permasalahan yang
akan dihadapi dalam penataan aktivitas perkotaan.
b. Pendekatan Teknis – Akademis
Maksud dari pendekatan teknis akademis adalah bahwa proses
dilakukan dengan menggunakan metodologi yang dapat
dipertanggung jawabkan secara akademis, baik itu dalam
pembagian tahapan pekerjaan maupun teknik-teknik
identifikasi, analisa, penyusunan konsep dan rencana penataan
kawasan perkotaan. Dengan demikian proses penyusunan ini
akan menggunakan beberapa metode dan teknik studi yang
baku yang sebelumnya telah disepakati bersama oleh tim kerja,
dan pemberi kerja.
c. Pendekatan Komperhensif
Pendekatan Komprehensif memandang bahwa untuk
menghasilkan suatu produk yang baik perlu adanya
pemahaman yang menyeluruh mengenai fungsi dan peran
kawasan perkotaan Aek Kanopan terhadap wilayah yang lebih
luas yaitu Kabupaten Labuhanbatu Utara, tidak hanya pada saat
pengumpulan data dan analisis saja, melainkan sampai pada
rumusan perancangan fungsi dan bentuk kota. Pendekatan
komprehensif memiliki sudut pandang menyeluruh ke semua

PENDEKATAN DAN METODOLOGI II-3


PENYUSUNAN LAY OUT KAWASAN PERKOTAAN DAN FASILITAS UMUM BERDASARKAN RTRW
DI KAWASAN PERKOTAAN AEK KANOPAN KABUPATEN LABUHANBATU UTARA

aspek kehidupan perkotaan seperti fisik lingkungan, sosial


budaya, ekonomi, dan estetika kota.
d. Pendekatan Permanensi
Layout suatu kota memiliki nilai permanensi yang sangat tinggi,
karena pada umumnya, walaupun wajah kota itu berubah oleh
derasnya pembangunan, namun aksis atau layout asli atau pola
asli dari suatu kota akan tetap bertahan. sebagi layout yang
dimaksud adalah struktur jalan dan `plan’ dari suatu kota. ciri-
ciri ini disebut sebagai “locus”. Aksis atau layout ini akan
menjadi ciri yang permanen dari suatu kota, karena dia akan
membedakannya dengan kota-kota yang lain. Permanensi =
Persistensi = bernilai panjang/ tahan lama Permanensi = masa
lalu yang masih dapat dinikmati/dirasakan/dialami.

Saat ini Permanensi atau persistensi, dapat ditandai melalui :

 Monumen-monumen bersejarah, tanda-tanda fisik dari


nilai-nilai masa lalu, dan
 Layout atau pola dari suatu kota.

Elemen-elemen primer karena sifat-sifat alamiahnya dapat


mempercepat atau memperlambat proses pembangunan suatu
kota. Kota memiliki dimensi waktu masa lalu, masa kini dan
masa datang. Teori permanensi ingin menekankan, bahwa
ditengah-tengah perubahan suatu kota, kita masih dapat
menyaksikan kehadiran nilai-nilai lama pada masa kini. Nilai-
nilai lama yang masih dapat dinikmati kehadirannya pada masa
kini, oleh Rossi disebut sebagai `nilai-nilai permanensi‘.

Aspek Permanensi terdiri :

1) Permanensi sebagai elemen propelling (penggerak/


pendorong pembangunan), ciri-cirinya adalah:
 Masih berfungsi sebagai elemen vital
 Kita masih bisa merasakan nilai-nilai lama disana
 Masih merupakan urban focus
 Bangunan-bangunan masih berfungsi/dipakai walaupun
fungsinya sudah bergeser dari fungsi semula
2) Permanensi sebagai elemen patologis :
 Terisolasi dari kehidupan kota

PENDEKATAN DAN METODOLOGI II-4


PENYUSUNAN LAY OUT KAWASAN PERKOTAAN DAN FASILITAS UMUM BERDASARKAN RTRW
DI KAWASAN PERKOTAAN AEK KANOPAN KABUPATEN LABUHANBATU UTARA

 Bangunan-bangunan sudah tidak digunakan lagi


 Tidak dapat dimodifikasi untuk fungsi lain
 Nilai-nilai yang ditambahkan tidak dapat direvitalisasi
 Prinsip-prinsip Urban Design Dalam Pendekatan
Permanensi

Perlu adanya pandangan menyeluruh mengenai semua


elemenelemen perkotaan (primer dan evolutif)
Kontinyuitas/keberlanjutan perlu dipertahankan (beberapa
artefak lama dipertahankan) Perlu diperhatikan pemilahan
elemen-elemen primer dan evolutif Perlu diperhatikan
pemilahan kawasan-kawasan inti. Arti sebuah kota ditentukan
oleh kualitas arsitektur dan ciptaan manusia (unsur-unsur
buatan). Mempertahankan axis kota atau poros utama atau
layout, karena nilai permanensi yang paling tinggi dari suatu
kota adalah layout atau pola jalan Pembangunan atau
pertumbuhan baru harus mengambil referensi atau
mendasarkan diri pada artefak-artefak lama Tidak menguras
(exhaust) dirinya sendiri, sehingga simbol-simbol fisik dan nilai-
nilai permanensinya hilang.

e. Pendekatan “Katalis” Dalam Urban Design


Pendekatan katalis merupakan analogi dari cara kerja unsur
katalisator di dalam ilmu kimia. Introduksi dari suatu elemen
atau nilai baru kedalam suatu kawasan akan menjadikan
perubahan pada seluruh elemen suatu kawasan. Perubahan
yang terjadi dapat berupa perubahan pada kehidupan dan
penghidupan masyarakat, bentuk, karakter dan kualitas dari
elemen-elemen suatu kawasan.

Prinsip-prinsip Urban Design Dalam Pendekatan Katalis

Katalis merupakan suatu elemen yang dibentuk oleh suatu


kota/kawasan, namun pada perkembangannya, elemen tersebut
justru menuntun perkembangan selanjutnya secara
inkremental/bertahap dan menerus. Katalis bukan merupakan
suatu “single product“, melainkan suatu elemen yang menuntun
perubahan atau perkembangan suatu kawasan. Katalis dapat

PENDEKATAN DAN METODOLOGI II-5


PENYUSUNAN LAY OUT KAWASAN PERKOTAAN DAN FASILITAS UMUM BERDASARKAN RTRW
DI KAWASAN PERKOTAAN AEK KANOPAN KABUPATEN LABUHANBATU UTARA

berupa nilai-nilai ekonomi, sosial, politik ataupun arsitektur.


Adapun prinsip dalam pendekatan katalis diantaranya adalah :

 Introduksi (pergerakan kegiatan manusia) dari suatu katalis


(elemen) pada suatu kawasan akan membuat modifikasi
atau perubahan terhadap elemen-elemen yang telah ada di
kawasan tersebut.
 Elemen-elemen yang ada dari suatu kawasan menjadi
berkembang secara positif sebagai akibat dari adanya
katalisator tersebut.
 Reaksi yang dihasilkan dari suatu katalisator tidak membuat
kerusakan atau kekacauan pada elemen-elemen yang telah
mapan.
 Detail-detail dan elemen-elemen spesifik tetap diperhatikan
atau dipertahankan didalam proses katalisasi.
 Tiap-tiap kawasan memiliki katalisatornya masing-masing
dan tidak dapat disamakan dengan kawasan lainnya.
 Identitas dari tiap-tiap elemen tidak perlu tenggelam
didalam proses katalistik, melainkan justru semakin
diperkuat atau dipertegas.

f. Pendekatan “Utilitarian” Dalam Urban Design


Utilitarian = manfaat / faedah / guna / fungsi ciri-ciri :
mengutamakan repetisi unit-unit blok geometris
Mengutamakan guna komersial dengan maksimalisasi nilai jual
atau/dan sewa Pendekatan ini lebih mendasarkan pada
keadaan lapangan/pasar daripada berdasar pada teori-teori
urban design dan planning Pada umumnya diterapkan untuk
pembangunan/pengembangan bentukan kawasan baru
fasilitas-fasilitas taman, open spaces, play ground dan fasilitas
sosial sangat minim (maksimalisasi penggunaan lahan untuk
investasi). Kawasan kota dirancang dengan pola grid Tampak
arsitektur 3 dimensional terasa monoton, merupakan produk
dari sistem ekonomi “laissez faire” (kompetisi pasar bebas)

g. Pendekatan “Romantik” Dalam Urban Design


Nilai-nilai kemanusiaan ini dikembalikan/dikaitkan kembali
dengan nilai-nilai lingkungan perdesaan dimana matahari,

PENDEKATAN DAN METODOLOGI II-6


PENYUSUNAN LAY OUT KAWASAN PERKOTAAN DAN FASILITAS UMUM BERDASARKAN RTRW
DI KAWASAN PERKOTAAN AEK KANOPAN KABUPATEN LABUHANBATU UTARA

udara bersih, open spaces, pohon-pohon harus mendapat


perhatian di dalam urban planning dan urban design.
Filosofinya adalah mengembangkan nilai-nilai esensial
kemanusiaan yang telah terabaikan oleh sistem industri dan
birokrasi. Mempertahankan/mengembalikan kesinambungan
sejarah arsitektur dan lembaga-lembaga kota yang telah
dihancurkan untuk kepentingan ekonomi profit.

Prinsip dasar : menghindari unit-unit blok dan fasade-fasade


bangunan yang repetitive (diulang-ulang) lebar jalan dirancang
sesuai dengan kebutuhan pejalan kaki dan kepadatan lalulintas
desain bangunan dan lingkungan mengikuti kontur alami dan
menghindari pemangkasan/grading (keuntungannya
mengurangi biaya pembangunan dan memperbanyak open
spaces dan taman) Modifikasi/inovasi dari pendekatan romantic
= “Super Block” (Pertama kali dikenalkan di Boston, Cambridge
dan Longwood, sekitar pertengahan abad 19). Beberapa prinsip
dasar lainnya antara lain : Super block bukan merupakan
perluasan dari blok-blok empat persegi panjang, melainkan
merupakan gabungan sistem culdesac dan cluster, dimana
perumahan diletakkan di site paling pinggir.

 Keuntungannya mengurangi capital outlay (keluarnya modal


yang sia-sia) yang disebabkan oleh problem traffic dan
transport.
 Maksimalisasi taman-taman dan open spaces.
 Maksimalisasi privacy dan ketenangan, Contoh terbaik :
Baldwin Hills Village (Los Angeles).

Filosofi/konsep : menunjukkan kesalahan-kesalahan estetika


dari sistem geometri yang kaku, simetri yang berlebihan,
uniformitas (keseragaman) dan sentralisasi (pola memusat).
efektifitas dari estetika tidak harus simetri dan teratur c) vista
(celah) antara bangunan secara sosial dan estetik lebih
menarik/atraktif daripada sistem jalan “baroque”. Prinsip design
: menghindari sistem blok dan uniformitas (keseragaman),
pemisahan unit-unit permukiman, pasar, open spaces, dll.

h. Pendekatan “Utopia” Dalam Urban Design

PENDEKATAN DAN METODOLOGI II-7


PENYUSUNAN LAY OUT KAWASAN PERKOTAAN DAN FASILITAS UMUM BERDASARKAN RTRW
DI KAWASAN PERKOTAAN AEK KANOPAN KABUPATEN LABUHANBATU UTARA

Ebenezer Howard : menulis dalam bukunya berjudul “Garden


City of Tomorrow“, prinsipnya adalah:

 Kota adalah kesatuan organik, merupakan integrasi dari


layout perkotaan dan perdesaan (“organic planning“).
 Merupakan generator pertumbuhan bagi kawasan lain.
 Keadilan disegala aspek kehidupan perkotaan.
 Mengilhami adanya/munculnya “shopping mall” dan unit-
unit neighbourhood.

i. Pendekatan “Teknokratik” Dalam Urban Design


Teknologi dan desain untuk mengontrol segala aktifitas
penduduk. Filosofi/konsep dasar :

 Setiap kehidupan perkotaan adalah mesin.


 Setiap problem kehidupan manusia pasti dapat diselesaikan
lewat teknologi.
 Semua kebutuhan manusia dapat dipenuhi dengan
pemanfaatan mekanikal dan elektronik.
 Proyek-proyek megastruktur, bangunan-bangunan bawah
air, bangunan-bangunan bawah tanah dan pencakar-
pencakar langit akan memudahkan total kontrol terhadap
kegiatan-kegiatan penduduk.

j. Pendekatan “Organik” Dalam Urban Design


Prinsip Dasar/Konsep Dasar :

 Mencari jawaban struktural atas semua fungsi elemen


perkotaan.
 Menciptakan keseimbangan yang dinamis.
 Mewadahi kebutuhan-kebutuhan dan tujuan-tujuan ideal
masyarakat ke dalam rencana dan desain bangunan.
 Mengkonservasi bentuk-bentuk lama yang masih
serviceable/bermanfaat bagi masyarakat, selain
menyediakan akomodasi kebutuhan-kebutuhan dimasa
datang
 Membutuhkan pemahaman yang dalam akan kebudayaan
kota, serta penilaian secara berulang-ulang mengenai
kebutuhan masyarakat, dab menerima kritik-kritik dari
masyarakat.

PENDEKATAN DAN METODOLOGI II-8


PENYUSUNAN LAY OUT KAWASAN PERKOTAAN DAN FASILITAS UMUM BERDASARKAN RTRW
DI KAWASAN PERKOTAAN AEK KANOPAN KABUPATEN LABUHANBATU UTARA

Salah satu contoh terbaik/keberhasilan pendekatan organic


dalam mengantisipasi waktu adalah kota Manchester oleh
R.Nicholas (sesudah perang dunia II). Disini pendekatan
organik dilakukan secara bertahap :

 melakukan seleksi elemen-elemen yang perlu dikonservasi;


 melakukan seleksi elemen-elemen yang perlu dirobohkan;
 melakukan seleksi elemen-elemen yang perlu diganti
dengan memperhatikan nilai-nilai bangunan dan pola-pola
jalan yang ada;
 mencadangkan site-site kosong yang belum diplotkan
untuk kepentingan-kepentingan masa mendatang (tidak
dijual pada saat ini). Organic planning and design
sesuai/cocok diterapkan untuk kota sejarah (Historical City).

k. Pendekatan “Fungsionalis” Dalam Urban Design


Para penganut pendekatan fungsionalis melihat ruang
perkotaan atau kawasan sebagai suatu kesatuan unit-unit
fungsi (misal fungsi-fungsi komersial, hunian, pariwisata dan
sebagainya). Perubahan ruang harus terjadi secara harmonis
dan merata pada setiap anggota atau unit fungsi. Harmonisasi
atau keseimbangan dapat dicapai melalui penciptaan ruang-
ruang komunikasi antar unit-unit fungsi. Pendekatan ini sangat
sensitif dan akomodatif terhadap intervensi nilai-nilai baru dan
nilai-nilai yang akan berlaku di masa depan.

l. Pendekatan “Humanis” Dalam Urban Design


Keputusan-keputusan desain harus lebih banyak ditentukan
oleh masyarakat sendiri, daripada oleh intervensi konsep-
konsep baru yang berasal dari luar. Pendekatan humanis lebih
menekankan pada elemen-elemen skala kecil yang menjadi
bagian penting dari kehidupan keseharian masyarakat (ruang
publik, jalan dan lainnya). Perubahan tidak terjadi pada tataran
konsep yang sangat mendasar, melainkan hanya pada kulitnya
saja. Perubahan-perubahan boleh terjadi pada elemen-elemen
non primer secara inkremental. Para humanis melihat, bahwa
perubahan-perubahan dimasa datang hendaknya tidak

PENDEKATAN DAN METODOLOGI II-9


PENYUSUNAN LAY OUT KAWASAN PERKOTAAN DAN FASILITAS UMUM BERDASARKAN RTRW
DI KAWASAN PERKOTAAN AEK KANOPAN KABUPATEN LABUHANBATU UTARA

berbeda jauh dengan keadaan yang ada pada saat ini.


Perubahan-perubahan terjadi secara inkremental/bertahap dan
bukannya menyeluruh yang dituntun oleh suatu master plan.

m. Pendekatan “Sistemik” Dalam Urban Design


Pendekatan ini melihat ruang perkotaan atau kawasan sebagai
suatu sistem yang terdiri atas berbagai sub-sistem yang satu
terhadap lainnya saling memiliki keterikatan. Pendekatan ini
lebih menekankan pada pengorganisasian berbagai macam
sub-sistem tersebut daripada bangunan-bangunan individual.
endekatan sistemik melihat bahwa jaringan-jaringan
komunikasi dan pergerakan penduduk memiliki peran yang
sangat penting dalam suatu ruang perkotaan atau kawasan.
Sehingga perubahanperubahan pada hakekatnya harus
mengacu pada usaha penciptaan kelancaran komunikasi dan
pergerakan penduduk.

n. Pendekatan “Formalis” Dalam Urban Design


Prinsip dasar dari pendekatan formalis adalah konfigurasi
bentuk dan ruang perkotaan secara universal. Para formalis
sangat menaruh perhatian pada studi mengenai tipologi dan
preseden. Fokus dari desain adalah bentukan-bentukan fisik
dan hubungan makna diantaranya. Para formalis melihat
bahwa di dalam suatu desain kawasan perkotaan, nilai-nilai
masalalu hendaknya tidak untuk direplikasikan di masa datang,
melainkan direinterpretasikan.

2.2 Jadwal Dan Tahapan Pelaksanaan Pekerjaan


A. Jadawal Pelaksanaan Pekerjaan

Pelaksanaan kegiatan ini ditetapkan secara kontraktual dan


dilakukan selama 3 bulan (90 hari kalender) setelah
penandatanganan Surat Perintah Mulai Kerja (SPMK), atau waktu
yang ditetapkan sesuai dengan hasil rapat penjelasan umum
terhitung sejak penandatanganan kontrak kerja sama. Dalam

PENDEKATAN DAN METODOLOGI II-10


PENYUSUNAN LAY OUT KAWASAN PERKOTAAN DAN FASILITAS UMUM BERDASARKAN RTRW
DI KAWASAN PERKOTAAN AEK KANOPAN KABUPATEN LABUHANBATU UTARA

waktu 3 bulan tersebut, maka pihak konsultan yang diberi


tanggung jawab dalam pelaksanaan pekerjaan harus dapat
menyelesaikan semua tahapan-tahapan pekerjaan yang telah
ditetapkan oleh pemberi pekerjaan seperti yang tercantum
dalam Kerangka Acuan Kerja.
Sebagai pengembangan dari lingkup kegiatan yang terdapat di
dalam Kerangka Acuan Kerja, Konsultan merumuskan langkah-
langkah kerja yang akan ditempuh selama jangka waktu 3
bulan penugasan dalam kegiatan ini, yang secara rinci terdiri
tahapan kerja sebagaimana yang tercantum dalam tabel di
bawah ini :

Tabel 3.1
Jadwal Pelaksanaan Kegiatan

BULAN KE-
I II III
NO URAIAN PEKERJAAN MINGGU MINGGU MINGGU
KE- KE- KE-
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

1 TAHAPAN PERSIAPAN
A. Administrasi
1) Persiapan Dokumen
Pendukung
2) Inventarisasi Data dan
Surat-Surat
3) Mobilisasi Tenaga Ahli
4) Penyusunan Rencana
Kerja
B. Pelaksanaan
1) Pengumpulan Data
Sekunder
 Rencana Pembangunan
dan Tata Ruang Kab.
Labuhanbatu Utara
 Kabupaten dan
Kecamatan Dalam
Angka Tahun 2016
 Dokumen Rencana
Sektoral Terkait
2) Perumusan Potensi dan
Permasalahan
3) Penyusunan Daftar
Kebutuhan Data

PENDEKATAN DAN METODOLOGI II-11


PENYUSUNAN LAY OUT KAWASAN PERKOTAAN DAN FASILITAS UMUM BERDASARKAN RTRW
DI KAWASAN PERKOTAAN AEK KANOPAN KABUPATEN LABUHANBATU UTARA

BULAN KE-
I II III
NO URAIAN PEKERJAAN MINGGU MINGGU MINGGU
KE- KE- KE-
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
PERSIAPAN DAN KEGIATAN
2
SURVEY
1) Penyusunan Jadwal
Survey Lapangan
2) Penyiapan Materi Survey
Lapangan
3) Survey Lapangan
 Orientasi kawasan
 Deliniasi kawasan
perkotaan
 Pemetaan jaringan
dan dokumentasi
 Pemetaan sarana dan
prasarana
 Wawancara dengan
masyarakat sekitar
 Pemetaan guna lahan
eksisting
 Pemetaan potensi dan
permasalahan
 Pengukuran geometri
jalan dan drainase
4) Survey Sekunder
 Kunjungan ke instansi
terkait
 Kolekting data
sekunder
Penyusunan Laporan
3
Pendahuluan
4 Diskusi Laporan Pendahuluan
Penyusunan Draft Laporan
5
Akhir
 Kompilasi data
 Pembuatan peta tematik
 Analisa Kebijakan Kawasan
 Analisa Potensi Dan
Permasalahan
 Analisa Kualitas Dan
Kinerja Bangunan
 Analisa Pemanfaatan Lahan
 Analisa Intensitas Dan
Massa Bangunan
 Analisa Estetika Kota dan
Bentuk Bangunan

PENDEKATAN DAN METODOLOGI II-12


PENYUSUNAN LAY OUT KAWASAN PERKOTAAN DAN FASILITAS UMUM BERDASARKAN RTRW
DI KAWASAN PERKOTAAN AEK KANOPAN KABUPATEN LABUHANBATU UTARA

BULAN KE-
I II III
NO URAIAN PEKERJAAN MINGGU MINGGU MINGGU
KE- KE- KE-
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
 Analisa Sistem Transportasi
 Analisa Potensi Bencana
 Rumusan Konsepsi
Perancangan Kawasan
6 Diskusi Draft Laporan Akhir
7 Penyusunan Laporan Akhir
 Rencana Penggunaan
Lahan Kawasan Perkotaan
 Rencana Rancangan Sistem
Sirkulasi dan Perparkiran
 Rencana Rancangan Tata
Bangunan
 Rencana Rancangan Jalur
Pejalan Kaki
 Rencana Rancangan
Activitas Pendukung
 Rencanan rancangan
Rambu, Papan Reklame,
dan lainnya
 Rencana Rancangan
Preservasi dan Konservasi
8 Diskusi Laporan Akhir
Penyempurnaan dan
9
Penyerahan laporan Akhir
Sumber : Konsultan, 2017

B. Metodologi Pelaksanaan Pekerjaan


Pelaksanaan pekerjaan ini dapat dikelompokan ke dalam 4
(empat) tahapan pelaksanaan kegiatan, sesuai dengan tujuan,
sasaran, ruang lingkup serta keluaran yang hendak dicapai dalam
pelaksanaan pekerjaan, meliputi :
a. Tahap Persiapan;
b. Tahap pengumpulan data dan informasi;
c. Tahap analisa;
d. Tahap perancangan kawasan Perkotaan Aek Kanopan.

1. Tahapan Persiapan
Pada tahap ini ada beberapa kegiatan yang akan dilakukan untuk
menyempurnakan pekerjaan ini, meliputi :

PENDEKATAN DAN METODOLOGI II-13


PENYUSUNAN LAY OUT KAWASAN PERKOTAAN DAN FASILITAS UMUM BERDASARKAN RTRW
DI KAWASAN PERKOTAAN AEK KANOPAN KABUPATEN LABUHANBATU UTARA

1) Penentuan awal deliniasi kawasan Perkotaan Aek Kanopan


yang akan di Layout;
Penentuan deliniasi awal ini dilakukan oleh tim konsultan
sendiri dengan menggunakan metode peninjauan deliniasi
Kawasan Perkotaan Aek Kanopan yang sudah ditetapkan di
dalam dokumen RDTR Kawasan Perkotaan Aek Kanopan, dan
kemudian menentukan bagian kawasan perkotaan yang
hendak di rancang. Metode penentuan bentuk dan luasan
deliniasi akan dilakukan melalui bantuan peta citra kawasan
perkotaan dari RDTR atau dengan bantuan Citra Goggle
Earth. Penentuan deliniasi akan mempertimbangkan
beberapa hal yang menjadi kriteria dalam penentuan
deliniasi kawasan ini, meliputi :
 Morfologi, topografi, dan guna lahan pada kawasan
rencana kawasan perkotaan Aek Kanopan;
 Fungsi dan peran kawasan perkotaan yang akan
dirancang, sehingga akan tergambar aktifitas yang akan
mengisi ruang kawasan. Hal ini akan berdampak terhadap
besaran kebutuhan ruang kawasan perkotaan yang akan
dibutuhkan;
 Potensi dan permasalah ruang kawasan, sehingga dapat
tergambar limitasi ruang kawasan.
 Daya dukung kawasan terhadap fungsi yang akan
diemban kawasan Perkotaan Aek Kanopan tersebut.
Setelah dilakukan deliniasi awal oleh tim konsultan, maka
akan didiskusikan dengan pihak pemerintahan dan unsur
masyarakat Kabupaten Labuhanbatu Utara dalam forum
diskusi awal, guna menyepakati luasan dan bentuk kawasan
perkotaan yang akan di layout.
2) Perumusan isu strategis;
Dilakukan menggunakan metode diskusi dengan stakeholder
dan kajian/rencana RTRW, dan kebijakan RPJP, RPJM, dan
RPIJM Kabupaten Labuhanbatu Utara.

2. Tahapan Pengumpulan Data


1. Persiapan pelaksanaan survey lapangan

PENDEKATAN DAN METODOLOGI II-14


PENYUSUNAN LAY OUT KAWASAN PERKOTAAN DAN FASILITAS UMUM BERDASARKAN RTRW
DI KAWASAN PERKOTAAN AEK KANOPAN KABUPATEN LABUHANBATU UTARA

Persiapan untuk pelaksanaan survey lapangan meliputi


kegiatan sebagai berikut :
a. Penelaahan terhadap kebijaksanaan yang ada seperti
RTRW Kabupaten Labuhanbatu Utara dan Rencana Detail
Tata Ruang Kawasan Perkotaan Aek Kanopan, studi air
bersih, studi transportasi, dan berbagai studi lainnya.
b. Pembuatan checklist dan panduan wawancara sebagai
alat survey atau daftar data yang harus dicari di
lapangan.
c. Penyiapan peta dasar
d. Penyiapan peralatan survey seperti alat ukur, kamera,
GPS, alat tulis dan lain-lainnya.
e. Pembuatan jadwal kerja survey di lapangan.
2. Pengenalan lokasi
Pada tahapan ini, konsultan melakukan survey orintasi
berkenaan pengenalan dan identifikasi awal terhadap potensi
dan permasalahan kawasan perencanaan, antara lain :
a. Tahapan pengenalan lokasi/penjajakan awal
Tim survey dari pihak konsultan yang didampingi tim
teknis bersama-sama survey untuk mengenali dan
mengidentifikasi lokasi kegiatan guna mendapatkan
informasi dan gambaran secara umum kondisi daerah
perencanaan, meliputi aktivitas masyarakat, guna lahan,
limitasi daerah perencanaan, pola perkembangan dan
bentuk ruang yang memungkinkan untuk dirancang.
Kegiatan yang dilakukan adalah sebagai berikut :
- Wawancara informal kepada anggota masyarakat
lain yang berada pada lokasi-lokasi khusus atau
memerlukan penanganan khusus seperti pasar,
terminal, kawasan perdagangan dan jasa, dan lain
sebagainya.
- Gambaran fokus survey detail yang akan dilakukan
setelah survey orientasi
- Pencatatan potensi dan permasalahan.

PENDEKATAN DAN METODOLOGI II-15


PENYUSUNAN LAY OUT KAWASAN PERKOTAAN DAN FASILITAS UMUM BERDASARKAN RTRW
DI KAWASAN PERKOTAAN AEK KANOPAN KABUPATEN LABUHANBATU UTARA

- Identifikasi batas kawasan perkotaan, dan


identifikasi kelengkapan sarana dan prasarana
perkotaan yang ada.
3. Identifikasi kawasan perencanaan (survey rinci)
Survey rinci dilakukan dengan tujuan mendapatkan data
dan informasi pada tingkat data yang lebih rinci. Survey
tersebut meliputi :
 Survey jenis dan karakter kegiatan yang ada seperti
kegiatan di permukiman, perdagangan dan jasa, sentra
ekonomi seperti kawasan perdagangan dan jasa, pasar,
jasa keuangan dan kegiatan lainnya, kegiatan
perkantoran pemerintah dan swasta, kegiatan
pendidikan, kesehatan dan peribadatan, sarana dan
prasarana transportasi seperti terminal, serta pertanian.
 Survey jaringan utilitas (lebar, panjang, kondisi jaringan
utilitas) meliputi listrik, telekomunikasi, drainase, sistem
air bersih, sistem pengelolaan air limbah, sistem
persampahan, sistem irigasi.
Survey jaringan utilitas dimaksudkan untuk melihat
kondisi utilitas yang ada. Survey dilakukan dengan
metode observasi melalui pengamatan, pencatatan dan
pengukuran (lebar, panjang, konstruksi), dan rekam
kondisi utilitas terkini. Survey ini juga akan mencatat
pola jaringan dengan menggunakan GPS, sehingga
penyebaran utilitas dapat dipetakan secara rinci. Survey
ini dilakukan dengan menggunakan alat bantu alat
ukur (meteran), GPS, kamera, alat tulis dan form
survey, serta peta citra.
 Survey penggunaan lahan, meliputi kawasan
permukiman, perdagangan dan jasa, pertanian
(tanaman pangan, kebun, perikanan, peternakan, dll);
Survey penggunaan lahan bertujuan untuk
mengidentifikasi pola tata guna lahan dan
pergeserannya dalam kurun waktu tertentu. Survey ini
sangat penting mengingat informasi yang
dihasilkannya bermanfaat untuk mengetahui pola

PENDEKATAN DAN METODOLOGI II-16


PENYUSUNAN LAY OUT KAWASAN PERKOTAAN DAN FASILITAS UMUM BERDASARKAN RTRW
DI KAWASAN PERKOTAAN AEK KANOPAN KABUPATEN LABUHANBATU UTARA

penggunaan lahan (zoning), dan selanjutnya menjadi


dasar dalam proses penyusunan rencana penggunaan
lahan kawasan. Informasi yang semakin teliti dan ‘up
to date’ akan mempermudah perumusan rancangan
ruang kawasan. Survey penggunaan lahan dilakukan
dengan mengamati kegiatan / fungsi bangunan di
kawasan perencanaan, serta melakukan pencatatan
pada peta dasar yang sudah disediakan. Untuk itu
konsultan menurunkan tim survey yang dibagi menjadi
beberapa pasang (setiap pasang terdiri dari 2 orang)
dimana masing-masing melakukan pengamatan pada
blok kajian yang sudah ditentukan. Alat yang
dibutuhkan dalam survey ini adalah peta dasar dan
alat tulis yang terdiri dari beberapa warna sesuai
dengan warna satuan kegiatan yang sudah ditentukan.
Sebelum survey dilakukan, konsultan terlebih dahulu
merumuskan satuan kegiatan penggunaan lahan,
dimana satuan kegiatan tersebut akan menjadi kriteria
dalam menentukan jenis suatu kegiatan. Satuan
Kegiatan selanjutnya akan dituangkan dalam analisis
tata guna lahan. Satuan Kegiatan yang digunakan
diadopsi dari rumusan Lewis Keeble (1959) yang terdiri
dari:
 Perumahan (Residential)
a) Perumahan tinggal tipe tunggal;
b) Perumahan tinggal tipe deret;
 Perdagangan Dan Jasa
a) Warung dan toko
b) Rumah Makan
c) Penginapan
d) Lainnya
 Bangunan Publik
a) Fasilitas Pendidikan
b) Fasilitas Kesehatan
c) Fasilitas Peribadatan
d) Fasilitas Olahraga dan Budaya

PENDEKATAN DAN METODOLOGI II-17


PENYUSUNAN LAY OUT KAWASAN PERKOTAAN DAN FASILITAS UMUM BERDASARKAN RTRW
DI KAWASAN PERKOTAAN AEK KANOPAN KABUPATEN LABUHANBATU UTARA

e) Terminal Angkutan Umum


f) Kantor/Bangunan Pemerintahan
g) Ruang Terbuka Hijau
 Industri
a) Kelompok masyarakat pengerajin (industri
rumah Tangga)
 Pertanian (Agricultural Uses)
a) Pertanian
b) Perikanan
c) Perkebunan
d) Peternakan
e) Pertambangan galian C
Penentuan Satuan Kegiatan di atas sudah
mengakomodasi karakteristik penggunaan lahan di
kawasan perencanaan yang diketahui dari Survey
Pendahuluan. Survey penggunaan lahan akan
diperkuat oleh hasil dokumentasi berupa foto/video
lansekap pada beberapa titik strategis.
 Survey sistem transportasi meliputi jaringan jalan,
rute angkutan umum, jenis angkutan umum,
terminal, halte, pola pergerakan, sistem pelayanan
dan lain-lain;
Survey transportasi diarahkan untuk mendapatkan
informasi yaitu:

1. Kondisi jaringan pergerakan (sistem jaringan),


yang meliputi sistem jalan raya, jalan
pedestrian, perparkiran dan lain-lain;
2. Pola pergerakan kendaraaan (sistem
pergerakan)
Survey jaringan pergerakan dilakukan dengan
pencatatan kondisi jalan, pengukuran dimensi dan
sempadan jalan serta dokumentasi terhadap
pemanfaatan jaringan pergerakan.
 Survey tata masa bangunan dan intensitas
pemanfaatan ruang serta unsur estetika kota,
meliputi, KDB, KLB, KDH, GSB, jarak antar bangunan,

PENDEKATAN DAN METODOLOGI II-18


PENYUSUNAN LAY OUT KAWASAN PERKOTAAN DAN FASILITAS UMUM BERDASARKAN RTRW
DI KAWASAN PERKOTAAN AEK KANOPAN KABUPATEN LABUHANBATU UTARA

ketinggian bangunan, jumlah lantai bangunan,


vasade, landmark, nodes, edge, dan path;
Survey ini dilakukan bertujuan untuk
mengidentifikasi karakteristik bangunan di kawasan
perencanaan, dimana karakteristik yang dimaksud
meliputi 5 unsur, yaitu Kepadatan Bangunan,
Koefisien Dasar Bangunan (KDB) dan Koefisien
Lantai Bangunan (KLB) dan Sempadan Bangunan,
dan bentuk arsitektur bangunan. Survey bangunan
bermanfaat untuk mengetahui tingkat kepadatan
bangunan, KDB, KLB dan garis sempadan dalam
kondisi saat ini (existing). Penyebaran bangunan
rumah dan perdagangan dan jasa, juga merupakan
informasi yang dapat dihasilkan dari survey ini.
Survey intensitas bangunan dilakukan bersamaan
dengan Survey Penggunaan Lahan, dengan cara
mengamati dan melakukan pencatatan pada peta
dasar dan format isian. Peta dasar yang digunakan
tersendiri/terpisah dari peta dasar yang digunakan
untuk survey penggunaan lahan, dengan demikian
proses pencatatan dapat dilakukan dengan lebih
jelas.
Untuk mengetahui sempadan bangunan, tim survey
akan melakukan pengukuran jarak antar bangunan
dan jarak muka bangunan pada sampel bangunan
tertentu. Pengukuran akan diarahkan pada setiap
sampel bangunan (rumah hunian, ruko, kantor,
sekolah dsb) baik di jalan arteri, kolektor maupun
lokal. Survey sempadan bangunan didukung dengan
dokumentasi foto yang dapat menunjukkan jarak
dan kondisi bangunan secara visual.
 Survey fasilitas pendukung meliputi sarana
pendidikan, kesehatan, pemerintahan, peribadatan,
ruang terbuka hijau dan lain-lain.
Survey fasilitas pendukung ini dilakukan dengan
mencatat kondisi dan jumlah sarana yang ada.

PENDEKATAN DAN METODOLOGI II-19


PENYUSUNAN LAY OUT KAWASAN PERKOTAAN DAN FASILITAS UMUM BERDASARKAN RTRW
DI KAWASAN PERKOTAAN AEK KANOPAN KABUPATEN LABUHANBATU UTARA

Selain itu, titik koordinat dari masing-masing sarana


akan dicatat dengan menggunakan GPS. Survey
dilengkapi dengan peta citra untuk lebih
memudahkan identifikasi kecocokan antara peta
dengan kondisi di lapangan.
 Survey sosial budaya, meliputi budaya/adat istiadat,
struktur masyarakat, prilaku masyarakat, tingkat
kriminalitas, dan lain-lain;
Survey ini dilakukan dengan metode wawancara
kepada berbagai kalangan masyarakat yang
ditetapkan secara acak. Selain itu, survey ini juga
dilakukan dengan wawancara dengan pemangku
kepentingan di Kabupaten Samosir.
 Survey sosial ekonomi meliputi mata pencaharian,
tingkat pengangguran, pendapatan masyarakat,
lembaga komunitas ekonomi masyarakat.
Pola survey ini dilakukan sama dengan metode
survey sosial budaya.
 Survey kegiatan masyarakat, meliputi aktifitas
masyarakat yang berada di wilayah perencanaan,
misal pedagang eceran, pedagang grosiran,
pedagang kaki lima, jasa tambal ban, jasa
penginapan, perkantoran, pedagang ikan, bengkel,
toko bangunan, rumah makan, kios telekomunikasi,
dan lain sebagainya. Metode survey ini berupa
observasi langsung ke lapangan. Survey ini
dilengkapi dengan dokumentasi dan pencatatan
jenis kegiatan pada form survey yang telah
disediakan.

3. Kompilasi dan penyajian data


Pekerjaan kompilasi data adalah suatu tahap proses seleksi data,
tabulasi data dan mengelompokan data sesuai dengan yang
diperlukan di dalam penyusunan laporan. Hasilnya terangkum
dalam buku Draft Laporan Akhir yang disajikan menurut urutan

PENDEKATAN DAN METODOLOGI II-20


PENYUSUNAN LAY OUT KAWASAN PERKOTAAN DAN FASILITAS UMUM BERDASARKAN RTRW
DI KAWASAN PERKOTAAN AEK KANOPAN KABUPATEN LABUHANBATU UTARA

sesuai dengan sistematika dilengkapi dengan tabel, angka-angka


diagram dan peta.
Tahapan berikutnya pekerjaan penyajian data berdasarkan jenis
data dan sistematikanya adalah sebagai berikut :
a. Kebijaksanaan pembangunan yang termuat di dalam
Dokumen Rencana Program Jangka Panjang (RPJP), Rencana
Program Jangka Menengah (RPJM), dan Rencana Tata Ruang
Wilayah (RTRW) Kabupaten Labuhanbatu Utara.
b. Kondisi 5 unsur elemen perkotaan
- Distrik;
- Nodes;
- Path;
- Edge;
- Landmark.
c. Aspek kependudukan, antara lain:
- Jumlah dan kepadatan penduduk;.
- Komposisi jumlah penduduk.
- Laju pertumbuhan penduduk;
- Kondisi sosial budaya penduduk.
d. Aspek perekonomian, antara lain :
- Struktur ekonomi;
- Perkembangan tiap sektor kegiatan perekonomian;
- Kebutuhan ruang untuk menampung katifitas ekonomi.
e. Aspek sumber daya alam, antara lain :
- Keadaan tanah, geologi, air dan iklim.
- Keaadaan vegetasi dan fauna;
- Sumber daya alam potensial.
f. Elemen Struktur Tata Ruang Kabupaten Labuhanbatu Utara :
- Sistem pusat pelayanan
- Kawasan perumahan
- Kawasan perekonomian
- Distribusi fasilitas
- Sistem jaringan
- Objek-objek khusus.
g. Sistem Pergerakan;
- Sarana dan prasarana pergerakan :

PENDEKATAN DAN METODOLOGI II-21


PENYUSUNAN LAY OUT KAWASAN PERKOTAAN DAN FASILITAS UMUM BERDASARKAN RTRW
DI KAWASAN PERKOTAAN AEK KANOPAN KABUPATEN LABUHANBATU UTARA

a. Hirarki fungsi jaringan jalan;


b. Konstruksi dan lebar jalan;
c. Terminal/sub terminal;
d. Jenis angkutan umum;
e. Tingkat pertumbuhan kendaraan;
f. Lahan parkir.
- Pergerakan lokal dan regional;
- Tingkat kepadatan dan lokasi-lokasi rawan kemacetan.
h. Data Sistem Sanitasi saat ini;
- Jaringan, sumber dan daerah pelayanan air bersih dan
minum;
- Jaringan dan sumber energi listrik dan telekomunikasi;
- Sistem pengelolaan air limbah;
- Sistem pengelolaan persampahan.
- Jaringan drainase.
i. Daya Dukung dan Daya Tampung Fisik :
- Fisik Dasar
 Letak geografis;
 Topografi dan kemiringan;
 Klimatologi dan hidrologi;
 Jenis tanah dan geologi.
- Fisik Binaan
 Tata guna lahan;
 Status kepemilikan lahan;
 Penyebaran permukiman;
 Penyebaran fasilitas umum.
j. Intensitas Pemanfaatan Ruang :
- KDB;
- KLB;
- KDH;
k. Tata Bangunan ;
- Garis Sempadan Bangunan:
- Tinggi Bangunan ;
- Jarak Bebas Antar Bangunan :
l. Jenis dan intensitas kegiatan yang ada di wilayah
perencanaan.

PENDEKATAN DAN METODOLOGI II-22


PENYUSUNAN LAY OUT KAWASAN PERKOTAAN DAN FASILITAS UMUM BERDASARKAN RTRW
DI KAWASAN PERKOTAAN AEK KANOPAN KABUPATEN LABUHANBATU UTARA

m. Daerah rawan bencana.


n. Estetika kota dan arsitektural bangunan.
o. Aspek Kelembagaan dan Keuangan :
- Sumber pendanaan;.
- Alokasi dana pembangunan;
- Investasi;
- Sistem kerja kelembagaan;
- Jenis kelembagaan terkait.

4. Tahapan Analisis Perencanaan


Analisis dilakukan berdasarkan issue/permasalahan pokok yang
terjadi di kawasan perencanaan. Kegiatan analisis juga ditujukan
untuk merumuskan arahan dan kebutuhan pengembangan
kawasan dimasa mendatang. analisa menggunakan metode
matematis dan penggunaan standard kebutuhan ruang yang
dikeluarkan oleh Kementerian Pekerjaan Umum dan Standar
Nasional Indonesia (SNI) tentang bangunan gedung, serta studi
literatur dari konsep-konsep perancangan kota. Analisa yang
dibutuhkan terkait kegiatan ini meliputi :
A. Analisis karaktiristik wilayah, sekurang-kurangnya meliputi:
1) Kedudukan dan peran bagian wilayah perencanaan
dalam wilayah yang lebih luas (kabupaten/kota)
2) Keterkaitan antar wilayah dan antara bagian wilayah
yang lebih luas (kabupaten/kota)
3) Keterkaitan antar komponen yang di kawasan
perencanaan
4) Karakteristik fisik, sosial , dan ekonomi
B. Analisis potensi dan masalah pengembangan wilayah
perencanaan, sekurang-kurangnya meliputi:
1) Analisis kebutuhan ruang
2) Analisis perubahan pemanfaatan ruang
C. Analisis kualitas kinerja kawasan dan bangunan
1) Potensi dan masalah pengembangan wilayah
perencanaan
2) Peluang dan tantangan pengembangan
3) Kecenderungan perkembangan

PENDEKATAN DAN METODOLOGI II-23


PENYUSUNAN LAY OUT KAWASAN PERKOTAAN DAN FASILITAS UMUM BERDASARKAN RTRW
DI KAWASAN PERKOTAAN AEK KANOPAN KABUPATEN LABUHANBATU UTARA

4) Perkiraan kebutuhan pengembangan diwilayah


perencanaan
5) Intensitas pemanfaatan ruang sesuai dengan daya
dukung dan daya tampung (termasuk
prasarana/infrastrktur maupun utilitas)
6) Teridentifikasinya indikasi arahan penanganan kawasan
dan bangunan
D. Analisis pemanfaatan lahan, yang mencakup:
1) Identifikasi kebijakan perijinan yang sudah diterbitkan
2) Plotting area sesuai perijinan yang sudah diterbitkan
3) Kondisi eksisting dan rencana penggunaan sesuai ijin
yang diterbitkan
4) Sinkronisasi perencanaan antar kawasan, baik
pemanfaatan lahan maupun jaringan sarana dan
prasarana.
5) Optimalisasi pemanfaatan lahan
6) Interkoneksitas dengan jaringan sarana dan prasarana
yang telah ada (termasuk dengan permukiman tidak
tertata)
E. Analisis estetika kota dan bentuk arsitektural bangunan
F. Analisis transportasi
G. Analisis potensi bencana

5. Tahap perumusan Rancangan Tapak masing-masing fungsi


pada Kawasan Perkotaan
Perumusan rancangan kawasan perkotaan dirumuskan
berdasarkan pertimbangan sebagai berikut :
a) Konsep umum perancangan Kawasan Perkotaan Aek
Kanopan

PENDEKATAN DAN METODOLOGI II-24


PENYUSUNAN LAY OUT KAWASAN PERKOTAAN DAN FASILITAS UMUM BERDASARKAN RTRW
DI KAWASAN PERKOTAAN AEK KANOPAN KABUPATEN LABUHANBATU UTARA

Gambar 3.1 Ilustrasi Konsep Perancangan Kawasan Perkotaan dengan


Mempertimbangkan Unsur Pembentuk Kota

b) Tata guna lahan ( land use), yang merupakan elemen


kunci perancangan kota, sebagai rencana dasar dua
dimensi, dimana ruang tiga dimensi dibentuk, dan
disarankan untuk merencanakan fungsi bersifat
campuran (mix use), sehingga akan terjadi suatu
kegiatan 24 jam per hari, dan meningkatkan sistem
infrastruktur kota.

PENDEKATAN DAN METODOLOGI II-25


PENYUSUNAN LAY OUT KAWASAN PERKOTAAN DAN FASILITAS UMUM BERDASARKAN RTRW
DI KAWASAN PERKOTAAN AEK KANOPAN KABUPATEN LABUHANBATU UTARA

Gambar 3.2 Ilustrasi Penggunaan Lahan Pada Kawasan Perkotaan

c) Tata bangunan ( building form and massing ), yang


berkaitan dengan bentuk fisik bangunan, seperti:
ketentuan tinggi bangunan, kepejalan bangunan ( bulk),
garis sempadan, penutupan lahan atau amplop
bangunan (yang meliputi KLB dan KDB), disamping hal-
hal mengenai gaya arsitektur, skala, bahan dan warna
bangunan.

PENDEKATAN DAN METODOLOGI II-26


PENYUSUNAN LAY OUT KAWASAN PERKOTAAN DAN FASILITAS UMUM BERDASARKAN RTRW
DI KAWASAN PERKOTAAN AEK KANOPAN KABUPATEN LABUHANBATU UTARA

Gambar 3.3 Ilustrasi Pengaturan Tata Bangunan dan Intensitas Pemanfaatan Ruang

d) Sirkulasi dan perparkiran ( circulation and parking ).


Kriteria ideal dari elemen sirkulasi untuk dapat
membentuk suatu lingkungan adalah: Jalan harus
merupaka" elemen ruang terbuka, yang enak dipandang.
Jalan tersebut mampu mernberikan orientasi yang jelas
bagi para pengemudi, serta dapat membuat lingkungan
yang dilaluinya mudah dikenali. Adanya kerjasama dari
sektor umum dan swasta, dalam mencapai tujuan
tersebut. Sedangkan masalah perparkiran, memiliki dua
pengaruh langsung terhadap kualitas lingkungan, yang
meliputi kelangsungan aktivitas koja, dan dampak visual
terhadap bentuk fisik dan struktur kota.

PENDEKATAN DAN METODOLOGI II-27


PENYUSUNAN LAY OUT KAWASAN PERKOTAAN DAN FASILITAS UMUM BERDASARKAN RTRW
DI KAWASAN PERKOTAAN AEK KANOPAN KABUPATEN LABUHANBATU UTARA

Gambar 3.4 Ilustrasi Perancangan Path

e) Ruang terbuka ( open space), mencakup semua unsur


landscape (jalan, trotoar dan sejenisnya), taman, dan
ruang rekreasi di daerah perkotaan. Ruang terbuka akan
menjadi bagian integral dari perancangan kota, bukan
hanya merupakan akibat dari penyelesaian arsitekturnya.

Gambar 3.5 Ilustrasi Perancangan


Ruang Terbuka
Hijau Perkotaan

f) Jalur pejalan kaki ( pedestrian ways ), sebagai sarana bagi


pejalan kaki dan sebagai sarana pendukung kegiatan
(sektor informal, seperti: kaki lima, dsb), yang sekaligus
dapat menghidupkan ruang-ruang terbuka kota.
g) Aktivitas pendukung ( activity support ), meliputi semua
penggunaan dan kegiatan yang berlangsung di dalam
ruang-ruang terbuka kota.
h) Rambu, papan reklame, dan lain-lain ( signage), sebagai
suatu elemen visual yang merupakan alat bantu untuk

PENDEKATAN DAN METODOLOGI II-28


PENYUSUNAN LAY OUT KAWASAN PERKOTAAN DAN FASILITAS UMUM BERDASARKAN RTRW
DI KAWASAN PERKOTAAN AEK KANOPAN KABUPATEN LABUHANBATU UTARA

berorientasinya masyarakat pemakai ruang kota, perlu


diatur agar tercipta keserasian melalui keseimbangan
antara kepentingan umum dan privat, dampak visual
yang tidak berlebihan, sekaligus mengurangi
kesemrawutan dan persaingan dengan rambu-rambu lalu
lintas, yang memang sangat diperlukan.
i) Preservasi dan konservasi (preservation), yang meliputi
perlindungan terhadap tempat tempat atau aset kota yang
sudah ada, disamping bangunan-bangunan bersejarah.

PENDEKATAN DAN METODOLOGI II-29

Anda mungkin juga menyukai