PENDAHULUAN
Kota merupakan kawasan pemukiman yang secara fisik ditunjukkan oleh kumpulan
rumah-rumah yang mendominasi tata ruangnya dan memiliki berbagai fasilitas untuk
mendukung kehidupan warganya secara mandiri.
Hamid Shirvani Menurut terdapat 8 elemen perencanaan fisik sebuah kota tiga
diantaranya adalah : tata guna lahan,bentuk dan massa bangunan, dan urban view.
Dengan demikian kajian mengenai perencanaan kota bandung akan di kaitkan dengan
8 elemen perancangan fisik sebuah kota menurut Hamid Shirvani.khususnya di daerah
perbelanjaan Paskal Hypersquare di Jalan Pasirkaliki nomor 23.
Paskal Hypersquare sendiri adalah kawasan terbaru yang ramah untuk keluarga di
kota Bandung,dengan fungsi mall yang di dominasi penjualan di bidang fashion yang
sebelum di renovasi memiliki fungsi sebagai foodcourt dengan nama Paskal Hypersquare
dibangun di lahan seluas 117000m2 setelah perluasan lahan dan kini menjadi pusat ritel
fashion ternama baik merek local maupun merek internasional. Dari segi bangunannya
sendiri kawasan ritel Paskal Hypersquare menawarkan sebuah bangunan yang nyaman
dengan desain yang modern dan cantik dari segi bentuk.
Lokasi Paskal Hypersquare yang terdapat di daerah pusat kota serta dekat dengan
salah satu gerbang masuk kota Bandung yaitu Stasiun Kota Bandung,membuat kawasan
tersebut menarik untuk di kaji mengenai keterkaitannya dengan teori elemen perancangan
kota terhadap hasil perkembangan desain di kawasan Paskal Hypersquare.
1
1.2. Pertanyaan Penilitian
Bagaimanakah perubahan kawasan Paskal Hypersquare ditinjau dari Tata guna
lahan, Bentuk dan massa bangunan serta View perkotaan terhadap tata ruang kota?
Bagaimanakah peraturan tata guna lahan di kawasan Paskal Hypersquare ?
Bagaimanakah perubahan bentuk bangunan sebelum dan sesudah adanya
bangunan 23 paskal di kawasan Paskal Hypersquare?
Bagaimanakah penerapan ketinggian bangunan terhadap view perkotaan dari
kawasan Paskal Hypersquare?
1.4. Manfaat
Membuka wawasan mengenai tata guna lahan, perkembangan bentuk bangunan,
dan view perkotaan dalam sebuah perencanaan kota.
Hasil dapat digunakan sebagai acuan perancangan kawasan komersil yang baik
menurut teori Hamid Shirvani.
Analisa dilakukan pada di kawasan Paskal Hyperaquare yang meliputi bangunan baru
Paskal Hypersquare. Luas kawasan yang akan dianalisa sebesar 116,717.54 m.
Kawasan Paskal Hypersquare terletak di kelurahan Pasir Kaliki Kecamatan Cicendo
40171 kota bandung, Jawa Barat.
2
Gambar 1.1
Batasan Lingkup Studi
BAB I PENDAHULUAN
3
Menjelaskan tentang metoda yang digunakan dalam mengidentifikasi studi
kasus. Metodologi studi juga membahas tentang tahapan proses identifikasi, mulai
dari survey, identifikasi, sampai dengan kesimpulan. Disini juga dibahas tentang
tools yang di pergunakan untuk mempertajam identifikasi.
Berisi tentang hasil survey di lapangan pada studi kasus dari mulai data tapak
studi, pencapaian tapak, kondisi sekitar tapak, batas-batas wilayah dari tapak
hingga perubahan yang terjadi dari tahun ke tahun tapak tersebut.
BAB II
KAJIAN TEORI
4
kota tidak hanya direncanakan, melainkan dirancang. Berdasarkan hal tersebut,
beliau mendefinisikan urban design sebagai berikut :
1. Urban design merupakan jembatan yang diperlukan untuk
menghubungkan secara layak, berbagai kebijaksanaan perencanaan kota
dengan produk produk perancangan fisiknya.
2. Urban design merupakan suatu proses yang memberikan arahan, bagi
terwujudnya suatu lingkungan binaan fisik yang layak dan sesuai dengan
aspirasi masyarakat, kemampuan sumber daya setempat, serta daya
dukung lahannya.
Urban design menurut andy siswanto sebenarnya adalah sebuah disiplin
perancangan yang merupakan pertemuan dari arsitektur, perencanaan dan
pembangunan kota. Lebih jauh lagi, urban design adalah menterjemahkan kedua
bidang riset perkotaan dan arsitektural sedemikian rupa, sehingga ruang dan
bangunan perkotaan dapat dimanfaatkan, sosial, artistik, berbudaya dan optimal
secara teknis maupun ekonomis.
Definisi dari Danisworo tersebut merupakan suatu gabungan definisi antara
shirvani dengan Catanese dan Snyder, yang menjelaskan posisi urban design
dalam lingkup perancangan kota. Disamping itu, ia juga menjelaskan arah dan
tujuan dari proses tersebut.
Disain kota atau urban design, dapat didefinisikan sebagai bagian dari rangkaian
perencanaan kota, yang menyangkut segi estetika, yang akan mengatur dan
menata bentuk serta penampilan dari suatu kota (Djoko Sujarto). Pendapat ini
berbeda dengan beberapa definisi diatas, Djoko Sujarto lebih menekankan
pandangannya pada segi estetika.
7
2.2.3 Elemen-Elemen Kota menurut Robert Trancik
Ada beberapa teori yang di kemukakan oleh Robert Trancik ialah :
1. Figure Ground Theory
Teori ini lebih menekankan pada pengenalan struktur kota figure and ground;
solid and void; atau building and open space. Figure adalah wilayah/area kota yang
terbangun, sedangkan ground adalah wilayah/area kota yang tidak terbangun.
Pengenalan terhadap stuktur kota ini berguna untuk mengetahui keteraturan, pola
perkembangan, keseimbangan dan kepadatan. Contohnya, pemetaan figure-ground
menunjukkan bentuk dan dimensi yang relatif sama untuk daerah terbangun dan tidak
terbangun, bisa disimpulkan bahwa pola kota tersebut relatif lebih homogen.
Sedangkan jika dalam pemetaan terlihat bentuk dan dimensi yang sangat bervariasi,
disimpulkan bahwa kota tersebut berpola lebih Heterogen. Bentuk Radial, Grid atau
Organis juga dapat dikenali melalui pemetaan figure-ground. Selain itu teori ini
paling mudah untuk mengenali tingkat kepadatan suatu daerah dibandingkan dengan
yang lain; terpadat, sedikit padat, atau kurang padat. Untuk beberapa kasus, pemetaan
juga bisa diluaskan kepada pengenalan area kota berdasarkan tingkat privasinya. Bisa
disimpulkan sementara bahwa area kota yang terpetakan sebagai solid adalah area
privat, sedangkan sebagai void adalah publik. Untuk area yang dianggap semi public
(atau semi privat) dapat dibuat dengan gradasi warna antara pemetaan solid dan void
8
(biasanya abu-abu atau transparan dengan struktur horizontal terpotong yang
terlihat).
2. Lingkage Theory
Teori yang memahami struktur kota melalui keterkaitan fungsi satu sama lain.
Fungsi vital kota dalam skala yang relatif besar bisa dianggap sebagai generator
pertumbuhan kota; seperti fungsi pendidikan, fungsi mall, atau fungsi pabrik. Fungsi-
fungsi vital ini men-generate pertumbuhan kota dengan cukup cepat. Seperti contoh,
dengan beroperasinya suatu pabrik (dengan skala relatif besar) pada suatu kawasan
tertentu, akan men-generate pertumbuhan disekitarnya, seperti pertumbuhan retail,
perkampungan menengah dan bawah, fungsi pendidikan, dan lain-lain. Linkage teori
menggaris bawahi keterkaitan antara generator-generator kota tersebut. Keterkaitan
secara fisik dapat dilihat melalui beberapa elemen kota, seperti adanya jalan sebagai
penghubung, koridor pejalan kaki, jajaran elemen landsekap berupa pohon ataupun
elemen vertikal ruang kota yang dominan (seperti jajaran bangunan tinggi). Jenis
elemen penghubung generator ini sangat tergantung dengan fungsi yang
dihubungkannya dan skala layanan fungsi tersebut; semakin vital dan semakin luas
layanan suatu fungsi kota; semakin kuat pula elemen penghubungnya.
9
3. Theory of Place
Teori ini memahami kota lebih kepada makna dari ruang kota tersebut. Yang
dimaksud makna adalah nilai atau value yang berakar dari budaya setempat. Contoh
alun-alun Yogyakarta, ruang kota ini memberikan makna/ nilai tersendiri terhadap
kota Yogyakarta, karena nilai historis ruang tersebut dan makna dari alun-alun itu
sendiri terhadap struktur kota Yogyakarta secara keseluruhan. Contoh lainnya adalah
Taman Apsari di Surabaya, taman ini memiliki nilai 11 formal dan khusus bagi warga
Surabaya karena letaknya yang berhadapan langsung dengan bangunan penting
pemerintahan, dan juga event-event kenegaraan yang sering diselenggarakan. Jadi,
untuk menggali suatu makna, diperlukan pemahaman dari berbagai segi, bisa itu
historis kota, jenis aktifitas, letak terhadap kota, dan lain-lain. Place bukan sekedar
space/ruang, ruang akan menjadi place jika ditandai dengan adanya makna
didalamnya. Beberapa pakar perkotaan menandai place sebagai identitas suatu kota.
Teori ini dapat dipakai untuk memahami identitas kota, karena teori ini menandai
ruang kota karena adanya makna yang menyertainya , dimana makna tersebut unik
dan berbeda satu sama lain karena berakar dari budaya setempat.
11
Edges
Merupakan batas, dapat berupa suatu desain, jalan, sungai, gunung. Edge
memiliki identitas yang kuat karena tampak visualnya yang jelas. Edge
merupakan penghalang walaupun kadang-kadang ada tempat untuk masuk
yang merupakan pengakhiran dari sebuah district atau batasan sebuah district
dengan yang lainnya. Edge memiliki identitas yang lebih baik jika kontinuitas
tampak jelas batasnya. Demikian pula fungsi batasnya harus jelas : membagi
atau menyatukan. Contoh : adanya jalan tol yang membatasi dua wilayah
yaitu pelabuhan dan kawasan perdagangan.
Districts
Nodes
Landmark
14
dan tempat ibadah; (c) lahan perusahaan, meliputi pasar, toko,kios dan
tempat hiburan; dan (d) lahan industri, meliputi pabrik dan percetakan.
Selaras dengan perkembangan kota dan aktivitas penduduknya maka lahan
di kota terpetak-petak sesuai dengan peruntukkannya. Jayadinata (1992:
101) mengemukakan bahwa tata guna tanah perkotaan menunjukan
pembagian dalam ruang dan peran kota.
Penggunaan Lahan menurut Sutanto (1977: 42), penggunaan lahan
diklasifikasikan menjadi; (a) lahan permukiman; (b) lahan perdagangan; (c)
lahan pertanian; (d) lahan indsutri; (e) lahan jasa; (f) lahan rekreasi; (g)
lahan ibadah dan (h) lahan lainnya.
Biro Pusat Statistik (BPS) membuat klasifikasi penggunaan lahan dengan
tujuan untuk mengetahui produktivitas lahan (pertanian) sebagai berikut; (a)
lahan pertanian yang terdiri dari irigasi teknis, irigasi setengah teknis, irigasi
sederhana PU, irigasi no-PU, tadah hujan, tegal/kebun, kolam/empang,
lahan tanaman kayu, hutan; dan (b) lahan non pertanian, terdiri dari
bangunan dan pekarangan, tanah kering, lain-lain
15
Suatu perwujudan dari organisasi ruang yang merupakan hasil dari suatu
proses pemikiran. Proses ini didasarkan atas pertimbangan fungsi dan usaha
pernyataan diri/ekspresi (Hugo Haring).
Menurut Edmund N. Bacon, Perancangan Kota, 1974 Bentuk arsitektural
adalah titik temu antara massa dan ruang, Bentuk-bentuk arsitektural,
tekstur, material, pemisahan antara cahaya dan bayangan, warna,
merupakan perpaduan dalam menentukan mutu atau jiwa dalam
penggambaran ruang. Mutu arsitektur akan ditentukan oleh keahlian
seorang perancang dalam menggunakan dan menyatukan unsure-unsur tadi,
baik dalam pembentukan ruang dalam (interior) maupun ruang-ruang luar
(eksterior) di sekeliling bangunan-bangunan.
17
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
18
Unit Analisis Penelitian Sub-unit Analisis
b. Tahap Pendahuluan
Tahap pendahuluan dimulai dengan pengidentifikasian studi
kasus perumusan dan pembatasan masalah, serta tujuan dari kasus
PaskalHypersquare Bandung.
19
c. Tahap Pengumpulan Data
Tahap pengumpulan data mencakup :
Identifikasi atau Pengamatan area yang diangkat menjadi studi
kasus dimulai dengan dokumentasi site dan pengamatan terhadap
pola aktivitas sekitar site.
Diskusi yang dilakukan bersama kelompok maupun bersama
dosen pembimbing dan narasumber.
e. Tahap Identifikasi
Pada tahapan ini mengkaji elemen perancang kota (tata guna lahan,
bentuk dan masa bangunan dan viewperkotaan) PaskalHypersquare
terhadap tata ruang kota. Identifikasi kualitatif yaitu analisa yang
dilakukan secara deskriptif.
f. Tahap Kesimpulan
Merupakan tahapan untuk menyimpulkan hasil kajian pengaruh
perubahan PaskalHypersquare terhadap tata ruang kota.
20
3.2 Skema Pemikiran
Tema :
Perancangan Arsitektur
Judul :
Perubahan Kawasan Paskal Hypersquare Ditinjau dari Tataguna Lahan, Bentuk Massa
Bangunan dan View Perkotaan Terhadap Elemen Kawasan
Latar Belakang :
Perencanaan kota Bandung akan dikaitkan dengan 8 elemen perancangan fisik sebuah
kota menurut Hamid Shirvani. Khususnya di kawasan Paskal Hypersquare.
Pertanyaan Penelitian :
Bagaimana penerapan lebar dan ketinggian bangunan terhadap view kota di kawasan Paskal Hypersquare ?
Tujuan :
Memahami perluasan kawasan Paskal Hypersquare terhadap tata guna lahan di daerah Pasir Kaliki.
Mengidentifikasi perubahan tinggi, bentuk dan setback bangunan yang berada di kawasan Paskal Hypersquare.
Mengetahui lebar dan tinggi bangunan yang standar agar tidak merusak view kota.
Lingkup Studi :
Analisa dilakukan pada kawasan Paskal Hypersquare yang meliputi bangunan baru 23 Paskal.
Kesimpulan
21
BAB IV
HASIL SURVEY
Lokasi Paskal Hypersquare yang terdapat di daerah pusat kota serta dekat dengan
salah satu gerbang masuk kota Bandung yaitu Stasiun Kota Bandung, membuat
kawasan tersebut menarik untuk di kaji mengenai keterkaitannya dengan teori elemen
perancangan kota terhadap hasil perkembangan desain di kawasan Paskal
Hypersquare.
22
4.2 Aksesibilitas
Paskal Hypersquare yang terdapat di daerah pusat kota serta dekat dengan salah
satu gerbang masuk Kota Bandung yaitu Stasiun Kota Bandung. Sehingga posisi
Paskal Hypersquare cukup strategis, walaupun ada masalah pencapaian masuk ke
kawasan Paskal Hypersquare karena pemberlakuan satu arah pada Jl. Kebon Jati .
Kawasan Paskal Hypersquare dapat dicapai melalui :
Jl. Pasirkaliki
Dapat dicapai dengan kendaraan Pribadi dan angkutan umum (
- Kendaraan dari arah utara dan Stasiun Bandung dapat melalui Jl.
Pasirkaliki
- Kendaraan dari arah timur (pusat kota/ alun-alun) harus melalui Jl.
Sudirman Jl. Pasirkaliki
23
Gambar 4.2 Kondisi Tapak Paskal Hypersquare
24
4.5 Tata guna lahan
Tata guna lahan merupakan elemen pokok dalam urban design yang menentukan
dasar perancangan dalam dua dimensi demi terciptanua ruang tiga dimensi.
prinsip Land Use itu sendiri merupakan pengaturan penggunaan lahan untuk
menentukan pilihan yang terbaik dalam mengalokasikan fungsi tertentu, sehingga
kawasan tersebut berfungsi dengan seharusnya.
Tata guna lahan mempertimbangkan hal-hal berikut :
a. Tipe penggunaan lahan yang diizinkan
Pada peta RDTR Kota Bandung terlihat zona warna merah sebagai zona
perdagangan dan jasa.
25
: Pertokoan
: Mall 23 Paskal
: Foodcourt
26
Gambar 4.5 Kawasan Paskal Hypersquare tahun 2010
27
Gambar 4.8 Kawasan Paskal Hypersquare tahun 2015
Keterangan
: Kawasan 23 Paskal
Terjadi pembangunan bangunan komersil 23 Paskal di kawasan paskal hyersquare terlihat dari
gambar di atas dari tahun 2015 hingga terbangun pada tahun 2017.
28
4.6 Bentuk dan masa bangunan
b. Ketinggian bangunan
Berkaitan dengan jarak pandang manusia, baik yang berada dalam
bangunan.maupun yang berada pada jalur pejalan kaki (luar bangunan). Ket
inggian bangunan pada suatu
kawasan membentuk sebuah garis horizon (skyline). (Shirvani, Hamid.
(1985). The Urban Design Process. New York: Van Nostrand Reinhold)
Company.
Ketinggian bangunan di lihat dari arah pedestrian,area ruko yang membentuk
garis horizon yang selaras. Perbedaan ketinggian area ruko dan area mall
membentuk sebuah vocal point.
c. Kepejalan bangunan
Penampilan gedung dalam konteks kota. Kepejalan suatu gedung
ditentukan oleh perbandingan tinggi : luas : lebar : panjang, olahan massa (desai
n bentuk), dan variasi penggunaan material. (Shirvani, Hamid. (1985). The
Urban Design Process. New York: Van Nostrand Reinhold Company.)
29
Gambar 4.11 Kepajalan bangunan pada kawasan Paskal Hypersquare,2017
30
Dari perhitungan di atas didapatkan luas koefisien dasar hijau adalah
20% di karenakan sisa dari penggunaan lahan adalah perkerasan dapat
disimpulkan bahwa KDB yang di gunakan sebesar 80%.
h. Skala
Rasa akan skala dan perubahan dalam ketinggian ruang atau bangunan
dapat memainkan peranan dalam menciptakan kontras visual yang dapat
membangkitkan daya hidup dan kedinamisan. (Shirvani, Hamid. (1985). The
Urban Design Process. New York: Van Nostrand Reinhold Company.)
i. Material
Material berkenaan dengan komposisi visual dalam perancangan.
Komposisi yang dimaksud diwujudkan oleh hubungan antar elemen visual.(
31
Shirvani, Hamid. (1985). The Urban Design Process. New York: Van Nostrand
Reinhold Company.)
j. Tekstur
Dalam sebuah komposisi yang lebih besar (skala urban) sesuatu yang dili
hat dari jarak tertentu maka elemen yang lebih besar dapat menimbulkan efek-
efek tekstur.(Shirvani, Hamid. (1985). The Urban Design Process. New York:
Van Nostrand Reinhold Company.)
k. Warna
Dengan adanya warna (kepadatan warna, kejernihan warna)
dapat memperluas kemungkinan ragam komposisi yang dihasilkan. (Shirvani,
Hamid. (1985). The Urban Design Process. New York: Van Nostrand Reinhold
Company.)
l. Skala
Dalam hubungannya dengan sudut pandang manusia,sirkulasi,bangunan
sekitarnya dan ukuran kawasan.
1. Intimate scale
2. Urban scale
3. Monumental scale
m. Ruang kota
Merupakan elemen dasar dalam perencanaan kota yang harus memperhatikan
bentuk (urban form) skala,sense of enclosure dan tipe urban space.
n. Massa kota
Di dalamnya meliputi bangunan,permukaan tanah,objek-objek yang
membentuk ruang kota dan pola aktivitas.Bentuk dan masa bangunan yang
direkomendasikan tercipta dari beberapa riset untuk mendirikan kerangka kerja
kontekstual dengan elemen bentuk fisik yang baru dapat menghasilkan harmoni
dengan bentuk sekitarnya
32
o. Kontekstual
Menurut meville c.branch perlakuan terhadap perencanaan pada sebuah jalan raya di
kota besar adalah contoh dari banyak pertimbangan yang dilibatkan dalam perencanaan
kota,contohnya penempatan bangunan tinggi di tempatkan pada sisi lainnya dan
penempatan bangunan yang tidak terlalu tinggi di antara bangunan tersebut,hal ini
mencegah terjadinya efek dinding yang di sebabkan oleh bangunan tinggi yang
menerus dan menghalangi potensi pemandangan kota.
33